Anda di halaman 1dari 26

KOMUNIKASI PADA USIA REMAJA

KOMUNIKASI PADA USIA REMAJA


Makalah
Untuk memenuhi mata kuliah Ilmu Keperawatan Dasar II
Dosen Pengampu : Ainur Rochmah, S.Kep. Ns.

1.
2.
3.
4.
5.

Ardiana Nur Aflah


Haqqi Ainun Q
Nur Lailatul Zulfa
Ryan Ade Sudarlan
Yayuk Lestari

Di susun oleh kelompok 6 :


[2013011529]
[2013011539]
[2013011551]
[2013011554]
[2013011562]

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS


PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN
2014

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Komunikasi Terapeutik pada Pasien
Remaja.
Mengingat terbatasnya waktu dan kemampuan yang penulis miliki, maka penulis
menyadari tugas ini masih membutuhkan kritik yang membangun. Oleh karena itu, saran dan
kritik yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini.
Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari bantuan Ibu Ainur Rochmah, S.Kep.,
Ns selaku dosen pembimbing. Maka melalui kesempatan ini, perkenankan penulis
menyampaikan ucapan terimakasih kepada beliau.
Semoga Allah SWT melimpahkan semua bantuan dan keikhlasan beliau yang telah
membantu penulis dalam menyusun tugas makalah ini.

Kudus, Mei 2014

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI......................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...............................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................
1
1.3 Tujuan Masalah .............................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Teori Komunikasi pada Remaja...................................
3
2.2 Proses Prinsip Komunikasi pada Remaja.......................................
4
2.3 Komunikasi Terapeutik pada Remaja ...........................................
5
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Remaja.................
6
2.5 Teknik Komunikasi pada Remaja .................................................
6
2.6 Hambatan dalam Komunikasi pada Remaja..................................
8
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ....................................................................................... 12
3.2 Saran ............................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA

i
ii
iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat anak beranjak remaja, kadang kala orang tua menemukan kesulitan untuk
melakukan komunikasi secara dua arah dengan anak. Masa-masa remaja untuk setiap anak
terkadang mejadi periode yang sulit dan ini dikarenakan anak remaja mulai mengalami
beberapa hal dalam hidupnya seperti mengembangkan identitas mereka sendiri secara
individu. Adanya perubahan biologis dan fisiologis , menghadapi tekanan dari teman
sebayanya mengalami ketertarikan pada lawan jenis, dll. Sementara orang tua juga mulai
merasakan besarnya kekhawatiran pada anak remaja mereka, baik terhadap pergaulannya
maupun perkembangan kepribadiannya. Jadi, bagaimanakah cara terbaik untuk
mengatasinya?
Disaat ini, salah satu cara terbaik adalah orang tua. Orang tua berkomunikasi dengan
anak remaja. Komunikasi yang efektif dengan anak-anak sangat penting dilakukan karena
akan membuat hubungan antara orang tua dan anak tetap terjalin dengan baik meski pun saat
ini sering terjadi pertengkaran antara orang tua dengan anak ataupun komunikasi yang tidak
nyambung. Sebagai orang tua ada beberapa cara yang lebih baik yang dapat dilakukan dari
informasi mengenai remaja yang sedang bermasalah dengan komunikasi.

Berdasarkan pemaparan diatas, dalam makalah ini penulis akan membahas Teori
Komunikasi pada Remaja.
1.2 Rumusan Masalah
11. Apa pengertian Komunikasi pada remaja ?
22. Bagaimana proses prinsip komunikasi pada remaja ?
33. Bagaimana Komunikasi Terapeutik pada Remaja?
44. Bagaimana Teknik Komunikasi pada Remaja?
55. Apa hambatan dalam Komunikasi pada Remaja?

1.3 TujuanPenulisan
11. Mengetahui pengertian komunikasipadaremaja.
22. Mengetahui proses prinsip komunikasipadaremaja.
33. Mengetahui Komunikasi Terapeutik pada Remaja
44. Mengetahui Teknik Komunikasi padaRemaja
55. Mengetahui hambatan dalam Komunikasi pada Remaja

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi
Komunikasi adalah seni penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari
komunikator atau penyampai berita, untuk mengubah serta membentuk perilaku komunikan
atau penerima berita kepola dan pemahaman yang dikehendaki bersama.
Ada beberapa pengertian komunikasi yang di kemukakan oleh beberapa para ahli,
yaaitu :
1. Menurut Edward Depari, komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan
pesan yang disampaikan melalui lambang - lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan
oleh penyampai pesan ditujukan kepada penerima pesan.
2. Menurut James A.F. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha memberikan
pengertian dengan cara pemindahan pesan.
3. Menurut John R. Schemerhom, komunikasi adalah proses antara pribadi dalam mengirim
dan menerima simbol-simbol yang berarti bagi kepentingan mereka.
4. Menurut Dr. Phill Astrid Susanto, komunikasi adalah proses pengoperan lambang-lambang
yang mengandung arti.
5. Menurut Human Relation of Work, Keith Devis, komunikasi adalah proses lewatnya
informasi dan pengertian seseorang ke orang lain.
6. Menurut Oxtord Dictionary (1956), komunikasi adalah pengiriman atau tukar menukar
informasi, ide atau sebagainya.
7. Menurut Drs. Onong Uchjana Effendy, MA, komunikasi mencangkup ekspresi wajah, sikap
dan gerak-gerik suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegraf, telepon dan lainnya.
Masa remaja adalah pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa.Bila
stress, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya dan keluarganya. Menolak orang
yang berusaha menjatuhkan harga dirinya dengan memberi support penuh perhatian.(Nur
Himam, 2012:1)
2.2 Prinsip Komunikasi pada Remaja
1. Cara Membangun Hubungan Yang Harmonis Dengan Remaja
Hal yang sering orang tua lakukan dalam berkomunikasi.Dalam berkomunikasi, orang
tua ingin segera membantu menyelesaikan masalahremaja, ada hal-hal yang orang tua yang
sering lakukan, seperti :
a. Cenderung lebih banyak bicara dari pada mendengarkan,
b. Merasa tau lebih banyak dari pada remaja,
c. Cenderung memberi arahan dan nasihat,
d. Tidak berusaha mendengarkan dulu apa yang sebenarnya terjadi dan yang dialami remaja,
e. Tidak memberikan kesempatan agar remaja mengemukakan pendapat,
f. Tidak mencoba menerima dahulu kenyataan yang dialami remaja dan memahaminya,
g. Merasa putus asa dan marah-marah karena tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan terhadap
remaja.

2. Kunci pokok berkomunikasi dengan remaja


Adapun kunci pokok yang dilakukan orang tua terhadap anaknya yang beranjak
dewasa seperti :
a. Mendengar supaya remaja mau berbicara,
b. Menerima dahulu perasaan remaja,
c. Bicara supaya didengar.
Oleh sebab itu orang tua harus mau belajar dan berubah dalam cara berbicara dan
caramendengar
3. Mengenal Diri Remaja
a. Pahami Perasaan Remaja
Banyak terjadi masalah dalam berkomunikasi dengan remaja, yang disebabkan karena orang
tua kurang dapat memahami perasaan anaknya yang diajak bicara.Agar komunikasi dapat
lebih efektif orang tua perlu meningkatkan kemampuannya dan mencoba memahami
perasaan anak sebagai lawan bicara.
b. Bagaimana memahami perasaan remaja
Untuk memahami perasaan remaja, orang tua harus menerima dulu perasaan dan ungkapan
remaja terutama ketika ia sedang mengalami masalah, agar ia merasa nyaman dan mau
melanjutkan pembicaraan dengan orang tua. Orang tua akan lebih mengerti apa yang
sebenarnya dirasakan remaja.
4. Membuat Remaja Mau Berbicara Pada Orang Tua Saat
Menghadapi Masalah Dan Membantu Remaja Menyelesaikan Masalah.
a. Pesan kamu dan pesan saya
Pesan kamu adalah cara seperti ini bukanlah penyampaian akibat perilaku anak terhadap
orang tua tetapi berpusat pada kesalahan anak cenderung tidak membedakan antara anak dan
perilakunya sehingga membuat anak merasa disalahkan, direndahkan dan di sudutkan.
Pesan saya lebih menekankan perasaan dan kepedulian orang tua sebagai akibat perilaku anak
sehingga anak belajar bahwa setiap perilaku mempunyai akibat terhadap orang lain. Melalui
pesan saya akan mendorong semangat anak, mengembangkan keberaniannya, sehingga anak
akan merasa nyaman.
b. Menentukan masalah siapa
Ketika menghadapi remaja sebagai lawan bicara yang bermasalah, kita perlu mengetahui
masalah siapa ini. Hal ini perlu dibiasakan karena :
1) Kita tidak mungkin menjadi seorang yang harus memecahkan semua masalah.
2) Kita harus mengajarkan kepada remaja rasa tanggung jawab dalam memecahkan masalahnya
sendiri.
3) Kita perlu membantu remaja untuk tidak ikut campur urusan orang lain.
4) Anak perlu belajar mandiri
Setelah mengetahui masalah siapa maka akibatnya siapa yang punya masalah harus
bertanggung jawab untuk menyelesaikannya.Bila masalah itu adalah masalah remaja maka
tekhnik yang digunakan adalah mendengar aktif.
2.3 Komunikasi Terapeutik pada Remaja

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Dalam melakukan komunikasi pada remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai


aspek diantaranya adalah usia tumbuh kembang remaja, cara berkomunikasi dengan anak
remaja, metode berkomunikasi dengan anak remaja. Peran orang tua dalam membantu proses
komunikasi dengn remaja sehingga bisa di dapatkan informasi yang benar dan akurat.
Pada remaja, pola pikir dan tingkah laku peralihan dari anak ke dewasa
Bila stres, diskusi tentang masalahnya dengan teman sebaya, orang dewasa Diluar keluarga
dan terbuka terhadap perawat.
Menolak orang yang berusaha menjatuhkan harga dirinya
Beri support penuh perhatian
Jangan melakukan intrupsi
Ekspresi wajah tidak menunjukkan heran
Hindari pertanyaan yang menimbulkan rasa malu (jaga privasi)

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi pada Remaja


a. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka komunikasi berlangsung secara efektif.
b. Pengetahuan
Semakin banyak pengetahuan yang didapat maka komunikasi berlangsung secara efektif.
c. Sikap
Sikap mempengaruhi dalam berkomunikasi.Bila komunikan bersifat pasif/tertutup maka
komunikasi tidak berlangsung secara efektif.
d. Usia tumbuh kembang status kesehatan anak
Bila ingin berkomunikasi, maka harus disesuaikan dengan tingkat usia agar komunikasi
tersebut berlangsung secara efektif.
e. Saluran
Saluran sangat penting dalam berkomunikasi agar pesan dapat tersampaikan ke komunikan
dengan baik.
f. Lingkungan
2.5 Teknik Komunikasi pada Remaja
Komunikasi dengan remaja merupakan sesuatu yang penting dalam menjaga
hubungan dengan remaja, melalui komunikasi ini pula perawat dapat memudahkan
mengambil berbagai data yang terdapat pada diri remaja yang selanjutnya dapat diambil
dalam menentukan masalah keperawatan. Beberapa cara yang digunakandalam
berkomunikasi dengan remaja, antara lain :
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh remaja dalam menumbuhkan kepercayaan
diri remaja, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang
tua secara langsung yang sedangberada disamping anak. Selain itu dapat digunakan dengan
cara memberikan komentar tentang sesuatu.
2. Bercerita

3.

4.

5.

6.

7.

Melalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak remaja dapat mudah diterima,
mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya
sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang akan diekspresikan melalui tulisan.
Memfasilitas
Memfasilitasi adalah bagian cara berkomunikasi, malalui ini ekspresi anak atau respon anak
remaja terhadap pesan dapat diterima, dalam memfasilitasi kita harus mampu
mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan , tetapi anak harus diberikan respons
terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan
mereflisikan ungkapan negatif yang menunjukan kesan yang jelek pada anak remaja tersebut.
Meminta untuk menyebutkan keinginan
Ungkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak dengan meminta anak untuk
menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan
tersebut dapat menunjukan persaan dan pikiran anak pada saat itu.
Pilihan pro dan kontra
Penggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukkan atau mengetahui
perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang
positif dan negatif yang sesuai dengan pendapat anak remaja.
Penggunaan skala
Pengunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada
anak seperti pengguaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan
anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.
Menulis
Melalui cara ini remaja akan dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah
atau lainnya dan biasanya banyak dilakukan pada remaja yang jengkel, marah dan diam.

2.6 Hambatan dalam Komunikasi pada Remaja


Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusiadalam
melakukan interaksi dengan sesama.Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang kita
lakukan menjadi tidak efektif karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita
diterima.Hal ini terjadi karena setiap manusia mempunyai keterbatasan dalam menelaah
komunikasi
yang
disampaikan.
Kesalahan dalam menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu:
1. Hambatan Fisik :
a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten.
Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat kepada lawan bicara, tetap dengan
aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita-, mampengaruhi porses
komunikasi yang berlangsung.
b. Gangguan. Noises
Gangguan ini bisa berupa suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh,
dan lain sebagainya.
c. Gangguan fisik (gagap, tuli, buta).

d.

e.

f.

g.

2.
a.

b.

c.

d.

e.

Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya yang dialami
oleh seorang Remaja. Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul
lain yang perlu digali.Sebagai perawat, kita harus siap menerima kenyataan tersebut seraya
mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi dengan remaja tersebut, misalnya
dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat pahami.
Teknik bertanya yang buruk.
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali
pemahaman orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain. Oleh
karena itu, kembangkan selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu
memiliki modalitas belajar yang berbeda-beda.
Teknik menjawab yang buruk.
Kesulitan seseorang memahami materi yang disampaikan karena komunikator tidak mampu
menjawab dengan baik.Pertanyaan bukannya dijawab, melainkan dibiarkan.Pertanyaan justru
dijawab tidak tepat.Salah satu teknik menjawab yang buruk adalah komunikator tidak
memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan lalu langsung di jawab oleh
komunikator.
Kurang menguasai materi.
Ini faktor yang sangat jelas.Begitu kita tidak menguasai materi, itulah hambatan
komunikasi.Kompetensi profesional salah satu maknanya adalah menguasai materi secara
mendalam bahkan ditambahkan lagi, meluas.
Kurang persiapan.
Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran dapat optimal jika tidak
menyiapkan perencanaan dengan baik
Hambatan Psikologis :
Mendengar.
Biasanya kita mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di
sekeliling kita, namun tidak semua yang kita dengar dan tanggapi.Informasi yang menarik
bagi kita, itulah yang ingin kita dengar.
Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui.
Seringkali kita mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide, gagasan
dan pandangan kita padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide kita, padahal ada
kalanya gagasan kita yang kurang benar.
Menilai sumber.
Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi.Jika ada seorang remaja yang
memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya.
Pengaruh emosi.
Pada keadaan marah, remaja akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun berita atau
informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya.
Kecurigaan.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka pada semua orang.Hendaklah berpikir baik atau positif
bahwa materi ini bisa dipahami oleh remaja. Komunikator curiga pada komunikan akan
membawa suasana pembelajaran tidak kondusif.

f. Tidak jujur.
Karakter dasar komunikator mestilah ditampilkan selama pembelajaran komunikasi pada
remaja berlangsung dan juga di luar pembelajaran.Kita harus jujur.Jangan bohong. Jujurlah
jika memang tidak tahu
g. Tertutup.
Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses pembelajaran,
sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu diperlukan kerjasama,
keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan.
h. Destruktif.
Jelas sikap ini akan menjadi penghambat aliran komunikasi pada remaja. Cegahlah sedini
mungkin oleh kita.Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera penanganannya secara
bijak atau sesuai prosedur yang berlaku.
i. Kurang dewasa.
Kita memang perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika kita
berbicara dengan anak-anak, karena kita berkomunikasi dengan seorang remaja.mampu,
tetapi ada hambatan psikologi.
3. Semantik :
a. Persepsi yang berbeda.
b. Kata yang berartilain bagi orang yang berbeda.
c. Terjemahan yang salah.
d. Semantik yaitu pesan bermakna ganda.
e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
(Nailul Himmah, 2013:03)

BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang
disampaikan melalui lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai
pesan ditujukan kepada penerima pesan. Tujuan komunikasi yaitu pesan yang disampaikan
oleh komunikator dapat dimengerti oleh si komunikan. Dalam melakukan komunikasi pada
anak dan remaja, perawat perlu memperhatikan berbagai aspek diantaranya adalah cara
berkomunikasi dengan anak, tehnik komunikasi, tahapan komunikasi dan faktor yang
mempengaruhi komuikasi.
Seperti pada anak dan remaja dalam berkomunikasinya sedang membentuk jati
dirinya, dia akan lebih diam dengan orang yang dianggapnya tidak sama dengan dia. Masa
remaja merupakan masa-masa panjang yang dialami seorang anak. Saat remaja mereka mulai
mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun non fisik dalam kehidupan mereka.
B. Saran
Adapun saran yang ingin penulis sampaikan dengan penulisan makalah ini yaitu :
1. Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan remaja lebih efektif karena telah mengetahui
bagaimana prinsip dan strategi berkomunikasi dengan remaja, serta mengetahui hambatan
yang akan ditemui pada saat akan berkomunikasi dengan remaja
2. Mahasiswa mampu menerapkan tehnik-tehnik komunikasi, cara berkomunikasi, tahapan
komunikasi serta faktor yang menghambat komunikasi pada anak dan remaja.
3. Mahasiswa dapat menjelaskan komunikasi pada remaja.

DAFTAR PUSTAKA
Himam, Nur. Komunikasi pada Anak dan
Remaja.keperawatan19.blogspot/2012/12/komunikasi-pada-anak-remaja-bab-i.html(20 Mei
2014)
Himmah, Nailul. Hambatan pada Komunikasi. Nailulnailul.blogspot.com/2012/08.Hambatan-dalam-komunikasi.html(20 Mei 2014)

KOMUNIASIPADAREMAJA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya memerlukan interaksi dengan
orang lain. Untuk berinteraksi juga membutuhkan komunikasi yang baik. Bagi sebagian orang tua,
inilah masa yang bisa cukup sulit, terutama dalam hal membangun komunikasi dengan anak
remaja.Karakteristik pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan
transisibiologis yaitu perubahan fisik yang terjadi pada remaja. Menurut Hewitt (1981, tujuan
penggunaan proses komunikasi secara spesifik, yaitu mempelajari atau mengajarkan sesuatru,
mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan, menjelaskan perilaku sendiri atau
perilaku orang lain, hubungan dengan orang lain, menyelesaikaan sebuah masalah, mencapai
sebuah tujuan, menurunkan tegangan dan menyelesaikan konflik, menstimulasi minat pada diri
sendiri atau orang lain. Dengan hal tersebut maka sangatlah penting seorang perawat untuk dapat
melakukan komunikasi secara efektif. Peran perawat dalam melakukan komunikasi pada remaja
adalah hubungan yang terapeutik antara perawat dan klien akan pengalaman belajar dan juga
merupakan pengalaman koreksi terhadap komunikasi klien. Disini perawat sebagai tim pelaksana
dalam melakukan penyusunan asuhan keperawatan membina hubungan interpersonal yang sepaham
dan saling bergantung dengan orang lain, peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan
kebutuhan serta mencapai tujuan realistis yang jelas dan peningkatan intgritas diri. Dari latar
belakang diatas, dijelaskan bahwa komunikasi seorang perawat pada usia remaja adalah hubungan
yang terapeutik antara perawat dan klien akan pengalaman belajar dan juga merupakan pengalaman
koreksi terhadap komunikasi klien. Oleh alasan itulah penulis ingin membahas makalah ini dengan
judul komunikasi pada usia remaja.Agar pembaca dapat mengetahui bagaimana cara yang efektif
berkomunikasi dengan anak usia remaja. 1.2 Rumusan Masalah Latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas menimbulkan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana cara yang efektif
berkomunikasi pada usia remaja? 2. Hambatan apa ketika seseorang berkomunikasi pada usia
remaja? 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan dan penyusunan makalah ini adalah sebagai
berikut: 1. Agar dapat mengetahui cara yang efektif berkomunikasi pada usia remaja. 2. Agar dapat
mengetahui hambatan seseorang berkomunikasi pada usia remaja. 1.4 Manfaat Penulisan Adapun
manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan yang
luas akan komunikasi pada usia remaja. 2. Mahasiswa dapat memahami hambatan seseorang
berkomunikasi pada usia remaja. 1.5 Metode Penulisan Dalam penulisan ini penulis menggunakan
metode penulisan dengan browsing di internet dan studi pustaka. 1.6 Sistematika Penulisan Dalam
Penyusunan makalah ini penulis menggunakan beberapa bagian-bagian sistematika penulisan
sebagai berikut: a) Bagian formalitas, terdiri dari halaman judul, kata pengantar dan daftar isi. b)
Bagian isi terdiri dari: BAB I pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, sistematika penulisan. BAB IIkajian pustaka,
meliputi: pengertian komunikasi, bentuk-bentuk komunikasi, pengertian remaja, tugas-tugas
perkembangan pada usia remaja. BAB III pembahasan, meliputi: berkomunikasi pada usia remaja,
cara efektif berkomunikasi pada usia remaja, hambatan komunikasi pada usia remaja. BAB
IVpenutup, meliputi: simpulan dan saran. c) Bagian akhir, berisi daftar pustaka yang digunakan
penulis dalam mencari resensi. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Ada beberapa
pengertian komunikasi menurut para ahli, yaitu sebagai berikut: a. Menurut Hedward Depari,
komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan dan pesan yang disampaikan melalui
lambang-lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampaian pesan ditujukan kepada
penerima pesan. b. Menurut James AF. Stoner, komunikasi adalah proses dimana seorang berusaha
memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. c. Menurut John R. Schemerhom,
komunikasi adalah proses antara pribadi dalam mengirim danmenerima simbol-simbol yang berarti
bagi kepentingan mereka. Secara umum komunikasi dapat disebutkan sebagai proses pengiriman
dan penerimaan kabar atau berita (informasi) antara dua orang atau lebih dengan cara efektif,
sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan mengaju kepada beberapa definisi
komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan atau pengetahuan kepada pihak lain. Dengan

mengacu beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh paraahlinya, secara ringkas dapat
disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian informasi, gagasan, pengetahuan kepada orang
lain. Walaupun definisi tersebut tidak mengungkapkan apakah alat-alat dan perlengkapan yang
digunakan, kita anggap saja bahwa yang dimaksudkan termasuk pula penggunaan alat
perlengkapannya (Barata, 2003:54). 1.2 Bentuk-bentuk Komunikasi Bentuk komunikasi dapat verbal,
non-verbal atau abstrak. Komunikasi verbal dapat melibatkan bahasa dan ekspresinya, vokalisasi
dalam bentuk tertawa, merintih atau berteriak atau implikasi dari hal-hal yang tidak dikatakan dalam
apa-apa yang tidak dikatakan. Komunikasi non-verbal sering disebut bahasa tubuh dan meliputi posisi
tubuh, pergerakan, ekspresi wajah, postur tubuh dan reaksi. Komunikasi abstrak dapat berbentuk
permainan, ekspresi, artistik, simbol, foto, dan pilihan pakaian. Karena komunikasi verbal
memungkinkan digunakannya kontrol kesadaran yang lebih besar maka komunikasi verbal
menunjukkan indikator perasaan sebenarnya yang kurang dapat diterima, terutama perasaan anakanak (Wong et al, 2008:138). Banyak faktor yang mempengaruhi proses komunikasi. Agar sukses
(sesuai dengan yang diharapkan), komunikasi harus dengan situasi, waktu yang tepat, dan
diungkapkan dengan jelas. Hal ini menunjukkan bahwa perawat memahami dan menggunakan
teknik-teknik komunikasi yang efektif, termasuk teknik mendengarkan. Pesan verbal dan nonverbal
harus sama yaitu dua atau lebih pesan yang dikirimkan melalui tingkat yang berbeda tidak boleh
bertolak belakang. Isu penting dalam komunikasi adalah membiarkan saluran tetap terbuka dan
memeriksa persepsi dengan sering untuk mengkaji kualitas pemahaman (Wong et al, 2008:138). 1.3
Pengertian Remaja Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.
Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah 12 ampai 24 tahun, namun pada usia remaja
seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa dan bukan lagi remaja. Sebaliknya jika
usia sudah bukan lagi remaja tetapi masih tergantung pada orang tua (tidak mandiri), maka tetap
dimasukkan kedalam kelomppok remaja. Remaja merupakan tahapan seseorang dimana ia berada
dianatara fase anak dan dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik, perilaku, kognitif, biologis dan
emosi. Untuk mendeskripsikan remaja dari waktu ke waktu memang berubah sesuai perkembangan
zaman (Efendi dan Makhfudli,2004:221). Gunarsa dan Gunarsa (2001) menyatakan bahwa remaja
adalah masa peralihandari masa anak-anak menuju masa dewasa dengan usia 11 sampai 21 tahun,
disertai dengan perubahan fisik, kepribadian, kognitif, psikososial dalam rangka pembentukkan
identitas diri. Suatu analisis yang dikemukakan oleh Monks, Knoers, dan Haditono (1996) mengenal
semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara usia 12-21
tahun yaitu usia 12-15 tahun: masa usia remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja madya, 18-21 tahun:
masa remaja akhir, akan mengemukakan banyak faktor yang masing-masing perlu mendapat tinjauan
sendiri (Satiadarma,2004:62). 1.4 Tugas Perkembangan pada Usia Remaja Menurut Havighurst
(dikutip oleh Sarwono,1997) Tugas perkembangan remaja yaitu: a) Menerima kondisi fisiknya dan
memanfaatkan tubuhnya secara efektif. b) Menerimahubungan yang lebih matang dengan teman
sebayanya dari jenis kelamin manapun. c) Menerima peran jenis masing-masing (laki-laki atau
perempuan). d) Berusaha melepaskan diri dari ketergantungan emosi terhadap orang tua dan orang
dewasa lainnya. e) Mempersiapkan karir ekonomi. f) Mempersiapkan perkawinan dan kehidupan
berkeluarga. g) Merencanakan tingkah laku sosial yangbertanggungjawab. h) Mencapai sistem nilai
dan etika tertentu sebagai pedoman tingkah lakunya. Selanjutnya Havighurst (dikutip oleh Sarwono,
1997) mengemukakan bahwa tercapai atau tidaknya tugas-tugas perkembangan diatas ditentukan
oleh 3 faktor yaitu kematangan fisik, desakan dari masyarakat, dan motivasi dari individu yang
bersangkutan (Satiadarma,2004:62). BAB III PEMBAHASAN 3.1 Berkomunikasi dengan Remaja
Remaja (usia 12 tahun lebih) menggunakan komunikasi verbal yang canggih (misalnya komunikasi
menggunakan media elektronik seperti sms, bbm, twitter, e-mail, facebook) meskipun perilaku mereka
belum menunjukkan tingkat komunikasi, kognitif atau kematangan lebih tinggi. Remaja bisa
berespons terhadap pendekatan-pendekatan verbal dengan satu suku kata. Sikap berdiam diri,
marah atau tingkah laku lain perawat harus menghindari kecenderungan untuk beresponsminimal dan
perilaku sosial yang diharapkan dengan menyelidik, konfrontasi, sikap terus bertanya, atau sikapsikap yang menghakimi. Mempermudah kontak awal dengan diskusi mengenal teman, hobi, sekolah

dan keluarga dapat memberikan waktu bagi remaja yang gelisah untuk menyesuaikan diri.
Keterbukaan dapat terjadilebih mudah jika remaja dan perawat terlihat dalam aktivitas bersama
(Engel,2008:7-8). Sangat bermanfaat untuk menanyakan kepada remaja apa yang mereka ketahui
tentang kontak kesehatan dan untuk menjelaskan rasional dari pengkajian kesehatan. Remaja
mungkin mempunyai perhatian terhadap privasi dari kerahasiaan, dan kesempatan harus diberikan
untuk melengkapi beberapa atau semua pengkajian tanpan kehadiran orang tua. Perawat wanita
perlu sensitif terhadap potensi rasa malu remaja putra saat diperiksa perawat wanita dan berikan
selimut penutup serta meminimalkan sentuhan. Parameter kerahasiaan harus dijelaskan terutama
harus dijelaskan bahwa informasi yang disampaikan bersifat rahasia kecuali perlu dilakukan
intervensi. Remaja cenderung menfokuskan perhatian pada citra diri dan fungsi tubuh, dan bila sesui
harus diberikan umpan balik dari pengkajian. Diagram dan model dapat meningkatkan umpan balik.
Walaupun remaja tingkat pemahan dan kosa kata yang tinggi, mereka dapat berfungsi secara tidak
konsisten pada tingkat kognitif yang lebih tinggi, rinci, dan teknis. Remaja yang sadar diri mungkin
engganbertanya untuk klarifikasi penjelasan yang tidak dimengerti (Engel,2008:7-8). Perkembangan
komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi atau berdebat dan sudah
mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan perasaan malu, pada anak usia sering
kali merenung kehidupan tentang masa depan yang direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini
pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat
masa ini adalah masa peralihan anak menjadi dewasa. 3.2 Cara Komunikasi yang Efektif pada Usia
Remaja Adapun cara komunikasi antara orang tua dan anak yang efektif pada usia remaja yaitu
meliputi: (Sofia Retnowati, 2013:3) 1. Membukapintu, yaituungkapanorangtua yang
memungkinkananakuntukmembicarakanlebihbanyak, mendoronganakuntukmendekat dan
mencurahkanisihatinya. Dan yang pentingmenumbuhkan pada anak rasa diterima dan dihargai.
Beberapapernyataan yang bersifatmembuka antara lain: Saya mengerti.. Ya..hm.. Oh ya.. Coba
ceritakanlebihbanyak..ibukoqtertarik ya..Kelihatannyakamuseneng ya.. 2. MendengarAktif,
kemampuanorangtuauntukmenguraikanperasaananakdengantepat,
jadiorangtuamengertiperasaananak, yang dikirimanaklewatbahasa verbal maupunnonverbalnya.
Keuntungandarimendengaraktif, anataralain: mendorongterjadinyakatarasis;
menolonganaktidaktakutterhadapperasaan (positif-negatif); mengembangkanhubungan yang
sangatdenganorangtua; memudahkananakmemecahkanmasalahnya;
meningkatkankemampuananakuntukmendengarpendapatorangtua;
meningkatkantanggungjawabanak 3. Komunikasidenganempatik, prinsipKomunikasiEmpatik:
Berusahamengertilebihdahulu, barudimengerti .Dalammendengarkanempatik,
kitasebagaiorangtuaberusahamasukkedalamkerangkapikiran, perasaananakremajakita. Kita sebagai
orang tua, tidak hanya mendengar dengan telinga, tapi dengan mata dan hati. Hati kita merasakan,
memahami, menyelami dan berintuisi dengan permasalahan yang sedang dialami oleh anak remaja
kita. Mata kita mengamati pesan-pesan nonverbal yang diekspresikan oleh anak kita. Kita
menggunakan otak kanan sekaligus otak kiri. Mendengar Empatik adalah mendengar untuk mengerti
baik secara emosional sekaligus intelektual, bukan dengan maksud untuk menjawab, mengendalikan
atau memanipulasi orang lain. Memang tidak mudah untuk dapat menjalin komunikasi yang positif
dengan anak remaja kita yang sedang mengalami berbagai gejolak dalam dirinya. Tetapi tidak berarti
tidak bisa. Pemahaman dan pengertian kita sebagai orang tua atas kesulitan-kesulitan yang sedang
dialami anak remaja kita, merupakan hal sangat penting. Anak remaja kita membutuhkan pengertian
dari orangtuanya bahwa ia sedang mengalami proses perubahan.Sikap ini akan mendukung
terjalinnya komunikasi yang positif dengan anak remaja. 3.3 Hambatan Komunikasi pada Remaja
Komunikasi merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi manusia dalam melakukan interaksi
dengan sesama. Kita pada suatu waktu merasakan komunikasi yang kita lakukan menjadi tidak efektif
karena kesalahan dalam menafsirkan pesan yang kita diterima. Hal ini terjadi karena setiap manusia
mempunyai keterbatasan dalam menelaah komunikasi yang disampaikan. Kesalahan dalam
menafsirkan pesan bisa disebabkan karena tiga hal yaitu: (Nailul Himmah, 2013:2) 1. Hambatan
Fisik : a. Sinyal nonverbal yang tidak konsisten. Gerak-gerik kita ketika berkomunikasi tidak melihat

kepada lawan bicara, tetap dengan aktivitas kita pada saat ada yang berkomunikasi dengan kita dan
mampengaruhi proses komunikasi yang berlangsung. b. Gangguan Noises Gangguan ini bisa berupa
suara yang bising pada saat kita berkomunikasi, jarak yang jauh, dan lain sebagainya. Dapat saja ini
menjadi faktor penentu materi komunikasi kita tidak dipahami. Anda terus menyampaikan materi
sementara kegaduhan pun Anda biarkan. Buatlah aturan yang disepakati agar kegaduhan tidak
berlangsung tanpa kendali. Tidak apa-apa ada kegaduhan. Namun, jangan dibiarkan terlalu lama.
Gaduh untuk jangka waktu 1 menit. Setelah itu, fokus lagi dalam pembelajaran. c. Gangguan fisik
(gagap, tuli, buta). Adanya gangguan fisik seperti gagap, tunawicara, tunanetra, dan sebagainya.
Terimalah mereka apa adanya. Mereka pasti memiliki potensi unggul lain yang perlu digali. Anda
harus siap menerima kenyataan tersebut seraya mencari cara agar tidak terjadi hambatan komunikasi
misalnya dengan cara belajar bahasa yang mereka dapat pahami. d. Teknik bertanya yang buruk.
Ternyata kita yang tidak memiliki kemampuan bertanya, tidak akan sanggup menggali pemahaman
orang lain, tidak sanggup mengetahui apa yang dirasakan orang lain. Oleh karena itu, kembangkan
selalu teknik bertanya kepada orang lain. Bahwa setiap individu memiliki modalitas belajar yang
berbeda-beda. e. Teknik menjawab yang buruk. Kesulitan seseorang memahami materi yang
disampaikan karena komunikator tidak mampu menjawab dengan baik. Pertanyaan bukannya
dijawab, melainkan dibiarkan. Pertanyaan justru dijawab tidak tepat. Salah satu teknik menjawab
yang buruk adalah komunikator tidak memberikan kesempatan individu menyelesaikan pertanyaan
lalu langsung di jawab oleh komunikator. f. Kurang menguasai materi. Ini faktor yang sangat jelas.
Begitu Anda tidak menguasai materi, itulah hambatan komunikasi Anda. Kompetensi profesional
salah satu maknanya adalah Anda menguasai materi secara mendalam bahkan ditambahkan lagi,
meluas. g. Kurang persiapan. Bagaimana mungkin proses penyampaian materi atau pembelajaran
dapat optimal jika kita tidak menyiapkan perencanaan dengan baik. Oleh karena itu, pastikan bahwa
kita telah merencanakan pembelajaran. 2. Hambatan Psikologis : a. Mendengar. Biasanya kita
mendengar apa yang ingin kita dengar. Banyak hal atau informasi yang ada di sekeliling kita, namun
tidak semua yang kita dengar dan tanggapi. Informasi yang menarik bagi kita, itulah yang ingin kita
dengar. b. Mengabaikan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita ketahui. Seringkali kita
mengabaikan informasi yang menurut kita tidak sesuai dengan ide, gagasan dan pandangan kita
padahal kalau dicermati sangat berhubungan dengan ide kita, padahal ada kalanya gagasan kita
yang kurang benar. c. Menilai sumber. Kita cenderung menilai siapa yang memberikan informasi. Jika
ada anak kecil yang memberikan informasi tentang suatu hal, kita cenderung mengabaikannya. d.
Pengaruh emosi. Pada keadaan marah, seseorang akan kesulitan untuk menerima informasi. apapun
berita atau informasi yang diberikan, tidak akan diterima dan ditanggapinya. e. Kecurigaan.
Kembangkanlah sikap berbaik sangka apakali semua orang. Kita hendaklah berpikir baik atau positif
bahwa materi ini bisa dipahami oleh semua orang. Komunikator curiga pada komunikan akan
membawa suasana pembelajaran tidak kondusif. f. Tidak jujur. Karakter dasar komunikator mestilah
ditampilkan selama pembelajaran berlangsung dan juga di luar pembelajaran. Kita harus jujur. Jangan
bohong. Jujurlah jika memang tidak tahu. Ilmu itu sangat banyak. Sarana memperoleh ilmu pun
sangat beragam. g. Tertutup. Jika ada kita yang memiliki sikap tertutup atau introvert dalam proses
pembelajaran, sebaiknya jangan menjadi komunikator. Sebab dalam proses itu diperlukan kerjasama,
keterbukaan, kehangatan, dan keterlibatan. h. Destruktif. Jelas sikap ini akan menjadi penghambat
aliran komunikasi. Cegahlah sedini mungkin oleh kita. Jika sikap destruktif itu muncul, lakukan segera
penanganannya secara bijak atau sesuai prosedur yang berlaku. i. Kurang dewasa. Kita memang
perlu menyadari sikapnya dalam proses pembelajaran. Bedakan ketika kita berbicara dengan anakanak, remaja atau dengan orang yang lebih tua. j. Kurang respek. Kurang menghormati. Belajarlah
dengan kondisi realitas yang ada. Bahwa audien adalah manusia yang perlu diakui potensinya, perlu
diapresiasi kemampuannya sekecil apa pun, perlu diselamatkan dari upaya penghakiman di hadapan
individu lainnya. Seseorang tidak mampu memahami pembelajaran bukan karena tidak mampu, tetapi
ada hambatan psikologi. k. Kebiasaan menjadi pembicara dan pendengar yang buruk. Semua ada
ilmunya. Menjadi pembicara dan pendengar yang baik pun, ada ilmunya. Oleh sebab itu, jadilah
individu yang selalu belajar. Termasuk belajar menjadi pembicara yang baik dan pendengar yang

baik. 3. Semantik : a. Persepsi yang berbeda. Komunikasi tidak akan berjalan efektif, jika persepsi si
pengirim pesan tidak sama dengan si penerima pesan. Perbedaan ini bahkan bisa menimbulkan
pertengkaran, diantara pengirim dan penerima pesan. Setiap individu memiliki latar belakang yang
berbeda. Itu adalah wajar dan real. Yang perlu dilakukan adalah kesepakatan antara komunikator dan
komunikan bahwa inilah tujuan komunikasi yang ingin kita raih. Oleh karena itu, sampaikanlah tujuan
tersebut kepada komunikan dengan jelas. b. Kata yang berarti lain bagi orang yang berbeda. Kita
sering mendengar kata yang artinya tidak sesuai dengan pemahaman kita. Seseorang menyebut
akan datang sebentar lagi, mempunyai arti yang berbeda bagi orang yang menanggapinya. Sebentar
lagi bisa berarti satu menit, lima menit, setengah jam atau satu jam kemudian. Pastikanlah kita
menggunakan bahasa pengantar yang bisa dipahami oleh orang lain (komunikan). Hindari
menggunakan istilah yang tidak diketahui komunikan. Jika ingin menggunakan istilah, jelaskanlah
padanannya dengan bahasa yang mudah dipahami. Kita akan mudah menjelaskan materi jika dibantu
dengan bahasa komunikan. c. Terjemahan yang salah. Ada kalanya dalam komunikasi terdapat istilah
asing yang belum diketahui oleh kita. Kita jangan merasa malu jika memang belum tahu. Ambillah
kamus bahasa Indonesia atau kamus istilah umum atau istilah dalam bidang studi tertentu sebagai
sahabat dalam menerjemahkan kata atau istilah yang tidak diketahui. d. Semantik yaitu pesan
bermakna ganda. Anda pastilah mengetahui bahwa ada kemungkinan pesan yang dikirim bermakna
ganda, lebih dari 1 arti. Inilah salah satu penyebab miscommunication. Contoh Untuk memahami
materi Hipertensi pada lanjut usia tadi, kerjakanlah 10 soal pada buku yang kamu pegang
Informasi perintah ini tidak jelas. Buku yang mana yang dimaksud? Halaman berapa? Hindari
penggunaan kalimat bermakna ganda. e. Belum berbudaya baca, tulis, dan budaya diam.
Penyampaian materi pembelajaran Anda agar maksimal perlu ditunjang dengan pelaksanaan budaya
yang baik di dalam kelas. Tumbuhkan kebiasaan bahwa ketika Anda menjelaskan, peserta didik
memperhatikan. Ketika Anda meminta mereka menjawab, mereka memberikan respons jawaban.
Ketika seorang peserta didik sedang menjawab, peserta didik lain diminta menyimak. Jangan sampai
sebaliknya, ketika Anda sedang menjelaskan, para peserta didik justru saling berbicara. Ketika
mereka disuruh bertanya, tidak satu pun bertanya. Bahkan Anda dapat menumbuhkan budaya saling
koreksi jawaban antar peserta didik dapat dilakukan di bawah bimbingan Anda. BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan pada BAB III menyimpulkan bahwa: komunikasi adalah
suatu proses penyampaian informasi, gagasan atau pengetahuan kepada pihak lain. Remaja ialah
masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. bentuk komunikasi ada 2: Verbal dan non-verbal.
Remaja (usia 12 tahun lebih) menggunakan komunikasi verbal yang canggih, meskipun perilaku
mereka belum menunjukkan tingkat komunikasi, kognitif atau kematangan lebih tinggi. Adapun
hambatan komunikasi: hambatan fisik, hambatan psikologi dan hambatan semantik atau hambatan
dalam mengartikan. 4.2 Saran Berdasarkan pembahasan diatas penulis menyarankan kepada para
remaja untuk melakukan komunikasi yang sesuai kepada orang tua atau teman sebaya. Dan
menyarankan kepada orang tua untuk mendidik anaknya cara berkomunikasi yang benar dan sesuai
dengan tingkatan DAFTAR PUSTAKA Wong, Dona L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik Vol 1
Wong. EGC: Jakarta Montyp, Satiadarma. 2004. Jurnal Provitae. Buku Obor: Jakarta Barata, Atep
Adya. 2003. KOMUNIKASI. Elek Media Komputindo: Jakarta Engel, Joyce. 2008. Pengkajian
Pediatrik. EGC: Jakarta Shofia, Retnowati. 2013. (Online), (https://www.google.com/search?
q=hambatan+komunikasi+pada+usia+remaja&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:enUS:official&client=firefoxbeta&channel=sb#channel=sb&q=cara+komunikasi+pada+usia+remaja&rls=org.mozilla:enUS:official, Diakses pada tanggal 19 Mei 2014. Pukul 20:00) Himmah, Nailul. 2013. (Online),
(http://nailul-nailul.blogspot.com/2012/08/hambatan-dalam-komunikasi.html, Diakses pada tanggal 19
Mei 2014. Pukul 20:23

komunikasi pada anak-anak sampai remaja

KOMUNIKASI PADA ANAK-ANAK DAN KELUARGA


A. Definisi
Komunikasi adalah kontak atau hubungan atau penyampaian berita atau penerimaan
berita yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang memungkinkan pesan atau berita itu
biasa diterima atau dipahami.
Komunikasi terapeutik adalah hubungan interpersonal perawat-klien (anak)
merupakan proses belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.
Secara umum komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif
mempengarui praktek-praktek kesehatan populasi besar sasaran utama
Keluarga merupakan orang yang paling dekat dan paling bertanggung jawab terhadap
perilaku masa depan anak khususnya untuk anak usia 5 hingga 12 tahun. Karena dari
keluargalah anak belajar membentuk emosi dan karakter dirinya sendirinya. Jadi, sangat
penting menjaga hubungan komunikasi keluarga dan perkembangan emosi anak usia 5-12
tahun demi tercipta masa depan yang baik dan damai.
Komunikasi pada anak merupakan bagian penting dalam membangun kepercayaan
diri kita dengan anak. Melalui komunikasi akan terjalin rasa percaya, rasa kasih sayang, dan
selanjutnya anak akan merasa memiliki suatu penghargaan pada dirinya. Banyak ahli
komunikasi memberikan pengertian tentang komunikasi seperti komunikasi merupak
pengiriman atau tukar menukar informasi, ide atau lainnya yang dapat memberikan suatu
pengetahuan tentang ide atau informasi yang disampaikan. Melalui pengertian tersebut
terdapat istilah pertukaran informasi yang berarti dalam komunikasi melibatkan lebih dari
satu orang dalam menyampaikan informasi, atau ide yang ada.sehingga istilah komunikasi
banyak dikaitkan dengan istilah terapeutik atau dikenal dengan nama komunikasi terapeutik
yang menurut Stuart dan Sundeen tahun 1987 merupakan suatu cara untuk membina
hubungan yang terapeutik yang diperlukan untuk pertukaran informasi dan perasaan, yang
dapat mempengaruhi perilaku orang lain, mengingat keberhasilan tindakan keperawatan
tergantung kepada proses komunikasi.
Sedangkan secara umum komunikasi anak merupakan proses pertukaran informasi
yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam
pertukaran informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. Dalam tinjauan ilmu
keperawatan anak, anak merupakan seseorang yang membutuhkan suatu perhatian dan kasih
sayang, sebagai kebutuhan khusus anak yang dapat dipenuhi dengan cara komunikasi baik
secara verbal maupun nonverbal yang dapat menumbuhkan kepercayaan pada anak sehingga
tujuan komunikasi dapat tercapai.
B. Tekhnik Komunikasi secara umum
1. Melalui orang lain atau pihak ketiga
Menghindari berkomunikasi langsung dengan melibatkan orangtua secara langsung yang
berada di sampingnya.Selain itu dapat digunakan dengan mengomentari tentang mainan, baju
yang sedang dipakainya serta lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok
pembicaraan.

2. Bercerita
Dengan cara ini, pesan yang akan disampaikan dengan mudah dapat diterima oleh anak
mengingat anak sangat suka dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai
dengan pesan yang disampikan yang dapat diekspresikan melalui tulisan atau gambar.
3. Memfasilitasi
Dalam memfasilitasi, kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan,
tetapi anak harsanak harus diberikan respon terhadap pesan yang disampaikan melalui
mendengarkan dengan penuh perhatian.
4. Biblioterapi
Pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan. Dengan
menceritakan isi buku atau majalah sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan kepada
anak.
5. Meminta untuk menyebutkan keinginan
Meminta anak untuk menyebutkan keinginan sehingga dapat diketahui berbagai keluhan yang
didapatkan dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran saat itu.
6. Pilihan pro dan kontra
Mengajukan pada situasi yang menunjukkan pilihan positif dan negatif sesuai dengan
pendapat anak
7. Penggunaan skala
Penggunan skala atau peringkat ini dapat digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit
pada anak,cemas,sedih dan lain-lain dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan
perasaannya.
8. Menulis
Melalui tehnik ini anak dapat mengekspresikan dirinya baik pada keadaan sedih, marah atau
yang lainnyadan biasanya banyak dilakukan pada anak yang jengkel, marah dan diam.
9. Menggambar
Menggambar juga dapat digunakan untuk mengungkapkan ekspresinya, perasaan jengkel
marah biasanya dapat diungkapkan melalui gambar dan anak akan mengungkapkannya
apabila ditanyakan tentang maksud dari gambarnya.
10. Bermain
Merupakan alat efektif dalam membantu anak untuk berkomunukasi, hubungan interpersonal
antara anak, perawat dan orang di sekitarnya dapat terjalin, dan pesan-pesan dapat
disampaikan.
C. Tehnik komunikasi pada anak-anak sampai remaja
1 Usia Bayi (0-1 tahun)
Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakangerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu
komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada
bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi
digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan
komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah

mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai
melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada
suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai
mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi
sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang
terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata
yang spesifik antara dua atau tiga kata.
Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasi yang efektif pada bayi
yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti
mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.
2 Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa
anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada
tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.
3 Usia Sekolah (5-11 tahun)
Perkembangan komunikasi pada anak usia ini dapat dimulai dengan kemampuan anak
mencetak, menggambar, membuat huruf atau tulisan yang besar dan apa yang dilaksanakan
oleh anak mencerminkan pikiran anak dan kemampuan anak membaca disini sudah muncul,
pada usia ke delapan anak sudah mampu membaca dan sudah mulai berfikir tentang
kehidupan.
4 Usia Remaja (11-18 tahun)
Perkembangan komunikasi pada usia remaja ini ditunjukkan dengan kemampuan berdiskusi
atau berdebat dan sudah mulai berpikir secara konseptual, sudah mulai menunjukkan
perasaan malu, pada anak usia sering kali merenung kehidupan tentang masa depan yang
direfleksikan dalam komunikasi. Pada usia ini pola pikir sudah mulai menunjukkan ke arah
yang lebih positif, terjadi konseptualisasi mengingat masa ini adalah masa peralihan anak
menjadi dewasa
D. Prinsip Komunikasi secara umum pada anak-anak
1. Biarkan anak-anak mengetahui bahwa orangtua tertarik, ingin terlibat dan akan membantu
ketika anak membutuhkannya.
2. Matikan televisi atau berhenti membaca koran ketika anak Anda ingin mengajak ngobrol.
3. Hindari mengangkat telepon ketika sang anak mempunyai sesuatu yang penting untuk
diberitahukan.
4. Ada orang lain yang ingin ikut mengobrol bersama, jagalah agar percakapan Anda dengan si
kecil tetap privat. Komunikasi yang paling baik akan tercipta jika hanya ada orangtua dan
anak-anak, tak ada orang lain yang terlibat.
5. Mempermalukan sang anak atau membuatnya merasa canggung di depan orang banyak akan
menimbulkan kejengkelan dan pertengkaran, bukan komunikasi yang baik.
6. Jangan berbicara dengan nada tinggi pada anak Anda. Turunkan nada bicara Anda untuk
menyeimbangi pembicaraan dengan Si Kecil.

7.

8.

9.

10.

11.
12.
13.

14.

15.
16.
17.

Jika orang tua marah terhadap perilaku atau sebuah kejadian yang menimpa anak, jangan
memulai percakapan sampai kemarahan Anda mereda, karena orangtua tidak akan bersifat
objektif sampai kemarahannya reda. Lebih baik tunggu sebentar, tenangkan diri Anda,
kemudian baru berbicara dengan Si Kecil.
Jika orang tua sangat lelah, maka orang tua harus memberikan usaha yang lebih untuk
menjadi seorang pendengar aktif. Menjadi pendengar aktif adalah sebuah kerja keras dan
sangat susah dilakukan ketika tubuh dan pikiran anda sangat lelah.
Dengarkan secara hati-hati dan sopan. Jangan memotong pembicaraan anak ketika Si Kecil
sedang menceritakan kisahnya. Berusahalah untuk bersikap sopan kepada anak-anak sama
dengan yang kita lakukan kepada teman baik kita.
Jangan keluar dari topik pembicaraan, ketika anak-anak sedang menguraikan benang merah
dari sebuah cerita dan jangan pernah membiarkan anak-anak mengembangkan tema sendiri.
Ini adalah reaksi orangtua terhadap kejadian yang kebetulan terjadi di luar pengawasan
orangtua, ketika Si Kecil mulai bercerita tentang apa yang terjadi, biasanya orangtua berkata,
"Aku tidak peduli dengan apa yang mereka lakukan, tapi sebaiknya kamu tidak terlibat
dengan hal-hal seperti itu."
Jangan tanya kenapa, tetapi tanyakanlah apa yang terjadi.
Ketika orang tua mempunyai pengetahuan terhadap suatu situasi, jelaskan pada anakanak tentang informasi yang Anda tahu atau telah diberitahu.
Tetaplah berbicara dengan pembawaan yang dewasa (Berbicaralah ketika aku sudah
selesai. Aku tahu apa yang terbaik untukmu. Lakukanlah apa yang kukatakan dan
masalahmu akan terselesaikan) perkecil fekuensi berkhotbah dan berbicara tentang moral
karena itu tidak akan membantu menciptakan komunikasi yang baik dan terbuka.
Jangan menggunakan kata-kata yang merendahkan, seperti: bodoh, malas dalam pernyataanpernyataan: Dasar bodoh, hal itu tidak masuk akal sama sekali atau Apa yang kamu tahu,
kamu hanyalah seorang anak kecil.
Bantulah sang anak dalam merencanakan beberapa tahap-tahap spesifik untuk menyelesaikan
masalahnya.
Tunjukkanlah bahwa orang tua menerima anaknya, atas apa yang telah atau yang belum sang
anak perbuat.
Dukung anak Anda untuk menjaga komunikasi tetap terbuka. Lakukanlah dengan
menerimanya dan memuji usahanya untuk berkomunikasi.

E. Prinsip komunikasi pada anak-anak


1) Usia Bayi (0-1 tahun)
Prinsip komunikasi pada umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan
bayi,komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal,menggunakan komunikasi non
verbal dengan berprinsip sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lainlain.
2) Usia Todler dan Pra Sekolah (1-2,5 tahun, 2,5-5 tahun)
Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada
dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan

digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih
jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti
kata-kata jawab dong, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat
komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam
berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita
harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara
non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan
sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk
menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali
perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.
3) Usia Sekolah (5-11 tahun)
Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan pada usia sekolah ini adalah tetap masih
memperhatikan tingkat kemampuan bahasa anak yaitu menggunakan kata-kata sederhana
yang spesifik, menjelaskan sesuatu yang membuat ketidakjelasan pada anak atau sesuatu
yang tidak diketahui, pada usia ini keingintahuan pada aspek fungsional dan prosedural dari
objek tertentu sangat tinggi. Maka jelaskan arti, fungsi dan prosedurnya, maksud dan tujuan
dari sesuatu yang ditanyakn secara jelas dan jangan menyakiti atau mengancam sebab ini
akan membuat anak tidak mampu berkomunikasi secara efektif.
4) Usia Remaja (11-18 tahun)
Prinsip komunikasi yang dapat dilakukan pada usia ini adalah berdiskusi atau curah pendapat
pada teman sebaya, hindari beberapa pertanyaan yang dapat menimbulkan rasa malu dan jaga
kerahasiaan dalam komunikasi mengingat awal terwujudnya kepercayaan anak dan
merupakan masa transisi dalam bersikap dewasa.
F. Hambatan Komunikasi Pada Anak-Anak
Anak anak mengalami gangguan perkembangan yang kompleks sehingga mereka juga
disebut mengalami gangguan pervasif. Peeters (2004)
mengartikan pervasif yaitu menderita kerusakan jauh di dalam meliputi keseluruhan dirinya.
Istilah pervasif juga dilandasi oleh gangguan perkembangan yang diperlihatkan oleh anak
anak.
Gangguan-gangguan itu hampir meliputi seluruh aspek kehidupannya,antara lain :
a. komunikasi interaksi sosial
Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
Anak tampak seperti tuli, sulit bicara, atau pernah bicara, tetapi kemudian sirna.
Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
Mengoceh tanpa arti berulang-ulang dengan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh orang
lain.
Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi
Senang meniru atau membeo (echolalia)
Bila senang meniru, dapat hapal betul kata-kata atau nyanyian tapi tidak mengerti artinya.

Sebagian dari anak autis tidak bicara (non verbal) atau sedikit berbicara sampai usia dewasa.
Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang ia inginkan.

b. Gangguan dalam sensoris


Sangat sensitif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk.
Bila mendengar suara keras langsung menutup telinga.
Senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda.
Tidak sensitif terhadap rasa sakit atau rasa takut
c. Pola bermain
Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya.
Tidak suka bermain dengan anak sebayanya.
Tidak kreatif dan tidak imajinatif.
Tidak bermain sesuai fungsinya, misalnya mobil-mobilan ,dielus-elus kemudian diciumi dan
diputar-putar rodanya.
Senang pada benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda,& lain-lain.
Dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu kemudian dipegang terus dan dibawa kemanamana.
d. Perilaku khas
Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan (hipoaktif).
Memperlihatkan stimulasi diri, seperti bergoyang-goyang, mengepakkan tangan seperti burung,
berputar-putar, mendekatkan pada pada layar TV, lari/berjalan bolak-balik, melakukan
gerakan yang berulang-ulang.
Tidak suka pada perubahan.
Dapat duduk bingung dengan tatapan kosong
e. Emosi
Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis tanpa alasan.
Temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau dipenuhi keinginannya.
Kadang-kandang suka menyerang dan merusak.
Kadang-kadang anak autis berperilaku menyakiti dirinya sendiri.
Tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain.
G. Faktor Yang Mempengaruhi Komunikasi Pada Anak-Anak Dan Keluarga
1.Faktor teknis
Faktor yang bersifat teknis yaitu kurangnya penguasaan teknis komunikasi. Teknik
komunikasi mencakup .unsur-unsur yang ada dalam komunikator dikala mengungkapkan
pesan menjadi lambang-lambang. kejelian dalam memilih saluran, metode penyampaian
pesan.
2.Faktor perilaku

Bentuk dari perilaku yang dimaksud adalah perilaku komunikan yang bersifat :
pandangan yang bersifat apriori, prasangka yang didasarkan atas emosi, suasana yang
otoriter, ketidak mampuan untuk berubah walaupun salah, sifat yang egosentris.
3.Faktor situasional
Kondisi dan situasi yang menghambat komunikasi misalnya situasi ekonomi, sosial,
politik dan keamanan
4.Keterbatasan waktu
Sering karena keterbatasan waktu orang tidak berkomunikasi, atau berkomunikasi
secara tergesa-gesa, yang tentunya tidak akan bias memenuhi persyaratan-persyaratan
komunikasi.
5.Jarak Psychologis/status social
Jarak psychologis biasanya terjadi akibat adanya perbedaan status, yaitu
status sosial maupun status dalam pekerjaan. Misalnya, seorang pesuruh akan sulit
berkomunikasi dengan seorang menteri karena ada jarak psichologis yaitu pesuruh merasa
statusnya terlalu jauh terhadap menteri. Selanjutnya, ada orang yang hanya ingin mendengar
informasi yang dia senangi saja, sedangkan informasi lainnya tidak.
6.Adanya evaluasi terlalu dini
Seringkali orang sudah mempunyai prasangka, atau sudah menarik suatu
kesimpulan sebelum menerima keseluruhan informasi atau pesan. Hal ini jelas menghambat
komunikasi yang baik.
7.Lingkungan yang tidak mendukung
Komunikasi interpersonal akan lebih efektif jika dilakukan dalam lingkungan yang
menunjang, berikut ini beberapa contoh suasana lingkungan yang tidak menunjang atau
mendukung yaitu :
Keadaan suhu (terlalu panas atau terlalu dingin)
Keadaan ribut atau bising
Lingkungan fisik yang tidak mendukung (ruang terlalu sempit/kurang keleluasaan pribadi)

8.Keadaan si komunikator
Keadaan fisik dan perasaan komunikator sangat berpengaruh terhadap berhasil atau
gagalnya komunikasi. Misalnya :
Komunikator sedang mempunyai masalah pribadi hingga pikiran kacau. Hal ini akan
mengakibatkan pesan yang disampaikannya juga kacau, tidak sistematis hingga
membingungkan pendengar/sasaran.

Komunikator sedang sakit, juga mempengaruhi komunikasi, atau kalau komunikator


mempunyai cacat seperti suara sengau. gagap dan sebagainya akan mengakibatkan pesan
yang disampaikan tidak jelas tertangkap oleh sasaran.
H. Implikasi Komunikasi keperawatan
Implikasi komunikasi dalam keperawatan sangat penting bagi perawat mengingat
berbagai pengkajian atau pemeriksaan pada klien dapat dilakukan melalui komunikasi di
antaranya implikasi yang dapat dilakukan adalah:
1. Ajak berbicara lebih dahulu dengan orang tua sebelum berkomunikasi dengan anak atau
mengkaji anak dengan menjalin hubungan dalam tindakan keperawatan.
2. Lakukan kontak dengan anak dengan mengawali bercerita atau teknik lain agar anak mau
berkomunikasi
3. Berikan maianan sebelum masuk ke dalam pembicaraan inti.
4. Berikan kesempatan pada anak untuk memilih tempat pemeriksaan yang diinginkan sambil
duduk, berdiri atau tidur.
5. Lakukan pemeriksaan dari sederhana ke kompleks, pemeriksaan yang berdampak trauma
lakukan diakhir pemeriksaan.
6. Hindari pemeriksaan yang menimbulkan ketakutan pada anak dan beri kesempatan untuk
memegang alat periksa
I. Beberapa Tips Untuk Berkomunikasi Dengan Anak Dilansir Dalam Boldsky
a.

b.

c.
d.

e.

f.

.Mendengarkan anak-anak Anda. Biarkan mereka tahu bahwa Anda tertarik untuk
mengetahui tentang mereka. Meminta mereka apa yang terjadi di sekolah dan berbagi
bagaimana kegiatannya hari itu. Jangan berpaling kepada televisi, koran, atau telepon ketika
mereka mulai berbicara.
Berbicara dengan mereka. Berhenti berdebat di jaringan sosial dan berbicara dengan anak
Anda tentang permainan favorit nya, kartun atau buku. Anda akan terkejut melihat bagaimana
mereka akan bercerita.
Memberikan mereka waktu untuk menjawab. Anak-anak mungkin diperlukan beberapa
waktu untuk memproses dan memahami apa yang Anda katakan.
Komputer dan internet telah menjadi bagian yang tak terelakkan dari kehidupan sehari-hari.
Kini, anak-anak tumbuh dewasa bersama komputer dan internet. Cobalah sesekali
menyiapkan waktu luang Anda untuk anak-anak. Waktu ini akan terasa lebih dari
bermain video game.
Komunikasi yang sederhana dan jelas. Jangan membuat anak-anak bingung antara sikap dan
kata-kata. Gerakan sama pentingnya dengan kata-kata untuk anak-anak, sederhanakan bahasa
Anda, jangan samakan anak-anak dengan rekan bisnis Anda saat menjalin komunikasi.
Menghargai prestasi mereka. Selalu berikan penghargaan pada mereka disetiap prestasi yang
mereka raih sekecil apapun, ini dapat membuat hubungan komunikasi yang baik bagi Anda
dan anak.

g. Komunikasi harus selalu menjadi sesuatu yang memotivasi anak Anda. Membuat mereka
merasa aman. Memberi mereka kebebasan penuh namun tetap tearah dengan komunikasi
yang tidak mengajarkan namun memotivasi anak.
h. Saat memberikan instruksi, ingatlah untuk tetap positif. Sebagai contoh, Jangan pernah
mengatakan "John, jangan mengambil buku itu" Anda dapat menggantinya dengan "John,
tetap buku itu ada di tempat."
i. Menanggapi dengan kesabaran. Berpikir dengan pikiran anak-anak setelah mendengarkan
mereka. Luangkan waktu untuk berpikir tentang apa yang anak Anda ingin sampaikan dan
merespon dengan cara lembut tapi tetap peduli.
j. Tidak pernah menggunakan kata-kata penyalahgunaan di depan anak-anak. Tidak membahas
masalah-masalah keluarga di depan anak-anak jika mereka tidak cukup baik untuk
menerimanya secara positif.

DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan anak 1. Salemba Medika:
Surabaya.
Graeff, AJudith, dkk. 1996 . Komunikasi dalam kesehatan dan perubahan perilaku.
Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
Saifulloh 2002. Mencerdaskan anak . Jombang : Lintas Media
Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Widya. 2004. Karya Nasional Pangan dan Gizi : Jakarta
Hidayat, Aiziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu keperawatan Anak. Buku 1. jakarta: Salemba
MedikaSacharin, Rosa M. 1996.Prinsip Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai