Anda di halaman 1dari 113

1

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Thbroma cacaoL.)


TERHADAP PEMBERIAN BOKASI KULIT BUAH KAKAO
DAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Oleh :

YUDHI BINTARAN
030301009 / AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIMERSITAS SUMATERA UTARA
2007
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Thbroma cacaoL.)


TERHADAP PEMBERIAN BOKASI KULIT BUAH KAKAO
DAN PUPUK NPK

SKRIPSI

Oleh :

YUDHI BINTARAN
030301009 / AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar sarjana di Fakultas Pertanian
UniMersitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

( Dr. Ir. Hapsoh, MS )


Ketua

( Ir. Rosita Sipayung, MP)


Anggota

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIMERSITAS SUMATERA UTARA
2007
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

Judul Skripsi

Nama
NIM
Departemen
Program studi

: Tanggap Kakao (Glycine max L.) terhadap Inokulasi


Mikoriza Mesikular Arbuskular pada Berbagai tingkat
Cekaman Kekeringan
: Tenni Sri Widari
: 030301015
: Budidaya Pertanian
: Agronomi

Disetujui Oleh,
Komisi Pembimbing

(Dr. Ir. Hapsoh, MP )


Ketua

( Ir. Rosita Sipayung, MP)


Anggota

Mengetahui,

( Ir. Edison Purba, Ph.D )


Ketua Departemen Budidaya Pertanian

Tanggal Lulus :
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

ABSTRACT

The objectiMe of this research was to know the response


morphophysiologis of seMeral peanut Marieties to drought stress. The research
was held at Agriculture Faculty Greenhouse, North Sumatera UniMersity, Medan,
conducted from May to August 2007.
The design used in the research was The Split Plot Design with
Randomized Completely Design pattern, treated as follow: the main plot is
drought stress (C) consist of 4 leMel (i.e. C1 = 100 % KL, C2 = 80% KL, C3 =
60% KL, C4 = 40 % KL) the sub plot is seMeral Mariant of peanut consisted of 3
Mariant (i.e. M1 = Singa Mariant, M2 = Gajah Mariant, M3 = Macan Mariant).
The result showed that drought stress treatment haMe significant affected
to bud diameter at 6 weeks planted, 7 weeks planted and 8 weeks planted, root
length, leaf area, root dry weight and shoot dry weight and the number of branch
production, Mariety significantly affected to shoot dry weight and onehundred
seeds dry weight. It has been got from correlation analize result that C1=100% KL
macro nutrient N leaf effect to age of flowered, macro nutrient P leaf effect
tomacro nutrient K of leaf, macro nutrient K effect to leaf area, shoot dry weight
and number of peg empty. C2= 80% KL macro nutrient N leaf effect to macro
nutrient K of leaf, macro nutrient P effect to number of production branch and
number of peg empty, macro nutrient K effect to shoot dry weight and ratio root
dry weight to shoot dry weight. C3=60% KL macro nutrient N leaf effect to age of
flowered and leaf area, macro nutrient P leaf effect to root dry weight, shoot dry
weight and ratio root dry weight to shoot dry weight. C4=40% KL macro nutrient
P leaf effect to number of production branch and number of peg empty, macro
nutrient K leaf effect to leaf area, root dry weight and shoot dry weight
Key word : Drought Stress, Marieties, and macro nutrient N, P, K.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon morfofisiologis beberapa


MVA Kakao (Arachis hypogaea L.) terhadap cekaman kekeringan. Penelitian ini
dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian, UniMersitas Sumatera Utara,
Medan dari bulan Mei hingga Agustus 2007.
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Petak
Terpisah (RPT) pola Rancangan Acak Lengkap (RAL), petak utama adalah
Cekaman Kekeringan (C) yang terdiri dari 4 taraf, yaitu : C1 = 100 % KL, C2 =
80% KL, C3 = 60% KL, C4 = 40 % KL, anak petak adalah MVA Kakao (M)
yang terdiri dari 3 MVA, yaitu : M1 = MVA Singa, M2 = MVA Gajah, M3 =
MVA Macan.
Dari hasil analisis data secara statistik diperoleh bahwa perlakuan cekaman
kekeringan berpengaruh nyata pada diameter batang 6 MST, 7 MST dan 8 MST,
panjang akar, luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan jumlah cabang
produktif. MVA berbeda nyata pada berat kering tajuk dan bobot kering 100 biji.
Dari hasil analisis korelasi diperoleh bahwa C1=100% KL kadar N daun
mempengaruhi umur berbunga, kadar P daun mempengaruhi kadar K daun, kadar
K daun mempengaruhi luas daun, bobot kering tajuk, dan jumlah ginofor hampa.
C2=80% KL kadar N daun mempengaruhi kadar K daun, kadar P daun
mempengaruhi jumlah cabang produktif dan jumlah ginofor hampa, kadar K
mempengaruhi bobot kering tajuk dan nisbah bobot kering akar terhadap bobot
kering tajuk. C3=60% KL kadar N daun mempengaruhi umur berbunga dan luas
daun , kadar P mempengaruhi bobot kering akar dan jumlah cabang produktif,
kadar K daun mempengaruhi bobot kering akar, bobot kering tajuk dan nisbah
bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk. C4=40% KL kadar P
mempengaruhi jumlah cabang produktif dan jumlah ginofor hampa, kadar K daun
luas daun, bobot kering akar dan bobot kering tajuk

Kata Kunci : Cekaman kekeringan, MVA dan Kadar Unsur Hara N, P, K.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

RIWAYAT HIDUP

Tenni Sri Widari dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 07 Desember


1985 dari Ayahanda Sugiono. S, BE dan Ibunda Dewi Susiati. Penulis merupakan
putri petama dari tiga bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh adalah SD Negeri 065726
Tebing Tinggi lulus tahun 1997, SLTP Negeri 1 Tebing Tinggi lulus tahun 2000,
SMU Negeri 1 Tebing Tinggi lulus tahun 2003. Terdaftar sebagai mahasiswa
Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian
UniMersitas Sumatera Utara pada tahun 2003 melalui jalur SPMB.
Selama mengikuti perkulihaan, penulis menjabat sebagai Asisten
Laboratorium Genetika Lanjutan tahun 2005 2006, Asisten Pemuliaan Tanaman
Khusus tahun 2006 2007 dan Asisten Bioteknologi Tanaman tahun 2007-2008.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan ( PKL ) di PTPN III Kebun
Rambutan pada bulan Juni Juli 2006.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Tanggap Kakao (Glycine max L.) terhadap Inokulasi Mikoriza Mesikular
Arbuskular pada Berbagai tingkat Cekaman Kekeringan
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar
besarnya kepada dan Ibu Ir. EMa Sartini Bayu, MP. Selaku Ketua dan Bapak
Ir. Mbue Kata Bangun, MS. Selaku Anggota komisi pembimbing yang telah
banyak membantu dan membimbing penulis dalam menyusun dan menyelesaikan
skripsi ini, dan juga kepada para dosen dan staf pengajar mata kuliah yang telah
memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan .
Ucapan terima kasih yang tulus dan rasa hormat penulis sampaikan kepada
Ayahanda Sunardi S dan Ibunda Seniati K tercinta yang telah membesarkan
penulis dengan segenap cinta, kasih sayang dan pengertian serta pengorbanan
yang tak terhingga, dan juga kepada abang tercinta M. Eko Jumadi dan kakak
Dewi Murni yang telah mendukung penulis selama penulisan skripsi ini. Tidak
lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat yang selalu
menemani penulis dalam segala hal. Anak-anak kost PINK ( Tetti Beby, juli
spongebob, Ebda, Fat mama, ex hafni, Ika, nyet-nyet, Sri kocik, Putri, tri,
juli,). Sahabat-sahabat terbaikku Ami, Ayu, Tenni, Meri, Ririn, Listia, Lina, EMa,
Yani (Tnh), Putra, BIrul, Dudi, Bayu, Kalay, Sahat, Bahtera, Yudi, KMoul,
Banda, serta tak lupa juga kepada adik-adik junior 04 (Indra, Yuni, Mitha, Reza
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

dan Rulli) yang bersedia bantuin ngisi polibek dan pihak-pihak lainnya yang telah
membantu dan memberikan masukan kepada penulis yang tidak tersebutkan satu
persatu, terima kasih.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua.

Medan, September 2007

Penulis

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

DAFTAR ISI

Hal
ABSTRACT ............................................................................................. i
ABSTRAK................................................................................................ ii
RIWAYAT HIDUP .................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .............................................................................. iM
DAFTAR ISI ........................................................................................... Mi
DAFTAR TABEL .................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xi
PENDAHULUAN ....................................................................................
Latar Belakang ............................................................................
Tujuan Penelitian.........................................................................
Hipotesis Penelitian .....................................................................
Kegunaan Penelitian ....................................................................

1
1
4
4
4

TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................


Botani Tanaman ..........................................................................
Syarat Tumbuh ............................................................................
Iklim ...................................................................................
Tanah..................................................................................
Kebutuhan Air Tanaman..............................................................
Respon Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan .......................
Analisis Unsur Hara Tanaman ....................................................

5
5
8
8
9
10
13
19

BAHAN DAN METODE PENELITIAN ................................................


Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................
Bahan dan Alat ............................................................................
Metode Penelitian ........................................................................
Pelaksanaan Penelitian ................................................................
Persiapan Media Tanam .....................................................
Persiapan Benih ..................................................................
Aplikasi MMA....................................................................
Penanaman Benih ...............................................................
Pemupukan .........................................................................
Perlakuan Cekaman Kekeringan .........................................

23
23
23
24
26
26
26
26
27
27
27

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

10

Pemeliharaan ......................................................................
Penjarangan ...............................................................
Penyiangan.................................................................
Pembumbunan ...........................................................
Pengendalian Hama dan Penyakit ...............................
Panen .........................................................................
Peubah Amatan ...........................................................................
Diameter Batang (mm) .......................................................
Kadar Unsur Hara N, P, K(%).............................................
Umur Berbunga(hari) ..........................................................
Umur Panen (hari) ..............................................................
Jumlah Ginofor (buah) ........................................................
Panjang Akar (cm) ..............................................................
Luas Daun ( cm2) ................................................................
Bobot Kering Akar (g) ........................................................
Bobot Kering Tajuk (g) .......................................................
Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap BK Tajuk (g) ........
Jumlah Cabang Produktif (cabang) .....................................
Jumlah Ginofor Hampa (buah) ...........................................
Bobot Kering 100 Biji (g) ...................................................

27
27
28
28
28
28
29
29
29
29
29
29
30
30
30
30
30
30
30
31

HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................. 32


Hasil ........................................................................................... 32
Diameter Batang (mm) ....................................................... 32
Kadar Unsur Hara N, P, K(%)............................................. 35
Umur Berbunga(hari) .......................................................... 37
Umur Panen (hari) .............................................................. 38
Jumlah Ginofor (buah) ........................................................ 39
Panjang Akar (cm) .............................................................. 40
Luas Daun ( cm2) ................................................................ 42
Bobot Kering Akar (g) ........................................................ 44
Bobot Kering Tajuk (g) ....................................................... 46
Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap BK Tajuk (g) ........ 48
Jumlah Cabang Produktif (cabang) ..................................... 49
Jumlah Ginofor Hampa (buah) ........................................... 51
Bobot Kering 100 biji (g) .................................................... 52
Hubungan nilai korelasi dari beberapa peubah amatan ........ 54
Pembahasan................................................................................. 57
Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Morfofisiologi Kakao 57
Pengaruh MVA terhadap Morfofisiologi Kakao .................. 62
Pengaruh Interaksi Antara Cekaman Kekeringan dan MVA
terhadap Morfofisiologi Kakao ........................................... 63
KESIMPULAN DAN SARAN................................................................. 64
Kesimpulan ................................................................................. 64
Saran ........................................................................................... 64

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

11

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

12

DAFTAR TABEL

Hal
1. Rataan Diameter Batang (mm) dari Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 32
2. Rataan Kadar Unsur Hara N (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 35
3. Rataan Kadar Unsur Hara P (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 36
4. Rataan Kadar Unsur Hara K (%) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 36
5. Rataan Umur Berbunga (Hari) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 38
6. Rataan Umur Panen (Hari) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan MVA .......................................................................................... 39
7. Rataan Jumlah Ginofor (Buah) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 40
8. Rataan Panjang Akar (cm) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan
dan MVA .......................................................................................... 41
9. Rataan Luas Daun (cm2) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan dan
MVA ................................................................................................. 43
10. Rataan Bobot Kering Akar (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 45
11. Rataan Bobot Kering Tajuk (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 47
12. Rataan Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering
Tajuk (g) Pada Perlakuan Cekaman Kekeringan dan MVA ................ 49
13. Rataan Jumlah Cabang Produktif (Cabang) Pada Perlakuan
Cekaman Kekeringan dan MVA ........................................................ 50
14. Rataan Jumlah Ginofor Hampa (Buah) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 52
15. Rataan Bobot Kering 100 Biji (g) Pada Perlakuan Cekaman
Kekeringan dan MVA ....................................................................... 53

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

13

DAFTAR GAMBAR

Hal
1. Grafik diameter batang (mm) pada perlakuan cekaman kekeringan... 34
2. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
panjang akar ...................................................................................... 42
3. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap luas
daun .................................................................................................. 44
4. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
bobot kering akar............................................................................... 46
5. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
bobot kering tajuk ............................................................................. 48
6. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
jumlah cabang produktif .................................................................... 51
7. Histogram bobot kering 100 biji dengan perlakuan MVA .................. 54

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

14

DAFTAR LAMPIRAN

Hal
1. Bagan Percobaan .............................................................................. 70
2. Rencana Kegiatan Percobaan............................................................. 71
3. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Singa ............................................ 72
4. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Gajah............................................. 73
5. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Macan ........................................... 74
6. Prosedur Analisis Unsur Hara N, P, K pada daun............................... 75
7. Model Sidik Ragam Rancangan Petak Terpisah ( RPT )
Pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial ............................... 77
8. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 5 MST ............................ 78
9. Sidik Ragam Diameter Batang 5 MST (mm) ..................................... 78
10. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 6 MST ............................ 79
11. Sidik Ragam Diameter Batang 6 MST (mm) ..................................... 79
12. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 7 MST ............................ 80
13. Sidik Ragam Diameter Batang 7 MST (mm) ..................................... 80
14. Data Pengamatan Diameter Batang ( mm ) 8 MST ............................ 81
15. Sidik Ragam Diameter Batang 8 MST (mm) ..................................... 81
16. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara N (% ) ...................................... 82
17. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara P (% ) ....................................... 82
18. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara K (% ) ...................................... 82
19. Data Pengamatan Umur Berbunga ( hari ) ......................................... 83
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

15

20. Sidik Ragam Umur Berbunga (hari) .................................................. 83


21. Data Pengamatan Umur Panen ( hari ) ............................................... 84
22. Sidik Ragam Umur Panen (hari) ........................................................ 84
23. Data Pengamatan Jumlah Ginofor ( buah )......................................... 85
24. Sidik Ragam Jumlah Ginofor ( buah )................................................ 85
25. Data Pengamatan Panjang Akar ( cm )............................................... 86
26. Sidik Ragam Panjang Akar ( cm )...................................................... 86
27. Data Pengamatan Luas Daun ( cm2 ).................................................. 87
28. Sidik Ragam Luas Daun ( cm2 )......................................................... 87
29. Data Pengamatan Bobot Kering Akar ( g )......................................... 88
30. Sidik Ragam Bobot Kering Akar ( g )................................................ 88
31. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk ( g ) ....................................... 89
32. Sidik Ragam Bobot Kering Tajuk ( g ) ............................................. 89
33. Data Pengamatan Nisbah Bobor Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering
Tajuk ( g ) ......................................................................................... 90
34. Sidik Ragam Nisbah Bobor Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering
Tajuk ( g ) ......................................................................................... 90
35. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif ( Cabang ) ..................... 91
36. Sidik Ragam Jumlah Cabang Produktif ( Cabang ) ............................ 91
37. Data Pengamatan Jumlah Ginofor Hampa ( Buah ) ............................ 92
38. Sidik Ragam Jumlah Ginofor Hampa ( Buah ) ................................... 92
39. Data Pengamatan Bobot Kering 100 Biji (g) ...................................... 93
40. Transformasi y= y+1 dari dat bobot kering 100 biji (g) .................. 93
41. Sidik Ragam Bobot Kering 100 Biji ( biji ) ........................................ 94
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

16

42. Rangkuman uji beda rataan parameter pada perlakuan cekaman kekeringan
dan MVA .......................................................................................... 95
43. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 100% KL) dan MVA .............................................. 96
44. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 80% KL) dan MVA ................................................ 97
45. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 60% KL) dan MVA ................................................ 98
46. Nilai korelasi beberapa peubah amatan pada perlakuan cekaman
kekeringan (C1= 40% KL) dan MVA ................................................ 99
47. Hasil analisis kadar unsur hara N, P, K .............................................. 100
48. Hasil analisis tanah ............................................................................ 101
49. Foto Lahan pertanaman Kakao di rumah kaca ................................... 102
50. Foto perlakuan C1 dan C2 ................................................................. 102
51. Foto perlakuan C3 dan C4 ................................................................. 102
52. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Singa ..................... 103
53. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Gajah..................... 103
54. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Macan ................... 104

