Namun,
kesadaran ini berbenturan dengan kebingungan bagaimana
menerapkanpendidikan seks yang tepat. Terlebih lagi, norma dan kebiasaan
yang berlaku masih menganggap seks sebagai sesuatu yang tabu.
Psikolog Vera Itabiliana Hadiwijojo berpendapat, pendidikan sekstidaklah melulu
sesuatu yang sulit. Menurutnya, yang pertama harus dilakukan para orangtua
adalah perubahan pola pikir.
Dengan menganggap seks bukan sesuatu yang tabu, orangtua diharapkan bisa
lebih nyaman menyampaikan segala sesuatu yang berkaitan dengan hal
tersebut. Selanjutnya orangtua bisa lebih kreatif menyampaikan hal yang
berkaitan dengan seks, dengan kata yang sederhana dan mudah dipahami.
Hal senada dikatakan pemerhati anak, Seto Mulyadi. Ia menjelaskan beberapa
poin penting yang harus diperhatikan dalam memberikan pendidikan tentang
seksualitas. Berikut 4 poin di antaranya:
1. Harus dilakukan orang terdekat
"Dalam hal ini, orangtua menjadi tombak utama. Anak laki-laki diajari ayah,
sedangkan anak perempuan mendapat informasi dari ibu," kata Seto.
Dalam prosesnya, orangtua harus komunikatif, rendah hati, dan mau
mendengarkan. Orangtua dengan tiga kriteria tersebut akan membuat anak
nyaman bertanya dan mendengarkan saran atau jawaban yang diberikan.
2. Disesuaikan dengan daya tangkap anak
"Setiap anak memiliki daya tangkap berbeda. Namun, bagaimanapun daya
tangkap anak, pastikan dia memperoleh informasi yang maksimal," ujar Seto.
Pendidikan seks untuk usia TK tentu berbeda dengan SD dan SMP.
Untuk usia TK, kata Seto, pastikan anak mengetahui perbedaan jenis kelamin
antara dia dan teman yang lain. Selanjutnya anak juga harus mengetahui
perbedaan organ kelamin yang dimiliki, antara laki-laki dan perempuan.
3. Pemantauan terus-menerus
"Orangtua harus mengetahui kapan anaknya mengalami mimpi basah atau
menstruasi pertama kali. Saat itu pastikan orangtua ada di sisi anak dan siap
menghadapi berbagai pertanyaan yang diajukan," ujar Seto.
Saat anak mengalami menstruasi atau mimpi basah, orangtua harus menjadi
sahabat yang baik. Dengan menjadi sahabat, orangtua lebih mudah
mengingatkan kembali fungsi alat kelamin dan tidak menggunakannya
sembarangan.
4. Segamblang mungkin
Seks sebaiknya dijelaskan segamblang mungkin kepada anak. Dengan
penjelasan yang benar dan menyeluruh, anak tidak akan berimajinasi atau
memiliki sudut pandang sendiri. Penjelasan yang tidak utuh justru akan
memancing rasa penasaran anak.
Untuk memulai suatu penjelasan, Vera menyarankan orangtua memancing rasa
ingin tahu anak. Selanjutnya penjelasan bisa dimulai dari titik yang dipahami
anak.
Mama: Apa maksudmu, Nak? (sang ibu menjawab dengan nada datar, tenang dan pandangan
mata yang lembut ke arah anaknya)
Gadis kecil: Itu loh Ma, di pintu sebelah sana ada tulisan sex kan? Yang ada gambarnya merah
dan biru itu loh (sang anak menunjuk ke arah pintu kamar mandi yang mana ada tulisan sex
plus gambar lambang pria dan wanita).
Mama: Oh, itu. itu adalah kedua ruang kamar mandi. Gambar merah di bawah tulisan sex itu
adalah lambang yang menunjukkan kamar mandi untuk wanita dan lambang sebelahnya untuk
pria.
Dan semua orang di dalam ruangan ikut tersenyum lega :D
Nah, kebayang kah jika kita ada di posisi sang ibu? Kalau mendadak anak kita yang baru kelas 1
SD bertanya sex itu apa? di tengah keramaian ruang tunggu di atas, kira-kira apa yang akan
kita jawab? Apakah kita bisa seperti sang ibu yang tetap bersikap tenang dan lembut atau marahmarah atau malah menjawab ngelantur hingga ke ujung dunia? Hehehe *tarik nafas*
Pada kenyataannya anak adalah sexual person. Kita tidak bisa lari dari kenyataan bahwa anak
juga memiliki pengalaman seksual yang dia alami sehari-hari dan berperilaku seksual yang
senantiasa berkembang seiring-sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Jadi, proses
belajar tentang kelamin ini tidak bisa dipisahkan dari proses belajar anak, karena alamiah
menyatu dalam dirinya.
Semakin tua usianya, anak akan mendapat banyak pengaruh dari berbagai sumber disekitar.
Orang tua adalah guru pertama yang utama bagi anak dan rumah adalah sekolah pertama bagi
anak. Orang tua tidak bisa melarikan diri dari tugas dan tanggung jawab pendidikan seks
dini yang baik bagi anak-anaknya. Keterbukaan komunikasi akan membantu orang tua
menjalankan fungsinya memberikan pendidikan seks bagi anak.
Anak akan mulai aktif bertanya pada umur 2,5 tahun. Mereka mungkin akan menanyakan hal
yang sama dan diulang-ulang di umur 3, 4 serta 5 tahun. Semakin tua umurnya anak akan
semakin matang dalam memahami konsep serta informasi secara umum. Orang tua sebaiknya:
1.
2.
3.
Menentukan tahapan anak bisa mencerna tingkat dan jenis informasi yang bisa dipahamai
sesuai umur anak
4.
Siap memberikan jawaban dalam kalimat yang sederhana dan mudah dipahami anak
5.
Umur 0 2 Tahun
Anak mulai bisa mendapati dan mengeksplorasi anggota-anggota tubuhnya termasuk area
genital.
Anak usia balita terkadang memegang-megang organ genitalnya saat BAB/BAK, mandi atau
dipakaikan popok. Ini adalah aktivitas normal terkaittahapan perkembangan yaitu merasa
penasaran, bukan seperti aktivitas seksual orang dewasa yang sedang masturbasi. Orang tua
sebaiknya mengalihkan bayi/anak ke aktivitas lain. Orang tua juga bisa mengajarkan bahwa anak
tidak boleh melakukan aktivitas ini di depan umum. Ajarkan konsep malu TAPI tidak
mempermalukannya. Jika anak dimarahi atau dipermalukan rasa penasarannya maka anak
justru akan makin fokus ke aktivitas tersebut atau justru menimbulkan rasa malu/sungkan yang
kontraproduktif bagi tahap komunikasi berikutnya.
Sikap, perilaku, dan aktivitas terkait-gender terutama yang berkaitan dengan organ
genital yang diberitahukan oleh keluarga serta orang-orang terdekat anak.
Anak masih bergantung sepenuhnya pada orang tua dan pengasuh lainnya
Anak mendapatkan sensasi pengalaman yang menyenangkan saat BAK dan BAB
Anak mulai menyadari adanya pemisahan atau mungkin perbedaan peran terkait jenis
kelamin dalam berperilaku: ada tugas-laki-laki dan tugas-wanita
Umur 3 4 Tahun
Perlakuan dalam keluarga terkait pemisahan identitas sesuai jenis kelamin laki-laki dan
perempuan, misalnya: perlakuan, baju, warna barang, jenis mainan
Identitas terkait jenis kelamin dalam diri anak telah stabil dan mereka tahu jenis
kelaminnya apa. Anak telah bisa membedakan antara pria dan wanita.
Anak berharap memiliki relasi spesial dengan orang tua yang berbeda jenis kelamin
dengannya dan berkompetisi menarik perhatian dengan orang tua yang sama jenis kelaminnya.
Misal: anak cewek sukanya main sama Papa, marah kalau Papa berduaan sama Mama :p
Anak mulai penasaran dengan anggota tubuhnya dan anggota tubuh milik orang lain.
Anak umur di bawah 4 tahun kadang suka memegang payudara ibu atau wanita lain terutama
yang dekat dengannya. Ibu bisa menjelaskan bahwa anak tidak boleh memegang bagian tubuh
yang bersifat privat milik orang lain. Jelaskan sentuhan yang boleh dan tidak boleh.
Anak akan bertanya nama-nama anggota tubuhnya dan sebaiknya orang tua menjawab dengan
nama yang sebenarnya secara medis. Misalnya penis, vagina, payudara, dll. Ucapkan dengan
mimik muka dan kalimat bernada biasa, jangan malu atau bernada lirih-tidak-nyaman.
Umur 5 7 Tahun
Anak mulai menyadari dan penasaran dengan hubungan kedua orang tuanya (termasuk
hubungan ke ranah seksual)
Identitas gender pada anak telah menetap
Anak mulai memiliki hubungan lebih dekat yang kuat dengan orang tua yang berjenis
kelamin yang sama dan melepas harapan hubungan spesial dengan orang tua yang berjenis
kelamin berbeda.
Anak masih suka main dokter-dokteran atau rumah-rumahan.
Terkadang anak membuka-buka bajunya atau baju temannya saat bermain dokter-dokteran.
Saat orang tua mengetahui hal ini sebaiknya jangan langsung bereaksi marah atau memukul
anak. Duduk bersama anak, ajak mereka berbicara bahwa ada bagian-bagian tubuh yang harus
ditutup dan tidak boleh diperlihatkan apalagi dipegang oleh orang lain.
Sampaikan kepada anak bahwa tubuhnya adalah miliknya dan mereka memiliki hak privacy
yang harus dihormati dan dihargai juga dipertahankan dari orang lain. Teman, orang lain, orang
tua dan keluarga tidak boleh melihat dan memegang area privat di tubuhnya. Anak bisa meminta
tolong kepada orang tua atau orang lain yang bisa dipercayai (ibu sebutkan siapa saja) saat dia
merasa tidak nyaman atau kesakitan.
However, the AAP notes, an exception to this rule is when a parent is trying to find the source
of pain or discomfort in the genital area, or when a doctor or nurse is performing a physical
exam.
Ajarkan anak untuk mengetahui sentuhan-sentuhan yang membuatnya merasa aneh atau tidak
enak. ajarkan anak untuk menolak dan menyuruh menghentikan orang yang menyentuhnya.
Ajarkan anak untuk menceritakan kepada ibu hal-hal yang menurutnya tidak enak atau tidak
nyaman.
Mulai suka berfantasi dan melamun tentang seks (misalnya jadi membayangkan menjadi
pemeran kisah dongeng putri dan pangeran)
Anak mungkin mulai merasa bingung, bahkan rasa bermusuhan, dengan anak lain yang
berbeda jenis kelaminnya.
Anak tidak mau main bersama antara grup cewek dan cowok
Umur 8 12 Tahun
Kelompok teman sebaya telah mulai meningkat dalam mempengaruhi persepsi gambaran
diri anak.
Anak mulai menjauh dari orang tua dan sering menghabiskan waktunya bersama temanteman sebayanya
Anak merasa aneh dengan tubuhnya, terkadang muncul rasa malu bahkan rendah
terhadap tubuhnya.
Anak menyembunyikan sex play (sendiri atau bersama teman-temannya) dari orang
tuanya.
Contoh: sekelompok anak cowok saling berbagi informasi tentang masturbasi, sembunyisembunyi melihat film/majalah dewasa, atau seorang remaja yang mengeksplorasi dirinya.
Nah, saat ini tantangan dunia anak lebih jauh menantang akibat derasnya arus informasi dan
eksplorasi media. Orang tua bisa membuat perubahan yang bermakna saat memutuskan
memberikan edukasi tentang pendidikan seks dini dengan baik sesuai tahapan perkembangan
anak. Orang tua sebaiknya membekali dengan informasi dan bahan bacaan yang sesuai untuk
bahan pendidikan seks anak. Berikan jawaban atas pertanyaan anak dengan kalimat yang
sederhana dan mudah dipahami sesuai umurnya.
Bagaimana memulai mengedukasi pendidikan seks bagi anak?
Tidak ada batas waktu, namun sejak dini adalah yang lebih baik. Sesuaikan informasi pendidikan
seks dengan pemahaman tahap perkembangan anak. Tidak ada kata terlambat untuk memulai
mengedukasi anak. Orang tua bisa melakukan sambil beraktivitas seperti biasa, misalnya sambil
melihat televisi, jalan-jalan, mengunjungi kerabat yang hamil, melihat anak muda pacaran, dll.
Jangan menertawakan saat anak bertanya. Usahakan orang tua tetap tenang dan nyaman dengan
pertanyaan anak.
Kapan memulai mengedukasi pendidikan seks bagi anak?
Pendidikan seks bisa dimulai sejak anak masih kecil disesuaikan dengan tahapan tumbuh
kembangnya. Ibu bisa memulainya dengan menunjukkan nama-nama anggota tubuh anak. Anak
yang lebih besar akan penasaran dengan perbedaan antara tubuh laki-laki dan perempuan. Rasa
penasaran anak dan manajemen orang tua terhadap rasa penasaran pada anak ini akan
membantu ibu memulai percakapan edukasi pendidikan seks, juga sebagai sarana membangun
keterbukaan dan kepercayaan komunikasi dengan anak.
