Anda di halaman 1dari 30

Hepatitis

OLEH : ARIO MATSWOPATI ALI MEYER (1161050181)

Hepatitis B
Penyakit

infeksi akut yang menyebabkan


peradangan hati yang disebabkan oleh Virus
Hepatitis B.

Infeksi HBV mempunyai 2 fase akut dan kronis:

1.

Akut: infeksi muncul segera setelah terpapar


virus.

2.

Kronik: bila infeksi menjadi lebih lama dari 6


bulan

Epidemiologi

Hepatitis B merupakan penyakit endemis di seluruh dunia.

Di area dengan prevalensi tinggi seperti Asia Tenggara, Cina, dan


Afrika, lebih dari setengah populasi pernah terinfeksi oleh virus
hepatitis B.

Prevalens HBsAg di berbagai daerah di Indonesia berkisar antara


3-20%, dengan frekuensi terbanyak antara 5-10%. Pada
umumnya di luar Jawa angka ini lebih tinggi. Di Jakarta prevalens
HBsAg pada suatu populasi umum adalah 4,1%.

Menurut WHO, Indonesia tergolong dalam Negara dengan


prevalens infeksi VHB sedang sampai tinggi

Etiologi
Virus hepatitis B merupakan kelompok virus DNA dan
tergolong dalam family Hepadnaviridae.
Virus hepatitis B berupa partikel dua lapis berukuran 42
nm yang disebut "Partikel Dane".
Lapisan luar terdiri atas antigen HBsAg yang
membungkus partikel inti (core).
Pada inti terdapat DNA VHB Polimerase. Pada partikel
inti terdapat Hepatitis B core antigen (HBcAg) dan
Hepatitis B e antigen (HBeAg). Antigen permukaan
(HBsAg) terdiri atas lipo protein.
Virus hepatitis B mempunyai masa inkubasi 45-80 hari,
rata-rata 80-90 hari.

Etiologi

Patofisiologi

Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan


peradangan dan infiltrat pada hepatosit oleh sel
mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan
nekrosis sel perenchym hati.

Respon peradangan menyebabkan pembengkakkan dalam


memblokir sistem drainage hati, sehingga terjadi destruksi
pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis empedu (biliary)
dan empedu tidak dapat diekresikan ke dalam kantong
empedu bahkan ke dalam usus, sehingga meningkat dalam
darah sebagai hiperbilirubinemia, dalam urine sebagai
urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.

Patofisiologi

Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik


timbulnya sakit dengan gejala ringan.

Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3


bulan lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan
kematian.

Hepatitis dengan sub akut dan kronik dapat permanen dan


terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang dengan
kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak
menjadi penyakit kronik hati atau kanker hati.

sampai

dengan

Patofisiologi

Faktor Predisposisi
Faktor host
(penjamu)
Faktor agent
Faktor lingkungan

Faktor Host (Penjamu)


semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya penyakit hepatitis B. Faktor
penjamu meliputi:
1.

Umur

2.

Jenis Kelamin

3.

Mekanisme pertahanan tubuh

4.

Kebiasaan hidup

5.

Pekerjaan

Faktor Agent

Penyebab Hepatitis B adalah virus hepatitis B termasuk DNA


virus.

Virus Hepatitis B terdiri atas 3 jenis antigen yakni HBsAg,


HBcAg, dan HBeAg.

Berdasarkan sifat imunologik protein pada HBsAg, virus


dibagi atas 4 subtipe yaitu adw, adr, ayw, dan ayr yang
menyebabkan perbedaan geografi dalam penyebarannya

Faktor Lingkungan
Keseluruhan kondisi dan pengaruh luar yang
mempengaruhi perkembangan hepatitis B. Yang
termasuk faktor lingkungan:
a. Lingkungan dengan sanitasi jelek
b. Daerah dengan angka prevalensi VHB nya tinggi
c. Daerah unit pembedahan: Ginekologi, gigi, mata.
d. Daerah unit laboratorium
e. Daerah unit bank darah
f. Daerah tempat pembersihan
g. Daerah dialisa dan transplantasi.
h. Daerah unit perawatan penyakit dalam

Sumber Penularan
Sumber penularan virus Hepatitis B berupa:
a. Darah
b. Saliva
c. Kontak dengan mukosa penderita virus hepatitis B
d. Lain-lain: alat makan, alat kedokteran yang
terkontaminasi virus hepatitis B.