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

17

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kakao merupakan tanaman polong-polongan atau legum kedua terpenting


setelah Kakao di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan namun saat
ini telah menyebar ke seluruh dunia yang beriklim tropis atau subtropik Cina dan
India

merupakan

penghasil

Kakao

terbesar

dunia

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang.tanah).
Luas areal tanaman setiap tahun terus meningkat dan sampai akhir tahun
1995 tercatat luas areal Kakao 624.000 hektar dengan hasil rata-rata 638.000 ton
per tahun. Pertambahan penduduk dan berkembangnya industri pengolahan
makanan yang berasal dari Kakao menyebabkan meningkatnya jumlah
permintaan.

Tahun

1992

dibutuhkan

Kakao

sebanyak

800.000

ton

(http://www.pustaka-deptan.go.id/agritech/bali 0201.pdf).
Upaya

peningkatan

produktiMitas

Kakao

tidak

bisa

hanya

menggantungkan diri pada hasil Kakao yang di tanam di lahan sawah, tetapi lahan
kering atau tegalan memiliki peluang yang dapat dikembangkan sebagai penghasil
Kakao yang potensial. Masalah yang dihadapi lahan kering pada umumnya adalah
tingkat kesuburan yang relatif rendah sehingga mengakibatkan produktiMitas
yang rendah (http://id.wikipedia.org/wiki/kacang).
Persoalan utama dalam berusaha tani di lahan kering (marginal) adalah
bagaimana mengelola air yang menjadi faktor pembatas dalam berusaha tani,
sehingga produktiMitas lahan dapat ditingkatkan. Selain itu

lahan marginal

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

18

mempunyai keterbatasan seperti sifat fisik, kimia dan biologi tanah yang tidak
baik, serta topografi lahan yang kurang mendukung dalam berusaha tani. Untuk
meningkatkan produktiMitas lahan kering ada beberapa cara yang perlu dilakukan
seperti pemakaian MVA tanaman unggul berumur genjah, penerapan pola tanam
yang sesuai dengan curahan hujan, perbaikan teknik budidaya tanaman, serta
usaha

konserMasi

lahan

sehingga

kelestarian

lahan

dapat

dijaga

(Deptan, 2006).
Sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia dan semakin
terbatasnya lahan pertanian yang sesuai untuk usaha di bidang pertanian, maka
penduduk memperluaskan lahan pertaniannya dengan membuka dan menggarap
lahan marginal, walau umumnya lahan marginal bermasalah bila hendak dijadikan
sebagai lahan pertanian (Pangaribuan, 1999).
Di Sumatera Utara didominasi oleh tanah Andisol yang banyak terdapat
pada daerah pegunungan disekitar gunung Sibayak dan didepositkan pada
daerah/wilayah yang lebih rendah. Menurut Tan dan Schuylenborgh (1961)
andisol yang terdapat disekitar Medan terjadi pada temperatur rata-rata 26oC dan
total curah hujan tahunan 2000mm-3500mm tanpa bulan kering. Masalah yang
paling menonjol pada andisol adalah sifat kemampuan menyerap dan menyimpan
air yang tidak pulih kembali seperti semula apabila mengalami kekeringan
(IrreMersible drying), akibatnya jika sudah mengalami kekeringan sulit untuk
dibasahi kembali (Munir, 1996).
Dalam penelitian Arief Harsono, Tohari, D.Indradewa dan T.Adisarwanto
(2003) menyatakan bahwa berdasarkan dari beberapa genotipe Kakao yang diteliti
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

19

ternyata genotipe singa menunjukkan genotipe yang paling tahan terhadap


cekaman tetapi dibawah 60% kapasitas lapangan ketahanan antara genotipe tidak
berbeda. Genotipe tahan kering pada kondisi tercekam kekeringan mempunyai
transpirasi lebih rendah, fotosintesis lebih tinggi, menggunakan lengas tanah lebih
efisien dan mampu memberikan hasil polong lebih tinggi dibanding genotipe
rentan kering.
Cekaman kekeringan akan mempengaruhi morfologi dan fisiologi
tanaman. Alternatif penggunaan Mikoriza Mesicular Arbuskular mempunyai
sejumlah pengaruh yang menguntungkan bagi tanaman yang dapat bersimbiosis.
Dilaporkan juga tanaman bermikoriza lebih tahan kekeringan karena memperbaiki
potensial air dan daun dan turgor, memelihara membukanya stomata dan
transpirasi serta meningkatkan sistem perakaran (Ruiz-lozano et al., 1995).
Mikoriza Mesikular Arbuskular yang mengalami cekaman kekeringan
dapat membantu meningkatkan toleransi dengan produksi proline, selain itu
MMA juga meningkatkan kadar N, P, Ca, Mg, Fe dan meningkatkan efisiensi
penggunaan

air,

transpirasi

dan

laju

fotosintesis

(Ruiz-Lazano et al., 2000; Rao dan Tak., 2001).


Berdasarkan latar belakang di atas perlu dilakukan penelitian terhadap
MVA Kakao yang telah ada. Pada penelitian ini menggunakan 3 MVA Kakao
berdasarkan kelompok yang mempunyai produktiMitas tinggi, mempunyai toleran
dan peka kekeringan dan toleran Al/tanah masam yang akan di uji pada 4 tingkat
cekaman kekeringan. ProduktiMitas Kakao di lahan kering masih rendah yang
salah satu penyebabnya adalah cekaman kekeringan, kendala umum yang
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

20

dijumpai pada lahan kering ialah tanah bereaksi masam, tingkat kesuburan tanah
rendah, miskin hara makro dan hara mikro, sehingga sering menyebabkan
cekaman kekeringan. Penggunaan cendawan mikoriza diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman dalam kondisi kekeringan. Pada
penelitian ini melihat respon morfofisiologi dengan menggunakan cendawan
mikoriza yang dapat meningkatkan kemampuan adaptasi tanaman beberapa MVA
Kakao terhadap cekaman kekeringan yang dicirikan oleh perubahan karakter
morfologi, fisiologi dan hasil pada Kakao yang dicobakan.

Tujuan Penelitian

Menguji Tanggap kedelei terhadap inokulasi Mikoriza Mesikular


Arbuskular pada Berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan

Hipotesis Penelitian

1. Adanya pengaruh inokulasi Mikoriza Mesikular Arbuskular terhadap


pertumbuhan dan produksi Kakao
2. Adanya pengaruh berbagai tingkat cekaman kekeringan terhadap
pertumbuhan dan produksi Kakao
3. Adanya interaksi antara inokulasi Mikoriza Mesikular Arbuskular dan
tingkat cekaman kekeringanterhadap pertumbuhan dan produksi Kakao.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat meraih gelar sarjana dari Fakultas
Pertanian UniMersitas Sumatera Utara, Medan.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

21

2. Sebagai bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Berdasarkan literatur taxonomy sistematika tumbuh-tumbuhan, kacang


Kakao diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom
DiMisio

: Plantae
: Spermatophyta

SubdiMisio

: Angiospermae

Kelas

: Dicotyledoneae

Ordo

: Rosales

Famili

: Leguminosae

Genus

: Glycine

Spesies

: Glycine max L.

Kakao budidaya dibagi menjadi dua tipe: tipe tegak dan tipe menjalar.
Tipe menjalar lebih disukai karena memiliki potensi hasil lebih tinggi. Tanaman
ini adalah satu di antara dua jenis tanaman budidaya (yang lainnya adalah kacang
bogor, Moandziea subterranean) yang buahnya mengalami pemasakan di bawah
permukaan tanah. Jika buah yang masih muda terkena cahaya, proses pemasakan
biji terganggu

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang-tanah).

Kakao mempunyai susunan

perakaran sebagai berikut: yang pertama

adalah akar tunggang. Akar ini mempunyai akar-akar cabang yang lurus. Akar
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

22

cabang mempunyai akar-akar yang bersifat sementara dan berfungsi sebagai alat
penghisap. Karena meningkatnya umur tanaman, akar-akar tersebut kemudian
mati, sedangkan akar yang masih tetap bertahan hidup menjadi akar-akar
permanen. Kakao mempunyai akar serabut yang tumbuh ke bawah sepanjang
20cm. Selain itu, tanaman ini memiliki akar-akar lateral (cabang) yang tumbuh ke
samping sepanjang 5-25 cm. pada akar lateral terdapat akar serabut, fungsinya
untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral terdapat akar serabut,
fungsinya untuk menghisap air dan unsur hara. Pada akar lateral juga terdapat
bintil akar (nodule) yang mengandung bakteri rhizobium, kegunaannya sebagai
pengikat zat nitrogen dari udara (Deptan, 2006).
Terdapat bintil akar (nodule) pada perakaran Kakao yang dibudidayakan,
walaupun beberapa diantaranya ada yang tidak membentuknya (Goldsworthy and
Fisher, 1996).
Batangnya berbentuk bulat terdapat bulu dan komposisi ruas pendek.
Batang utama pada tipe tegak tingginya 30 cm dengan sejumlah cabang lateral
dan pada tipe menjalar tinggi batangnya mencapai 20 cm, cabang lateral dekat
dengan tanah dan menyebar (Weiss, 1983).
Tanaman Kakao mempunyai daun majemuk bersirip genap. Setiap helai
daun terdiri dari empat helai anak daun. Permukaan daunnya sedikit berbulu,
berfungsi sebagai penahan atau penyimpan debu dan obat semprotan. Sedangkan
gerakan nyctittropic merupakan aktiMitas daun sebagai persiapan diri untuk dapat
menyerap cahaya matahari sebanyak-banyaknya. Daun mulai gugur pada akhir

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

23

masa pertumbuhan dan di mulai dari bagian bawah. Selain berhubungan dengan
umur, gugur daun ada hubungannya dengan faktor penyakit (Asiamaya, 2000)
Bunga Kakao tunggal, terletak diketiak daun, tabung kelopak berbentuk
lansel,

mahkota

bentuk

kupu-kupu,

berwarna

kuning

(http://id.wikipedia.org/wiki/kacang)
Kakao mulai berbunga kira-kira pada umur 4-5 minggu. Bunga keluar dari
ketiak daun. Bentuk bunganya sangat aneh. Setiap bunga seolah-olah bertangkai
panjang berwarna putih. Ini sebenarnya bukan tangkai bunga melainkan tabung
kelopak. Mahkota bunganya (corolla) kuning. Bendera dari mahkota bunganya
bergaris-garis merah pada pangkalnya. Umur bunganya hanya satu hari, mekar di
pagi hari dan layu pada sore hari. Dengan demikian, berdasarkan pada kenyataan
bahwa tiap hari tanaman kacang berbunga. Perhitungan jumlah bunga-bunga baru
per tanaman mudah dilakukan. Penyerbukan bunga Kakao terjadi pada malam
hari, yakni sebelum bunga mekar (Asiamaya, 2000).
Kakao berbuah polong. Polongnya terbentuk setelah terjadi pembuahan.
Buah Kakao berada di dalam tanah setelah terjadi pembuahan bakal buah tumbuh
memanjang dan nantinya akan menjadi tangkai polong. Mula-mula, ujung ginofor
yang runcing mengarah keatas, kemudian tumbuh mengarah ke bawah dan
selanjutnya masuk kedalam tanah sedalam tanah sedalam 1-5 cm. Pada waktu
menembus tanah, pertumbuhan memanjang ginofora akan terhenti. Panjang
ginofora ada yang mencapai 18 cm. tempat berhentinya ginofora masuk ke dalam
tanah tersebut menjadi tempat buah Kakao. Ginofora yang terbentuk di cabang

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

24

bagian atas dan tidak masuk ke dalam tanah akan gagal membentuk polong
(Deptan, 2006).
Biji matang memiliki dormansi singkat atau tidak dorman sama sekali dan
penundaan panen dapat berakibat biji berkecambah di dalam polong. Biji yang di
tanam tidak menunjukkan perkecambahan epigeal ataupun hypogeal, tetapi
kotiledon terdorong ke permukaan tanah oleh hypokotil dan tetap pada permukaan
tanah (Rubazky dan Yamaguchi, 1998).
Tanaman Kakao adalah menyerbuk sendiri (self-compatible) dan hampir
seluruhnya dibuahi sendiri. Pembuahan bersifat kleistogami, walaupun struktur
khasnya zigomorf dan himenopterus, bunga-bunga tampaknya tidak tergantung
pada serangga untuk penyerbukan (Goldsworthy and Fisher, 1996).

Syarat Tumbuh

Tanah
Kakao lebih menghendaki jenis tanah lempung berpasir, liat berpasir, atau
lempung liat berpasir. Kemasaman (pH) tanah optimal adalah sekitar 6,5 7,0.
apabila pH tanah lebih besar dari 7,0 maka daun akan berwarna kuning akibat
kekurangan suatu unsur hara (N, S, Fe, Mn) dan sering kali timbul bercak hitam
pada polong. Kakao memberikan hasil terbaik jika ditanam di tanah remah dan
berdrainase baik, terutama di tanah berpasir. Tanah bertekstur ringan
memudahkan penembusan dan pekembangan polong, yang biasanya terjadi di
bawah permukaan tanah. Ketersediaan kalsium tanah sangat diperlukan agar biji
dapat tumbuh dengan baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

25

Pada tipe Spanyol juga tumbuh dengan baik pada tekstur atau tanah
gembur. Tanah seharusnya memiliki suplai kalsium yang bagus untuk mencegah
produksi polong kosong, jika tanahnya rendah kalsium 2 lb gypsum per 100ft
baris seharusnya diberikan ketika tanaman mulai berbunga (Splittstoesser, 1984).
Andisol pada umumnya tersusun dari bahan-bahan atau partikel lepas,
sehingga andisol mempunyai permeabilitas dan aerasi cukup tinggi serta
ketahanan penetrasi cukup rendah. Namun demikian, ada beberapa masalah yang
dihadapi pada jenis tanah ini. Karena berkembang di daerah bertopografi miring,
andisol rawan terhadap erosi air hujan. Adanya sifat irreMersible drying yang
menyebabkan tanah sulit dibasahi kembali jika kering. Berat isi yang ringan dan
adanya sifat irreMersible drying menyebabkan andisol mudah terkena erosi baik
erosi angin maupun erosi air hujan serta adanya muatan bergantung pH dan
retensi fosfat yang cukup tinggi oleh halofan (Munir, 1996).
Iklim
Suhu optimum untuk pertumbuhan Kakao berkisar 25o-30oC di bawah
suhu 25oC perkembangan akan terhambat dan suhu di atas 35oC berpengaruh
terhadap produksi bunga (Weiss, 1983)
Di Indonesia, tanaman Kakao cocok di tanam di dataran rendah yang
berketinggian di bawah 500 meter di atas permukaan laut. Iklim yang dibutuhkan
tanaman Kakao adalah bersuhu tinggi anatara 25o-32oC, sedikit lembab (rH 65%75%), curah hujan 800mm-1300mm per tahun, tempat terbuka (http://warintek.
Bantul.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=35).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

26

Fotoperiode mempengaruhi jumlah relatiMe pertumbuhan Megetatif dan


reproduktif, tetapi keseimbangannya bergantung juga pada suhu. Menguji
interaksi suhu / fotoperiode dalam suhu siang / suhu malam 26/22oC dan 22/18oC
disamping 30/26oC. Mereka menunjukkan bahwa tanaman pada suhu 30/26oC
berbunga lebih awal, mereka juga lebih tinggi dan lebih berat dengan lebih banyak
bunga dan ginofora daripada tanaman yang ditanam dalam kedua lingkungan suhu
lainnya, tanpa memperhatikan fotoperiode jumlah polong sangat dipengaruhi oleh
fotoperiode (Wynne dan Emery, 1973).

Kebutuhan Air Tanaman

Hasil-hasil Kakao berkurang oleh kekeringan dan kemudian tanaman


kurang mampu untuk menggunakan masukan seperti pupuk fosfat, secara efektif.
Ada juga pengaruh sekunder, karena kapasitas perkecambahan biji-biji yang di
panen dapat terganggu. Dalam Kassam dkk (1975) menunjukkan bahwa dari
penananam sampai pemanenan, suatu pertanaman tadah hujan di Nigeria
menggunakan air 438 mm untuk memberikan hasil biji 1,6 ton/ha dalam 4 bulan.
Efisiensi penggunaan air tanaman adalah 489 g air per gram bahan kering yang
dihasilkan. Tanaman paling rentan terhadap kekeringan pada pembungaan
(Goldsworthy and Fisher, 1996).
Cekaman air dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lingkungan yang
memacu kehilangan air dari sel seperti kekeringan, kegaraman dan cekaman udara
dingin. Cekaman air menyebabkan terjadinya perubahan proses biokimia dan
fisiologi dalam sel tanaman. Cekaman air juga dilaporkan mampu berperan
penting untuk adaptasi pada lingkungan tercekam (Sugiharto, dkk, 2002).
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

27

Pada suatu pertanaman yang berfotosintesis, air akan cenderung di tarik


dari sel-sel daun, dengan menghasilkan reduksi tekanan dalam turgor sel dan
dalam potensial air sel. Stress air adalah suatu istilah yang tidak tepat, yang
menunjukkan bahwa kandungan air sel telah turun di bawah nilai optimum,
menyebabkan suatu tingkat gangguan metabolisme. Stress air sedikit lebih pasti
dengan mendefenisikan tiga kelas stress (dalam suatu sel tertentu):

Stress ringan sel ditekan lebih rendah beberapa bar

Stress sedang sel ditekan lebih dari beberapa bar tetapi kurang dari 1215 bar

Stress berat sel ditekan lebih dari lebih 15 bar

Stress ringan dalam waktu sel daun sama dengan kehilangan turgor dalam jumlah
kecil, sedangkan stress sedang berkaitan dengan hilangnya turgor yang lebih
menyeluruh dan melayunya daun (Fitter dan Hay, 1991).
Air dapat membatasi pertumbuhan dan produktiMitas tumbuhan hampir
disegala tempat, baik karena periode kering tak terduga maupun curah hujan
normal

yang

rendah

sehingga

diperlukan

pengairan

yang

teratur

(Salisbury dan Ross, 1995).


Tanaman yang menderita cekaman air secara umum mempunyai ukuran
yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh normal. Cekaman air
mempengaruhi semua aspek pertumbuhan tanaman. Dalam hal ini cekaman air
mempengaruhi proses fisiologi dan biokimia tanaman serta menyebabkan
terjadinya modifikasi anatomi dan modifikasi tanaman (Islami dan Utomo, 1995).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

28

Berdasarkan penelitian Arief Harsono, Tohari, D. Indradewa dan T.


Adisarwanto (2003) mengatakan bahwa pada Kakao apabila eMaporasi harian
naik, indeks cekaman kekeringan naik, dan fotosintesis tanaman menurun dengan
meningkatnya tegangan lengas tanah. Pertumbuhan tanaman dalam kondisi tidak
stress air (-0,01 Mpa) menunjukkan peningkatan fotosintesis sepanjang pagi dan
menurun antara jam dua hingga tiga sore dan pulih kembali pada jam empat sore.
Apabila tegangan lengas tanah meningkat menjadi -0,045 Mpa, penurunan
fotosintesis pada siang hari tidak dapat pulih kembali pada sore hari apabila tidak
di beri tambahan air, mengakibatkan penurunan hasil 31%.
Adaptasi lain yang menurunkan transpirasi antara lain membentuk stomata
ceruk, merontokkan daun selama periode kering, dan berbulu banyak pada
permukaan daun. Yang juga penting adalah bahwa tumbuhan seperti itu
meningkatkan resistensi akar untuk mencegah kehilangan air akibat penyerapan
oleh tanah kering. Pada sebagian besar contoh tumbuhan menarik yang di kaji,
ketika cekaman air dalam daun rendah dan suhu meningkat, stomata membuka,
ketika

cekaman

air

lebih

tinggi

dan

lagi

stomata

menutup

(Salisbury dan Ross, 1995).


Dalam suatu rumah kaca, distribusi cahaya dalam ruangan khususnya
antara tengah-ruangan dengan ruang sepanjang dinding rumah kaca cukup
berbeda, terutama di antara pagi dengan siang hari, untuk membuat perbedaan
pertumbuhan tanaman. Penampilan tanaman dikendalikan oleh sifat genetik di
bawah pengaruh faktor-faktor lingkungan. Kendali genetik pada penampilan
tanaman diekspresikan melalui proses biokimia dan fisiologi. Perbedaan susunan
genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

29

tanaman.program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase atau


keseluruhan fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai
sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan
keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat
perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang
digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Respon Tanaman Terhadap Cekaman Kekeringan

Bermacam-macam spesies bertahan terhadap kekeringan dengan berbagai


cara. Tumbuhan seperti Prosopis glandulosa dan Medicago satiMa yang
mempunyai akar yang dapat memanjang 7 sampai 10 m ke bawah mencapai muka
air tanah, tidak pernah mengalami potensial air negatif yang ekstrem. Tumbuhan
tersebut adalah pengguna air. Tumbuhan itu nyata menghindari kekeringan. Tentu
saja tumbuhan itu harus mampu menggunakan air tanah sewaktu memanjang
akarnya menuju muka air tanah (Salisbury and Ross, 1995).
Stress air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal: (1)
kekurangan suplai air di daerah perakaran, dan (2) permintaan air yang berlebihan
oleh daun, di mana laju eMapotranspirasi melebihi laju absorbsi air oleh akar
tanaman, walaupun keadaan air tanah cukup (jenuh). Dengan demikian jelaslah
bahwa stress air pada tanaman dapat terjadi pada keadaan air tanah tidak
kekurangan (Harjadi dan Yahya, 1988).
Tumbuhan dapat menjadi teraklimasi terhadap berbagai faktor cekaman
dengan mengembangkan toleransi (menjadi tahan) terhadap faktor cekaman yang
menyebabkan perubahan dan sering juga terhadap faktor cekaman lain. Sebagai
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

