Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit.
Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat
masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah
makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang
baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu
dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah
menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983
tentang bahan bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan
luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan
pengamanannya, bahan bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan
manusia secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan
kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan
antara lain untuk :
a. Pertumbuhan Badan.
b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak.
c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
d. Di perlukan untuk berkembang biak.
e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas.
Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan
tersebut mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung
racun , makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena
makanan yang mengandung mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION ).

Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah


dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara
berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun merupakan usaha
untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi
keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat,
cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan
keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan
kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala
keracunan yang timbul.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian keracunan?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bagaimana Etiologi keracunan?


Bagaimana Manifestasi klinis keracunan?
Bagaimana Patofisiologi keracunan?
Bagaimana komplikasi keracunan?
Bagaimana pemeriksaan penunjang keracunan?
Bagaimana penatalaksaan keracunaan?
Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan keracunan?

C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Untuk mengetahui pengertian keracunan.


Untuk mengetahui etiologi keracunan.
Untuk mengetahui manisfestasi klinis keracunan.
Untuk mengetahui patofisiologi keracunaan.
Untuk mengetahui komplikasi keracunaan.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang keracunan.
Untuk mengetahui penatalaksaan keracunan.
Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan keracunan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang

mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua


pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik.
Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung, suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup
dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius
fungsi hati atau lebih organ atau jaringan (Mc Graw- Hill Nursing Dictionary).
Keracunan adalah keadaan sakit yang ditimbulkan oleh racun. Bahan racun yang
masuk ke dalam tubuh dapat langsung mengganggu organ tubuh tertentu, seperti paruparu, hati, ginjal dan lainnya. Tetapi zat tersebut dapat pula terakumulasi dalam organ
tubuh, tergantung sifatnya pada tulang, hati, darah atau organ lainnya sehingga akan
menghasilkan efek yang tidak diinginkan dalam jangka panjang.
Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat,
serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat
diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja
seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan
kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan,
baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit.
Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat
masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah
makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang
baik.
Intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran
pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala
klinis.

B. ETIOLOGI
Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industi yang mengandung
logam berat, bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman salmonella,
sthapilococcus clostridium botulinum, jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat
jika diberikan melampaui dosis normal tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan
memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.

Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa


banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan
keracunaan adalah :
1. Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
2. Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
3. Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
Beberapa jenis bahan kimia yang harus diperhatikan karena berbahaya adalah:
Bahan

Penjelasan

Potensi Bahaya Kesehatan

Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar
Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya
dan

ruang

yang

gelap

serta juga menebabkan hal yang sama.

jauhkan dari bahan-bahan yang


HCl

mudah terbakar.
Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar
korosif

H2S

terutama

dengan dan kulit melepuh. Gas/uapnya

kepekatan tinggi.
juga menebabkan hal yang sama.
Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun

H2SO4

Senyawa

menyebabkan pingsan, gangguan


ini

pernafasan, bahkan kematian.


korosif, Jangan menghirup uap asam

sangat

higroskopis, bersifat membakar sulfat

pekat

karena

dapat

bahan organik dan dapat merusak menyebabkan kerusakan parujaringan

tubuh paru,

kontak

dengan

Gunakan ruang asam untuk proses menyebabkan

kulit

dermatitis,

pengenceran dan hidupkan kipas sedangkan kontak dengan mata


NaOH

penghisapnya.
menyebabkan kebutaan.
Senyawa ini bersifat higroskopis Dapat merusak jaringan tubuh.

NH3

dan menyerap gas CO2.


Senyawa ini mempunyai bau yang Menghirup senyawa ini pada
khas.

konsentrasi
menyebabkan

tinggi

dapat

pembengkakan

saluran pernafasan dan sesak


nafas.

Terkena

amonia

pada

konsentrasi 0.5% (v/v) selama 30


menit
kebutaan.
4

dapat

menyebabkan

HCN

Senyawa ini sangat beracun.

Hindarkan kontak dengan kulit.


Jangan menghirup gas ini karena
dapat menyebabkan pingsan dan

maupun

kematian.
larutannya Dapat menyebabkan iritasi kulit,

HF

Gas/uap

HNO3

sangat beracun.
Senyawa ini bersifat korosif.

mata, dan saluran pernafasan.


