Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melanoma maligna adalah tumor ganas kulit yang berasal dari sel melanosit dengan
gambaran berupa lesi kehitam-hitaman pada kulit atau mukosa. Melanoma sebagian besar
ditemukan di kulit, namun kemungkinan juga dapat terjadi pada tempat lain, dimana
melanosit ditemukan.1,2
Melanoma merupakan cutaneous pigmented cancer yang sangat agresif dan dapat menyebar
dari bagian tubuh lain yang letaknya berjauhan. Lesi biasanya nampak sebagai suatu daerah
pigmentasi yang dalam dan seringkali disertai ulser dan perdarahan yang cenderung untuk
meningkat secara progresif.
Menurut WHO, jumlah kasus melanoma yang terjadi di dunia meningkat dengan cepat
dibanding dengan kasus keganasan lainnya Metastase melanoma maligna dapat terjadi secara
limfogen dan hematogen.
Pemeriksaan klinis saja tidak dapat menunjang diagnosa yang tepat pada melanoma maligna
tanpa dilakukan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan penunjang harus segera dilakukan
apabila telah dicurigai adanya melanoma.
Penyebab pasti melanoma tidak jelas, tetapi radiasi sinar ultraviolet (UV) dapat
meningkatkan risiko terkena melanoma. Faktor lainnya adalah genetik yang mungkin juga
memainkan peran.2
Diperkirakan, melanoma disebabkan karena kegagalan kulit seseorang yang mudah terbakar.
Orang yang memiliki banyak tahi lalat atau tahi lalat yang besar, warna atau bentuknya aneh,
rata-rata beresiko untuk menderita penyakit ini. Dan bahkan jika seseorang terhindar dari
melanoma maka penyakit ini dapat timbul kembali.

BAB II
1

ISI
2.1 Anamnesis
Perlu ditanyakan kepada pasien apakah ada gatal atau tidak, merah atau tidak, bersisik
atau tidak, sakit atau tidak, ada kalor atau tidak, dan bau atau tidak pada kelainan yang
diderita. Selain itu ditanyakan riwayat keluarga apakah pernah menderita kelainan kulit
dan aktivitas sehari-hari apakah sering terpapar sinar matahari.
Keluhan utama pada melanoma : tahi lalat yang cepat membesar, tumbuh progresif, gatal,
mudah berdarah dan disertai tukak.
2.2 Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik
Pada pemeriksaan klinis terlihat pigmen berwarna kehitam-hitaman pada telapak kaki
pasien. Lesi biasanya nampak sebagai suatu daerah pigmentasi yang dalam, sering
disertai ulser dan perdarahan dan cenderung untuk meningkat secara progresif dalam hal
ukurannya.
Gejala yang patut dicurigai sebagai tanda dari keganasan lesi berpigmen adalah
perubahan warna apakah lebih terang atau lebih gelap, gatal, perubahan bentuk menjadi
tidak teratur atau nevus bertambah luas dan tebal, pertumbuhan horizontal dan vertikal,
permukaan tidak rata, dan pembentukan ulser serta adanya peradahan. Perkembangan
pigmentasi suatu melanoma muncul dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun
sebelum penampakan gejala klinisnya.2,3
Alat bantu diagnostik yang digunakan dalam pemeriksaan klinis kelainan ini
meliputi:
1. MacKie's revised seven-point checklist/ Glasgow seven point checklist.
Lebih dari 95% dari semua melanoma akan menunjukkan setidaknya satu tanda utama.
Tanda minor yang hadir sekitar 30-40%.
Tabel 1. MacKies revised seven point checklist. Tabel 2. Glasgow seven point checklist

2. The ABCDE checklist from the American Cancer Society's


Sistem ABCDE (A untuk asimetri, B ketidakteraturan tepi lesi, C untuk variasi warna, D
untuk diameter yang lebih besar dari 6 mm, dan E untuk elevasi, pembesaran) mudah
diingat dan digunakan untuk mendiagnosa melanoma, meskipun tidak mencerminkan
perubahan yang terjadi pada lesi berpigmen.
- A: Asimetry

Gambar 1. Bentuk tumor yang tidak simetris


- B: Border irregularity

Gambar 2. Garis batas yang tidak teratur


- C: Colour variation

Gambar 3. Dalam satu lesi warnanya dapat bervariasi


- D: Diameter

Gambar 4. Diameter tumor lebih besar dari 6 mm


-

E: Evolution, terdapat perubahan lesi yang dapat diperhatikan sendiri oleh penderita

dan keluarganya
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinis digunakan untuk mengetahui apakah

pada lesi terdapat kecurigaan

terhadap suatu keganasan atau tidak, namun pemeriksaan secara klinis tidak dapat
memastikan tingkat keganasannya. Untuk itu diperlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan
pemeriksaan laboratorium , pemeriksaan tersebut meliputi:
a) Biopsi

Pemeriksaan laboratorium dimulai dengan dilakukannya biopsi pada lesi. Biopsi


eksisi dilakukan jika tidak memacu perkembangan terhadap metastase lesi. Tindakan biopsi
eksisi dilakukan dengan mengambil marginal jaringan normal secukupnya yang dapat
dilakukan jika lesi berukuran kecil, namun pada lesi yang cukup besar dengan keterbatasan
anatomi, maka biopsi insisi sangat memadai.1-4
b) Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis dilakukan setelah biopsi dengan preparat didapat. Pada
pemeriksaan mikroskopis didapat gambaran histopatologis berupa sel-sel yang ganas, dan
tersusun rapat yang mempunyai variasi dalam bentuk dan ukuran.
Sel-sel ganas sering tampak bersarang atau berkluster dalam mode organoid, namun
sel tunggal mendominasi di persimpangan di bagian epitelium. Ada sedikit bukti pematangan
atau dispersi di dasar tumor. Sel-sel melanoma memiliki nuklei yang besar, seringkali dengan
nukleolus eosinofilik menonjol, dan menunjukkan pseudoinklusion karena ketidakteraturan
membran nukleusnya. Sitoplasma tampak seragam eosinofilik. Kadang beberapa sel menjadi
spindled (sarcomatoid) atau tampak nekrotik.
Melanoma memiliki sejumlah gambaran histopatologi, termasuk difrensiasi yang
buruk dan anaplastik sel-sel limfoma besar. Sel balon sel, sel kecil, dan varian desmoplastik
melanoma bisa primer atau merupakan suatu metastasis.
Diperlukan penggunaan teknik imunohistokimia untuk melihat filamen intermediate
atau antigen spesifik di jalur sel tertentu. Amelanotik melanoma dapat menyerupai banyak
neoplasma mesenkimal, dan sangat diperlukan pemeriksaan dengan imunohistokimia (IHC)
untuk diagnosis. Ahli patologi akan mencari bukti reaksi limfositik dalam jaringan ikat dan
peningkatan jumlah melanosit di lapisan sel basal sebagai indikasi untuk meminta pewarnaan.
Pilihan utama dilakukan biopsi eksisi total dengan mengikutsertakan sedikit jaringan
sehat dan lemak subkutan. Hal ini perlu dilakukan untuk penilaian seluruh lesi dan akurasi
microstaging. Setelah dilakukan biopsi, dikuti dengan penutupan luka. Biopsi insisi atau
punch biopsy dilakukan bila lesi besar, atau lokasi pada daerah estetik dan fungsional.
Pemeriksaan imunohistokimia pada melanoma dapat dilakukan dengan menggunakan S-100
protein imunofenotip, HMB-45, Mel5, Mart-1/Melan-A, tyrosinase, melanoma cell adhesion
molecule (Mel-CAM), and microphthalmia transcription factor (Mitf).4

Penilaian klinis kelenjar limfe regional sangat penting untuk manajemen


penatalaksanaan terapi.
Semua pasien harus memiliki tes fungsi hati, termasuk serum LDH, dan foto thorax,
tetapi CT scan juga dianjurkan pada pasien dengan risiko tinggi. Penelitian terbaru telah
berfokus pada tomografi emisi positron (PET) untuk evaluasi pasien yang berisiko
tinggi. PET memiliki sensitivitas lebih baik daripada CT dalam mendeteksi metastasis
penyakit, tapi pencitraan positif palsu sering terjadi dengan PET yang berkaitan dengan
proses inflamasi akut, termasuk yang berhubungan dengan proses penyembuhan luka bedah.
2.3 Diagnosis
Diagnosis kerja
Untuk memastkan diagnosis dilakukan biopsi (pengambilan contoh jaringan untuk diperiksa
dengan mikroskop).3-6
Diagnosis banding
1.Karsinoma sel basal
Merupakan jenis penyakit kanker kulit yang paling banyak diderita. Kanker jenis ini tidak
mengalami penyebaran (metastasis) kebagian tubuh lainnya, tetapi sel kanker dapat
berkembang dan menyebabkan kerusakan jaringan kulit sekitarnya. Warna kulit yang terang
dan sering terkena pijaran cahaya matahari keduanya diduga sebagai penyebab Karsinoma
Sel Basal. Faktor lain yang juga dapat menjadi penyebab jenis kanker ini adalah system imun
tubuh yang lemah (baik dampak penyakit lain atau pengobatan), luka bakar, sinar X-ray.
a. Tanda dan Gejala
Bagian tubuh yang terserang kanker sel basal biasanya wajah, leher dan kulit kepala. Adapun
tanda-tanda penyakit kanker berjenis ini adalah benjolan yang agak berkilat, kemerahan
dengan pinggir meninggi yang berwarna agak kehitaman, kelainan seperti jaringan parut dan
lecet/lika yang tidak sembuh-sembuh.9
b.

