Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kita sebagai makhluk social yang melakukan interaksi dengan
masyarakat yang ada di sekitar kita pasti pernah mengalami suatu pertentangan
atau perbedaan dengan orang orang yang ada di sekitar kita. Pertentangan ini
yang nantinya akan menjadi sebuah konflik yang jika dibiarkan akan menjadi
suatu masalah yang akan membesar. Bisa dikatakan bahwa konflik merupakan
suatu proses social antara satu orang atau lebih yang mana salah seorang di
antaranya berusaha menyingkirkan pihak lain. Seperti yang dikatakan salah satu
teori dari Karl Marx yang melihat masyarakat manusia sebagai sebuah proses
perkembangan yang akan menyudahi konflik melalui konflik. Kalau kita melihat
dari teori tersebut, bias kita simpulkan bahwa kita sebagai masyarakat tidak bias
menghindari adanya konflik yang pastinya akan terjadi di kehidupan kita. Contoh
kecil dari konflik yaitu dari lingkungan keluarga, terkadang kita mengalami
perbedaan pendapat dengan salah satu anggota keluarga, yang nantinya pasti
akan menjadi sebuah konflik karena konflik terjadi karena beberapa penyebab
yang masing masing mempunyai jalan tersendiri untuk menyelesaikan konflik
tersebut. Ada empat bentuk konflik yaitu konflik tujuan, konflik peranan, konflik
nilai dan konflik kebijakan. Konflik juga tidak begitu saja muncul tapi konflik
mempunyai sumber sumber yang menjadi patokan atu pemicu munculnya
konflik antar individu maupun antar kelompok social.

1.2 Rumusan Masalah


Untuk dapat membahas lebih jauh tentang konflik social, kita harus
member batasan batasan materi yang akan dibahas, agar materi yang
disajikan tidak keluar dari pembahasan.
1

1. Apa pengertian dari konflik sosial ?


2. Apa saja teori-teori yang mendasi konflik?
3. Konflik pada manusia bersumber pada apa saya ?
4. Apa saja bentuk - bentuk dari konflik sosial ?
5. Apa saja jenis-jenis konflik?
6. Bagaimana proses dari konflik itu sendiri ?
7. Apa sajakah dampak yang dapat ditimbulkan oleh konflik?
8. Bagaimana

cara

kita

mengendalikan

konflik

dan

bagaimana

cara

penyelesaiannya ?

1.3 Tujuan
Kita sebagai masyarakat harus bisa lebih teliti dengan semua yang ada di
sekitarr lingkungan, agar setidaknya kita bisa menghindari masalah masalah
dengan orang orang yang ada di sekitar kita, teruama konflik yang selalu
menemani setiap langkah keidupan.

BAB II
PEMBAHASAN KONFLIK SOSIAL
Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang
pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik,
yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar
rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent). Pertentangan
dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu bersifat langsung, yakni
ditandai interaksi timbal balik di antara pihakpihak yang bertentangan. Selain itu,
pertentangan itu juga dilakukan di atas dasar kesadaran pada masing-masing
pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan.
2

Konflik pada dasarnya merupakan bagian dari kehidupan sosial, karena itu
tidak ada masyarakat yang steril dari realitas konflik. Konflik dan konsensus,
integrasi dan perpecahan adalah proses fundamental yang walau dalam porsi
dan campuran yang berbeda, merupakan bagian dari setiap sistem sosial yang
dapat dimengerti. Karena konflik merupakan bagian kehidupan sosial, maka
dapat dikatakan konflik sosial merupakan sebuah keniscayaan yang tidak dapat
ditawar.

A.

Pengertian Konflik Sosial


Karl Marx melihat masyarakat sebagai sebuah proses perkembangan yang
akan menyudahi konflik melalui konflik.
Konflik dapat kita artikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya.
Karl Marks mengantisipasi bahwa kedamaian dan harmoni akan menjadi
hasil akhir sejarah perang dan revolusi kekerasan. Dengan kekecualian masamasa yang paling awal dari masyarakat sebelum munculnya hak milik pribadi,
karena ciri utama hubungan hubungan sosial adalah perjuangan kelas. Namun
bentrokan kepentingan kepentingan ekonomis ini akan berakhir di dalam
sebuah masyarakat yang tanpa kelas, bebas konflik dan kreatif yang disebut
komunisme.akan tetapi perhatian Marx tidak terpusat pada ciri ciri hubungan
hubungan sosial yang kooperatif dari utopia komunis yang dijanjikan.
Tulisan tulisan teoritisnya banyak menangani penjelasan mengenai
kenyataan kenyataan sosial yang ada, dan sumbangan pokoknya bagi
pemahaman kita tentang masyarakat terletak dalam analisanya mengenai sebab
sebab ekonomis dari konflik sosial dan cara cara konflik itu dibendung dan
ditekan oleh kelas yang berkuasa di dalam setiap masyarakat sebelum meledak
menjadi bentuk bentuk kehidupan sosial yang baru.

Tekanan Marx pada peranan konflik dalam hubungan hubungan sosial


mengingatkan pada Hobbes, tetapi Marx melihat konflik sosial lebih terjadi di
antara individu individu dan meskipun ada kesamaan dalam pandangan
mengenai topik yang disebut Marx kesadaran palsu, Marx mempunyai sebuah
kepercayaan yang optimistis akan mungkinnya kehidupan komunitas yang
secara manusiawi memuaskan yang lebih khas pada Aristoteles daripada
Hobbes.
Sedangkan White & Bednar (1991) mendefinisikan konflik sebagai suatu
interaksi antara orang-orang atau kelompok yang saling bergantung merasakan
adanya tujuan yang saling bertentangan dan saling mengganggu satu sama lain
dalam mencapai tujuan itu.
Selain itu beberapa pengertian konflik menurut para ahli yakni sebagai berikut:
1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan
warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat
daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan
di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan
kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini
terjadi jika masing masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau
tujuan sendiri sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi ditentukan oleh
persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di
dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada.
Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada
konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
4. Menurut minnery (1985), konflik organisasi merupakan interaksi antara dua
atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung, namun
terpisahkan oleh perbedaan tujuan.