Dapat menyebabkan luka bakar,
menghirup

uapnya

dapat

menyebabkan kematian.
4. Zat kimia pertanian : Insektisida
5. Makanan :
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses
awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada
nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan
bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang
beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan
kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan,
antara lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di
tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya
dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara
hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng
yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah
memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang
kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan
saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga
penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya
dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas
untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan : sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b. Keracunan jamur

Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan
jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang
hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang
agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium
permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu.
Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam
saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya
keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan
penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut,
nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih
nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum
air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan
untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus
dirawat di rumah sakit.
d. Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun
tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala
keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang
sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan
pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu
tidak ada.
e. Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun
biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau
memakan daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam
beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul.
Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
6. Bisa ular atau serangga
7. Keracunan Insektisida

Keracunan organofosfat, salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering
dijumpai karena memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan
bahan pelarut minyak tanah. Dengan demikian, pada keracunan ini harus
diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan keracunan minyak tanah selain akibat
organofosfat itu sendiri.
8. Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara
lain :
a. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida (organoklorin, organofosfat, karbamat) golongan gas (nitrogen
metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air
raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene,
vinil klorida fenol ).
b. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
c. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis :
jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll
9. Minyak Tanah

C. MANIFESTASI KLINIS
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga
jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons
jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau
gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan
hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint
merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan
akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin
menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan
salisilat akut (aspirin).
Gejala lain :
1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5. Bingung.
6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
7

7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak berkeringat,
bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa
Berdasarkan derajatnya dan gejalanya keracunan dibagi menjadi :
a. Keracunan ringan :
1) Anoreksia
2) Nyeri kepala
3) Rasa lemah
4) Rasa takut
5) Tremor pada lidah dan kelopak mata
6) Pupil miosis
b. Keracunan sedang :
1) Nausea
2) Muntah muntah
3) Kejang dan kram perut
4) Hipersalifa
5) Hiperhidrosis
6) Fasikulasi otot
7) Bradikardi
c. Keracunan berat
1) Diare
2) Reaksi cahaya negative
3) Sesak nafas
4) Sianosis
5) Edema paru
6) Inkontinensia urine dan feses
7) Kovulsi
8) Koma
9) Blokade jantung akhirnya meninggal
Tabel Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa
Gejala Utama
Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam
Mual, muntah, rasa yang tak Garam logam
lazim di mulut, mulut terasa
1-2 jam

panas
Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,

gemetar, lemah, pingsan.


1-6 jam (rerata Mual, muntah, diare, nyeri Staphylococcus Aureus
2-4)
perut.
dan enterotoksinnya
8-16 jam (2-4 Muntah, kram perut, diare, Bacillus Cereus.
muntah)
6-24 jam

rasa mual.
Mual, muntah, diare, rasa Jamur berjenis Amanita.
haus,

pelebaran
8

pupil,

pingsan, koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam
Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran
secret dari hidung, terkadang
ruam kulit.
Radang tengorokan

2-5 hari

hidung,

eksudat

dan Corynebacterium

berwarna diphtheria

keabuan, demam, mengigil,


nyeri

tengorokan,

lemah,

sulit menelan, pembengkakan


kelenjar getah bening leher.
Gejala Saluran Cerna Bawah (kram perut, diare) yang Dominan
2-36 jam (rerata Kram perut, diare, diare yang C.
perfringens;
6-12)

disebabkan

B.

Clostridium cereus; S; faecalis; S.

perfringens, kadang-kadang faecium


rasa mual dan muntah
12-72

jam Kram perut, diare, muntah, Salmonella

(rerata 18-36)

demam,

mengigil,

spp

lemah (termasuk S. Arizonae),

hebat, mual, sakit kepala, E. coli enteropatogenik,


kadang-kadang

diare dan

Enterobakteriacae,

berdarah dan berlendir, lesi V. cholera (01 dan nonkulit yang disebabkan Vibrio

01),

vulnificuis.

fluvialis.

Yersinia

vulvinicus,

enterocolitica menyebabkan
gejala yang menyerupai flu
3-5 hari

apendisitis akut.
Diare,
demam,

muntah Virus-virus enterik

dengan nyeri perut, gejala


1-6 minggu

saluran nafas
Diare
lengket

(tinja Giardia lamblia

berlemak), sakit perut, berat


1-beberapa

badan menurun
Sakit perut, diare, sembelit, Entamoeba hystolitica

minggu

sakit

kepala,

mengantuk,
9

V.

3-6 bulan

kadang tanpa gejala


Sulit tidur, tak ada nafsu Taenia

sanginata

dan

makan, berat badan menurun, taenia solium


sakit

perut,

kadang

gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam
Gastroenteritis,
cemas, Fosfat organic
penglihatan
dada,

kabur,

sianosis,

nyeri

kedutan,

kejang.
Salvias

berlebihan, Jamur jenis muscaria

berkeringat,
nadi

tak

gastroenteritis,
teraratur,

pupil

mengecil, bernafas seperti


1-6 jam

orang asma.
Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat,

pendarahan

pengelupasan
terfiksasi,

perut,

kulit,

reflek

mata
hilang,

kedutan, paralisis otot.


Rasa

baal

atau

gatal,

gastroenteritis, pusing, mulut Ciguatoxin


kering,

otot

nyeri,

pupil

melebar, pandangan kabur,


2

jam-6

(12-36 jam)

paralisis otot.
hari Rasa mual, muntah, rasa Chlorinated hydrocarbon
(geli) seperti dikaruk, pusing,
lemah, tak ada nafsu makan,
berat

badan

menurun,

bingung.
Vertigo,

pandangan

kabur Clostridium

atau diplobia, reflek cahaya dan toksinnya.


hilang,

sulit

menelan,

berbicara dan bernafas; mulut


kering,

lemah,

paralisis
10

botulinum

pernafasan.
Rasa baal,

>72 jam

kaki

lemah, Air raksa organic

paralisis, spastic, penglihatan


berkurang, buta, dan koma.
Gastroenteritis, nyeri pada
kaki, kaki dan tangan jatuh.
Triortrocresyl phosphate.
Terjadi Gejala Alergi (Muka Memerah dan Rasa Gatal)
< 1 jam
Sakit kepala, pusing, mual, Scombrotoxin
muntah, rasa panas pada (histamine)
mulut,

tengorok

terasa

terbakar, muka sembab dan


merah,

sakit

perut,

gatal

dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, Monosodium glutamate
rasa seperti digaruk (geli), (MSG)
kemerahan,

pusing,

sakit

kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, Asam nikotinat
sakit perut, edema lutut dan
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam
Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin

(paralytic

terbakar, baal, mengantuk, shelifish poisoning: PSP)


bicara inkoheren, paralisis
2-5

pernafasan.
menit Sensasi panas dan dingin Brevetoxin

sampai 3-4 jam

bergantian, rasa geli; baal shelifish

(neurotoxic
poisoning:

disekitar bibir, lidah dan NSP)


tengorokan;

nyeri

otot,

pusing, diare, muntah.


30 menit sampai Rasa mual, muntah, diare, Dinophysis
2-3 jam

sakit perut, mengigil, demam. okadaic

toxin,
acid,

pectenotoxin, yessotoxin
(Diarrheic
24

jam

shelifish

poisoning:DSP)
Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
11

(gastrointestinal

bingung,

hilang

) sampai 48 jam deisorientasi,

ingatan, shelifish

kejang

poisoning:

dan ASP)

(neurologis)
koma.
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan
Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata Gastroenteritis,
9 hari)

edema

demam, Trichinella spiralis

disekitar

berkeringat,
mengigil,

mata,

nyeri

otot,

lemah,

sulit

bernafas.
7-28 hari (rerata Lemah yang hebat, sakit Salmonella typhi
14 hari)

kepala, sakit kepala, demam,


batuk,

mual,

muntah,

sembelit,

sakit

perut,

mengigil,

bintik

merah

dikulit, tinja berdarah.


Demam, sakit kepala, nyeri Toxoplasma gondii

10-13 hari

otot, kemerahan.
10-50

hari Demam, lemah-lesu, tak ada Mungkin virus

(rerata 25-30)

nafsu makan, mual, sakit

Bervariasi,

perut, kuning (ikterus).


