F 13838 CHP PATO
F 13838 CHP PATO
PENDAHULUAN
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi
yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi
atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit
ikan umumnya adalah eksternal.
-
Penyakit eksternal :
Virus
tik
Bakteri
Jamur
Parasit
0,6-30 m
(tidak
Ukuran
25-350 nm (dapat
(Penyaring
0,45m)
dapat
melalui penyaring) melalui
Besar dari
Besar dari
beberapa
ebberapa
penyaring)
penyaring)
Reproduksi Transkripsi/reprod Segmentas Produksi
uksi
spora
Produksi
telur/spora
atau
RNA
Pada
Kultur
Pada sel
umumnya
membutuhka
n inang hidup
- PCR
- Kultur sel
Deteksi
- Secara imunologi
- Mikroskop
elektron
- Kultur
pada agar
- Mikroskop
- Secara
- Kultur pada
agar
Mikroskop
- Mikroskop
imunologi
- Secara
biokimia
- Secara genetik
Identifikasi
- Secara morfologi
- Secara
Secara
Secara
morfologi
morfologi
morfologi
- Secara
genetik
Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah
sebagai berikut :
1. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang
mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.
2. Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi
selanjutnya melalui telur.
3. Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain
pada kelompok ikan dan waktu yang sama.
4. Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya,
namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar
infeksi.
5. Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang
yang satu ke inang yang lain.
6. Contoh : siput, burung.
7. Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
8. Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.
9. Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.
Tabel 2. Patogen pada ikan budidaya air tawar di Indonesia
Spesies
Ikan
Virus
Bakteri
Jamur
Parasit
Trichodina ,
Ichthyophthirius,
Ikan Mas
(Cyprinus
carpio)
Virus
Herpes
Koi
(KHV)
Aeromonas
Achiya
flavobacteriu Aphanomyc
m
es
Chilodonella,
Myxobolus, Argulus,
Lemaea, Dactylogyrus,
Gyrodactylus,
Cestoda, Digenetik,
Glochidium
Ikan Nila
Streptococcus Achiya
Trichodina
(Oreochromi
flavobacteriu
,Chilodonella,
s sp)
Dactylogyrus,
3
Gyrodactylus
Ikan Patin
Edwardsiella
Trichodina, Oodium,
(Pangasius
flavobacteriu Achiya
Ichthyophthirius,
sp)
Argulus, Dactylogyrus
Ikan Betutu
(Oxyeleotris
Streptococcus Achiya
marmorata)
Ikan Botia
(Botia
Flavobacteriu
macrac
anthus)
Trichodina , Lemaea,
Dactylogyrus
Trichodina ,
Ichthyophthirius,
Oodinium
Pekerjaan di laboratorium
Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit.
Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk
mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat
dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen
dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi
diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan
menggunakan saringan 0,45 m homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan
yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini
membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan
demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen
sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi
penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk
setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.
Tindakan penanganan
Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada
dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari
lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan
pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi induk dan
telur
bebas
virus.
Tindakan
selanjutnya
bila
memungkinkan
adalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FILUM CNIDARIA
Semua anggota spesies yang termasuk dalam filum ini mempunyai sel
penyengat yang disebut knidoblast. Karena mempunyai knidoblast maka filum ini
disebut CNIDARIA. Knidoblas berisi racun dan benda seperti sengat yang disebut
nematochis. Bila knidoblat tersentuh maka mematochis akan dijulurkan digunakan
untuk menangkap dan melumpuhkan mangsanya mangsanya; disamping sebagai alat
pertahanan terhadap serangan musuh.
Ciri-ciri umum :
Jika dipotong tubuhnya melalui sumbu tubuh maka akan mendapatkan beberapa
bagian yang sama.
Epidermis / luar
Sistem saraf Diffuse. Yaitu saraf tersusun dari anyaman dari sel saraf yang
berkumpul membentuk anyaman.
Tubuh terdiri dari dua lapisan sel-sel, ditengah-tengahnya terdapat mesoglea.
Tidak berkoloni
medusa. Medusa dapat melayang atau berenang bebas di dalam air. Bentuk medusa
seperti polip yang terbalik. Ubur-ubur api (Physalia) termasuk di dalam Hydrozoa.
