HENDRA WIJAYA
Daftar isi
Halaman
1. Pendahuluan..............................................................................................
7. pH Urin .....................................................................................................
1. Pendahuluan
Pemeriksaan air kemih atau urina sebagai salah satu cara untuk membantu
menetapkan diagnosis berbagai penyakit telah dilakukan selama berabad-abad
oleh praktisi kesehatan. Beberapa metode pemeriksaan yang hingga kini masih
dijalankan tergolong cara yang tradisional, seperti misalnya mengamati
penampakan dan bau contoh urina dan juga pemeriksaan mikroskop terhadap
endapan di dalamnya. Sedangkan yang relatif baru ialah penggunaan
batang/kertas celup (dipstick/test strip) untuk menandai atau mengukur
(semikuantitatif) beberapa golongan senyawa dan juga dalam mengukur
osmolalitas urina sebagai petunjuk atas konsentrasi zat linarut total. Meskipun
tidak 'kuantitatif, pemeriksaan visual dan mikroskop tidak boleh diabaikan karena
dapat mengandung informasi klinis yang berguna untuk diagnosis penyakit.
Urinalisis rutin biasanya terdiri atas pemeriksaan air kemih di pagi hari
(bangun tidur) terhadap warna, bau, berat jenis, atau osmolalitas: dapat juga
dilakukan berbagai uji kualitatif atau pun semikuantitatif untuk pH, protein,
glukosa atau gula pereduksi, badan-badan keton, darah dan mungkin juga
biltrubin. Urobilinogen, dan nitrit; dan pemeriksaan mikroskop terhadap endapan
di dalam urin.
3. Warna Urin
Sangat penting untuk memperhatikan warna air kemih yang tidak biasa
(abnormal). Adanya darah segar atau hemoglobin dapat menyebabkan warna
kemerahan, sedangkan darah yang sudah lama menyebabkan warna yang keruh
pada air kemih; keduanya menjadi petunjuk terjadinya pendarahan pada saluran
urogenitalia. Pigmen empedu mengakibatkan air kemih berwarna kehijauan,
coklat, atau kuning tua yang menandakan gangguan fungsi hati atau saluran
empedu. Air kemih yang berwarna coklat tua dapat disebabkan oleh adanya asam
homogentisat yang diproduksi oleh penderita penyakit genetis langka, yaitu
alkaptonuria. Obat-obatan atau zat pewarna tertentu mungkin saja mengubah
warna urina.
4. Bau Urin
Air kemih segar memiliki bau yang khas yang dapat dipengaruhi oleh
makanan tertentu, seperti asparagus. Pada asidosis diabetes, mungkin urina akan
beraroma buah-buahan yang disebabkan oleh asam-asarn keto dan aseton. Pada
penyakit maple syrup, yaitu suatu penyakit genetis yang langka, urina berbau
seperti gula karamel atau sirup mapel. Bila contoh urina sudah lama, atau bila
ada infeksi bakteri proteus, biasanya tercium bau amonia yang menyengat. Bau
busuk menandakan telah terjadi dekomposisi oleh bakteria karena contoh urina
dibiarkan terlalu lama tanpa disimpan dalam lemari pendingin
Berat Jenis (BJ). Berat jenis urina bergantung pada jumlah gram zat
terlarut yang diekskresikan per liternya. BJ memberi informasi tentang
kemampuan ginjal untuk memekatkan filtrat glomerulus. Nilai fisiologis BJ
berkisar dari 1,003 hingga 1,032, namun contoh urin usia 24 jam biasanya antara
1.015-1.025. Urina paling pekat diperoleh di pagi hari. Pada penyakit tubula
ginjal, kemampuan memekatkan filtrat paling cepat hilang. BJ dapat diukur secara
langsung menggunakan urinometer atau secara tak langsung dari penentuan
indeks refraktif dengan refraktometer.
Cara kerja: Tuangkan urin yang akan diperiksa ke dalam gelas ukur atau
tabung urinometer. Apungkan urinometer di dalam tabung yang telah berisi cairan
urin. Alat ini harus terapung bebas, tidak menempel pada dinding tabung.
Cara membaca berat jenis:
menentukan skala pada urinometer yang berhimpit dengan dasar meniskus urin.
Bila urin berbuih, gunakan kertas saring untuk menghilangkannya. Beberapa alat
urinometer telah ditera pada suhu tertentu.
Kalikan dua angka terakhir BJ urina dengan 2,6 (Koefisien Long) maka
akan diperoleh kadar padatan, di dalam gram per 1000/mL urina. Kadar ini hanya
perkiraan kasar.
Contoh.
