Anda di halaman 1dari 53

UJIAN KEPANITERAAN SUB-BAGIAN EPIDEMIOLOGI & BIOSTATISTIK

SENIN 23 MEI 2016


KEPANITERAAN KLINIK PERIODE 21 MARET - 30 MEI 2016

Nama : Febri Wijaya


NIM : 04054821517003

1. Soal untuk case control


1.1 Tuliskan langkah case control study
1. Menetapkan pertanyaan penelitian dan hipotesis yang sesuai.
Dari pertanyaan penelitian dapat disusun hipotesis penelitian yang akan
diuji validitasnya secara empiris.
Pertanyaan penelitian sebagai berikut:
Apakah ada hubungannya antara hipertensi dengan usia?
Apakah ada hubungannya antara hipertensi dengan tingkat pendidikan?
Apakah ada hubungannya antara hipertensi dengan pekerjaan?
Apakah ada hubungannya antara hipertensi dengan IMT?
Apakah ada hubungannya antara hipertensi dengan genetik hipertensi?
Apakah ada hubungannya antara hipertensi dengan penggunaan KB suntik?
Apakah ada hubungannya antara hipertensi dengan jumlah paritas ibu ?
Faktor apa yang paling berpengaruh terhadap hipertensi pada ibu?
2. Mendeskripsikan variabel penelitian; faktor resiko dan efek.
- Faktor risiko
Instensitas pajanan faktor risiko dapat dinilai dengan cara mengukur dosis,
frekuensi atau lamanya pajanan. Ukuran pajanan terhadap faktor risiko yang
berhubungan dapat bersifat:
Dikotom, yaitu bila hanya terdapat dua kategori
Polikotom, yaitu pajanan yang diukur pada lebih dari dua tingkat, mislanya

tidak pernah, kadang-kadang, atau sering terpajan


Kontinu, yaitu pajanan diukur dalam skala kontinu atau numerik, misalnya
umur dalam tahun, paritas, berat lahir

Ukuran pajanan yang berhubungan dengan waktu dapat berupa:


Lamanya pajanan dan apakah pajanan itu berlangsung terus-menerus
Saat mendapat pajanan pertama
Bilakah terjadi pajanan terakhir
- Efek

Untuk penyakit atau efek yang diagnosisnya mudah, maka penentuan


subyek yang mengalami atau tidak mengalami efek tidak sukar ditentukan.
Beberapa penyakit tertentu telah tersedia kriteria baku untuk diagnosis, akan
tetapi tidak jarang kriteria diagnosis yang telah baku perlu dilakukan
modifikasi agar sesuai dengan pertanyaan penelitian.
3. Menentukan populasi terjangkau dan sampel (kasus, kontrol) dan cara untuk
1.

pemilihan subyek penelitian.


Populasi penelitian
Dari populasi studi, dapat diambil sampel. Sampel yang dihasilkan
merupakan subjek yang diteliti, kemudian hasil penelitian dieksplorasi ke

2.

populasi studi.
Sampel penelitian
a. Kasus
Kelompok kasus adalah kelompok individu yang menderita penyakit
yang akan diteliti dan ikut dalam proses penelitian sebagai subyek studi.
Cara terbaik untuk memilih kasus adalah dengan mengambil secara acak
subyek dari populasi yang menderita efek.
Kelompok kasus di dalam penelitian biasanya dipilih antara populasi
yang meminta perawatan medis terhadap penyakitnya. Kasus yang baru,
lebih baik karena penelitian terhadap subjek yang telah menderita suatu
penyakit dalam waktu yang lama akan sulit untuk membedakan paparan
tersebut ada sebelum atau sesudah timbulnya penyakit, jadi sulit untuk
membedakan antara penyebab dan akibat.
Beberapa hal berikut ini perlu dipertimbangkan dengan cermat dalam
pemilihan kasus untuk studi kasus-kontrol
Kasus insidens (baru) atau kasus prevalens (baru + lama)
Tempat pengumpulan kasus
Saat diagnosis
b. Kontrol
Kelompok kontrol adalah kelompok individu yang sehat atau tidak
menderita penyakit, tetapi mempunyai peluang yang sama dengan
kelompok kasus karena terpajan oleh faktor risiko yang diduga sebagai
penyebab timbulnya penyakit. Pemilihan kontrol semata-mata ditentukan
oleh peneliti sehingga sangat terancam bias. Kelompok kontrol harus
berasal dari populasi yang sama dengan kasus dan didasarkan pada
kesamaan dengan karakteristik subyek pada kasus, sehingga mempunyai
kesempatan yang sama untuk terpajan oleh faktor resiko yang diteliti.

Ada beberapa cara untuk memilih kontrol yang baik:


Memilih kasus dan kontrol dari populasi yang sama
Memilih kontrol dengan karakteristik yang sama dengan kasus dalam
semua variabel yang mungkin berperan sebagai faktor risiko kecuali

variabel yang diteliti (matching).


Memilih lebih dari satu kelompok kontrol
Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor risiko
Menganalisis hasil studi case control.

Pada dasarnya untuk penelitian kasus-kontrol jumlah subyek yang akan


diteliti bergantung kepada :
a. Berapa besar densitas pajanan faktor risiko pada populasi. Bila densitas
pajanan faktor risiko terlalu kecil atau terlalu besar, maka kemungkinan
pajanan risiko pada kasus dan control hampir sama dan diperlukan sampel
yang cukup besar untuk mengetahui perbedaannya.
b. Rasio odds terkecil yang dianggap bermakna (R).
c. Derajat kemaknaan (kesalahan tipe I,a) dan kekuatan (power=1-b) yang
dipilih. Biasanya dipilih a=5%, b=10% atau 20% (power=90% atau 80%).
d. Rasio (perbandingan) antara jumlah kasus dan kontrol. Dengan memilih
kontrol lebih banyak, maka jumlah kasus dapat dikurangi. Bila jumlah
kontrol diambil c kali, maka jumlah kasus dapat dikurangi dari n menjadi
(c+1)n/2c.
e. Apakah pemilihan kontrol dilakukan dengan matching atau tidak. Dengan
melakukan matching, jumlah subyek yang diperlukan menjadi lebih sedikit.
4. Melakukan pengukuran variabel efek dan faktor resiko.
Pengukuran terhadap variabel yang dipelajari (efek dan faktor risiko)
merupakan hal yang sentral pada studi kasus kontrol. Penentuan efek harus sudah
didefinisikan dalam usulan penelitian. Pengukuran faktor risiko atau pajanan yang
terjadi di waktu lampau melalui anamnesis (recall) semata-mata mengandalkan
daya ingat responden. Bias yang dapat mengancam dalam konteks ini adalah
recall bias.
5. Menganalisis data.
Analisis hasil studi kasus-kontrol dapat bersifat sederhana yaitu penentuan
rasio odds, sampai yang bersifat kompleks yaitu menggunakan analisis
multivariat. Ini ditentukan oleh apa yang ingin diteliti, bagaimana cara memilih
kontrol (matched atau tidak), dan terdapatnya variabel yang mengganggu atau
tidak.

6. Analisis hasil studi case control.


1.2 Buatlah kerangka desain penelitian dari data case control tersebut
Populasi target
Sumber populasi

internal validit

sumber target populasi

selection bias

ada beberapa sampel keluar

Eligible populasi
Kerangka sampel
Sampel dari populasi
Studi kasus

Kontrol

(Kelompok Hipertensi)

apakah hasil akurat?

(Kelompok Non Hipertensi)

Trace back
Pengukuran

Pengukuran

apakah paparan akurat?

Paparan KB suntik

Paparan KB suntik
Bias informasi

Faktor Resiko (+) (+)(+)


Retrospektif

Kasus (+)

Faktor Resiko (-)


Populasi
Faktor Resiko (+) (+)(+)
Retrospektif

Kontrol (-)

Faktor Resiko (-)

Ibu dengan hipertensi (kasus)

Populasi
Ibu tanpa hipertensi (kontrol)

Faktor resiko (+/-)


- Usia ibu
- Tingkat pendidikan ibu
- Pekerjaan ibu
- IMT ibu
- Genetik hipertensi
- Penggunaan KB suntik
- Jumlah paritas

1.3 Buatlah kerangka konsep dari data case control tersebut


KB suntik

Peningkatan hormon progesteron


Disfungsi pembuluh darah

Usia ibu saat hamil


Pendidikan ibu
Hipertensi
Pekerjaan ibu
IMT ibu
Genetik hipertensi
1.4 Buatlah hipotesis penelitian ini
KB suntik
Hipotesis 0 : Ada hubungan antara penggunaan KB suntik
terhadap
hipertensi
Jumlah
paritas
Hipotesis 1 : Tidak ada hubungan antara penggunaan KB suntik terhadap
hipertensi
1.5 Lakukan analisis deskriptive epidemiologi secara komprehensif berupa
analisis univariate sehingga mencapai kesimpulan descriptive epidemiologi
berupa interpretasi dan kumpulan hipotesa
a. Distribusi frekuensi umur
Umur
<20 tahun
20-35 tahun
>35 tahun
Total

n
1
203
164
368

%
0.3
55.2
44.6
100

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 368 responden, terdapat 1


responden (0.3%) berusia <20 tahun, 2013 responden (55.2%) berusia 20-35
tahun dan 164 (44.6%) berusia >35 tahun.
b. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
D3

n
13
74
108
160
6

%
3.5
20.1
29.3
43.5
1.6

S1
Total

7
368

1.9
100

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 368 responden, pendidikan
yang paling banyak dalam subyek penelitian adalah SMA sebanyak 160 orang
(43,48%), dan yang paling sedikit menjadi subyek penelitian adalah
pendidikan D3 sebanyak 6 orang (1,63%).

c. Distribusi frekuensi pekerjaan


Pekerjaan
Ibu rumah tangga
Dagang
Buruh
Swasta
PNS
Total

n
246
77
6
19
20
368

%
66.8
20.9
1.6
5.2
5.4
100

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 368 responden, pekerjaan yang
paling banyak dalam subyek penelitian adalah ibu rumah tangga sebanyak 246
orang (66,85%), dan yang paling sedikit menjadi subyek penelitian adalah
yang bekerja sebagai buruh sebanyak 6 orang (1,63%).

