Anda di halaman 1dari 23

Nama : ____________________________

Kelompok

: __________________

NIM

Semester

: __________________

: ____________________________

LKS MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PERCOBAAN PENGARUH


BAHAN PATI ALAMI TERHADAP HASIL JADI PENGANJIAN PADA KAIN
KATUN

A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan disediakan alat dan bahan percobaan (C), yang sesuai dengan rubrik
penilaian (D) siswa (A) dapat merencanakan dan melaksanakan percobaan penganjian
kain katun dengan menggunakan pati singkong dan garut, yang meliputi (B):
a. Merumuskan masalah
b. Merumuskan hipotesis
c. Menuliskan landasan teori
d. Mengidentifikasi variabel
e. Mendefinisikan operasional variabel
f. Melaksanakan prosedur
g. Menuliskan hasil percobaan
h. Menganalisis data
i. Membuat kesimpulan
j. Melakukan penyelidikan lebih lanjut
B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh jenis pati (VM) terhadap hasil jadi penganjian pada kain katun
(VR)?
C. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumuskan hipotesis yang mungkin muncul pada
percobaan yang dilakukan?
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
D. Landasan Teori

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 1

Berdasarkan rumusan masalah di atas, rumuskan landasan teori yang berkaitan dengan
percobaan yang dilakukan?
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
E. Identifikasi Variabel
1. Variabel Manipulasi
____________________________________________________________________
2. Variabel Respon
_____________________________________________________________________
3. Variabel Kontrol
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Manipulasi :
_____________________________________________________________________
2. Variabel Respon:
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Alat dan Bahan
3. Variabel Kontrol:
____________________________________________________________________
Singkong: 500 gram
____________________________________________________________________
Garut: 500 gram
Air: 1 L (500 ml untuk membuat
____________________________________________________________________
pati dan 500 ml untuk
dipanaskan)
G. Prosedur
Kain
katun warna putih: 11 cm x
1. Alat
dan Bahan
11 cm
Baskom
Parutan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
LKS 1 Percobaan
Gelas ukur
Page 2
Saringan kain
Panci
Spatula

2. Membuat pati singkong dan garut


Untuk membuat pati singkong dan garut memiliki langkah-langkah yang sama, yaitu
sebagai berikut:
a. Singkong dan garut dikupas, kemudian dicuci bersih.
b. Singkong dan garut diparut hingga halus seperti bubur.
c. Parutan singkong dan garut, diperas dengan menggunakan saringan kain.
d. Ampas singkong dan garut diberi air 500 ml, kemudian peras untuk kedua
kalinya.
e. Biarkan pati singkong dan garut selama 24 jam.
f. Setelah 24 jam buang cairan yang terdapat di atas endapan, kemudian jemur
endapan pati singkong dan garut hingga kering.
g. Pati singkong dan garut yang kering akan berbentuk tepung.

3. Proses Penyempurnaan Tekstil Penganjian


Untuk proses penyempurnaan tekstil penganjian menggunakan pati singkong dan
garut memiliki langkah-langkah yang sama, yaitu sebagai berikut:
a. Kain katun dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan deterjen, untuk
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

melarutkan kotoran pada kain katun.


Panaskan air 500 ml hingga air mendidih (1000C)
Larutkan pati dengan air mendidih, aduk hingga pati larut.
Celupkan kain katun ke dalam larutan pati dan diamkan selama 2 menit.
Angkat kain katun dari larutan pati.
Luruhkan larutan pati yang masih menempel pada kain katun.
Jemur hingga setengah kering.
Seterika kain katun yang sudah dikanji dalam keadaan setengah kering.
Setelah diseterika kain katun akan mengeras.

H. Hasil Percobaan
Tuliskan hasil percobaan pengaruh bahan pati alami terhadap hasil penganjian pada kain
katun pada tabel di bawah ini!
Tabel 1
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 3

Variabel Manipulasi (Jenis Pati)


Pati Singkong

Variabel Respon

Pati Garut

I. Melakukan Analisis Data


Buatlah analisis mengenai percobaan yang telah anda lakukan berdasarkan hasil data
yang telah anda peroleh!
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
J. Membuat Kesimpulan
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 4

Buatlah kesimpulan mengenai percobaan yang telah anda lakukan!


________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
K. Melakukan Penyelidikan Lebih Lanjut
Lakukan penelitian lebih lanjut untuk rumusan masalah dan hipotesis yang lain!
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA
http://foodtech.binus.ac.id/2015/10/12/pati-alami-vs-pati-termodifikasi/
Nisbet, Harry. 1912. Theory Of Sizing. London: Manchester Emmot&CO.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 5

Nama : ____________________________

Kelompok

: __________________

NIM

Semester

: __________________

: ____________________________

KUNCI LKS
MERENCANAKAN DAN MELAKSANAKAN PERCOBAAN PENGARUH
BAHAN PATI ALAMI TERHADAP HASIL JADI PENGANJIAN PADA KAIN
KATUN

A. Tujuan Pembelajaran
A. Dengan disediakan alat dan bahan percobaan (C), siswa (A) dapat merencanakan dan
melaksanakan percobaan penganjian kain katun dengan menggunakan pati singkong
dan garut (B), yang sesuai dengan rubrik penilaian (D), yang meliputi (B):
a. Merumuskan masalah
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 6

b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

Merumuskan hipotesis
Menuliskan landasan teori
Mengidentifikasi variabel
Mendefinisikan operasional variabel
Merancang prosedur eksperimen
Menuliskan hasil percobaan
Menganalisis data
Membuat kesimpulan
Melakukan penyelidikan lebih lanjut

B. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh bahan pati (VM) terhadap hasil jadi penganjian pada kain
katun (VR)?
C. Hipotesis
Jika penganjian dengan menggunakan pati singkong dan garut dapat diterapkan pada kain
katun, maka hasil dari penganjian dengan menggunakan pati singkong lebih kaku
daripada pati garut.
D. Landasan Teori
a. Penyempurnaan Tekstil
Penyempurnaan Tekstil adalah pengolahan/pengerjaan terhadap kain tekstil
yang masih mentah dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan memenuhi
persyaratan yg diperlukan sampai menjadi kain tekstil jadi yang siap dipergunakan.
Proses penyempurnaan tekstil meliputi:
A. Proses

penyempurnaan

mekanik/fisika/penyempurnaan

kering,

yaitu

memanfaatkan peralatan mekanis untuk merubah sifat kain dan biasanya


menghasilkan perubahan pada penampakan kain. Penyempurnaan fisika, meliputi:
a) Penyempurnaan Kalender: penyempurnaan kalender dimaksudkan untuk
memperoleh kain dengan permukaan rata, halus dan berkilau dengan cara kain
dilewatkan dan ditekan diantara rol-rol kalender yang panas.Hasil yang baik
akan diperoleh bila serat pada kain dalam kondisi plastis yaitu dalam keadaan
lembab dan panas. Efek penyempurnaan kalender dapat bersifat sementara
maupun permanen, tergantung pada jenis proses penyempurnaan seblumnya
dan juga jenis serat dari kain yang diproses. Beberapa contoh efek kalender,
antara lain:
Efek maat : efek permukaan kain rata namun tidak begitu berkilau, benang
tidak begitu pipih.
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 7

Efek swizzing : efek permukaan kain rata dan berkilau dengan benang-

benang pipih.
Efek Glazing : efek permukaan kain yang sangat halus, licin dan berkilau
yang diperoleh jika kain dikerjakan dengan resin terlebih dahulu, kemudian
dilewatkan pada kalender friksi. Kain chintz adalah salah satu contoh kain

hasil glazing.
Efek Cire : kata cire berasla dari bahasa Perancis yang berarti lilin, efek ini

diperoleh setelah kain diproses dengan lilin atau bahan termoplastik lainnya.
Efek Moire : Moire (bahasa Perancis) yang berari air, efek ini menghasilkan

kain dengan kenampakan seperti riak gelombang pada permukaan air.


Efek Emboss: efek ini menghasilkan motif timbul pada permukaan kain
akibat kain dilewatkan pada rol logam panas yang diukir membentuk motif

tertentu.
b) Penyempurnaan Sanforisasi: kain tenun yang terbuat dari serat kapas dan rayon
memiliki daya serap yang tinggi terhadap air dan cenderung bertambah panjang
akibat adanya tarikan sejak dari pertenunan hingga proses basah tekstil seperti
pemasakan dan pencelupan, dimana sat pencucian dan pengeringan kain
tersebut berpotensi untuk mengkerat kembali sehingga kain berubah
dimensinya.
c) Pelipatan dan Penggulungan Kain: penyempurnaan mekanik terkahir sebelum
kain siap dijual adalah melipat atau menggulung kain, dimana didalamnya
termasuk juga penentuan panjang kain/piece length.
B. Proses

Penyempurnaan

Kimia/Penyempurnaan

Basah,

yaitu

melibatkan

penambahan suatu zat kimia tertentu pada kain untuk mencapai hasil yang
diinginkan, namun tidak merubah kenampakan kain. Proses ini berfungsi untuk:
a) Penyempurnaan untuk memperbaiki kenampakan dan pegangan kain:
Pelembutan

&

pelemasan,

Kreeping,

Merserisasi,

Biopolishing/Penyempurnaan enzim, Penganjian, Penyempurnaan resin (anti


kusut, kain keras).
b) Penyempurnaan peningkatan daya pakai: tolak air, tahan api, anti hama, anti
jamur, anti busuk, antistatik, anti UV.
Proses penyempurnaan Kimia/Penyempurnaan Basah, meliputi:
a) Penyempurnaan Resin bertujuan untuk memperbaiki tahan kusut dan stabilitas
dimensi kain ( mengurangi mengkeret kain saat pencucian) yang terbuat dari
serat selulosa seperti kapas dan rayon viskosa. Selain itu resin dapat pula
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 8

digunakan untuk membuat kain kaku secara permanen, dapat pula memberikan
sifat termoplastik pada permukaan bahan yang selanjutnya akan diproses pada
penyempurnaan mekanik seperti calendering.
b) Penganjian/sizing adalah proses pemberian larutan kanji pada benang lungsi
dengan tujuan untuk meningkatkan daya tenun, memperbaiki rasa rabaan,
memperbaiki mutu benang dari segi kekuatan, mulur, ketahanan gesek, dan
kelenturannya. Proses ini bertujuan untuk melapisi bulu benang dengan
campuran kanji agar memudahkan dalam proses menenun benang kapas
menjadi kain. Penganjian dapat dilakukan dengan menggunakan bahan
campuran kimia atau dengan menggunakan bahan alami (Binus.ac.id:2015).
b. Proses Penyempurnaan Tekstil Penganjian/Sizing
Porses penyempurnaan tekstil penganjian/sizing adalah proses pemberian
larutan kanji pada benang lungsi dengan tujuan untuk meningkatkan daya tenun,
memperbaiki rasa rabaan, memperbaiki mutu benang dari segi kekuatan, mulur,
ketahanan gesek, dan kelenturannya. Proses ini bertujuan untuk melapisi bulu benang
dengan campuran kanji agar memudahkan dalam proses menenun benang kapas
menjadi kain. Penganjian dapat dilakukan dengan menggunakan bahan campuran
kimia atau dengan menggunakan bahan alami.
Maka proses sizing pada dasarnya adalah mempersiapkan benang agar kuat,
tahan gesek, lentur dan mampu ditenun pada kecepatan tinggi dan density tinggi
sesuai kualitas yang diharapkan, maka proses sizing dianggap baik bila:
1) Mampu meningkatkan tahan gesek benang, walau pada mesin dengan rpm
tinggi.
2) Mampu meningkatkan kekuatan tarik benang (standart: meningkat 75%).
3) Mampu mempertahankan kelembutan (soft surface) dan fleksibilitas.
4) Mampu menidurkan sebagian besar bulu- bulu serat benang. (Bulu 3 mm max =
5 pcs/m).
5) Mampu mempertahankan DAYA MULUR (Standart: Elongation +/- 75% dari
aslinya).
6) Mampu menyimpan kandungan air yang cukup untuk mencegah static
electricity.
7) Mampu dihilangkan kanjinya dengan mudah (Cukup dengan air panas + Na OH
atau Enzym)
8) Mampu bertahan dari serangan jamur dan cendawan.
Penganjian yang gagal akan menyebabkan produktifitas dan kualitas yang
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 9

rendah pada kain yang dihasilkan. Penganjian yang gagal dapat menyebabkan, antara
lain:
1) Benang lusi putus terus saat ditenun , baik karena rapuh atau karena regas.
2) Timbul nep dan butiran- butiran kasar pada permukaan kain yang terjadi karena
bulu- bulu serat kain yang muncul kepermukaan saat gesekan pada saat proses
pertenunan, berakibat pada turunnya kualitas kain.

3) Pada pertenunan air jet, bulu-bulu yang timbul akan menghambat gerakan
peluncuran pakan sehingga akan banyak terjadi STOP PAKAN yang akan
berakibat banyaknya STOP MARK maupun MISS PICK (cacat arah pakan),
yang berakibat pada turunnya effisiensi dan kualitas.
Ada tiga jenis bahan kanji yang dapat digunakan dalam proses penyempurnaan
tekstil penganjian/sizing, antara lain:
1) Kanji alam (strach) atau dengan istlah lain adalah natural strach, yaitu bahan
penganjian yang berasal dari alam, seperti kanji jagung/maizena, kanji
singkong/tepung tapioka, tepung terigu, tepung garut, tepung terigu dan lainlain. Sifat dari kanji alam, yaitu mudah didapat, harganya murah tetapi sangat
sulit dihilangkan pada proses desizing (penghilangan kanji).
2) Kanji hewan, contohnya yaitu gelatin.
3) Kanji sintetik (buatan) adalah kanji yang di buat oleh manusia (kanji buatan)
seperti kanji acrylic, PVA dan lain-lain. Sifat kanji buatan, yaitu mudah
dihilangkan tetapi harganya sangat mahal.
c. Kanji Alam (Strach) Singkong dan Garut
Bahan alami yang dapat digunakan untuk proses penganjian, yaitu pati alam.
Pati alami dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman yang dibentuk (disintesa) di
dalam daun (plastid) dan amiloplas seperti umbi/akar (singkong, kentang, talas, ubi
jalar, garut, dll), batang (sagu), dan biji (beras, gandum, dan jagung). Pati diperoleh
dengan cara ekstraksi dalam air, diikuti dengan proses penyaringan, pengendapan,
pencucian, dan pengeringan. Pati alam menghasilkan perekat yang dapat digunakan
untuk proses penyempurnaan tekstil penganjian. Pati alam berupa butiran-butiran
kecil yang sering disebut sebagai granula. Untuk menghasilkan larutan pati alam

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 10

yang baik diperlukan pemanasan yang baik, agar granula pati dapat larut (granula
tidak larut dalam air pada temperatur ruangan) (Binus.ac.id:2015).
Pati tersusun paling sedikit oleh tiga komponen utama yaitu amilosa,
amilopektin dan material antara seperti, protein dan lemak (Bank dan Greenwood,
1975). Umumnya pati mengandung 15 30% amilosa, 70 85% amilopektin dan 5
10% material antara. Struktur dan jenis material antara tiap sumber pati berbeda
tergantung sifat-sifat botani sumber pati tersebut. Secara umum dapat dikatakan
bahwa pati biji-bijian mengandung bahan antara yang lebih besar dibandingkan pati
batang dan pati umbi (Greenwood, 1975).
Singkong yang juga dikenal sebagai ketela pohon atau ubi kayu, dalam bahasa
inggris bernama cassava, adalah pohon dari keluarga Euphorbiaceae dan merupakan
tanaman tahunan dari negara tropis dan subtropis. Ketela pohon Ketela (Manihot
Utillisima) mempunyai kemampuan untuk membentuk gel melalui proses pemanasan
(90o C atau lebih) sebagai akibat pecahnya struktur amilosa dan amilopektin. Dengan
terbentuknya gel ini, ketela mampu menjebak udara dan air bebas. Pemecahan ikatan
amilosa dan amolopektin akan menyebabkan terjadinya perubahan lebih

lanjut

seperti peningkatan molekul air sehingga terjadi penggelembungan molekul,


pelelehan kristal, dan terjadi peningkatan viskositas (M.J. Deman, 1993).
Garut berasal dari wilayah Amerika Selatan dari dataran rendah di Brasil Barat.
Umbi garut tumbuh di dalam tanah dengan batang bercabang yang tingginya
mencapai 40 -100 cm, rimpangnya berwarna putih, lunak dan berdaging tebal.
Daunnya hampir mirip dengan daun kunyit atau temu-temuan, memiliki bunga
majemuk berwarna putih yang cantik.
Tanaman garut dapat kita jumpati hampir diseluruh wilayah di Indonesisa.
Tanaman garut (Marantha arundinacea L.:Maranthaceae). Tanaman ini merupakan
suatu jenis herbal, tegak, berumpun dan merupakan tanaman tahunan. Tinggi
tanaman mencapai 0,5-1,5 m, dengan batang berdaun dan mempunyai percabangan
menggarpu. Tanaman garut dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah dan ketinggian
tempat serta di bawah naungan (Arimbi, 1998: Villamayor&Jukema, 1995). Akar
garut atau yang dikenal dengan umbi garut berwarna putih, panjangnya mencapai 1030cm, diameter 2-5 cm dan dibungkus oleh daun-daun sisik yang berwarna
kecoklatan.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 11

Singkong memiliki kadar pati 80% dan kadar air 13%, sedangkan garut
memiliki kadar pati 19,4-21,7% dan kadar air 69-72%. Berdasarkan kandungan
tersebut, pati singkong memiliki kadar pati yang jauh lebih tinggi daripada garut,
sedangkan garut memiliki kadar air yang jauh lebih tinggi daripada singkong, hal ini
berpengaruh pada hasil larutan kanji, larutan kanji lebih kental daripada larutan kanji
pada garut dengan takaran jumlah air, suhu air, dan jumlah pati yang sama. Larutan
kanji yang lebih kental menghasilkan penganjian pada kain katun yang lebih kaku
(Binus.ac.id:2015).

E. Identifikasi Variabel
1. Variabel Manipulasi : Jenis bahan pati
2. Variabel Respon
: Kualitas hasil jadi penganjian
3. Variabel Kontrol
:
a. Berat bahan yang akan diambil patinya
b. Jumlah pati yang digunakan
c. Jumlah air yang digunakan
d. Suhu air yang dipanaskan
e. Ukuran kain katun
F. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Manipulasi : Jenis bahan pati yang digunakan, adalah pati singkong (ketela
pohon kaspe) dan garut.
2. Variabel Respon:
Kriteria kualitas hasil jadi penganjian dianggap berhasil apabila, sebagai berikut:
a. Jika diamati melalui indera penglihatan dan indera peraba, hasil dari penganjian
pada kain katun mampu menidurkan sebagian besar bulu-bulu serat benang.
b. Jika diamati dengan indera peraba, kain katun lebih kaku daripada sebelum
mengalami proses penganjian.
c. Jika diamati dengan indera peraba, hasil penganjian kain katun mampu
mempertahankan daya mulur.
d. Mampu dihilangkan kanjinya dengan mudah.
e. Jika diamati melalui indera penglihatan, hasil penganjian kain katun mampu
bertahan dari serangan jamur dan cendawan.
3. Variabel Kontrol:
a. Singkong dan garut yang akan dibuat pati: 500 gram
b. Pati singkong dan garut yang digunakan: 1 sendok teh
c. Air yang digunakan: 500 mL
d. Suhu air: 1000C (air mendidih)
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 12

e. Kain katun: 11 cm x 11 cm

G. Prosedur
1. Siapkan Alat dan Bahan
Alat dan Bahan

Singkong: 500 gram


Garut: 500 gram
Air: 1 L (500 ml untuk membuat
pati dan 500 ml untuk
dipanaskan)
Kain katun warna putih: 11 cm x
11 cm
Baskom
Parutan
2. Membuat pati singkong dan garut
Gelas
ukur pati singkong dan garut memiliki langkah-langkah yang sama, yaitu
Untuk
membuat
Saringan kain (contoh kain
sebagai
berikut:
sifon)
a. Singkong
dan garut dikupas. Singkong dan garut yang telah dikupas, dicuci bersih
Panci
hingga
Spatulatidak terdapat kotoran (tertutama kotoran dari tanah) yang melekat pada
singkong dan garut. Berikut ini adalah cara mengupas singkong dan garut yang
benar. Proses ini harus dilakukan dengan benar, untuk menghasilkan singkong
dan garut yang benar-benar bersih, agar dapat menghasilkan pati singkong dan
garut yang berwarna putih dan tidak terdapat butiran berwarna gelap, akibat
kotoran yang dibawa oleh singkong dan garut, terutama kotoran yang berasal dari
tanah. Pati singkong yang terdapat butiran berwarna gelap akibat kotoran yang
dibawa oleh singkong dan garut, akan tampak pada hasil akhir dari penganjian
kain katun. Kain katun yang sudah mengalami proses penganjian akan tampak
tidak bersih (contoh hasil penganjian pada kain katun terlampir pada kunci LKS
bagian akhir dari prosedur).
Cara mengupas kulit Singkong yang benar, yaitu sebagai berikut:

Bersihkan singkong dari tanahnya dengan cara dikeprak, agar tanahnya


rontok lalu cuci dengan air, hal ini agar tanah tidak kena kedalam singkong
saat dikupas kulit arinya.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 13

Potong singkong menjadi beberapa bagian jika ukurannya panjang, agar


tidak susah melepaskan kulitnya.

Kupas sedikit kulitnya secara vertikal seperi membelah buah, lalu


selebihnya tarik dan kupas dengan tangan, seperti pada gambar G.1 di
bawah ini pada bagian gambar Singkong Dikupas.

Setelah mengupas kulit singkong, singkong dicuci bersih seperti pada


gambar G.1.

Cara mengupas kulit Garut yang benar, yaitu sebagai berikut:


Garut dicuci bersih terlebih dahulu, agar kotoran yang melekat pada garut
hilan (Garut yang sudah dicuci bersih, akan tampak seperti pada gambar G.1

bagian Gambar Garut).


Garut memiliki struktur kulit yang berbeda dengan singkong, jika pada
singkong dengan mengupas sedikit kulitnya secara vertikal, maka akan lebih
mudah mengupas kulit singkong. Untuk mengupas kulit garut dengan cara

disisik kulitnya di bawah air bersih yang mengalir.


Setelah garut dikupas, garut dicuci hingga bersih dan tidak tampak kotoran
yang melekat pada garut.

Gambar Singkong

Gambar Garut

Singkong Dicuci

Singkong Dikupas

Singkong Setelah Dikupas

Gambar G.1 Proses Mengupas dan Mencuci Garut dan Singkong


b. Singkong dan garut diparut hingga halus seperti bubur, dengan cara seperti pada
gambar di bawah ini.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 14

Gambar G.2 Memarut Sngkong


c. Parutan singkong dan garut, diperas dengan menggunakan saringan kain. Untuk
menghasilkan pati singkong dan garut dalam jumlah yang banyak, menggunakan
saringan kain dengan pori-pori kain yang tidak terlalu rapat dan tidak terlalu lebar
(contoh saringan kain yang baik dari bahan kain sifon) dan diperas hingga yang
terdapat pada saringan kain hanya berupa ampas dari parutan singkong dan garut.

Gambar G.3 Menyaring Singkong


d. Ampas singkong dan garut diperas untuk kedua kalinya dengan cara diberi air
500 ml.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 15

Gambar G.4 Proses Menyaring Ampas Singkong


e. Hasil perasan parutan singkong dan garut didiamkan selama 24 jam, di dalam
gelas kaca, dengan suhu ruangan (250C 270C), hingga pati singkong dan garut
mengendap.

Gambar G.5 Mengendapkan Pati Singkong


f. Setelah diendapkan selama 24 jam, buang cairan yang terdapat di atas endapan,
kemudian jemur endapan pati singkong dan garut hingga kering. Endapan pati
singkong dan garut akan tampak seperti pada gambar di bawah ini.

Dibuang

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 16

Endapan Pati yang Dijemur

Gambar G.6 Proses Mengambil Pati Singkong


g. Endapan pati singkong dan garut yang telah dijemur hingga kering, digerus
hingga halus, seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar G.7 Contoh Hasil Jadi Pati Singkong


3. Proses Penganjian
Untuk proses penganjian dengan pati singkong dan garut memiliki langkah-langkah
yang sama, yaitu sebagai berikut:
a. Kain katun dicuci terlebih dahulu dengan menggunakan deterjen, untuk
melarutkan kotoran pada kain katun, kemudian kain katun dijemur hingga kering.
Mencuci kain katun sebelum melakukan proses penganjian, bertujuan untuk
menghilangkan semua kotoran yang terdapat pada kain dan zat-zat kimia yang
terdapat pada kain yang ditambahkan saat proses pembuatan kain katun. Jika kain
katun tidak dicuci terlebih dahulu, maka kanji yang telah dibuat dari pati singkong
dan garut tidak dapat melekat pada kain katun.

Gambar G.8 Proses Mencuci Kain Katun


LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 17

b. Panaskan air 500 ml hingga air mendidih (1000C). Di dalam proses penganjian
kain katun, salah satu hal yang menjadi faktor utama yang harus diperhatikan,
yaitu air yang digunakan untuk melarutkan pati. Air yang digunakan untuk
melarutkan pati harus menggunakan air yang mendidih dengan suhu 1000C, hal
ini disebabkan oleh granula-granula yang terkandung pada pati hanya dapat larut
di dalam air yang mendidih dengan suhu tersebut di atas. Penggunaan air yang
kurang mendidih, tidak dapat melarutkan granula-granula yang terkandung pada
kanji, sehingga kanji akan tampak menggumpal. Kanji yang tampak menggumpal
akan menyisakan gumpalan-gumpalan kanji pada kain katun pada hasil jadi
proses penganjian pada kain katun.

Gambar G.9 Proses Memanaskan Air

c. Larutkan pati dengan air mendidih, kemudian aduk hingga pati larut dan tidak
terdapat pati yang menggumpal.

Gambar G.10 Proses Melarutkan Pati


LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 18

d. Celupkan kain katun ke dalam larutan pati dan diamkan selama 2 menit.

Gambar G.11 Mencelupkan Kain Katun ke Dalam Larutan Pati


e. Angkat kain katun dari larutan pati.

Gambar G.12 Mengangkat Kain Katun dari Larutan Pati


f. Luruhkan larutan pati yang masih menempel pada kain katun. Pastikan tidak
terdapat gumpalan pati pada kain katun. Gumpalan pati pada kain katun yang
berupa tetesan larutan pati, akan tampak pada kain katun berupa gumpalan pada
hasil jadi penganjian.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 19

Gambar G.13 Meluruhkan Pati dari Kain Katun


g. Jemur kain katun yang sudah dikanji hingga setengah kering.
h. Seterika kain katun yang sudah dikanji dalam keadaan setengah kering.

Gambar G.14 Menyetrika Kain Katun yang Sudah Dikanji


i. Setelah diseterika kain katun akan mengeras.
j. Contoh hasil penganjian kain katun dengan pati singkong dan garut.
Penganjian kain katun dengan menggunakan pati singkong.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 20

Penganjian kain katun dengan menggunakan pati garut.

H. Hasil Percobaan
Tabel 1
Variabel Manipulasi
Pati Singkong

Variabel Respon (Kualitas Hasil


a. Kain

Penganjian)
katun lebih kaku

setelah

mengalami proses penganjian.


b. Bulu-bulu serat benang pada kain
katun tampak tidur/tidak terdapat
bulu-bulu serat benang yang muncul
pada permukaan kain katun.
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 21

c. Kemuluran

kain

katun

tampak

berkurang.
Pati Garut

a. Kain

katun

lebih

kaku

setelah

mengalami proses penganjian, namun


untuk hasil penganjian pati singkong
lebih kaku daripada pati garut.
b. Bulu-bulu serat benang pada kain
katun tampak tidur/tidak terdapat
bulu-bulu serat benang yang muncul
pada permukaan kain katun.
c. Kemuluran kain katun

tampak

berkurang.

I. Melakukan Analisis Data


Dari hasil percobaan pada data tabel 1, dapat dianalisis, bahwa penganjian dengan bahan
pati singkong menghasilkan kain katun yang lebih kaku daripada penganjian dengan
bahan pati garut.
J. Membuat Kesimpulan
Dari analisis data di atas, dapat disimpulkan bahwa, hipotesis diterima, yaitu jika
penganjian dengan menggunakan pati singkong dan garut dapat diterapkan pada kain
katun, maka hasil dari penganjian dengan menggunakan pati singkong dan garut, yaitu
sebagai berikut:
1. Kain katun yang dikanji dengan menggunakan pati singkong menghasilkan kain katun
yang lebih kaku saat diraba, daripada dengan menggunakan pati garut.
2. Bulu-bulu serat benang pada kain katun tampak tidur/tidak terdapat bulu-bulu serat
benang yang muncul pada permukaan kain katun setelah mengalami proses penganjian
menggunakan pati singkong dan garut.
3. Kemuluran kain katun tampak berkurang setelah mengalami proses penganjian
menggunakan pati singkong dan garut.
K. Melakukan Penyelidikan Lebih Lanjut
1. Rumusan Masalah
Bagaimana pengaruh bahan pati alami (VM) terhadap hasil jadi penganjian pada
kain katun (VR)?
2. Hipotesis
LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 22

Jika penganjian dengan menggunakan pati singkong dan jagung dapat diterapkan pada
kain katun, maka hasil dari penganjian dengan menggunakan pati jagung lebih lentur
daripada pati singkong.
3. Definisi Operasional Variabel
a. Variabel Manipulasi
: Jenis bahan pati alami yang digunakan, adalah pati
singkong dan jagung.
b. Variabel Respon:
Kriteria kualitas hasil jadi penganjian dianggap berhasil apabila, sebagai berikut:
1) Jika diamati melalui indera penglihatan dan indera peraba, hasil dari penganjian
pada kain katun mampu menidurkan sebagian besar bulu-bulu serat benang.
2) Jika diamati dengan indera peraba, kain katun lebih kaku daripada sebelum
mengalami proses penganjian.
3) Jika diamati dengan indera peraba, hasil penganjian kain katun mampu
mempertahankan daya mulur.
4) Mampu dihilangkan kanjinya dengan mudah.
5) Jika diamati melalui indera penglihatan, hasil penganjian kain katun mampu
bertahan dari serangan jamur dan cendawan.
c. Variabel Kontrol:
1) Singkong dan jagung yang akan dibuat pati: 500 gram
2) Pati singkong dan jagung yang digunakan: 1 sendok teh
3) Air yang digunakan: 500 ml
4) Suhu air: 1000C (air mendidih)
5) Kain katun: 11 cm x 11 cm
DAFTAR PUSTAKA
http://foodtech.binus.ac.id/2015/10/12/pati-alami-vs-pati-termodifikasi/
Nisbet, Harry. 1912. Theory Of Sizing. London: Manchester Emmot&CO.

LKS 1 Percobaan Penganjian Pada Kain Katun Dengan Bahan Pati Alami
Page 23

Anda mungkin juga menyukai