Borang Portofolio
Borang Portofolio
Nama peserta
Nama wahana
: RS Marinir Cilandak
Topik
No RM
Tanggal presentasi : -
: 36.66.43
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Deskripsi : Pasien datang dengan keluhan badan lemas sejak 1 hari yang lalu.
Keluhan disertai disertai nyeri kepala, demam, mual, muntah, dan
napas terasa sesak.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasiem tampak
sakit berat, kesadaran pasien compos mentis (GCS = E4V5M6), TD
120/90 mmHg, RR 32x/menit, suhu 37C, nadi 120x/menit.
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 11,4 mg/dl, Ht 35%,
trombosit 203.000/ul, GDS 734 mg/dl, Hba1c 16,6 %, keton 1,2.
Pemeriksaan AGD kesan asidosis metabolik. Pemeriksaan urin, glukosa +++,
keton +. Penatalaksanaan yang diperlukan pada pasien ini adalah perawatan
rawat inap (motivasi icu), menejemen hiperglikemia, monitoring tanda vital
dan hemodinamik.
Tujuan :
Diagnosis KAD
penggunaan insulin
Edukasi
untuk
mencegah
1
kekambuhan
KAD
pada
pasien
Bahan bahasan
Tinjauan pustaka
Riset
Kasus
Audit
Diskusi
Email Pos
Cara membahas
Presentasi & diskusi
Data utama untuk bahan diskusi
1. Diagnosis/Gambaran klinis
L, 51 tahun, syok hipovolemik pada sirosis hepatis, anemia ec hematemesis melena.
2. Riwayat pengobatan
Pasien tidak pernah melakukan transfusi darah dan menggunakan jarum suntik
bergantian.
Pasien sebelumnya tidak pernah kontrol kesehatan di Rumah Sakit dan Puskesmas
3. Riwayat Kesehatan
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien adalah nyeri perut sejak 1 hari SMRS. Nyeri dikatakan
seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul, tidak dipengaruhi oleh aktivitas, dapat timbul
kapan saja. Keluhan ini dikatakan tidak membaik atau memburuk dengan
makanan. Nyeri dirasakan pada bagian ulu hati dan bagian perut kanan atas.
Keluhan lain yaitu demam, mual, muntah 1x sebanyak gelas belimbing
berisi makanan dan cairan berwarna hitam. BAK 5-6 kali/hari, warna seperti
air teh, tidak nyeri, keluar batu/pasir disangkal. BAB 1-2 hari sekali, warna coklat
kehitaman, konsistensi lembek..
Perut membesar sejak 3 minggu SMRS bersamaan dengan awal timbulnya
rasa nyeri perut, namun nyeri perut semakin memberat 1 hari SMRS.
Pasien merasa perutnya semakin hari semakin membesar dan bertambah tegang
2
Pasien memiliki riwayat gangguan fungsi hepar. Penyakit jantung (-), ginjal (-),
hipertensi (-), DM (-), asma (-)
Riwayat Alergi
4.
Riwayat keluarga
5.
Tidak ada anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama dengan pasien.
Pasien adalah ibu rumah tangga. Pasien hidup sendiri namun semenjak sakit
pasien tinggal bersama anaknya.
6. Pemeriksaan Fisik
Primary Survey :
Airway
Breathing
: GCS : E4V5M6,
Kesadaran
TD
: 60/40 mmHg
Nadi
Pernapasan
: 28 x/menit
BB: 70 kg
TB: 155 cm
Suhu: 36 oC
St.generalis:
Kepala: normocephali, rambut hitam distribusi tidak merata dan mudah dicabut.
Mata: konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, RCT +/+, RCTL +/+
THT: Tenggorokan: T1-T1/Faring tenang. Telinga: Normotia/normotia, liang telinga lapang,
serumen +/+, sekret -/-. Hidung: deformitas (-), septum deviasi (-), cavum nasi lapang, sekret
-/Mulut: mukosa bibir kering, darah (+), sianosis (-), normoglossia, trismus (-), karies pada
gigi (+).
Leher: JVP 5 + 1 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB tidak teraba, trakea
terletak di tengah.
Paru
Palpasi: gerak dinding dada simetris kanan dan kiri. Vocal fremitus kanan dan kiri
teraba sama kuat.
Jantung
kiri, Tidak teraba thrill pada keempat area katup jantung, Besar sudut angulus
4
subcostae > 90
Perkusi: Batas kanan jantung setinggi ICS 3 ICS 5 garis sternalis kanan
dengan suara redup. Batas kiri jantung setinggi ICS 5 1 cm medial garis
midklavikularis kiri dengan suara redup. Batas atas jantung setinggi ICS 3 garis
parasternal kiri dengan suara redup
Abdomen
Inspeksi: perut tampak cembung ascites, venektasi (-), spider nevi (-), caput
medusae (-)
Palpasi: distensi (+), nyeri tekan (+) epigastrium, hipokondria kanan. Undulasi
(+), Hepar dan lien sulit dinilai
Anus dan genitalia: terpasang kateter urine folley no 16 F, warna urine seperti teh, volume
30cc/6jam.