d. Distribusi frekuensi presentasi responden menurut kategori IMT


IMT

Underweight

16

4,3

Healthy weight

189

51,4

Overweight

83

22,6

Heavily weight

67

18,2

Obese

13

3,5

Total

368

100

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 368 responden, mayoritas
memiliki IMT dengan kategori Healthy weight yaitu sejumlah 189 orang
(51,36%). Kategori IMT yang jumlahnya paling sedikit adalah yang Obese
yaitu hanya 13 orang (3,5%) dari total subjek penelitian.

e. Distribusi frekuensi presentasi responden menurut genetik hipertensi


Genetik Hipertensi

Ya

204

55,4

Tidak

164

44,6

Total

368

100,0

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 368 responden, didapatkan
sampel yang memiliki genetik hipertensi sebanyak 204 orang (55,4%), lebih
banyak dibanding yang tidak memiliki genetik hiprtensi sebanyak 164 orang
(44,6%).
f. Distribusi frekuensi presentasi responden menurut riwayat KB suntik
Riwayat KB suntik

Ya

242

65,8

Tidak

126

34,2

Total

368

100,0

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 368 responden, didapatkan
sampel yang menggunakan KB suntik lebih banyak, yakni 242 orang (65,8%)
dibanding yang tidak menggunakan KB suntik sebanyak 126 orang (34,2%).

g. Distribusi frekuensi presentasi responden menurut kategori tekanan darah


Tekanan darah

Hipertensi

184

50,0

Normal

184

50,0

Total

368

100,0

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 368 responden, didapatkan
jumlah yang sama antara sampel memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi)
dan yang memiliki tekanan darah normal, yakni masing-masing 184 orang
(50%).

h. Distribusi frekuensi presentasi responden menurut kategori paritas


Paritas

Primipara

72

19,6

Multipara

235

63,9

Grande multipara

61

16,6

Total

368

100,0

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 368 responden, didapatkan
jumlah sampel yang termasuk kelompok multipara adalah yang paling banyak,
yakni 235 orang (53,9%), diikuti kelompok primipara sebanyak 72 orang
(19,6%) dan kelompok yang paling sedikit adalah grande multipara yakni
sebanyak 61 orang (16,6%).
1.6 Lakukan analisa analitik epidemiologi berupa analisa faktor causal dan
hitunglah odd ratio dan confidence intervalnya
Hubungan penggunaan KB suntik dengan hipertensi

KB
Suntik
Total

Ya
Tidak

Hipertens

Tekanan Darah
Normal
%

P Value

i
131
53

71,2
28,8

111
73

60,3
39,7

242
126

65,8
34,2

184

100

184

100

368

100

Total

0,037

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel


independen (KB suntik) terhadap variabel dependen (kejadian hipertensi). Uji
Statistik menggunakan uji chi square. Hasil analisa menunjukkan bahwa dari 184

responden hipertensi yang menggunakan KB suntik sebanyak 71,2% lebih banyak


daripada responden yang tidak menggunakan KB sebanyak 28,8%. Hasil uji
statistik dengan chi square diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna
antara penggunaan KB suntik dengan kejadian hipertensi (p value = 0,037).

Odds Ratio
Odds Ratio =

Odds dari paparan kasus


odds dari paparan kontrol

ad
bc

9563
5883

= 1,62

Odds Ratio 1,62 berarti ibu yang menggunakan KB suntik 1,62 kali lebih
cenderung terkena hipertensi dari yang tidak menggunakan KB suntik.

Confidence Interval
Ukuran 95% confidence interval pada point estimasi dari OR
dapat dikalkulasikan menggunakan formulasi sebagai berikut :

VAR

95% CI 0f OR = (OR) exp () 1,96

Dimana VAR (In OR) =1/a + 1/b + 1/c + 1/d


LnOR = Transformasi natural log dari rasio odds
Exp(InOR) = OR
95% CI untuk hipertensi dalam hubungannya dengan KB suntik
VAR (In OR) = 1/a + 1/b + 1/c + 1/d
= 1/131 + 1/111 + 1/53 + 1/73 = 0,0368
= (1,84) Exp (+- 1,96 0,0368)
Batas bawah = (1,84) Exp (- 1,96 0,0368) = 1,26
Batas atas

= (1,84) Exp (+ 1,96 0,0368) = 2,67

Kesimpulan: karena CI 95% >1, maka KB suntik bermakna sebagai faktor resiko
kejadian hipertensi.

Hubungan kategori usia dengan hipertensi

Kategor
i Usia

Tensi
Hipertensi
< 20 tahun
1
20 35 tahun 99
>35 tahun

Total

84
184

P Value
%
0,3
53,8

Normal
0
104

%
0
56,5

Total %
1
0,3
203
55,2

45,7
100

80
184

43,5
100

164
368

44,6
100

0,543

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable dependen


(kejadian hipertensi). Uji Statistik menggunakan uji chi square. Hasil analisa
menunjukkan bahwa dari 184 responden hipertensi yang berusia 20 35 tahun
sebanyak 99 orang (53,8%) lebih banyak daripada responden yang berusia > 35
tahun dan < 20 tahun sebanyak 84 orang (45,7%) dan 1 orang (0,3%). Hasil uji
statistik dengan chi squre diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara kategori usia dengan kejadian hipertensi (p value = 0,543).

Hubungan kategori IMT dengan hipertensi

Kategori
IMT

Underweight
Healthy

Tensi
Hipertensi
6
89

%
3,3
48,4

Normal
10
100

%
5,4
54,3

Total %
16
4,3
189
51,4

weight
Overweight
Heavily

48
36

26,1
19,6

35
31

19,0
16,8

83
67

22,6
18,2

5
184

2,7
100

8
184

4,3
100

13
368

3,5
100

overweight
Obese
Total

P Value

0,315

Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variable dependen


(kejadian hipertensi). Uji Statistik menggunakan uji chi square. Hasil analisa
menunjukkan bahwa dari 184 responden, paling banyak memiliki kategori IMT
healthy weight yaitu 89 orang (48,4%) dan yang paling sedikit berada pada
kategori obese sebanyak 5 orang (2,7 %). Hasil uji statistik dengan chi squre

diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kategori IMT
dengan kejadian hipertensi (p value = 0,543).
Hubungan pendidikan dengan kejadian hipertensi
Variabel

Hipertensi
Ya

Tingkat

Tidak

Pendidikan

Sekola

p value
Tidak

Total

4,3%

2,7%

13

3,5%

SD

32

17,4%

42

22,8% 74

20,1%

SMP

57

31,0%

51

27,7% 108

29,3%

SMA

78

42,4%

82

44,6% 160

0,489

43,5%

Total

D3

2,2%

1,1%

1,6%

S1

2,7%

1,1%

1,9%

184

100%

184

100%

368

100%

Berdasarkan hasil analisis Bivariate, didapatkan hasil dari total 368 sujek, yang
terdiri atas 184 subjek kasus dan 184 subjek kontrol, didapatkan bahwa dari 184
subjek penelitian yang menderita hipertensi, peringkat teratas pendidikan
terbanyak yang dimiliki subjek adalah tingkat pendidikan SMA sebanyak 78
orang (42,4% dari total kasus), diikuti oleh SMP sebesar 57 orang (31,0%dari
total kasus), SD sebanyak 32 orang (17,4% total kasus), tidak sekolah sebanyak 8
orang (4,3% dari total kasus), S1 sebanyak 5 orang (2,7% total kasus), dan D3
sebanyak 4 orang (2,2% total kasus). Sedangkan hasil yang diperoleh dari 184
subjek penelitian yang tidak menderita hipertensi, diperoleh peringkat teratas
pendidikan terbanyak yang dimiliki subjek kontrol adalah tingkat pendidikan
SMA sebanyak 82 orang (44,6% dari total kontrol), diikuti oleh SMP sebesar 51
orang (27,7%dari total kontrol), SD sebanyak 42 orang (22,8% total kontrol),
tidak sekolah sebanyak 5 orang (2,7% dari total kontrol), S1 sebanyak 2 orang
(1,1% total kontrol), dan D3 sebanyak 2 orang (1,1% total kontrol).Hasil uji
statistik menggunakan uji chi square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan

yang bermakna antara pendidikan dan kejadian Hipertensi (p value = 0,489).


Hasil analisis dapat dilihat pada tabel yang telah disajikan di atas.

Hubungan pekerjaan dengan hipertensi


Variabel

Hipertensi

p
value

Ya
Pekerjaan

Ibu Rumah

Tidak %

Total

118

64,1%

128

69,6%

246

66,8%

Dagang

41

22,3%

36

19,6%

77

20,9%

Buruh

1,6%

1,6%

1,6%

Swasta

10

5,4%

4,9%

19

5,2%

PNS

12

6,5%

4,3%

20

5,4%

184

100%

184

100%

368

100%

0,812

Tangga

Total

Berdasarkan hasil analisis Bivariate, didapatkan hasil dari total 368 sujek, yang
terdiri atas 184 subjek kasus dan 184 subjek kontrol, didapatkan bahwa dari 184
subjek penelitian yang menderita hipertensi, peringkat teratas pekerjaan
terbanyak yang dimiliki subjek adalah ibu rumah tangga sebanyak 118 orang
(64,1% dari total kasus), diikuti olehdagang sebesar 41 orang (22,3%dari total
kasus), PNS sebanyak 12 orang (6,5% total kasus), swasta sebanyak 10 orang
(5,4% dari total kasus), dan buruh sebanyak 3 orang (1,6% total kasus).
Sedangkan hasil yang diperoleh dari 184subjek penelitian yang tidak menderita
hipertensi, diperoleh peringkat teratas pekerjaan terbanyak yang dimiliki subjek
adalah ibu rumah tangga sebanyak 128 orang (69,6% dari total kontrol), diikuti
olehdagang sebesar 36 orang (19,6%dari total kontrol), swasta sebanyak 9 orang
(4,9 % dari total kontrol), PNS sebanyak 8 orang (4,3% total kontrol), dan buruh
sebanyak 3 orang (1,6% total kontrol). Hasil uji statistik menggunakan uji chi
square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara
pekerjaan dan kejadian Hipertensi (p value = 0,812). Hasil analisis dapat dilihat
pada tabel yang telah disajikan di atas.

