PRESENTASI KASUS
SYOK HIPOVOLEMIK E.C. RUPTUR VARISES ESOFAGUS
DAN SIROSIS HEPATIK
Disusun oleh :
Lutfi Maulana
G4A015072
Khairisa Amrina
G4A014136
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
SYOK HIPOVOLEMIK E.C. RUPTUR VARISES ESOFAGUS
DAN SIROSIS HEPATIK
Mei 2016
Disusun oleh :
Lutfi Maulana
G4A015072
Khairisa Amrina
G4A014136
Purwokerto,
Mei 2016
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
Syok adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan hemodinamik
dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk mempertahankan
perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh. Hal ini muncul akibat kejadian pada
hemostasis tubuh yang serius seperti, perdarahan yang masif, trauma atau luka bakar
yang berat (syok hipovolemik), infark miokard luas atau emboli paru (syok
kardiogenik), sepsis akibat bakteri yang tak terkontrol (syok septik), tonus vasomotor
yang tidak adekuat (syok neurogenik) atau akibat respons imun (syok anafilaktik)
(Dooley JS, 2011).
Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana terjadi
kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada kegagalan beberapa organ,
disebabkan oleh volume sirkulasi yang tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang
tidak adekuat, Perdarahan yang terus menurus seperti pada pecahnya varises
esophagus mampu menyebabkan tidak adekuatnya perfusi jaringan ke perifer yang
dapat menyebabkan syok (Wijaya IP, 2007)
Varises gastroesofagus adalah pelebaran pembuluh darah di gaster atau
esofagus yang terjadi semakin besar. Pecahnya varises tersebut akan menimbulkan
perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA). Varises terjadi pada hampir 50%
pasien dengan sirosis hati (Tsao et al., 2007).
Varises esofagus terjadi jika adanya obstruksi aliran darah menuju hati.
Seringkali aliran darah diperlambat oleh jaringan parut pada hati yang disebabkan
oleh penyakit hati. Karena resistensi pembuluh darah di sinusoid hati rendah,
peningkatan tekanan vena portal (> 10 mmHg) akan mendistensi vena proksimal ke
tempat blok dan meningkatkan tekanan kapiler pada organ yang dialiri oleh pembuluh
darah vena yang terobstruksi, salah satunya adalah esofagus. Tidak imbangnya antara
tekanan aliran darah dengan kemampuan pembuluh darah mengakibatkan
pembesaran pembuluh darah (varises). Dalam keadaan yang demikian, terkadang
vena bisa pecah dan berdarah (Adi, 2007).
BAB II
LAPORAN KASUS
A.
B.
Identitas Pasien
Nama
: Ny. K
Umur
: 56 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Status perkawinan
: Sudah menikah
Suku bangsa
: Jawa
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
Tanggal masuk
Tanggal periksa
Anamnesa (Aloanamnesa)
Keluhan Utama
BAB hitam dan muntah darah sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit
hingga sekarang, sebelum penurunan kesadaran mengeluhkan pusing, mual
dan lemas.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan BAB hitam dan muntah darah saat di
IGD sejak 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Semenjak datang hingga
sekarang keluhan dirasakan belum berkurang. Nafsu makan menurun, lemas
dan pusing juga dikeluhkan pasien. Pasien masih sadar dan masih dapat diajak
berbicara namun makin lama makin lemas, hari ini BAB 1 kali masih hitam
dan sudah 3 kali muntah darah. Semenjak pukul 11.15 malam pasien
mengalami muntah darah hebat lalu disertai dengan penurunan kesadaran.
: disangkal
:disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat penyakit DM
: disangkal
Keluarga
:
Pasien tinggal sendiri dirumah, pekerjaan sehari-hari dibantu oleh
pembantu RT karena sudah lemah.
Lingkungan
:
Hubungan antara pasien dengan tetangga di lingkungannya juga baik.
Tempat tinggal
:
Pasien tinggal di rumah sederhana yang cukup memenuhi kriteria
rumah sehat.
Diet dan obat
:
Menu makan sehari-hari terdiri dari nasi, lauk pauk tempe, tahu, sayur
dan terkadang buah-buahan dan susu. Keluarga pasien mengaku pasien
C.
a) Status Generalis :
: Stupor
: E2V2M2
: Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
: 70/50 mmHg
: 24x/menit irregular.
: 28 x/menit
: 35,50 C
1. Kepala
2. Mata
3. Hidung
hidung (-)
4. Telinga: Simetris kanan kiri, discharge (-)
5. Mulut
: bibir sianosis (+)
b) Status Lokalis
1. Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
V LMCD
: Suara dasar vesikuler +/+, ronkhi basah kasar -/-,
ronkhi basah halus -/-, wheezing -/-
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
2. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
:
:
:
:
3. Ekstremitas
Superior
Inferior
Pemeriksaan Penunjang
Hasil Laboratorium Tanggal 8 Mei 2016
Pemeriksaan
Darah Lengkap
Hasil
Nilai Rujukan
Hemoglobin
Leukosit
Hematokrit
Eritrosit
Trombosit
MCV
MCH
MCHC
RDW
MPV
Hitung Jenis Leukosit
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
L 6,5 g/dL
6140 /uL
L 20 %
L 2.8 10^6/uL
L 72.000 / uL
L 72.1 fL
L 23.0 pg
L 31.9 %
H 19.4 %
11.9 fL
12,0 16,0
4800 10800
37 47
4,2 5,4
150.000 450.000
79 99
27 31
33 37
11,5 14,5
7,2 11,1
0,5 %
H 6,4 %
L 0.5 %
65.6 %
L 17.6 %
H 9.4 %
0,0 1,0
2,0 4,0
2,0 5,0
40,0 70,0
25,0 40,0
2,0 8,0
Hasil
Nilai Rujukan
L 6,4 g/dL
H 12.120 /uL
L 21 %
L 3.0 10^6/uL
L 129.000/ uL
L 69.5 fL
L 21.2 pg
L 30.5 %
H 20.0 %
12.2 fL
12,0 16,0
4800 10800
37 47
4,2 5,4
150.000 450.000
79 99
27 31
33 37
11,5 14,5
7,2 11,1
0,5 %
H 6,4 %
L 0.5 %
65.6 %
L 17.6 %
0,0 1,0
2,0 4,0
2,0 5,0
40,0 70,0
25,0 40,0
Monosit
Kimia Klinik
SGOT
SGPT
Ureum Darah
Kreatinin
Glukosa sewaktu
Natrium
Kalium
Klorida
H 9.4 %
2,0 8,0
49 U/L
32 U/L
53.1 mg/dl
0.70 mg/dl
165 mg/dl
15-37
30-65
14.98 38.52
0.60 1.00
<= 200
136 145
3.5 5.1
98 107
147 mmol/L
4.4 mmol/L
102 mmol/ L
D.
Diagnosis Kerja
1. Syok Hipovolemic
2. Anemia
3. Hematemesis Melena e.c. Ruptur esofagus
4. Sirosis Hepatis
E.
F.
Penatalaksanaan
1. Farmakologi
a. O2 nasal kanul 3 LPM
b. Drip Adona 1g/24 jam
c. Inf. NS 30 tpm
d. Inj. Vit K 3 x 1 A
e. Inj. Kalnex 3 x 500 mg
f. Inj. Omeprazol 1 x 1 A
g. Transfusi PRC 2 Kolf
2. Non Farmakologi
a. Diet Lunak
b. Bed Rest
3. Monitoring
Keadaan umum, vital sign, dan tanda syok
Prognosis
Ad Fungsional
: Dubia ad malam
Ad Sanationam
: Dubia ad malam
Ad Vitam
: Dubia ad malam
10
BAB III
PEMBAHASAN
A. Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik merupakan tipe syok paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravaskular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen
intraselular dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hampir 2/3 dari air
tubuh total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu
kompartemen intravaskuler dan interstisial. Volume cairan interstisial adalah kirakira 3-4x dari cairan intravaskuler. , Hal ini akan menggambarkan kehilangan
750ml sampai 3000 ml pada pria dengan berat badak 70kg. Paling sering, syok
hipovolemik merupakan akibat kehilangan darah yang cepat (syok hemoragik)
(Wijaya, 2007).
B. Patofisiologi Syok
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih
dapat ditangani oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh),
dan ireversibel (tidak dapat pulih) (Wijaya, 2007).
1. Tahap kompensasi
Adalah tahap awal syok saat tubuh masih mampu menjaga fungsi normalnya.
Tanda atau gejala yang dapat ditemukan pada tahap awal seperti kulit pucat,
peningkatan denyut nadi ringan, tekanan darah normal, gelisah,dan pengisian
11
pembuluh darah yang lama. Gejala-gejala pada tahap ini sulit untuk dikenali
karena biasanya individu yang mengalami syok terlihat normal (Wijaya, 2007).
2. Tahap dekompensasi
Dimana tubuh tidak mampu lagi mempertahankan fungsi-fungsinya. Yang
terjadi adalah tubuh akan berupaya menjaga organ-organ vital yaitu dengan
mengurangi aliran darah ke lengan, tungkai, dan perut dan mengutamakan aliran
ke otak, jantung, dan paru. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan diantaranya
adalah rasa haus yang hebat, peningkatan denyut nadi, penurunan tekanan darah,
kulit dingin, pucat, serta kesadaran yang mulai terganggu (Wijaya, 2007).
3. Tahap ireversibel
Dimana kerusakan organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat
diperbaiki. Tahap ini terjadi jika tidak dilakukan pertolongan sesegera mungkin,
maka aliran darah akan mengalir sangat lambat sehingga menyebabkan penurunan
tekanan darah dan denyut jantung. Mekanisme pertahanan tubuh akan
mengutamakan aliran darah ke otak dan jantung sehingga aliran ke organ-organ
seperti hati dan ginjal menurun. Hal ini yang menjadi penyebab rusaknya hati
,maupun ginjal. Walaupun dengan pengobatan yang baik sekalipun, kerusakan
organ yang terjadi telah menetap dan tidak dapat diperbaiki (Wijaya, 2007).
12
katekolamin dari kelenjar adrenal. Curah jantung dan tekanan perfusi jaringan
meningkat. Sehingga terjadi penurunan tekanan hidrostatik kapiler, cairan
interstitiel berpindah kedalam kompartemen pembuluh darah. Hati dan limpa
menambah volume darah dengan melepaskan sel-sel darah merah dan plasma
(Wijaya, 2007).
Sistem kardiovaskuler berespon dengan cara melakukan redistribusi
darah ke otak, jantung, dan ginjal dan perfusi berkurang pada kulit, otot, dan
saluran gastrointestinal. Di ginjal, renin menstimulasi dirilisnya aldosteron dan
retensi natrium (dan menahan air), di mana hormon antidiuretik (ADH atau
vasopressin) dari kelenjar ptiuitari posterior meningkatkan retensi air (Wijaya,
2007).
Sistem
hematologi
mengaktivasi
kaskade
koagulasi
dan
13
Pada sirosis hati, hipertensi portal timbul dari kombinasi peningkatan vaskular
intrahepatik dan peningkatan aliran darah ke sistem vena porta. Peningkatan
resistensi vaskular intrahepatik akibat ketidakseimbangan antara vasodilator dan
vasokontriktor.
Peningkatan
gradient
tekanan
portocaval
menyebabkan
terbentuknya kolateral vena portosistemik yang akan menekan sistem vena porta.
Drainage yang lebih dominan pada vena azygos menyebabkan terbentuknya
varises esofagus yang cenderung mudah berdarah. Varises esofagus dapat
terbentuk pada saat HVPG diatas 10 mmHg (Franchis, 2010).
