PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh
manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan
makanan bila seseorang mengalami gangguan kesehatan setelah mengkonsumsi
makanan yang terkontaminasi kuman atau racun yang dihasilkan oleh kuman penyakit.
Kuman yang paling sering mengkontaminasi makanan adalah bakteri. Kuman ini dapat
masuk ke dalam tubuh kita melalui makanan dengan perantaraan orang yang mengolah
makanan atau memang berasal dari makanan itu sendiri akibat pengolahan yang kurang
baik.
Racun adalah zat / bahan yang apabila masuk ke dalam tubuh melalui mulut,
hidung / inhalasi, suntikan dan absorbsi melalui kulit atau di gunakan terhadap
organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan / menggangu
dengan serius fungsi satu / lebih organ atau jaringan.
Karena adanya bahan- bahan yang berbahaya, menteri kesehatan telah
menetapkan peraturan no 435 / MEN. KES / X1 / 1983 tanggal 16 November 1983
tentang bahan bahan berbahaya. Karena tingkat bahayanya yang meliputi besar dan
luas jangkauan, kecepatan penjalaran dan sulitnya dalam penanganan dan
pengamanannya, bahan bahan berbahaya atau yang dapat membahayakan kesehatan
manusia secara langsung atau tidak langsung.
Keracunan merupakan masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia
yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Ada beberapa hal
yang dapat menyebabkan keracunan antara lain makanan.Makanan merupakan
kebutuhan pokok manusia karena di dalamnya mengandung nutrisi yang di perlukan
antara lain untuk :
a. Pertumbuhan Badan.
b. Memelihara dan memperbaiki jaringan tubuh yang telah tua dan rusak.
c. Di perlukan untuk proses yang terjadi di dalam tubuh
d. Di perlukan untuk berkembang biak.
e. Menghasilkan energi untuk dapat melakukan aktivitas.
Tetapi makanan juga dapat menyebabkan keracunan di karenakan makanan
tersebut mengandung toksin, makanan dari tumbuhan dan hewan yang mengandung
racun , makanan yang tercemar bahan kimia berbahaya, selain juga infeksi karena
makanan yang mengandung mikroorganisme pathogen ( FOOD INFECTION ).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian keracunan?
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
C. Tujuan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
B. ETIOLOGI
Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industi yang mengandung
logam berat, bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman salmonella,
sthapilococcus clostridium botulinum, jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat
jika diberikan melampaui dosis normal tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan
memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh.
Penjelasan
Kimia
AgNO3 Senyawa ini beracun dan korosif. Dapat menyebabkan luka bakar
Simpanlah dalam botol berwarna dan kulit melepuh. Gas/uapnya
dan
ruang
yang
gelap
mudah terbakar.
Senyawa ini beracun dan bersifat Dapat menyebabkan luka bakar
korosif
H2S
terutama
kepekatan tinggi.
juga menebabkan hal yang sama.
Senyawa ini mudah terbakar dan Menghirup bahan ini dapat
beracun
H2SO4
Senyawa
sangat
pekat
karena
dapat
tubuh paru,
kontak
dengan
kulit
dermatitis,
penghisapnya.
menyebabkan kebutaan.
Senyawa ini bersifat higroskopis Dapat merusak jaringan tubuh.
NH3
konsentrasi
menyebabkan
tinggi
dapat
pembengkakan
Terkena
amonia
pada
dapat
menyebabkan
HCN
maupun
kematian.
larutannya Dapat menyebabkan iritasi kulit,
HF
Gas/uap
HNO3
sangat beracun.
Senyawa ini bersifat korosif.
uapnya
dapat
menyebabkan kematian.
4. Zat kimia pertanian : Insektisida
5. Makanan :
Bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk pertumbuhan
dan perkembangbiakan mikroorganisme. Proses pembusukan merupakan proses
awal dari akibat aktivitas mikroorganisme yang mempengaruhi langsung kepada
nilai bahan makanan tersebut untuk kepentingan manusia. Selain itu, keracunan
bahan makanan dapat juga disebabkan oleh bahan makanannya sendiri yang
beracun, terkontaminasi oleh protozoa, parasit, bakteri yang patogen dan juga bahan
kimia yang bersifat racun.