Hubungan genetik hipertensi dengan kejadian hipertensi


Variabel

Hipertensi
P Value
Ya

Genetik Hipertensi

Tidak %

Total

Ya

104

56,5% 100

54,3% 204

55,4% 0,753

Tidak

80

43,5% 84

45,7% 164

44,6%

184

100%

100% 368

100%

Total

184

Berdasarkan hasil analisis Bivariate, didapatkan hasil dari total 368 sujek, yang
terdiri atas 184 subjek kasus dan 184 subjek kontrol, didapatkan bahwa dari 184
subjek penelitian yang menderita hipertensi, sebanyak 104 subjek (56,5% dari
kasus) memiliki genetik hipertensi dan 80 orang subjek (43,5% dari kasus) tidak
memiliki genetik hipertensi. Sedangkan hasil yang diperoleh dari 184 subjek
penelitian yang tidak menderita hipertensi, didapatkan bahwa dari 184 subjek
penelitian yang tidak menderita hipertensi, sebanyak 100 subjek (54,3% dari
kontrol) memiliki genetik hipertensi dan 84 orang subjek (45,7% dari kontrol)
tidak memiliki genetik hipertensi. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square
diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara genetik
hippertensi dan kejadian Hipertensi (p value = 0,753). Hasil analisis dapat dilihat
pada tabel yang telah disajikan di atas.

Analisa Odd Ratio


Odd Ratio =

Odss dari paparan kasus ad 8736


= =
=1,092
Odds dari paparan kontrol bc 8000

Dari hasil analisis didapatkan nilai OR genetik hipertensi (Ya/Tidak)


sebesar 1,092, yang berarti bahwa genetik hipertensi merupakan faktor risiko
(OR>1), yaitu subjek yang memiliki genetik hipertensi positif, memiliki
kemungkinan 1,092 kali terkena hipertensi dibandingkan yang tidak memiliki
genetik hipertensi.
Analisa Confidence Interval

95% CI of OR = (OR) exp () 1,96

ln
VAR

Dimana VAR(lnOR) = 1/a + 1/b + 1/c + 1/d


LnOr = transformasi natural log dari rasio odds
Exp(lnOR) = OR
95% CI untuk Tuberkulosis dalam hubungannya dengan Kontak Serumah:
VAR(lnOR)

= 1/a + 1/b + 1/c + 1/d


= 1/104 + 1/100 +1/80 + 1/84 = 0,0440

95% CI of OR

= (1,092) exp ( 1,96 0,0440 )

Batas Bawah

= (1,092) exp (- 1,96 0,0440 )= 0,7238

Batas Atas

= (1,092) exp (+ 1,96 0,0440 )= 1,6474

Kesimpulan: Karena CI 95% > 1, maka genetik hipertensi bermakna sebagai


faktor risiko kejadian tuberkulosis.

Hubungan paritas ibu dengan kejadian hipertensi


Variabel

Hipertensi
p value
Ya

Tidak

Total

Paritas

Primipara

34

18,5%

38

20,7% 72

19,6%

Ibu

Multipara

112

60,9%

123

66,8% 235

63,9%

Grande Multipara

38

20,7%

23

12,5% 61

16,6%

184

100%

184

100%

100%

Total

368

0,109

Berdasarkan hasil analisis Bivariate, didapatkan hasil dari total 368 sujek, yang
terdiri atas 184 subjek kasus dan 184 subjek kontrol, didapatkan bahwa dari 184
subjek penelitian yang menderita hipertensi, peringkat teratas paritas yang dimiliki

subjek kasus adalah multipara sebanyak 112 orang (60,9% dari total kasus),
diikuti olehgrande multipara38 orang (20,7%dari total kasus), dan primipara
sebanyak 34 orang (18,5% total kasus). Sedangkan hasil yang diperoleh dari 184
subjek penelitian yang tidak menderita hipertensi, diperoleh peringkat teratas
paritas dimiliki subjek kontrol adalah multipara sebanyak 123 orang (66,8% dari
total kontrol), diikuti olehprimipara 38 orang (20,7%dari total kontrol), dan
grande multipara sebanyak 23 orang (12,5 % dari total kontrol). Hasil uji statistik
menggunakan uji chi square diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan yang
bermakna antara paritas ibu dan kejadian Hipertensi (p value = 0,109). Hasil
analisis dapat dilihat pada tabel yang telah disajikan di atas.

1.7 Buatlah kesimpulan akhir analisis anda


a. Berdasarkan analisa univariat didapatkan dari seluruh responden, persentase
usia mayoritas adalah 20-35 tahun yaitu 55,2%, persentase pendidikan
mayoritas adalah SMA yaitu 43,5%, persentase pekerjaan mayoritas adalah
ibu rumah tangga yaitu 66,8%, persentase IMT mayoritas adalah healthy
weight yaitu 51,4%, persentase yang memiliki genetik hipertensi yaitu 55,4%,
persentse mayoritas adalah yang multipara yaitu 63,9%, persentase pengguna
KB suntik 65,8%, dan persentase penderita hipertensi adalah 50%.
b. Berdasarkan analisa bivariat, yang bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara KB suntik dengan kejadian hipertensi, dilakukan uji statistik
menggunakan chi square. Dari 184 responden hipertensi yang menggunakan
KB suntik sebanyak 131 responden (71,2%) lebih banyak dibandingkan
dengan responden yang tidak menggunakan KB suntik sebnyak 53 responden
(28,8%). Hasil uji statistik diperoleh hasil terdapat hubungan yang bermakna
antara penggunaan KB suntik dengan kejadian hipertensi dengan nilai p< 0,05
(0,037).
c. Berdasarkan analisa multivariat dengan regresi logistik, dapat disimpulkan
bahwa hanya variabel KB suntik yang tingkat pengaruhnya paling besar
terhadap kejadian hipertensi pada penelitian ini.

2. Soal untuk Eksperimental


2.1 Buatlah kerangka desain penelitian dari data eksperimental tersebut
Penelitian

ini

merupakan

penelitian

eksperimental

dengan

desain

eksperimental pre dan post-test. Penelitian ini membagi subjek menjadi 2 kelompok
untuk menerima obat terbinafin atau obat ketokonazol untuk pengobatan DS.
Pengobatan dipakai selama waktu tertentu kemudian dievaluasi menggunakan skor
SASI-F dan perubhan nilai fungsi hati yaitu SGOT dan SGPT. Subjek yang memenuhi
kriteria dan menandatangani persetujuan (informedconsent) setelah penjelasan
diikutsertakan dalam penelitian ini. Kriteria inklusi dan eksklusi ditentukan sesuai
penelitian. Kriteria efektivitas jika skor SASI-F menurun secara signifikan antara pre
dan post eksperimental. Efektivitas juga dinilai dengan adanya perubahan fungsi hati
yang signifikan, dimana obat yang memiliki efek samping terendah pada pada
perubahan kadar fungsi hati yang memiliki efektivitas lebih baik.
Pasien Dermatitis Seboroik

Memenuhi criteria inklusi & ekslusi

Tidak memenuhi kriteria inklusi & ekslusi

Menandatangani Informed Consent


Penatalaksanaan

atus penelitian, pemeriksaan fisik, penilaian skor SASI-F, Penilaian kadar fungsi hati (SGOT, SGPT)

Random Alokasi

Obat Terbunafin

Obat Kenokozol

n lanjut: evaluasi pengobatan, dengan skor SASI-F dan Penilaian kadar fungsi hati (SGOT, SGPT)

Analisis Statistik

Hasil Penelitian

2.2

Buatlah kerangka konsep dari studi eksperimental tersebut


Obat Ketokonazol

Obat Terbinafin

Usia
Jenis Kelamin
Sosial Ekonomi
Pekerjaan
Tipe Kulit
Riwayat
Tidak ada
perubahan fungsi
hati yang signifikan

Penurunan
skor SASI-F
Efektivitas

Sangat
baik

Baik

Efektivitas

Efektivitas

Kurang

Sangat
baik

Baik

Tidak ada
perubahan fungsi
hati yang signifikan

Penurunan
skor SASI-F

Kurang

Sangat
baik

Perbandingan
Efektivitas
Perbandingan Efektivitas

Baik

Efektivitas

Kurang

Sangat
baik

Baik

Kurang

2.3 Buatlah hipotesis penelitiannya


Ho: Tidak ada perbedaan efektifitas antara obat terbinafin dan ketokonazol pada
pengobatan Dermatitis Seboroik
H1: Ada perbedaan efektifitas antara obat terbinafin dan ketokonazol pada
pengobatan Dermatitis Seboroik

2.4 Lakukan analisis komprehensif sehingga mencapai kesimpulan dengan


pendekatan epidemiologi deskriptif dan analitik
1. Analisa Deskriptif
a. Distribusi Frekuensi
Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 90
= 1 + 6,4
= 7,4
Lebar kelas interval = range / banyak kelas interval
= 50 / 7,4
= 6,7
=7
Tabel ditribusi frekuensi Usia:

Pada

Kelompok Usia

Jumlah

13-19

13

14.4 %

20-26

10

11.1%

27-33

21

23.3 %

34-40

16

17.8 %

41-47

13

14.4 %

48-54

10

11.1 %

55-61

4.4%

62-68

3.3%

Total

90

100.0%

Persentasi

kelompok

usia,

kelompok

usia

terbanyak

adalah

kelompok usia 27-33 tahun yaitu berjumlah 21 orang (23,3%), diikuti oleh
kelompok usia 34-40 tahun berjumlah 16 orang (17,8%), kelompok 41-47
tahun dan 13-19 tahun berjumlah 13 orang (14,4%), kelompok 20-26 tahun
dan 48-54 tahun berjumlah 10 orang (11,1%), kelompok usia 55-61 tahun

berjumlah 4 orang (4,4%). Sedangkan kelompok usia terendah adalah


kelompok usia 62-68 tahun yaitu berjumlah 3 orang (3,3%).
b. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin
Jenis kelamin

Jumlah

Persentasi

Laki-laki

39

43.3%

Perempuan

51

56.7%

Total

90

100.0%

Pada kelompok jenis kelamin, perempuan lebih banyak dibandingkan


laki-laki yaitu sebanyak 51 orang (56,7%). Sedangkan laki-laki berjumlah 39
orang (43,3%) .
c. Distribusi Frekuensi Sosial Ekonomi
Sosial ekonomi

Jumlah (n)

Persentasi

Rendah

54

60.0%

Sedang

27

30.0%

Tinggi

10.0%

Total

90

100.0%

Pada kelompok sosial ekonomi dari jumlah 90 orang terdapat


kelompok sosial ekonomi dari yang tertinggi sampai ke terendah yaitu, 54
orang (60%) dengan sosial ekonomi rendah, 27 orang (30%) dengan sosial
ekonomi sedang dan sisnya 9 orang (10%) dengan sosial ekonomi rendah.

d. Distribusi Frekuensi Pekerjaan


Pekerjaan
Tidak bekerja

Jumlah

Persentasi

19

21.1%

Buruh

26

28.9%

Wiraswasta

23

25.6%

PNS

22

24.4%

Total

90

100.0%

Pada kelompok pekerjaan dari jumlah 90 orang terdapat kelompok


pekerjaan terbanyak adalah 26 orang (28,9%) yang bekerja sebagai buruh, 23
orang (25,6%) yang bekerja sebagai wiraswasta, 22 orang (24,4%) yang
bekerja sebagai PNS, dan 19 orang (21,1%) yang tidak bekerja.
e. Distribusi Frekuensi Tipe Kulit

Tipe Kulit

Jumlah (n)

Persentasi

Kering

1.1%

Normal

10.0%

Berminyak

80

88.9%

Total

90

100.0%

Pada kelompok tipe kulit dari jumlah 90 orang terdapat kelompok tipe
kulit terbanyak adalah 80 orang (88,9%) yang memiliki kulit berminyak, 9
orang (10%) yang memiliki kulit normal, dan 1 orang (1,1%) yang memiliki
kulit kering.

f. Distribusi Frekuensi Riwayat


Riwayat

Jumlah

Persentasi

Tidak ada

18

20.0%

Ada

72

80.0%

Total

90

100.0%

Pada kelompok riwayat dari jumlah 90 orang terdapat kelompok


riwayat terbanyak adalah 72 orang (80%) dengan riwayat dan sisanya 18
orang (20%) tanpa riwayat.

g. Skor SASI Pre Eksperimental


Dari skor SASI-F dikategorikan derajat berat ringan dermatitis
seboroik menjadi 3 yaitu DS ringan apabila skor < 14, DS sedang apabila skor
14-23, DS berat apabila skor > 23.

Perlakuan
Ketokonazol Terbinafin
SASI PRE DS Ringan

Jumlah
%

DS Sedang

DS Berat

23

45

24.4%

25.6%

50.0%

11

17

6.7%

12.2%

18.9%

17

11

28

18.9%

12.2%

31.1%

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

Jumlah
%

Total

22

Jumlah
%

Jumlah
%

Total

Dari Hasil analisa SASI-F Pre-eksperimental didapatkan DS ringan


sebanyak 45 orang (50%), DS sedang sebanyak 17 orang (18,9%) dan DS
berat sebanyak 28 orang (31,1%).
h. Skor SASI Post Eksperimental

Skor SASI-F post-eksperimental yaitu Sangat Baik jika skor SASI-F 0;


Baik jika skor 0-1,5 dan Kurang jika skor >1,5. Angka kesembuhan adalah
jumlah pasien dengan skor SASI-F post-eksperimental 0-1,5.
Skor SASI post

Sangat baik

16

17.8

Baik

40

44.4

Kurang

34

37.8

Total

90

100.0

Dari hasil analisa


SASI-F Post-eksperimental didapatkan hasil sangat baik sebanyak 16 orang
(17,8%), baik sebanyak 40 orang (44,4%) dan kurang sebanyak 34 orang
(37,8%).

i. Skor SGOT Pre Ekspeerimental

Perlakuan
Ketokonazol Terbinafin
SGOTPre Normal

Jumlah (n)
%

Total

Jumlah (n)
%

Total

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

Sebelum diberikan perlakuan berupa pengobatan (ketokonazol dan


terbinafin), masing-masing kelompok sampel dilakukan pemeriksaan kadar
fungsi hati berupa SGOT. Pada kelompok pengobatan ketokonazol, semua
sampel berjumlah 45 orang (50%) memiliki nilai SGOT yang normal
(>35U/L). Demikian pula pada kelompok pengobatan terbinafin, semua
sampel yang berjumlah 45 orang (50%) memiliki nilai SGOT yang normal
(>35U/L).
j. SGOT Post Eksperimental

Perlakuan
Ketokonazol Terbinafin

Total

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

Total

Setelah diberikan perlakuan berupa pengobatan (ketokonazol dan


terbinafin), masing-masing kelompok sampel dilakukan pemeriksaan kadar
fungsi hati berupa SGOT. Pada kelompok yang telah diberikan pengobatan
ketokonazol, semua sampel berjumlah 45 orang (50%) memiliki nilai SGOT
yang normal (>35U/L). Demikian pula pada kelompok yang telah diberikan
pengobatan terbinafin, semua sampel yang berjumlah 45 orang (50%)
memiliki nilai SGOT yang normal (>35U/L).

k. SGPT Pre Eksperimental

Perlakuan
Ketokonazol
SGPT Pre Normal

Count
% of Total

Total

Count
% of Total

Terbinafin

Total

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

Sebelum diberikan perlakuan berupa pengobatan (ketokonazol dan


terbinafin), masing-masing kelompok sampel dilakukan pemeriksaan kadar
fungsi hati berupa SGPT. Pada kelompok pengobatan ketokonazol, semua
sampel berjumlah 45 orang (50%) memiliki nilai SGPT yang normal
(>36U/L). Demikian pula pada kelompok pengobatan terbinafin, semua
sampel yang berjumlah 45 orang (50%) memiliki nilai SGPT yang normal
(>36U/L).

l. SGPT Post Eksperimental

Perlakuan
Ketokonazol
SGPTpost

Normal

Count
% of Total

Total

Count
% of Total

Terbinafin

Total

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

45

45

90

50.0%

50.0%

100.0%

Setelah diberikan perlakuan berupa pengobatan (ketokonazol dan


terbinafin), masing-masing kelompok sampel dilakukan pemeriksaan kadar
fungsi hati berupa SGPT. Pada kelompok yang telah diberikan pengobatan
ketokonazol, semua sampel berjumlah 45 orang (50%) memiliki nilai SGOT
yang normal (>36U/L). Demikian pula pada kelompok yang telah diberikan
pengobatan terbinafin, semua sampel yang berjumlah 45 orang (50%)
memiliki nilai SGPT yang normal (>36U/L).

ANALISA BIVARIAT
1. Hubungan antara Sosial Ekonomi dengan Skor SASI-F Pre-eksperimental pada
kelompok Ketokonazol dan Kelompok Terbinafin
KETOKONAZOLE

Mean

Std. Deviation

Rendah

31

15.9355

8.21456

Sedang

10

15.8500

7.69578

Tinggi

10.6250

9.06803

Total

45

15.4444

8.12699

TERBINAFIN

Mean

Std. Deviation

Rendah

23

12.4565

6.84722

Sedang

17

16.0588

8.95803

Tinggi

15.0000

7.90569

Total

45

14.1000

7.82885

P
0,350

Analisis bivariate antara social ekonomi dengan skor SASI-F Pre-eksperimental


dilakukan menggunakan one-way anova. Pada penelitian ini, social ekonomi tidak
mempengaruhi Skor SASI-F pre eksperimental baik pada kelompok Ketokonazol maupun
pada kelompok Terbinafin, dengan nilai p tiap kelompok secara berturut-turut adalah 0,472
Dan 0.350 (tidak bermakna jika p> 0.05). Perbandingan nilai rerata skor SASI-F Preeksperimental pada tiap kolompok social ekonomi dapat dilihat pada tabel.

2. Hubungan antara Usia dengan Skor SASI-F Pre-Eksperimental pada kelompok


Ketokonazol dan Kelompok Terbinafin
KETOKONAZOLE

Skor SASI Pre

Mean

Std. Deviation

13 -19 tahun

20.3333

9.86577

20 -26 tahun

10.0000

1.35401

27 - 33 tahun

12

18.2917

7.75024

34-40 tahun

19.0000

7.60169

41-47 tahun

12.0556

7.94687

48-54 tahun

10.6000

6.98570

55-61 tahun

17.0000

9.89949

62-68 tahun

13.5000

14.84924

45

15.4444

8.12699

Total

TERBINAFIN

Mean

Std. Deviation

13 -19 tahun

10

12.9500

7.76191

20 -26 tahun

9.9167

8.42862

27 - 33 tahun

15.0000

8.09707

34-40 tahun

14.6875

8.00418

41-47 tahun

10.8750

9.36638

48-54 tahun

16.3000

5.51815

55-61 tahun

22.0000

4.94975

62-68 tahun

24.0000

45

14.1000

7.82885

Total

0,47

Pada penelitian ini, kelompok usia tidak mempengaruhi Skor SASI-F pre eksperimental
baik pada kelompok Ketokonazol maupun pada kelompok Terbinafin, dengan nilai p tiap
kelompok secara berturut-turut adalah 0.220 Dan 0.470 (tidak bermakna jika p> 0.05).
Perbandingan nilai rerata skor SASI-F pre-eksperimental pada tiap kolompok usia dapat
dilihat pada tabel.

3. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Skor SASI-F Pre-eksperimental pada


kelompok Ketokonazol dan Kelompok Terbinafin
KETOKONAZOLE
Group Statistics
Jenis Kelamin
Skor SASI Pre

Laki-laki

Mean
17

15.5882

Std. Deviation
8.32585

Std. Error Mean


2.01932

Perempuan

28

15.3571

8.15686

1.54150

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means


95% Confidence
Interval of the
Difference

F
Skor SASI Pre

Sig.

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

tailed)

Difference

Difference

Lower

Upper

Equal
variances

.012

.914

.091

43

.928

.23109

2.52745

-4.86599 5.32818

.091 33.367

.928

.23109

2.54045

-4.93533 5.39751

assumed
Equal
variances not
assumed

TERBINAFIN
Group Statistics
Jenis Kelamin
Skor SASI Pre

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Laki-laki

22

12.0227

7.85657

1.67503

Perempuan

23

16.0870

7.43097

1.54947

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of Variances

t-test for Equality of Means

Std.

F
Skor SASI Pre

Equal
variances
assumed

Sig.
.420

.520

df
-

1.783

43

Mean

Error

Sig. (2-

Differen

Differenc

tailed)

ce

.082

4.06423

2.27890

95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower

Upper

-8.66007 .53162

Equal
variances

not

42.565

1.781

.082

4.06423

2.28179

-8.66725 .53879

assumed

Analisis bivariate antara jenis kelamin dengan skor SASI-F Pre-eksperimental


dilakukan menggunakan student t test. Pada penelitian ini, jenis kelamin tidak
mempengaruhi Skor SASI-F post eksperimental baik pada kelompok Ketokonazol
maupun pada kelompok Terbinafin, dengan nilai p tiap kelompok secara berturut-turut
adalah 0.928 Dan 0.082 (tidak bermakna jika p> 0.05). Perbandingan nilai rerata skor
SASI-F Pre-eksperimental pada tiap kolompok jenis kelamin dapat dilihat pada tabel.
4. Hubungan antara Pekerjaan dengan Skor SASI-F Pre-eksperimental pada
kelompok Ketokonazol dan Kelompok Terbinafin
KETOKONAZOLE
Descriptives
Skor SASI Pre
95% Confidence Interval for Mean
N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

Minimum

Maximum

Tidak bekerja

10

17.3500

8.86018

2.80183

11.0118

23.6882

3.00

27.00

Buruh

15

15.9000

7.47185

1.92922

11.7622

20.0378

7.00

25.50

Wiraswasta

11

13.6818

8.68410

2.61836

7.8478

19.5159

3.00

24.00

PNS

14.7222

8.55538

2.85179

8.1460

21.2985

4.00

24.00

Total

45

15.4444

8.12699

1.21150

13.0028

17.8861

3.00

27.00

ANOVA
Skor SASI Pre
Sum of Squares
Between Groups

df

Mean Square

78.294

26.098

Within Groups

2827.817

41

68.971

Total

2906.111

44

TERBINAFIN

Sig.
.378

.769

Descriptives
Skor SASI Pre
95% Confidence Interval for Mean
N
Tidak bekerja

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

Minimum

12.5556

4.97773

1.65924

8.7293

16.3818

5.50

Buruh

11

11.2273

6.93673

2.09150

6.5671

15.8874

2.50

Wiraswasta

12

15.2083

8.88937

2.56614

9.5603

20.8564

3.00

PNS

13

16.5769

8.85731

2.45658

11.2245

21.9293

3.00

Total

45

14.1000

7.82885

1.16706

11.7480

16.4520

2.50

ANOVA
Skor SASI Pre
Sum of Squares
Between Groups

df

Mean Square

206.744

68.915

Within Groups

2490.056

41

60.733

Total

2696.800

44

F
1.135

Sig.
.346

Analisi bivariate antara pekerjaan dengan skor SASI-F Pre-eksperimental dilakukan


menggunakan one-way anova. Pada penelitian ini, pekerjaan tidak mempengaruhi Skor
SASI-F pre eksperimental baik pada kelompok Ketokonazol maupun pada kelompok
Terbinafin, dengan nilai p tiap kelompok secara berturut-turut adalah 0.769 Dan 0.346 (tidak
bermakna jika p> 0.05). Perbandingan nilai rerata skor SASI-F Pre-eksperimental pada tiap
kolompok pekerjaan dapat dilihat pada tabel.
5. Hubungan antara Tipe Kulit dengan Skor SASI-F Pre-eksperimental pada
kelompok Ketokonazol dan Kelompok Terbinafin
KETOKONAZOLE
Descriptives
Skor SASI Pre

95% Confidence Interval for Mean


N
Normal

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

Minimum

Maximum

16.1000

8.12712

3.63456

6.0089

26.1911

7.00

25.00

Berminyak

40

15.3625

8.22674

1.30076

12.7315

17.9935

3.00

27.00

Total

45

15.4444

8.12699

1.21150

13.0028

17.8861

3.00

27.00

ANOVA
Skor SASI Pre
Sum of Squares
Between Groups

df

Mean Square

2.417

2.417

Within Groups

2903.694

43

67.528

Total

2906.111

44

Sig.
.036

.851

TERBINAFIN
Descriptives
Skor SASI Pre
95% Confidence Interval for Mean
N

Mean

Std. Deviation

Std. Error

Lower Bound

Upper Bound

Minimum

Kering

24.0000

24.00

Normal

15.1250

11.06327

5.53163

-2.4791

32.7291

3.00

Berminyak

40

13.7500

7.54899

1.19360

11.3357

16.1643

2.50

Total

45

14.1000

7.82885

1.16706

11.7480

16.4520

2.50

ANOVA
Skor SASI Pre
Sum of Squares
Between Groups

df

Mean Square

107.113

53.556

Within Groups

2589.688

42

61.659

Total

2696.800

44

Sig.
.869

.427

Analisis bivariate antara tipe kulit dengan skor SASI-F Pre-eksperimental dilakukan
menggunakan one-way anova. Pada penelitian ini, tipe kulit tidak mempengaruhi Skor SASIF pre eksperimental baik pada kelompok Ketokonazol maupun pada kelompok Terbinafin,
dengan nilai p tiap kelompok secara berturut-turut adalah 0.851 Dan 0.427 (tidak bermakna
jika p> 0.05). Perbandingan nilai rerata skor SASI-F Pre-eksperimental pada tiap kolompok
tipe kulit dapat dilihat pada tabel.

6. Hubungan antara Riwayat dengan Skor SASI-F Pre-eksperimental pada


kelompok Ketokonazol dan Kelompok Terbinafin
KETOKONAZOLE
Group Statistics
Riwayat
Skor SASI Pre

Tidak ada
Ada

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

14.6667

7.36659

3.00740

39

15.5641

8.32022

1.33230

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances

t-test for Equality of Means


95% Confidence Interval of the

F
Skor SASI Pre

Sig.

df

Sig. (2-

Mean

Std. Error

tailed)

Difference

Difference

Difference
Lower

Upper

Equal
varianc
es

1.030

.316

-.249

43

.804

-.89744

3.60253

-8.16262

6.36775

-.273

7.119

.793

-.89744

3.28930

-8.64909

6.85422

assume
d
Equal
varianc
es not
assume
d

TERBINAFIN

Group Statistics
Riwayat
Skor SASI Pre

Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

Tidak ada

12

9.9167

7.27647

2.10054

Ada

33

15.6212

7.55814

1.31570

Independent Samples Test


Levene's Test for
Equality of
Variances

t-test for Equality of Means


95% Confidence Interval

Mean
F
Skor SASI Pre

Equal variances
assumed

Sig.

.472

Equal variances
not assumed

.496

-2.260

df

Sig. (2-

Differenc

Std. Error

tailed)

Difference

of the Difference
Lower

43

.029

-5.70455

2.52390

-10.79447

-.61462

-2.302 20.253

.032

-5.70455

2.47857

-10.87062

-.53847

Analisis bivariate antara riwayat dengan skor SASI-F Pre-eksperimental dilakukan


menggunakan one-way anova. Pada penelitian ini, riwayat tidak mempengaruhi Skor SASI-F
pre eksperimental pada kelompok Ketokonazol tetapi mempengaruhi

Skor SASI-F pre

eksperimental pada kelompok Terbinafin dengan nilai p tiap kelompok secara berturut-turut
adalah 0.804 Dan 0.029 (tidak bermakna jika p> 0.05). Perbandingan nilai rerata skor SASI-F
Pre-eksperimental pada tiap kolompok riwayat dapat dilihat pada tabel.

7. Perbandingan Rerata Skor SASI-F Post-eksperimental dan Pre-eksperimental


Kelompok Ketokonazol
Paired Samples Statistics
Mean

Upper

Std. Deviation

Std. Error Mean

Pair 1

Skor SASI Pre

15.4444

45

8.12699

1.21150

2.0111

45

1.52810

.22780

Skor SASI Post

Paired Samples Correlations


N
Pair 1

Correlation

Skor SASI Pre & Skor SASI

45

Post

Sig.

.700

.000

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the

Mean
Pair 1

Std.

Std. Error

Deviation

Mean

Difference
Lower

Upper

df

Sig. (2-tailed)

Skor
SASI
Pre -

13.4333

Skor

7.14111

1.06453

11.28791

15.57876

12.619

44

SASI
Post

Penilaian skor total SASI-F Post-eksperimental pada kelompok ketokonazol mendapatkan


penurunan Yaitu 2.0111 1.528 Dari 15.444 8.12 skor total SASI-F pre-eksperimental.
Analisis menggunakan uji t, perbedaan tersebut didapatkan bermakna (p= 0.000). Hasil
Statistik perbedaan skor SASI-F post-eksperimental dibandingkan dengan skor SASI-F Preeksperimental pada kelompok Ketokonazol, disajikan dalam tabel.

8. Perbandingan Rerata Skor SASI-F Post-eksperimental dan Pre-eksperimental


Kelompok Terbinafin
Paired Samples Statistics
Mean

Std. Deviation

Std. Error Mean

.000

Pair 1

Skor SASI Pre

14.1000

45

7.82885

1.16706

Skor SASI Post

1.5333

45

1.13016

.16848

Paired Samples Correlations


N
Pair 1

Skor SASI Pre & Skor SASI

Correlation

45

Post

Sig.

