Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN
Penyakit didefinisikan sebagai suatu keadaan fisik, morfologi, dan atau fungsi
yang mengalami perubahan dari kondisi normal karena beberapa penyebab, dan terbagi
atas dua kelompok yaitu penyebab dari dalam (internal) dan luar (eksternal). Penyakit
ikan umumnya adalah eksternal.
-

Penyakit internal : genetik, sekresi internal, imunodefisiensi, saraf dan


metabolik.

Penyakit eksternal :

1). Non patogen


Penyakit lingkungan :suhu dan kualitas air lainnya (pH, kelarutan gas, zat beracun).
Penyakit nutrisi : kekurangan nutrisi, gejala keracunan bahan pakan.
2). Patogen; bersifat parasit dan terdiri atas empat kelompok yaitu :
a. Penyakit viral
b. Penyakit jamur
c. Penyakit bakterial
Tabel 1. Karakteristik setiap kelompok patogen
Karakteris

Virus

tik

Bakteri

Jamur

Parasit

0,6-30 m
(tidak
Ukuran

25-350 nm (dapat

(Penyaring
0,45m)

dapat
melalui penyaring) melalui

Besar dari

Besar dari

beberapa

ebberapa

mikron (tidak mikron (tidak


dapat melalui dapat melalui
penyaring)

penyaring)

penyaring)
Reproduksi Transkripsi/reprod Segmentas Produksi
uksi

spora

Produksi
telur/spora

pada inang DNA


1

atau
RNA
Pada
Kultur

Pada sel

Pada mediaPada media

umumnya
membutuhka
n inang hidup

- PCR
- Kultur sel
Deteksi

- Secara imunologi
- Mikroskop
elektron

- Kultur
pada agar
- Mikroskop
- Secara

- Kultur pada
agar

Mikroskop

- Mikroskop

imunologi
- Secara
biokimia

- Secara genetik
Identifikasi
- Secara morfologi

- Secara

Secara

Secara

morfologi

morfologi

morfologi

- Secara
genetik

Karakteristik penyakit infeksi pada ikan


Ikan merupakan salah satu hewan air yang selalu bersentuhan dengan
lingkungan perairan sehingga mudah terinfeksi patogen melalui air. Infeksi bakteri dan
parasit tidak terjadi pada hewan darat melalui perantara udara, namun pada ikan sering
terjadi melalui air. Pada budidaya, air tidak hanya sebagai tempat hidup bagi ikan, tapi
juga sebagai perantara bagi patogen.
Istilah penting penyakit infeksi pada ikan
2

Istilah penting yang seringkali digunakan dalam penyakit infeksi ikan adalah
sebagai berikut :
1. Epidemiologi : ilmu yang mempelajari hubungan berbagai faktor yang
mempengaruhi frekuensi dan penyebaran penyakit pada suatu komunitas.
2. Penyebaran vertikal : penyebaran penyakit dari suatu generasi ke generasi
selanjutnya melalui telur.
3. Penyebaran horisontal : penyebaran penyakit dari ikan satu ke ikan yang lain
pada kelompok ikan dan waktu yang sama.
4. Carrier : hewan yang membawa organisme penyebab penyakit dalam tubuhnya,
namun hewan tersebut terlihat sehat sehingga menjadi pembawa atau penyebar
infeksi.
5. Vektor : hewan yang menjadi perantara organisme penyebab penyakit dari inang
yang satu ke inang yang lain.
6. Contoh : siput, burung.
7. Patogenisitas : kemampuan untuk dapat menyebabkan terjadinya penyakit.
8. Virulensi : derajat patogenisitas suatu mikroorganisme.
9. Kisaran inang : kisaran hewan-hewan yang dapat diinfeksi oleh patogen.
Tabel 2. Patogen pada ikan budidaya air tawar di Indonesia
Spesies
Ikan

Virus

Bakteri

Jamur

Parasit
Trichodina ,
Ichthyophthirius,

Ikan Mas
(Cyprinus
carpio)

Virus
Herpes
Koi
(KHV)

Aeromonas

Achiya

flavobacteriu Aphanomyc
m

es

Chilodonella,
Myxobolus, Argulus,
Lemaea, Dactylogyrus,
Gyrodactylus,
Cestoda, Digenetik,
Glochidium

Ikan Nila

Streptococcus Achiya

Trichodina

(Oreochromi

flavobacteriu

,Chilodonella,

s sp)

Dactylogyrus,
3

Gyrodactylus
Ikan Patin

Edwardsiella

Trichodina, Oodium,

(Pangasius

flavobacteriu Achiya

Ichthyophthirius,

sp)

Argulus, Dactylogyrus

Ikan Betutu
(Oxyeleotris

Streptococcus Achiya

marmorata)
Ikan Botia
(Botia

Flavobacteriu

macrac

anthus)

Trichodina , Lemaea,
Dactylogyrus

Trichodina ,
Ichthyophthirius,
Oodinium

Prosedur diagnosa di lapangan


a. Pengukuran panjang dan berat ikan.
b. Pengamatan tanda-tanda luar pada permukaan tubuh dan insang.
c. Gunting lembaran insang dan ambil lendir tubuh untuk mendeteksi parasit di
bawah mikroskop.
d. Ambil contoh darah dari sirip dada menggunakan jarum suntik untuk pembuatan
preparat apusan darah dengan menggunakan pewarnaan Giemsa.
e. Isolasi jamur dengan menggunakan agar GY jika diduga terjadi infeksi jamur.
vi. Isolasi bakteri dari sirip atau insang dengan menggunakan agar cytophaga,
jika diamati adanya insang atau sirip yang membusuk.
f. Isolasi bakteri dari luka dengan menggunakan agar TS atau BHI, jika ikan
memiliki borok atau ada pembengkakan pada permukaan tubuh.
g. Bedah ikan dengan peralatan bedah yang bersih untuk membuka rongga perut
dan amati tanda-tanda internal.
h. Isolasi bakteri dari hati, ginjal dan limpa dengan menggunakan agar TS atau
BHI. x. Pembuatan preparat limpa pada kaca preparat dengan pewarnaan
Giemsa untuk mendeteksi infeksi bakteri.
i. Fiksasi setiap organ dengan larutan formalin 10I berpenyangga fosfat- untuk
histopatologi dan dalam etanol 70% untuk uji PCR.

Pekerjaan di laboratorium
Pekerjaan yang paling penting bagi ahli penyakit adalah mendiagnosa penyakit.
Jika diagnosanya salah, maka penanganannya juga akan salah. Bila terlalu lama untuk
mendiagnosa penyakit, ikan mati sebelum pengobatan dilakukan, diagnosa harus tepat
dan cepat. Prosedur diagnosa adalah sebagai berikut : pertama, coba isolasi patogen
dari ikan yang sakit (kecuali untuk infeksi oleh virus); kedua, patogen yang diisolasi
diinfeksikan ke ikan yang sehat. Bila diduga virus, larutan yang sudah disaring dengan
menggunakan saringan 0,45 m homogen, diinfeksikan ke ikan yang sehat. Jika ikan
yang sekarat (moribund) dengan gejala seperti ikan yang sakit tersebut, hal ini
membuktikan bahwa yang diisolasikan tersebut merupakan penyebab penyakit. Dengan
demikian, penyebab penyakit teridentifikasi sebagai spesies yang sama dengan patogen
sebelumnya. Diagnosa penyakit ikan dapat menjadi lengkap dengan adanya identifikasi
penyebab penyakit. Metode pemeriksaan untuk konfirmasi diagnosa berbeda untuk
setiap jenis patogen, virus, bakteri, jamur dan parasit.
Tindakan penanganan

Penyakit viral : jika ikan terinfeksi oleh virus sangatlah sulit untuk diobati. Ada
dua cara tindakan pencegahan yaitu membersihkan virus penyebab penyakit dari
lingkungan clan meningkatkan kekebalan ikan terhadap viral. Tindakan
pencegahan pertama, desinfeksi semua wadah clan peralatan, seleksi induk dan
telur

bebas

virus.

Tindakan

selanjutnya

bila

memungkinkan

adalah

meningkatkan kualitas telur, penggunaan vaksin clan immunostimulan atau


vitamin. Diantara tindakan penanganan yang ada, vaksin merupakan tindakan
yang paling efektif untuk mencegah penyakit viral. Sampai sekarang, vaksin
untuk beberapa penyakit viral telah dikembangkan sebagai komoditas
komersial, tapi untuk virus herpes koi belum dilakukan. Di masa yang akan
datang, vaksin terhadap virus herpes koi dapat dikembangkan.

Penyakit bakterial : penyakit bakterial dapat diobati dengan antibiotika. Namun,


penggunaan antibiotika yang tidak tepat menghasilkan efek yang negatif. Itulah
sebabnya pemilihan antibiotika yang tepat merupakan pekerjaan yang paling
penting untuk masalah infeksi bakteri. Pemilihan antibiotika dilakukan
berdasarkan hasil uji sensitivitas obat. Antibiotika dapat mengobati dengan cepat
ikan yang terinfeksi dengan bakteri, namun dapat menyebabkan timbulnya
5

bakteri yang resisten terhadap antibiotika. Dari hal tersebut, pengembangan


vaksin terhadap setiap penyakit bakterial sangatlah penting.

Penyakit jamur : sampai sekarang belum dikembangkan tindakan penanganan


untuk infeksi jamur pada hewan air. Jadi pencegahan tindakan yang dapat
dilakukan. Spora yang berenang di air untuk menemukan inang menunjukkan
sensitivitas terhadap beberapa zat kimia.

Penyakit parasitik : pada umumnya ektoparasit dapat ditangani dengan zat


kimia. Namun, telur dan sistem memiliki resistensi terhadap zat kimia.
Berdasarkan keberadaan parasit, pengobatan kedua harus dilakukan setelah
spora atau oncomiracidium menetas. Untuk menentukan jadwal pengobatan
untuk setiap parasit, studi siklus hidup parasit sangatlah penting.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
FILUM CNIDARIA
Semua anggota spesies yang termasuk dalam filum ini mempunyai sel
penyengat yang disebut knidoblast. Karena mempunyai knidoblast maka filum ini
disebut CNIDARIA. Knidoblas berisi racun dan benda seperti sengat yang disebut
nematochis. Bila knidoblat tersentuh maka mematochis akan dijulurkan digunakan
untuk menangkap dan melumpuhkan mangsanya mangsanya; disamping sebagai alat
pertahanan terhadap serangan musuh.
Ciri-ciri umum :

Cnidaria hewan yang mempunyai jelatang

Tubuh radial simetiris

Jika dipotong tubuhnya melalui sumbu tubuh maka akan mendapatkan beberapa
bagian yang sama.

Dinding tubuh mempunyai lapisan sebagai berikut :

Epidermis / luar

Mesaglea / tengah non seluler

Gestroderain / dalam : Karena fungsinya sebagai perut

Pada dinding tubuhnya (epidermis) didapatkan Nematocyst sebagai sel jelatang /


penyengat.

Sistem saluran makanan Gastrovascular dan Mroaplit. Mulut juga berfungsi


sebagai anus. Disekeliling mulut didapatkan tentakel. Gastrovascular adalah
sistim saluran makanan yang disamping menerima juga mengedarkan makanan

Sistem saraf Diffuse. Yaitu saraf tersusun dari anyaman dari sel saraf yang
berkumpul membentuk anyaman.
Tubuh terdiri dari dua lapisan sel-sel, ditengah-tengahnya terdapat mesoglea.

Didalam mesoglea terdapat sel-sel, sehingga beberapa ahli biologi menganggap


mesoglea sebagai lapisan yang ketiga. Tubuhnya berbentuk seperti tabung berongga
dengan satu lubang di`ujungnya.
Makanan masuk melalui lubang (mulut) masuk ke rongga yang lebih dalam
yang disebut rongga gastrovaskuler. Rongga ini juga disebut Coelenteron karena itu
filum ini disebut juga Coelenterata. Ctenophora mempunyai gastrovaskuler sehingga
dimasukkan ke dalam filum ini, tetapi Ctenophora tidak mempunyai knidoblast.
Semua alat tubuh (misalnya tentakel) tersusun dalam suatu lingkaran
mengelilingi tubuh. Pola susunan yang demikian dikenal dengan nama simetris radial.
Bila seekor hydra dibelah dari kepala (anterior) sampai ke ekor (posterior) melalui garis
tengah, maka organisme ini akan terbagi dalam dua bagian bagian yang sama.
Bandingkan dengan simetri bilateral dari seorang manusia. Belahan yang dibuat dari
permukaan belakang (dorsal) kepermukaan depan (ventral) pada manusia akan
membagi tubuh menjadi belahan kanan dan belahan kiri. Hewan simetri radial seperti
knidaria tidak mempunyai permukaan dorsal maupun ventral, juga tidak mempunyai
sisi kiri maupun kanan.

Gambar 1. Beberapa spesies dari phylum Cnidaria


Telah diketahui kira-kira 9.500 spesies yang termasuk di dalam firum cnidaria
ini. Sebagian besar hidup di laut dan beberapa spesies seperti hydra hidup di air tawar.
Filum ini terdiri dari tiga kelas, yaitu : Hydrozoa, Schiphozoa dan Anthozoa.
1. Hydrozoa.
Hydra yang biasa kita jumpai di air tawar adalah anggota kelas ini. Hydra mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut :

Hidup di air tawar

Tidak berkoloni

Hanya mempunyai satu bentuk tubuh yaitu polip.


Sebagian besar anggota kelas ini mempunyai bentuk tubuh yang ke dua, yaitu

medusa. Medusa dapat melayang atau berenang bebas di dalam air. Bentuk medusa
seperti polip yang terbalik. Ubur-ubur api (Physalia) termasuk di dalam Hydrozoa.
Mematochisnya dapat mengeluarkan racun yang dapat mengakibatkan kematian
manusia. Phisalia mempunyai kantung udara yang digunakan untuk mengapung pada
kantung udara melekat berbagai macam polip.
2. Scyphozoa.
Contoh Scyphozoa adalah Aurelia (ubur-ubur kuping). Beberapa anggota kelas
ini dapat dikatakan tidak mempunyai tahap polip karena ukurannya sangat kecil.
3. Anthozoa.
Anthozoa meliputi anemon laut dan hewan batu-batu karang. Organisme ini
mempunyai hanya satu tahap yaitu polip. Hewan batu karang di daerah tropis dapat
membentuk atol.
Klasifikasi :
Class Hydrozoa
o Ordo Hydroidea contoh : Hydra, Obelia, Proboscidactyla
o Ordo Hydroconallina contoh : Millepora, Stylantheca
o Ordo Trachylina contoh : Tetraplatia, Linope, Solmaris
o Ordo Siphonophera contoh Physalia Pelagea, Vellella, Porpita.
Class Scyphozoa
o Ordo Discomedusae contoh : Aurelia (ubur-ubur)
o Ordo Stavromedusae contoh : Haliclystus, Lucernaria
9