Di Indonesia ada beberapa jenis makanan yang sering mengakibatkan keracunan,
antara lain:
a. Keracunan botolinum
Clostridium botolinum adalah kuman yang hidup secara anaerobik, yaitu di
tempat-tempat yang tidak ada udaranya. Kuman ini mampu melindungi dirinya
dari suhu yang agak tinggi dengan jalan membentuk spora. Karena cara
hidupnya yang demikian itu, kuman ini banyak dijumpai pada makanan kaleng
yang diolah secara kurang sempurna.
Gejala keracunan botolinum muncul secara mendadak, 18-36 jam sesudah
memakan makanan yang tercemar. Gejala itu berupa lemah badan yang
kemudian disusul dengan penglihatan yang kabur dan ganda. Kelumpuhan
saraf mata itu diikuti oleh kelumpuhan saraf-saraf otak lainnya, sehingga
penderita mengalami kesulitan berbicara dan susah menelan.Pengobatan hanya
dapat diberikan di rumah sakit dengan penyuntikan serum antitoksin yang khas
untuk botulinum. Oleh karena itu dalam hal ini yang penting ialah pencegahan.
Pencegahan : sebelum dihidangkan, makanan kaleng dibuka dan kemudian
direbus bersama kalengnya di dalam air sampai mendidih.
b. Keracunan jamur
Gejala muncul dalam jarak bebarapa menit sampai 2 jam sesudah makan
jamur yang beracun (Amanita spp). Gejala tersebut berupa sakit perut yang
hebat, muntah, mencret, haus, berkeringat banyak, kekacauan mental, pingsan.
Tindakan pertolongan: apabila tidak ada muntah-muntah, penderita dirangsang
agar muntah. Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium
permanganat (1 gram dalam 2 liter air), atau dengan putih telur campur susu.
Bila perlu, berikan napas buatan dan kirim penderita ke rumah sakit.
c. Keracunan jengkol
Keracunan jengkol terjadi karena terbentuknya kristal asam jengkol dalam
saluran kencing. Ada beberapa hal yang diduga mempengaruhi timbulnya
keracunan, yaitu: jumlah yang dimakan, cara penghidangan dan makanan
penyerta lainnya.
Gejala klinisnya seperti: sakit pinggang yang disertai dengan sakit perut,
nyeri sewaktu kencing, dan kristal-kristal asam jengkol yang berwarna putih
nampak keluar bersama air kencing, kadang-kadang disertai darah.
Tindakan pertolongan: pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum
air soda sebanyak-banyaknya. Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan
untuk mengurangi sakitnya. Pada keracunan yang lebih berat, penderita harus
dirawat di rumah sakit.
d. Keracunan ikan laut
Beberapa jenis ikan laut dapat menyebabkan keracunan. Diduga racun
tersebut terbawa dari ganggang yang dimakan oleh ikan itu. Gejala-gejala
keracunan berbagai binatang laut tersebut muncul kira-kira 20 menit sesudah
memakannya.Gejala itu berupa: mual, muntah, kesemutan di sekitar mulut,
lemah badan dan susah bernafas.
Tindakan pertolongan: usahakan agar dimuntahkan kembali makanan yang
sudah tertelan itu. Kalau mungkin lakukan pula pembilasan lambung dan
pernafasan buatan. Obat yang khas untuk keracunan binatang-binatang laut itu
tidak ada.
e. Keracunan singkong
Racun singkong ialah senyawa asam biru (cyanida). Singkong beracun
biasanya ditanam hanya untuk pembatas kebun, dan binatangpun tidak mau
memakan daunnya. Racun asam biru tersebut bekerja sangat cepat. Dalam
beberapa menit setelah termakan racun singkong, gejala-gejala mulai timbul.
Dalam dosis besar, racun itu cepat mematikan.
6. Bisa ular atau serangga
7. Keracunan Insektisida
Keracunan organofosfat, salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering
dijumpai karena memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan
bahan pelarut minyak tanah. Dengan demikian, pada keracunan ini harus
diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan keracunan minyak tanah selain akibat
organofosfat itu sendiri.