.580

.000

Paired Samples Test


Paired Differences
95% Confidence
Interval of the

Mean
Pair 1

Skor SASI Pre Skor SASI Post

12.56667

Std.

Std. Error

Deviation

Mean

7.23203

Difference
Lower

Sig. (2-

Upper

1.07809 10.39392 14.73941

11.656

df

tailed)

44

Penilaian skor total SASI-F Post-eksperimental pada kelompok terbinafin


mendapatkan penurunan

Yaitu 1.533 1.13 Dari 14.1

7.8 skor total SASI-F pre-

eksperimental. Analisis menggunakan uji t, perbedaan tersebut didapatkan bermakna (p=


0.000). Hasil Statistik perbedaan skor SASI-F post-eksperimental dibandingkan dengan skor
SASI-F Pre-eksperimental pada kelompok terbinafin, disajikan dalam tabel.

Pendekatan Analitik
Untuk melakukan pendekatan analitik, digunakan uji paired t-test untuk
mengetahui apakah ada perbedaan antara pre-eksperimental dan post-eksperimental,
baik pada kelompok Terbinafin dan kelompok Ketokonazol. Hasil uji paired t-test
pada kelompok Terbinafin disajikan pada tabel 22 berikut.

.000

Tabel 22. Uji Paired t-test pada Kelompok Terbinafin

Pair

Skor SASI Pre

14.1000

45

Std.
Deviation
7.82885

Skor SASI Post

1.5333

45

1.13016

.16848

Pair

SGOT Pre

22.5778

45

5.65480

.84297

SGOT Post

23.7111

45

5.28988

.78857

Pair

SGPT Pre

22.8889

45

5.26231

.78446

SGPT Post

24.7778

45

5.27382

.78617

Mean

Std. Error
Mean
1.16706

Sig (2-tailed)
.000
.120
.009

Untuk melakukan analisis tabel di atas, ditetapkan sig < 0.05 sebagai suatu
signifikan. Berdasarkan tabel di atas, ada perbedaan antara skor SASI preeksperimental dan SASI post-eksperimental pada kelompok Terbenafin, dengan sig .
000 (p<0.05). Selain itu, juga ada perbedaan antara SGPT pre-eksperimental dan
SGPT post-eksperimental pada kelompok Terbenafin, dengan sig .009 (p<0.05).
Tetapi tidak ada perbedaan antara SGOT pre-eksperimental dan SGOT posteksperimental pada kelompok Terbenafin, karena sig .120 (p>0.05). Lalu hasil uji
paired t-test pada kelompok Ketokonazol disajikan pada tabel 23 berikut.
Tabel 23. Uji Paired t-test pada Kelompok Ketokonazol

Pair
1
Pair
2
Pair
3

Skor SASI Pre


Skor SASI Post
SGOT Pre
SGOT Post
SGPT Pre
SGPT Post

Mean

15.4444
2.0111
23.4667
27.3778
25.4889
29.0667

45
45
45
45
45
45

Std.
Deviation
8.12699
1.52810
5.65926
3.90390
4.91575
3.47981

Std. Error
Mean
1.21150
.22780
.84363
.58196
.73280
.51874

Sig (2-tailed)
.000
.000
.000

Untuk melakukan analisis tabel di atas, ditetapkan sig < 0.05 sebagai suatu
signifikan. Berdasarkan tabel di atas, ada perbedaan antara skor SASI preeksperimental dan SASI post-eksperimental pada kelompok Ketokonazol, dengan
sig .000 (p<0.05). Selain itu, juga ada perbedaan antara SGOT pre-eksperimental dan
SGOT post-eksperimental pada kelompok Ketokonazol, dengan sig .000 (p<0.05).
Serta juga ada perbedaan antara SGPT pre-eksperimental dan SGPT posteksperimental pada kelompok Terbenafin, dengan sig .000 (p<0.05).

2.5 Buatlah analisa Evidence Based Medicine (EBM) dengan menghasikan


ukuran sebagai berikut:
Nama Obat

Ya

Tidak

Jumlah

Terbinafin

45

45

Ketokonazol

45

45

a. Eksperimental Event Rate (EER)


Experimental event rate (EER) = 45 / 45+0 = 1
Menunjukkan penurunan kejadian penyakit pada kelompok obat Terbinafin
b. Control Event Rate (CER)
Control event rate (CER) = 45 / 45+0 = 1
Menunjukkan penurunan kejadian penyakit pada kelompok obat Ketokonazole
c. Absolure Risk Reduction (ARR)
Absolute Risk Reduction (ARR) = CER-EER

= 1 1= 0

d. Relative Risk Reduction (RRR)


Relative Risk Reduction (RRR) = CER-EER/CER = 1-1 / 1 = 0
RRR menunjukkan berapa persen obat Experimental dapat menurunkan
kegagalan terapi,artinya obat Terbinafin dapat menurunkan kegagalan
sebanyak 0%

e. Number Neede to Treat (NNT)


Number Needed to Treat (NNT) = 1/ARR = 1 / 0 = ~
Artinya diperlukan sebanyak ~ orang yang diberi Terbinafin untuk dapat
menghindarkan 1 orang dari kejadian Dermatitis Seboroik
f. RR
Relative Risk (RR) = EER/CER = 1 / 1 = 1
Menunjukkan berapa persen obat Terbinafin meningkatkan risiko memperoleh
efek samping, yaitu sebesar 1%.
3. Soal untuk cross sectional/survey
3.1 Buatlah kerangka desain penelitian dari data cross sectional tersebut
Populasi

Memenuhi kriteria inklusi

Tidak memenuhi kriteria inklusi

Menandatangani informed consent

Pengambilan data:
1.
2.
3.
4.

Karakteristik sosiodemografi
Kebiasaan merokok
Kebiasaan olahraga
Tekanan darah

Pencatatan dan pengelompokkan


data

Pengolahan Data

Penyajian data hasil penelitian


3.2 Buatlah kerangka konsep dari data cross sectional tersebut
Faktor Fisik:

Sosiodemografi:

Jenis Kelamin
Umur
Daerah Asal
Jumlah Anggota
Keluarga Serumah
Pekerjaan
Pendapatan per bulan
Kejadian Hipertensi

3.3 Buatlah Hipotesis Penelitian ini.

Hipertensi (+)
Hipertensi (-)

IMT
Genetik Hipertensi
Keluarga dengan
Hipertensi
Kebiasaan Olahraga
Waktu Olahraga
Penyakit Penyerta
Jumlah Rokok yang
dihisap per hari
Lama Merokok dalam
Tahun
Jenis Rokok
Merek Rokok

H0: Karakteristik sosiodemografi (usia, jenis kelamin, adala daerah, riwayat


pendidikan, pekerjaan dan jumlah keluarga) tidak berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi di Palembang
H1: Karakteristik sosiodemografi (usia, jenis kelamin, adala daerah, riwayat
pendidikan, pekerjaan dan jumlah keluarga) berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi di Palembang
H0: Status gizi (IMT) tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Palembang
H1: Status gizi (IMT) berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Palembang
H0: Genetik hipertensi dan keluarga yang hipertensi tidak berpengaruh terhadap

kejadian hipertensi di Palembang


H1: Genetik hipertensi dan keluarga yang hipertensi berpengaruh terhadap kejadian

hipertensi di Palembang
H0: Kebiasaan merokok, jumlah rokok, lama merokok, jenis rokok, dan merek

rokok tidak berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Palembang


H1: Kebiasaan merokok, jumlah rokok, lama merokok, jenis rokok, dan merek

rokok berpengaruh terhadap kejadian hipertensi di Palembang


H0: Aktivitas fisik (kebiasaan olahraga dan waktu olahraga) tidak berpengaruh

terhadap kejadian hipertensi di Palembang.


H1: Aktivitas fisik (kebiasaan olahraga dan waktu olahraga) berpengaruh terhadap
kejadian hipertensi di Palembang.

3.4 Lakukan analisis komprehensif dengan pendekatan epidemiologi deskriptif dan


analitik sehingga mencapai kesimpulan
1) Analisis Deskriptif
a) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Alamat
Alamat

Jumlah

Presentase (%)

Palembang

1318

96.55

Non Palembang

47

3.44

Total

1365

100

Dari 1365 subjek penelitian sebagian besar bertempat tinggal di Palembang


yaitu sebesar 1318 orang (96.55%).

b) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin


Jenis Kelamin

Jumlah

Presentase (%)

Laki-laki

681

49.9

Perempuan

684

50.1

Total

1365

100

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa dari seluruh subjek penelitian,


jumlah perempuan lebih banyak dari laki-laki yaitu perempuan 684 orang (50.1 %)
dan laki-laki sebanyak 681 orang (49.9 %).

c) Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Umur


Umur

Jumlah

Presentase (%)

<= 40 tahun

798

58.5

>40 tahun

567

41.5

Total

9000

100

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa dari seluruh subjek penelitian,


jumlah subjek yang berumur < 40 tahun lebih banyak dari subjek yang berusia > 40
tahun yaitu < 40 tahun 798 orang (58.5%) dan > 40 tahun 567 orang (41.5%).

d) Distribusi Frekuensi berdasarkan Suku


Suku

Jumlah

Presentase (%)

Palembang

622

45.6

Non Palembang

743

54.4

Total

1365

100

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan bahwa dari seluruh subjek penelitian,


jumlah sampel penelitian yang suku asli palembang sebesar 622 (45.6%) dan yang
suku asli non palembang sebesar 743 (54.4%).

e) Distribusi Frekuensi berdasarkan Pekerjaan


Pekerjaan

Jumlah

Presentase (%)

TidakBekerja

558

40.7

PNS

203

14.9

Swasta

311

22.8

Dagang

113

8.3

Buruh

58

4.2

Petani

.4

Lain-lain

119

8.7

Total

1365

100.0

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 1365 orang subjek penelitian,
558 orang sampel (40.7%) tidak memiliki pekerjaan dan paling banyak sampel
bekerja dibidang swasta sebanyak 311 orang (22.8%)

f) Distribusi Frekuensi berdasarkan Kategori Jumlah Anggota Keluarga


Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah

Presentase (%)

0-5 anggota keluarga

1065

78.0

>5 anggota kelurga

300

22.0

Total

1365

100

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 1365 orang subjek penelitian,
1065 orang sampel (78.0 %) tinggal di rumah yang tidak padat (0-5 anggota keluarga)
dan 300 orang sampel (22.0 %) tinggal di rumah yang padat (> 5 anggota keluarga).

g) Distribusi Frekuensi berdasarkan IMT


IMT
Underweight

Jumlah
143

Persentase (%)
10.5

Normal Weight

828

60.7

Overweight

314

23.0

Obse
Total

80
5.9
1365
100%
Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 1365 orang subjek penelitian,

mayoritas memiliki IMT dengan kategori Normal yaitu sejumlah 828 orang (60.7 %).

Kategori IMT yang jumlahnya paling sedikit adalah obese yaitu sejumlah 80 orang
(5.9 %) dari total subjek penelitian.

h) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Genetik Hipertensi


Genetik Hipertensi

Jumlah

Presentase (%)

Negatif

727

53.3

Positif

636

46.7

Total

1365

100

Pada penelitian ini didapatkan subjek penelitian dengan genetik hipertensi


negatif lebih banyak yaitu sebesar 727 orang (53.3 %).

i) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan Merokok


Kebiasaan Merokok

Jumlah

Presentase (%)

Tidak merokok

1033

75.7

Merokok

332

24.3

Total

1365

100

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 1365 orang subjek penelitian,
1033 orang sampel (75.7%) memiliki tidak memiliki kebiasaan merokok dan 332
(24.3 %) memiliki kebiasaan merokok.

j) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis rokok yang dihisap


Jenis rokok yang dihisap

Jumlah

Presentase (%)

Tidak merokok

1026

75.2

Kretek

146

10.7

Tembakau

193

14.1

Total

1365

100

Pada penelitian ini didapatkan sampel yang merokok dengan jenis rokok
tembakau lebih banyak diabndingkan dengan rokok keretek yaitu sebesar 146 orang
(10.7%).
k) Distribusi Frekuensi Berdasarkan merk rokok
Merek rokok

Jumlah

Presentase (%)

Tidak merokok

1028

75.3

Surya 16

72

5.3

Djarum Super

46

3.4

Marlboro

26

1.9

Class Mild

50

3.7

Sampoerna

82

6.0

Dji Sam Soe

29

2.1

Lain-lain

32

2.3

Total

9000

100

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa merk rokok yang paling


banyak dikonsumsi adalah Sampoerna yaitu sebanyak 82 orang (6.0%).

l) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kebiasaan olahraga


Kebiasaan olahraga

Jumlah

Presentase (%)

Tidak

680

49.8

Ya

685

50.2

Total

1365

100

Pada penelitian ini didapatkan subjek penelitian yang tidak berolahraga


sebesar 680 orang (49.8%) dan yang berolahraga sebesar 685 orang (50.2%).

m) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Penyakit Penyerta


Penyakit Penyerta

Jumlah

Presentase (%)

Tidak

1069

78,3

Ya

296

21,7

Total

1365

100

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar subjek


penelitian tidak memiliki penyakit penyerta yaitu sebanyak 1069 orang (78,3%).

n) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendapatan


Pendapatan

Jumlah

Presentase (%)

Miskin

796

58,3

Menengah ke atas

569

41,7

Total

1365

100

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 1365 orang subjek penelitian,
796 orang sampel (58,3%) memiliki status ekonomi miskin dan 569 orang sampel
(41,7%) memiliki status sosial ekonomi tidak miskin.

o) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah rokok


Jumlah rokok

Jumlah

Presentase (%)

Bukan Perokok

1020

74.7

Perokok Ringan

179

13.1

Perokok Sedang

139

10.2

Perokok Berat

27

2.0

Total

1365

100.0

Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 1365 orang subjek penelitian,
1020 orang sampel (74,7%) bukan perokok, 179 (13.1%) orang perokok ringan, 139
orang sampel (10.2%) perokok sedang, dan 27 orang (2.0 %) perokok berat.

p) Distribusi Frekuensi Berdasarkan lama merokok

Lama Merokok
Jumlah
Persentase (%)
BukanPerokok
1021
74.8
< 10 Tahun
158
11.6
> 10 Tahun
186
13.6
Total
1365
100.0
Pada penelitian ini didapatkan subjek yang merokok >10 tahun lebih banyak
dari subjek yang merokok <10 tahun yaitu 186 orang (13,6%).

q) Distribusi Frekuensi Berdasarkan keluarga yang hipertensi


Anggota

Keluarga

Jumlah
Persentase (%)
Dengan Hipertensi
Tidak ada
626
45.9
Ayah
280
20.5
Ibu
228
16.7
Kakek
68
5.0
Nenek
47
3.4
Ayah danIbu
90
6.6
Kakek dan nenek
26
1.9
Total
1365
100.0
Pada penelitian ini didapatkan data bahwa dari 1365 orang subjek penelitian,
626 orang sampel (45.9%) tidak memiliki anggota keluarga yang hipertensi dan
anggora keluarga yang memiliki riwayat hipertensi paling banyak ialah Ayah pasien
yaitu sebanyak 280 (20.5%).

r) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian Hipertensi


Kejadian hipertensi

Jumlah

Presentase (%)

Tidak Hipertensi

875

64,1

Hipertensi

490

35,9

Total

1365

100

Berdasarkan hasil penelitian, dari 1365 sampel sebagian besar tidak hipertensi
yaitu sebesar 875 orang (64,1%).

s) Distribusi Frekuensi Berdasarkan Waktu Olahraga


Waktu Olahraga

Jumlah

Presentase (%)

3,5 jam/minggu

1130

82.8

>3,5 jam/minggu

235

17.2

Total

1365

100

Pada penelitian ini didapatkan bahwa sampel yang berolahraga 3,5


jam/minggu sebanyak 1130 orang (82.8%) dan yang >3,5 jam/minggu sebanyak 235
orang (17.2%).

2) Analisis Analitik
Karakteristik Sosiodemografi
a) Usia
Hipertensi
Usia

Hipertensi (+)

Hipertensi (-)

Jumlah

Usia 40 tahun

180

22.6%

618

77,4%

798

100%

Usia > 40 tahun

310

54,7%

257

45,3%

567

100%

Jumlah

490

35,9%

875

64,1%

1365

100%

.000

Hasil uji statistik menunjukkan antara umur dengan tekanan darah yaitu p
= 0.000 (p< 0.05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara
usia dengan kejadian hipertensi.

b) Suku
Hipertensi
Suku

Hipertensi (+)

Hipertensi (-)

Jumlah

Palembang

232

37,3%

390

62,7%

622

100%

Non Palembang

258

34,7%

485

65,3%

743

100%

Jumlah

490

35,9%

875

64,1%

1365

100%

.323

Hasil uji statistik menunjukkan antara suku bangsa dengan tekanan darah
yaitu p = 0.323 (p> 0.05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa tidak ada
hubungan antara suku bangsa dengan kejadian hipertensi.

c) Pekerjaan
Hipertensi
Pekerjaan

Hipertensi (+)
n

Tidak Bekerja

156

Bekerja
Jumlah

Hipertensi (-) Jumlah


n

28.2% 397

71.8%

553

100%

334

41.1
%

478

58.9%

812

100%

490

35.9% 875

64.1%

1365 100%

.000

Hasil uji statistik menunjukkan antara pekerjaan dengan tekanan darah yaitu p
= 0.000 (p< 0.05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara
pekerjaan dengan kejadian hipertensi.
d) Jenis Kelamin
Hipertensi

Jenis

Hipertensi (+)

Hipertensi (-)

Jumlah

Laki-laki

294

43.2%

387

56.8%

681

100%

Wanita

196

28.7%

488

71.3%

684

100%

Jumlah

490

35.9%

875

64.1%

1365 100%

Kelamin

.000

Hasil uji statistik menunjukkan antara jenis kelamin dengan tekanan darah
yaitu p = 0.000 (p< 0.05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara
jenis kelamin dengan kejadian hipertensi.
e) Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah

Hipertensi
Hipertensi (+) Hipertensi (-)

P
Jumlah

N
Anggota
0-5
anggota
Keluarga

358 33,6%
707
66,4%
1065
100%
keluarga
>5
anggota
0,008
126
42%
174
58%
300
100%
keluarga
Jumlah
484
35,5% 881
64,5% 1365
100%
Hasil uji statistic menunjukkan antara jumlah anggota keluarga serumah
dengan tekanan darah yaitu p = 0,008 (p< 0,05) maka dapat diambil kesimpulan
bahwa terdapat hubungan antara jumlah anggota keluarga serumah dengan kejadian
hipertensi.

Riwayat Hipertensi Dalam Keluarga


f)

Genetik Hipertensi
Hipertensi
Hipertensi (+)

Genetik
Hipertensi

N
Genetik hipertensi
(-)
Genetik hipertensi

178

Hipertensi (-)

Jumlah

24,5%

549

75,5%

727

100%

0,00

306 48%
332
52%
638 100% 0
(+)
Jumlah
484
35,5%
881
64,5% 1365 100%
Hasil uji statistik menunjukkan antara genetic hipertensi dengan tekanan
darah yaitu p = 0.000 (p< 0.05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada
hubungan antara genetik hipertensi dengan kejadian hipertensi.

g) Keluarga yang Hipertensi


Keluarga
hipertensi
Keluarga
hipertensi (-)
Keluarga
hipertensi (+)
Jumlah

yang Hipertensi
Hipertensi (+)
n
%
yang
163
26%
yang

P
Hipertensi (-)
N
%
463

74%

Jumlah
n
%
626

100%
0,00

321

484

43,4% 418

56,6%

739

100%

35,5%

64,5%

1365

100%

881

Hasil uji statistic menunjukkan antara keluarga yang hipertensi dengan


tekanan darah yaitu p = 0.000 (p< 0.05) maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada
hubungan keluarga yang hipertensi dengan kejadian hipertensi.