Demam, mengigil, sakit Bacillus

anthracis,

bergantung pada kepala atau sendi, lemah- brucella melitensis, B.


tipe penyakit

lesu,

bengkak

dikelenjar abortus, B. suis, coxiella

getah bening, dan gejala yang bernetti,


khas untuk penyakit lain.

francisella

tularensis,

listeria

monocytogenes,

M.

tuberculosis,
mycobacterium
pasteurella

sp,

multocida,

streptobacillus
moniliformis,
campylobacter
leptospira SSP.

12

jejuni,

D. PATOFISIOLOGI
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi
yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat
dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan
hipoksia.

E. KOMPLIKASI
Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan neurotoksisitas lama dan
Organophosphorus Induceddeleyed Neuropathy ( OPIDN ). Sindrom ini berkembang
dalam 8 35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat. Kelemahan progresif dimulai
dari tungkai bawah bagian distal, kelemahan pada jari dan kaki berupa food drop.
Kehilangan sensori sedikit terjadi serta refleks tendon dihambat.
Adapun komplikasi lain yang dapat terjadi adalah :
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
6. Hiperaktif
7. Hidrofobia
8. Kejang fokal
9. Gejala neurologi local
10. Edema serebri
11. Aerofobia

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N,
kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif.

G. PENATALAKSANAAN
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara

13

sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan
memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat
atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditelan, yaitu:
a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
b. Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal
dan cartridge containing an adsorbent (karbon atau resin) dimana setelah
detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala
masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau
sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau
keduanya.
a. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka
pada selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara
lokal mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti
jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.
b. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lokal, biasanya racun diabsorpsi dan
masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ
tubuh yang penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala
14

keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan, kebiasaan,
kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala yang
ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan,
pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika, serta sistem
saraf pusat (SSP)
16. Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau
norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.
b) Bilas lambung:
(1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
(2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
(3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
(4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
(5) Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1) Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam
cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap,
jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal
masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange
15

H. PENGOBATAN
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk
pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:
Jenis Peracun
Asam-asam korosif seperti asam sulfat Bila

Pertolongan Pertama
tertelan
berilah
bubur

(H2SO4), fluoroboric acid, hydrobromic aluminium hidroksida atau milk of


acid

62%,

hydrochloric

acid

32%, magnesia diikuti dengan susu atau

hydrochloric acid fuming 37%, sulfur putih telur yang dikocok dengan air.
dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah Jangan diberi dengan karbonat atau
bubur aluminium hidroksida atau milk of soda kue.
magnesia diikuti dengan susu atau putih
telur yang dikocok dengan air.
Alkali (basa) seperti amonia

(NH3), Bila tertelan berilah asam asetat

amonium hidroksida (NH4OH), Kalium encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), (1%), atau air jeruk. Lanjutkan
soda abu, dan lain-lain.

dengan memberi susu atau putih

telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, Berikan

antidote

umum,

susu,

dan lain-lain

minum air kelapa, norit, suntikan

Pestisida

BAL, atau putih telur.


Minum air kelapa, susu, vegeta,

Garam Arsen

norit, suntikan PAM


Bila tertelan usahakan pemuntahan
dan berikan milk of magnesia.

1.

Pengobatan spesifik dan antidotum


Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis,
kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang.
Tindakan :
1) Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar Atropin berfungsi untuk
menghentikan efek acetylcholine pada reseptormuscarinik, tapi tidak bisa
menghentikan efek nikotinik. Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan
dengan dosis 0,05 mg/kg BBIV pelan-pelan dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg
BB setiap 5 - 20 menit sampai atropinisasi sudah adekuat atau dihentikan bila :
a) Kulit sudah hangat, kering dan kemerahan
b) Pupil dilatasi (melebar)
c) Mukosa mulut kering
16

d) Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan
disesuaikan denganrespon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan
sesuai keadaan klinispenderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian
diturunkan secarabertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa
terjadi gagal nafaskarena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek
nikotinik (kelumpuhan otot ) organofosfat.
2) Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat muntah
3) Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di
Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna. Obat ini dapat digunakan untuk
pengobatan post-operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa
contoh obat yang termasuk golongan ini adalah : Dolasetron
4) Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis
fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap, dan untuk mencegah serta
mengobati komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak &
paru, pneumonia, rhabdomiolisis, gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi organ
menyeluruh akibat hipoksia atau syok berkepanjangan.
5) Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV
6) Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara :
a. Diuretic (Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran
urine) : lasix, manitol
b. Dialisa
c. Transfusi exchange

I. PENCEGAHAN
1.

Masak masakan sampai benar benar matang karena racun akan tidak aktif dengan
pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5

2.

menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
Letakkan bahan bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari

3.
4.
5.
6.

jangakauan anak anak


Tandailah sejelas jelasnya tiap atau kaleng yang berisi bahan berbahaya
Hindari pemakaian botol / kaleng bekas
Kuncilah kotak penyimpanan racun dan obat obatan
Perhatikan petunjuk tanggal / masa kadaluarsa

17

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KERACUNAN
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Persarafan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.

Gastrointestinal
Integumen
Muskuloskeletal
Integritas Ego
Eliminasi
Selaput lendir
Sensori

: Kesadaran menurun
: Nafas tidak teratur
: Hipertensi, nadi aritmia.
: Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran,
kelemahan, paralise
: Muntah, diare
: Berkeringat
: Kelelahan, kelemahan
: Gelisah, pucat
: Diare
: Hipersaliva
: Mata mengecil/membesar, pupil miosis

B. Prioritas Diagnosa
Prioritas Ke1
2

Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan ansietas.
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
18

berhubungan dengan mual dan muntah.


Ketidakefektifan Perfusi jaringan Gastrointestinal berhubungan

dengan keracunan enzim.


Resiko Ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
mual muntah.

C. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa

Tujuan dan Kriteria Hasil

keperawatan
Ketidakefektifan
Pola

Intervensi ( NIC)

(NOC)
Setelah dilakukan tindakan -

nafas keperawatan dalam waktu

berhubungan dengan 8x3 jam, diharapkan klien


ansietas.

tingkat

sistemik

terhadap antigen tertentu


dari
-

alergi
-

bersih dan terbuka untuk


-

Ventilasi

luar paru.

(antigen-

antibodi).
Mengidentifikasi,
mencegah
inflamasi/kontriksi

Pergerakan
-

dan
reaksi
di

jalan nafas.
Kumpulkan dan analisis
data

19

berat

mengobati,

Udara ke dalam dan ke

yang

yang mengalami reaksi

Kepatenan Jalan Nafas :

pertukaran gas.
Status
Respirasi

jaringan

adekuat untuk individu

jalur nafas trakeobronkial

pasien.
Tingkatkan ventilasi dan
perfusi

lingkungan

(eksogen).
Status
Pernapasan

kateter

nafas oral atau trakea

imun

hipersensitif

cara

penghisap ke dalam jalan

keparahan

respons

dengan

memasukkan

Respon Alergik : sistemik


:

nafas.
Keluarkan sekret jalan
nafas

dengan kriteria hasil :


-

Fasilitasi kepatenan jalan

pasien

untuk

Status
tingkat

Tanda

Vital

suhu,

memastikan

nadi,

jalan

pernapasan, dan tekanan


darah

dalam

normal.

nafas

pertukaran

rentang

kepatenan
dan

gas

yang

adekuat.
Tingkatkan

pola

pernafasan spontan yang


optimal

sehingga

memaksimalkan
pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam
-

paru.
Kumpulkan dan analisis
data

kardiovaskuler,

pernafasan,
tubuh

dan

pasien

untuk

menentukan
Ketidakseimbangan

Setelah dilakukan tindakan -

suhu
dan

mencegah komplikasi.
Cegah
dan
tangani

Nutrisi kurang dari keperawatan dalam waktu

pembatasan

kebutuhan

sangat ketat dan aktifitas

tubuh 3x8 jam, diharapkan klien

berhubungan dengan dengan kriteria hasil :


mual dan muntah.

Selera

diet

berlebihan

Makan

yang
atau

memasukkan

makanan

Keinginan untuk makan

dan

minuman

ketika

dalam

keadaan

jumlah banyak kemudian

sakit

atau

sedang

berusaha

mengeluarkan

menjalani pengobatan.
Status Gizi : Tingkat -

semuanya.
Tingkatkan

ketersediaan

zat

keseimbangan

untuk

memenuhi

gizi

kebutuhan metabolik.
Status Gizi : Pengaturan
Biokimia : Komponen
dan kimia cairan tubuh
yang

mengindikasikan -

status nutrisi.
20

dan

dalam

cegah

elekrolit
komplikasi

akibat

dari

kadar

elektrolit

serum

yang

tidak normal atau diluar


harapan.
Kumpulkan dan analisis
data

pasien

untuk

Status

Gizi : Asupan

mengatur keseimbangan

Makanan dan Cairan :


jumlah

makanan

dan

data

cairan yang di konsumsi


jam.
Status Gizi : Asupan Gizi
:

keadekuatan

asupan
-

biasanya.
Perawatan-Diri Makan :

mengingesti

dan

makanan

dari elektrolit.
Bantu
dan

sediakan

makanan

dan

cairan diet seimbang.


Beri makanan dan cairan

malnutrisi atau beresiko

bantu.
Berat Badan : Massa
:

akibat

metabolik pasien yang

dengan atau tanpa alat

Tubuh

cegah

untuk mendukung proses

dan cairan secara mandiri

dan

asupan

untuk

mempersiapkan

cairan.
Atur

perubahan kadar cairan

yang

Kemampuan

untuk

komplikasi

Pola

gizi

pasien

mengatur keseimbangan

tubuh selama waktu 24


-

elektrolit.
Kmpulkan dan analisis

tinggi

terhadap

mal

nutrisi.

Tingkat

kesesuaian berat badan, -

Kumpulkan dan analisis

otot,dan lemak dengan

data

tinggi

mencegah

badan,

rangka

pasien

dan

tubuh, jenis kelamin, dan

meminimalkan

usia.

gizi.
-

Bantu

untuk

individu

kurang

untuk

makan.
Ketidakefektifan
Perfusi

Setelah dilakukan tindakan

jaringan keperawatan dalam waktu

Gastrointestinal

8x3 jam, diharapkan klien

berhubungan dengan dengan kriteria hasil :


keracunan enzim.

pencapaian

kenaikan berat badan.


- Tingkatkan
keseimbangan
elektrolit dan cegah
komplikasi

Status

Sirkulasi

Aliran

darah

21

Fasilitasi

akibat

kadar elektrolit serum

yang

abrnormal atau tidak

tidak obstruksi dan


satu

arah,

tekanan

pada

yang

melalui

keseimbangan cairan

tept

dan

pembuluh

kadar

dan

elektrolit dan Asam-

Basa : Keseimbangan
dan

elektrolit

non

didalam

kompartemen intrasel
-

serta ekstrasel tubuh.


Keseimbangan
cairan

intrasel dan ekstrasel


tubuh.
Hidrasi : kedekuatan
dalam

kompartemen intrasel
-

dan ekstrasel tubuh.


Perfusi jaringan :
Organ

Abdomen

keadekuatan
darah

aliran
melalui

pembuluh darah kecil


pada visera abdomen
untuk
mempertahankan
fungsi organ.

22

yang

diharapkan.
Atur
dan

cegah

komplikasi

akibat

perubahan

kadar

cairan atau elektrolit.


Pasang
selang
saluran

gastrointestinal.
Optimalkan frekuensi
jantung,

preload,

afterload,

dalam kompartemen

cairan

cairan

kedalam

keseimbangan cairan

akibat

abnormal atau tidak

pulmonal.
Keseimbangan

elektrolit

mencegah

komplikasi

dasar besar sirkulasi


sistemik

diharapkan.
Tingkatkan

dan

kontraktilitas.
Tingkatkan volume
cairan
pada

intravaskular
pasien

mengalami
volume.

yang
deplesi

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan
kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa
banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan
keracunaan adalah :
1. Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
2. Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
3. Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4. Zat kimia pertanian : Insektisida
5. Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
6. Bisa ular atau serangga

B. Saran
Untuk mencegah diri dari keracunan organofosfat ini sebaiknya di sarankan untuk
melakukan Tindakan perawatan spesifik bertujuan :
1. Pencegahan terjadinya keracunan
2. Memperthankan saluran pernafasan yang bersih

23

Anda mungkin juga menyukai