Cara Penularan
Cara penularan infeksi virus hepatitis B
melalui berbagai cara yaitu :
a. Parenteral : dimana terjadi penembusan
kulit atau mukosa misalnya melalui tusuk
jarum atau benda yang sudah tercemar virus
hepatitis B dan pembuatan tattoo
b. Non Parenteral : karena persentuhan
yang erat dengan benda yang tercemar virus
hepatitis B.

Cara Penularan
Secara epidemiologik penularan infeksi
virus hepatitis B dibagi 2 cara penting yaitu:
A.

Penularan vertikal; yaitu penularan


infeksi virus hepatitis B dari ibu yang
HBsAg positif kepada anak yang dilahirkan
yang terjadi selama masa perinatal. Resiko
terinfeksi pada bayi mencapai 50-60 %.

B.

Penularan horizontal; yaitu penularan


infeksi virus hepatitis B dari seorang
pengidap virus hepatitis B kepada orang
lain
disekitarnya,
misalnya:
melalui
hubungan seksual.

Manifestasi Klinik
Berdasarkan

gejala klinis dan petunjuk


serologis, manifestasi klinis hepatitis B
dibagi 2 yaitu :

1.

Hepatitis B akut
Bentuk hepatitis ini meliputi 95 %
penderita dengan gambaran ikterus yang
jelas. Gejala klinis terdiri atas 3 fase yaitu:
1. Fase Praikterik (prodromal)
2. Fase ikterik
3. Fase penyembuhan

Manifestasi Klinik
2. Hepatitis B kronik
Manifestasi infeksi virus hepatitis B terhadap
individu dengan sistem imunologi kurang
sempurna sehingga mekanisme untuk
menghilangkan VHB tidak efektif.
Kira-kira 5-10% penderita hepatitis B akut akan
mengalami Hepatitis B kronik. Hepatitis ini
terjadi jika setelah 6 bulan tidak menunjukkan
perbaikan.

Diagnosis
Tes

laboratorium yang dipakai untuk


menegakkan diagnosis adalah:

1.

Tes antigen-antibodi virus Hepatitis B:


a. HbsAg (antigen permukaan virus
hepatatitis B )
b. Anti-HBs (antibodi terhadap HBsAg)
c. HbeAg
d. Anti-Hbe
e. HbcAg (antigen core VHB)
f. Anti-Hbc (antibodi terhadap antigen inti
hepatitis B)

Diagnosis
2. Viral load HBV-DNA. Apabila positif menandakan bahwa
penyakitnya aktif dan terjadi replikasi virus. Makin tinggi
titer HBV-DNA kemungkinan perburukan penyakit semakin
besar.
3. Faal hati.
SGOT dan SGPT dapat merupakan tanda bahwa penyakit
hepatitis B-nya aktif dan memerlukan pengobatan anti
viral.

Tatalaksana Hepatitis B
Hepatitis B akut
Tatalaksana hepatits B akut tidak
membutuhkan terapi antiviral dan
prinsipnya adalahsuportif.
Pasien dianjurkan beristirahat cukup
pada periode simptomatis.
Lamivudin 100 mg/hari dilaporkan
dapat digunakan pada hepatitis
fulminan akibat eksaserbasi akut
HVB.

Tatalaksana Hepatitis B
Hepatitis B Kronik
Pada HBV kronis, tujuan terapi adalah
untuk mengeradikasi infeksi dengan
menjadi normalnya nilai
aminotransferase, menghilangnya
replikasi virus dengan terjadinya
serokonversi HBeAg menjadi antiHBe dan
tidak terdeteksinya HBV-DNA lagi.

Tatalaksana Hepatitis B
Hepatitis B Kronik
Rekomendasi APASL (Asia Pacific Association for Study of the
Liver), anak dengan HBV dipertimbangkan untuk mendapat
terapi antiviral bila nilai ALT lebih dari 2 kali batas atas
normal selama lebih dari 6 bulan, terdapat replikasi aktif
(HBeAg dan/atau HBV DNA
positif).

Interferon dan lamivudin telah disetujui untuk


digunakan pada terapi hepatitis B kronis. Bila hanya
memakai interferon (dosis 5-10 MU/m2, subkutan
3x/minggu) dianjurkan diberikan selama 4-6 bulan,
sedangkan bila hanya digunakan lamivudin tersendiri
diberikan paling sedikit selama 1 tahun atau paling
sedikit 6 bulan bila telah terjadi konversi HBeAg
menjadi anti HBe.

Pencegahan

a.

Dasar utama imunoprofilaksis adalah pemberian vaksin


hepatitis B sebelum paparan.
Vaksin rekombinan ragi

Mengandung HbsAg sebagai imunogen

Sangat imunogenik, menginduksi konsentrasi proteksi anti


HbsAg pada > 95% pasien dewasa muda sehat setelah
pemberian komplit 3 dosis

Efektivitas sebesar 85-95% dalam mencegah infeksi HBV

b. Dosis dan jadwal vaksinasi HBV. Pemberian IM


(deltoid) dosis dewasa untuk dewasa, untuk bayi, anak
sampai umur 19 tahun dengan dosis anak (1/2 dosis
dewasa), diulang pada 1 dan 6 bulan kemudian.

Pencegahan
c. Indikasi

Imunisasi universal untuk bayi baru lahir

Vaksinasi catch up untuk anak sampai umur 19 tahun, bila


belum divaksinasi

Grup resiko tinggi : Pasangan dan anggota keluarga yang


kontak dengan karier hepatitis B, pekerja kesehatan dan
pekerja yang terpapar darah, resipien transfusi darah,
pasien HD.

Follow up pasien

11 1 2016 (IGD)

Pasien seorang wanita berusia 45 tahun datang dengan keluhan mual


sejak kurang lebih 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Mual dirasakan
terus menerus. Muntah (+). Demam (+). Sakit kepala (+).

Ada riwayat rawat inap dengan keluhan yang sama di RS Awal Bros
kurang lebih selama 5 hari

Asma (+). HT (-). DM (-). Kolesterol (-).

Pemeriksaan fisik : TD : 110/70 mmHg, Nadi : 92x/m, RR : 22x/m, Suhu :


37,5. sclera ikterik, nyeri tekan pada perut bagian epigastrika.

Hasil lab : Hb = 12,6. Ht = 38,3%. Trombosit = 344. Leukosit = 8,9. GDS


= 120.

Diagnosa : ikterik ec. Susp kolitisiasis, DD : Hepatitis viral

Rencana : Rawat inap, Diet lunak, IVFD 3 RL/24 jam

Medikamentosa : HP pro 3x1, OMZ drip 1x40mg (iv), Sucralfat 3x1C,


Domperidone 3x10mg.

Follow up pasien

12 1 2016

S/ nyeri ulu hati (+), Mual (+), Muntah (-), Gelisah (+).

O/ Kesadaran : CM, TD : 120/80 mmHg, N : 80x/m, suhu : 36 C, RR :


20x/m

A/ Hepatitis, Cholelitiasis

P/ HP pro 3x1, OMZ drip 2x40mg (iv), Sucralfat 3x1C, Domperidone


3x10mg, Cefoprazone 2x1gr

Hasil lab : bilirubin total : 9,4. Bilirubin direct : 4,7. Bilirubin indirect :
4,7. SGOT : 164. SGPT : 99. ureum : 13. kreatinin : 0,97.

Follow up pasien

14 1 2016

S/ nyeri ulu hati (berkurang), Mual (-), Muntah (-).

O/ Kesadaran : CM, TD : 140/90 mmHg, N : 82x/m, suhu : 36 C, RR :


20x/m

A/ Hepatitis A, multiple Cholelitiasis

P/ HP pro 3x1, OMZ drip 2x40mg (iv), Sucralfat 3x1C, Domperidone


3x10mg, Cefoprazone 2x1gr

Hasil lab : kolesterol total : 255, trigliserida : 208, kolesterol hdl : 20,
kolesterol ldl : 176, Asam urat : 2,8.

Gamma GT (kinetik) : 185. Alkali Fosfatase (kinetik) : 436

Follow up pasien

15 1 2016

S/ nyeri ulu hati (berkurang), Mual (-), Muntah (-).

O/ Kesadaran : CM, TD : 140/80 mmHg, N : 88x/m, suhu : 36,4 C, RR :


21x/m

A/ Hepatitis A, multiple Cholelitiasis

P/ Diet rendah lemak, IVFD : I RL/24 jam.

Medikamentosa : Dexametason 2x1amp, simvastatin 1x20mg,


profenid sup k/p nyeri. Asam mefenamat 3x500mg.

Hasil lab : bilirubin total : 4,5 mg/dL, Bilirubin direct : 2,3 mg/dL,
Bilirubin indirect : 2,2 mg/dL, SGOT : 67 U/L, SGPT : 70 U/L.

Follow up pasien

16 1 2016

Boleh Pulang

Obat pulang : urdahex 3x1, HP pro 3x1, Ciprofloxacin 2x500,


Domperidone 3x1, Lansoprazole 2x1, Alprazolam 1x0,5mg, Asam
mefenamat 3x1.

Kontrol ke poli spesialis.

Anda mungkin juga menyukai