Mematochisnya dapat mengeluarkan racun yang dapat mengakibatkan kematian
manusia. Phisalia mempunyai kantung udara yang digunakan untuk mengapung pada
kantung udara melekat berbagai macam polip.
2. Scyphozoa.
Contoh Scyphozoa adalah Aurelia (ubur-ubur kuping). Beberapa anggota kelas
ini dapat dikatakan tidak mempunyai tahap polip karena ukurannya sangat kecil.
3. Anthozoa.
Anthozoa meliputi anemon laut dan hewan batu-batu karang. Organisme ini
mempunyai hanya satu tahap yaitu polip. Hewan batu karang di daerah tropis dapat
membentuk atol.
Klasifikasi :
Class Hydrozoa
o Ordo Hydroidea contoh : Hydra, Obelia, Proboscidactyla
o Ordo Hydroconallina contoh : Millepora, Stylantheca
o Ordo Trachylina contoh : Tetraplatia, Linope, Solmaris
o Ordo Siphonophera contoh Physalia Pelagea, Vellella, Porpita.
Class Scyphozoa
o Ordo Discomedusae contoh : Aurelia (ubur-ubur)
o Ordo Stavromedusae contoh : Haliclystus, Lucernaria
9
- udang-udangan kecil
- larva, insecta air
- hean kecil lainnya
Caranya :
10
Kelas Hydrozoa
Ordo Hydroidea
Ciri-ciri :
o Berbentuk koloni
o Besarnya + sebesar mulut kerucut, menggerambul
o Didapatkan
-
o Berfungsi :
-
- menangkap mangsa
Phase polyp nya kecil + beberapa cm saja dan terikat pada suatu obyek didasar
laut.
Aurelia bukan hermaphrodite. Gamat nya terbentuk seperti huruf V dan terletak
dibagian dalam dari perutnya.
SIKLUS HIDUP
Spertratozoid akan berenang dalam air laut kemudian mencari dan memasuki
kedalam mulut medusae , kemudian masuk ke dalam enterm untuk membuahi sel
telur kemudian berbentuk zygot.
Zygot yang terbentuk akan keluar dari mulut medusae dan untuk remintara
didukung dengan tangan nya dan disini berkembang menjadi larva yang berambut getar
(planula).
12
Setelah terbentuk planula maka planula ini lepas dari induknya dan berenangrenang. Kemudian melekat pada suatu obyek didasar laut. Dan ditempat ini kemudian
tumbuh menjadi polyp baru dan berbentuk seperti trompet yang disbut Schyphistoma.
Schyphistome membagi diri secara tranversal sehingga terbentuk sekumpulan
mas yang masing-masing berbentuk seperti cakram.
Keadaan ini disebut phase Strobila
Kemudian pada setiap cakram yang terbentuk akan tumbuh bertakel. Kemudian
pemisahan diri dimulai pada cakram yang paling atas / tua kemudian cakram yang
dibawahnya dan sebagainya dan seterusnya.
Cakram yang terlepas akan membentuk medusae kecil yang disebut Ephyra.
Secara berangsur-angsur ephyra akan tumbuh menjadi Medusae dewasa : Medusae
dan Medusae
Klas Anthozoa
Ciri-ciri khusus :
-
SUBKLAS : HEXACORALLIA
ORDO
: ACTINIRIA
Ciri-ciri :
-
Tubuh berbentuk :
Madreporaria
merah
13
Hidupnya koloni
14
BAB III
PEMBAHASAN
Penyakit karang didefinisikan sebagai semua perusakan dari suatu sistem atau
fungsi penting dari organisme, mencakup gangguan (interruption), perhentian
(cessation), perkembangbiakan (proliferation), atau kegagalan lain (other malfunction).
Penyakit karang (coral disease) tidak hanya disebabkan oleh mikroorganisme, namun
masih banyak penyebab lainnya. Berdasarkan penyebabnya, penyakit karang dapat
digolongkan menjadi 2, yaitu infeksius dan non-infeksius. Infeksius dibedakan menjadi
2, yaitu mikro dan makro, sedangkan non-infeksius dapat berupa mutasi genetic,
kekurangan nutrisi, meningkatnya suhu air, laut, radiasi ultraviolet, sedimentasi, dan
polutan (SANTAVY & PETERS, 1997). Hingga saat ini, telah ditemukan sekitar 30
penyakit yang menyerang karang. Namun demikian, masih sedikit yang diketahui
penyebab dan efek dari penyakit-penyakit karang yang disebabkan oleh bakteri, jamur,
alga, dan cacing (worm). Berikut ini adalah penyakit karang yang banyak dijumpai dan
masih terus dilakukan pengamatan, antara lain :
1. Pemutihan Karang ( Bleaching )
Bleaching
terjadi
akibat
karang.
Secara
bleaching
umum,
adalah
(1998)
15
umumnya
kehilangan
60-90%
dari
zooxanthellaenya
dan
30-34oC
kemampuan
tertinggi
2oC.
dengan
toleransi
(
suhu
JOKIEL
&
COLES, 1990 ).
2. Black-band disease
16
Pada awal 1970, Arnfried Antonius melaporkan kejadian suatu band bermaterial
hitam lembut yang keluar ke permukaan dari beberapa jenis karang massif pada
terumbu karang di Carribean Barat. Band adalah suatu tanda berupa garis yang
terdapat pada koloni karang dimana warna tersebut mencirikan jenis penyakit
pada suatu jenis karang. Penyakit ini ditandai dengan suatu lembaran/bercak
hitam yang luasnya sekitar 0,25 2 inci pada permukaan jaringan karang.
Penyakit ini bergerak melewati permukaan rangka karang dengan kecepatan
sekitar 3mm 1cm perhari dan kemudian meninggalkan rangka karang
berwarna putih kosong. BBD juga dicirikan oleh suatu cincin gelap, yang
memisahkan antara jaringan karang yang masih sehat dengan rangka karang.
Penyakit ini disebut juga Black Band Ring (Gambar ).
Dari hasil pengamatan pada begian karang yang terkena penyakit ini, dijumpai
satu gabungan jasad renik, cyanobacterium , Spirulina, oksidasi sulfur bakteri
pereduksi sulfat, bakteri heterotropik dan jasad renik lain (RICHARDSON et
al., 1997). BBD akan meningkat, apabila terjadi sedimentasi serta adanya
pasokan nutrient, bahan kimia beracun dan suhu yang melebihi normal
(RICHARDSON, 1998).
3. Dark spots disease
Dark
spots
disease
pada
karang
(bercak warna ungu terang terlihat pada permukaan koloni). Penyebab penyakit
ini belum diketahui secara pasti, namun diduga disebabkan oleh adanya
akumulasi sedimen pada suatu bintik hitam.
4. Red-band disease
Penyakit
menyerupai
ini
Black-band
PETERS,
1997)
coklat
menginfeksi
telah
karang
di
Great Barrier Reef. RBD adalh suatu lapisan microbial yang berwarna merah
bata atau coklat gelap, dan warna tersebut mudah dilihat pada permukaan
jaringan karang. Penyakit ini mendinfeksi karang otak (Diploria strigosa,
Montastrea annularis, Montastrea cavernosa, Porites astreoides, Siderastrea
sp. dan Colpophyllia natans) di Great Barrier Reef. Band nampak seperti
gabungan dari cyanobacteria dan jasad renik yang berbeda dibanding dengan
biota yang ditemukan pada BBD. Selain itu, pergerakan microbial ini berbeda,
yakni tergantung pada induk karang (RICHARDSON, 1992). RBD yang
ditemukan di perairan Carribean barat Amerika, sedangkan Brown Band
ditemukan di Great Barrier Reef. Penyakit RBD dan BBD menunjukkan gejala
yang sama, yaitu hilangnya jaringan karang. Penyakit ini disebabkan karena
rangka karang tercemar oleh alga berfilamen dan adanya akumulasi sedimen,
yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karaang baru.