8. Ada berbagai macam kelompok bahan yang dapat menyebabkan keracunan, antara
lain :
a. Bahan kimia umum ( Chemical toxicants ) yang terdiri dari berbagai golongan
seperti pestisida (organoklorin, organofosfat, karbamat) golongan gas (nitrogen
metana, karbon monoksida, klor ), golongan logam (timbal, posfor, air
raksa,arsen) ,golongan bahan organik ( akrilamida, anilin, benzena toluene,
vinil klorida fenol ).
b. Racun yang dihasilkan oleh jenis bakteri ( Bacterial toxicants ) mis : Bacillus
cereus, Compilobacter jejuni, Clostridium botulinum, Escherichia coli dll
c. Racun yang dihasilkan oleh tumbuh tumbuhan ( Botanical toxicants ) mis :
jamur amnita, jamur psilosibin, oleander, kecubung dll
9. Minyak Tanah
C. MANIFESTASI KLINIS
Ciri-ciri keracunan umumnya tidak khas dan dipengaruhi oleh cara pemberian,
apakah melalui kulit, mata, paru, lambung, atau suntikan, karena hal ini mungkin
mengubah tidak hanya kecepatan absorpsi dan distribusi suatu bahan toksik, tetapi juga
jenis dan kecepatan metabolismenya. Pertimbangan lain meliputi perbedaan respons
jaringan. Hanya beberapa racun yang menimbulkan gambaran khas seperti adanya bau
gas batu bara (saat ini jarang), pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi, dan
hilangnya pernafasan pada keracunan akut morfin dan alkaloidnya. Pupil pinpoint
merupakan satu-satunya tanda, karena biasanya pupil berdilatasi pada pasien keracunan
akut. Kecuali pada pasien yang sangat rendah tingkat kesadaranya, pupilnya mungkin
menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Kulit muka merah, banyak
berkeringat, tinitus, tuli, takikardi, dan hiperventilasi sangat mengarah pada keracunan
salisilat akut (aspirin).
Gejala lain :
1. Rasa terbakar di tenggorokan dan lambung.
2. Pernafasan yang cepat dan dalam, hilang selera makan, anak terlihat lemah.
3. Mual, muntah, haus, buang air besar cair.
4. Sakit kepala, telinga berdenging, sukar mendengar, dan pandangan kabur.
5. Bingung.
6. Koma yang dalam dan kematian karena kegagalan pernafasan
7
7. Reaksi lain yang kadang bisa terjadi : demam tinggi, haus, banyak berkeringat,
bintik merah kecil di kulit dan membran mukosa
Berdasarkan derajatnya dan gejalanya keracunan dibagi menjadi :
a. Keracunan ringan :
1) Anoreksia
2) Nyeri kepala
3) Rasa lemah
4) Rasa takut
5) Tremor pada lidah dan kelopak mata
6) Pupil miosis
b. Keracunan sedang :
1) Nausea
2) Muntah muntah
3) Kejang dan kram perut
4) Hipersalifa
5) Hiperhidrosis
6) Fasikulasi otot
7) Bradikardi
c. Keracunan berat
1) Diare
2) Reaksi cahaya negative
3) Sesak nafas
4) Sianosis
5) Edema paru
6) Inkontinensia urine dan feses
7) Kovulsi
8) Koma
9) Blokade jantung akhirnya meninggal
Tabel Manifestasi Klinis Keracunan
Onset (Masa
Gejala Utama
Jasad Renik/Toksin
Awitan)
Gejala Saluran Cerna Atas (Mual, Muntah) yang Dominan
< 1 jam
Mual, muntah, rasa yang tak Garam logam
lazim di mulut, mulut terasa
1-2 jam
panas
Mual, muntah, sianosis, sakit Nitrit
kepala, pusing, sesak nafas,
rasa mual.
Mual, muntah, diare, rasa Jamur berjenis Amanita.
haus,
pelebaran
8
pupil,
pingsan, koma.
Radang Tengorokan Dan Gejala Saluran Napas
12-72 jam
Radang tengorokan, demam, Streptococcus Pyogene
mual, muntah, pengeluaran
secret dari hidung, terkadang
ruam kulit.
Radang tengorokan
2-5 hari
hidung,
eksudat
dan Corynebacterium
berwarna diphtheria
tengorokan,
lemah,
disebabkan
B.