Ekstremitas: akral dingin, oedem pitting tungkai bawah (+/+), CRT > 2 detik
Kulit: Tampak ikterik
7. Pemeriksaan Penunjang:
1) Laboratorium 27 Maret 2016
Jenis pemeriksaan
Hasil
Keterangan
Nilai rujukan
8,4 g/dl
8.700/L
28.00%
53.000/L
Menurun
Normal
Menurun
Menurun
1216 g/dl
500010.000/L
37-54%
150.000-400.000/L
17 mg/dl
1,16 mg/dl
Menurun
Meningkat
20-50 mg/dl
0,8-1,1 mg/dl
Glukosa sewaktu
Faal Hati
77 mg/dl
Normal
<200 mg/dl
SGOT
115 u/l
Meningkat
< 35 u/l
Darah rutin
Hb
Leukosit
Ht
Trombosit
Ureum dan
Creatinine Darah
Ureum
Creatinine
Glukosa Sewaktu
SGPT
46 u/l
Meningkat
< 35 u/l
2) EKG
Sinus takikardia
Kepustakaan
1.
Klarisa C, Liwang F, Hasan I. Sirosis Hati. Dalam: Tanto C, Liwang F, Hanifati S, Pradipta
EA (Editor). Kapita Selekta Kedokteran Essentials of Medicine. Edisi IV. Jakarta: Media
Aesculapius; 2014. p. 693-7.
2.
Medscape.
Wolf
DC.
Cirrhosis.
Available
at:
Aru W. Sudoyo, dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi IV. Jakarta:
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
4.
Guyton AC, Hall JE. 2015. Syok Sirkulasi dan Fisiologi Pengobatan in: Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 13. EGC. Jakarta. pp. 359-372.
5.
6.
7.
Maier RV. Pendekatan Pada Pasien Dengan Syok. Dalam: Fauci AS, TR Harrison, eds.
Harrison 's Prinsip Kedokteran Internal . 17 ed. New York, NY: McGraw Hill, 2008: chap
264.
8.
Spaniol JR, AR Knight, Zebley JL, Anderson D, JD Pierce. Resusitasi Cairan Terapi Untuk
Syok Hemoragik. J Trauma Nurs . 2007; 14:152-156.
Hasil pembelajaran
1. Pemeriksaan fisik pada kasus Syok Hipovolemik pada Sirosis Hepatis
2. Mengenali tanda tanda Syok Hipovolemik pada Sirosis Hepatis
3. Mencari pemicu terjadinya Syok Hipovolemik pada Sirosis Hepatis
6
Subjektif
Keluhan Utama : Nyeri perut sejak 1 hari SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang :
Keluhan utama pasien adalah nyeri perut sejak 1 hari SMRS. Nyeri dikatakan
seperti ditusuk-tusuk, hilang timbul, tidak dipengaruhi oleh aktivitas, dapat timbul
kapan saja. Keluhan ini dikatakan tidak membaik atau memburuk dengan
makanan. Nyeri dirasakan pada bagian ulu hati dan bagian perut kanan atas.
Keluhan lain yaitu demam, mual, muntah 1x sebanyak gelas belimbing
berisi makanan dan cairan berwarna hitam. BAK 5-6 kali/hari, warna seperti
air teh, tidak nyeri, keluar batu/pasir disangkal. BAB 1-2 hari sekali, warna coklat
kehitaman, konsistensi lembek..
Perut membesar sejak 3 minggu SMRS bersamaan dengan awal timbulnya
rasa nyeri perut, namun nyeri perut semakin memberat 1 hari SMRS.
Pasien merasa perutnya semakin hari semakin membesar dan bertambah tegang
sehingga membuat kesulitan bernapas. Batuk disangkal. Nafsu makan
menurun dan mengalami penurunan berat badan serta lemas. Terjadi
perubahan warna mata dan kulit tubuh menjadi kuning.
Riwayat penyakit jantung (-), ginjal (-), hipertensi (-), DM (-), asma (-), alergi
(-).
Objektif
8
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran: compos mentis, kesan sakit: Tampak sakit berat, TD : 60/40 mmHg, N:
120x/menit,teraba lemah, reguler, equal, RR: 28x/menit, S: 36C. BB: 70 kg, TB: 155 cm.
St.generalis:
Kepala : normocephali, rambut hitam distribusi tidak merata dan mudah dicabut.
Mata
: konjungtiva pucat +/+, sklera ikterik +/+, pupil isokor, RCT +/+, RCTL +/
+
THT
: Tenggorokan: T1-T1/Faring tenang. Telinga: Normotia/normotia, liang
telinga lapang, serumen +/+, sekret -/-. Hidung: deformitas (-), septum deviasi (-),
cavum nasi lapang, secret.
Mulut: mukosa bibir kering, darah (+), sianosis (-), normoglossia, trismus (-), karies
pada gigi (+).
Leher: JVP 5 + 1 cm H2O, kelenjar tiroid tidak teraba membesar, KGB tidak teraba,
trakea terletak di tengah.
Paru
Inspeksi: simetris, statis dan dinamis.
Palpasi: gerak dinding dada simetris kanan dan kiri. Vocal fremitus kanan dan kiri
teraba sama kuat.
Perkusi: sonor pada kedua lapang paru.
Auskultasi: Suara napas vesikular, wheezing -/-, ronkhi +/+
Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak terlihat
Palpasi:
Ictus cordis teraba pada ICS 5 + 1 cm medial garis midklavikularis kiri
Tidak teraba thrill pada keempat area katup jantung
Besar sudut angulus subcostae > 90
Perkusi:
Batas kanan jantung setinggi ICS 3 ICS 5 garis sternalis kanan dengan suara redup
Batas kiri jantung setinggi ICS 5 1 cm medial garis midklavikularis kiri dengan suara
redup
Batas atas jantung setinggi ICS 3 garis parasternal kiri dengan suara redup
Auskultasi: BJ I dan BJ II iregular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspeksi: perut tampak cembung, venektasi (-), spider nevi (-), caput medusae (-)
Auskultasi: BU (+) 3 x/menit, bruit (-)
Palpasi: distensi (+), nyeri tekan (+) epigastrium, hipokondria kanan. Undulasi (+),
Hepar dan lien sulit dinilai
Perkusi: redup (+). shifting dullness (+)
Anus dan genitalia: terpasang kateter urine folley no 16 F, warna urine seperti teh,
volume 30cc/6 jam.
Ekstremitas: akral dingin, oedem pitting tungkai bawah (+/+), CRT > 2 detik
Kulit: tampak ikterik
Pemeriksaan Penunjang:
Laboratorium
9
2. Rencana diagnosis
-
EKG
3. Rencana terapi :
Konsul DPJP (Sp.PD)
-
4. Rencana edukasi :
Edukasi pasien dan keluarga untuk kontrol rutin dan minum obat secara teratur untuk
10
mengurangi komplikasi.
11
TINJAUAN PUSTAKA
Syok Hipovolemik pada Sirosis Hepatis
A. Definisi
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata Khirros
yang berarti kuning orange (orange yellow), karena perubahan warna pada nodul nodul yang
terbentuk. Pengertian sirosis hepatis dapat dikatakan suatu keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai
dengan distorsi dari arsitektur hepar yang difus dan pembentukan nodulus regeneratif.
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan, dengan akibat
gangguan mekanisme homeostasis. Syok hipovolemik disebut juga syok preload yang
ditandai dengan menurunnya volume intravaskuler oleh karena perdarahan. Syok
hipovolemik juga bisa terjadi karena kehilangan cairan tubuh yang lain. Menurunnya volume
intravaskuler menyebabkan penurunan volume intraventrikel kiri pada akhir diastole yang
akibatnya menurunkan curah jantung (cardiac output). Keadaan ini juga menyebabkan
terjadinya mekanisme kompensasi dari pembuluh darah dimana terjadi vasokonstriksi oleh
katekolamin sehingga perfusi makin memburuk.
B. Etiologi
Sirosis Hepatis
Alkohol merupakan penyebab sirosis hepatis yang paling sering dijumpai. Namun,
infeksi virus kronis adalah penyebab tersering di seluruh dunia. Di Indonesia, infeksi virus
hepatitis B dan Hepatitis C merupakan penyebab tersering dari sirosis hati. Hasil penelitian di
Indonesia menyebutkan bahwa sirosis hati yang disebabkan oleh virus hepatitis B sebesar 4050%, virus hepatitis C setinggi 30-40%, sedangkan 10-20% sisanya tidak diketahui
penyebabnya dan termasuk dalam kelompok virus bukan B dan C (non B-non C). Alkohol
sebagai penyebab sirosis di Indonesia mungkin hanya kecil sekali karena belum ada datanya.
12
Obstruksi bilier
Penyakit perlemakan hati non alkoholik
Sirosis bilier primer
Kolangitis sklerosis primer
Penyebab lain atau tidak terbukti
Penyakit usus inflamasi kronik
Fibrosis kistik
Pintas jejunoileal
Sarkoidosis
Syok Hipovolemik
Syok hipovolemik disebabkan oleh penurunan volume darah efektif. Kekurangan
volume darah sekitar 15 sampai 25 persen biasanya akan menyebabkan penurunan tekanan
darah sistolik, sedangkan defisit volume darah lebih dari 45 persen umumnya fatal. Syok
hipovolemik disebabkan oleh perdarahan (internal atau eksternal) atau karena kehilangan
cairan ke dalam jaringan kontusio.
Syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh hilangnya cairan intravaskuler,
misalnya terjadi pada :
1.
Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan pada organ dalam seperti
Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yang
Kehilangan cairan intravaskular lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein
Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran
darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam jaringan.
Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan metabolisme
anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah dengan adanya asam
laktat, asam piruvat, asam lemak, dan
perhatian syok hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu
diperbaiki serta perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan penggantian cairan.
2. Fase Kompensasi
Pada fase ini tubuh berusaha lebih keras untuk mengkompensasi hilangnya volume
cairan, sehingga akan terjadi perubahan besar pada tanda vital. Pemberian resusitasi
cairan dan pencegahan kehilangan cairan lebih lanjut pada fase ini sangat penting.
Gejala dan tanda:
Vasokontriksi perifer :
-
3. Fase Progresif
15
Apabila tubuh tidak dapat mengkompensasi kehilangan cairan yang terjadi, maka
syok akan berlanjut pada fase ini. Pada fase ini akan terjadi hipotensi yang
menyebabkan perfusi pada organ vital menurun yang kemudian dapat berujung pada
kerusakan organ.
Gejala dan tanda :
Kulit dingin
4. Fase Refraktor
Pada fase ini telah terjadi kerusakan organ multipel yang bersifat irreversible.
Gejala dan tanda:
Hipoksia
Oligouria
16
D. Patogenesis
Sirosis Hepatis
1. Sirosis Lannec
Sirosis alkoholik atau secara historis disebut sirosis Lannec ditandai oleh
pembentukan jaringan parut yang difus, kehilangan sel-sel hati yang uniform, dan
sedikit nodul regeneratif. Sehingga kadang-kadang disebut sirosis mikronodular.
Sirosis mikronodular dapat pula diakibatkan oleh cedera hati lainnya.
Tiga lesi utama akibat induksi alkohol adalah :
a. Perlemakan hati alkoholik
b. Hepatitis alkoholik
c. Sirosis alkoholik
17
Pembentukan radikal bebas oleh jalur alternative dari metabolism etanol, disebut
sistem yang mengoksidasi enzim mikrosomal.
Patogenesis fibrosis alkoholik meliputi banyak sitokin, antara lain faktor
18
yang membentuk kolagen. Jika proses berjalan terus maka fibrosis akan berjalan terus
di dalam sel stelata, dan jaringan hati yang normal akan diganti oleh jaringan ikat.
3. Sirosis Biliaris
Kerusakan sel hati yang dimulai di sekitar ductus biliaris akan menimbulkan pola
sirosis yang dikenal sebagai sirosis biliaris. Tipe ini merupakan 2% penyebab
kematian akibat sirosis.Penyebab tersering sirosis biliaris adalah obstruksi biliaris
pascahepatik. Stasis empedu menyebabkan penumpukan empedu di dalam massa hati
dan kerusakan sel-sel hati. Terbentuk lembar-lembar fibrosa di tepi lobules, namun
jarang memotong lobulus seperti pada Sirosis Lannec. Hati membesar, keras,
bergranula halus, dan berwarna kehijauan.Ikterus selalu menjadi bagian awal dan
utama dari sindrom ini, demikian pula pruritus, malabsorbsi dan steatorea.
Syok Hipovolemik
Tubuh manusia berespon terhadap perdarahan akut/kehilangan cairan dengan
mengaktivasi
sistem
fisiologi
utama
sebagai
berikut:
sistem
hematologi,
Sistem hematologi
Sistem hematologi berespon terhadap kehilangan darah yang berat dan akut
Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler pada awalnya berespon terhadap syok hipovolemik
Sistem Renal
Sistem renalis berespon terhadap syok hemoragik dengan peningkatan sekresi
Sistem Neuroendokrin
Sistem
neuroendokrin
berespon
terhadap
syok
hipovolemik
dengan
biasanya terjadi amenorea. Bila sudah lanjut (sirosis dekompensata), gejala-gejala lebih
menonjol terutama bila timbul komplikasi kegagalan hati dan hipertensi porta, meliputi
hilangnya rambut badan, gangguan tidur, dan demam tidak begitu tinggi. Mungkin
disertai adanya gangguan pembekuan darah, perdarahan gusi, epistaksis, gangguan siklus
haid, ikterus dengan air kemih berwarna seperti teh pekat, muntah darah terjadi 15-25%,
melena, serta perubahan mental, meliputi mudah lupa, sukar konsentrasi, bingung, agitasi
sampai koma.
Temuan Klinis:
1. Spider angiomata (spider teleangiektasis atau spider naevi) yang merupakan lesi
vaskuler yang dikelilingi beberapa vena-vena kecil. Tanda ini sering ditemukan di
dada, bahu, muka dan lengan atas. Mekanisme terjadinya tidak diketahui dengan jelas.
Ada anggapan dikaitkan dengan peningkatan ratio estradiol/testosteron bebas. Tanda
ini juga dapat ditemukan selama hamil, malnutrisi berat bahkan ditemukan pula pada
orang sehat walau umumnya ukuran lesi kecil.