Faktor penyebab terjadinya konflik antar kelompok sosial antara lain


sebagai berikut :
a.

Adanya perbedaan antar kelompok sosial, baik secara fisik maupun mental,
atau perbedaan kemampuan, pendirian, dan perasaan sehingga menimbulkan
pertikaian atau bentrokan di antara mereka.

b.

Perbedaan pola kebudayaan seperti prbedaan adat istiadat, suku bangsa,


agama, paham politik, pandangan hidup, dan budaya darah sehingga
mendorong timbulnya persaingan dan pertentangan, bahkan bentrokan di antara
anggota kelompok sosial tersebut.

c.

Perbedaan mayoritas dan minoritas yang dapat menimbulkan kesenjangan


sosian di antara kelompok sosial tersebut. Misalnya antara etnis Cina (minoritas)
dan etnis pribumi (mayoritas).

d.

Perbedaan

kepentingan

antar

kelompok

sosial,

seperti

perbedaan

kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya, agama, dan sejenisnya merupakan


faktor penyebab timbulnya konflik.
e.

Perbedaan individu
Perbedaan kepribadian antar individu bisa menjadi faktor penyebab
terjadinya konflik, biasanya perbedaan individu yang menjadi sumber konflik
adalah perbedaan pendirian dan perasaan. Setiap manusia adalah individu yang
unik, artinya setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda
satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau
lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab
dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan
pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbedabeda.
5

Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa
terhibur.
f.

Perbedaan latar belakang kebudayaan


Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadipribadi yang berbeda. Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan polapola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang
berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat
menghasilkan konflik.

g.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok Manusia memiliki


perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan.

h.

Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat


Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut
dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan
yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri.
Selain dari tujuh faktor penyebab konflik seperti yang di atas, ada juga beberapa
Faktor faktor penyebab terjadinya konflik antar kelompok sosial antara
lain adalah sebagai berikut :

a.

Konflik antar kelompok sosial


Dalam masyarakat Indonesia, ada beberapa kelompok yang menganut
agama yang berbeda beda. Ada yang memeluk agama islam, Kristen, Hindu,
dan Budha. Adanya perbedaan agama ini akan membawa perbedaan dalam
kehidupan sehari hari. Misalnya, cara peribadatan, acara perkawinan, dan
penerapan hukum warisan.

Adanya

perbedaan-

perbedaan

tersebut,

jika

dijadikan

masalah

akan

menimbulkan konflik antara pemeluk agama yang satudengan yang lain. Konflik
yang terjadi dapat dalam skala kecil, besar, lama, atau hanya sebentar. Konflik
tersebut sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi masing masing . Biasanya
aspek SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) merupakan aspek yang
sangat peka dalam kehidupan bermasyarakat. Misalnya, konflikdi Poso dan
Ambon yang melibatkan dua penganut agama yang berbeda.
b.

Konflik antar kelompok suku bangsa


Dalam kehidupan masyrakat multikultural seperti indonesia, antara
kelompok suku bangsa yang satu dan suku bangsa yang lain terdapat
perbedaan- perbedaan yang khas. Perbedaan perbedaan tersebut mencakup
hal hal sebagai berikut :

1.

Perbedaan tata susuanan dan kekerabatan, misalnya patrilineal, matrilineal,


dan parental.

2.

Perbedaan seni bangunan rumah, peralatan kerja, dan pakaian-pakaian adat.

3.

Perbedaan kesenian daerah, misalnya tarian, musik, seni lukis, dan seni
pahat.

4.

Perbedaan adat istiadat dalam perkawinan, upacara ritual, dan hukum adat.

5.

Perbedaan bahasa daerah, misalnya bahasa Jawa, Sunda, Madura, Bali,


Batak, Papua, Makassar, dan Minangkabau
Perbedaan tersebut di atas, sering kali dapat menjadi pemicu timbulnya konflik
antar kelompok suku bangsa.
Perbedaan ini disebabkan oleh faktor-faktor antara lain sebagai berikut :

1.

Hukum adat dan garis kekerabatan yang berbeda.


Adanya sitem kekerabatanmatrilineal, parilineal, dan parental dalam
kelompok-kelompok suku bangsa, memiliki pengaruh yang luas dalam hal tata
cara perkawinan, hak menggunakan marga, hak mengatur ekonomi rumah
tangga, dan warisan.
7

2.

Latar belakang sejarah yang berbeda


Akibat latar belakang sejarah yang berbeda akan menghasilkan keadaan
sosial budaya yang tidak sama. Misal, dalam kelompok masyarakat Bali dengan
latar belakang sejarah kerajaan Hindu yang kuat, sementara kelompok
masyarakat Demak, Surakarta, dan Yogyakarta memiliki latar belakang sejarah
Islam yang kuat. Adanya perbedaan ini berpengaruh pada tata upacara ritual,
adat perkawinan, gamelan, pakaian adat, dan tarian.

3.

Wilayah Indonesia yang terdiri dari ribuan pulau


Penduduk yang terdapat di daerah terpencil jarang melakukan kontak
dengan daerah lain sehingga memiliki sifat dan karya seni budaya yang spesifik
dan unik. Misalnya, suku Asmat dan suku Laut.

4.

Kebudayaan geografis yang tidak sama


Keadaan letak geografis yang strategis akan mempengaruhi corak ragam
penduduk dan kebudayaan yang lebih kopleks jika dibandingkan dengan
kelompok masyarakat yang letaknya tidak strategis. Mislanya, perbedaan
masyarakat kota dengan masyarakat desa.

c.

Konflik antar kelompok Ras (Rasial)


Tiap tiap kelompok ras pasti menyadari perbedaan-perbedaan dalam
kelompoknya, misalnya tabiat, tingkah laku, etika pergaulan, dan ciri ciri fisik
(warna kulit, warna mata,warna dan bentuk rambut, serta bentuk hidung).
Adanya perbedaan tersebut menyebabkan antara kelompok ras satu dan
kelompok ras yang lainnya terjadi pertenatangan. Misalnya, ras kulit hitam
dengan ras kulit putih yang menimbulkan politik apartheid yang merendahkan
martabat orang kulit hitam.

B. Teori-Teori Konflik
Teori-teori utama mengenai sebab-sebab konflik, dan sasarannya antara
lain :

a.

Teori Hubungan Masyarakat


Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh polarisasi yang terus terjadi,
ketidakpercayaan dan permusuhan di antara kelompok yang berbeda dalam
suatu masyarakat.
b.

Teori Kebutuhan Manusia


Menganggap bahwa konflik yang berakar disebabkan oleh kebutuhan
dasar manusia (fisik, mental dan sosial) yang tidak terpenuhi atau dihalangi. Hal
yang sering menjadi inti pembicaraan adalah keamanan, identitas, pengakuan,
partisipasi, dan otonomi.
c.

Teori Negosiasi Prinsip


Menganggap bahwa konflik disebabkan oleh posisi-posisi yang tidak
selaras dan perbedaan pandangan tentang konflik oleh pihak-pihak yang
mengalami konflik.
d.

Teori Identitas
Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh identitas yang terancam, yang
sering berakar pada hilangnya sesuatu atau penderitaan di masa lalu yang tidak
diselesaikan.
e.

Teori Kesalahpahaman Antar Budaya


Berasumsi bahwa konflik disebabkan oleh ketidak cocokan dalam caracara komunikasi di antara berbagai budaya yang berbeda.
f. Teori Transformasi Konflik
Berasumsi
bahwa
konflik
disebabkan
oleh
masalah-masalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial, budaya
dan ekonomi.

C. Sumber Konflik Sosial


Konflik yang terjadi pada manusia bersumber pada berbagai macam
sebab. Begitu beragamnya sumber konflik yang terjadi antar manusia, sehingga
sulit itu untuk dideskripsikan secara jelas dan terperinci sumber dari konflik. Hal
ini dikarenakan sesuatu yang seharusnya bisa menjadi sumber konflik, tetapi
9

pada kelompok manusia tertentu ternyata tidak menjadi sumber konflik, demikian
halnya sebaliknya. suatu konflik dapat terjadi karena perbendaan pendapat,
salah

paham,

ada

pihak

yang

dirugikan,

dan

perasaan

sensitif.

1. Perbedaan pendapat
Suatu konflik yang terjadi karena pebedaan pendapat dimana masingmasing pihak merasa dirinya benar, tidak ada yang mau mengakui kesalahan,
dan apabila perbedaan pendapat tersebut amat tajam maka dapat menimbulkan
rasa kurang enak, ketegangan dan sebagainya.
2. Salah paham
Salah paham merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan konflik.
Misalnya tindakan dari seseorang yang tujuan sebenarnya baik tetapi diterima
sebaliknya oleh individu yang lain.
3. Ada pihak yang dirugikan
Tindakan salah satu pihak mungkin dianggap merugikan yang lain atau
masing-masing pihak merasa dirugikan pihak lain sehingga seseorang yang
dirugikan merasa kurang enak, kurang senang atau bahkan membenci.
4. Perasaan sensitive
Seseorang yang terlalu perasa sehingga sering menyalah artikan tindakan
orang lain.
Beberapa faktor penyebab terjadinya konflik yakni sebagai berikut :
a.

Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.


Setiap manusia adalah individu yang unik, artinya setiap orang memiliki
perasaan, logika yang berbeda antara satu dan yang lain. Perbedaan inilah yang
sering menyebabkan konflik sosial, sebab dalam menjalani hidup sosial seorang
tidak selalu sejalan dengan orang yang lainnya. Misalnya ada acara pesta
hiburan ada yang merasa senang dengan pesta itu tetapi adapula yang
terganggu dengan acara itu karena berisik.
10

b. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi


yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran
dan pendirian kelompoknya,pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada
akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c.

Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.


Manusia memiliki pendirian, logika dan perasaan yang berbeda maupun
latarbelakang budaya yang berbeda. Oleh sebab itu,dalam waktu yang
bersamaan,masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama,tetapi
untuk tujuan yang berbeda.
d. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah suatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika
perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak,perubahan tersebut
dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya,pada masyarakat pedesaan
yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan
konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya
bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat
industi.Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti
menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis
pekerjaannya.
Kadang sesuatu yang sifatnya sepele bisa menjadi sumber konflik antara
manusia. Konflik dilatar belakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu
dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah
menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan
lain sebagainya. Dengan dibawa sertanya ciri-ciri individual dalam interaksi
sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak
satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya
atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang
bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Kesimpulannya sumber
konflik itu sangat beragam dan kadang sifatnya tidak rasional.

11

Oleh karena kita tidak bisa menetapkan secara tegas bahwa yang menjadi
sumber konflik adalah sesuatu hal tertentu, apalagi hanya didasarkan pada halhal yang sifatnya rasional. Pada umumnya penyebab munculnya konflik
kepentingan sebagai berikut:
1.

Perbedaan kebutuhan, nilai, dan tujuan.

2.

Langkanya sumber daya seperti kekuatan, pengaruh, ruang, waktu, uang,


popularitas dan posisi, dan

3.

Persaingan.

D. Bentuk Konflik Sosial


Sasse (1981) mengajukan istilah yang bersinonim maknanya dengan
nama conflict style, yaitu cara orang bersikap ketika menghadapi pertentangan.
Conflict style ini memiliki kaitan dengan kepribadian. Maka orang yang berbeda
akan menggunakan conflict style yang berbeda pada saat mengalami konflik
dengan orang lain. Sedangkan Rubin (dalam Farida, 1996) menyatakan bahwa
konflik timbul dalam berbagai situasi sosial, baik terjadi dalam diri seseorang
individu, antar individu, kelompok, organisasi maupun antar negara. Ada banyak
kemungkinan menghadapi konflik yang dikenal dengan istilah manajemen
konflik. Konflik yang terjadi pada manusia ada berbagai macam ragamnya,
bentuknya, dan jenisnya. Soetopo (1999) mengklasifikasikan jenis konflik,
dipandang dari segi materinya menjadi empat, yaitu:
1.

Konflik tujuan
Konflik tujuan terjadi jika ada dua tujuan atau yang kompetitif bahkan yang
kontradiktif.

2.

Konflik peranan
Konflik peranan timbul karena manusia memiliki lebih dari satu peranan
dan tiap peranan tidak selalu memiliki kepentingan yang sama.

3.

Konflik nilai
12

Konflik nilai dapat muncul karena pada dasarnya nilai yang dimiliki setiap
individu dalam organisasi tidak sama, sehingga konflik dapat terjadi antar
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan organisasi.
4.

Konflik kebijakan
Konflik kebijakan dapat terjadi karena ada ketidaksetujuan individu atau
kelompok terhadap perbedaan kebijakan yang dikemuka- kan oleh satu pihak
dan kebijakan lainnya.

E. Jenis-Jenis Konflik
Konflik yang terjadi dalam suatu organisasi dapat dibedakan menjadi
beberapa macam, salah satunya dari segi pihak yang terlibat dalam konflik. Dari
segi ini konflik dapat dibedakan sebagai berikut, yaitu :
1.

Konflik Intrapersonal
Konflik intrapersonal adalah konflik seseorang dengan dirinya sendiri.
Konflik terjadi bila pada waktu yang sama seseorang memiliki dua keinginan
yang tidak mungkin dipenuhi sekaligus.
Ada tiga macam bentuk konflik intrapersonal yaitu :

Konflik pendekatan-pendekatan, contohnya orang yang dihadapkan pada


dua pilihan yang sama-sama menarik.
Konflik pendekatan-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada dua
pilihan yang sama menyulitkan.
Konflik penghindaran-penghindaran, contohnya orang yang dihadapkan pada
satu hal yang mempunyai nilai positif dan negatif sekaligus.
2.

Konflik Interpersonal
Konflik Interpersonal adalah pertentangan antar seseorang dengan orang
lain karena pertentengan kepentingan atau keinginan. Hal ini sering terjadi
antara dua orang yang berbeda status, jabatan, bidang kerja dan lain-lain.
Konflik interpersonal ini merupakan suatu dinamika yang amat penting dalam
perilaku organisasi. Karena konflik semacam ini akan melibatkan beberapa
peranan dari beberapa anggota organisasi yang tidak bisa tidak akan
mempngaruhi proses pencapaian tujuan organisasi tersebut.

13

3.

Konflik individu dengan individu


Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan individu
pimpinan dari berbagai tingkatan. Individu pimpinan dengan individu karyawan
maupun antara individu karyawan dengan individu karyawan lainnya.
4. Konflik individu dengan kelompok
Konflik semacam ini dapat terjadi antara individu pimpinan dengan
kelompok ataupun antara individu karyawan dengan kelompok pimpinan.
5. Konflik kelompok dengan kelompok
Ini bisa terjadi antara kelompok pimpinan dengan kelompok karyawan,
kelompok pimpinan dengan kelompok pimpinan yang lain dalam berbagai
tingkatan maupun antara kelompok karyawan dengan kelompok karyawan yang
lain.

F. Proses Konflik
Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai individual tiap orang dan
karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual bisa menjadi titik awal dari
konflik. Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari salah satu pihak atau
masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang dihadapi. Kesadaran oleh
satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi yang menciptakan
kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi dan berlanjut pada
tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu konflik yang akan
menciptakan kecemasan, ketegangan, frustasi dan pemusuhan. Maksud adalah
keputusan untuk bertindak dalam suatu cara tertentu dari pihak-pihak yang
berkonflik. Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud
dalam perilaku, walaupun tidak selalu konsisten.
Menurut Robbins (1996) proses konflik terdiri dari lima tahap, yaitu:

14

1. Oposisi atau ketidakcocokan potensial.


2. Kognisi dan personalisasi.
3. Maksud.
4. Perilaku
5. Hasil.
Oposisi atau ketidakcocokan potensial adalah adanya kondisi yang
mencipta-kan kesempatan untuk munculnya koinflik. Kondisi ini tidak perlu
langsung mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi itu perlu jika konflik itu
harus muncul. Kondisi tersebut dikelompokkan dalam kategori: komunikasi,
struktur, dan variabel pribadi. Komunikasi yang buruk merupakan alasan utama
dari konflik, selain itu masalah-masalah dalam proses komunikasi berperan
dalam menghalangi kolaborasi dan merangsang kesalahpahaman. Struktur juga
bisa menjadi titik awal dari konflik. Struktur dalam hal ini meliputi: ukuran, derajat
spesialisasi dalam tugas yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi, kecocokan anggota tujuan, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan
derajat ketergantungan antara kelompok-kelompok. Variabel pribadi juga bisa
menjadi titik awal dari konflik. Pernahkah kita mengalami situasi ketika bertemu
dengan orang langsung tidak menyukainya? Apakah itu kumisnya, suaranya,
pakaiannya dan sebagainya. Karakter pribadi yang mencakup sistem nilai
individual tiap orang dan karakteristik kepribadian, serta perbedaan individual
bisa menjadi titik awal dari konflik. Kognisi dan personalisasi adalah persepsi dari
salah satu pihak atau masing-masing pihak terhadap konflik yang sedang
dihadapi. Kesadaran oleh satu pihak atau lebih akan eksistensi kondisi-kondisi
yang menciptakan kesempatan untuk timbulnya konflik. Bilamana hal ini terjadi
dan berlanjut pada tingkan terasakan, yaitu pelibatan emosional dalam suatu
konflik

