Anda di halaman 1dari 6

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang
Perkembangan dunia pendidikan bila diperhadapkan dengan situasi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang sangat pesat saat
ini seiring dengan percepatan laju komunikasi dan arus transformasi global
yang telah menyentuh semua sendi kehidupan baik sosial, budaya, politik,
ekonomi tak terkecuali dunia pendidikan. Perubahan merupakan dampak
dari proses pembangunan dan pengembangan masyarakat. Selain itu
perubahan merupakan kontribusi pendidikan yang memberikan jalan
efektivitas pembangunan dalam mempercepat proses perubahan sosial.
Proses pelaksanaan kebijakan pendidikan perlu mendapatkan
perhatian khusus. Karena hampir disetiap elemen-elemen pendidikan
memiliki kekurangan yang perlu mendapatkan perbaikan. Mulai dari
formulasi, legitimasi, implementasi, komunikasi serta partisipasi masyarakat
dalam kebijakan pendidikan. Formulasi kebijakan sebagai bagian dalam
proses kebijakan pendidikan merupakan tahap yang paling krusial karena
implementasi dan evaluasi kebijakan hanya dapat dilaksanakan apabila
tahap formulasi kebijakan telah selesai, disamping itu kegagalan suatu
kebijakan atau program dalam mencapai tujuan-tujuannya sebagian besar
bersumber pada ketidaksempurnaan pengelolaan tahap formulasi. Oleh
karena itu, pentingnya evaluasi dini sejak dilakukan formulasi kebijakan

akan mencegah terjadinya kegagalan dalam pelaksanaan kebijakan. Karena,


evaluasi kebijakan pendidikan bertujuan untuk mengukur dan menilai
tingkat keberhasilan pelaksanaan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan.
Selain itu, dengan diadakannya evaluasi akan dapat diketahui dampak serta
resiko yang dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan sehingga akan mencegah
terjadinya kegagalan yang lebih besar.
Hal ini terlihat dengan keseriusan pemerintah daerah Sulawesi
Tenggara (Sultra) dijadikan bidang pendidikan sebagai pilar kedua dari tiga
pilar utama pembangunan di Sultra yaitu pemberian dana hibah
(blockgrand) seratus juta rupiah bagi setiap desa/kelurahan, pembebasan
biaya operasional pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis. Pemerintah
Daerah (Pemda) Sultra dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Sultra tahun 2008-2013, maka Pengembangan
Kualitas Sumberdaya Manusia ditetapkan sebagai agenda pertama dari 5
(lima) agenda pembangunan daerah tahun 2008-2013. Penetapan ini tentu
telah melalui pertimbangan yang berdasarkan pada fakta dan data yang ada.
Dimana kondisi pendidikan masyarakat yang masih relatif rendah menjadi
tantangan Pemda untuk meningkatkannya seoptimal mungkin.
Bantuan Operasional Pendidikan (BOP) adalah bagian dari
pembiayaan pendidikan yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
operasional satuan pendidikan pada jenjang pendidikan sehingga kegiatan
pendidikan berjalan secara teratur dan berkelanjutan sesuai Standar Nasional
Pendidikan.

Pembahasan BOP dimaksudkan untuk membebaskan dan/atau


meringankan beban masyarakat terhadap biaya operasional pendidikan.
Kebijakan pembebasan BOP pada masyarakat Sultra pada usia sekolah
jenjang pendidikan dasar dan menengah dapat menempuh pendidikan yang
bermutu. Dengan demikian tidak ada alasan bagi penduduk untuk tidak
menempuh pendidikan hanya karena alasan ekonomi orang tua yang
lemah/tidak mampu. karena BOP sebagaimana dimaksud, juga ditujuhkan
untuk memberikan kepastian kepada masyarakat dalam hal ini orang
tua/wali siswa, atas biaya yang diperlukan untuk mendapatkan pelayanan
pendidikan minimal berdasarkan Standar Nasional Pendidikan (SNP).
Program BOP di Sultra diarahkan untuk memenuhi hak-hak dasar
masyarakat dibidang pendidikan dalam rangka terciptanya masyarakat yang
berkualitas baik intelektual, emosional, spiritual, fisik maupun kualitas
teknisnya yang berorientasi pada pengembangan produktivitas.
Program BOP secara umum bertujuan untuk meringankan beban
masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan, agar penduduk mendapatkan
pelayanan pendidikan yang bermutu sesuai SNP. Selanjutnya, BOP secara
khusus bertujuan untuk: (a) mendorong dan memotivasi pengelola
pendidikan pada setiap satuan pendidikan untuk meningkatkan kompetensi
dan kinerja secara professional dalam melaksanakan tugas, (b) memberikan
arah dalam pelaksanaan kebijakan Pemerintah Sultra dalam mendorong
pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan sesuai standar pelayanan minimal
pendidikan berdasarkan SNP, (c) terciptanya cakupan pendidikan secara
merata kepada seluruh penduduk di Sultra dan (d) sebagai upaya untuk

meningkatkan angka partisipasi sekolah dalam rangka mendukung


penyelenggaraan program wajib belajar.
Sasaran pelaksanaan program BOP adalah semua satuan pendidikan
pada jenjang pendidikan baik negeri maupun swasta di seluruh
kabupaten/kota se-provinsi Sultra. Sasaran program biaya investasi adalah
satuan pendidikan pada jenjang pendidikan di seluruh kabupaten/kota seprovinsi Sulawesi Tenggara yang menjadi kewenangan pemerintah provinsi
sesuai ketentuan perundang-undangan dan/atau yang diusulkan oleh dinas
pendidikan kabupaten/kota.
Sifat program pembebasan BOP adalah untuk memenuhi kebutuhan
standar minimal pembiayaan operasional satuan pendidikan, sehingga siswa
diringankan

dari

pembiayaan

iuran

bulanan

atau

pungutan

yang

berhubungan dengan pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM) d


sekolah.
Dalam petunjuk pelaksanaan program BOP terdapat komponen biaya
operasional pendidikan untuk pelayanan minimum pada satuan jenjang
pendidikan dasar dan menengah meliputi: bebas biaya pendaftaran siswa
baru, pengadaan/penggandaan buku teks, bahan ajar dan LKS, pemberian
insentif guru, pengembangan profesi guru, pembiayaan perpustakaan dan
administrasi sekolah, pembiayaan kegiatan ekstrakurikuler, pengadaan alat
peraga dan bahan praktikum, pembiayaan ujian sekolah dan perawatan
ringan.
Keberhasilan atau ketidakberhasilan pengelolaan dana BOP antara
lain ditentukan kemampuan sekolah dalam merencanakan, melaksanakan,

mengawasi dan pertanggungjawaban keuangan. Di samping itu dalam


pengelolaan dana BOP dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak
(stakeholder) mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan
pertanggungjawaban penggunaan dana. Pihak-pihak yang dilibatkan tersebut
terdiri dari pihak internal yaitu kepala sekolah, staf tata usaha dan dewan
guru. Sedangkan pihak eksternal adalah melibatkan orang tua siswa yang
diwakili oleh ketua komite sekolah. Hal ini dimaksudkan agar tujuan BOP
dikelola dengan baik agar mencapai sasaran secara efektif dan efisien.
Dengan mencermati permasalahan yang terjadi dari uraian di atas,
penelitian

ini

berupaya

menggali

lebih

mendalam

lagi

terhadap

implementasi kebijakan pendidikan melalui dana BOP yang melingkup


pembiayaan menengah yang diperlukan untuk membiayai kegiatan
operasional satuan pendidikan yang diatur dalam petunjuk pelaksaanan BOP
itu sendiri sehingga berjalan secara teratur dan berkelanjutan sesuai SNP,
maka penulis berinisiatif untuk melakukan suatu penelitian dengan judul
Evaluasi Dampak Kebijakan Bantuan Operasional Pendidikan (BOP)
Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan di SMA 1 Pasarwajo.

1.2.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan, maka
rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Apakah penerapan kebijakan BOP di SMA Negeri 1 Pasarwajo sesuai
dengan standar petunjuk pelaksanaan?
2. Apakah dengan adanya BOP dapat meningkatkan kualitas pendidikan di

1.3.

SMA Negeri 1 Pasarwajo?


Tujuan Penelitian
Dengan mengacu pada latar belakang dan rumusan masalah, maka
tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan kebijakan BOP di SMA Negeri 1 Pasarwajo
sesuai dengan standar petunjuk pelaksanaan.
2. Mengetahui adanya BOP dapat meningkatkan kualitas pendidikan di

1.4.

SMA Negeri 1 Pasarwajo.


Manfaat Penelitian
1.4.1. Dari Aspek Teoritis
a. Sebagai sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan
tentang teori kebijakan publik.
b. Sebagai bahan pembanding, informasi dan referensi bagi peneliti
berikutnya yang relevan dalam topik yang sejenis.
1.4.2. Dari Aspek Praktis
a. Sebagai bahan informasi bagi lembaga pendidikan dan pembuat
kebijakan pemerintah, khususnya kebijakan program bidang
pendidikan sebagai dasar dalam upaya peningkatan dan
perluasan akses pendidikan.
b. Memberi masukan bagi perencana dalam pelaksanaan program
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai