Anda di halaman 1dari 4

Pembahasan

Pada uji coba Equilibrium dissolution experiments, dimana bertujuan untuk


mengetahui kelarutan CaCO3. Uji coba ini dilakukan dengan kondisi berada pada
fluida geothermal. Suatu sample kalsit diletakan pada alat pelarut, kemudian dialiri
oleh fluida CO2 ditambah dengan kondisi tekanan dan suhu diatur sesuai fluida
geothermal yang diambil sehingga diharapkan dapat sesuai dengan kondisi aslinya.
Suhu diatur sebesar 55oC dengan variasi tekanan. Uji coba yang pertama ini
dilakukan dengan 2 buah sample uji. Yaitu sample kalsit dan sample marmer. Dari
kedua sample tersebut memperlihatkan perbedaan. Untuk uji pertama dengan
sample kalsit adalah sebagai berikut

Pada sample yang pertama terlihat nilai error rata rata 18%
Berikut adalah sample ke dua.

Pada eksperimen yang kedua ini dengan sample marmer memperlihatkan nilai error
rata rata 10%. Error ini kemungkinan disebabkan oleh sample dimana sample kalsit
tersebut mengalami inpurity atau terdapat pengotor. Namun kesalahan kecil dapat
terjadi yaitu bisa jadi ada kesalahan dalam pembacaan suhu atau tekanan saat
dilakukan uji coba. Berikut adalah nilai error pembacaan suhu dan tekanan

Pada uji coba ke dua Scaling and corrosion modelling experiments. Uji coba ini
bertujuan untuk mengetahui perilaku scalling dan korosi pada pipa saat dilakukan
eksploitasi fluida geothermal.
Pada ujicoba ini menggunakan 2 metode. Metode pertama adalah pada saat
mencapai saturasi, calsium saturators ditutup. Metode kedua pada saat mencapai
saturasi, saturasi calsium tetap dibuka sepanjang waktu.
Pada metode pertama, untuk uji coba perilaku scaling menggunakan 2 tahapan
yaitu dengan menggunakan 5 jenis pipa (carbon-steel, zinc-plated iron, copper,
stainless steel and PVC) dan menggunakan 3 jenis pipa(carbon-steel, stainless-steel
and PVC). Hasil dari uji coba tersebut dimana uji coba pertama menunjukkan bahwa
tidak mencapai titik kesetimbangan kelarutan ion kalsium, dan pada uji coba ke dua
dengan menggunakan 3 pipa saja menunjukkan nilai mol ion kalsium yang lebih
besar. Perbedaan ini terjadi karena pada percobaan pertama dengan penggunaan 5
jenis pipa, dengan salah satunya terdapat unsur Cu dan Fe dimana kedua unsur
tersebut dapat mempengaruhi kelarutan dari kalsit sehingga unsur kalsium yang
terlarut sangat kecil sekali pada percobaan pertama dibanding percobaan ke dua.
Dari kedua percobaan tersebut scaliing pada pipa dipengaruhi oleh pipa yang
digunakan serta suhu dan tekanan fluida geothermal yang dialirkan. Semakin
rendah suhu dan tekanannya maka semakin mudah menyebabkan scalling pada
saluran pipa.

Pada metode kedua untuk pengukuran scalling tidak terlalu cocok karena kondisi
percobaan pada metode 2 ini katup calsium saturator selalu dibuka sehingga susah
untuk menghitung unsur kalsium yang ada.
Selanjutnya untuk uji coba korosi pada metode 1 dan 2 memperlihatkan hasil
dimana tingkat korosif lebih cepat terjadi pada metode 2 yaitu 0.76 mm/year
sedangkan pada metode 1 sebesar 0.10 mm/year. Hal ini terjadi karena pada
metode 2 Ca-saturator terbuka sepanjang waktu walau sudah mencapai saturasi
atau titik jenuh. Sehingga pada metode 2 fluida geothermal yang mengalir karena
tingginya tingkat kejenuhan fluidanya menyebabkan korosifnya pada pipa-pipa yang
digunakan

Anda mungkin juga menyukai