yang

akan

menciptakan

kecemasan,

ketegangan,

frustasi

dan

pemusuhan. Maksud adalah keputusan untuk bertindak dalam suatu cara


tertentu dari pihak-pihak yang berkonflik.

15

Maksud dari pihak yang berkonflik ini akan tercermin atau terwujud dalam
perilaku, walaupun tidak selalu konsisten. Maksud dalam penanganan suatu
konflik ada lima, yaitu:
1.

Bersaing, tegas dan tidak kooperatif, yaitu suatu hasrat untuk memuaskan
kepentingan seseorang atau diri sendiri, tidak peduli dampaknya terhadap pihak
lain dalam suatu episode konflik.

2.

Berkolaborasi, bila pihak-pihak yang berkonflik masing-masing berhasrat


untuk memenuhi sepenuhnya kepentingan dari semua pihak, kooperatif dan
pencaharian hasil yang bermanfaat bagi semua pihak.

3.

Mengindar, bilamana salah satu dari pihak-pihak yang berkonflik mempunyai


hasrat untuk menarik diri, mengabaikan dari atau menekan suatu konflik.

4.

Mengakomodasi, bila satu pihak berusaha untuk memuaskan seorang lawan,


atau kesediaan dari salah satu pihak dalam suatu konflik untuk menaruh
kepentingan lawannya diatas kepentingannya.

5.

Berkompromi, adalah suatu situasi di mana masing-masing pihak dalam


suatu konflik bersedia untuk melepaskan atau mengurangi tuntutannya masingmasing.
Perilaku mencakup pernyataan, tindakan, dan reaksi yang dibuat an untuk
menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman dan ultimatun,
serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terang-terangan
terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salah paham kecil. Hasil adalah
jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan menghasilkan
konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan suatu
perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi kinerja
kelompok.oleh pihak-pihak yang berkonflik. Perilaku meliputi: upaya terangterangan untuk menghancurkan pihak lain, serangan fisik yang agresif, ancaman
dan ultimatun, serangan verbal yang tegas, pertanyaan atau tantangan terangterangan terhadap pihak lain, dan ketidaksepakatan atau salahpaham kecil.

16

Hasil adalah jalinan aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik dan


menghasilkan konsekuensi. Hasil bisa fungsional dalam arti konflik menghasilkan
suatu perbaikan kinerja kelompok, atau disfungsional dalam arti merintangi
kinerja kelompok.
Konflik sosial bisa terjadi pada setiap lapisan masyarakat dan golongan.
Dengan suatu pertentangan yang bisa dijadikan ukuran untuk melakukan suatu
pemberontakan, maka konflik tersebut tidak bisa dihindari lagi karena
Pertentangan dikatakan sebagai konflik manakala pertentangan itu bersifat
langsung, yakni ditandai interaksi timbal balik di antara pihakpihak yang
bertentangan. Selain itu, pertentangan itu juga dilakukan atas dasar kesadaran
pada masing-masing pihak bahwa mereka saling berbeda atau berlawanan .
Dalam hubungannya dengan pertentangan sebagai konflik, Marck, Synder dan
Gurr membuat kriteria yang menandai suatu pertentangan sebagai konflik.
Pertama, sebuah konflik harus melibatkan dua atau lebih pihak di dalamnya;
Kedua, pihak-pihak tersebut saling tarik-menarik dalam aksi-aksi saling
memusuhi (mutualy opposing actions). Ketiga, mereka biasanya cenderung
menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan sang
musuh. Keempat, interaksi pertentangan di antara pihak-pihak itu berada dalam
keadaan yang tegas, karena itu keberadaan peristiwa pertentangan itu dapat
dideteksi dan dimufakati dengan mudah oleh para pengamat yang tidak terlibat
dalam pertentangan. Konflik dalam pengertian yang luas dapat dikatakan
sebagai segala bentuk hubungan antar manusia yang bersifat berlawanan.
Konflik adalah relasi-relasi psikologis yang antagonis, berkaitan dengan tujuantujuan yang tak bisa dipertemukan, sikap-sikap emosional yang bermusuhan,
dan struktur-struktur nilai yang berbeda.
Konflik juga merupakan suatu interaksi yang antagonis mencakup tingkah
laku lahiriah yang tampak jelas mulai dari bentuk perlawanan halus, terkontrol,
tersembunyi, tak langsung, sampai pada bentuk perlawanan terbuka. Konflik
dapat dikatakan sebagai suatu oposisi atau pertentangan pendapat antara
orang-orang,
17

