Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

DISKUSI

4.1. Upaya Peningkatan Pelaksanaan K3 di Perusahaan

Apapun upaya K3 yang dilakukan oleh pihak-pihak di perusahaan,


kehandalan pengelolaan K3 di tingkat perusahaan merupakan inti dari sejauh
mana kita berhasil mewujudkan pelaksanaan K3 secara nyata. Waktu ini sangat
dibutuhkan ada dan ditegakannya sikap bersama yang menjadi pegangan
setiap karyawan dalam perusahaan yaitu tingginya keyakinan bahwa
menyepelekan K3 dalam situasi kritis ini justru mendatangkan kerugian yang
lebih besar bahkan mungkin menjadi penyebab timbulnya kecelakaan kerja.
Jelas bahwa ketepatan dan kecermatan perusahaan memposisikan dirinya
dalam K3 serta mengoperasionalkan sikapnya tersebut merupakan kunci bagi
pengelolaan K3 dengan handal dalam situasi kritis ini dan secara optimal
mencegah timbulnya kerugian.
Berbagai pendekatan dalam upaya memajukan K3 pada umumnya telah
terbukti sangat efektif. Pendekatan yang telah dipergunakan untuk optimalisasi
pelaksanaan K3 di PT. Billy Indonesia antara lain :

23

1. Kepemimpinan K3 di Perusahaan
Kepemimpinan K3 di perusahaan penting dimiliki oleh semua pemimpin
yang ada di perusahaan dari pimpinan teratas sampai pada tingkat
terbawah. Pemimpin-pemimpin demikian adalah general manager,
superintendent, supervisor /foreman dan department head.
Kepemimpinan K3 yang paling efektif dalam mewujudkan kehandalan
pelaksanaan K3 adalah komitmen penuh dari pimpinan teratas di
perusahaan. Dalam pelaksanaannya, K3 lebih dititikberatkan pada
departemen SSHE (Security Safety Healthy Environment) untuk
mengkoordinir semua karyawan di perusahaan. Tetapi itu semua tetap
mendapat izin dan pengawasan dari pimpinan teratas untuk setiap
tindakan serta kebijakan yang diambil oleh anggota dan SSHE
department head PT. Billy Indonesia.
2. Pembentukan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)
Pembentukan P2K3 di PT. Billy Indonesia merupakan salah satu bentuk
pengorganisasian pelaksanaan K3 di perusahaan. Model ini terbukti
efektif guna mencegah kecelakaan di lingkungan kerja serta
meningkatkan keselamatan di perusahaan. P2K3 terdiri atas wakil-wakil
dari tiap departemen dan unit pekerja yang telah diberikan pelatihan
mengenai pelaksanaan serta konsep-konsep K3. Dalam UU No. 1 / 1970
tentang keselamatan kerja pasal 10 ayat 1 menegaskan bahwa P2K3
dibentuk guna memperkembangkan kerja sama dalam tempat-tempat
kerja untuk melaksanakan tugas dan kewajiban bersama di bidang
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka melancarkan usaha
24

berproduksi. Penyelenggaraan kegiatan K3 biasanya dilakukan safety


breafing setiap hari sebelum melakukan pekerjaan.