Hipertensi portal paling baik diukur dengan menggunakan pengukuran
hepatic vein pressure gradient (HVPG). Perbedaan tekanan antara sirkulasi portal
dan sistemik sebesar 10-12 mmHg sangat penting dalam terbentuknya varises.
Nilai normal HVPG adalah 3-5 mmHg. Pengukuran awal HPVG bermanfaat bagi
sirosis compensate dan decompensate, sedangkan pengukuran secara berulang
HPVG berguna untuk monitoring pengobatan dan progresivitas penyakit hati
(Franchis, 2010).
14
15
loss >750
Class II
Class III
Class IV
750-1500
1500-2000
>2000
(mL)
Blood loss (%)
>15%
15-30%
30-40%
>40%
Heart rate/min
<100
>100
>120
>140
Normal
Decreased
Decreased
Decreased
Decreased
Decreased
Normal
16
Respiratory
14-20
20-30
30-40
<35
Delayed
Delayed
Delayed
Delayed
20-30
5-15
Minimal
Anxious
Confused
Confused and
rate
Capilary refill
Urine
ouput >30
(mL/hr)
Mental status
Slightly
anxious
lethargic
baku emas untuk menentukan ada tidaknya varises esofagus. Pada pasien
dengan sirosis yang kompensata dan tidak didapatkan varises, ulangi EGD
setiap 23 tahun, sedangkan bila ada varises kecil, maka pemeriksaan EGD
diulangi setiap 12 tahun. Pada sirosis yang dekompensata, lakukan
pemeriksaan EGD setiap tahun. Efektivitas skrining dengan endoskopi ini bila
ditinjau dari segi biaya, masih merupakan kontroversi, maka untuk keadaankeadaan tertentu disarankan untuk menggunakan gambaran klinis, seperti
jumlah platelet yang rendah, yang dapat membantu untuk memprediksi pasien
yang cenderung mempunyai ukuran varises yang besar (Vaezi, et al., 2006).
17
Bila standar baku emas tidak dapat dikerjakan atau tidak tersedia,
langkah diagnostik lain yang mungkin dapat dilakukan adalah dengan
ultrasonografi
Doppler
dari
sirkulasi
darah
(bukan
ultrasonografi
18
19
20
21
22
BAB III
KESIMPULAN
1. Syok hipovolemik adalah suatu sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh akibat
kehilangan cairan dalam jumlah berlebihan
2. Syok hipovolemik akibat perdarahan bisa disebabkan karena rupturnya varises
esophagus akibat hipertensi porta pada pasien dengan sirosis hepatis
3. Prinsip tatalaksana syok hipovolemik adalah manajemen sirkulasi, jalur napas,
oksigenasi dan farmakologis.
4. Pada pasien dengan varises esofagus, tatalaksana yang adekuat untuk
menghentikan perdarahan bisa dengan cara endoskopi, TIPS, dan operasi
untuk pembedahan pada anastomosis portosistemik.
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi, P. 2007. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi Keempat.
Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
2. Ala, I., Sharara S., Don C., Rockey R. 2001. Gastroesophageal variceal
hemorrhage. New England Journal of Medicine. Vol. 345 : 669-81.
3. Block, B., Schachschal G., Schmidt H. 2004. Endoscopy of the upper GI
Tract. Germany : Grammlich.
4. Brunner, dan Suddart. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah. Jakarta : EGC.
5. Dite, P., Labrecque D., Fried M., Gangl A., Khan A. G., Bjorkman D., et al.
2007.
Esophageal
Varices.
Available
at
http://www.worldgastroenterology.org/graded-evidence-access.html . Diakses
pada tanggal 18 Mei 2016.
6. Dooley JS, Lok ASF, Burroughs AK, Heathcote EJ. 2011. Sherlocks diseases
of the liver and biliary system. 12th Edition. UK: Wiley Blackwell Publishing
7. Franchis, R. 2010. Revising consensus in portal hypertension: report of the
Baveno V consensus workshop on methodology of diagnosis and therapy in
portal hypertension. Journal of Hepatology. Vol. 53 : 762-8.
24