Anda di halaman 1dari 6

Laporan Sejarah Lokal

Kelompok 2
Nama

: Vini Anggarini

(06041281320008)
Desi Lusiana
(06041381320019)
Mutmainnah
(06041181320022)
Muzaki Adila
(06041181320012)
Pitanida

Rajaguguk

(06041281320013)
Yulia Trisnawati (06041181320017)

Dosen pembimbing

: DR. Farida, M.Si.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Program Studi Pendidikan Sejarah
Universitas Sriwijaya
2014
Umumnya dalam belajar sejarah lokal berkaitan dengan masalah
dan kejadian-kejadian lokal. Yang diperlukan pada tahap awal ialah siswa
harus mempunyai perasaan memiliki dan membutuhkan pelajaran yang
akan mereka terima. Jadi apabila belajar sejarah lokal maka mulailah
dengan

sejarah

yang

paling

dekat,

terdekat,tetangga,sekolah,kampungnya

bisa
serta

dimulai

dari

lingkungan

keluarga
sekitarnya.

Kemudian beri mereka kesempatan untuk menuliskannya, hasil dari karya


para siswa di berikan pujian, hadiah kecil agar mereka termotivasi untuk
menulis, sekaligus memahami dan mencintai sejarah dan budayanya. Para
siswa agar

siswa diajak mengenali sejarah nenek moyangnya, adat-

istiadat, kuliner, dan apa saja yang menarik yang ada di daerah mereka.
Dalam proses pembelajaran sejarah lokal harus disajikan lebih
menarik kepada peserta didik misalnya dengan menceritakan tokoh yang
berasal dari daerah mereka. Guru harus menjadi teladan sehingga
penanaman nilai-nilai dapat tertanam dengan baik, suasana dalam proses
pembelajaran harus kondusif bagi berkembangnya rasa kecintaan pada
daerah/lokal akan tertanam dalam diri siswa. Kemudian setelah membahas
sejarah lokal terdekat, barulah bahas dengan wilayah cakupan yang lebih
luas

misalnya,

kecamatan,kabupaten/kota,

dan

provinsi.

Kecintaan

terhadap sejarah nasional dimulai dari kecintaan terhadap sejarah lokal


terlebih dahulu. Rasa cinta terhadap sejarah itu dimulai dari lingkungan
yang tedekat. Sejarah lokal mempunyai peranan besar yaitu dengan
adanya sejarah lokal bisa menjadi modal dalam lingkup yang lebih besar
yaitu bisa memahami sejarah dan budaya nasional.

Sejarah nasional merupakan puncak-puncak dari sejarah lokal,


sehingga semua bermula dari sejarah lokal itu sendiri. Puncak-puncak
sejarah lokal yang dimaksud adalah sejarah lokal yang telah berkembang
dan dikenal oleh hampir seluruh rakyat Indonesia. Namun agar sejarah
lokal atau kebudayaan yang kurang terkenal dan hampir tenggelam
maupun sudah banyak berubah akibat dari pengaruh kebudayaan luar
maka harus diangkat kembali dengan cara menuliskan sejarah tersebut
dan kemudian mengeksposnya, sehingga sejarah daerah yang mulai
tenggelam tersebut dapat dikenal kembali oleh masyarakat.
Pendidikan sejarah lokal dalam hal ini sangat berperan dalam upaya
menumbuhkan rasa cinta kepada peserta didik akan sejarah lokal yang
dimilikinya. Dan munculnya kesadaran akan sejarah budaya bangsa
Indonesia yang multikulturalisme yang beranekaragam budaya, adat
istiadat, suku, dan lain-lain. Kesadaran akan sejarah lokal itu sendiri sangat
penting dalam memberikan kontribusi positif terhadap kelemahan dan
kelebihan dari berbagai daerah atau lokal di Nusantara.
Indonesia memiliki banyak suku-suku atau etnis yang tersebar
diseluruh nusantara, akibatnya dari perbedaan tersebut seringkali terjadi
konflik antar suku atau etnis di nusantara yang diakibatkan dari adanya
rasa membangga-banggakan daerah sendiri sehingga harus adanya rasa
kesatuan dan persatuan disetiap daerah-daerah diseluruh Indonesia.
Dimulai dari kelompok-kelompok masyarakat terkecil, sedang dan besar
sehingga menyatu dalam semangat persatuan dan kesatuan. Dalam hal ini
setiap siswa dituntut agar mempunyai kesadaran sejarah dari dalam diri
sendiri, memiliki keinginan untuk menuliskan sejarah yang ada terlebih
dekat dengan kehidupan, maupun yang dialaminya. Hal dekat yang
dimaksud misalnya sejarah tentang kepahlawanan yang ada di daerah
masing-masing serta yang sudah mengakar dalam diri setiap masyarakat,
misalnya bagaimana sebenarnya sejarah perjuangan Sultan Badaruddin
sebagai pahlawan ataupun tokoh dalam sejarah Palembang.

Kita

juga

harus

menghargai

usaha

dari

peserta

didik

yang

mengangkat sejarah lokal, sebaik dan buruk mana pun kita harus
memberikan apresiasi kepada mereka. Karena mereka telah mengangkat
sejarah yang mereka sukai dari lingkungan terdekat mereka. Sejarah
disetiap daerah berbeda-beda dan memiliki ciri khas tersendiri. Sehingga
indonesia ini kaya akan suku dan budaya. Dengan perbedaan itu
semestinya masyarakat lebih memberikan kebanggaan dan menjauhkan
dari disintegrasi. Kekuatan persatuan lebih baik dijunjung tinggi dengan
menghargai perbedaan yang ada antar wilayah.
Masyarakat hanya beberapa saja yang mengangkat sejarah lokal
karena itu setiap generasi muda harusnya kita perkenalkan dengan
budaya dari wilayah terdekat, ini sangat penting untuk melestarikan
kekayaan budaya yang dimiliki oleh setiap daerah. Padahal sejarah lokal
yang dimiliki suatu daerah itu sangat unik namun kurang diminati
khususnya

oleh

generasi

muda

sekarang

ini

dan

juga

kurangnya

kesadaraan masyarakat akan pentingnya pengetahuan tentang sejarah


lokal itu sendiri. Untuk itu diharapkan dengan pembelajaran sejarah lokal
ini masyarakat maupun generasi muda sekarang lebih mencintai dan
sadar akan kebudayaannya sendiri dan adanya keinginan didalam dirinya
untuk mengangkat dan memperkenalkan kebudayaannya.
Hal yang perlu di angkat dari sejarah lokal itu sebenarnya banyak
sekali seperti asal muasal dari suatu daerah dan pengaruhnya terhadap
masyarakat

disana.

Dengan

adanya

sumber

lisan

itu

menambah

pengetahuan bagi peneliti dan juga bisa menambah sumber dari buku
yang berhubungan. Kebudayaan yang berasal dari masyarakat mulai dari
yang terkecil dan terbesar semuanya perlu disatukan dalam persatuan
supaya bisa menumbuhkan kesadaran sejarah diawali dari hal sederhana
mulai mencintai sejarah lokal kemudian mengarah nasional. Sejarah
nasional Indonesia juga merupakan warisan dalam bentuk sejarah daerah
(meliputi batasan administratif,propinsi,kabupaten,dll). Sejarah daerah
memiliki peranan yang besar untuk memperkuat sejarah nasional.

Periodisasi sejarah nasional tidak sama dengan periodisasi sejarah lokal? Bukankah
batasan sejarah lokal dibatasi oleh penulisnya? Analisis!
Perodisisasi sejarah nasional dan sejarah lokal tidaklah sama, karena sejarah nasional
adalah puncak-puncak kebudayaan lokal, sedangkan sejarah lokal itu sendiri adalah tradisi,
adat istiadat, cerita rakyat/ dongeng/ legenda, dsb. Selain itu, peristiwa yang terjadi di nasional
belum tentu di daerah terjadi juga dengan waktu yang sama. Contohnya pada saat
kemerdekaan, pembacaan teks proklamasi terjadi di Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945,

sedangkan di Palembang terjadi lima hari setelahnya. Sejarah nasional juga lebih bersifat
politik, sedangkan sejarah lokal lebih bersifat budaya. Contoh sejarah nasional seperti G30S/PKI, contoh sejarah lokal seperti pengaruh kebudayaan Tiongkok terhadap daerah pesisir
sungai musi. Sejarah lokal yang berpengaruh besar akan diangkat menjadi sejarah nasional
seperti sejarah kerajaan Sriwijaya yang berpengaruh besar terhadap Nusantara, sehingga di
anggap sebagai sejarah Nasional.
Sejarah lokal memang dibatasi oleh penulisnya, namun dalam penulisannya itu sendiri,
penulis dapat membuat sejarah lokal seluas-luasnya, namun dalam penulisan sejarah lokal,
sering mengalami kendala terhadap sumber yang didapat, karena kebanyakan sumber yang
diperoleh dengan cara wawancara, sehingga narasumber sering kali bersifat subjektif, dan
sumber yang didapat juga tidak terlalu akurat. Selain itu belum banyak juga referensi buku
tentang sejarah lokal, sehingga mempersulit penulis untuk menulis sejarah lokal di daerahnya.
Periodesasi sejarah nasional juga tidak dapat ditarik ke dalam sejarah lokal karena sejarah
lokal memiliki bagian-bagian yang lebih spesifik sehingga periodesasinya tidaklah sama.
Contoh lainnya, ketika indonesia mengalami krisis moneter di Sumatera Selatan
khususnya pada waktu itu tidak mengalami krisis dengan demikian sejarah nasional belum
tentu terjadi di daerah-daerah seluruh indonesia. Maka dari itu, periodesasi dari sejarah
nasional dan sejarah lokal belum tentu sama. Dan juga peristiwa yang terjadi di sejarah lokal
belum tentu juga wilayah lain khususnya lingkup nasional juga mengalami.

nasya.afif@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai