UNIVERSITAS INDONESIA
!
!
Nama
NPM
: 0806333650
Tanda Tangan
Tanggal
: 8 Juli 2013
ii!
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT atas berkah dan rahmat-Nya, sehingga saya dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Analisa Praktik Profesi Keperawatan
Kesehatan Masyarakat Perkotaan pada Pasien dengan Stroke Hemoragik di
Ruang Perawatan PU 6 Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto
Jakarta tepat pada waktunya.
Saya menyadari bahwa banyak pihak yang turut membantu dan memberikan
bimbingan kepada saya dalam menyelesaikan proposal penelitian ini. Oleh karena
itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dewi Irawaty, MA., PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas Indonesia (FIK UI);
2. Ibu Riri Maria, M.ANP selaku koordinator mata ajar Karya Ilmiah Akhir
FIK UI;
3. Bapak Agung Waluyo, PhD selaku pembimbing akademik dalam
pembuatan Karya Ilmiah Akhir ini;
4. Ibu Ns. Siti Annisah, S.Kep.,ETN selaku pembimbing klinik dalam
pembuatan Karya Ilmiah Akhir di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta;
5. Orang tua dan keluarga tercinta yang senantiasa memberikan dukungan
serta doa bagi saya
6. Teman Marisol dan teman-teman angkatan 2008 yang senantiasa berjuang
dan bergerak bersama serta selalu saling memberikan dukungan
7. Perawat di ruang Perawatan Umum 6 RSPAD Gatot Soebroto Jakarta,
yang telah mendukung praktik profesi ;
8. Teman-teman satu bimbingan: Hesti Rahayu, Putri Andriyani, Rohmad
Widiyanto, Elda Lunera Hutapea, yang sama-sama berjuang dalam
penyusunan Karya Ilmiah Akhir;
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang turut
berpartisipasi hingga selesainnya penyusunan karya ilmiah akhir ini.
!
!
iv!
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah ini ini masih terdapat
banyak kekurangan sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun demi perbaikan dalam penyusunan proposal penelitian ini.
Depok, Juli 2013
Penulis
!
!
v!
NPM
: 0806333650
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Fakultas
: Ilmu Keperawatan
Jenis karya
vi!
ABSTRAK
Nama
: Aulia Titia Paramadina
Program Studi : Ilmu Keperawatan
Judul
: Analisa Praktik Profesi Keperawatan Kesehatan Masyarakat
!
!
vii!
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINILITAS ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ iv
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ........................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
ABSTRACT ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... x
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................. 5
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 8
2.1 Keperawatan Kesehatan Masayarakat Perkotaan ............................. 7
2.2 Stroke Hemoragik.............................................................................. 8
2.4 Kaitan antara KKMP dengan Kasus Stroke ..................................... 16
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STROKE HEMORAGIK ....... 19
3.1 Pengkajian ......................................................................................... 19
3.2 Analisa Data ..................................................................................... 25
3.3 Rencana Asuhan Keperawatan ......................................................... 28
3.2 Catatan Perkembangan ..................................................................... 37
BAB 4 ANALISA KASUS ................................................................................. 44
4.1 Profil Lahan Praktik .......................................................................... 44
4.2 Analisa Masalah Keperawatan terkait KKMP .................................. 45
4.3 Analisis Tindakan Keperawatan dalam Mengatasi Imobilisasi ........ 48
4.4 Alternatif Pemecahan Masalah .......................................................... 53
BAB 5 PENUTUP............................................................................................... 55
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 55
5.2 Saran .................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 56
!
!
viii!
DAFTAR TABEL
!
!
ix!
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Format Pengkajian Barthel Index
!
!
!
!
x!
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Area perkotaan selalu menjadi pusat pembangunan, sehingga bukan merupakan
hal yang baru lagi jika tingkat angka perpindahan masyarakat ke daerah perkotaan
(urbanisasi) semakin meningkat setiap tahunnya. Tingginya angka urbanisasi di
daerah perkotaan sering dikaitkan dengan status kesehatan masayarakatnya. Status
kesehatan masayarakat perkotaan dipengaruhi oleh faktor perilaku hidup sehat
masyarakatnya. Saat ini, penduduk perkotaan harus berhadapan dengan berbagai
masalah kesehatan sebagai akibat gaya hidup dan lingkungan yang tidak sehat,
baik masalah kesehatan yang konvensional ataupun modern (Efendi dan
Makhfudli, 2009). Masalah kesehatan konvensional yang sering muncul adalah
seperti penyakit infeksi dan menular. Sedangkan masalah kesehatan modern yakni
semacam penyakit degeneratif, kelebihan gizi, penyakit kelamin, serta
penyalahgunaan napza dan minuman keras.
Berbagai macam penyakit degeneratif yang masuk dalam kategori masalah
kesehatan modern merupakan masalah kesehatan yang sering disebabkan karena
gaya hidup yang tidak sehat di wilayah perkotaan. Penyakit degeneratif
merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan penyakit yang muncul
akibat kemunduran fungsi sel tubuh, yaitu dari keadaan yang normal menjadi
lebih buruk (Japardi, 2002). Ada sekitar 50 jenis penyakit degeneratif, diantaranya
penyakit jantung dan pembuluh darah (hipertensi, stroke, dan jantung), endokrin
(diabetes mellitus, tiroid, hiperkolesterol), neoplasma (tumor ganas dan tumor
jinak), gangguan pencernaan, kegemukan, dan lain-lain. Dari kesemua penyakit
degeneratif yang ada, stroke adalah penyebab utama kedua kematian setelah
penyakit iskemik jantung di seluruh dunia, dengan perkiraan 5.5 juta subjek
meninggal karena stroke setiap tahun (WHO, 2004).
Berdasarkan data WHO (2010), setiap tahunnya terdapat 15 juta orang di seluruh
dunia menderita stroke. Diantaranya ditemukan jumlah kematian sebanyak 5 juta
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!1!
!
!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!Universitas Indonesia!
2
!
orang dan 5 juta orang lainnya mengalami kecacatan yang permanen. Dua pertiga
dari kematian ini terjadi di negara-negara dengan sumber daya rendah. Prevalensi
stroke di Indonesia sendiri ditemukan sebesar 8,3 per 1000 penduduk yang
menderita stroke atau sebesar 8,3%. (Riskesdas, 2007). Terdapat 11 provinsi
mempunyai prevalensi stroke diatas prevalensi nasional dan DKI Jakarta diketahui
memiliki prevalensi tertinggi di Pulau Jawa, yaitu 12,5 persen.
Stroke
merupakan
penyakit
serebrovaskular
yang
diakibatkan
karena
berkurangnya aliran darah ke otak akibat adanya sumbatan pembuluh darah otak
ataupun pecahnya pembuluh darah di otak. Stroke merupakan penyakit yang
memerlukan perawatan jangka panjang, sehingga untuk mendapatkan therapeutic
outcome yang baik perlu kerjasama antara berbagai tenaga kesehatan (dokter,
perawat, apoteker, pasien dan keluarga pasien). WHO (2006) mendefinisikan
stroke sebagai suatu tanda klinis yang berkembang cepat akibat gangguan otak
fokal (atau global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau
lebih dan dapat menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas
selain vaskuler.
Stroke berada dalam peringkat kedua, di bawah penyakit jantung iskemik sebagai
penyebab kematian dan merupakan faktor utama penyebab kecacatan serius.
Seiring dengan semakin meningkatnya kemajuan pembangunan di Indonesia,
telah mengubah pola struktur masyarakat, dari masyarakat agraris menjadi
masyarakat industri. Perubahan tersebut membawa dampak pada pergeseran gaya
hidup masyarakat pedesaan ke gaya hidup masyarakat perkotaan, termasuk
kepada pola makan yang tadinya alami menjadi gemar memakan makanan cepat
saji. Meledaknya jumlah penduduk di daerah perkotaan juga membawa dampak
perubahan bagi lingkungan di perkotaan. Efek lain dari perubahan pola hidup itu
ialah terletak kepada pergeseran penyakit, dari penyakit infeksi ke penyakit
degeneratif, yakni penyakit kardiovaskuler dan stroke.
Stroke diderita oleh 200 dari tiap 100.000 orang di Eropa, setiap tahunnya. Di
Amerika, sejumlah 275.000 300.000 orang meninggal karena stroke.
Universitas Indonesia
!
3
!
4
!
5
!
Fenomena tersebut di atas membuat penulis tertarik untuk membahas lebih dalam
tentang stroke beserta asuhan keperawatan yang dapat diimplementasikan pada
pasien penderita stroke.
1.2 Rumusan Masalah
Meningkatnya kasus stroke setiap tahun dikaitkan dengan perubahan gaya hidup
modern masyarakat perkotaan. Dalam pelaksanaannya, penatalaksanaan stroke
melibatkan multidisiplin berbagai ilmu, salah satunya adalah asuhan keperawatan
yang holistik terhadap penderita stroke. Asuhan keperawatan yang holistik
bertujuan untuk mencapai kemampuan fungsional semaksimal mungkin dan
mencegah serangan berulang. Diharapkan, pasien penderita stroke mampu
meningkatkan kepercayaan diri, harapan hidup dan kemandirian. Asuhan
keperawatan yang dibutuhkan juga tidak terlepas dari disiplin ilmu lain,
diantaranya kolaborasi perawat dengan tim medis (dokter), fisioterapis, terapi
occupational, pekerja sosial medik, psikolog serta klien dan keluarga turut
berperan. Mobilisasi merupakan salah satu bentuk rehabilitasi awal dari kondisi
penyakit tertentu, dalam hal ini pada klien yang mengalami serangan stroke
sehingga terhindar dari komplikasi. Oleh karena itu, penulis menganggap perlunya
pembahasan mengenai asuhan keperawatan pada pasien stroke, yaitu pasien stroke
hemoragik.
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Memberikan gambaran hasil asuhan keperawatan pada klien dengan stroke
hemoragik.
1.3.2
Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep dasar stroke
Universitas Indonesia
!
6
!
keperawatan
pada
pasien
stroke
hemoragik,
memperoleh
Universitas Indonesia
!
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
mata
mengembangkan
ajar
KKMP
kemampuan
yaitu
koginitif,
membuat
afektif
dan
mahasiswa
psikomotor,
mampu
untuk
dan
teori
terkait
masalah
kesehatan
perkotaan,
yaitu
dengan
7!
Universitas Indonesia
8
!
Universitas Indonesia
9
!
Stroke merupakan gangguan fungsional otak yang bersifat: lokal dan atau
global, akut, berlangsung antara 24 jam atau lebih, disebabkan gangguan
aliran darah ke otak, tidak disebabkan karena tumor/infeksi. Stroke biasanya
disertai satu atau beberapa penyakit lain, seperti hipertensi, penyakit
jantung, peningkatan lemak dalam darah, diabetes mellitus atau penyakit
vascular perifer.
Stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya pembuluh
darah otak yang menyebabkan pengeluaran darah ke parenkim otak, ruang
cairan serebrospinal, atau keduanya. Adanya perdarahan ini pada jaringan
otak menyebabkan terganggunya sirkulasi di otak yang mengakibatkan
terjadinya iskemik pada jaringan otak karena supply darah ke otak menurun.
Serta dapat terbentuk hematom di otak yang bisa mengakibatkan penekanan.
Proses ini memacu peningkatan tekanan intracranial sehingga terjadi
perubahan dan herniasi jaringan otak yang dapat mengakibatkan kompresi
pada batang otak (Caplan, 2006).
2.2.2 Etiologi Stroke
Listiono (1998) menjelaskan bahwa penyebab stroke antara lain
aterosklerosis, thrombosis, embolisme, hipertensi yang menimbulkan
perdarahan intraserebral dan rupture aneurisma . Stroke biasanya disertai
satu atau beberapa penyakit lainnya yang menjadi faktor resiko seperti
hipertensi, penyakit jantung, peningkatan lemak dalam darah,
diabetes
Universitas Indonesia
10
!
dan
makin
memperbanyak
kemungkinan
daerah
infark
11
!
Subarachnoid.
Perdarahan
subarachnoid
merupakan
b.
12
!
1.
mengganggu
kelancaran
aliran
darah
otak
sehingga
menimbulkan iskemik.
Jenis kelamin dan penuaan, pria berusia 65 tahun memiliki resiko
terkena stroke iskemik ataupun perdarahan intraserebrum lebih
tinggi sekitar 20 % daripada wanita. Resiko terkena stroke
meningkat sejak usia 45 tahun. Setelah mencapai 50 tahun, setiap
penambahan usia 3 tahun meningkatkan risiko stroke sebesar 1120%, dengan peningkatan bertambah seiring usia terutama pada
pasien yang berusia lebih dari 64 tahun dimana pada usia ini 75%
stroke ditemukan.
Riwayat keluarga dan genetika, kelainan turunan sangat jarang
menjadi penyebab langsung stroke. namun gen berperan besar dalam
beberapa faktor risiko stroke misalnya hipertensi, penyakit jantung,
diabetes, dan kelainan pembuluh darah.
Ras. Di Amerika Serikat, insidens stroke lebih tinggi pada populasi
kulit hitam daripada populasi kulit putih. Lelaki negro memiliki
insidens 93 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian mencapai
51% sedang pada wanita negro memiliki insidens 79 per 100.000
jiwa dengan tingkat kematian 39,2%. Lelaki kulit putih memiliki
insidens 62,8 per 100.000 jiwa dengan tingkat kematian mencapai
26,3% sedang pada wanita kulit putih memiliki insidens 59 per
100.000 jiwa dengan tingkat kematian 39,2%.
2.
cerebral
dan
perdarahan
intrakranial.
Hipertensi
13
!
jantung,
beberapa
penyakit
jantung
berpotensi
mellitus,
penyakit
diabetes
mellitus
menyebabkan
mengganggu
kelancaran
aliran
darah
otak
dan
14
!
permukaan
dinding
pembuluh
darah
yang
kasar.
Sumbat
15
!
tekanan
darah
sistemik
seperti
sewaktu
orang
marah,
mengeluarkan tenaga banyak dan sebagainya, aneurima kecil itu bisa pecah.
Pada saat itu juga, orangnya jatuh pingsan, nafas mendengkur dalam sekali
dan memperlihatkan tanda-tanda hemiplegia. Oleh karena stress yang
menjadi faktor presipitasi, maka stroke hemorrhagic ini juga dikenal sebagai
stress stroke(Mardjono, 2003)
Pada orang-orang muda dapat juga terjadi perdarahan akibat pecahnya
aneurisme ekstraserebral. Aneurisme tersebut biasanya congenital dan 90%
terletak di bagian depan sirkulus Willisi. Tiga tempat yang paling sering
beraneurisme adalah pangkal arteria serebri anterior, pangkal arteria
komunikans anterior dan tempat percabangan arteria serebri media di bagian
depan dari sulkus lateralis serebri. Aneurisme yang terletak di system
vertebrobasiler paling sering dijumpai pada pangkal arteria serebeli
Universitas Indonesia
16
!
17
!
gaya
hidupnya.
Tuntutan
hidup
yang
tinggi
seringkali
18
!
sudah tersumbat, maka jantung akan lebih keras memompa darah ke seluruh
tubuh.
Penyumbatan pembuluh darah tidak terjadi seketika, melainkan penumpukan
dari beragam faktor resiko dan dalam jangka waktu yang cukup lama, melalui
beberapa proses. Tetapi pada situasi tertentu, saat jantung dipicu untuk
bekerja lebih keras, penyumbatan pembuluh darah bisa berakibat fatal.
Kondisi tersebut mudah terjadi saat seseorang tertekan atau stres, baik stress
secara fisik maupun psikis. Emosi yang memuncak bisa menyebabkan
tekanan darah meningkat. Pada saat itu, jika di dalam tubuh telah terjadi
terjadi penyumbatan aliran darah, maka pembuluh darah bisa pecah.
Dalam keadaan stres, seseorang mudah terkena stroke atau serangan jantung,
terutama jika ada penyumbatan pada pembuluh darah yang mengalir baik ke
jantung maupun ke otak. Karena pada saat stres, otak memerlukan banyak
oksigen sehingga memaksa jantung bekerja lebih cepat untuk mengalirkan
darah yang membawa oksigen ke otak.
Situasi yang berbahaya adalah terutama ketika darah tidak bisa mengalir
dengan baik akibat adanya penyempitan pembuluh darah. Hal itulah yang
membuat pembuluh darah pecah karena tidak bisa menahan tingginya tekanan
darah. Selain stres, stroke juga biasanya terjadi pada orang yang kurang
berolahraga, merokok, diabetes, obesitas (kelebihan berat badan) dan berusia
di atas 40 tahun. Saat ini, usia muda bukan jaminan stroke dan serangan
jantung tidak bisa terjadi. Sebab telah terjadi banyak perubahan, baik gaya
hidup maupun kondisi lingkungan.
Universitas Indonesia
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN STROKE HEMORAGIK
3.1 Pengkajian
a. Informasi Umum
Nama : Tn. E
Usia : 60 tahun
Waktu
Dari
: 17.00 WIB
: Stroke Unit
c. Aktivitas/Istirahat
Gejala (Subyektif)
Klien adalah seorang pensiunan TNI AD. Aktivitas/hobi klien adalah
membaca. Aktivitas klien saat waktu luang adalah membaca, kadangkadang mengasuh cucu, lebih banyak duduk-duduk sambil minum kopi.
Menurut klien dan keluarga, klien puas terhadap pencapaian hidupnya.
Sebelum dirawat di RS, klien masih dapat melakukan aktivitasnya secara
19
Universitas Indonesia!
20
!
dapat
duduk
tegak
dan
apabila
bersandar
tidak
dapat
1111
4444
1111
d. Sirkulasi
Gejala (Subyektif)
Klien mengatakan nyeri kepala masih ada, tidak ada keluhan sesak napas,
tidak ada riwayat penyakit jantung,dan ada riwayat hipertensi pada klien.
Tanda (Objektif)
Saat pertama kali masuk di RS, TD klien adalah 190/120 mmHg. Ketika
sudah dipindah ke ruang perawatan biasa, TD klien saat ini adalah 140/90
mmHg, nadi 70x/menit, RR 24x/menit, suhu 36,5 C, bunyi jantung 1 dan
2 normal, murmur (-), gallop (-), membran mukosa kering dan pecahpecah, konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), edema pada ekstrimitas (-)
, CRT < 3 detik, tidak ada riwayat perdarahan. Tidak ada kesemutan /
kebas pada ekstremitas yang lemah maupun ekstremitas yang normal.
Tidak ada distensi vena jugularis, abnormalitas kuku (-), penyebaran /
kualitas rambut normal,
e. Integritas Ego
Universitas Indonesia
!
21
!
Gejala (Subyektif)
Yang menyebabkan klien stres saat ini adalah lamanya perawatan di RS.
Klien mengatakan khawatir jika terlalu lama berada di rumah sakit.
Selama di RS hal yang paling dicemaskan klien adalah ketika terpasang
selang NGT. Ketika sudah dipindahkan ke ruang rawat, NGT klien sudah
dilepas,sehingga tingkat stres klien sudah agak berkurang. Cara klien
menangani stres selama di RS adalah dengan menceritakan perasaannya
kepada istri atau anaknya yang sedang menunggunya. Tetapi klien lebih
sering diam karena keterbatasannya. Masalah finansial yang dirasakan saat
ini tidak ada. Klien dan keluarga merasa berkecukupan. Hubungan klien
dengan anggota keluarga lain seperti anak, istri dan cucu baik. Istri selalu
menunggui klien sedangkan anaknya selalu bergantian menunggu di
rumah sakit. Klien beragama islam. Selama dirawat, klien dengan
keterbatasan geraknya masih melakukan ibadah shalat di atas tempat tidur,
dengan dibantu keluarganya. Menurut keluarga, setelah dirawat, kadang
klien tidak dapat mengendalikan emosinya.
Tanda (Obyektif)
Status eosional yang teramati adalah klien merasa cemas, kadang marah
jika tidak ada yang membantu (misal jika yang menunggu pergi terlalu
lama). Klien kooperatif, tidak mudah tersinggung, tidak menarik diri dari
orang lain.
f. Eliminasi
Gejala (Subyektif)
Selama dirawat di rumah sakit, pola BAB klien tidak teratur. Klien
mengatakan sudah tidak BAB selama 4 hari (10-13 Mei 2013). Keluarga
mengatakan klien pernah menggunakan laksatif sebelumnya, pada saat
dirawat di Unit Stroke. Klien tidak mempunyai riwayat hemoroid. Tidak
ada riwayat perdarahan juga sebelumnya. Diare (-). Pola BAK normal,
sudah di bladder training, tidak ada inkontinensia urin. Frekuensi BAK 56x/hari. Rasa nyeri / terbakar saat BAK tidak ada. Tidak ada riwayat
penyakit ginjal, penggunaan diuretik (-).
Universitas Indonesia
!
22
!
Tanda (Obyektif)
Tidak ada nyeri tekan abdomen, abdomen lunak, massa (-), bising usus
(+), 3x/menit, hemoroid (-)
g. Makanan / Cairan
Gejala (Subyektif)
Klien mendapatkan diet tinggi serat, tetapi, klien kurang patuh terhadap
dietnya. Klien kurang suka makan sayuran. Kebiasaan makan klien
sebelum dirawat di RS adalah makan makanan berkolesterol, bersantan,
masakan Padang, gorengan dan jarang sekali makan sayur. Klien
mengatakan kehilangan selera makan karena mual. Jumlah makanan yang
dimakan kurang dari 1 porsi. Klien mengatakan tidak pernah
menghabiskan makanannya. Tidak ada alergi makanan, masalah
mengunyah / menelan tidak ada. Gigi susu tanggal sebanyak 1 buah, gigi
geraham kiri tanggal. Sejak sakit, berat badan tidak diperiksa lagi.
Tanda (Objektif)
Berat badan saat ini tidak terkaji, BB sebelum sakit adalah 60kg. Tinggi
badan terakhir 168 cm, Turgor kulit baik, membran mukosa kering, edema
(-), asites (-), pembesaran tiroid (-), hernia (-), Bising usus (+), 3x/menit
h. Higiene
Gejala (Subyektif)
Aktivitas sehari-hari adalah tergantung pada keluarga dan perawat.
Mobilitas juga dibantu oleh keluarga dan perawat. Klien makan dibantu
oleh keluarga. Bantuan sering diberikan oleh istri dan anak pertama klien.
Tanda (Obyektif)
Klien tampak sering berkeringat dan tercium bau yang tidak sedap dari
mulut dan badan klien. Penampilan umum klien kurang rapi, toileting
dilakukan di tempat tidur. Rambut tampak berminyak, kebiasaan klien
sebelum sakit adalah keramas 2 hari 1 kali.
Universitas Indonesia
!
23
!
i. Neurosensori
Gejala (Subyektif)
Klien mengatakan pusing, sakit kepala. Lokasi nyeri kepala berada di
seluruh kepala. Frekuensinya sering (kurang lebih 15-20 menit). Skala
nyeri adalah 4. Kesemutan / kebas tidak ada. Stroke (gejala sisa) : nyeri
kepala, hemiparese. Kejang (-), kehilangan penglihatan (-), glaukoma(-),
katarak (-), kehilangan pendengaran (-), Epistaksis (-)
Tanda (Obyektif)
Klien compus mentis, GCS E4M6V5, terorientasi penuh (waktu, tempat dan
orang), kooperatif, memori masa lalu dan sekarang baik, ukuran pupil
kanan dan kiri simetris, reaksi pupil terhadap cahaya (+), paralisis pada
ekstremitas kiri, meningeal sign(-), refleks bisep (+/-), refleks trisep (+/-),
N.
Olfaktorius
(N
I)
normal
klien
dapat
merespon
dan
24
!
Tanda (obyektif)
Klien tampak mengerutkan muka, menjaga area yang sakit dengan
meletakkan lengan kanan di bawah kepala, kadang terlihat memegang
kepala
k. Pernapasan
Gejala (Subyektif)
Dispnea (-), batuk (-), sputum (-), riwayat bronkhitis (-), asma (-),
tuberkulosis (-), penumonia (-), Klien merupakan perokok aktif biasanya
bisa menghabiskan 1 bungkus setiap harinya dan sudah berhenti sejak
awal tahun 2012. Klien mengatakan tempatnya bekerja dulu sering
terpapar polusi udara.
Tanda (Obyektif)
RR = 24x/menit, simetris, pola teratur, penggunaan otot bantu napas (-),
napas cuping hidung (-), bunyi napas vesikuler (+/+), ronkhi (-/-),
wheezing (-/-), sianosis (-)
l. Keamanan
Gejala (Subyektif)
Alergi/ sensitivitas (-), Riwayat cedera kecelakaan (-), Fraktur/ dislokasi
(-), Artritis/ sendi tak stabil (-), Kerusakan penglihatan, pendengaran (-),
Alat ambulatori yang digunakan adalah kursi roda.
Tanda (Obyektif)
Suhu tubuh klien 36,5 0C, ada kemerahan di bagian penonjolan sakrum,
klien mengalami hemiparesis kiri, ROM pasif pada ekstremitas kiri, ROM
aktif pada ekstremitas kanan
m. Seksualitas
Klien sudah jarang melakukan hubungan seksual dengan istri.
Universitas Indonesia
!
25
!
n. Interaksi Sosial
Gejala (Subyektif)
Status perkawinan klien menikah, lama pernikahan 32 tahun. Saat ini klien
hidup dengan istri dan anak pertama serta menantunya. Klien senang
masih tinggal bersama anaknya dan juga cucunya. Keluarga besar Tn. E
sering datang menjenguk dan sering bergantian menunggu klien di rumah
sakit. Orang yang paling berpengaruh bagi klien adalah istri dan anak
pertamanya. Tn.E berperan sebagai kepala keluarga di rumahnya yang ia
tempati sekarang. Tn. E adalah pengambil keputusan ketika terjadi
masalah yang harus segera diselesaikan.
Tanda (Obyektif)
Cara berbicara Tn. E jelas, dapat dimengerti, pola bicara normal
o. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala (Subyektif)
Bahasa dominan adalah bahasa Indonesia. Klien melek huruf. Tingkat
pendidikan terakhir adalah SMA. Faktor resiko keluarga adalah dengan
hipertensi, karena keluarga klien gemar mengkonsumsi makanan cepat saji
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
CT Scan (19 April 2013): perdarahan pada pons sisi kanan dengan perifokal
edema disekitarnya (vol. kurang lebih 2,4 cc), infark pada thalamus kanan dan
kiri dengan ukuran bervariasi
CT Scan (1 Mei 2013): perdarahan di pons sisi kanan tampak ukuran mengecil
dan densitas menurun (Perbaikan), tidak Nampak tanda-tanda peningkatan TIK
Masalah
Nyeri akut
Etiologi
Peningkatan tekanan
intrakranial
Universitas Indonesia
!
26
!
Data
akan muncul ketika klien
banyak bergerak (misalnya
berusaha untuk duduk /
bersandar)
Q = Nyeri kepala seperti
ditusuk-tusuk
R = Nyeri dirasakkan di
seluruh bagian kepala
S = Klien mengatakan skala
nyeri 4
T = klien mengatakan
durasi nyeri berkisar antara
15-20 menit
DO :
Klien tampak mengerutkan
wajah
Klien lebih banyak tiduran
dan jarang berbicara
TD : 150/90 mmHg,
N=78x/menit,RR =
24x/menit, S=36,30C
DS :
Klien mengatakan bagian
tubuhnya sebelah kiri tidak
dapat digerakkan
DO :
Hasil CT Scan : perdarahan
di pons sisi kanan, infark
pada thalamus kanan dan
kiri
Ekstremitas kiri atas dan
bawah tidak bisa
digerakkan
Klien tampak bedrest
Klien tampak kesulitan
untuk duduk
Klien lebih banyak
melakukan aktivitas di
tempat tidur
Nilai Skala Barthel Index
adalah 6 (ketergantungan
berat)
Keterbatasan ROM
Kekuatan otot
4444
4444
Masalah
Etiologi
Penurunan fungsi
neuromuscular, hemiparesis
Imobilisasi
1111
1111
DS :
Klien mengatakan bagian
punggungnya terasa gatal
Klien mengatakan belum
mandi sejak pindah ke
ruang rawat
DO :
Kulit di bagian panggul
Universitas Indonesia
!
27
!
Data
tampak kemerahan
Klien tampak sering
berkeringat
Klien mengalami kesulitan
mengubah posisi
Masalah
Etiologi
DS :
Klien mengatakan belum
BAB sejak pindah dari
stroke unit (4 hari yang
lalu)
Keluarga mengatakan klien
tidak mau makan sayuran
dari rumah sakit
Keluarga mengatakan klien
hanya menghabiskan
setengah porsi makanan
DO :
Klien tampak lebih banyak
tirah baring
Klien tampak tidak
menghabiskan porsi makan
Bising usus (+) 3x/menit
Konstipasi
(10-13 Mei 2013)
DS :
Klien mengatakan belum
mandi sejak pindah ke ruang
rawat
DO :
Kekuatan otot
4444
1111
4444
1111
Tonus otot menurun
Tercium bau badan dan bau
mulut tidak sedap dari klien
Klien tampak sering
berkeringat
Penampilan klien kurang
rapi
Universitas Indonesia
!
28
!
Universitas Indonesia
!
29
!
kemampuan
fungsional/luasnya
gangguan
sejak
awal,
dan
dapat
mengidentifikasikan
kekuatan/defisiensi
fungsi
normal,
membantu
mempertahankan
dan
30
!
jika
berfungsi
kembali.
Paralysis
flaksid
dapat
31
!
singkat tapi sering dengan bantuan bila belum stabil, tingkatkan jarak
berjalan tiap hari.
Rasional : tirah baring lama menyebabkan penurunan volume darah
yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba.
Peningkatan aktivitas secara bertahap akan menurunkan keletihandan
meningkatkan ketahanan.
g. Secara bertahap Bantu pasien maju dari ROM aktif ke aktifitas
fungsional, sesuai indikasi dan anjurkan orang terdekat untuk
berpartisipasi atau kita sebut sebagai terapi kerja. Dengan latihan ini
pasien diharapkan dapat beradaptasi dengan kondisinya
Rasional : mendorong pasien untuk melakukan aktivitas secara teratur.
Terapi kerja berfokus pada latihan aktivitas sehari-hari seperti makan,
mandi, dll. Terapi kerja mengembangkan alat dan tehnik khusus yang
mengijinkan perawatan sendiri yang dapat memberikan motivasi
bahwa
pasien
dengan
kelemahannya
bisa
hidup
normal
ini
mengemukakan
bahwa
individu
sebagai
mahluk
Universitas Indonesia
!
32
!
33
!
perawat
dapat
membantu
pasien
dalam
memenuhi
kebutuhannya.
h. Dekatkan makanan dan peralatan yang dibutuhkan pasien di sisi
tempat tidur yang mudah di jangkau dan motivasi pasien untuk
memenuhi kebutuan ADL nya secara bertahap.
Rasional : Membantu memudahkan pasien untuk menggunakannya.
Intervensi ini berlandaskan pada teori keperawatan Dorothea Orem
(self care model) dalam teori ini perawat memberikan pelayanan
langsung
pada
pasien
dalam
bentuk
intervensi
keperawatan,
Universitas Indonesia
!
34
!
keterbatasan
mobilisasi
fisik
dapat
meningkatkan
peristaltic usus
e. Kolaborasi pemberian laksatif, enema atau supositoria sesuai instruksi.
Rasional : Untuk meningkatkan eliminasi feses padat atau gas dari
saluran pencernaan, pantau keefektifannya.
5. Diagnosa 5 : Resiko kerusakan integritas kulit b.d imobilisasi fisik
Tujuan : Setelah dilakukan implementasi keperawatan selama 3x24 jam,
keutuhan kulit mampu dipertahankan, tidak terjadi kerusakan integritas
kulit
Kriteria evaluasi : tidak ada lecet, kelembaban kulit baik, tekstur kulit
halus.
Intervensi Keperawatan:
a. Kaji status nutrisi pasien dan mulai tindakan perbaikan sesuai
petunjuk.
Universitas Indonesia
!
35
!
keperawatan
berdasarkan
teori
keperawatan
Florence
36
!
mengatasi
masalah.
Dalam
terapi
tersebut
bertujuan
untuk
dan
otot.
Terjadi
peningkatan
resiko
mengalami
Universitas Indonesia
!
37
!
Diagnosa
Keperawatan
Nyeri akut b.d
peningkatan tekanan
intracranial
8 Mei 2013
08.30
8 Mei 2013
11.30 WIB
Implementasi
Evaluasi
Universitas Indonesia
!
38
!
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
9 Mei 2013
09.00 WIB
9 Mei 2013
10.00 WIB
Kerusakan mobilitas
fisik b.d kelemahan
neuromuskuler
Universitas Indonesia
!
39
!
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
Implementasi
Evaluasi
0
10 Mei 2013
08.30 WIB,
12.15 WIB
10 Mei 2013
09.30 WIB
Resiko kerusakan
integritas kulit b.d
imobilisasi fisik
10 Mei 2013
11.30 WIB
Kerusakan mobilitas
fisik b.d kelemahan
neuromuskuler
Universitas Indonesia
!
40
!
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
11 Mei 2013
15.30 WIB
18.00 WIB
11 Mei 2013
15.45 WIB
Resiko kerusakan
integritas kulit b.d
imobilisasi fisik
11 Mei 2013
16.30
Kerusakan mobilitas
fisik b.d kelemahan
neuromuskuler
Implementasi
Evaluasi
kanan atas
6. Menjaga
keamanan
klien
dengan
menggunakan siderail pada tmpat tidur
7. Mengevaluasi latihan sebelumnya.
8. Membantu klien untuk duduk dengan
memanfaatkan siderail di tepi tempat tidur
dengan menggunakan bagian tangan yang
kuat dengan dibantu keluarga
9. Menganjurkan
pada
klien
untuk
mempertahankan posisi duduk kurang lebih
15 menit
10. Mengajarkan
kepada
klien
dengan
melibatkan keluarga, agar klien dapat makan
secara mandiri
1. Mengelevasikan posisi kepala 900
2. Menjaga privasi klien
3. Membantu klien membersihkan mulut dengan
pasta dan sikat gigi
4. Mengobservasi & membantu keluarga dalam
memandikan klien
5. Mengevaluasi jadwal kebersihan klien
6. Membantu klien makan sore
1. Memberikan posisi miring untuk klien dan
menggantinya setiap 2 jam dengan
melibatkan keluarga
2. Melakukan massage pada daerah penonjolan
(sacrum) dan memberikan lotion
3. Menggunakan pelindung lutut, siku, pantat
dengan bantal
1. Mengkaji tanda-tanda vital klien
2. Memvalidasi apakah ada nyeri kepala,
pusing, mual, muntah
Universitas Indonesia
!
41
!
Tanggal
Diagnosa
Keperawatan
13 Mei 2013
08.30 WIB
Konstipasi b.d
penurunan aktivitas
fisik, penurunan intake
serat
13 Mei 2013
09.00 WIB
Resiko kerusakan
integritas kulit b.d
imobilisasi fisik
Implementasi
Evaluasi
1. Menjelaskan
kepada
klien
tentang
pentingnya mengkonsumsi serat
2. Memotivasi klien untuk meningkatkan
konsumsi serat
3. Memotivasi klien untuk meningkatkan intake
cairan sebanyak 1,5-2 liter/hari
4. Memotivasi klien untuk melakukan latihan
mobilisasi dengan pengawasan
1. Memotivasi klien untuk miring kanan & kiri
2. Mengobservasi kulit bagian punggung klien
3. Memberikan reinforcement positif pada
keluarga karena telah membersihkan klien
sesuai jadwal
Universitas Indonesia
!
42
!
Tanggal
13 Mei 2013
10.30 WIB
Diagnosa
Keperawatan
Kerusakan mobilitas
fisik b.d kelemahan
neuromuskuler
14 Mei 2013
09.00 WIB
Konstipasi b.d
penurunan aktivitas
fisik, penurunan intake
serat
14 Mei 2013
10.15 WIB
Kerusakan mobilitas
fisik b.d kelemahan
neuromuskuler
Implementasi
Evaluasi
klien
S : Keluarga mengatakan klien sering melakukan ROM aktif pada
ekstremitas kanan atas, keluarga mengatakan sering membantu
menggerakkan ekstremitas yang lemah, klien mengungkapkan
keinginannya untuk cepat sembuh dan cepat pulang
O : TD = 140/80mmHg, N= 74x/menit reguler, RR = 22x/menit, S =
35,70C, klien dapat menggunakan tangan kanannya untuk melakukan
ROM pasif pada tangan kiri, klien tampak sering duduk dengan,
klien dapat duduk dengan bantuan siderail dengan sangat pelan
durasi kurang lebih 15 menit Kekuatan otot
4444
1111
4444
1111
A : Masalah kerusakan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Kaji TTV sebelum latihan, kaji adanya keluhan nyeri kepala, kaji
adanya mual muntah, motivasi klien untuk meningkatkan latihan
mobilisasi, jaga keamanan dan kenyamanan klien selama latihan,
libatkan keluarga untuk memotivasi klien dan ikut membantu klien
untuk melakukan latihan mobilisasi
S : Klien mengatakan sudah bisa BAB (pukul 13.00 WIB), perut
terasa lebih lega, tidak terasa penuh lagi
O : Bising usus 5x/menit, feses lunak
A : Masalah konstipasi teratasi
P : Motivasi klien untuk selalu mengkonsumsi serat dan
mempertahankan asupan cairan selama tidak ada kontraindikasi
S : Keluarga mengatakan klien sering berlatih ROM, keluarga
mengatakan klien lebih sering duduk, klien mengatakan badannya
tidak pegal karena sering dilatih
O : TD = 130/80mmHg, N= 75x/menit reguler, RR = 22x/menit, S =
34,10C, klien dapat melakukan ROM aktif secara mandiri, tampak
bagian lemah sering dilatihh untuk digerakkan oleh klien, klien
Universitas Indonesia
!
43
!
Tanggal
15 Mei 2013
14.00
Diagnosa
Keperawatan
Kerusakan mobilitas
fisik b.d kelemahan
neuromuskuler
Implementasi
Evaluasi
Universitas Indonesia
!
BAB 4
ANALISIS KASUS
4.1 Profil Lahan Praktik
RSPAD merupakan rumah sakit tingkat satu dan menjadi rujukan tertinggi di
jajaran TNI yang memberikan perawatan kesehatan untuk prajurit TNI AD,
Pegawai Negeri Sipil serta masyarakat umum. RSPAD Gatot Soebroto
mempunyai visi menjadi rumah sakit berstandar internasional, rujukan utama
dan rumah sakit pendidikan serta merupakan kebanggaan prajurit dan
masyarakat. Dengan misi tambahan yaitu sebagai subsistem kesehatan nasional ,
yang ikut meningkatkan derajat kesehatan amsyarakat melalui program
Yanmasum.
Ruangan yang menjadi tempat praktek mahasiswa profesi keperawatan FIK UI
adalah Ruang Perawatan Umum Lantai 6 (PU 6). Ruangan perawatan umum
lantai 6 merupaka ruang rawat inap kelas III. Terdapat 11 kamar, dengan
kapasitas kapasitas tempat tidur sebanyak 56 tempat tidur, dengan pembagian 52
tempat tidur untuk ruang perawatan, dan 4 tempat tidur untuk perawatan khusus
(isolasi). Kamar 601 mempunyai 4 kapasitas tempat tidur untuk pasien dengan
kasus onkologi, kamar 602 dengan kapasitas 4 orang untuk kasus ginjal dan
hipertensi, kamar 603 kapasitas tidur 4 orang untuk kasus THT dan mata, kamar
604 dengan kapasitas tempat tidur 6 orang untuk kasus endokrin, kamar 605
dengan kapasitas 6 orang untuk kasus neurologi, kamar 606 dengan kapasitas 6
tempat tidur untuk kasus hepatologi, kamar 607 dengan kapasitas 4 tempat tidur
untuk kasus imunokompresi, kamar 608 untuk kasus integument, kamar 609 dan
610 untuk kamar digestif dan penyakit tropis. Jumlah perawat di ruang PU 6
adalah 36 orang, dengan tingkat pendidikan D3 akadmei keperawatan sejumlah
33 orang, sedangkan S1 keperawatan berjumlah 3 orang. Berdasarkan buku
register ruang PU 6 didapatkan data diagnosis medis terbanyak sejak JanuariMei 2013 yaitu diabetes mellitus, CKD on HD, stroke, DHF dan sirosis hepatis.
!
!
44
Universitas Indonesia
45!
!
Universitas Indonesia
46!
!
47!
!
Makanan akan masuk ke dalam kolon, kolon akan menyerap air dan membentuk
bahan buangan sisa makanan atau feses. Kontraksi otot kolon akan mendorong
feses ke arah rectum, dan feses akan terbentuk padat karena sebagian besar
airnya diserap. Feses yang keras dan kering terjadi akibat kolon menyerap terlalu
banyak air. Hal ini terjadi karena kontraksi otot kolon terlalu perlahan-lahan,
sehingga menyebabkan feses bergerak ke arah kolon terlalu lama.
Resiko kerusakan integritas kulit adalah masalah kelima yang ditemukan pada
klien. Klien mengalami imobilisasi dalam waktu 3 minggu. Klien juga
mengalami kesulitan dalam mengubah posisi untuk miring ke kanan dan kiri
serta tengkurap. Selain itu ditambah pula dengan faktor defisit perawatan diri,
terutama area punggung yang dapat mengalami penekanan terlalu lama rentan
terjadi kerusakan integritas kulit (dekubitus). Karena keterbatasan gerak dari
pasien sehingga dapat direncanakan mobilisasi pasif pasien untuk mencegah
gangguan integritas kulit, kondisi paling sering pasien ini adalah terjadinya
kerusakan integritas kulit (dekubitus).
Hambatan-hambatan tentunya ditemukan pada saat penulis menegakkan
diagnosa untuk klien. Di RSPAD Gatot Soebroto ruang 6 PU, form untuk
masalah keperawatan belum ada. Untuk Renpra sudah ada, diisi dengan
menggunakan ceklist. Walaupun sudah ada lembar cek list untuk rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan, renpra yang dibuat tidak
dikhususkan untuk menangani salah satu diagnosa keperawatan tertentu. Renpra
di ruangan dikelompokkan berdasarkan intervensi yang akan diberikan pada
tiap-tiap sistem tubuh yang mengalami gangguan. Selain itu, dalam mengakkan
masalah keperawatan kerusakan mobilitas fisik, penulis belum menjumpai
adanya form pengkajian Barthel Index, yaitu suatu instrumen pengkajian yang
berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan
mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan
fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan.
!
!
Universitas Indonesia
48!
!
49!
!
yang
pertama
yang
dilakukan
oleh
penulis
yaitu
dengan
Universitas Indonesia
50!
!
Petrina et.al (2012) mengemukakan bahwa kriteria pasien pasca stroke yang
dapat menjalani rehabilitasi atau recovery berkelanjutan yaitu status neurologis
stabil (GCS dalam batas normal), mempunyai fungsi kognitif yang cukup untuk
belajar, kemampuan komunikatif yang memadai untuk terlibat dengan terapis,
kemampuan fisik untuk mentolerir program aktif, tujuan dari terapi dapat diukur
dan bisa dicapai, memiliki pertahanan terhadap deficit neurologis secara
signifikan. Latihan mobilisasi pada pasien perlu dilakukan tahap demi tahap,
disesuaikan dengan kemampuan fisik pasien dan kesiapan psikologis pasien.
Sebelum dilakukan latihan mobilisasi juga perlu dinilai kemampuan toleransi
tubuh klien terhadap aktivitas, untuk menghindari terjadinya kolaps, misalnya
adanya gangguan fungsi jantung, neurologis, dan nyeri hebat. Implementasi
mobilisasi dimulai pada hari ketiga pasien dirawat di ruang perawatan, dengan
terlebih dahulu memeriksa tanda-tanda vital dan adanya keluhan nyeri kepala,
mual atau muntah. Setelah dilakukan pengkajian dan tidak ditemukan adanya
tanda-tanda peningkatan TIK serta hemodinamik klien stabil (tekanan darah
130/80mmHg, Nadi 74x/menit), penulis melakukan impelementasi mobilisasi.
Implementasi dimulai dengan mengajarkan kepada keluarga dan klien tentang
positioning. Sebelumnya, penulis melakukan telah melakukan pengkajian
kekuatan otot yang digunakan sebagai baseline untuk mengevaluasi keberhasilan
intervensi. Penulis mengajarkan kepada keluarga klien cara melakukan
positioning, yaitu dengan miring ke arah yang lemah, miring ke arah yang sehat
dan terlentang. Positioning dilakukan setiap 2 jam, hal ini dilakukan dengan
rasional untuk memberi peluang tubuh beraktivitas pasif, dan memaksimalkan
pengembangan paru serta mencegah terjadinya dekubitas akibat iskemia jaringan
karena penurunan mobilisasi (Mansjoer, et.al, 2000). Selain itu, positioning juga
dapat meningkatkan sirkulasi, tonus otot, dan gerakan tulang sendi sehingga
dapat terhindar dari luka akibat penekanan (dekubitus), tetapi jika membalikkan
tubuh paisen terlalu sering dikhawatirkan akan menigkatkan tekanan intracranial
(Lewis, Heitkemper, dan Driksen, 2000). Oleh karena itu pasien hanya
dilakukan postioning dengan selang waktu 2 jam. Hal ini sejalan dengan yang
ditemukan oleh penulis bahwa setelah dilakukan postioning secara teratur oleh
Universitas Indonesia
51!
!
penulis dengan melibatkan keluarga, didapati data bahwa kulit klien di bagian
sakrum masih tetap lembut dan tidak terjadi lecet dan kemerahan sudah mulai
berkurang. Hal ini dikolaborasikan dengan perawatan kulit yang dilakukan yaitu
dengan menjaga kebersihan dan menggunakan lotion secara teratur.
Tindakan berikutnya yang dilakukan oleh penulis terhadap klien adalah dengan
latihan gerak sendi / range of motion (ROM). Latihan gerak aktif meningkatkan
massa otot, tonus otot dan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi jantung akibat
tirah baring. Bila otot-otot volunter tidak digunakan makan akan kehilangan
kekuatannya sehingga perlu dilakukan latihan gerak pasif. Hal ini dapat
mengimbangi paralysis melalui penggunaan otot yang masih mempunyai fungsi
normal, membantu mempertahankan dan membentuk adanya kekuatan dan
mengontrol otot-otot yang mengalami gangguan serta mempertahankan
kemampuan
ROM
sehingga
tercegah
dari
kontraktur
dan
atropi
Universitas Indonesia
52!
!
53!
!
Universitas Indonesia
54!
!
Hendaknya jika akan menggunakan kursi roda untuk melatih pasien stroke untuk
mobilisasi, diharapkan berkomunikasi dengan perawat ruangan. Karena jumlah
kursi roda terbatas, maka jika akan melatih pasien, jadwal harus disesuaikan
dengan penggunaan kursi roda oleh pasien lain. Jika kursi roda tidak tersedia,
maka tahapan mobilisasi dengan menggunakan kursi roda dapat dimasukkan ke
dalam discharge planning, dengan melakukan kerjasama dengan perawat
ruangan.
Universitas Indonesia
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapatkan selama memberikan asuhan keperawatan pada
pasien stroke hemoragik adalah :
1. Stroke merupakan salah satu penyakit penyakit perkotaan yang disebabkan
karena gaya hidup yang tidak sehat;
2. Masalah fisik yang sering timbul karena stroke adalah hemiparese /
hemiplegia
3. Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang
utama yang harus ditangani dengan segera, tepat dan cermat.
4. Peran perawat adalah melakukan asuhan keperawatan komprehensif serta
melibatkan keluarga dalam perawatan
5.2 Saran
1.
2.
3.
!
!
55
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Arjatmo Tjokronegoro & Henra utama. (2002). Update In Neuroemergencies.
Balai Penerbit Jakarta : penerbit FKUI
Bernhardt J (2008) Very early mobilization following acute stroke: controversies,
the unknown, and a way forward. Annals of Indian Academy of Neurology; 11:
5, 88.
Black, Joice. M., & Hawk, Jane. H. (2005). Medical Surgical Nursing; clinical
management for positive outcomes. 7th Edition. St. Louis : Elsevier. Inc
Chris Winkelman. Neurological Critical Care. American journal Of Critical care.
Nopember 2000-volume 9 Number 6.
Dromerick, A. (2004). Constraint Induced Treatment Program. Diambil pada
tanggal 26 Juni 2013 pada http://www.neuro.wustl.edu
Doenges, Marylinn E. (2002). Nursing care plan: guidelines for Planning and
documenting patient care. 3rd ed. Philadelphia : FA. Davis
Feigin, V. (2006). Stroke. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Popular
Joseph V, et.al.(2004). Intracranial pressure/ head elevation. Diambil pada 26
Juni 2013. http ://pedscm.wustl.edu/all_net/English/Neuropage/Protect/icp-Tx3.htm
Krienger, Derk, W. (2004). Therapeutik ypothermia may enhance reperfution in
acut
ischemic
stroke.
Diambil
pada
tanggal
26
Juni
2013
pada
http://www.clevenland.org
Lewis, Sharon, M., Heitkemper, Margaret, M., & Direksen, Shannon. (2000).
Medical Surgical Nursing; assessment and management of clinical problem.
Fifth edition. St. Louis : Cv. Mosby.
Morton, P.G. (2005). Critical care nursing : a holistic approach. 8thedition.
Philadelphia : Lippincott William & Wilkins Munro, J. F & Ford, M. J,
(1993/2001), Introduction to Clinical Examination 6/E. (diterjemahkan oleh
Rusdan Djamil), Jakarta : EGC
Nasissi, Denise. (2010). Hemorrhagic Stroke Emedicine. Medscape, diambil pada
tanggal 1 Juli 2013 pada http://emedicine.medscape.com/article/793821overview
56
!
Universitas Indonesia
57
!
Juli
2013
pada
http://search.proquest.com/docview/1171004429?accountid=17242
Shorey, J. (2005). Functional Electrical Stimulation. Diambil pada tanggal 26
Juni 2013 pada http://www.paralysis.org
Smeltzer, S. C et.al (2005), Brunner&Suddarths: Textbook of Medical Surgical
Nursing.9th. Philadelphia: Lippincott
UNC Hospital. Intracranial Pressure Monitoring.(2005).Diambil 26 Juni 2013.
http//:www.unc.com
Vincent Thamburaj. Intracranial Pressure.(2005).Diambil 27 Juni 2013.
http://www.Rhamburaj.com/assited_ventilation-in-neurosurgery.htm
Universitas Indonesia
!
Lampiran 1
!
Aktivitas
Skala
Nilai
Makan (feeding)
0= Tidak mampu
1= Butuh bantuan memotong,
mengoles mentega dll.
2 = Mandiri
0 = Tergantung orang lain
1 = Mandiri
0 = Membutuhkan bantuan orang
lain
1 = Mandiri dalam perawatan muka,
rambut, gigi, dan bercukur
0 = Tergantung orang lain
1 = Sebagian dibantu (misal
mengancing baju)
2 = Mandiri
0 = Inkontinensia atau pakai kateter
dan tidak terkontrol
1 = Kadang Inkontinensia (maks,
1x24 jam)
2 = Kontinensia (teratur untuk lebih
dari 7 hari)
0 = Inkontinensia (tidak teratur atau
perlu enema)
1 = Kadang Inkontensia (sekali
seminggu)
2 = Kontinensia (teratur)
0 = Tergantung bantuan orang lain
1 = Membutuhkan bantuan, tapi
dapat melakukan beberapa hal
sendiri
2 = Mandiri
0 = Tidak mampu
1 = Butuh bantuan untuk bisa
duduk (2 orang)
2 = Bantuan kecil (1 orang)
3 = Mandiri
0 = Immobile (tidak mampu)
2.
Mandi (Bathing)
3.
4.
Berpakaian (Dressing)
5.
6.
7.
Penggunaan toilet
8.
Transfer
9.
Mobilitas
0
0
Universitas Indonesia
!
Lampiran 1
!
10.
: Mandiri
: Ketergantungan Sedang
5-8
: Ketergantungan Berat
0-4
: Ketergantungan Total
!
!
Universitas Indonesia
!