(rerata 18-36)
demam,
mengigil,
spp
diare dan
Enterobakteriacae,
berdarah dan berlendir, lesi V. cholera (01 dan nonkulit yang disebabkan Vibrio
01),
vulnificuis.
fluvialis.
Yersinia
vulvinicus,
enterocolitica menyebabkan
gejala yang menyerupai flu
3-5 hari
apendisitis akut.
Diare,
demam,
saluran nafas
Diare
lengket
badan menurun
Sakit perut, diare, sembelit, Entamoeba hystolitica
minggu
sakit
kepala,
mengantuk,
9
V.
3-6 bulan
sanginata
dan
perut,
kadang
gastroenteritis
Gejala Neurologis (Gangguan Visual, Vertigo, Gell, Paralisis)
< 1 jam
Gastroenteritis,
cemas, Fosfat organic
penglihatan
dada,
kabur,
sianosis,
nyeri
kedutan,
kejang.
Salvias
berkeringat,
nadi
tak
gastroenteritis,
teraratur,
pupil
orang asma.
Rasa baal atau gatal, pusing, Tetrodotoxin
pucat,
pendarahan
pengelupasan
terfiksasi,
perut,
kulit,
reflek
mata
hilang,
baal
atau
gatal,
otot
nyeri,
pupil
jam-6
(12-36 jam)
paralisis otot.
hari Rasa mual, muntah, rasa Chlorinated hydrocarbon
(geli) seperti dikaruk, pusing,
lemah, tak ada nafsu makan,
berat
badan
menurun,
bingung.
Vertigo,
pandangan
kabur Clostridium
sulit
menelan,
lemah,
paralisis
10
botulinum
pernafasan.
Rasa baal,
>72 jam
kaki
tengorok
terasa
sakit
perut,
gatal
dikulit.
Rasa baal disekitar muluit, Monosodium glutamate
rasa seperti digaruk (geli), (MSG)
kemerahan,
pusing,
sakit
kepala, mual.
Kemerahan, rasa panas, gatal, Asam nikotinat
sakit perut, edema lutut dan
wajah.
Gejala Gastroenteritis Dan/atau Neurologis (Toksin Kerang)
0,5-2 jam
Rasa seperti digaruk (geli), Saxitoxin
(paralytic
pernafasan.
menit Sensasi panas dan dingin Brevetoxin
(neurotoxic
poisoning:
nyeri
otot,
toxin,
acid,
pectenotoxin, yessotoxin
(Diarrheic
24
jam
shelifish
poisoning:DSP)
Muntah, diare, sakit perut, Domoic Acid (Amnestic
11
(gastrointestinal
bingung,
hilang
ingatan, shelifish
kejang
poisoning:
dan ASP)
(neurologis)
koma.
Gejala Infeksi Umum (Demam, Mengigil, Lemah, Sakit, Pembengkakan
Kelenjar Limfe)
4-28 hari (rerata Gastroenteritis,
9 hari)
edema
disekitar
berkeringat,
mengigil,
mata,
nyeri
otot,
lemah,
sulit
bernafas.
7-28 hari (rerata Lemah yang hebat, sakit Salmonella typhi
14 hari)
mual,
muntah,
sembelit,
sakit
perut,
mengigil,
bintik
merah
10-13 hari
otot, kemerahan.
10-50
(rerata 25-30)
Bervariasi,
anthracis,
lesu,
bengkak
francisella
tularensis,
listeria
monocytogenes,
M.
tuberculosis,
mycobacterium
pasteurella
sp,
multocida,
streptobacillus
moniliformis,
campylobacter
leptospira SSP.
12
jejuni,
D. PATOFISIOLOGI
Penyebab terbanyak keracunan adalah pada sistem saraf pusat dengan akibat
penurunan tingkat kesadaran dan depresi pernapasan. Fungsi kardiovaskuler mungkin
juga terganggu, sebagian karena efek toksik langsung pada miokard dan pembuluh
darah perifer, dan sebagian lagi karena depresi pusat kardiovaskular diotak. Hipotensi
yang terjadi mungkin berat dan bila berlangsung lama dapat menyebabkan kerusakan
ginjal, hipotermia terjadi bila ada depresi mekanisme pengaturan suhu tubuh.
Gambaran khas syok mungkin tidak tampak karena adanya depresi sistem saraf pusat
dan hipotermia, Hipotermia yang terjadi akan memperberat syok, asidemia, dan
hipoksia.
E. KOMPLIKASI
Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan neurotoksisitas lama dan
Organophosphorus Induceddeleyed Neuropathy ( OPIDN ). Sindrom ini berkembang
dalam 8 35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat. Kelemahan progresif dimulai
dari tungkai bawah bagian distal, kelemahan pada jari dan kaki berupa food drop.
Kehilangan sensori sedikit terjadi serta refleks tendon dihambat.
Adapun komplikasi lain yang dapat terjadi adalah :
1. Kejang
2. Koma
3. Henti jantung
4. Henti napas
5. Syok
6. Hiperaktif
7. Hidrofobia
8. Kejang fokal
9. Gejala neurologi local
10. Edema serebri
11. Aerofobia
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan
lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N,
kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining
toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif.
G. PENATALAKSANAAN
Tujuan tindakan kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun
sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara
13
sistem organ vital, menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan
memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum kedaruratan keracunan antara lain:
1. Dapatkan kontrol jalan panas, ventilasi, dan oksigenisasi. Pada keadaan tidak ada
kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan
penatalaksanaan pernapasan dan sistem sirkulasi.
2. Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan,
gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
3. Tangani syok yang tepat.
4. Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
5. Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk
menurunkan efek toksin.
6. Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu sistem saraf pusat
atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
7. Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang
ditelan, yaitu:
a. Diuresis untuk agen yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
b. Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal
dan cartridge containing an adsorbent (karbon atau resin) dimana setelah
detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
8. Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
9. Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
10. Menurunkan peningkatan suhu.
11. Berikan analgesik yang sesuai untuk nyeri.
12. Bantu mendapatkan spesimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
13. Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
14. Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
15. Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukkan tanda dan gejala
masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
Efek dan gejala keracunan pada manusia dapat timbul setempat (lokal) atau
sistemik setelah racun diabsorpsi dan masuk ke dalam sistem peredaran darah atau
keduanya.
a. Lokal
Racun yang bersifat korosif akan merusak atau mengakibatkan luka
pada selaput lendir atau jaringan yang terkena. Beberapa racun lain secara
lokal mempunyai efek pada sistem saraf pusat dan organ tubuh lain, seperti
jantung, hati, paru, dan ginjal tanpa sifat korosif dan iritan.
b. Sistemik
Setelah memberikan efek secara lokal, biasanya racun diabsorpsi dan
masuk ke dalam sistem peredaran darah dan akan mempengaruhi organ-organ
tubuh yang penting. Faktor-faktor yang mempengaruhi efek dan gejala
14
keracunan antara lain; bentuk dan cara masuk, usia, makanan, kebiasaan,
kondisi kesehatan, idiosinkrasi, dan jumlah racun. Efek dan gejala yang
ditimbulkan akibat keracunan terjadi antara lain pada sistem pernapasan,
pencernaan, kardiovaskuler, urogenital, darah dan hemopoitika, serta sistem
saraf pusat (SSP)
16. Tatacara mencegah atau menghentikan penyerapan racun:
a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan)
1) Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau
norit)
2) Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan
cara:
a) Dimuntahkan: bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek
muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.
Kontraindikasi: cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat
korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun
dan penderita kejang.
b) Bilas lambung:
(1) Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.
(2) Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium
bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.
(3) Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.
(4) Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang.
(5) Bilas Usus Besar: bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau
gliserin).
b. Racun melalui melalui kulit atau mata
1) Pakaian yang terkena racun dilepas
2) Cuci / bilas bagian yang terkena dengan air dan sabun atau zat penetralisir (asam
cuka / bicnat encer).
3) Hati-hati: penolong jangan sampai terkontaminasi.
c. Racun melalui inhalasi
1) Pindahkan penderita ke tempat aman dengan udara yang segar.
2) Pernafasan buatan penting untuk mengeluarkan udara beracun yang terhisap,
jangan menggunakan metode mouth to mouth.
d. Racun melalui suntikan
1) Pasang torniquet proximal tempat suntikan, jaga agar denyut arteri bagian distal
masih teraba dan lepas tiap 15 menit selama 1 menit
2) Beri epinefrin 1/1000 dosis: 0,3-0,4 mg subkutan/im.
3) Beri kompres dingin di tempat suntikan
e. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara:
1) Diuretic: lasix, manitol
2) Dialisa
3) Transfusi exchange
15
H. PENGOBATAN
Berikut adalah beberapa alternatif obat yang dapat anda gunakan untuk
pertolongan pertama terhadap korban keracunan bahan kimia:
Jenis Peracun
Asam-asam korosif seperti asam sulfat Bila
Pertolongan Pertama
tertelan
berilah
bubur
62%,
hydrochloric
acid
hydrochloric acid fuming 37%, sulfur putih telur yang dikocok dengan air.
dioksida, dan lain-lain. Bila tertelan berilah Jangan diberi dengan karbonat atau
bubur aluminium hidroksida atau milk of soda kue.
magnesia diikuti dengan susu atau putih
telur yang dikocok dengan air.
Alkali (basa) seperti amonia
amonium hidroksida (NH4OH), Kalium encer (1%), cuka (1:4), asam sitrat
hidroksida (KOH), Kalsium oksida (CaO), (1%), atau air jeruk. Lanjutkan
soda abu, dan lain-lain.
telur.
Kation Logam seperti Pb, Hg, Cd, Bi, Sn, Berikan
antidote
umum,
susu,
dan lain-lain
Pestisida
Garam Arsen
1.
d) Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV dan
disesuaikan denganrespon penderita. Pengobatan maintenance dilanjutkan
sesuai keadaan klinispenderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian
diturunkan secarabertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa
terjadi gagal nafaskarena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek
nikotinik (kelumpuhan otot ) organofosfat.
2) Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat muntah
3) Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di
Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna. Obat ini dapat digunakan untuk
pengobatan post-operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa
contoh obat yang termasuk golongan ini adalah : Dolasetron
4) Pengobatan Supportif
Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis
fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap, dan untuk mencegah serta
mengobati komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak &
paru, pneumonia, rhabdomiolisis, gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi organ
menyeluruh akibat hipoksia atau syok berkepanjangan.
5) Terapi : Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV
6) Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV
2. Mengeluarkan racun yang telah diserap
Dilakukan dengan cara :
a. Diuretic (Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran
urine) : lasix, manitol
b. Dialisa
c. Transfusi exchange
I. PENCEGAHAN
1.
Masak masakan sampai benar benar matang karena racun akan tidak aktif dengan
pemanasan makanan pada suhu di atas 45 C selama 1 menit, pada suhu 80 C selama 5
2.
menit, selain itu spora juga tidak aktif dengan pemanasan 120 C
Letakkan bahan bahan kimia berbahaya di tempat yang aman dan jauh dari
3.
4.
5.
6.
17
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN KERACUNAN
A. Pengkajian
1. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum
b. Pernafasan
c. Kardiovaskuler
d. Persarafan
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
Gastrointestinal
Integumen
Muskuloskeletal
Integritas Ego
Eliminasi
Selaput lendir
Sensori
: Kesadaran menurun
: Nafas tidak teratur
: Hipertensi, nadi aritmia.
: Kejang, miosis, vasikulasi, penurunan kesadaran,
kelemahan, paralise
: Muntah, diare
: Berkeringat
: Kelelahan, kelemahan
: Gelisah, pucat
: Diare
: Hipersaliva
: Mata mengecil/membesar, pupil miosis
B. Prioritas Diagnosa
Prioritas Ke1
2
Diagnosa Keperawatan
Ketidakefektifan Pola nafas berhubungan dengan ansietas.
Ketidakseimbangan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
18
keperawatan
Ketidakefektifan
Pola
Intervensi ( NIC)
(NOC)
Setelah dilakukan tindakan -
tingkat
sistemik
alergi
-
Ventilasi
luar paru.
(antigen-
antibodi).
Mengidentifikasi,
mencegah
inflamasi/kontriksi
Pergerakan
-
dan
reaksi
di
jalan nafas.
Kumpulkan dan analisis
data
19
berat
mengobati,
yang
pertukaran gas.
