JUDUL PENELITIAN
Perlindungan Konsumen Terhadap Klausula Baku Dalam Perjanjian
Pengikatan Jual Beli Perumahan Menurut Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1999
B. BIDANG ILMU
Hukum Administrasi Negara
C. LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia sebagai negara yang berpenduduk padat dan berbentuk
kepulauan mempunyai wilayah perairan lebih besar daripada daratan
berupa tanah, dalam hal ini tanah merupakan hal yang problematik sekali
dan dapat menjadi pemicu utama terjadinya sengketa. Bisa dikatakan tanah
memegang peranan utama dan pertama dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. Pembangunan perumahan dan
pemukiman merupakan upaya untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar
manusia, sekaligus untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan,
memberi arah pada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja
serta menggerakkan kegiatan ekonomi dalam rangka peningkatan dan
pemerataan kesejahteraan rakyat. Bisnis perumahan di perkotaan maupun
di pinggiran merupakan sektor yang sangat menjanjikan. Sehubungan
dengan itu upaya pembangunan perumahan dan pemukiman terus
ditingkatkan untuk menyediakan perumahan dengan jumlah yang makin
meningkat, tetapi hal ini belum secara merata dapat dilaksanakan oleh
pemerintah karena melihat kebutuhan-kebutuhan lainnya yang masih perlu
diprioritaskan, Perumahan merupakan kebutuhan dasar manusia, baik
untuk tempat tinggal, tempat usaha, perkantoran dan lain sebagainya.
Namun demikian, belum semua anggota masyarakat dapat menikmati dan
memiliki rumah yang layak, sehat, aman dan serasi. Tingginya permintaan
akan perumahan mengakibatkan banyak bermunculan pengembangpengembang/perusahaan-perushaan yang menyediakan perumahan dengan
harga terjangkau yang dapat dipilih sesuai kemampuan keuangan
konsumen.
Nasmun, pebisnis property di bidang perumahan dalam memasarkan
rumah termasuk tanah selalu membuat format perjanjian baku yang
yang
lain.
Pada
saat
pemesanan
yang
berminat
yang
menegaskan
bahwa
pengembang
wajib
berupa
Undang-undang
Konsumen
dalam
memayungi
tentang
pemberian
D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam latar belakang di atas rumusan
masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut :
1. Apakah klausula baku yang terdapat dalam perjanjian pengikatan jual
beli perumahan telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 (UUPK) ?
2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap konsumen atas pencantuman
klausula baku pada perjanjian pengikatan jual beli perumahan menurut
UUPK ?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan Penelitian merupakan hal-hal tertentu yang ingin dicapai dalam
suatu penelitian sebagai solusi terhadap permasalahan hukum yang
diangkat, maupun untuk memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang
terkait dalam penelitian ini. Adapun tujuan dari penulisan hukum ini
adalah :
1. Tujuan Objektif
a. Untuk mengetahui adanya persyaratan-persyaratan yang terdapat
dalam
perjanjian
standar
jual-beli
rumah
yang
dibuat
oleh
-ketentuan
yang
terdapat
dalam
Undang-Undang
Perlindungan Konsumen.
b. Untuk mengetahui sejauh mana perlindungan hukum terhadap
konsumen atas kalusula baku dalam perjanjian pengikatan jual beli
perumahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
(UUPK) serta upaya hukum yang dapat ditempuh guna melindungi
hak-hak konsumen.
2. Tujuan Subjektif
a. Untuk memperoleh bahan hukum dan informasi sebagai bahan
utama dalam penyusunan penulisan hukum guna memenuhi syarat
untuk memperoleh nilai Ujian Akhir Semester mata kuliah Metode
Penelitian dan Penulisan Hukum kelas C.
b. Untuk mengembangkan dan memperluas wawasan di bidang
penulisan hukum serta meningkatkan pemahaman penulis terhadap
teori yang diperoleh selama masa perkuliahan.
F. MANFAAT PENELITIAN
dan memberi
membelanjakan
atau
menggunakan;
pemakai
atau
oleh Yayasan
Lembaga
kepentingan diri sendiri atau keluarganya atau orang lain yang tidak
untuk diperdagangkan kembali (Yayasan Lembaga konsumen, 1981: 2).
Di Perancis, berdasarkan doktrin dan yurisprudensi yang berkembang,
konsumen diartikan sebagai, The person who obtains goods or services
for personal or family purposes. Definisi itu terkandung dua unsur,
yaitu, pertama, konsumen hanya orang, dan kedua, barang atau jasa yang
digunakan untuk keperluan pribadi atau keluarga. Sekalipun demikian,
makna kata memperoleh (to obtain) masih kabur, apakah maknanya
hanya melalui hubungan jual beli atau lebih luas dari pada itu? Undangundang Jaminan Produk di Amerika Serikat sebagaimana dimuat dalam
Magnusson-Moss Warranty, Federal Trade Commission Act 1975
mengartikan konsumen sama dengan ketentuan di Perancis. Di Australia,
dalam Trade Practices Act 1974 Konsumen diartikan sebagai Seseorang
yang memperoleh barang atau jasa tertentu dengan persyaratan harganya
tidak melewati 40.000 dollar Australia. Artinya, sejauh tidak melewati
jumlah uang di atas, tujuan pembelian barang atau jasa tersebut tidak
dipersoalkan (Shidarta,2000: 2).
Sementara itu, Az. Nasution memberikan batasan mengenai konsumen,
yaitu:
1. Konsumen adalah setiap orang yang mendapatkan barang atau jasa
digunakan untuk tujuan tertentu;
2. Konsumen antara adalah setiap orang yang mendapatkan barang
dan/atau jasa untuk digunakan dengan tujuan membuat barang/jasa
lain atau untuk diperdagangkan (tujuan komersial);
3. Konsumen akhir, adalah setiap orang alami yang mendapat dan
menggunakan barang dan/atau jasa untuk tujuan memenuhi
kebutuhan hidupnya pribadi, keluarga dan/atau rumah tangga dan
tidak untuk diperdagangkan kembali (nonkomersial).
B. Tinjauan Umum tentang Hak dan Kewajiban Konsumen
1. Hak dan Kewajiban Konsumen
Istilah perlindungan konsumen berkaitan dengan perlindungan hukum.
Oleh karena itu, perlindungan konsumen mengandung aspek hukum.
perkembangannya,
organisasi-organisasi
konsumen
yang
itu adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan di antara dua orang atau
lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi atau menghilangkan
hubungan hukum.
2. Asas-asas Hukum Perjanjian
Menurut Paul Scholten, asas-asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar
yang ada di dalam dan belakang tiap-tiap sistem hukum, yang telah
mendapat bentuk sebagai perundang-undangan atau putusan pengadilan,
dan ketentuan-ketentuan dan keputusan itu dapat dipandang sebagai
penjabarannya. Dengan demikian, asas-asas hukum selalu merupakan
fenomena yang penting dan mengambil tempat yang sentral dalam hukum
positif. Asas-asas hukum berfungsi sebagai pendukung bangunan hukum,
menciptakan harmonisasi, keseimbangan dan mencegah adanya tumpang
tindih diantara semua norma hukum yang ada. Asas hukum juga menjadi
titik tolak pembangunan sistem hukum dan menciptakan kepastian hukum
yang diberlakukan dalam masyarakat (Putra Jaya, 2007:23).
Ada berbagai asas yang paling menonjol serta diakui oleh para pakar
hukum perdata yang menjadi kerangka acuan dalam setiap membuat
perjanjian pada umumnya yaitu :
a. Asas kebebasan berkontrak adalah kebebasan para pihak untuk membuat
perjanjian baik mengenai bentuk maupun isinya. Asas ini juga disebut asas
otonom yaitu adanya kewenangan mengadakan hubungan hukum yang
mereka pilih di antara mereka. Asas kebebasan berkontrak ini
berhubungan dengan isi perjanjian (vide Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata).
b. Asas konsensualisme adalah suatu persetujuan kehendak yang
berhubungan dengan lainnya suatu perjanjian (vide Pasal 1320 ayat (1)
KUHPerdata).
c. Asas kekuatan mengikat / kepastian hukum adalah setiap perjanjian
yang dibuat secara sah sebagai Undang-undang artinya perjanjian itu dapat
dipaksakan bilamana salah satu pihak tidak memenuhi 11 Sudikno
Mertokusumo, Mengenal Hukum, (Yogyakarta : Liberty, 1998), hal.97.
kewajibannya. Asas kekuatan mengikat atau asas kepastian hukum ini
kepadanya
maka
ia
wajib
menandatanganinya.
biaya, waktu dan tenaga. Perjanjian yang dibakukan sangat praktis karena
sudah tersedia naskah siap pakai, penyelesaian transaksi relatif singkat,
homogenitas perjanjian yang dibuat dalam jumlah yang banyak.
6. Implikasi Asas Perjanjian pada Perjanjian Baku Jual Beli Perumahan
Dalam implikasi penggunaan perjanjian baku pada hukum perjanjian
terdapat 3 asas yang paling utama yaitu asas kebebasan untuk mengadakan
perjanjian, asas konsensualisme dan asas kekuatan mengikat. Adapun
implikasi penggunaan perjanjian baku pada beberapa asas hukum
perjanjian yaitu :
a. Asas kebebasan mengadakan perjanjian
Asas kebebasan ini dapat dimaknai dengan mengabstraksikan Pasal 1338
ayat (1) KUHPerdata yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang
dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang. Kata semua dapat
dimaknai sebagai kata yang menunjukkan bahwa semua orang dapat
mewujudkan kehendaknya secara nyata untuk mengikatkan dirinya dalam
suatu bentuk perjanjian. Namun dalam prakteknya makna kebebasan
berkontrak dalam perjanjian baku itu sendiri sudah dibatasi karena tidak
ada lagi kebebasan untuk menetapkan bentuk perjanjian, kebebasan untuk
menetapkan isi perjanjian, kebebasan untuk menetapkan cara membuat
perjanjian dan yang tinggal hanya kebebasan untuk membuat atau tidak
membuat perjanjian dan kebebasan untuk memilih dengan siapa akan
membuat perjanjian.
b. Asas Konsensualisme
Asas konsensualisme yang diabstraksi melalui Pasal 1320 ayat (1)
KUHPerdata mengandung arti bahwa kata sepakat itu dimaknai sebagai
saat yang sangat menentukan lahirnya perjanjian diantara para pihak.
Dalam perjanjian baku asas ini harus mendapatkan penegasan mengenai
apa yang sesungguhnya disepakati oleh para pihak. Bilamana dapat
diterima mengenai asas freedom of entrance di atas maka yang perlu
disepakati oleh para pihak adalah : 1.adanya kehendak untuk menutup
suatu perjajian baku; 2. adanya para pihak yang menutup perjanjian itu
sendiri. Dari lima kebebasan yang terdapat dalam asas kebebasan
berkontrak dalam hukum perjanjian hanya 2 kebebasan yang ternyata
2010: 10). Analisis tidak hanya memberi gambaran saja akan tetapi
juga bermaksud mengambil kesimpulan.
3. Pendekatan Penelitian
Jenis pendekatan penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian
hukum ini adalah pendekaan kualitatif, yaitu penelitian yang
bermaksud untukmemahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan,
danlain-lain secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk
kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dengan
memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Lexy J. Molong, 2007: 6).
4. Jenis dan Sumber Data
Secara umum dalampenelitian dibedaka antara data yang diperoleh
langsung dari masyarakat dan dari bahan pustaka. Data yang diperoleh
secara langsung dari masyarakat dinamakan data primer, sedangkan
data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan ialah data sekunder
(Soerjono Soekanto, 2010: 51). Jenis dan sumber data yang akan
penulis gunakanuntuk penelitian hukum ini, yaitu :
1. Bahan hukum primer
Data hukum primer adalah data yang diperoleh dan dikumpulkan
langsung dari lapangan yang mnadi objek penelitian atau diperoleh
melalui wawancara yang berupa keterangan atau fakta-fakta aau
jugabisa disebut dengan data yang diperoleh dari sumber yang
pertama (Soerjono Soekanto, 2010: 12)
2. Bahan Hukum Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapati dari keterngan atau
pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh secara tidak langsung
antaralain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku , hasilhasil penelitian yang berwuju laporan (Soerjono Soekanto, 2010:
12).
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Data Primer
Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung dengan
responden
2. Data Sekunder
dengan
KUHPerdata
dan
ketentuan-ketentuan
Undang-undang
sebagaimana
No.
18
Tahun
di
atur
1999
dalam
tentang
Pada bab ini dijelaskan mengenai tinjauan umum tentang perjanjian terdiri
dari : pengertian konsumen, hak dan kewajiban konsumen, pengertian
perjanjian, asas-asas hukum perjanjian, syarat-syarat sahnya perjanjian,
unsur-unsur perjanjian, klausula baku, implikasi asas perjanjian pada
perjanjian baku jual beli perumahan;
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini dipaparkan mengenai hasil penelitian dan membahas sesuai
rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
BAB IV PENUTUP
Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan berupa jawaban dan saran-saran
yang dikehendaki.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku-Buku dan Literatur
Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Shidarta. Hukum Perlindungan Konsumen. 2000 Jakarta: Grasindo
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia, 2004. Jakarta: Grasindo
Soekanto, Soerjono. 2010 Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: Universitas
Indonesia.
N.H.T. Siahaan,2005, Hukum Perlindungan Konsumen dan Tanggung Jawab
Produk,Grafika Mardi Yuana, Bogor
Yayasan Lembaga Konsumen, Perlindungan Konsumen Indonesia, Suatu
Sumbangan Pemikiran Tentang Rancangan Undang- Undang Perlindungan
Konsumen, Yayasan Lembaga konsumen, Jakarta, 1981.
B. Peraturan Perundang-undangan
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Republik Indonesia
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
C. Internet
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2013/04/25/-1366882313.pdf
http://www.pksbandungkota.com/2014/10/hukum-perlindungan-konsumendari.html
http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/540/jbptunikompp-gdl-intanmutia-26992-6unikom_i-v.pdf
http://eprints.ums.ac.id/33286/1/02.%20NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36689/1/09E00843.pdf
http://www.sekedarinfo.com/melindungi-konsumen-dari-klausula-baku/
http://thepresidentpostindonesia.com/2013/05/06/perlindungan-terhadapkonsumen-atas-klausula-baku/
https://core.ac.uk/download/files/379/11717383.pdf
http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20314071-S43753-Tinjauan%20yuridis.pdf