5. White-band disease
White-band
(WBD)
pertama
disease
kali
Hilangnya jaringan tersebut akan menyebabkan suatu garis pada koloni karang,
oleh karena itu penyakit ini disebut white-band disease atau WBD (GREEN &
BRUCKNER, 2000). Berbeda dengan kasus BBD, pada penyakit ini tidak
ditemukan adanya kumpulan jasad renik yang konsisten yang menyebabkan
terjadinya penegulapasan pada jaringan dan rangka karang yang kosong.
Pada bagian jaringan Acropora cervicornis, hanya hilang pada
pertengahan suatu cabang. Tingkat jaringan karang yang hilang sebesar 1/8
inci/hari, dan rangka karang yang kosong segera akan diganti dengan alga
berfilamen. Band rangka yang berwarna kosong yang terlihat, lebarnya dapat
mencapai antara 5-10 cm (GLADFELTER, 1991). Jaringan karang yang tersisa
pada cabang tidak menunjukkan adanya pemutihan, walaupun koloni yang
terpengaruh secara keseluruhan erlihat adanya goresan warna.
Penyebab terjadinya WBD masih belum banyak diketahui, namun sudah
ditemukan adanya kumpulan bakteri pada jaringan karang yang mampu meluas
dari satu koloni ke koloni lainnya. Pada saat ini, para peneliti masih belum
mampu mengidentifikasi peranan mikroorganisme yang ada pada jaringan
karang yang terkena penyakit tersebut (RICHARDSON, 1998).
6. White plague
Penyakit White plague (WP)
terlihat mirip dengan WBD, tetapi
WP
menyerang
karang
yang
III mempengaruhi karang pembentuk terumbu yang sangat luas termasuk karang
dengan bentuk pertumbuhan massive. Jaringan karang yang hilang yang
disebabkan oleh WP tipe III, dampaknya lebih besar daripada tipe I dan II.
Hilangnya jaringan karang yang sangat cepat, mungkin disebabkan oleh
bacterium dan dampaknya meluas dari satu koloni ke koloni lain.
7. White pox
Penyakit ini ditemukan oleh
Craig Quirolo dan Jim Porter di
barat Florida pada tahun 1996.
Penyakit
ini
ditandai
dengan
irregular.
Tambalan
ini
hanya
ditemukan
pada
tahun
1994
Jaringan karang yang hilang dari pengaruh YBD, rata-rata adalah 5-11
cm/tahun, lebih sedikit dari penyakit karang lainnya. meskipun demikian,
penyakit ini dapat menyebar pada koloni karang yang lain dan menyerang
koloni karang dewasa dan berukuran besar.
PENUTUP
Kesimpulan
Filum Cnidaria (termasuk karang) merupakan hewan yang sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan. Meskipun karang mempunyai kemampuan untuk
melakukan pemulihan, namun factor lingkungan sangat berpengaruh. Penyakit yang
menyerang filum Cnidaria terutama karang antara lain : penyakit black-band disease
(BBD), dark-spots disease, red-band disease (RBD), white-band disease (WBD), white
plague (WP), white pox, dan yellow-band disease (YBD).
Saran
Perlu dilakukannya beberapa penelitian lanjut menggenai sebab-akibat dan
pengaruh lingkungan terhadap kelangsungan hidup karang agar kualitas terumbu karang
menjadi leih baik.
21
DAFTAR PUSTAKA
Manogar, 2007. R. Pemutihan Karang dan Beberapa Penyakit Karang. Dalam Oseana
Volume XXXII nomor 4 (sumber : http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/
searchkatalog/downloadDatabyId/8696/8696.pdf)
Sunarto. 2006. Keanekaragaman Hayati dan Degradasi Ekosistem Terumbu Karang.
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNPAD. (sumber :
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/12/keanekaragaman_hayati
_dan_degradasi_ekosistem_terumbu_karang.pdf
Triman Juniarso. 2008. Hewan Tak Bertulang Belakang (Invertebrata) Dan
Kehidupannya (sumber : http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/
invertebrata.doc)
http://www.januar-enigmatic.co.cc/2010/05/phylum-coelenterata.html
http://www.terangi.or.id/publications/pdf/tkj-web.pdf
22