Merokok dan Hipertensi


h)

Hubungan merk rokok dengan hipertensi


Hipertensi
Merokok

Total

Hipertensi (+)

Hipertensi (-)

Tidak Merokok

730

29%

730

71%

1028 100%

Surya 16

31

56,9%

31

43,1%

72

100%

Djarum Super

34

73,9%

12

26,1%

46

100%

Marlboro

17

65,4%

34,6%

26

100%

Clas Mild

20

40%

30

60%

50

100%

Sampoerna

44

53,7%

38

46,3%

82

100%

Dji Sam Soe

20

69%

31%

29

100%

Lain-lain

10

31,3%

22

68,8%

32

100%

35,5%

881

64,5%

1365 100%

Total

484

0,000

Nilai p pada tabel diatas adalah 0,000 .Secara statistik, terdapat hubungan
antara merekrokok dan hipertensi (p< 0.05).
i)

Hubungan jenis rokok dengan hipertensi


Jenis
rokok

Hipertensi
Hipertensi (+)

Total

Hipertensi (-)

298

29%

728

71%

1026

Kretek

86

55,8%

68

Tembakau

100

54%

85

46%

185

Jumlah

484

35,5%

881

64,5

1365

Tidak
Merokok

44,2
%

154

P
%

100.0
%
100.0
%
100.0
%
100.0

0,000

Nilai p pada tabel diatas adalah 0,000. Secara statistik terdapat hubungan
antara jenis rokok dan hipertensi (p<0.05)
j)

Hubungan jumlah rokok dengan hipertensi


Jumlah
rokok
Bukan
perokok
Perokok
ringan
Perokok

Hipertensi
Hipertensi (+)

Total

Hipertensi (-)

292

28,6%

728

71,4%

1020

100.0%

101

56,4%

78

43,6%

179

100.0%
0,000

78

56,1%

61

43,9%

139

100.0%

Perokok berat

13

48,1%

14

51,9%

27

100.0%

Jumlah

484

35,5%

881

64,5%

1365

100.0%

sedang

Nilai p pada tabel diatas adalah 0,000. Secara statistik terdapat hubungan
antara jumlah rokok dan hipertensi (p<0.05)

k)

Hubungan lama merokok dengan hipertensi


Lama
rokok

Hipertensi
Hipertensi (+)

Total

Hipertensi (-)

292

28,6%

729

71,4%

1021

100.0%

<10 Tahun

74

46,8%

84

53,2%

158

100.0%

>10 tahun

118

63,4%

68

36,6%

186

100.0%

Jumlah

484

35,5%

881

64,5%

1365

100.0%

Bukan
Perokok

0,000

Nilai p pada tabel diatas adalah 0,000. Secara statistik terdapat hubungan
antara lama merokok dan hipertensi (p<0.05)

l)

Hubungan Kebiasaaan Merokok dan Hipertensi


Kategori Tensi

Bukan
Meroko

perokok

k
Perokok

Total

Norma

Hiperten

si

Frekuensi

731

301

Persentase

70.8%

29.2%

Frekuensi

144

188

Persentase

43.4%

56.6%

Frekuensi

875

489

Persentase

64.1%

35.9%

Total

pvalue

1032
100.0
%
332
100.0

.000

%
1364
100.0
%

Berdasarkan tabel di atas, responden perokok yang mengalami hipertensi adalah


188 orang (56,6%), sementara yang tidak mengalami hipertensi adalah 144 orang
(43,4%). Sementara responden bukan perokok yang mengalami hipertensi adalah 301
orang (29,2%), sementara yang tidak mengalami hipertensi adalah 731 (70,8%).
Kemudian dari nilai p .000, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara
merokok dan hipertensi (p < 0.05). Lalu, responden merokok berisiko terkena
hipertensi sebesar 3,171 kali dibandingkan responden yang tidak merokok.

m) Hubungan IMT dan Hipertensi


Kategori Tensi

Kategori
IMT

Total

Normal

Hipertensi

Total

Tidak

Frekuensi

698

275

973

Obesitas

Persentase

71.7%

28.3%

100.0%

Frekuensi

177

214

391

Persentase

45.3%

54.7%

100.0%

Frekuensi

875

489

1364

Persentase

64.1%

35.9%

100.0%

Obesitas

p-value

.000

Berdasarkan tabel di atas, responden obesitas yang mengalami hipertensi adalah


214 orang (54,7%), sementara yang tidak mengalami hipertensi adalah 177 orang

(45,3%). Sementara responden tidak obesitas yang mengalami hipertensi adalah 275
orang (28,3%), sementara yang tidak mengalami hipertensi adalah 698 (71,7%).
Kemudian dari nilai p .000, dapat disimpulkan terdapat hubungan antara IMT dan
hipertensi (p < 0.05).
Aktifitas Fisik
n)

Kebiasaan Olahraga
Kategori Tensi

Kebiasaan
Olahraga

Tidak

Ya

Total

p-

Total

Normal

Hipertensi

Frekuensi

415

305

720

Persentase

57.6%

42.4%

100.0%

Frekuensi

460

184

644

Persentase

71.4%

28.6%

100.0%

Frekuensi

875

489

1364

Persentase

64.1%

35.9%

100.0%

value

.000

Berdasarkan tabel di atas, responden berolahraga yang mengalami hipertensi


adalah 184 orang (28,6%), sementara yang tidak mengalami hipertensi adalah 460
orang (71,4%). Sementara responden tidak berolahraga yang mengalami hipertensi
adalah 305 orang (42,2%), sementara yang tidak mengalami hipertensi adalah 415
(57,6%). Kemudian dari nilai p .000, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
antara tidak berolahraga dan hipertensi (p < 0.05).
o) Kategori waktu Olahraga
Kategori Waktu

Hipertensi

Olahraga per

Hipertensi (+) Hipertensi (-)

Minggu

Total

P
n

< 3,5 jam

414

36,6% 716

63,4% 8505

100% 0.05

3,5 jam

70

29,8% 165

70,2% 495

100% 1

Jumlah

484

35,5% 881

64,5% 9000

100%

Nilai P pada tabel diatas adalah 0.051. Secara statistic tidak menunjukan
adanya hubungan bermakna antara lama berolahraga dengan kejadian hipertensi
(p>0,05).

p) Penyakit Penyerta
Kategori

Hipertensi

Penyakit

Hipertensi (-) Hipertensi (+)

Penyerta

Total

Tidak ada

728

68,1% 341

31,9% 1069

100% 0.000

Ada

153

51,7% 143

48,3% 296

100%

Jumlah

881

64,5% 484

35,5% 1365

100%

Nilai P pada tabel diatas adalah 0.000.Secara statistic menunjukan adanya


hubungan bermakna antara penyakit penyerta dengan kejadian hipertensi
(p<0,05).
q) Pendapatan
Kategori
Pendapatan

Hipertensi

Total

Hipertensi (+) Hipertensi (-)


N

<Rp1000.000

236

31,3% 519

68,7% 755

100% 0.00

Rp1000.000

248

40,7% 362

59,3% 610

100%

Jumlah

484

35,5% 881

64.5% 1365

100%

Nilai P pada tabel diatas adalah 0.000.Secara statistic menunjukan adanya


hubungan bermakna antara pendapatan dengan kejadian hipertensi (p<0,05).

3.5 Buatlah kesimpulan akhir studi tersebut.


- Angka kejadian hipertensi di Kota Palembang ditemukan sebanyak 490 responden
-

(35,9%) dari 1365 responden yang memenuhi kriteria inklusi.


Distribusi prevalensi :
o Berdasarkan data sosiodemografi:
- Angka kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada laki-laki sebanyak
43,2%, pada kelompok umur

> 40 tahun yaitu sebanyak 54,7%, pada

kelompok dengan daerah asal Palembang yaitu sebanyak 37,3%, pada jumlah

anggota keluarga serumah >5 orang yaitu sebanyak 42%, pada kelompok
yang bekerja yaitu sebanyak 41,1%,
o Berdasarkan data keadaan fisik
- Angka kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada kelompok dengan
IMT yang obesitas yaitu sebanyak 54.7%%, pada kelompok dengan genetik
hipertensi positif yaitu sebanyak 48% , pada kelompok dengan keluarga
yang berpenyakit hipertensi yaitu sebanyak 43,4%, pada kelompok yang
tidak biasa melakukan olahraga yaitu sebanyak 42.4%%, pada kelompok
yang berolahraga < 3,5 jam sebanyak 36,6%%, dan pada kelompok dengan
penyakit penyerta sebanyak 48,3%%.
o Berdasarkan data faktor-faktor risiko hipertensi
- Angka kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai pada kelompok yang
memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak 56.6%, kelompok dengan lama
merokok > 10 tahun sebanyak 63,4%, kelompok dengan jenis rokok kretek
sebanyak 55,8%%, dan kelompok dengan merek rokok Djaruum Suuper
-

sebanyak 73,9%
Berdasarkan uji statistik Chi-Square atau Fisher Exact, sosiodemografi yang
memiliki hubungan yang signifikan dengan hipertensi diantaranya adalah
usia (p <0.000), pekerjaan (p<0.000), jenis kelamin (p<0.000), jumlah
anggota keluarga (p< 0,008), IMT (p<0.000), genetik hipertensi
(p<0.000), keluarga dengan hipertensi (p<0.000), kebiasaan olahraga

(p<0.000) dan penyakit penyerta (p<0.000).


Berdasarkan uji Chi-Square atau Fisher Exact, faktor risiko yang memiliki
hubungan signifikan dengan hipertensi di antaranya kebiasaan merokok
(p<0.00), jumlah rokok per hari (p<0.00), jenis rokok (p<0.00), lama
merokok (p<0.00), dan merek rokok (p<0.000).

Anda mungkin juga menyukai