Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Tindakan malpraktik medik adalah salah satu cabang kesalahan di dalam
bidang professional. Tindakan malpraktik medik yang melibatkan para dokter dan
tenaga kesehatan lainnya banyak terdapat jenis dan bentuknya, misalnya kesilapan
melakukan diagnosa, salah melakukan tindakan perawatan yang sesuai dengan
pasien atau gagal melaksanakan perawatan terhadap pasien dengan teliti dan
cermat.
Di beberapa negara maju seperti United Kingdom, Australia dan Amerika
Serikat, kasus malpraktik medik juga banyak terjadi bahkan setiap tahun
jumlahnya meningkat. Misalnya, di negara Amerika Serikat pada tahun 1970-an
jumlah kasus malpraktik medik meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan
tahun-tahun sebelumnya dan keadaan ini terus meningkat hingga pada tahun
1990-an.
Keadaan di atas tidak jauh berbeda dengan negara Indonesia, dalam
beberapa tahun terakhir ini kasus penuntutan terhadap dokter atas dugaan adanya
malpraktik medik meningkat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Bahkan disetiap media masa dan elektronik setiap harinya memberitakan tentang
kasus malpraktik medik yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan lainnya
baik di rumah sakit di kota besar maupun rumah sakit tingkat daerah.
Mengamati pemberitaan media massa akhir-akhir ini, terlihat peningkatan
dugaan kasus malpraktek dan kelalaian medik di Indonesia, terutama yang
berkenaan dengan kesalahan diagnosis dokter yang berdampak buruk terhadap
pasiennya. Dalam rentang beberapa bulan terakhir ini, media massa marak
memberitahukan tentang kasus gugatan/ tuntutan hukum (perdata dan/ atau
pidana) kepada dokter, tenaga medis lain, dan/ atau manajemen rumah sakit yang
diajukan masyarakat konsumen jasa medis yang menjadi korban dari tindakan
malpraktik (malpractice) atau kelalaian medis.

Kasus malpraktik merupakan tindak pidana yang sangat sering terjadi di


Indonesia. Malpraktik pada dasarnya adalah tindakan tenaga profesional yang
bertentangan dengan SOP, kode etik, dan undang-undang yang berlaku, baik
disengaja maupun akibat kelalaian yang mengakibatkan kerugian atau kematian
pada orang lain. Biasanya malpraktik dilakukan oleh kebanyakan dokter di
karenakan salah diagnosa terhadap pasien yang akhirnya dokter salah memberikan
obat.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Pengertian Malpraktik Medik
Menurut berbagai sumber, malpraktek merupakan perbuatan yang tidak
melakukan profesinya sebagaimana yang diajarkan di dalam profesinya, misalnya
seorang dokter, insinyur, pengacara, akuntan, dokter gigi, dokter hewan, dan lainlain. Oleh karena itu, istilah malpraktek sebenarnya tidak hanya digunakan untuk
profesi kedokteran saja tetapi dapat digunakan untuk semua bidang profesi, dan
jika digunakan untuk profesi kedokteran seharusnya dipakai istilah malpraktek
medik.
Malpraktek dapat terjadi akibat ketidaktahuan, kelalaian, kurangnya
keterampilan, kurangnya ketaatan kepada yang diajarkan dalam profesinya atau
melakukan kejahatan untuk mendapatkan keuntungan di dalam melaksanakan
kewajiban profesinya, adanya perbuatan salah yang disengaja, maupun praktek
gelap atau bertentangan dengan etika.
Pada umumnya, timbulnya suatu gugatan adanya dugaan malpraktik
medik adalah karena terjadinya suatu peristiwa yang bersifat negatif. Dengan kata
lain, terjadi suatu peristiwa di mana setelah dilakukannya suatu tindakan medik,
ternyata keadaan pasien menjadi bertambah buruk, menderita kesakitan yang lebih
hebat, menjadi lumpuh, koma, bahkan meninggal.

II.2 Aspek Hukum Malpraktik Medik


Berdasarkan jenisnya, tindakan malpraktik medik terbagi ke dalam dua
bentuk pertanggungjawaban. Pertama, pertanggungjawaban profesi kedokteran,
yaitu pelanggaran etika kedokteran dan pelanggaran disiplin kedokteran. Kedua,
pertanggungjawaban hukum (malpraktik yuridis), yang terbagi juga menjadi tiga
yaitu malpraktik pidana (criminal malpractice), malpraktik perdata (sivil
malpractice) dan malpraktik administratif (administrative malpractice).
3

Masing-masing

kriteria

pertanggungjawaban

hukum

dan

profesi

kedokteran tersebut di atas mempunyai jalur penyelesaian yang berbeda, dasar


hukum yang berbeda dan ditangani oleh lembaga peradilan yang berbeda pula.

II.3 Faktor-faktor yang mendukung terjadinya malpraktik medik


Ada 3 hal yang dapat menyebabkan seorang tenaga kesehatan melakukan
tindakan malpraktik medik, yaitu apabila tidak melakukan tindakan medisi sesuai
dengan :
1.

Standar Profesi Kedokteran


Dalam profesi kedokteran, ada tiga hal yang harus ada dalam standar profesinya,
yaitu kewenangan, kemampuan rata-rata dan ketelitian umum.

2.

Standar Prosedur Operasional (SOP)


SOP adalah suatu perangkat instruksi/ langkah-langkah yang dibakukan untuk
menyelesaikan suatu proses kerja rutin tertentu.

3.

Informed Consent
Substansi informed consent adalah memberikan informasi tentang metode dan
jenis rawatan yang dilakukan terhadap pasien, termasuk peluang kesembuhan dan
resiko yang akan dialami oleh pasien.
II.4 Contoh Kasus Malpraktik Medik
Kasus Malpraktek dalam Bidang Orthopedi
Seorang pasien menjalani suatu pembedahan di sebuah kamar operasi.
Sebagaimana layaknya, sebelum pembedahan dilakukan anastesi terlebih dahulu.
Pembiusan dilakukan oleh dokter anastesi, sedangkan operasi dipimpin oleh
dokter ahli bedah tulang (orthopedy).
Operasi berjalan lancar. Namun, tiba-tiba sang pasien mengalami kesulitan
bernafas. Bahkan setelah operasi selesai dilakukan, pasien tetap mengalami
gangguan pernapasan hingga tak sadarkan diri. Akibatnya, ia harus dirawat terus
menerus di perawatan intensif dengan bantuan mesin pernapasan (ventilator).
4

Tentu kejadian ini sangat mengherankan. Pasalnya, sebelum dilakukan operasi,


pasien dalam keadaan baik, kecuali masalah tulangnnya.
Akan tetapi, ternyata kedapatan bahwa ada kekeliruan dalam pemasangan
gas anastesi (N2O) yang dipasang pada mesin anastesi. Harusnya gas N2O,
ternyata yang diberikan gas CO2. Padahal gas CO2 dipakai untuk operasi katarak.
Pemberian CO2 pada pasien tentu mengakibatkan tertekannya pusat-pusat
pernapasan sehingga proses oksigenasi menjadi sangat terganggu, pasien jadi
tidak sadar dan akhirnya meninggal. Ini sebuah fakta penyimpangan sederhana
namun berakibat fatal.
II.5 Analisa dari kasus malpraktik medik
Ada sebuah kegagalan dalam proses penetapan gas anastesi. Dan ternyata,
di rumah sakit tersebut tidak ada standar-standar pengamanan pemakaian gas yang
dipasang di mesin anastesi. Padahal seharusnya ada standar, siapa yang harus
memasang, bagaimana caranya, bagaimana monitoringnnya, dan lain sebagainya.
Idealnya dan sudah menjadi keharusan bahwa perlu ada sebuah standar yang
tertulis (misalnya warna tabung gas yang berbeda), jelas, dengan formulir yang
memuat berbagai prosedur tiap kali harus ditandai dan ditandatangani. Seandainya
prosedur ini ada, tentu tidak akan ada, atau kecil kemungkinan terjadi kekeliruan.
Dan kalaupun terjadi akan cepat diketahui siapa yang bertanggungjawab.
Jadi, contoh kasus malpraktik ini merupakan suatu bentuk kelalaian berat
dari tenaga kerja yang ada di rumah sakit, bukan hanya tenaga medis, tetapi juga
tenaga dalam bidang logistik, dalam bidang perencanaan, dan lain-lain yang
menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi pasien yaitu kematian. Kelalaian
fatal ini bisa dikatakan terjadi karena kurangnya ketelitian dari dokter ataupun
petugas kesehatan lainnya dalam pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien.

Kelalaian ini juga bisa disebabkan karena manajemen rumah sakit yang
kurang tertata baik, pendidikan yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim

serta banyak lagi faktor yang lainnya. Dan tindakan tersebut tidak hanya melangar
hukum, kode etik kedokteran dan juga standar berperilaku dalam suatu agama
tetapi bahkan sampai menghilangkan nyawa seseorang.

BAB III

PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Contoh kasus malpraktik medik di atas ialah suatu contoh bentuk kelalaian
atau kurangnya ketelitian dari dokter ataupun petugas kesehatan lainnya dalam
pemberian pelayanan kesehatan terhadap pasien. Dan Kelalaian itu juga bisa
disebabkan karena manajemen rumah sakit yang kurang tertata baik, pendidikan
yang dimiliki petugas yang mungkin masih minim serta banyak lagi faktor yang
lainnya.
III.2 Saran
Menurut pendapat saya supaya kejadian tersebut tidak terjadi lagi,
diharapkan supaya seorang Dokter itu harus bersikap hati-hati, bersikap
sewajarnya dalam melakukan tugasnya dan harus teliti dalam melakukan
observasi terhadap pasien supaya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan
seperti contoh kasus di atas ini. Dan seharusnya seorang petugas kesehatan itu
harus mencek data pasien sebelum melakukan operasi.
Selain itu kasus malpraktek ini dapat dicegah apabila pihak pasien, dokter
dan rumah sakit saling menghormati hak dan kewajiban masing-masing. Realisasi
perlindungan hak pasien dapat dilakukan antara lain dengan cara mewajibkan
dokter memberikan informasi yang jelas dan lengkap kepada pasien, serta
memberi kesempatan kepada pasien untuk memilih melalui hak persetujuan atau
penolakan atas tindakan medis.
Upaya pencegahan terjadinya malpraktik tersebut dapat juga dilakukan
melalui pembenahan majemen rumah sakit, meningkatkan ketelitian dalam
menjalankan profesi kedokteran serta memperdalam segala macam pengetahuan
tentang berbagai macam tindakan pelayanan kesehatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ide, Alexandra. 2012. Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan.


Yogyakarta: Grasia Book Publisher.
2. http://www.google.co.id/url?
url=http://www.duniaremaja.net/catatan/contoh-kasus-malpraktek-diindonesia.html&rct=j&sa=U&ei=3WmzUICiI83LrQegkoEg&ved=0CC4
QFjAH&sig2=rnBaluftuNaAxvQvyxfKA&q=kasus+malpraktek+di+indonesia&usg=AFQjCN
Hji0MbEpm51eN_zsolnJh7Yv5AFg
3. http://internetweb159.wordpress.com
4. http://dintap.blogspot.com/2011/06/kasus-malpraktek.html
5. http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/132085774_1412-4009.pdf
6. http://isidunia.blogspot.com/2011/11/10-kasus-malpraktek-dunia-

kedokteran.html

Anda mungkin juga menyukai