Status
Respirasi
jaringan
pasien.
Tingkatkan ventilasi dan
perfusi
lingkungan
(eksogen).
Status
Pernapasan
kateter
imun
hipersensitif
cara
keparahan
respons
dengan
memasukkan
nafas.
Keluarkan sekret jalan
nafas
pasien
untuk
Status
tingkat
Tanda
Vital
suhu,
memastikan
nadi,
jalan
dalam
normal.
nafas
pertukaran
rentang
kepatenan
dan
gas
yang
adekuat.
Tingkatkan
pola
sehingga
memaksimalkan
pertukaran oksigen dan
karbondioksida di dalam
-
paru.
Kumpulkan dan analisis
data
kardiovaskuler,
pernafasan,
tubuh
dan
pasien
untuk
menentukan
Ketidakseimbangan
suhu
dan
mencegah komplikasi.
Cegah
dan
tangani
pembatasan
kebutuhan
Selera
diet
berlebihan
Makan
yang
atau
memasukkan
makanan
dan
minuman
ketika
dalam
keadaan
sakit
atau
sedang
berusaha
mengeluarkan
menjalani pengobatan.
Status Gizi : Tingkat -
semuanya.
Tingkatkan
ketersediaan
zat
keseimbangan
untuk
memenuhi
gizi
kebutuhan metabolik.
Status Gizi : Pengaturan
Biokimia : Komponen
dan kimia cairan tubuh
yang
mengindikasikan -
status nutrisi.
20
dan
dalam
cegah
elekrolit
komplikasi
akibat
dari
kadar
elektrolit
serum
yang
pasien
untuk
Status
Gizi : Asupan
mengatur keseimbangan
makanan
dan
data
keadekuatan
asupan
-
biasanya.
Perawatan-Diri Makan :
mengingesti
dan
makanan
dari elektrolit.
Bantu
dan
sediakan
makanan
dan
bantu.
Berat Badan : Massa
:
akibat
Tubuh
cegah
dan
asupan
untuk
mempersiapkan
cairan.
Atur
yang
Kemampuan
untuk
komplikasi
Pola
gizi
pasien
mengatur keseimbangan
elektrolit.
Kmpulkan dan analisis
tinggi
terhadap
mal
nutrisi.
Tingkat
data
tinggi
mencegah
badan,
rangka
pasien
dan
meminimalkan
usia.
gizi.
-
Bantu
untuk
individu
kurang
untuk
makan.
Ketidakefektifan
Perfusi
Gastrointestinal
pencapaian
Status
Sirkulasi
Aliran
darah
21
Fasilitasi
akibat
yang
arah,
tekanan
pada
yang
melalui
keseimbangan cairan
tept
dan
pembuluh
kadar
dan
Basa : Keseimbangan
dan
elektrolit
non
didalam
kompartemen intrasel
-
kompartemen intrasel
-
Abdomen
keadekuatan
darah
aliran
melalui
22
yang
diharapkan.
Atur
dan
cegah
komplikasi
akibat
perubahan
kadar
gastrointestinal.
Optimalkan frekuensi
jantung,
preload,
afterload,
dalam kompartemen
cairan
cairan
kedalam
keseimbangan cairan
akibat
pulmonal.
Keseimbangan
elektrolit
mencegah
komplikasi
diharapkan.
Tingkatkan
dan
kontraktilitas.
Tingkatkan volume
cairan
pada
intravaskular
pasien
mengalami
volume.
yang
deplesi
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit,
atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera
dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi
toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang
mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Tujuan tindakan
kedaruratan adalah menghilangkan atau meng-inaktifkan racun sebelum diabsorbsi,
untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara sistem organ vital,
menggunakan antidotum spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan
untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa
banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan
keracunaan adalah :
1. Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin
2. Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan
3. Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon
4. Zat kimia pertanian : Insektisida
5. Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek
6. Bisa ular atau serangga
B. Saran
Untuk mencegah diri dari keracunan organofosfat ini sebaiknya di sarankan untuk
melakukan Tindakan perawatan spesifik bertujuan :
1. Pencegahan terjadinya keracunan
2. Memperthankan saluran pernafasan yang bersih
23