Diagnosa Jenis kanker

Metode tunggal untuk memastikan penyakit kanker sel basal yaitu dokter akan melakukan
pemeriksaan klinis dan histopatologis dengan mengambil sample bagian kulit yang di anggap
sebagai jaringan kanker (biopsy) untuk diteliti dibawah mikroskop.
5

c. Therapy dan Pengobatan


Apabila diagnosa telah ditegakkan secara jelas bahwa penderita mengalami kanker kulit
berjenis sel basal, maka tindakan yang dilakukan umumnya adalah pembedahan atau
pengangkatan jaringan kulit (kanker) secara komplit, atau dapat pula dengan tindakan
penyinaran. Metode lainnya yang juga kerap dilakukan adalah bedah beku, bedah listrik,
laser, fotodinamik serta dengan obat-obatan baik yang dioleskan maupun disuntikkan
(kemoterapi).
2.Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma Sel Skuamosa adalah kanker yang berasal dari lapisan tengah epidermis. Penyakit
Bowen adalah suatu bentuk karsinoma sel skuamosa yang terbatas pada epidermis dan belum
menyusup ke jaringan di bawahnya (dermis).Kulit yang terkena tampak coklat-merah dan
bersisik atau berkeropeng dan mendatar, kadang menyerupai bercak pada psoriasis, dermatitis
atau infeksi jamur.
a. Penyebab
Lebih dari 90% kanker kulit tumbuh di daerah yang terpapar oleh sinar matahari atau sinar
ultra violet lainnya. Hal ini diduga merupakan penyebab utama dari semua jenis kanker kulit.
Faktor resiko lainnya adalah:
-Faktor genetik (kanker kulit lebih sering ditemukan pada orang berkulit terang, mata biru
atau hijau dan rambut pirang atau merah)
-Pencemaran oleh bahan kimia# Pemaparan berlebihan oleh sinar X atau radiasi lainnya
b. Gejala
Karsinoma sel skuamosa biasanya timbul pada kulit yang terpapar sinar matahari, tetapi bisa
juga tumbuh di kulit manapun atau di tempat-tempat tertentu (misalnya lidah atau selaput
mulut).Kanker ini bisa tumbuh pada kulit normal maupun pada kulit yang rusak akibat
pemaparan sinar matahari (keratosis aktinik). Karsinoma sel skuamosa berawal sebagai
daerah kemerahan yang bersisik dengan permukaan berkeropeng yang tidak kunjung sembuh.
Kemudian tumor akan tumbuh menonjol, kadang permukaannya menyerupai kutil.9

Pada akhirnya kanker menjadi sebuah luka terbuka dan tumbuh ke dalam jaringan di
bawahnya. Kebanyakan karsinoma sel skuamosa hanya mempengaruhi daerah di sekitarnya,
yaitu menembus ke dalam jaringan di sekitarnya. Tetapi kadang terjadi penyebaran ke tempat
yang jauh (metastase), yang bisa berakibat fatal.
c. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Untuk membedakan kanker kulit dari
penyakit lainnya, dilakukan biopsi (pengambilan contoh jaringan kulit untuk diperiksa
dengan mikroskop).
d. Pengobatan
Karsinoma sel skuamosa dan penyakit Bowen diatasi dengan mengangkat tumor, baik dengan
cara kuretasi dan elektrodesikasi maupun memotongnya dengan pisau bedah. Keratosis
aktinik bisa berubah menjadi karsinoma sel skuamosa. Keratosis aktinik dihancurkan dengan
larutan nitrogen atau krim fluorourasil.
e. Pencegahan
Lindungi kulit dari sinar matahari dengan menggunakan topi, kemeja lengan panjang, celana
panjang atau rok panjang. Cahaya matahari yang paling kuat adalah di siang hari, karena itu
hindarilah cahaya matahari pada siang hari. Gunakan tabir surya yang berkualitas tinggi
(dengan SPF minimal 15). Oleskan tabir surya minimal setengah jam sebelum terkena cahaya
matahari dan ulangi sesering mungkin. Periksa kulit secara teratur, hal-hal yang perlu
dicurigai adalah:
- Adanya pertumbuhan baru yang membentuk tukak atau penyembuhannya lambat
- Perubahan warna, ukuran dan struktur pertumbuhan di kulit atau adanya peradangan, nyeri,
gatal atau perdarahan
- Luka di kulit yang asimetris, batas pinggirannya tidak teratur, warnanya lebih dari 1 macam
atau diameternya lebih besar dari 6 mm.
2.4 Epidemiologi

Melanoma maligna sangat jarang di temukan dan merupakan 1-3 % keganasan.


Insidens pada wanita hampir sama dengan laki-laki namun frekuensi tertingi di temukan pada
usia ( 30-60) tahun, dan sangat jarang di temukan pada anak.
Insidensi melanoma telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun
1999, di Amerika Serikat 44.200 orang didapati mengalami melanoma invasif, dan 7.300
diantaranya meninggal akibat penyakit tersebut. Melanoma menempati urutan keenam dalam
kejadian kanker pada pria dan ketujuh pada wanita. Melanoma dianggap sebagai kanker
epidemik karena insidensinya meningkat sampai 697 % antara tahun 1950-2000, lebih cepat
dari proses keganasan lain.5,6
2.5 Etiologi
Berikut adalah faktor-faktor resiko yang membuat seseorang lebih rentan terhadap
melanoma, yaitu:
a) Sinar Matahari
Paparan sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet (UV) merupakan faktor resiko utama
terjadinya melanoma. Resiko terjadinya melanoma akan meningkat seiring dengan terjadinya
sunburn. Diduga insidensi melanoma lebih sering dijumpai pada penduduk atau populasi di
daerah sekitar ekuator.
Paparan sinar matahari mungkin merupakan faktor risiko lingkungan yang paling
relevan untuk melanoma. Ambang paparan sinar UVA dan UVB yang diperlukan untuk
meningkatkan resiko melanoma masih belum diketahui. Kerentanan genetik untuk radiasi UV
sangat bervariasi antar individu dan ini tidak sepenuhnya berkorelasi dengan jenis kulit,
karena itu, faktor genetik lain yang berperan perlu diperhatikan. 6
b) Jenis dan Tipe Kulit
Jenis kulit dan respon terhadap paparan sinar matahari mempunyai peran penting dalam
terjadinya melanoma. Tipe jenis kulit menurut Fitzpatrick :
Tipe 1 : white skin, never tans, always burns
Tipe 2 : white skin, burns initially, tans with difficulty
Tipe 3 : white skin, tans easily, burns rarely
Tipe 4 : white skin, never burns, always tans, mediterranean type
Tipe 5 : brown skin
Tipe 6 : black skin
Resiko terbesar melanoma terjadi pada tipe kulit 1 dan 2, yaitu pada jenis kulit putih,
sedangkan, pada tipe kulit gelap yaitu tipe 5 dan 6 jarang ditemui melanoma maligna.

c) Nevi
Nevi adalah tumor jinak melanosit yang mulai muncul di masa kecil, terus berkembang di
masa dewasa awal, dan menurun secara bertahap pada usia 40-50 tahun dan
seterusnya. Nevi dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pada anak perempuan, nevi lebih
banyak ditemukan di anggota badan sedangkan pada anak laki-laki sering ditemukan
pada batang badan. Alasan mengapa gender mempengaruhi distribusi pada melanoma
belum diketahui. Nevi merupakan faktor risiko terkuat untuk melanoma, jauh lebih
besar daripada resiko relatif yang berhubungan dengan paparan sinar matahari.
d) Anak-anak, Keluarga, dan Kehamilan
Melanoma jarang terjadi pada anak yang belum pubertas. Riwayat keluarga terhadap
melanoma akan meningkatkan resiko terjadinya melanoma terhadap seseorang. Melanoma
yang terjadi pada wanita hamil mempunyai ukuran ketebalan yang lebih besar daripada
melanoma yang terjadi pada wanita yang tidak hamil.
e) Faktor Biologis

Keadaan lainnya yang mempengaruhi adalah berkurangnya ketahanan imunologik, misalnya


pada penderita pengangkatan ginjal dan juga M. Hodgkin akan meningkatkan kejadian
melanoma maligna. Perubahan keadaan hormonal juga meningkatkan kejadian dan tingkat
kekambuhan melanoma maligna.
f) Faktor Genotip
Faktor resiko melanoma oleh karena genetik memberikan kontribusi 10% dari semua kasus
melanoma. Mutasi gen yang ditemukan di keluarga dengan kecenderungan terjadi melanoma
memiliki kontribusi tinggi tetapi prevalensinya rendah di populasi umum dan pada kelompok
risiko tinggi ditemukan mutasi cyclin-dependent kinase inhibitor 2A (CDNK2A).
Tes mutasi pada gen CDKN2A mengungkapkan alasan mengapa melanoma dapat menurun
pada keluarga, lebih banyak gen yang dikaitkan dengan melanoma mempunyai kontribusi
yang rendah dan biasa di populasi umum, dimana sebagian besar tidak akan menyebabkan
melanoma. Mutasi pada beberapa lokus genetik, CDNK2A (p16INK dan p14ARF) dan
Cyclin-dependent kinase 4 CDK4, telah diidentifikasi dalam keluarga dengan riwayat
melanoma.

Keragaman faktor molekuler penyebab melanoma dan penelitian yang ada menemukan
bahwa pigmentasi, jenis kulit, dan kebiasan (paparan sinar matahari) memegang peranan
penting sebagai penyebab terjadinya melanoma pada populasi keluarga tertentu.6,7
2.6 Patogenesis
Melanoma berasal dari melanosit, yang timbul dari neural crest dan bermigrasi ke
epidermis, uvea, meninges, dan mukosa ektoderm. melanosit, yang berada di kulit dan
menghasilkan pelindung melanin, berada dalam lapisan basal epidermis, di persambungan
dermis dan epidermis.
Melanoma maligna yang berkembang di kulit yang sehat dikatakan timbul de novo,
tanpa diawali lesi prekursor. Banyak dari melanoma yang disebabkan oleh radiasi matahari.
Risiko terbesar yang disebabkan melanoma yang diinduksi oleh paparan sinar matahari
dikaitkan dengan luka terbakar yang akut, intens, dan intermiten. Risiko ini berbeda dari
kanker sel skuamosa dan kanker sel basal, yang berhubungan dengan paparan sinar matahari
jangka panjang.
Melanoma juga dapat terjadi di daerah kulit yang tidak terpajan sinar matahari,
termasuk telapak tangan, telapak kaki, dan perineum. Lesi tertentu dianggap sebagai
prekursor lesi melanoma, termasuk Common Nevus, displastik Nevus, Nevus bawaan, dan
Nevus biru.
Melanoma memiliki 2 fase pertumbuhan, radial dan vertikal. Selama fase
pertumbuhan radial, sel-sel ganas tumbuh secra radial di epidermis. Seiring berjalannya
waktu, sebagian besar melanoma berlanjut ke fase pertumbuhan vertikal, di mana sel-sel
ganas menyerang dermis dan mengembangkan kemampuan untuk bermetastasis.
Banyak gen yang terlibat dalam pengembangan melanoma, termasuk CDKN2A (p16),
CDK4, Rb1, CDKN2A (p19), PTEN/MMAC1, dan ras. CDKN2A (p16) berperan penting
dalam kejadian melanoma sporadis dan herediter. Gen supresor tumor ini terletak di band
9p21, dan mutasinya berperan dalam berbagai kejadian kanker.1,4,6

C
10

Gambar 5. Pertumbuhan Melanoma secara histologis


A. Pertumbuhan radial, menunjukkan pola irreegular dan penyebaran tunggal sel-sel
melanoma di epidermis.
B. Pertumbuhan vertikal nodular agregat menunjukkan perluasan sel-sel ganas dalam
dermis (epidermis adalah di sebelah kanan).
C. Sel-sel melanoma inti hyperchromatic dengan ukuran dan bentuk tidak beraturan
dengan inti yang menonjol.

Gambar 6. Tahap perkembangan melanoma.


A. kulit normal dan sebaran melanosit.
b. Junctional nevus.
c. Compound nevus.
d. Intradermal nevus.
e. Intradermal nevus dengan neurotisasi (pematangan).
B. hyperplasia lentiginous melanocytic.
C. Lentiginous compound nevus dengan arsitektur dan sitologi abnormal (dysplastic
nevus).
D. Tahap awal atau fase pertumbuhan radial melanoma (sel gelap besar di epidermis)
yang timbul pada nevus.
E. Melanoma dalam fase pertumbuhan vertikal dengan potensi metastasis
2.7 Gejala Klinis
Terdapat 4 jenis melanoma maligna, yaitu:
1.

Superficial spreading melanoma (SSM)

Merupakan jenis melanoma terbanyak yang ditemukan di Indonesia (70%). Subtipe ini paling
sering terlihat pada individu usia 30-50 tahun. Pada umumnya SSM timbul pada kulit normal
(de novo), berupa plak archiformis berukuran
11

0,5 - 3 cm dengan tepi meninggi dan irreguler. Pada permukaannya terdapat campuran dari
bermacam-macam warna, seperti coklat, abu-abu, biru, hitam dan sering kemerahan Lesi ini
meluas secara radial. Pada umumnya mempunyai ukuran 2 cm dalam waktu 1 tahun, untuk
melanjutkan tumbuh secara vertikal dan berkembang menjadi nodula biru kehitaman. Dapat
mengalami regresi spontan dengan meninggalkan bercak hipopigmentasi. Predileksinya pada
wanita sering dijumpai di tungkai bawah, sedangkan pada pria di badan dan leher. Secara
histologis, ditandai buckshot (pagetoid) melanosit pada epidermis.
2.

Nodular melanoma (NM)

Merupakan jenis melanoma kedua terbanyak (15-30%), sifat lesi ini lebih agresif. Terjadi
paling sering di kaki dan badan. Nodular melanoma adalah lesi berupa nodul berbentuk
setengah bola (dome shaped) atau polipoid dan eksofitik, berwarna coklat kemerahan atau
biru sampai kehitaman.
Pertumbuhannya secara vertikal, pertumbuhan pesat terjadi beberapa minggu sampai bulan,
subtipe ini bertanggung jawab untuk kebanyakan melanoma yang dalam. Dapat mengalami
ulserasi dan mudah terjadi perdarahan hanya dengan trauma ringan. Metastase dapat secara
limfogen dan hematogen. Secara histologis, lesi ini tidak memiliki fase pertumbuhan radial.
3.

Lentigo Maligna Melanoma (LML)

Merupakan kelainan yang jarang ditemukan (4-10%). Pertumbuhan lesi ini secara vertikal,
terjadi sangat lambat bisa sampai 5-20 tahun. Biasanya sering ditemukan di kepala, leher, dan
lengan pada individu yang lebih tua dengan rata-rata umur 65 tahun.
Lesi precursor in situ biasanya besar, berdiameter lebih dari 1-3 cm dengan tepi tidak teratur,
telah terjadi minimal 10-15 tahun, dan menunjukkan pigmentasi makula dari coklat tua
sampai kehitaman, namun pada beberapa area dapat tampak hipopigmentasi. Invasi pada
dermal berkembang menjadi lentigo maligna melanoma yang ditandai nodul biru-kehitaman
dalam lesi in situ.7
Secara histologis ditandai dengan proliferasi melanosit yang predominan dan meluas
sepanjang struktur adneksa kulit. Lesi ini terjadi terutama pada wanita usia lanjut.
Perbandingan antara pria dan wanita 1: 2-3.
4.

Acral Lentiginous Melanoma (ALM)

12

Sering dijumpai di telapak tangan, ibu jari kaki, daerah subungul, dan membran mukosa.
Biasanya berawal dari pigmentasi hitam, makula batas tidak teratur, yang kemudian
berkembang menjadi papula yang invasif. Sering terjadi didekade ke-5 sampai ke-7 dari
hidup seseorang. Pertumbuhan lesi makula meluas kearah lateral dan ke arah vertikal berupa
penebalan lesi.
2.8 Sistem Klasifikasi
Pada melanoma maligna digunakan sistem klasifikasi klinik dan klasifikasi histologik
( tingkat invasi Clark & kedalaman Breslow). Kegunaan atau kepentingan sistem klasifikasi
tersebut, yaitu:
1. Untuk menentukan tindakan pengobatan
2. Untuk menentukan prognosis
3. Untuk membandingkan hasil pengobatan

Klasifikasi Klinik
Klasifikasi standar Melanoma maligna, terdiri atas 3 stadium:
Stadium I:
-

Melanoma maligna lokal tanpa metastase jauh atau kelenjar limfe regional
Melanoma primer yang belum diobati atau telah dilakukan biopsi eksisi
Melanoma rekuren lokal yang berada dalam jarak 4 cm dari lesi primer
Melanoma primer multipel

Stadium II:
-

Sudah terjadi metastase yang terbatas pada kelenjar limfe regional


Melanoma primer yang mengadakan metastase secara simultan
Melanoma primer yang terkontrol dan kemudian terjadi metastase
Melanoma rekuren lokal dengan metastasis
Metastasis in-transit yang berada di luar jarak 4 cm dari lesi primer
Melanoma primer yang tidak diketahui dengan metastase

Stadium III:
-

Melanoma iseminata,dimana sudah terjadi metastase jauh


Bila sudah terjadi metastase ke organ dalam atau subkutan

13

Pada kira-kira 25-30% penderita melanoma Maligna sudah menunjukkan adanya


metastase ke kelenjar limfe regional, walaupun secara klinik belum teraba pembesaran
kelenjar limfe. Hal ini menerangkan bahwa untuk menentukan prognosis dan tindakan
pengobatannya tidak cukup hanya didasarkan pada klasifikasi stadium klinik saja, tetapi perlu
disertai dan ditentukan berdasarkan histologik.6,7
Klasifikasi Histologik
Klasifikasi ini didasarkan pada sifat biologis Melanoma Maligna. Dikenal dua klasifikasi
histologik standar yang digunakan, yaitu:
1. Klasifikasi tingkat invasi menurut Clark
2. Klasifikasi kedalaman menurut Breslow

Klasifikasi Tingkat Invasi menurut Clark


Clark (1969) membagi Melanoma maligna menurut invasinya didalam lapisan kulit
atas lima tingkatan, yaitu:
Tingkat I
: Sel melanoma terletak diatas membran basalis epidermis (melanoma
in situ: intraepidermal). Sangat jarang dan tidak membahayakan.
Tingkat II
: Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan papilaris dermis (dermis
bagian superfisial)
Tingkat III
: Invasi sel melanoma smpai dengan perbatasan antara lapisan
papilaris dan lapisan retikularis dermis. Sel melanoma mengisi papila dermis.
Tingkat IV
: Invasi sel melanoma sampai dengan lapisan retikularis dermis
Tingkat V
: Invasi sel melanoma sampai dengan jaringan subkutan
Klasifikasi kedalaman (ketebalan) tumor menurut Breslow
Breslow (1970) membagi melanoma maligna dalam tiga golongan
Golongan I : Dengan kedalaman (ketebalan) tumor kurang dari 0,76 mm
Golongan II : Dengan kedalaman (ketebalan ) tumor antara 0,76 1,5 mm
Golongan III : Dengan kedalaman (ketebalan)tumor lebih dari 1,5 mm
2.9 Komplikasi
Bila melanoma tidak diangkat pada stadium awal sel kanker dapat tumbuh ke bawah lebih
dalam dari permukaan kulit dan merusak jaringan yang sehat. Saat melanoma menjadi tebal
dan dalam disitulah melanoma akan menyebar ke bagian tubuh lain dalam waktu singkat dan
menjadi semakin sulit dikontrol. Jika melanoma telah tumbuh jauh ke dalam kulit, akan lebih
mungkin menyebar melalui pembuluh getah bening dan pembuluh darah ke alat-alat dalam
dan bisa menyebabkan kematian dalam beberapa bulan atau tahun.8
14

2.10 Penatalaksanaan
Untuk pengobatan keganasan sangat bergantung pada : pelaksana, sarana, kerja sama yang
baik antara penderita dan yang mengobati. Tumor ganas kulit merupakan tumor ganas yang
paling mudah diikuti sejak pertumbuhannya, karena dapat di lihat dengan mata biasa.
Penemuan yang dini dapat menolong jiwa penderita dari kemungkinan yang fatal. Unsur kulit
dapat ektodermal maupun mesodermal. Setiap elemen tersbut dapat berubah menjadi
neoplastik. Untuk mengikuti pertumbuhan neoplastik inisecara seksama di perlukan kerja
sama yang erat antara pelbagai disiplin yang sebaiknya merupakan suatu tumor board.
Tumor board hendaknya meliputi spesialisasi :
1.

Penyakit tumor

2.

Bedah tumor

3.

Bedah plstik & rekonstruksi

4.

Terap sinar

5.

Kemoterapi

6.

Patologis / sitologi

7.

Psikologi ( untuk rehabilitasi)

8.

Imunologi

Pendekatan yang manusiawi antara penderita dan keluarganya hendakanya benar benar di
terapkan. Pendekatan ini menyangkut bidang diagnosis maupun prognosis serta tindak lanjut.
Walaupun maa sekarnag pengtahuan mengnai neoplastik ini sudah sangat pesat, namun masih
banyak jenis penyakit ini yang di obati di klinik atau dokter praktek luar yang tidak
dilaporkan secaa sistematik sehingga gamaran epidimiologi yang di laporkan berbagai rumah
sakit pusat atau pendidikan palings edikit mengalami bias ( eror) dari keadaan yang
sebenarnya.7,8
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien melanoma adalah tindakan bedah segera setelah
dilakukan pemeriksaan klinik dan juga pemeriksaan laboratorium berupa biopsi. Setelahnya
berdasarkan pemeriksaan histopatologis, pada melanoma maligna tersebut dilakukan terapi
berupa:
15

1. Eksisi Bedah
Tindakan eksisi bedah diindikasikan pada melanoma stadium I dan II.
2. Elective Lymph Node Dessectio (ELND)
Melanoma pada membran mukosa termasuk pada rongga mulut hampir seluruhnya
fatal, karena keterlambatan dalam mendeteksi dan menegakkan diagnosa. Biasanya
ELND dilakukan pada melanoma stadium III, dimana telah terdapat metastase ke
kelenjar lymph. Hal ini dibuktikan dengan terabanya pembesaran kelenjar lymph.
ELND masih merupakan terapi yang kontroversial. Cara yang lebih dianjurkan adalah
dengan intraoperatif lymphatic mapping.
Dari penelitian yang didapat maka diseksi dianjurkan dilakukan berdasarkan
kedalaman dari melanoma maligna tersebut. Berdasarkan penelitian diseksi dilakukan
5 cm dari jaringan normal disekitar melanoma maligna, hal ini disesuaikan juga
dengan letak melanoma, ukuran lesi dan perluasan metastase.
3. Interferon a 2b
Dapat digunakan sebagai terapi adjuvan pada melanoma yang berukuran lebih dari 4
mm (stadium V), tetapi harus dipertimbangkan tingkat toksisitasnya yang masih
tinggi. Tujuan terapi ini diharapkan dapat menghambat metastasis yang lebih jauh
lagi.
4. Kemoterapi
Dikatakan tidak terlalu bermanfaat pada terapi melanoma. Jenis kemoterapi yang
paling efektif dacarbazine (DTIC= Dimethyl Triazone Imidazole Carboxamide
Decarbazine).
5. Kemoterapi perfusi
Cara ini bertujuan untuk menciptakan suasana hipertemis dan oksigenasi pada
pembuluh-pembuluh darah pada sel tumor dan membatasi distribusi kemoterapi
dengan menggunakan torniquet.
6. Terapi Radiasi
Digunakan hanya sebagai terapi simptomatis pada melanoma dengan metastase ke
tulang dan susunan saraf pusat (SSP). Meskipun demikian hasilnya tidak begitu
memuaskan.Perawatan

radioterapi

dan kemoterapi

hanya

bisa menghambat

perkembangan sel-sel tumor tanpa perawatan tuntas pada melanoma maligna. Dengan
melihat kenyataan tersebut, tindakan yang lebih efektif adalah dengan bedah reseksi
radikal.

16

2.11 Pencegahan
Mencegah terjadinya Melanoma bisa kita lakukan dengan cara:
1. Mengurangi exposure atau paparan matahari.
Menghindari paparan sinar matahari sangat penting untuk mencegah melanoma, diikuti
penggunaan topi yang lebar, baju yang menutup badan dan juga pemakaian sunscreens
(sunblock) yang spectrum-nya luas dan waterproof. Terdapat kontroversi mengenai
penggunaan sunscreen untuk mencegah melanoma. Kesepakatan di antara para dermatologist
adalah sunscreen paling tidak secara parsial membantu memproteksi kita dari sinar matahari.
Tidak ditemukan bukti yang menyakinkan bahwa sunscreen bisa menyebabkan melanoma.
2. Deteksi dini (early detection). Periksalah kulit anda paling tidak sekali, terutama apabila
memiliki faktor resiko -melanoma-. Apabila direkomendasikan cek lah kulit secara teratur.
Screening sangat penting agar bisa dilakukan intervensi secepatnya apabila lesi kulit tertentu
berkembang menjadi melanoma.8,9
3. Screening pada individu dengan resiko tinggi. Seseorang dengan resiko tinggi seperti orang
dengan keluarga dekat melanoma harus di skrining oleh dokter.
2.12 Prognosis
Walaupun prognosis Mm buruk, namun perlu di ketahui bahwa factor yang mempengaruhi
nya ialah :
1. Tumor primer : daerah tertentu (badan lebih buruk daripada anggota badan)
2. Stadium
3. Organ yang telah di infiltrasi ( metatstatis tulang dan hati lebih buruk dari kelenjar getih
bening dan kulit)
4. Jenis kelamin ( wanita lebuh baik daripada laki-laki)
5. Jika terdapat melanogen di urin, maka prognosisnya lebih buruk.
6. Kondisi hospes : jka fisik lemah dan imunitas menurun, maka prognosis nya lebih buruk.

17

BAB III
KESIMPULAN

Melanoma maligna adalah merupakan neoplasma yang berasal dari pigmentasi


melanosit, yaitu sel pigmen yang mengandung pigmen melanin. Melanoma maligna dapat
muncul pada kulit, mata, sistem saraf pusat dan pada rongga mulut. Penyebaran melanoma
maligna sangat agresif sehingga dapat bermetastase ke organ lain melalui aliran darah dan
limfa.
Etiologi terjadinya melanoma maligna adalah karena tubuh terkena sinar matahari
secara terus menerus. Faktor genetik juga berperan pada munculnya melanoma maligna
dimana pada pasien yang terkena melanoma maligna diperoleh adanya insiden pada anggota
keluarganya. Selain faktor genetik, trauma dan faktor hormonal juga berperan terhadap
terjadinya melanoma maligna tersebut.
Pemeriksaan histopatologis yang didapat di laboratorium setelah dilakukan biopsi
adalah sel-sel tumor yang ganas dan tersusun rapat. Sel-sel pleomorfik dengan hiperkromatik
dan nukleus yang menonjol. Terdapat adanya infiltrasi limfosit yang terlihat di sekeliling
massa seperti tumor.
Perawatan melanoma maligna adalah bedah reseksi radikal, yang dilakukan setelah
diagnosa ditegakkan melalui pemeriksaan klinis dan laboratorium. Prognosa dari melanoma
maligna tidak menguntungkan karena melanoma biasanya sudah mengalami metastase ke
organ tubuh yang lebih jauh. Prognosa dari melanoma maligna di rongga mulut biasanya
lebih jelek dibanding dengan di kulit.

DAFTAR PUSTAKA

18

1. Djuanda Adhi, Hamzah Mochtar, Aisah Siti. Ilmu penyakit kulit dan kelamin.Edisi 6.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 2010 : 230-238.
2. Elwood J.M, Gallagher R.P. Body site distribution of cutaneous malignant melanoma
in relationship to patterns of sun exposure, Int J Cancer (78). 2008: 276-280
3. Ewanowich C, Brynes KR, Mederiors LJ,. Cyclin D1 expression in dysplastic nevi :
An immunohistochemical study. Archives of Pathology & Lab Med 125. 2005 : 208
210.
4. Ugurel Selma, Utikal Jochen, and Becker C Jurgen. Tumor biomarkers in melanoma,
Cancer Control Juli, 16 (3). 2005 : 219 224.
5. Carlson JA, Slominski A, Linette GP, Mysliborski J, Hill J, Mihm MC, Ross JS.
Malignant melanoma. Am J Clin Pathol 2003 :120.
6. Collins
II,
Barnes.
Malignant
melanoma.

Diunduh

dari

http://emedicine.medscape.com.2010, 27 April 2011


7. Erkut MA, Aydogdu I, Kuku I, Kaya E, Basaran Y. Nodular melanoma presenting
with rapid progression and widespread metastases: a case report. Journal of Medical
Case Reports 2009, 3:50
8. Kummar, Abbas, Fausto, Mitchell. Robbins Basic Pathology 8th Edition. Saunders,
Elsevier, 2007.
9. Harahap M. Ilmu penyakit kulit, Hipokrates. Jakarta 2008: 228-235

19

Anda mungkin juga menyukai