PEMBAHASAN
4.1 Line Trunk Group (LTG) pada Sentral PT. Telkom Bukittingi
Saat ini, LTG pada Sentral PT. Telkom Bukittinggi terdiri atas 4 tipe, yaitu
LTG-A, LTG-B, LTG-C, dan LTG-P. Total keseluruhan LTG yang dimiliki PT.
Telkom Bukittingi berjumlah 184 unit, diantaranya 43 unit LTG-A, 98 unit LTGB, 16 unit LTG-C, dan 27 unit LTG-P sebagaimana yang tertera pada lampiran 1.
A. LTG-A
LTG A hanya dapat melayani daerah yang termasuk dalam Bukittinggi
area saja, hal ini dikarenakan letak LTG A harus berdekatan dengan sentral. Rack
LTG-A yang terdapat di Sentral PT. Telkom Bukittinggi berjenis short version,
yang artinya satu rack LTG-A hanya dapat menampung LTG-A yang terdiri atas
modul frame LTG A(A) dan modul frame LTG A(B) sedangkan ruang yang lain
digunakan untuk rectifier.
Modul frame LTG A(A) berisi LTU(Line Trunk Unit) 0-5, dan modul
frame LTG A(B) berisi LTU(Line Trunk Unit) 6 dan 7, serta power (GS, SU, GP,
dan converter arus searah (DCC)) yang berfungsi sebagai catu daya. Sehingga,
satu rack LTG A dapat menampung 8 LTU sebagaimana yang terlihat pada
gambar 6.
Di dalam satu LTU terdapat 4 modul SLMA, yang masing-masingnya
berisi 8 port pelanggan. Apabila tidak ada pengurangan dalam satu rak LTG A
maka dapat dikatakan bahwa satu modul frame LTG A(A) ditambah dengan satu
modul frame LTG A(B) memiliki 256 sst.
29
30
LTU 0
LTU 1
LTU 2
LTU 3
LTU 4
LTU 5
LTU 6
MODUL
CONTROL
LTU 7
POWER
Disamping modul SLMA, juga terdapat modul lainnya seperti modul SAS
OS dan modul SASMP16. Modul SAS OS berfungsi untuk mendampingi modul
SLMA, sedangkan modul SASMP16 berfungsi untuk mengeluarkan 16 KHz yang
31
berguna untuk mentraiger counter yang billingnya ada pada pelanggan, seperti
coin box. Untuk tata letak satu modul SAS OS diapit oleh dua modul SLMA,
sedangkan untuk satu modul SASMP16 didampingi oleh satu modul SLMA
disebelah kiri. Sebagaimana yang terdapat pada gambar 7.
interface antara sental dengan saluran pelanggan, PABX, dan coin box telephone
(yang penggunaannya sudah mulai dikurangkan).
Secara garis besar, sistem kabel dari sentral ke pelanggan dapat dilihat
dapat dilihat dari blok diagram pada gambar 8 di bawah ini :
32
33
Gambar 10.
Kabel Primer
LTG A dari
Sentral
EWSD
34
akan menjadi kabel Drop Wire. Kabel Drop Wire itulah yang akan masuk ke
dalam rumah-rumah pelanggan.
2. Troubleshooting yang terjadi pada LTG A
Misalkan terjadi permasalahan pada LTG A dengan nomor EQN 0-35-7-5,
maka cara yang pertama kali dilakukan adalah dengan mengecek LTG A tersebut
menggunakan command DISPPORT:EQN=0-35-7-5; menggunakan radmin,
maka akan muncul nomor pelanggan (Destination Number/DN) yaitu 35831
beserta kode nomor tempat pelanggan berada (Local Area/LAC) yaitu 0752.
Setelah itu, barulah dicek kondisi dari DN, dan LAC pelanggan tersebut
menggunakan command DISPSUB:LAC=0752,DN=35831; maka akan muncul
hasil seperti gambar 12, di bawah ini :
35
36
37
terdengar setelah nomor diinput berasal dari DLU nomor yang dituju, seperti yang
terdapat pada gambar 16 di bawah ini :
Gambar 17. Terminal penghubung kabel dari DIU pada LTG B ke DLU
Setelah itu, kabel-kabel tersebut akan dihubungkan dengan terminal kabel
keluaran dari perangkat CES (Circuit Emulation System) untuk selanjutnya akan
ditransmisikan ke daerah remote yang dituju dengan system PCM 30 (E1)
Perangkat CES mempunyai Up Link ke Metro Ethernet. Metro Ethernet inilah
yang menghubungkan antara sentral dengan sentral telepon daerah lainnya.
38
39
STO
Payakumbuh.
Maka,
didatangkanlah
petugas
di
bidang
penyambungan fiber optik untuk memperbaiki fiber optik yang terputus tersebut.
Namun jika permasalahan bukan berasal dari fiber optik tersebut maka,
petugas harus memeriksa modul DLU/LTG B yang terdapat di sentral, dan STO
yang bersangkutan. Dan, untuk penyelesaiannya sama dengan penyelesaian yang
terdapat pada LTG A yang telah dijelaskan sebelumnya.
C. LTG C
Digunakan sebagai interface antar sentral atau trunk, dan bisa juga sebagai
sambungan ke luar negri (SLI). LTG C pada Sentral PT. Telkom Bukittinggi
berjumlah 16 unit, dan hanya 14 unit yang digunakan untuk hubungan antar
sentral. Adapun trunk dari sentral Bukittinggi adalah Padang Centrum 1, Padang
Gateway, Pekanbaru Riau, Pekanbaru Gateway, dan Pekanbaru sebagaimana yang
tertera pada lampiran 2.
40
Sementara 2 Unit LTG C yang terdiri dari LTG C-017, dan LTG C-018
sampai saat ini belum digunakan. Modul LTG C yang terdapat pada sentral PT.
Telkom Bukittinggi menggunakan rack tipe short version. Modul frame LTG C
berisi modul 4 DIU, CRM8, TOG, GSL, CGSM, PMUC, dan CRM8. Seperti yang
tertera pada gambar 20, di bawah ini :
Gambar 20. Tata Letak Modul Frame LTG C [16]
Satu LTG C memiliki 4 DIU, dimana satu DIU memiliki 30 ts untuk bicara
dan 2 ts untuk service word. Sehingga, satu unit LTG C memiliki 120 ts untuk
bicara. Karena hubungan antara LTG C dengan trunk lain sudah menggunakan
transmisi berupa fiber optik, maka penggunaan timeslot antara incoming dan
outgoing tidak lagi di batasi. Seperti yang tertera pada gambar 21, di bawah ini :
Gambar 21. LTG C antar Sentral.
1. Hubungan Antar Sentral Telkom Bukittinggi dengan Sentral Lain
41
Gambar 22. Hubungan antar sentral dari Bukittinggi ke PDC1 dan PD1G.
Pada dasarnya, hubungan LTG C dari satu sentral ke sentral lainnya
memiliki mekanisme saluran transmisi yang sama dengan LTG B, yang mana
LTG C terlebih dahulu juga terhubung ke CES. Kemudian CES tersebut terhubung
dengan Metro Ethernet.
42
43
Pada LTG P terdapat dua macam modul yaitu PHMC, dan GPPYG. Jika
modul GPPYG tidak didampingi oleh modul PHMC, maka itu merupakan modul
LTG P yang difungsikan sebagai LTG C. Namun jika modul GPPYG didampingi
oleh modul PHMC, maka itu merupakan modul LTG P yang difungsikan sebagai
LTG B. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 24, di bawah ini :