Anda di halaman 1dari 18

Kata pengantar

Puji dan Syukur Kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah BIOFARMASI dengan baik
dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini yang berjudul DRUG DELIVERY SYSTEM
INTRAOCULAR
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen
kami Dan segenap pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari
sempurna untuk itu penulis menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan
kearah kesempurnaan. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.

Jakarta, November 2015

Penulis

Daftar isi
Kata Pengatar ................................................................................................................................1
Daftar Isi ........................................................................................................................................1
Bab I Pendahuluan .......................................................................................................................2
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan .........................................................................................................2
Bab II Tinjauan Pustaka...............................................................................................................3
2.1 Anatomi Mata ..............................................................................................................3
2.2. intraocular drug delivery .......................................................................................11
2.3 Kelebihan dan kekurangan ..................................................................................................11
2.4 Rute pemberiaon ocular ...........................................................................................12
2.5 Faktor yang mempengaruhi bioavailabilitas ..........................................................12
2.6 Sistem perjalanan obat pada mata ......................................................................................13
2.7 Macam-macam gangguan pada mata......................................................................13
2.8 Obat-obat pada mata ...............................................................................................14
Bab III Penutup .........................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan ..............................................................................................................16
3.2 Saran .........................................................................................................................16
Daftar pustaka .............................................................................................................................17

Bab I
Pendahuluan
1.1.

Latar Belakang

Mata adalah lokasi dengan mudah dapat diakses untuk pemberian utama suatu
pengobatan. Obat biasanya di berlakukan bagi mata untuk suatu tindakan dilokalisir pada
permukaan atau di dalam bagian mata.
Suatu masalh utama dalam pengobatan penglihatan adalah tindakan pencapaian
konsentrasi obat secara optimal. Cioavailabilitas obat yang lemah dari format dosis berkenaan
dengan penglihatan sebagian besar dalam kaitan dengan precorneal yang faktor rugi meliputi
dinamika air mata, penyerapan tidak produktif, waktu tempat kediaman temporer dan sifat tak
tembus relativ corneal epithelial
Perkembangan obat akhir-akhir ini diarahkan pada bentuk sediaan obat alternative dari
pareteral, diamana obat masuk dalam sistemik melalui route bukal, sublinguall, nasal, pulmonary
dan vaginal. Route ini juga digunakan untuk pengobatan local dimana dosis obat dapat dikurangi
dan juga mengurangi efek sitemik.
1.2 Tujuan penulisan
Untuk mengetahui bagaimana anatomi fisiologi pada mata
Untuk mengetahui bagaimana sistem perjalan obat secara intraocular
Untuk mengatahui bagaimana kekurangan dan kelebihan pemberian secara intraocular
Untuk mengetahui apa saja kelainan pada mata
Untuk mengetahui apa saja obat-obat pada mata

Bab II
Tinjauan Pustaka
2.1 Anatomi dan fisiologis Mata
Mata adalah cerminan jiwa, demikian kata pepatah. Sehingga tidak ada salah jika kita
membahas secara tuntas anatomi dan fisiologi mata. Anatomi dan fisiologi mata perlu diketahui
lebih dalam, untuk mempelajari lebih lanjut kelainan-kelanainan yang biasa diderita yang
berkaitan dengan kelainan pada mata.
Secara struktural anatomis, bola mata berdiameter 2,5 cm dimana 5/6 bagiannya
terbenam dalam rongga mata, dan hanya 1/6 bagiannya saja yang tampak pada bagian luar.
Perhatikan gambar dibawah ini:

Gambar diatas adalah gambar anatomi mata. Bagian-bagian mata mempunyai fungsi-fungsi
tertentu. Fungsi-fungsi dari anatomi mata adalah sebagai berikut:
Sklera: Melindungi bola mata dari kerusakan mekanis dan menjadi tempat melekatnya
bola mata.

Otot-otot mata, adalah Otot-otot yang melekat pada mata, terdiri dari: muskulus rektus
superior (menggerakan mata ke atas) dan muskulus rektus inferior (mengerakan mata ke
bawah).
Kornea: memungkinkan lewatnya cahaya dan merefraksikan cahaya.
Badan Siliaris: Menyokong lensa dan mengandung otot yang memungkinkan lensa untuk

beroakomodasi, kemudian berfungsijuga untuk mengsekreskan aqueus humor.


Iris: Mengendalikan cahaya yang masuk ke mata melalui pupil, mengandung pigmen.
Lensa: Memfokuskan pandangan dengan mengubah bentuk lensa.
Bintik kuning (Fovea): Bagian retina yang mengandung sel kerucut.
Bintik buta: Daerah syaraf optic meninggalkan bagian dalam bola mata
Vitreous humor: Menyokong lensa dan menjaga bentuk bola mata
Aquous humor: Menjaga bentuk kantong bola mata

Otot, Saraf dan Pembuluh darah Pada Mata


Otot yang menggerakan bola mata dengan fungsi ganda dan untuk pergerakan mata
tergantung pada letak dan sumbu penglihatan sewaktu aksi otot. Otot penggerak bola mata terdiri
enam otot yaitu:

Muskulus oblik inferior memiliki aksi primer eksotorsi dalam abduksi, dan
memiliki aksi sekunder elevasi dalam adduksi, abduksi dalam elevasi.
Muskulus oblik superior memiliki aksi primer intorsi dalam aduksi, dan aksi
sekunder berupa depresi dalam aduksi, dan abduksi dalam depresi.
Muskulus rektus inferior memiliki aksi primer berupa gerakan depresi pada
abduksi, dan memiliki aksi sekunder berupa gerakan ekstorsi pada abduksi, dan
aduksi dalam depresi.
Muskulus rektus lateral memiliki aksi gerakan abduksi.
5

Muskulus rektus medius memiliki aksi gerakan aduksi


Muskulus rektus superior memiliki aksi primer yaitu elevasi dalam abduksi dan
aksi sekunder berupa intorsi dalam aduksi serta aduksi dalam elevasi.
Beberapa otot bekerja sama menggerakkan mata. Setiap otot dirangsang oleh saraf
kranial tertentu. Tulang orbita yang melindungi mata juga mengandung berbagai saraf lainnya.

Saraf optikus membawa gelombang saraf yang dihasilkan di dalam retina ke otak

Saraf lakrimalis merangsang pembentukan air mata oleh kelenjar air mata

Saraf lainnya menghantarkan sensasi ke bagian mata yang lain dan merangsang otot pada
tulang orbita.

Arteri oftalmika dan arteri retinalis menyalurkan darah ke mata kiri dan mata kanan,
sedangkan darah dari mata dibawa oleh vena oftalmika dan vena retinalis. Pembuluh darah ini
masuk dan keluar melalui mata bagian belakang.

Struktur pelindung
Struktur di sekitar mata melindungi dan memungkinkan mata bergerak secara bebas ke segala
arah. Struktur tersebut melindungi mata terhadap debu, angin, bakteri, virus, jamur dan bahanbahan berbahaya lainnya, tetapi juga memungkinkan mata tetap terbuka sehingga cahaya masih
bisa masuk.

Orbita adalah rongga bertulang yang mengandung bola mata, otot-otot, saraf, pembuluh
darah, lemak dan struktur yang menghasilkan dan mengalirkan air mata.

Kelopak mata merupakan lipatan kulit tipis yang melindungi mata. Kelopak mata secara
refleks segera menutup untuk melindungi mata dari benda asing, angin, debu dan cahaya yang
sangat terang.

Ketika berkedip, kelopak mata membantu menyebarkan cairan ke seluruh permukaan mata
dan ketika tertutup, kelopak mata mempertahankan kelembaban permukaan mata. Tanpa
kelembaban tersebut, kornea bisa menjadi kering, terluka dan tidak tembus cahaya. Bagian
dalam kelopak mata adalah selaput tipis (konjungtiva) yang juga membungkus permukaan mata.

Bulu mata merupakan rambut pendek yang tumbuh di ujung kelopak mata dan berfungsi
membantu melindungi mata dengan bertindak sebagai barrier (penghalang).

Kelenjar kecil di ujung kelopak mata menghasilkan bahan berminyak yang mencegah
penguapan air mata.

Kelenjar lakrimalis terletak di puncak tepi luar dari mata kiri dan kanan
dan menghasilkan air mata yang encer.

Air mata mengalir dari mata ke dalam hidung melalui 2 duktus lakrimalis; setiap duktus
memiliki lubang di ujung kelopak mata atas dan bawah, di dekat hidung. Air mata berfungsi
8

menjaga kelembaban dan kesehatan mata, juga menjerat dan membuang partikel-partikel kecil
yang masuk ke mata. Selain itu, air mata kaya akan antibodi yang membantu mencegah
terjadinya infeksi.
Bola mata mempunyai 3 lapis dinding yang mengelilingi rongga bola mata. Ketiga lapis
dinding ini dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:

Sklera
Sklera merupakan jaringan ikat dengan serat yang kuat; berwarna putih buram (tidak
tembus cahaya), kecuali di bagian depan bersifat transparan, disebut kornea. Konjungtiva adalah
lapisan transparan yang melapisi kornea dan kelopak mata. Lapisan ini berfungsi melindungi
bola mata dari gangguan.
Koroid
Koroid berwarna coklat kehitaman sampai hitam merupakan lapisan yang berisi banyak
pembuluh darah yang memberi nutrisi dan oksigen terutama untuk retina. Warna gelap pada
koroid berfungsi untuk mencegah refleksi (pemantulan sinar). Di bagian depan, koroid
membentuk badan siliaris yang berlanjut ke depan membentuk iris yang berwarna. Di bagian
depan iris bercelah membentuk pupil (anak mata). Melalui pupil sinar masuk. Iris berfungsi
sebagai diafragma, yaitu pengontrol ukuran pupil untuk mengatur sinar yang masuk. Badan
9

siliaris membentuk ligamentum yang berfungsi mengikat lensa mata. Kontraksi dan relaksasi
dari otot badan siliaris akan mengatur cembung pipihnya lensa.
Retina
Lapisan ini peka terhadap sinar. Pada seluruh bagian retina berhubungan dengan badan
sel-sel saraf yang serabutnya membentuk urat saraf optik yang memanjang sampai ke otak.
Bagian yang dilewati urat saraf optik tidak peka terhadap sinar dan daerah ini disebut bintik buta.

Adanya lensa dan ligamentum pengikatnya menyebabkan rongga bola mata terbagi dua,
yaitu bagian depan terletak di depan lensa berisi carian yang disebut aqueous humor dan bagian
belakang terletak di belakang lensa berisi vitreous humor. Kedua cairan tersebut berfungsi
menjaga lensa agar selalu dalam bentuk yang benar. Kotak mata pada tengkorak berfungsi
melindungi bola mata dari kerusakan. Selaput transparan yang melapisi kornea dan bagian dalam
kelopak mata disebut konjungtiva. Selaput ini peka terhadap iritasi. Konjungtiva penuh dengan
pembuluh darah dan serabut saraf. Radang konjungtiva disebut konjungtivitis.
Untuk mencegah kekeringan, konjungtiva dibasahi dengan cairan yang keluar dari
kelenjar air mata (kelenjar lakrimal) yang terdapat di bawah alis. Air mata mengandung lendir,
garam, dan antiseptik dalam jumlah kecil. Air mata berfungsi sebagai alat pelumas dan pencegah
masuknya mikroorganisme ke dalam mata.

10

Normalnya, sinar sinar sejajar yang masuk ke dalam bola mata akan dibiaskan oleh
sistem optis bolamata dan terfokus dalam satu titik yang jatuh tepat pada retina. Kondisi ini
disebut emmetropia. Dari proses jatuhnya titik cahaya diretina inilah, yang biasanya
menyebabkan kelainan pada mata, baik itu kelainan dengan mata minus, ataupun mata dengan
positif, atau biasa disebut dengan rabun.
Anatomi Tambahan pada Mata
Anatomi tambahan pada mata terdiri dari alis mata, kelopak mata, bulu mata dan aparatus
lakrimalis.

Alis mata: terdiri dari rambut kasar yang terletak melintang di atas mata, fungsinya untuk
melindungi mata dari cahaya dan keringat juga untuk kecantikan.

Kelopak mata: ada 2, yaitu atas dan bawah. Kelopak mata atas lebih banyak bergerak dari
kelopak yang bawah dan mengandung musculus levator pepebrae untuk menarik kelopak
mata ke atas (membuka mata). Untuk menutup mata dilakukan oleh otot otot yang lain
yang melingkari kelopak mata atas dan bawah yaitu musculus orbicularis oculi. Ruang
antara ke-2 kelopak disebut celah mata (fissura pelpebrae), celah ini menentukan
melotot atau sipit nya seseorang. Pada sudut dalam mata terdapat tonjolan disebut
caruncula lakrimalis yang mengandung kelenjar sebacea (minyak) dan sudorifera
(keringat).

11

Bulu mata: ialah barisan bulu-bulu terletak di sebelah anterior dari kelenjar Meibow.
Kelenjar sroacea yang terletak pada akar bulu-bulu mata disebut kelenjar Zeis. Infeksi
kelenjar ini disebut Lordholum (bintit).

Apparatus lacrimalis: terdiri dari kelenjar lacrimal, ductus lacrimalis, canalis lacrimalis,
dan ductus nassolacrimalis.

2.2 Intraocular drug delivery


2.2.1 Penghantaran intraviteral
Suntikan intraviteral jalur utama pengirimannya untuk menghindari efek samping bersamaan
yang terlihat pada pemberian sistemik. Suntikan intraviteral memberikan konsentrasi terapeutik
obat yang berdekatan dengan lokasi aktivitas dan diperlukan dosis yang lebih kecil. Namun,
toksisitas retina dari dosis disuntikan harus dipertimbangkan. Biasanya suntikan intravitreal
terbatas pada volume 0,1/0,2 ml. Setelah injeksi, obat berdifusi melalui gel vitreus dengan sedikit
pembatasan difusi. Untuk sebagian besar, obat koefisien difusi melalui humor vitreus dengan
melalui air. Setelah didistribusikan ke seluruh humor vitreus, obat dieliminasi dengan
cepat.Kehilangan obat dari vitreus berlangsung melalui dau rute:
-

Anterior dengan difusi sederhana pada ruang posterior dan diikuti dengan penghapusan
sirkulasi sistemik bersama dengan aqueous humor drainase:
Posterior di retina dimana dihapus oleh sekresi aktif.

Obat hilang terutama pada difusi ruang anterior memiliki paruh panjang dalam vitreus,
biasanya diurutan 20-30 jam. Sebaliknya, obat melalui rute transretina,seperti penisilin, biasanya
lebih singkat waktu paruhnnya 5-10 jam. Berbeda dengan eliminasi, obat non-transported, obatobatan yang dikeluarkan oleh sistem transportasi aktif berada lebih lama sehingga terjadi
inflamasi ocular vitreus karena kegagalan dalam sistem transportasi. Probenesid sistemik
diketahui menghambat mekanisme transport aktif ini. Tingkat kehilangan obat juga ditingkatkan
di vitrechtomized dan lansechtomized.
2.3 Keunggulan dan kerugian pemberiaan obat lokal Intraocular
1. Bypasses-mata hambatan darah, yang memungkinkan tingkat obat intraokular yang lebih
tinggi daripada yang dapat dicapai oleh pemberian topikal atau sistemik.
2. Menghindari banyak efek samping yang berhubungan dengan terapi sistemik. Hal
ini terutama bermanfaat dalam hal obat yang mungkin terlalu beracun untuk pemberian
sistemik namun akan ditoleransi dengan baikoleh mata.
12

2.3.1 Kekurangan pemberian intraocular


1. Obat pengiriman lokal untuk satu mata tidak memperlakukan mata kontra lateral
2. untuk penyakit tidak terbatas pada mata,pemberian obat lokal gagal untukmengobati
penyakit luar mata (sepertipenyakit menular CMV)
3. Intravitreal konsentrasi yang lebih tinggi obat dapat menawarkan efek terapeutik lebih
besar, tetapi juga dapat dikaitka ndengan toksisitas okular meningkat
2.4 Rute pemberian ocular
1. Topikal Route topikal biasa digunakan untuk pengobatan mata, dengan memberikan obat
langsung pada kantung konjungtiva efek lokal dimana susah dicapai dengan sistemik dan
mencegah metabolisma obat.
2. Sistemik Kerugian sistemik ialah semua bagian tubuh terkena aksi dari obat dimana
hanya bagian kecil saja yang perlu diobati
3. Intraocular.Pada penghataran obat intra okular lebih susah untuk dicapai,biasanya dengan
suntikan dan implant. Pengobatan sistemik merupakan pilihan untuk untuk penyakit mata
dibagian posterior seperti saraf mata, retina dan uveal tract.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Bioavailabilitas Intraocular:


1. Pemasukan dan pengeluaran dari Lacrimal fluids.
2. Efisiensi pengeringan naso-lacrimal.
3. Interaksi obat dengan protein dari Lacrimal fluid.
4. Pengenceran dengan air mata.
2.6 Sistem perjalanan obat pada mata
Mata adalah organ/bagian yang paling menarik dalam kaitan dengan karakteristik
disposisi obatnya. Karena penyakit mata, pemberian mengenai pokok-pokok pada umumnya
lebih disukai daripada sistem pemberian, sebelum mencapai penghalang. Anatomis kornea mata,
molekul obat diatur oleh rute yang berhubungan dengan penglihatan harus melewati precorneal
penghalang itu, ini adalah penghalang yang pertama memperlambat penetrasi dari suhu formula
aktif dalam mata dan terdiri dari film air mata konjungtiva. Pengobatan, ketika pemanasan
merangsang mekanisme fisiologis yang bersifat melindungi, yaitu mencabik produksi, yang
menggunakan suatu pertahanan hebat melawan penyerahan obat mata. Serentak penghapusan
utama penerapan obat dari precornealarea adalah rongga hidung, dengan area permukaan lebih
besar dan dapat menyerapn air mata atau gas yang lebih tinggi pada mucosal selaput
dibandingkan kornea mata..
13

Penyerahan obat secara ocular via selaput/membrane mengangkut proses didalam mata untuk
sistem administrasi obat, berkenaan dengan penglihatan iontophoresis, mucoadhesive polymers
untuk penyerahan obat dalam mata. Perjalanan terapeutik gen macromoleculer perjalanan
penglihatan dan terapetik dari peptidis dan protein , pendekatan terapeutik untuk penyakit
mundurnya fungsi retina. Karakteristik berikut diperlukan untuk mengoptimalkan sistem
perjalanan obat pada penglihatan :
1.
2.
3.
4.

Penetrasi corneal baik


Memperpanjang waktu kontak dengan jaringan corneal
Kesederhanaa pemanasan atau penyulingan untuk pasien
Bukan irritative dan format nyaman solusi merekat mestinya tidak menimbulkan reflex

air mata
5. Rheological konsentrasi dan kekayaan sesuai sistem yang merekat. Walaupun kelompok
dosis alternative format telah.
2.7 Macam-macam gangguan pada Mata
Peradangan pada uvea
Uvea mengandung banyak pembuluh darah yang berperan dalam memberikan nutrisi ke
mata. Peradangan pada uvea dapat mempengaruhi kornea, mata, sclera, dan bagiab vital mata
lainya. Gejalanya mata merah, dan nyeri sensitive terhadap cahaya, pandangan kabur, secara
bertahap, terdapat bercak gelap di lapang pandang.
Diabetic retinopathy
Adalah penyakit mata yang paling umum mempengaruhi orang-orang menderita diabetes militus
dan merupaka penyebab utama kebutaan pada orng dewasa.
Glaucoma
Adalah tekanan melebihi nilai normal. Tekanan intraocular menekan sel-sel dalam retina dan
menghancurkan saraf mata. Akibatnya, saraf optic tidak mampu lagi membawa pesan-pesannya
ke otak yang berakibat penglihatan seseorang menjadi berkurang. Bila tidak segera diobatai,
orang tersebut dapat mengalami kebutaan total. Glaucoma secara medis dapat diatasi, baik
dengan obat maupun operasi. Umumnya sebelum dilakukan operasi, akan dicoba penggunaan
obat terlebih dahulu. Obat-obat yang digunakan mengatasi glaucoma adalah obat-obat adalah
14

obat-obat yang dapat mengurangi tekanan intraokuler. Secara umum, obat tersebut bekerja
menurunkan laju produksi cairan mata atau meningkatkan laju pengeluarannya.
CMV retinitis
Penyakit yang paling lazom disebabkan CMV adalah retinitis. Penyakit ini adalah kematian sel
pada retian, bagian belakang mata. Kematian sel ini dapat menyebabkan kebutaan secara cepat
jika tidak diobati.
2.8 Obat-obat
Obat CMV
Sintesis protein inhibitor
Fomivirsen
6,6,mg/ml.\, sol. Injeksi. CMV Retinitis, 330 mcg(0,05ml) intravitreal injeksi.
Mekanisme kerjanya : menghalang replikasi Cytomegalovirus pada manusia dengan meningkat
pada hasil sekuen komplimentari mRNA yang di transkip daripada unit awal transkip CMV.
Pengingkatan ini akan menghalang pembentukan sintesis protein yang merupakan unit penting
untuk menghasilkan virus CMV.
Ganciclovir ( vitrasert)
Implant-4,5mg, gel ophthalmic -0.15% (5g). retinitis CMV- implant ocular : 1 implant
intraveriteral dalam masa 5-8 bulan
Mekanisme kerja : di metabolism menjadi gansiklovir trifosfat yang menghambat DNA
polymerase viris menghambat replikasi DNA virus.
Sediaan dan dosis : untuk induksi diberikan IV 10mg/kg per hari ( 2x5mg/kg, setiap 12 jam)
selama 14-21 hari, dilanjutkan dengan pemberian maintance peroral 3000 mg per hari ( 3kali
sehari 4 kapsl@250mg). implantasi intraocular (intraveritreal))4,5 mg gansiklovir terapi lokal
CMV retinitis. Soft contact lenses dan ocular insert, berfungsi sebagai reservoir dalam

15

penyaluran obat contohnya ocusert yang dapat melepaskan pilokarpine 20, 40g/jam dalam
seminggu untuk mengobati glaucoma kronis.
Vitasert
Adalah implant yang berisi gansiklovir, secara intravireal untuk perawatan cytomegalovirus
retinitis. Adalah suatu ethylene viny asam cuka dan polyvinyl alkholo polymer, sutured dedalam
dinding mata untuk penghantaran obat selama 6-9 bulan.
Retisert
Adalah implant verisis kortikosteroid, flicinolone acetonide (FA), untuk pengobatan uveitis.
Menggunakan suatu silocone-polyvinyllllll kombinasi alcohol polymer, dan suka vitasert,
sutured ke dalam dinding mata untuk penghantaran obat selama 30 bulan.

16

Bab III
Kesimpuan Dan saran
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

17

Daftar pustaka
Ansel,H. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. Penerjemah: farida Ibrahim.Jakarta :
UI-Press. Hal 541-557.
Ansel HC- Introduction to Pharmaceutical dosage form. 4th ed. Philadelphia: Lea & Febiger, 1985: 321336.
Gaudana, Ripal. Et al. The American Association of Pharmaceutical Scientist Journal. Ocular
DrugDelivery. Vol 12. No. 3. September 2010
Malhorta, Manjusha and D. K. Majumdar. Indian Journal of Experimental Biology. PermeationThrough
Cornea. Vol. 39. January 2001, pp. 11-24
Michael J. Hogan, M.D. 1949. The Preparation and Sterilization of Ophthalmic Solution. Vol 71.San
Francisco.
R , Masteikova. Et al. Biological Availbility of Opthalmic Drugs. 1. Increasing Drug Permeabilityin The
Cornea.2004. Mar;53(2):73-9

18

Anda mungkin juga menyukai