kelompok-kelompok, organisasi-organisasi yang disebabkan oleh adanya


berbagai macam perkembangan dan perubahan dalam bidang manajemen, serta
menimbulkan perbedaan pendapat, keyakinan dan ide. Hocker & Wilmot (1991)
memberikan definisi yang cukup luas terhadap konflik sebagai an expressed
struggle betwen at least two interdependent parties who perceive incompatibel
goal, scarce rewards, and interference from the other parties in achieving their
goals. Seseorang dikatakan terlibat konflik dengan pihak lain jika sejumlah
ketidaksepakatan muncul antara keduanya, dan masing-masing menyadari
adanya ketidaksepakatan itu. Jika hanya satu pihak yang merasakan
ketidaksetujuan, sedang yang lain tidak, maka belum bisa dikatakan konflik
antara dua pihak. Dengan kata lain, dua pihak harus menyadari adanya masalah
sebelum mereka berada di dalam konflik. Semua konflik seringkali dipandang
sebagai pencapaian tujuan satu pihak dan merupakan kegagalan pencapaian
tujuan pihak lain. Hal ini karena seringkali orang memandang tujuannya sendiri
secara lebih penting, sehingga meskipun konflik yang ada sebenarnya
merupakan konflik yang kecil, seolah-olah tampak sebagai konflik yang besar.
Konflik muncul diakibatkan salah satunya perebutan sumberdaya.
Misalnya, jika dua orang duduk sebangku dalam kelas, maka bangku itu menjadi
sumberdaya. Apabila salah satu pihak bertingkah laku seakanakan mau
menguasai kamar, pihak lain akan terganggu maka terjadilah konflik diakibatkan
sumberdaya. Pihak-pihak yang berkonflik saling tergantung satu sama lain,
karena kepuasan seseorang tergantung perilaku pihak lain. Jika kedua pihak
merasa tidak perlu untuk menyelesaikan masalah, maka perpecahan tidak dapat
dihindari. Banyak konflik yang tidak terselesaikan karena masing-masing pihak
tidak memahami sifat saling ketergantungan. Selama ini konflik sering
dihubungkan dengan agresi. Broadman & Horowitz menyatakan bahwa konflik
dan agresi merupakan dua hal yang berbeda. Konflik tidak selalu menghasilkan
kerugian, tetapi juga membawa dampak yang konstruktif bagi pihak-pihak yang
terlibat, sedangkan agresi hanya membawa dampak-dampak yang merugikan
bagi individu.
18

G. Dampak Konflik
Sejatinya dampak konflik yang terjadi diantara seseorang dengan orang
lain ataupun dengan suatu kelompok dengan kelompok lain memberikan dua
dampak yakni bisa dampak positif ataupun bisa dampak negatif .
Dampak positif dari konflik yaitu:
1.

Mendorong untuk kembali mengkoreksi diri :


Dengan adanya konflik yang terjadi, mungkin akan membuat kesempatan
bagi salah satu ataupun kedua belah pihak untuk saling merenungi kembali,
berpikir ulang tentang kenapa bisa terjadi perselisihan ataupun konflik diantara
mereka.
2. Meningkatkan Prestasi :
Dengan adanya konflik, bisa saja membuat orang yang termajinalkan oleh
konflik menjadi merasa mempunyai kekuatan extra sendiri untuk membuktikan
bahwa ia mampu dan sukses dan tidak pantas untuk dihina.
3. Mengembangkan alternative yang baik :
Bisa saja dengan adanya konflik yang terjadi diantara orang per orang,
membuat seseorang berpikir dia harus mulai mencari alternatif yang lebih baik
dengan misalnya bekerja sama dengan orang lain mungkin.
Dampak negatif dari konflik yakni :
1. Menghambat kerjasama :
Sejatinya konflik langsung atau tidak langsung akan berdampak buruk
terhadap kerjasama yang sedang dijalin oleh kedua belah pihak ataupun
kerjasama yang akan direncanakan diadakan antara kedua belah pihak.
2.

Apriori :
Selalu berapriori terhadap lawan. Terkadang kita tidak meneliti benar
tidaknya permasalahan, jika melihat sumber dari persoalan adalah dari lawan
konflik kita.

19
3. Saling menjatuhkan :
Ini salah satu akibat paling nyata dari konflik yang terjadi diantara esame
orang di dalam suatu organisasi, akan selalu muncul tindakaan ataupun upaya
untuk saling menjatuhkan satu sama lain dan membuat kesan lawan masingmasing rendah dan penuh dengan masalah.

H. Pengendalian Konflik
Pengendalian konflik dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu dengan
konsiliasi (conciliation), mediasi (mediation), dan perwasitan (arbitration). Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi berjalan sebagai sebuah
siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi.
Sebaliknya,

integrasi

yang

tidak

sempurna

dapat

menciptakan

konflik.

Pengendalian konflik dengan cara konsiliasi, terwujud melalui lembaga-lembaga


tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan di antara pihak-pihak yang berkonflik. Lembaga yang dimaksud
diharapkan berfungsi secara efektif, yang sedikitnya memenuhi empat hal:
1.

Harus mampu mengambil keputusan secara otonom, tanpa campur tangan


dari badan-badan lain.

2.

Lembaga harus bersifat monopolistis, dalam arti hanya lembaga itulah yang
berfungsi demikian

3.

Lembaga harus mampu mengikat kepentingan bagi pihak-pihak yang


berkonflik.

4.

Lembaga tersebut harus bersifat demokratis.


Tanpa keempat hal tersebut, konflik yang terjadi di antara beberapa
kekuatan sosial, akan muncul ke bawah permukaan, yang pada saatnya akan
meledak kembali dalam bentuk kekerasan. Pengendalian dengan cara mediasi,
dengan maksud bahwa pihak-pihak yang berkonflik bersepakat untuk menunjuk
pihak ketiga yang akan memberikan nasihat-nasihat, berkaitan dengan
penyelesaian terbaik terhadap konflik yang mereka alami.

20
Pengendalian konflik dengan cara perwasitan, dimaksudkan bahwa pihakpihak yang berkonflik bersepakat untuk menerima pihak ketiga, yang akan
berperan untuk memberikan keputusan-keputusan, dalam rangka menyelesaikan
yang ada. Berbeda dengan mediasi, cara perwasitan mengharuskan pihak-pihak
yang berkonflik untuk menerima keputusan yang diambil oleh pihak wasit.

I. Pola Penyelesaian Konflik


Konflik yang berkepanjangan selalu menyisakan ironi dan tragedi.
Kekerasan yang terjadi dalam rentang waktu lama menjadikannya sebagai
perilaku yang seolah wajar dan bahkan terinstitusionalisasi. Akibatnya lingkaran
setan kekerasan menjadimata rantai yang semakin sulit untuk diputuskan.
Karena perasaan masing-masing pihak adalah victim (korban) memicu dendam
yang jika ada kesempatan akan dibalaskan melalui jalan kekerasan pula. Belum
lagi kerusakan dan kerugian materiil yang harus di tanggung, sungguh tak
terperikan lagi. Dampak konflik lainnya adalah mengundang turun tangan
keluarga dan sanak saudaradari kepulauan, kecamatan, kabupaten, propinsi
hingga ibu kota negara datang membantu keluarganya secara ekonomi, tenaga,
ikut berperang dll. Di sudut agama terpanggil rasa solidaritas se-agama dari
pelbagai organisasi sosial keagamaan dari pelbagai penjuru tanah air hingga dari
luar negeri.
Pada masyarakat multikultular, suatu konflik bisa diatasi dengan cara
cara seperti berikut :
1.

Sikap tidak diskriminatif


Diskrimatif adalah perbedaan perlakuan terhadap sesama warga negara.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka diskriminatif adalah yaitu sikap tidak
membedakan

perlakuan

terhadap

semua

warga

negara,

seperti

memandang warga negara asli atau bukan asli, pribumi atau nonpribumi.

tidak

21
Dengan tidak membedakan antara kelompok sosial tersebut, maka negara
harus memberikan ruang gerak yang sama untuk kelangsungan hidup kelompok
kelompok tersebut. Masing masinf kelompok sosial mendapat jaminan
hukum yang pasti.
2.

Rasional
Rasional berarti pikiran sehat, cocok dengan akal, patut, dan layak. Utnuk
menghindari konflik, antara kelompok sosial yang beraneka ragam, perlu
dikembangkan sikap yang masuk akal. Jangan menggunakan emosi atau
perasaan semata. Perbuatan yang tidak menggunakan akal yang jernih dan
sehat serta pemikiran yang tidak matang akan mengakibatkan kerugian yang
luar biasa. Oleh karena itu, dalam kehidupan masyarakat multikultural selalu
dituntut untuk menyadari keanekaragaman yang dimiliki, sehingga jika akan
melakukan sesuatu perlu dipertimbangkan secara rasional.

3.

Persaingan yang sehat


Dalam masyarakat multikultural, adanya keanekaragaman kelompok sosial
pasti selalu muncul persaingan, baik yang bersifat positif maupun yang negatif.
Untuk itu, perlu diciptakan kondisi persaingan yang positif dan sehat. Dengan
adanya persaingan positif tersebut, kelompok yang satu akan belajar dari
kelompok yang lain dan akan timbul sikap saling menghormati antar kelompok.

4.

Dialogis
Untuk mengatasi konflik antar kelompok soial di dalam masyarakat
multikultural, diperlukan pendekatan antara kelompok yang satu dan kelompok
yang lain dengan cara dialog, sehingga perbedaan yang ada bisa saling
dimengerti dan dihormati. Perlu disadari, bahwa di dalam keanekaragaman
kelompok sosial terdapat pula keanekaragaman kepentingan.

22
Adanya keanekaragaman kepentingan perlu dibicarakan bersama antar
kelompok satu dengan kelompok yang lain sehingga akan tercapai kesepakatan
yang menggantungkan kedua belah pihak.
Ada juga beberapa cara untuk memecahkan konflik yang terjadi, yaitu :
1.

Pemecahan masalah dengan cara pertemuan tatap muka dari pihak pihak
yang berkonflik dengan maksud mengidentifikasi masalah dan memecahkannya
dengan cara terbuka.

2.

Menciptakan suatu tujuan bersama yang tidak dapat dicapai tanpa kerjasama
dari masing masing pihak yang berkonflik.

3.

Dengan cara penghindaran atau berusaha untuk menarik diri konflik misalnyan
mengurangi kesempatan untuk bertemu.

4.

Berusaha untuk mengecilkan arti perbedaan sementara menekankan


kepentingan bersama antara pihak pihak yang berkonflik.

5.

Melakukan tindakan kompromi dengan cara tiap pihak yang berkonflik


melepaskan atau mengorbankan sesuatu yang berharga.

6.

Mengubah variabel atau menggunakan teknik pengubahan perilaku manusia


misalnya pelatihan hubungan manusia untuk mengubah sikap dan perilaku yang
menyebabkan konflik.
Pola penyelesaian konflik bila dipandang dari sudut menang-kalah pada
masing-masing pihak, maka ada empat bentuk pengelolaan konflik, yaitu :

1.

Bentuk kalah-kalah (menghindari konflik)


Bentuk

pertama

ini

menjelaskan

cara

mengatasi

konflik

dengan

menghindari konflik dan mengabaikan masalah yang timbul. Atau bisa berarti
bahwa kedua belah pihak tidak sepakat untuk menyelesaikan konflik atau
menemukan kesepakatan untuk mengatasi konflik tersebut.

23
2.

Bentuk menang-kalah (persaingan)


Bentuk ini memastikan bahwa satu pihak memenangkan konflik dari pihak
lain. Biasanya kekuasaan atau pengaruh digunakan untuk memastikan bahwa
dalam konflik tersebut individu tersebut yang keluar sebagai pemenangnya.
Gaya penyelesaian konflik seperti ini sangat tidak mengenakkan bagi pihak yang
merasa terpaksa harus berada dalam posisi kalah.

3.

Bentuk kalah-menang (mengakomodasi)


individu yang kalah dan pihak lain menang ini berarti individu berada
dalam posisi mengalah atau mengakomodasi kepentingan pihak lain. Gaya ini
digunakan untuk menghindari kesulitan atau masalah yang lebih besar. Gaya ini
juga merupakan upaya untuk mengurangi tingkat ketegangan akibat dari konflik
tersebut atau menciptakan perdamaian yang diinginkan.

4.

Bentuk menang-menang (kolaborasi)


Bentuk seperti ini disebut dengan gaya pengelolaan konflik kolaborasi atau
bekerja sama. Tujuannya adalah mengatasi konflik dengan menciptakan
penyelesaian melalui konsensus atau kesepakatan bersama yang mengikat
semua pihak yang bertikai.
Ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik adalah :
1.

Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau
mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah
win-lose orientation.
2.

Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin
yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada
usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik
perdamaian.

24
3.

Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok
dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu.
Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.

4.

Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak.
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach)
yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5.

Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini
menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan
kelompok lain.

Dengan adanya sebuah konflik juga bisa menghasilkan suatu perubahan


pada masyarakat yang terkadang juga membawa dampak positif namun juga
banyak yang menghasilkan sesuatu yang bersifat negatif. Antara lain hasil yang
didapatkan dari aanya suatu konflik adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (in-group) yang mengalami
konflik dengan kelompok lain.
2.

Keretakan hubungan antar kelompokyang bertikai.

3.

Perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam,


benci, saling curiga dan lain-lain.

4.

Kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.

5.

Dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Pengelolaan konflik merupakan cara yang digunakan individu dalam mengontrol,
mengarahkan, dan menyelesaikan konflik, dalam hal ini adalah konflik
interpersonal.

25
Ada juga strategi yang dipandang lebih efektif dalam pengelolaan konflik yaitu:

Koesistensi damai, yaitu mengendalikan konflik dengan cara tidak saling


mengganggu dan saling merugikan, dengan menetapkan peraturan yang
mengacu pada perdamaian serta diterapkan secara ketat dan konsekuen.

Dengan mediasi (perantaraan). Jika penyelesaian konflik menemui jalan


buntu, masing-masing pihak bisa menunjuk pihak ketiga untuk menjadi perantara
yang berperan secara jujur dan adil serta tidak memihak.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk social yang selalu berinteraksi dengan sesama
yang ketika melakukan suatu interaki dengan sesama manusia terkadang
diwarnai dengan adanya konflik karena konflik merupakan bagian dari kehidupan
manusia. Perbedaan dan pertentangan pertentangan yang terkadang terjadi di
antara sesama bias menyebabkan suatu masalah yang jika terus dibiarkan
berlarut larut akan menyebabkan suatu masalah yang besar. Biasanya konflik
konflik yang terjadi bias menghasilakn sesuatu yang lain dari sebelumnya,
yang antara lain adalah meningkatkan solidaritas antara sesama kelompok,
keretakan antar kelompok yang bertikai, kerus harta benda dan hilangnya
nyawa manusia, perubahan kepribadian individu, dan lain lain.
Bentuk bentuk konflik meliputi konflik nilai, konflik tujuan, konflik
kebijaksanaan, dan konflik perantara. Salah satu pola penyelesaian konflik
adalah dengan cara menghindar dari konflik yang sedang terjadi.

26

B. Saran
Sebaiknya kita sebagai bangsa ang beragama dan juga Negara kita
adalah Negara hukum,berusaha menghindari adanya konflik sosil di antara
masyarakat, agar Negara kita ini bias menjadi Negara yang penuh dengan
kedamaian dan bebas dari konflik dan pertentangan.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Tom. Tujuh Teori Sosial, Sketsa Penilaian Perbandingan.Yogyakarta:


Kanisius, 1994.
Soekanto, Soerjono. Sosiologi, Suatu Pengantar. Jakarta : PT RajaGrafindo, 2006.
Ahsanudin. Sosiologi, Modul Sosiologi.Solo : Hayati

27

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmmatNya
saya bisa menyelesaikan makalah Pembelajaran Pembahasan, tentang
Konflik Sosial
Penyusunan makalah ini, dilakukan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti, diharapkan semua yang membacanya dapat memahami
tentang topik tersebut. makalah ini jauh dari sempurna . Penyusun berharap kritik
dan saran yang bersifat membangun.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada ibu guru, sehingga dapat
terselesaikannya makalah ini dengan baik. Bagi teman-teman yang
membacanya, semoga memberi manfaat dan menambah ilmu dan wawasan.

Bekasi, 28 September 2013

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..................................................................................................................
..................................... i

DAFTAR
ISI....................................................................................................................................
................................. ii

BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..1
1.2 Rumusan Masalah.....1
1.3 Tujuan...2
BAB II: PEMBAHASAN KONFLIK SOSIAL
A.

Pengertian
Konflik
Sosial
..................................................................................................................3
B.
Teori

Teori
Konflik..........................................................................................................................
8

C.

D.

E.

F.

G.

H.

I.

Sumber
Konflik...........................................................................................................................
......9
Bentuk
Konflik
Sosial.
12
Jenis

Jenis
Konflik
.13
Proses
Konflik
..14
Dampak
Konflik
..19
Pengendalian
Konflik
....20
Pola
Penyelesaian
Konflik
.21

BAB III: PENUTUP


A.
Kesimpulan...................................................................................................................
...................26
B.
Saran

...27
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................................
.................................27

ii

MAKALAH ILMU PENGETAHUAN


SOSIAL
Kelompok 2
Nama:
1. Dias Pratiwi
2. Mustika Purnama Sari
3 Rizkiya Rahmani
4. Risma Novriza
5. Shindi Eristawati

Kelas: XI. Animasi

KONFLIK
SOSIAL

Anda mungkin juga menyukai