o Ordo Cubomedusae contoh : Tamoyo


o Ordo Coronatae contoh : Periphylla, Nausithoe, Linuche
Class Anthozoa / Zoantharia
Subclass Hexacorallia
o Ordo Actiniaria contoh : Metridium (Anemone)
o Ordo Madreporaria contoh : Aeropore, Fungia Meandrina
o Ordo Antipatharia contoh : Antipathes (Akar bahar)
o Ordo Zoanthidea contoh : Epizoanthus
o Ordo ceriantheria contoh : Cerianthus
Subclass Octocorallia / Alcyonaria
o Ordo Stolonifera contoh : Tubipora Musica, Clavularia, (karang sling)
o Ordo Pennatulacea contoh : Pennidula Sulcata, Pennatula, Renilla (bulu laut)
o Ordo Gorgonace contoh : Corallium Rubrom, Gorgonia, (karang merjan)
o Ordo Telestacea contoh : Telesto
o Ordo Alcyonacea contoh : Xenia, Alcyonium, Anthomastus
o Ordo Coenothecalia contoh : Heliopora.
CARA PERGERAKAN HYDRA :
o Gerakan seperti ulat kilan
o Gerakan jungkir balik (gerak akrobatic)
o Gerakan merayap
o Gerakan ini yang dipergunakan adalah tentakel ada dibawah kemudian dengan
tentakel ini hewan ini merayap.
o Gerakan meluncur / main ski
o Gerakan ini dilaksanakan sebagai aktifitas sel-sel epitellio muskuler bagian
pangkal (basalt disc). Disamping itu juga dibantu oleh lapisan lendir.
o Gerak mengapung di dalam air.
o Gerak ikut arus aliran air.
CARA MAKAN HYDRA :
Makanannya terdiri dari :

- udang-udangan kecil
- larva, insecta air
- hean kecil lainnya

Caranya :
10

Makanannya ditangkap dengan tentakelnya

o Mangsa ini dilumpuhkan / diracuni oleh mematocyst type Penetrant


o Kemudian dijerat dan diikat oleh Mematocyst type valvent
o Kemudian makanan dimasukkan ke dalam Enteron (rongga tubuh) dan
kemudian dicernakan dalam rongga tubuh. Sisa makanan yang tidak dicerna
dimuntahkan kembali (sebab mulut dan anus menjadi satu)
PERKEMBANG BIAKAN
Aseksual :
Dengan jalan membentuk kuncup / percabangan kuncup ini berasal dari sel-sel
interstitial. Jika kuncup sudah cukup dewasa, maka akan memisahkan diri dari
induknya (sebab hydra hidup soliter).
Seksual :
Hewan ini kebanyakan Hermaphrodite tetapi ada juga yang terpisah. Alat kelamin ini
berasal dari sel interstitul yaitu pada sel epidermis. Testis dibentuk pada bagian tubuh
dekat tentakel. Sel telur dibentuk berdekatan dengan bagian pangkal / kaki / basalt disc.
Jika setelah terjadi pembuahan akan berbentuk zygot setelah zygot membelah akan
membentuk blastula. Blastula dibungkus semacam cyste dan pada suatu saat akan
menjadi hydra dan barulah type ini Diploblstic yaitu karena tali pernah membentuk
lapisan muadermis sedang yang ada hanya lapisan entodiran dan ectodern.
Obleia

Kelas Hydrozoa
Ordo Hydroidea

Ciri-ciri :
o Berbentuk koloni
o Besarnya + sebesar mulut kerucut, menggerambul
o Didapatkan
-

- dipantai pada batu-batuan (melekat)

pada cangkuk Mullusca

o Koloni ini terikat pada substrat dengan bantuan hydrorhizanya (akar)


o Bentuk tubuhnya seperti batang yang bercabang-cabang yang disebut
Hydrocaulis
o Pada hydracaulis tumbuh 2 macam bentuk cabang (Palyp)
o Hydrant
o Gonangium
o Hydrant :
11

o Berfungsi :
-

- menangkap mangsa

mengurus makanan (vegetatif)

o Ditandai dengan adanya banyak kentakel.


o Gonongium : Berfungsi mengurus perkembang biakan (generatif)
o Bentuk gonongium silindris, dengan ujung melekat sedikit dan berwarna
tranparant dan disebut dengan Gonotheca.
o Di dalam gonotheca terdapat sumbu (blastostyle)
o Blastostyle merupakan :
o Tempat tumbuh kuncup bakal medusae (ada yang menyebut ubur-ubur pada
skelia)
Klas Scyphozoa
Ordo Discomedusae
Ciri-ciri :
-

Phase polyp nya kecil + beberapa cm saja dan terikat pada suatu obyek didasar
laut.

Phase Medusae (generatif) terbentuk seperti payung atu mangkuk dengan


diameter + 1 7 feet.

Pada bagian pinggir Medusae terdapat tentakel-tentakel

Medusae ini biasanya diketemukan

Berenang dipermukaan laut

Dibawa ombak di pantai

Dibagian tengah sisi cekungnya / konkatnya) ditemukan mulut yang terletak


diantara 4 buah tangan yang berbentuk pipih seperit pita dan dibagian pinggir
dilengkapi dengan Mematocyst.

Aurelia bukan hermaphrodite. Gamat nya terbentuk seperti huruf V dan terletak
dibagian dalam dari perutnya.

SIKLUS HIDUP
Spertratozoid akan berenang dalam air laut kemudian mencari dan memasuki
kedalam mulut medusae , kemudian masuk ke dalam enterm untuk membuahi sel
telur kemudian berbentuk zygot.
Zygot yang terbentuk akan keluar dari mulut medusae dan untuk remintara
didukung dengan tangan nya dan disini berkembang menjadi larva yang berambut getar
(planula).
12

Setelah terbentuk planula maka planula ini lepas dari induknya dan berenangrenang. Kemudian melekat pada suatu obyek didasar laut. Dan ditempat ini kemudian
tumbuh menjadi polyp baru dan berbentuk seperti trompet yang disbut Schyphistoma.
Schyphistome membagi diri secara tranversal sehingga terbentuk sekumpulan
mas yang masing-masing berbentuk seperti cakram.
Keadaan ini disebut phase Strobila
Kemudian pada setiap cakram yang terbentuk akan tumbuh bertakel. Kemudian
pemisahan diri dimulai pada cakram yang paling atas / tua kemudian cakram yang
dibawahnya dan sebagainya dan seterusnya.
Cakram yang terlepas akan membentuk medusae kecil yang disebut Ephyra.
Secara berangsur-angsur ephyra akan tumbuh menjadi Medusae dewasa : Medusae
dan Medusae
Klas Anthozoa
Ciri-ciri khusus :
-

Tidak mengalami metagenesis

Phase Muduase tak mempunyai

Phase Polyp mempunyai.

SUBKLAS : HEXACORALLIA
ORDO

: ACTINIRIA

Ciri-ciri :
-

Menempel pada batu karang

Berukuran s/d 2 feet

Makanan : Invetebrata dan Udang

Tubuh berbentuk :

KLAS : ANTOZOA, SUB KLAS : HEXACORALLIA


ORDO : MADREPORARIA
Ciri-ciri :
-

Susunan tubuh pada prinsipnya sama dengan anemone / metridium

Perbedaannya antara lain :

Madreporaria

Bagian enterderm mensekresikan zat kapur yang berfungsi sebagai kerangka.


Kerangka ini disebut Calcareous Skeleton atau Coral yang berwarna :

putih (pada umumnya)


-

merah
13

Pembentukan kerangka : Mula-mula pada pangkal dimana hewan itu melekat,


dengan membentuk kuncup, kemudian kuncup tumbuh lagi sehingga akhirnya
membentuk koloni yang bercabang-cabang.

SUB KLAS : HEXACORRALIA


ORDO : ANTIPATHARIA
Ciri-ciri :
-

Hidupnya koloni

Mensekresikan zat tanduk sebagai kerangkanya.

Karang-karang laut ini (Hexacorallia) ini menuntut syarat lingkungan hidup


yang tertentu.

Syarat tersebut antara lain :


o Temperatur air laut + 200C
o Dalam laut + 35 m
o Terletak pada lingkungan antara 280 LU dengan 280 LS
o Andaikata ada perubahan temperatur maka perubahan tak melebihi 60C naiknya
dan 60C turunnya.
o Air laut ditempat tersebut bisa banyak mengandung O2.
o Air laut harus jernih
o Air laut mempunyai salinitas / kadar garam tertentu.
Macam-macam batu karang yang terbentuk.
o Karang pantai (Frenging Reef)
Terbentang dari pantai hingga menjorok + mil kearah laut.
o Karang Rintangan (Barier Reef)
Terletak agak jauh dari pantai.
o Karang Atoll (Sirkuler Reef)
Merupakan rangkaian pulau karang yang berbentuk gelam yang ditengahnya
terdapat anak laut yang relatif dangkal dan disebut Lagoon.

14

BAB III
PEMBAHASAN
Penyakit karang didefinisikan sebagai semua perusakan dari suatu sistem atau
fungsi penting dari organisme, mencakup gangguan (interruption), perhentian
(cessation), perkembangbiakan (proliferation), atau kegagalan lain (other malfunction).
Penyakit karang (coral disease) tidak hanya disebabkan oleh mikroorganisme, namun
masih banyak penyebab lainnya. Berdasarkan penyebabnya, penyakit karang dapat
digolongkan menjadi 2, yaitu infeksius dan non-infeksius. Infeksius dibedakan menjadi
2, yaitu mikro dan makro, sedangkan non-infeksius dapat berupa mutasi genetic,
kekurangan nutrisi, meningkatnya suhu air, laut, radiasi ultraviolet, sedimentasi, dan
polutan (SANTAVY & PETERS, 1997). Hingga saat ini, telah ditemukan sekitar 30
penyakit yang menyerang karang. Namun demikian, masih sedikit yang diketahui
penyebab dan efek dari penyakit-penyakit karang yang disebabkan oleh bakteri, jamur,
alga, dan cacing (worm). Berikut ini adalah penyakit karang yang banyak dijumpai dan
masih terus dilakukan pengamatan, antara lain :
1. Pemutihan Karang ( Bleaching )
Bleaching

terjadi

akibat

berbagai macam tekanan, baik secara


alami maupun karena anthropogenik
yang menyababkan degenerasi atau
hilangnya zooxanthellae pewarna dari
jaringan
pengertian

karang.

Secara

bleaching

umum,
adalah

terpisahnya alga yang bersimbiosis (


zooxanthellae ) dari induk karang.
Lebih lanjut JONES et al.

(1998)
15

mengatakan bahwa bleaching adalah gangguan dalam proses fotosintesis


zooxanthellae pada reaksi fotosistem II (PSII) dan non photochemical
quenching (NPQ) yang berkaitan denga mekanisme foto protektif sebagai
indikator tekanan panas. Bleaching umumnya dapat disebabkan oleh karena
adanya gangguan terhadap lingkungan dan organisme zooxanthellae. Bleaching
sebagai adaptasi pathological, menyediakan kesempatan bagi kembalinya alga
yang lebih baru pada karang. Secara umum, dalam pertumbuhannya karang
mengandung sekitar 1-5 x 106 zooxanthellae cm2. Ketika karang mengalami
bleaching,

umumnya

kehilangan

60-90%

dari

zooxanthellaenya

dan

tiapzooxanthellaemungkin kehilangan 50-80% dari pigmen fotosintesis


(GLYNN, 1993). Kondisi bleaching atau hilangnya warna dari tubuh karang
dapat terjadi sebagai akibat dari kondisi lingkungan dan akan menyebabkan
karang stress (Gambar 2). Faktor faktor yang memberikan kontribusi
terjadinya bleaching adalah adanya perubahan temperatur yang ekstrim, metals,
polutan lain (nitrat), arus perairan yang kecilm, intensitas cahaya, serta salinitas.
Selain itu, bleaching dapat disebabkan karena sisa metabolisme yang berasal
dari karang ( nitrogen dan pospat ) hanya dalam jumlah yang sedikit, sehingga
kkodisi ini akan berpengaruh terhadap produk fotosintesis. Bila peristiwa ini
terjadi secara terus menerus, maka akan mengakibatkan menurunnya kepadatan
sel alga.
Penampilan yang pucat dari karang scleractinian dan hydrocorals, sangat
berkaitan denganrangka cnidarian yang sangat mengandung zat kapur yang
terlihat dari luar jaringan yang tembus cahaya ( hampir tanpa pigmentasi
zooxanthellae ). Temperatur yang tinggi akan menyebabkan adanya gangguan
sistem enzim di dalam zooxanthellae, sehingga pada akhirnya akan menurunkan
katahanan untuk mengatasi oksigen toxicas. Fotosintesis dalam zooxanthellae
akan menurun pada temperatur di atas 30oC dan dampaknya dapat
mengaktifkan pemisahan karang / alga simbiosjs. Batas tertinggi suhu maksimal
adalah

30-34oC

kemampuan
tertinggi

2oC.

dengan

toleransi
(

suhu

JOKIEL

&

COLES, 1990 ).
2. Black-band disease
16

Pada awal 1970, Arnfried Antonius melaporkan kejadian suatu band bermaterial
hitam lembut yang keluar ke permukaan dari beberapa jenis karang massif pada
terumbu karang di Carribean Barat. Band adalah suatu tanda berupa garis yang
terdapat pada koloni karang dimana warna tersebut mencirikan jenis penyakit
pada suatu jenis karang. Penyakit ini ditandai dengan suatu lembaran/bercak
hitam yang luasnya sekitar 0,25 2 inci pada permukaan jaringan karang.
Penyakit ini bergerak melewati permukaan rangka karang dengan kecepatan
sekitar 3mm 1cm perhari dan kemudian meninggalkan rangka karang
berwarna putih kosong. BBD juga dicirikan oleh suatu cincin gelap, yang
memisahkan antara jaringan karang yang masih sehat dengan rangka karang.
Penyakit ini disebut juga Black Band Ring (Gambar ).
Dari hasil pengamatan pada begian karang yang terkena penyakit ini, dijumpai
satu gabungan jasad renik, cyanobacterium , Spirulina, oksidasi sulfur bakteri
pereduksi sulfat, bakteri heterotropik dan jasad renik lain (RICHARDSON et
al., 1997). BBD akan meningkat, apabila terjadi sedimentasi serta adanya
pasokan nutrient, bahan kimia beracun dan suhu yang melebihi normal
(RICHARDSON, 1998).
3. Dark spots disease
Dark

spots

disease

dalam jaringan karang masif


telah banyak dikenal, tetapi
belum banyak yang dipelajari.
Penyakit bintik hitam muncul
sebagai pigmen gelap, warna
coklat atau warna ungu yang
menyerang

pada

karang

sclerectanian. Jaringan karang


yang tertinggal tetap terlihat utuh, walaupun terkadang mengakibatkan
kematian jaringan karang dalam pusat bintik. Warna ungu gelap kecoklatan atau
kelabu dari jaringan tersebut sering melingkar pada permukaan, tapi kadangkadang dijumpai juga bentuk yang tidak beeraturan pada permukaan koloni
17

(bercak warna ungu terang terlihat pada permukaan koloni). Penyebab penyakit
ini belum diketahui secara pasti, namun diduga disebabkan oleh adanya
akumulasi sedimen pada suatu bintik hitam.
4. Red-band disease
Penyakit
menyerupai

ini
Black-band

disease (BBD). (SANTAVY


&

PETERS,

1997)

melaporkan bahwa suatu


band

coklat

menginfeksi

telah

karang

di

Great Barrier Reef. RBD adalh suatu lapisan microbial yang berwarna merah
bata atau coklat gelap, dan warna tersebut mudah dilihat pada permukaan
jaringan karang. Penyakit ini mendinfeksi karang otak (Diploria strigosa,
Montastrea annularis, Montastrea cavernosa, Porites astreoides, Siderastrea
sp. dan Colpophyllia natans) di Great Barrier Reef. Band nampak seperti
gabungan dari cyanobacteria dan jasad renik yang berbeda dibanding dengan
biota yang ditemukan pada BBD. Selain itu, pergerakan microbial ini berbeda,
yakni tergantung pada induk karang (RICHARDSON, 1992). RBD yang
ditemukan di perairan Carribean barat Amerika, sedangkan Brown Band
ditemukan di Great Barrier Reef. Penyakit RBD dan BBD menunjukkan gejala
yang sama, yaitu hilangnya jaringan karang. Penyakit ini disebabkan karena
rangka karang tercemar oleh alga berfilamen dan adanya akumulasi sedimen,
yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karaang baru.
5. White-band disease
White-band
(WBD)

pertama

disease
kali

ditemukan pada tahun 1977


di Teluk Tague, St. Croix,
Kepulauan Virgin, Amerika
dan umumnya terjadi pada
jenis karang yang bercabang.
18

Hilangnya jaringan tersebut akan menyebabkan suatu garis pada koloni karang,
oleh karena itu penyakit ini disebut white-band disease atau WBD (GREEN &
BRUCKNER, 2000). Berbeda dengan kasus BBD, pada penyakit ini tidak
ditemukan adanya kumpulan jasad renik yang konsisten yang menyebabkan
terjadinya penegulapasan pada jaringan dan rangka karang yang kosong.
Pada bagian jaringan Acropora cervicornis, hanya hilang pada
pertengahan suatu cabang. Tingkat jaringan karang yang hilang sebesar 1/8
inci/hari, dan rangka karang yang kosong segera akan diganti dengan alga
berfilamen. Band rangka yang berwarna kosong yang terlihat, lebarnya dapat
mencapai antara 5-10 cm (GLADFELTER, 1991). Jaringan karang yang tersisa
pada cabang tidak menunjukkan adanya pemutihan, walaupun koloni yang
terpengaruh secara keseluruhan erlihat adanya goresan warna.
Penyebab terjadinya WBD masih belum banyak diketahui, namun sudah
ditemukan adanya kumpulan bakteri pada jaringan karang yang mampu meluas
dari satu koloni ke koloni lainnya. Pada saat ini, para peneliti masih belum
mampu mengidentifikasi peranan mikroorganisme yang ada pada jaringan
karang yang terkena penyakit tersebut (RICHARDSON, 1998).
6. White plague
Penyakit White plague (WP)
terlihat mirip dengan WBD, tetapi
WP

menyerang

karang

yang

berbeda. Karang jenis massive dan


encrusting yang diamati terlihat
adanya jaringan karang yang hilang,
meninggalkan rangka karang yang berwarna putih kosong, wabah ini disebut
wabah putih atau WP. WP juga dikenal sebagai whitw-band disease, white
death dan stress-related necrosis, tetapi peran dari tekanan perubahan
lingkungan dan infeksi bakteri pathogen terhadap hilangnya jaringan belum
dilakukan penelitian.
WP tipe I, dilaporkan mempengaruhi 10 spesies karang dan efeknya
menyebabkan jaringan lunak karang mengalami kematian dengan kisaran sekitar
3mm/hari. Pada WP tipe II, menyebabkan kematian pada jaringan lunak karang
sampai sekitar 2cm/hari. Sekitar 32 spesies karang terjangkit WP tipe II, WP tipe
19

III mempengaruhi karang pembentuk terumbu yang sangat luas termasuk karang
dengan bentuk pertumbuhan massive. Jaringan karang yang hilang yang
disebabkan oleh WP tipe III, dampaknya lebih besar daripada tipe I dan II.
Hilangnya jaringan karang yang sangat cepat, mungkin disebabkan oleh
bacterium dan dampaknya meluas dari satu koloni ke koloni lain.
7. White pox
Penyakit ini ditemukan oleh
Craig Quirolo dan Jim Porter di
barat Florida pada tahun 1996.
Penyakit

ini

ditandai

dengan

munculnya tambalan (bercak) pada


rangka berwarna putih kosong yang
berbentuk

irregular.

Tambalan

(bercak) dapat terjadi di permukaan atas atau bagian bawah percabangan.


Jaringan karang terlihat mengelupas, namun tidak rata, sedangkan laju
penghilangan jaringan karang terjadi sangat cepat. Jaringan karang pada
umumnya ditempeli alga berfilamen dalam beberapa hari. Peristiwa
mengelupasnya jaringan karang ini masih belum diketahui secara pasti, namun
kemungkinan disebabkan oleh bakteri pathogen.
8. Yellow-blotch or yellow-band disease
Penyakit

ini

hanya

mempengaruhi karang jenis Montastrea


dan Colpophyllia natans. YBD pertama
kali

ditemukan

pada

tahun

1994

(GREEN & BRUCKNER, 2000) yang


diawali dengan danya warna pucat,
bintik sirkular pada jaringan translusen
atau sebagai band yang sempit pada jaringan karang yang pucat di bagian
pinggir koloni. Namun areal di sekitar koloni tersebut masih normal dan pigmen
jaringannya baik. Bagian dari jaringan karang yang dipengaruhi oleh penyakit
tersebut, akan keluar dari karang dan kemudian karang akan mati.
20

Jaringan karang yang hilang dari pengaruh YBD, rata-rata adalah 5-11
cm/tahun, lebih sedikit dari penyakit karang lainnya. meskipun demikian,
penyakit ini dapat menyebar pada koloni karang yang lain dan menyerang
koloni karang dewasa dan berukuran besar.
PENUTUP
Kesimpulan
Filum Cnidaria (termasuk karang) merupakan hewan yang sangat rentan
terhadap perubahan lingkungan. Meskipun karang mempunyai kemampuan untuk
melakukan pemulihan, namun factor lingkungan sangat berpengaruh. Penyakit yang
menyerang filum Cnidaria terutama karang antara lain : penyakit black-band disease
(BBD), dark-spots disease, red-band disease (RBD), white-band disease (WBD), white
plague (WP), white pox, dan yellow-band disease (YBD).
Saran
Perlu dilakukannya beberapa penelitian lanjut menggenai sebab-akibat dan
pengaruh lingkungan terhadap kelangsungan hidup karang agar kualitas terumbu karang
menjadi leih baik.

21

DAFTAR PUSTAKA
Manogar, 2007. R. Pemutihan Karang dan Beberapa Penyakit Karang. Dalam Oseana
Volume XXXII nomor 4 (sumber : http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/
searchkatalog/downloadDatabyId/8696/8696.pdf)
Sunarto. 2006. Keanekaragaman Hayati dan Degradasi Ekosistem Terumbu Karang.
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNPAD. (sumber :
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/12/keanekaragaman_hayati
_dan_degradasi_ekosistem_terumbu_karang.pdf
Triman Juniarso. 2008. Hewan Tak Bertulang Belakang (Invertebrata) Dan
Kehidupannya (sumber : http://trimanjuniarso.files.wordpress.com/2008/02/
invertebrata.doc)
http://www.januar-enigmatic.co.cc/2010/05/phylum-coelenterata.html
http://www.terangi.or.id/publications/pdf/tkj-web.pdf

22

Anda mungkin juga menyukai