4.2. Statistik Kecelakaan Kerja


Statistik kecelakaan kerja merupakan data/fakta yang diperlukan untuk
mendeskripsikan keadaan jumlah tenaga kerja yang terpapar, jumlah
kecelakaan/kasus yang terjadi, jenis kecelakaan, penyebab kecelakaan, waktu
dan tempat kecelakaan. Agar statistik kecelakaan di perusahaan dapat disusun
dengan baik dan akurat, maka semua kecelakaan harus dilaporkan dengan
lengkap.
Statistik kecelakaan kerja sangat penting dan banyak manfaatnya.
Pentingnya statistik kecelakaan kerja adalah untuk merencanakan langkah
pencegahan kecelakaan dan mengevaluasi berhasil tidaknya, efektif tidaknya
pencegahan kecelakaan kerja yang dijalankan. Statistik mengenai hal yang
sama untuk tahun-tahun yang berlainan sangat berguna bagi menilai apakah
kecelakaan-kecelakaan tersebut bertambah atau berkurang dan betapa efektif
tidaknya usaha pencegahan. Statistik mengenai berbagai perusahaan dengan
kondisi-kondisi yang kira-kira serupa dimaksudkan untuk menilai yang lebih
baik dan keadaan-keadaan positif yang dapat diterapkan bersama untuk
pencegahan yang lebih baik. Manfaat statistik kecelakaan kerja sebagai
parameter evaluasi kinerja keselamatan kerja adalah untuk membandingkan
kecelakaan kerja antar perusahaan sejenis atau yang lainnya pada satu negara
bahkan antar negara pada periode tertentu.

4.2.1.

Frequency Rate (FR)

Frequency rate (FR) atau frekuensi kecelakaan kerja merupakan salah


satu parameter yang dijadikan untuk mengevaluasi kinerja keselamatan kerja.
25

FR digunakan untuk membandingkan banyaknya kecelakaan pada suatu


perusahaan dengan perusahaan lain. Frequency rate (FR) menunjukkan
hubungan jumlah kecelakaan terhadap jumlah jam kerja manusia (man hours).
Resolusi ILO yang diterima tahun 1962 pada konferensi internasional ahli
statistik tenaga kerja ke-10 telah direkomendasi bahwa angka frekuensi
kecelakaan kerja dihitung dengan jumlah kecelakaan yang terjadi selama
periode tertentu dikali 1.000.000 dibagi jumlah jam kerja manusia dari seluruh
tenaga kerja yang terkena resiko selama periode yang sama, atau rumusnya :

Jumlahkecelakaan kerja x 1.000.000


Jumlah jamkerjamanusia

FR =

(Sumber : ILO, 1983)

4.2.2.

Severity Rate (SR)

Severity rate (SR) atau angka beratnya kecelakaan kerja merupakan


salah satu parameter yang dijadikan untuk mengevaluasi kinerja keselamatan
kerja. Severity rate (SR) memberikan indikasi (beratnya) kerja yang dihitung
berdasarkan jumlah hilangnya hari kerja untuk setiap 1.000 jam kerja manusia.
Severity rate (SR) dihitung dengan membagi jumlah hilangnya hari kerja dikali
1.000 dengan jumlah jam manusia, atau rumusnya :

SR =

Jumlah hilangnyahari kerja x 1.000


Jumlah jamkerjamanusia

(Sumber : ILO, 1983)

26

4.3. Perhitungan Nilai Frequency Rate (FR)


Tabel 4.1. Data Olahan Jumlah Kecelakaan Kerja PT. BI Tahun 2013

NO

Tahun 2013
Jun Jul
Ag

Fe

Ma

Ap

Me

Kerja

23

23

20

24

23

Dalam

KET

Jan

Se

Ok

No

De

Tota

23

24

22

24

24

23

24

280

Jumlah
1
Kasus
Jumlah
Jam
2
Setahu
n

Tabel 4.2. Data Jumlah Karyawan PT. BI Tahun 2013


Departemen
GM
Produksi
Elektrikal
QC
Mekanik
HRGA
SSHE
MIS
WareHouse

Orang

Pria

Wanita

1
65
22
15
32
12
30
2
17

1
64
22
11
32
9
29
2
17

1
4
3
1
-

27

Mining
Sales
Engineering
PDOD
Total

23
11
2
1
233

22
10
1
1
221

1
1
1
12

(Sumber : Departemen HRGA PT. BI)

FR =

6 x 1.000.000
233 x 2800

FR = 9,19

Artinya, dalam setahun kira-kira terjadi 9 kecelakaan untuk tiap 1.000.000 jam
kerja manusia.

28

Anda mungkin juga menyukai