Perlu diingat bahwa pendidikan seks ini berkelanjutan dan usahakan memberikan informasi
sesuai tahapan usia anak, misalnya: Bagaimana adek bayi lahir?
Anak 5 tahun: Adek bayi lahir dari tubuh mama.
Anak 10 tahun: Adek bayi lahir setelah 9 bulan tumbuh di rahim mama dan kemudian dia akan
keluar lewat jalan spesial yang bernama vagina.
Pemahaman informasi pendidikan seks sesuai umur memungkinkan anak memahami dengan
lebih mudah serta menerima bahwa seks merupakan bagian yang alamiah dari tubuh serta
perkembangan emosionalnya. Juga akan memudahkan orang tua menyampaikan informasi yang
lebih rumit kelak saat anak sudah makin beranjak besar dengan pertanyaan yang lebih rumit
darinya.
Orang tua bisa memulai kapan saja, namun jangan sampaikan langsung dalam sekali waktu
karena akan membuat anak kelabakan dan kebingungan. Satu hal yang pasti, orang tua harus
senantiasa terbuka dan tersedia saat anak membutuhkan informasi.
Apa saja yang harus disampaikan ke anak?
Sampaikan informasi terkait pendidikan seks yang benar, bermanfaat dan akurat sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut oleh orang tua (keluarga) terkait seks dan seksualitas sesuai tingkatan
umur anak.
Informasi ini penting karena akan membantu anak membuat pilihan hidup disaat mereka sudah
memasuki usia reproduksi aktif (aktif secara seksual). Bicarakan tentang nilai-nilai relasi dan
cinta kasih antara pria dan wanita, kesucian hubungan pernikahan, risiko kehamilan, haktanggung jawab dan penyakit seksual saat anak menginjak remaja.
Pada anak yang lebih kecil mereka masih penasaran dengan perbedaan antara pria dan wanita,
baik perbedaan secara fisik maupun dalam hal yang lebih luas. Beberapa orang tua
menyampaikan bahwa pria dan wanita itu setara, yang membedakan hanyalah fisiknya. Namun,
orang tua yang lain menyampaikan bahwa dalam banyak hal pria dan wanita itu berbeda
(terutama bagi muslim sebaiknya juga disampaikan perbedaan antara pria dan wanita dari sisi
agama).
Bagaimana cara merasa nyaman membicarakan seks dengan anak?
Normal jika orang tua merasa kaget, kemudian malu dan timbul rasa tidak nyaman saat muncul
pertanyaan terkait seks dan seksualitas dari anak. Namun sebaiknya orang tua bersikap terbuka
karena jika orang tua menutup diri maka anak akan lari mencari sumber informasi lain yang bisa
jadi membahayakan mereka.
Saat mereka melontarkan pertanyaan akan lebih mudah untuk mendengarkan dan bertanya
kembali mengeksplorasi maksud pertanyaan anak terlebih dahulu sebelum menjawab pertanyaan
itu. Seperti contoh kasus di atas yang ternyata anak hanya bertanya tentang tulisan di pintu toilet.
Setelah kita mengetahui ide yang ada di pikiran anak, baru kemudian kita jawab dan
memberikan informasi singkat sesuai inti pertanyaan yang mereka butuhkan.
Saat anak mengungkapkan atau menanyakan tentang sesuatu terkait apa yang dia rasakan.
Misalnya si anak curhat sedang naksir seseorang atau diajak berkencan dengan teman, maka
sebaiknya orang tua menunjukkan keterbukaan dengan mau mendengarkan curhat anak, untuk
kemudian memasukkan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga.
Orang tua juga harus siap ketika anak laki-laki mengalami mimpi basah dan anak perempuan
menstruasi. Orangtua harus siap dengan kondisi ini dan menberikan informasi yang baik karena
kejadian ini sering membuat anak merasa bingung dan tidak nyaman. Anak membutuhkan
perasaan untuk dimengerti, dipahami dan dihormati pikiran serta perasaannya oleh orang tua.
Apa jawaban yang tepat tentang pertanyaan terkait seks dan seksualitas?
Anak bertanya karena secara alamiah mereka memang sedang dalam tahap merasa penasaran
terhadap berbagai hal. Sekaget apapun orang tua terhadap pertanyaan mereka, tetap saja anak
membutuhkan jawaban yang jujur dan faktual. Tipsnya:
Jawab dengan jawaban yang singkat, padat dan jelas yang mampu dipahami oleh anak.
Kemudian tanyakan, ada yang ingin ditanyakan lagi?
Kebanyakan Orangtua dirumah ternyata masih menganggap tabu / risih bila berbincang mengenai
seksualitas dengan anak-anak mereka. Sementara di sekolahpun (mungkin) tidak ada kurikulum yg
membidangi ini.Membahas tentang apa itu seksual,apa saja yg termasuk didalamnya,tentang organorgan seksual dan fungsinya,hingga proses reproduksinya,dan bagaimana menyikapi rangsangan
seksual,semua membutuhkan ruang lingkup pengetahuan tersendiri yang cukup rumit.
Dr Boyke Dian Nugraha SpOG, seorang ginekolog dan konsultan seks, pendidikan seks perlu diberikan
kepada anak-anak. Tentu saja, materi dan cara penyampaian pendidikan seks yang diberikan kepada
anak berbeda dengan orang dewasa. Siapa pendidik seks yang paling baik untuk anak? Jawabnya
adalah orang tua. ''Lebih baik si anak mendapat informasi dari orang tua daripada dari orang lain, agar
anak tidak menerima informasi yang keliru.
Lalu pertanyaannya, sejak kapan pendidikan seks dapat diberikan? Sesungguhnya tidak ada batasan,
menurut sebagian ahli dalam pendidikan seks, pendidikan seks dapat mulai diberikan ketika anak mulai
bertanya tentang seks dan kelengkapan jawaban bisa diberikan sesuai dengan seberapa jauh
keingintahuan mereka dan tahapan umur sang anak. Pendidikan seks dapat dimulai sejak dini, karena
pendidikan seks tidak hanya mencakup pada pertanyaan dan jawaban belaka.
Lalu bagaimana menyampaikannya? Berikut ini beberapa cara menyampaikanpendidikan seks pada
anak-anak :
1. Berbicaralah dengan cara yang wajar, seperti berbicara tentang hal yang lain, dan hindari gaya
mengajar seperti di sekolah.
2. Pembicaraan hendaknya tidak hanya terbatas pada fakta biologik, melainkan juga tentang nilai, emosi,
dan jiwa.
3. Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah
bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi. Dangkal/mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.
4. Jangan menunggu sampai anak mencapai usia belasan tahun untuk berbicara tentang masa pubertas.
Mereka harus sudah mengetahui perubahan yang terjadi pada masa remaja sebelumnya.
5. Berilah suasana dan kesempatan agar anak merasa bebas dan aman mengajukan pertanyaan tentang
seksualitas.
6. Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat
lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama buat setiap anak. Pada akhirnya perlu diperhatikan
bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitive) selain itu juga perlu
untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk
mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) (Singgih D. Gunarso, 2002).
7. Bantu anak agar merasa nyaman dengan tubuhnya, beri sentuhan dan pelukan kepada anak agar
mereka merasakan kasih syang dari orangtuanya secara tulus.
8. Bantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan di depan umum.
Contohnya, saat anak selesai mandi harus mengenakan baju di dalam kamar mandi atau di kamarnya.
9. Orangtua harus menanamkan bahwa tidak diperkenankan berlarian usai mandi tanpa busana. Anak
harus tahu, bahwa ada hal-hal pribadi dari tubuhnya yang tidak semua orang boleh lihat apalagi
menyentuhnya.
10. Apabila orangtua tidak dapat menjawab pertanyaan anak, jangan malu mengatakan tidak tahu.
Kemudian mintalah bantuan atau penjelasan dari orang lain yang mengetahui.
Demikian beberapa Cara menyampaikan pendidikan seks pada anak-anak. Semoga bermanfaat.
Beberapa tips yang mungkin bisa diberikan untuk anak usia dini dalam hal
pendidikan seks:
Selain diberikan di sekolah, pendidikan seks juga perlu diberikan di rumah. Untuk
menyampaikan pendidikan seks kepada anak-anak, Prof. DR. Dr. Wimpie
Pangkahila,Sp.And., menegaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orangtua.
1.
Berbicaralah dengan cara yang wajar, seperti berbicara tentang hal yang lain.
2.
Hindari gaya seperti mengajar di sekolah.
3.
Pembicaraan hendaknya tidak hanya terbatas pada fakta biologik, melainkan
juga tentang nilai, emosi, dan jiwa.
4.
Jangan khawatir Anda telah menjawab terlalu banyak terhadap pertanyaan anak.
Mereka akan selalu bertanya tentang apa yang mereka tidak mengerti.
5.
Anak-anak usia prasekolah juga perlu tahu bagaimana melindungi diri dari
penyimpangan dan kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa. Ini berarti
bahwa orangtua harus memberitahu anak bahwa mangatakan tidak kepada orang
dewasa bukanlah sesuatu yang dilarang.
6.
Jangan menunggu sampai anak mencapai usia belasan tahun untuk berbicara
tentang masa pubertas. Mereka harus sudah mengetahui perubahan yang terjadi
pada masa remaja sebelumnya.
7.
Berilah suasana dan kesempatan agar anak merasa bebas dan aman mengajukan
pertanyaan tentang seksualitas.
8.
Andaikata orangtua tidak dapat menjawab pertanyaan anak, jangan malu
mengatakan tidak tahu. Kemudian mintalah bantuan atau penjelasan dari orang
lain yang mengetahui.
9.
Setelah berbicara atau menjawab pertanyaan anak, ujilah apakah jawabanitu
memang telah dimengerti. Berilah kesempatan kepada anak untuk menanyakan lagi
kalau kemudian muncul pertanyaan baru.
10.
Kehidupan seksual orangtua sangat diperlukan sebagai contoh nyata bagi anak
ketika berbicara tentang seksualitas.
Beberapa Tips Lainnya dalam contoh pendidikan seks dini sebagai berikut:
1.
Bantu anak agar merasa nyaman dengan tubuhnya, beri sentuhan dan pelukan
kepada anak agar mereka merasakan kasih syang dari orangtuanya secara tulus.
2.
Bantu anak memahami perbedaan perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan
di depan umum. Contohnya, saat anak selesai mandi harus mengenakan baju di
dalam kamar mandi atau di kamarnya. Orangtua harus menanamkan bahwa tidak
diperkenankan berlarian usai mandi tanpa busana. Anak harus tahu bahwa ada hal-
hal pribadi dari tubuhnya yang tidak smua orang boleh lihat apalagi
menyentuhnya.
3.
Ajari anak untuk mengetahui perbedaan anatomi tubuh pria dan wanita.
Jelaskan proses tubuh seperti hamil dan melahirkan dalam kalimat sederhana. Dari
sini bisa dijelaskan bagaimana bayi bisa berada dalam kandungan ibu. Tentu saja
harus dilihat perkembangan kognitif anak. Yang penting orangtua tidak
membohongi anak misalnya dengan mengatakan kalau adik datang dari langit atau
dibawa burung.
4.
Cobalah memosisikan diri Anda sebagai anak pada usia tersebut. Cukup beritahu
hal-hal yang ingin diketahuinya. Jelaskan dengan contoh yang terjadi pada binatang.
5.
Hindari perasaan malu dan bersalah atas bentuk serta fungsi tubuhnya.
6.
Ajarkan anak untuk mengetahui nama yang benar setiap bagian tubuh dan
fungsinya. Katakan vagina untuk alat kelamin wanita dan penis untuk alat kelamin
pria ketimbang mengatakan burung atau yang lainnya.
7.
Bantu anak memahami konsep pribadi dan ajarkan mereka kalau pembicaraan
soal seks adalah pribadi.
8.
Beri dukungan dan suasana kondusif agar anak mau datang kepada orangtua
untuk bertanya soal seks.
Anda mungkin baru menyadari pentingnya pendidikan seks setelah maraknya kasus
pergaulan bebas muncul dikalangan remaja yang semakin meningkat dari tahun ke
tahunnya. Pergaulan bebas dipicu oleh kemajuan teknologi yang semakin canggih dan
faktor perekonomian global. Namun, bukan hal itu saja yang menjadi penyebab
meningkatnya pergaulan bebas, yang terpenting adalah pendidikan seks untuk anak
Anda.
Pendidikan seks juga sangat diperlukan untuk mengantisipasi, mengetahui, dan
mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari dampak-dampak negatif
lainnya. Peran orangtua dibantu oleh lembaga pendidikan atau lembaga pendukung
lainnya sangat diperlukan untuk mengajarkan pendidikan seks sejak dini pada anak.
Bagikan ini pada: