Anda di halaman 1dari 2

Muslim Prestatif

Adalah penting, anda merancang tujuan yang anda inginkan. Termasuk ketika Anda
menentukan ingin menjadi seorang muslim dengan prestasi seperti apa. Karena jika Anda hidup
tanpa tujuan, Anda tidak akan pernah sampai ke mana-mana. Anda akan menghabiskan energi
dan waktu tanpa pernah sampai ke mana pun. Jika Anda tidak punya tujuan, Anda tidak pernah
akan pernah tahu apakah Anda melangkah ke arah yang benar atau meleset, hanya karena
Anda tidak memiliki orientasi atau petunjuk arah.
Tujuan Anda tercapai karena Anda mempunyai tujuan untuk dicapai. Tanpa tujuan, Anda tidak
bisa mengatakan, Tujuan saya tercapai. Dengan memiliki tujuan, Anda memiliki orientasi.
Dengan memiliki tujuan, Anda mempersiapkan diri untuk sampai ke sana dan Anda tahu apa
yang akan Anda lalukan ketika Anda tiba di sana. Dengan memiliki tujuan, Anda akan
mengarahkan perhatian ke sana, dan Anda akan selalu melangkah mendekati tujuan itu. Apa
pun tujuan Anda, Anda perlu menetapkannya. Anda perlu menanamkan tujuan itu di dalam
benak Anda. Anda perlu memiliki sesuatu untuk dicapai dengan tindakan Anda. Tanpa tujuan,
Anda akan mengerjakannya asal-asalan. Anda hanya akan membuang-buang waktu. Karena itu,
demi waktu Anda, tetapkanlah tujuan.
Memiliki tujuan akan membuat Anda selalu bergairah mengerjakan urusan-urusan anda. Ketika
Anda sudah menetapkan tujuan, dan ketika tujuan Anda terus-menerus melekat di dalam benak,
seluruh mekanisme di dalam diri Anda akan membuat persiapan untuk sampai ke sana. Secara
fisik dan psikis, Anda akan mempersiapkan diri. Dan ketika itu terjadi, Anda bisa menikmati apa
yang ada di dalam benak Anda, dan saat itulah tujuan Anda terasa dalam jangkauan. Karena ia
kini menjadi bagian dari keseharian Anda. Ia menjadi bagian dari diri Anda.
Dalam pengalaman saya, cara termudah dan terbaik untuk mendesain target dan tujuan
adalah dengan mengawali dari tujuan akhirnya, berupa mengajukan pertanyaan cerdas.
Mengapa bertanya? Karena dengan bertanya, Anda memunculkan jawaban. Makin berkualitas
pertanyaan Anda, makin berkualitas pula jawaban yang Anda dapatkan. Ada satu pertanyaan,
yang mampu mendorong kita untuk menuju hasil akhir dan menggunakan sumber daya yang
ada sembari menuju ke sana. Yakni, Bagaimana jika?
Pertanyaan Bagaimana jika? memunculkan perasaan berdaya, mengeksplorasi beragam
kemungkinan, dan memprovokasi diri untuk bertindak mewujudkannya. Pertanyaan ini, bermula
dari tujuan yang Anda inginkan adalah (sangat) mungkin untuk terjadi. Pertanyaan ini,
berdasarkan betapa segala sumber daya yang Anda butuhkan sudah tersedia. Dan, pertanyaan
ini berangkat dari keyakinan bahwa hal itu benar adanya.

Sesaat, Anda perlu membayangkan bagaimana jika Anda menggunakan pertanyaan ini dalam
tujuan mendongkrak kualitas dan kuantitas ibadah Anda. Maka, Anda akan mendapatkan
beragam variasi dari pertanyaan Bagaimana jika?, misalnya:

Bagaimana jika saya dapat khatam membaca Al Quran setiap satu bulan?
Bagaimana jika saya disiplin sholat lima waktu, tepat waktu (dan berjamaah)?
Bagaimana jika saya istiqomah berpuasa sunnah?
Bagaimana jika saya membiasakan diri sholat qiyamul lail setiap malam?
Bagaimana jika saya gemar bersedekah?
Bagaimana jika saya bisa menghafal Al Quran?
Bagaimana jika saya dapat berangkat umroh dan Haji bersama keluarga?
Bagaimana jika saya menyediakan anggaran khusus untuk membeli hewan qurban di
setiap tahun?
Bagaimana jika saya mampu menyediakan sajian berbuka puasa Ramadhan tahun ini,
untuk sebulan penuh?
Bagaimana jika saya produktif menghasilkan karya yang bernilai amal jariyah?
Bagaimana jika lingkungan di sekitar saya membudayakan baca Al Quran?
Bagaimana jika orang tua, keluarga, dan tetangga saya turut berlomba-lomba
mensyiarkan dakwah Islam?
Bagaimana jika saya meneladani sunnah Nabi Muhammad saw dan para sahabatnya,
dalam keseharian?

Ingat, pertanyaan Bagaimana jika? menuntun diri untuk berorientasi ke masa depan dan
menghubungkan upaya di masa kini dalam rangka perwujudan tujuan. Dengan pertanyaan
Bagaimana jika, Anda dapat menciptakan tujuan dan target paling ambisius sekali pun. Dan di
saat bersamaan, membantu Anda terbebas dari jeratan perasaan tak berdaya atas kondisi yang
ada. Mungkin, Anda memiliki kelemahan, kekurangan sumber daya, atau bahkan kesalahan di
masa lalu. Tapi berbekal pertanyaan Bagaimana jika?, kondisi itu tidak menghambat obsesi
pribadi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. Lebih dari itu, pertanyaan Bagaimana
jika? justru membantu Anda memunculkan peluang, potensi, dan cara-cara kreatif guna
mewujudkan apa yang kita kehendaki.
Bagaimana jika saya rajin meminta kepada Allah seraya terus berupaya
agar dimatikan dalam kondisi khusnul khotimah?

Anda mungkin juga menyukai