7. pH Urin
Ambil secarik kertas lakmus biru atau merah dan celupkan ke dalam urin yang
akan diperiksa. Perhatikan perubahan warna kertas tersebut:
o Lakmus biru berubah menjadi merah, urin bersifat asam
o Lakmus merah berubah menjadi biru, urin bersifat basa
= negatif (-)
()
= 0.01%
(+)
= 10-30 mg/dL
(++)
= 40-100 mg/dL
Sangat keruh
(+++)
= 200-500 mg/dL
Ada endapan
(++++)
Uji Bang
Pipet 5 mL urin yang telah disaring lalu tambah dengan 2 mL pereaksi
Bang, campur baik-baik dan panaskan. Bandingkan uji ini dengan uji koagulasi.
Pereaksi Bang adalah larutan bufer asetat pH 4.7.
= 1+ hingga 4+
Glukosuria.
akibat
dari penyakit ginjal, namun hal ini sangat jarang terjadi. Umumnya
Uii Benedict
Pipetlah tepat 5 mL pereaksi Benedict ke dalam tabung reaksi yang bersih
dan tambahi 8 tetes urina yang sudah disaring. Panaskan di atas nyala Bunsen
hingga mendidih, dinginkan, dan perhatikan perubahan warna larutan. Adanya
gula pereduksi dapat dilihat bila larutan berubah warna dari hijau-kuning-merah
bata.
Warna biru (tanpa endapan)
= (-)
Biru kehijauan
Hijau
= (++)
Hijau kekuningan
= (+++)
Kuning kemerahan
= (++++)
Merah bata
= (+++++)
10
Catatan
Urina yang mengandung protein harus diendapkan dahulu proteinnya
dengan pereaksi Bang: pipet 4 mL urina dan tambahi 2 mL pereaksi Bang, kocok,
panaskan, lalu saring. Filtrat yang jernih uji dengan pereaksi Benedict. Sedangkan
urina yang basa harus dinetralkan dulu dengan asam asetat 6%. Uji ini tidak
spesifik untuk glukosa
11
Ketonuria. Badan-badan keton tidak ditemui dalam air kemih orang sehat
dengan menu seimbang. Akan tetapi senyawa ini mungkin terdapat dalam urina
penderita diabetes yang tak diobati, pada orang yang tidak makan beberapa hari
lamanya, atau yang tengah berdiet kaya lemak rendah karbohidrat. Metode yang
paling lazim dipakai untuk mendeteksi senyawa keton dalam urina berdasar pada
reaksi antara natrium nitroprusida dan asetoasetat atau aseton dalam suasana
basa; hasilnya senyawa berwarna merah muda keunguan
(lavender),
Beta-
12
mikroskop
setelah
urina
disentrifus
lebih
dahulu.
Terjadinya
kertas/gagang
13
Bilirubin,
merupakan
pigmen
empedu
utama,
terbentuk
dari
Jumlah
ini
akan
meningkat
pada
penyakit
hemolisis
(karena
14
15
Cara Sulkowitch
1. Masukkanlah 3 ml urin ke dalam masing-masing 2 tabung reaksi. Tabung
reaksi kedua hanya dipakai selaku kontrol.
2. Tambahlah kepada tabung pertama 3 ml reagens Sulkowitch, campur dan
biarkan selama 2-3 menit.
3. Bacalah hasil secara semikuantitatif.
Negatif (-)
Positif (1 +)
Positif (+ 2)
: kekeruhan sedang
Positif (3 +)
dari 20 detik.
Positif (4 +)
Catatan
Urin normal menghasilkan positif 1+ Jika hasil test ini negatif, pendapat itu
dipertalikan
dengan
hypocalcemia
mg%.
Pada
16
Cara Fantus
1. 10 tetes urin dimasukkan ke dalam tabung reaksi dengan memakai pipet
tetesan.
2. Cucilah pipet yang dipakai tadi beberapa kali dengan aquadest.
3. Bubuhilah 1 tetes larutan kaliumkromat 20% dengan pipet itu juga.
4. Cucilah lagi pipet itu dengan aquadest.
5. Tambahlah secara bertetesan memakai pipet itu juga, sambil terus-menerus
mengocok tabung reaksi larutan perak nitrat 2,9% sampai saat terjadinya warna
merah yang menetap.
6. Hitunglah kadar chlorida: jumlah tetes larutan perak nitrat yang dipakai sama
dengan jumlah gram NaCl per liter urin. Jika kadar itu hendak disebut dengan
milliequivalentper liter, maka angka itu dibagi 58,5 dan dikalikan 1 000.
Catatan
Cara kasar ini sering sudah cukup teliti untuk dipakai dalam klinik jika ingin
mengikuti pengeluaran chlorida dari sehari ke sehari.
17