2. Eritema palmaris berupa warna merah saga pada daerah thenar dan hipothenar
pada telapak tangan. Hal ini juga dikaitkan dengan perubahan metabolisme
hormon esterogen. Tanda ini pula tidak spesifik pada sirosis. Ditemukan pula pada
kehamilan, arthritis rheumatoid, hiperthiroidisme, dan keganasan hematologi.
21
22
Testis hipogonadisme menyebabkan impotensi dan infertil. Tanda ini menonjol pada
sirosis alkoholik dan hemokromatosis.
8. Hepatomegali, ukuran hati yang sirotik bisa membesar, normal atau mengecil.
Bilamana hati teraba, hati sirotik teraba membesar, keras dan nodular.
9. Splenomegali biasanya ditemukan pada sirosis terutama yang penyebabnya karena
nonalkoholik. Pembesaran ini akibat kongesti pulpa merah lien akibat hipertensi
porta.
10. Ascites berupa penimbunan cairan dalam rongga peritoneum akibat dari hipertensi
porta dan hipo-albuminemia. Caput medusa merupakan pelebaran vena-vena kolateral
dinding perut juga akibat hipertensi porta.
11. Fetor hepatikum sebagai bau napas yang khas pada pasien sirosis disebabkan
peningkatan konsentrasi dimetil sulfid akibat pintasan porto sistemik yang berat.
12. Ikterus pada kulit dan membran mukosa merupakan akibat dari hiperbilirubinemia.
Bila kada bilirubin serum kurang dari 2-3 mg/dl, maka ikterik tidak dapat dilihat
dengan kasat mata. Warna urin terlihat gelap seperti air teh. Pada kulit biasanya
ditemukan hiperpigmentasi, terutama pada daerah distal ekstremitas.
13. Ensepalopati hepatik diyakini terjadi akibat kelainan metabolisme amonia dan
peningkatan kepekaan otak terhadap toksin. Berkembangnya enselopati hepatik sering
merupakan keadaan terminal sirosis dan akan dibicarakan lebih mendalam kemudian.
Sindrom ini ditandai dengan Asterixis bilateral (flaping tremor) tetapi tidak sinkron
berupa gerakan mengepak-ngepak dari tangan, dorsofleksi tangan.
Tanda-tanda lain yang dapat menyertai antaranya demam yang tidak tinggi akibat
nekrosis hepar, batu pada vesika felea, pembesaran kelenjar parotis terutama pada sirosis
alkoholik akibat sekunder infiltrasi lemak, fibrosis dan edema.
23
Syok Hipovolemik
1. Takikardi
24
Terjadi karena tubuh berusaha mencukupi cardiac output. Seperti yang diketahui,
cardiac ouput merupakan hasil perkalian antara stroke volume dengan heart rate (CO
= HR x SV). Pada keadaan syok hipovolemik, yang terjadi adalah penurunan stroke
volume, sehingga untuk tetap mempertahankan cardiac output, maka kompensasi
yang dilakukan adalah dengan meningkatkan heart rate.
2. Nadi yang cepat dan lemah
Berhubungan dengan poin sebelumnya, akibat denyut jantung yang meningkat,
maka denyut nadi juga akan meningkat, namun lemah akibat volume vaskuler yang
menurun pada keadaan syok serta pengalihan vaskularisasi ke organ vital yaitu otak,
paru, dan jantung.
3. Hipotensi
Hipotensi terjadi akibat volume darah yang berkurang, yang kemudian
menyebabkan venous return menurun dan lama-kelamaan tekanan darah juga akan
menurun sebagai hasil dari volume sirkulasi yang menurun.
4. Perubahan Status Mental
Hal ini terjadi akibat penurunan perfusi oksigen ke otak. Pasien akan
menunjukkan gejala seperti agitasi. Penurunan kesadaran dapat terjadi apabila terjadi
kehilangan darah yang lebih dari 2 liter.
5. Penurunan Jumlah Urin
Akibat pengalihan vaskularisasi ke otak, jantung, dan hati, maka akan terjadi
penurunan aliran darah ke ginjal yang bermanifestasi klinis pada penurunan jumlah
urin.
6. Akral Dingin
Hal ini juga disebabkan oleh hal yang sama, yaitu peningkatan aliran darah ke
organ vital, dan penurunan aliran darah ke tempat lain yang berarti penurunan perfusi
ke kulit sehingga kulit teraba dingin, dan lembab, terutama daerah akral.
F. Diagnosis
25
Sirosis Hepatis
Pasien yang datang berobat dapat dicurigai ke arah sirosis apabila ditemukan
kelainan
pada
pemeriksaan
laboratorium
ketika
seseorang
memeriksakan
kesehatannya secara rutin atau waktu skrining untuk evaluasi keluhan spesifik.
Lakukan pemeriksaan darah lengkap. Tes fungsi hati meliputi aminotransferase, alkali
fosfatase, gama glutamil traspeptidase (-GT), bilirubiun, albumin, globulin dan
waktu protrombin.
Aspartat Aminotransferase (AST) atau Serum Glutamil Oksalo Asetat (SGOT)
dan Alanin Amonotransferase (ALT) atau Serum Glutamil Piruvat Trasnsaminase
(SGPT) meningkat tapi tidak begitu tinggi. AST lebih meningkat daripada ALT,
namun apabila transaminase normal, tidak mengenyampingkan adanya sirosis.
Alkali fosfatase meningkat kurang dari 2 3 kali harga batas normal atas.
Kadar yang tinggi bisa ditemukan pada pasien kolangitis sklerosis primer dan sirosi
bilier primer. Gama Glutamil Transpeptidase (-GT) kadarnya seperti halnya alkali
fosfatase pada penyakit hati. Kadarnya tinggi pada penyakit hati alkoholik kronik
karena alkohol selain menginduksi GT mikrosomal hepatik, juga bisa menyebabkan
bocornya GT dari hepatosit.
Bilirubin kadarnya bisa normal pada sirosis kompensata namun meningkat
pada sirosis yang lanjut. Albumin merupakan zat yang disintesis di hati sehingga
kadarnya menurun seiring dengan perburukan sirosis. Globulin merupakan akibat
sekunder dari sirosis. Akibat sekunder dari pintasan antigen bakteri dari sistem porta
ke jaringan limfoid, selanjutnya menginduksi produksi immunoglobulin.
Waktu protrombin menggambarkan derajat/tingkatan disfungsi sintesis hati.
Sehingga, pada sirrosis waktu protrombin menjadi memanjang. Albumin serum dan
waktu protrombin merupakan indikator terbaik dari sintesis hati. Natrium serum
menurun, terutama pada sirosis dengan ascites karena ketidakmampuan ekskresi air
bebas. Kadar natrium juga turut dipengaruhi oleh efek diuretik.
Kelainan hematologi seperti anemia dapat berupa anemia monokrom
normositer, hipokrom mikrositer atau hipokrom makrositer. Anemia dengan
trombositopenia, leukopenia dan neutropenia akibat spelomegali kongestif yang
berkaitan dengan hipertensi portal sehingga terjadi hipersplenisme.
26
Ultrasonografi (USG) sudah secara rutin digunakan karena pemeriksaan noninvasif dan mudah digunakan, namun sensitivitasnya kurang. Pemeriksaan hati yang
bisa dinilai dengan USG berupa sudut hati, permukaan hati, ukuran, homogenitas dan
adanya massa. Pada sirosis lanjut, hati mengecil dan nodular, permukaan irregular,
sudut tumpul dan ada peningkatan ekogenitas (kasar) parenkim hati. Selain itu USG
juga bisa untuk melihat ascites, splenomegali, trombosis vena porta dan pelebaran
vena porta, serta skrining adanya karsinoma hati pada pasien sirosis hati.
G. Penatalaksanaan
Sirosis Hepatis
Etiologi sirosis mempengaruhi penanganan sirosis. Terapi ditujukan untuk
mengurangi progresi penyakit, menghindarkan bahan-bahan yang memudahkan
kerusakan hati, pencegahan dan penanganan komplikasi. Bilamana tidak ada koma
hepatik, diberikan diet yang mengandung 1 g/kgBB dan kalori sebanyak 2000-3000
kalori/hari.
Tatalaksana pasien sirosis yang masih kompensata ditujukan untuk
mengurangi progresi kerusakan hati.Terapi pasien ditujukan untuk menghilangkan
etiologi diantaranya alkohol dan bahan-bahan lain yang toksik dan dapat mencederai
hati dihentikan penggunaannya.
Pada hepatitis autoimun dapat diberikan steroid atau imunosupresif. Pada
penyakit hati non-alkoholik, menururnkan berat badan akan mencegah terjadinya
sirosis.
Pada hepatitis B, interferon dan Lamivudin (analog nukleosida) merupakan
terapi utama. Lamivudin sebagai terapi lini pertama diberikan 100 mg secara oral tiap
hari selama setahun.
Pada hepatitis kronik, kombinasi interferon dan Ribavirin merupakan terapi
standar. Interferon diberikan secara suntikan subkutan 5 MIU 3 kali seminggu dan
dikombinasi dengan ribavirin 800-1000 mg/hari selama 6 bulan.
27
Pada pengobatan fibrotik hati, pengobatan antifibrotik saat ini lebih mengarah
pada peradangan dan tidak pada fibrosis. Di masa datang, menempatan sel stelata
sebagai mediasi target pengobatan dan mediator fibrogenik akan merupakan terapi
utama. Pengobatan untuk mengurangi aktifitas dari sel stelata bisa merupakan salah
satu terapi pilihan.Interferon mempunyai aktifitas antifibrotik yang dihubungkan
dengan pengurangan aktivitas sel stelata.Kolkisin mempunyai efek antiperadangan
dan mencegah pembentukan kolagen.Namun belum terbukti secara penelitian
memiliki antifibrosis dan sirosis. Metroteksat dan vitamin A juga dicobakan sebagai
antifibrosis.
Penatalaksanaan ascites dapat berupa tirah baring dan diawali dengan diet
rendah garam, konsumsi garam sebanyak 5,2 gram atau 90 mmol/hari. Diet rendah
garam
dikombinasi
dengan
obat-obat
diuretik.Awalnya
dengan
pemberian
spironolakton dengan dosis 100-200 mg sekali sehari. Respon diuretik bisa dimonitor
dengan penurunan berat badan 0,5 kg/hari tanpa oedem kaki atai 1kg/hari dengan
oedem kaki. Bilamana pemberian spironolakton tidak adekuat bisa dikombinasi
dengan furosemid dengan dosis 20-40 mg/hari.Pemberian bisa ditambah dosisnya bila
tidak ada respon maksimal 160mg/hari.Parasintesis dilakukan bila ascites sangat
besar.Pengeluaran ascites bisa 4-6 liter dan dilindungi dengan pemberian albumin.
Penatalaksanaan ensefalopati hepatik dengan laktulosa untuk membantu
pasien untuk mengeluarkan amonia. Neomisin bisa digunakan untuk mengurangi
bakteri usus penghasil amonia, diet protein dikurangi sampai dengan 0,5 g/kgBB
perhari terutama diberikan yang asam amino rantai cabang.
Penatalaksanaan varises esofagus dengan obat penyekat beta (propanolol).
Waktu perdarahan akut bisa diberikan somatostatin atau oktreotid diteruskan dengan
tindakan skleroterapi atau ligasi endoskopi.Peritonitis bakterial spontan diberikan
antibiotik seperti sefotaksim intravena, amoksisilin atau aminoglikosida. Sindrom
hepatorenal: mengatasi perubahan sirkulasi darah di hati, mengatur keseimbangan
garam dan air.
Transplantasi hati, terapi definitif pada pasien sirosis dekompensata.Namun,
sebelum melakukan transplantasi hati ada beberapa kriteria yang harus dipenuhi
resipien dulu. TIPS shunt (Transjugular intrahepatic portosystemic shunt) dapatjuga
dilakukan pada pasien sirosis hati yang merupakan prosedur invasif. TIPS shunt
28
adalah pipa logam yang diletakkan di hati dengan bantuan x-ray melalui insisi pada
vena jugularis di leher. TIPS shunt belekrja dengan menurunkan tekanan pada
hipertensi portal. Banyak digunakan untuk mengatasi pasien dengan komplikasi
seperti ascites atau perdarahan dari varises yang tidak bisa dikontrol dengan obat atau
endoskopi.
Syok hipovolemik
Penanggulangan syok dimulai dengan tindakan umum yang bertujuan untuk
memperbaiki perfusi jaringan, memperbaiki oksigenasi tubuh, dan mempertahankan
suhu tubuh. Tindakan ini tidak bergantung pada penyebab syok. Diagnosis harus
segera ditegakkan sehingga dapat diberikan pengobatan kausal. Segera berikan
pertolongan pertama sesuai dengan prinsip resusitasi ABC. Jalan nafas (airway) harus
bebas kalau perlu dengan pemasangan pipa endotrakeal. Pernafasan (breathing) harus
terjamin, kalau perlu dengan memberikan ventilasi buatan dan pemberian oksigen
100%. Defisit volume peredaran darah (circulation) pada syok hipovolemik harus
diatasi dengan pemberian cairan intravena. Segera menghentikan perdarahan yang
terlihat dan mengatasi nyeri yang hebat, yang juga bisa merupakan penyebab syok.
Primary survey meliputi : airway, breathing, circulation, disability, dan
exposure. Secondary survey meliputi pengkajian fisik. Sedangkan tersier survey
dilakukan selain pengkajian primary dan secondary survey, misalnya terapi atau
resusitasi cairan.
Manajemen resusitasi cairan sangat penting. Untuk mempertahankan
keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk mengganti cairan yang
hilang. Dapat dimulai dengan memberikan infus Saline atau Ringer Laktat isotonis.
Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi syok hipovolemik.
Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat segera
dilakukan tindakan.
Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi
elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Larutan parenteral pada syok
hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid, koloid, dan darah. Cairan kristaloid
cukup baik untuk terapi syok hipovolemik. Keuntungan cairan kristaloid antara lain
29
mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit
efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada pemberian dapat berlanjut dengan
edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih perlu dicegah.
Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik
dengan hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah
larutan isotonis yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan
dengan aman dalam jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia
dengan asidosis metabolik atau sindroma syok.
Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat
metabolisme laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan
asetat di metabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat
terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat.
Adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat. Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan
dibagi atas resusitasi untuk mengganti kehilangan cairan akut dan rumatan untuk
mengganti kebutuhan harian.
30
31
H. Prognosis
Prognosis sirosis sangat bervariasi dipengaruhi sejumlah faktor meliputi etiologi,
beratnya kerusakan hati, komplikasi, dan penyakit lain yang menyertai. Klasifikasi child
pugh juga untuk menilai prognosis pasien sirosis yang akan menjalani operasi,
variabelnya meliputi konsentrasi bilirubin, albumin, ada tidaknya ascites, ensefalopati dan
status nutrisi. Klasifikasi ini terdiri dari chlid A, B, C, dan berkaitan dengan kelangsungan
hidup. Angka kelangsungan hidup selama satu tahun untuk pasien dengan child A, B, C
berturut turut 100,80, dan 45%
Tabel 2.Klasifikasi Sirosis hati dengan Kriteria Child-Pugh:
Skor / Parameter
Bilirubin (mg %)
< 2,0
2 - < 3,0
> 3,0
Albumin (g %)
> 3,5
< 2,8
40 - < 70
< 70
Protrombin
Time > 70
(quick %)
Ascites
Minimal Sedang
Banyak
Hepatic
Tidak Ada
Std. 1 2
Std. 3 - 4
Encephalopaty
Bila <6
: child pugh A
Bila <7-9
: child pugh B
Bila >10
: child pugh C
Penilaian prognosis terbaru adalah dnegan model for end stage liver disease
(MELD) digunakan untuk pasien sirosis yang akan dilakukan transplantasi hati.
MELD adalah sistim skor untuk mengetahui tingkat keparahan dari sirosis hepatis.
Hal ini berguna untuk memprediksi angka bertahan hidup dalam 3 bulan pada pasien
yang telah menjalani prosedur operasi Transjugular intrahepatic portosystemic
shunt(TIPS) dan berguna untuk menentukan prognosis dan prioritas untuk
mendapatkan transplantasi hati.
32
MELD menggunakan nilai dari bilirubin serum, kreatinin serum, dan ratio
internasional untuk waktu pembekuan darah (INR) untuk memprediksi angka bertahan hidup.
MELD = 3.78[Ln serum bilirubin (mg/dL)] + 11.2[Ln INR] + 9.57[Ln serum creatinine
(mg/dL)] + 6.43
Bila ada nilai di bawah 1 maka dimasukkan nilai 1 nya (jika bilirubin 0,8 amka
dibulatkan menjadi 1) untuk menghindari nilai skor di bawah 0.
Interpretasi skor MELD pada pasien yang dirawat, maka angka kematian (mortality)
<10 4% mortality
I. Komplikasi
Sirosis Hepatis
Hati memiliki banyak fungsi metabolik yang sangat kompleks, sehingga banyak
komplikasi yang menyertai sirosis.Sebagian komplikasi timbul pada umumnya disebabkan
karena penyakit yang menyertai sirosis (sebagai contoh, osteoporosis lebih banyak pada
penderita sirosis dibandingkan dengan penyakit yang berhubungan dengan kandung empedu).
Dibawah ini adalah beberapa komplikasi dari sirosis:
Ascites
Ascites adalah retensI dari sejumlah cairan yang berada di rongga abdomen.
Bila jumlahnya sedikit, ascites mungkin dapat terdeteksi dengan USG atau CT
33
sangat
Kanker hati
34
Pasien dengan sirosis merupakan resiko tinggi dari terjadinya kanker hati yang
disebut dengan karsinoma hepatoselular. Resiko terjadinya kanker hati tergantung
pada penyakit yang menyertai, tetapi pad a pasien dengan hepatitis C resikonya
sekitar 3% setiap tahun. Penanganan akan berhasil bila kanker ini terdeteksi secara
dini. Kanker hati biasanya tidak memiliki gejala klinis ketika kecil dan penanganan
akan terbatas pada penanganan gejala. Pasien akan direkomendasi untuk melakukan
USG, CT scan atau MRI dari hati setiap 6 bulan untuk mendeteksi adanya tumor. Tes
alfa fetoprotein (AFP) juga dapat digunakan untuk mendeteksi tumor.
Syok Hipovolemik
1.
Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan
yang berkepanjangan. Curah jantung tidak lagi mencukupi sehingga terjadi gangguan
seluler di seluruh tubuh. Pada saat tekanan darah arteri menurun, aliran darah
menurun, hipoksia jaringan bertambah nyata, gangguan seluler, metabolisme
terganggu, produk metabolisme menumpuk, dan akhirnya terjadi kematian sel.
2.
Hipoksia seluler
Pe aktivitas surfaktan
35
Pe compliance paru
Stiff lung
Pe shunting
Hipoksia arterial
3.
jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktifan berlebihan jenjang koagulasi. Dinding
pembuluh darah menjadi lemah, tak mampu berkonstriksi sehingga terjadi bendungan
vena, vena balik (venous return) menurun. Relaksasi sfinkter prekapiler diikuti
dengan aliran darah ke jaringan tetapi tidak dapat kembali ke jantung. Peristiwa ini
dapat menyebabkan trombosis kecil-kecil sehingga dapat terjadi koagulopati intravasa
yang luas.
36