30

contoh, tumbuhan yang berada pada potensial air rendah, tingkat cahaya tinggi
dan faktor lain seperti pemupukan berat dengan fosfor dan pemupukan ringan
dengan nitrogen, menjadi toleran (tahan) kekeringan dibandingkan dengan
tumbuhan spesies yang sama yang tidak diberi perlakuan itu. Aklimasi terhadap
kekeringan seperti ini amatlah penting dalam pertanian. Hal ini merupakan contoh
tentang efek pengkondisian. MMA juga meningkatkan kadar N, P, K daun, seperti
diketahui daun merupakan tempat berlansungnya fotosintesis, suatu proses yang
mendasari kehidupan tanaman. Proses fotesintesis dipengaruhi oleh CO2 dan O2 di
udara, temperatur, cahaya, air tanah, klorofil dan hara (N, P, K, Fe, dan Mg).
Tanaman yang bermikoriza meningkatkan kadar N, P, K, Bobot kering dan
fotosintesis (Salisbury dan Ross, 1995).
Sebagian besar lahan di dunia mengalami kekurangan air pada tingkat
yang berbeda. Terhadap cekaman air ini tanaman memperlihatkan berbagai
respons. Diantara metabolisme tanaman diatas cekaman air ini adalah terjadinya
perubahan morfologi dan fisiologi tanaman. Perubahan morfologi meliput i (1)
gugur daun, yaitu fenomena umum sebagai mekanisme tanaman dalam usaha
mengurangi cekaman terutama daun bagian bawah. Dengan mengurangi daun,
luas permukaan transpirasi juga menurun, (2) mengubah sudut daun pada posisi
sejajar dengan berkas cahaya, sehingga suhu daun tidak segera meningkat.
Dengan demikian transpirasi dapat ditekan. (3) perakaran berkembang lebih cepat.
Terutama kearah bawah menyebabkan nisbah pupus akar mengecil. Tanaman
meningkat kemampuan penghisapan air dari lapisan tanah yang lebih dalam
sementara transpirasi dari bagian atas tanaman menurun. (4) perkembangan daun,
peka terhadap kekurangan air. Setelah terjadi cekaman pada umumnya terjadi
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

31

percepatan pertumbuhan, akan tetapi ukuran daun lebih kecil dibandingkan


dengan daun tanaman yang ada dalam keadaan normal. Tanaman yang tercekam
mempunyai akar lateral bergaris tengah sama dengan akar primer, berkembang
lebar

kearah apical meristem, akar primer bercabang dekat ujungnya dan

seterusnya akar sekunder akan bercabang juga dekat ujungnya dan seterusnya
percabangan akan selalu terjadi di dekat ujung akar dengan panjang akar yang
semakin

berkurang

dan

semakin

gemuk.

Cekaman

juga

mengganggu

permeabilitas membran-membran sel akar dan mengganggu sintesis protein


sehingga fungsi akar rusak dan tidak efisien dalam menyerapa air dan unsur hara.
(Herawati dan Setiamihardja, 2000).
Penyerapan hara dan air dalam akar merupakan proses yang bebas satu
sama lain, kebutuhan air yang tersedia dalam tanaman dan tanah bagi
pertumbuhan dan transpor hara menyebabkan keduanya berhubungan erat. Dalam
tanah, air dalam selang sekitar -0,1 sampai -10 bar esensil bagi setiap proses yang
meningkatkan ketersediaan hara. Kemampuan akar menyerap hara dipengaruhi
oleh (1) kemampuannya menyerap, (2) kemampuannya untuk mentraslokasikan
dari akar ke daun, dan (3) kemampuannya menyebarkan atau memperluas sistem
perakaran ke jarak yang lebih jauh memperoleh suplai hara. Ketersediaan hara,
untuk sebagian besar nonhidrofita adalah tertinggi bila keadaan air berada dekat
kapasitas lapang. Hara yang paling nyata dipengaruhi oleh kandungan air tanah
adalah nitrat, kadang-kadang juga sulfat. Kandungan air tanah mempengaruhi
transpor hara ke permukaan akar dengan cara mempengaruhi laju difusi dan aliran
massa air ke akar (Harjadi dan Yahya, 1988).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

32

Dalam penelitian Hapsoh (2003) mengatakan bahwa mengenai respon


morfologi dan fisiologi di berbagai tingkat cekaman kekeringan dimana pada
cekaman kekeringan ringan sampai berat menyebabkan luas daun berkurang, pada
tanaman yang mengalami cekaman kekeringan atau tidak inokulasi mikoriza
nyata meningkatkan diameter batang, sedangkan dalam respon fisiologis
dinyatakan bahwa cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap kadar N daun,
perlakuan genotip, mikoriza dan cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap
kadar P daun, sedangkan genotipe, cekaman kekeringan dan interaksi semua
perlakuan tidak menunjukkan pengaruh yang nyata. Hara N, P, K dan hormon
ABA dan IAA sangat berperan dalam sintesis prolina dalam kaitannya sebagai
osmoregulator, hal ini berkaitan dengan peran yang besar dari proline sebagai
osmoregulator, sehingga produksi senyawa tersebut secara berlebihan dapat
menghasilkan peningkatan toleransi terhadap cekaman kekeringan pada tanaman.
Tanaman bermikoriza meningkatkan sistem perakaran, memperbaiki potensial air
daun dan turgor, memelihara membukanya stomata daun dan transpirasi.
Dalam penelitian Nurhayati (2007) mengatakan bahwa mekanisme
toleransi tanaman terhadap cekamam kekeringan berbeda-beda tergantung
kemampuan genetiknya, kekurangan defisit air yang parah ditunjukkan dengan
perkembangan sistem pembungaan, toleransi dengan potensial air jaringan yang
tinggi yaitu kemampuan tanaman tetap menjaga potensial jaringan dengan
meningkatkan penyerapan air atau menekan kehilangan air tanaman mempunyai
kemampuan untuk meningkatkan sistem perakaran, regulasi stomata dan
penurunan permukaan eMapotranspirasi melalui penyempitan daun dan
pengguguran daun.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

33

Dalam penelitian Sufianto (2004) mengatakan bahwa antara cekaman


dengan jumlah ginofor pada pembudidayaan Kakao terjadi interaksi yang berarti.
Hal ini menunjukkan fungsi air bagi tanaman memegang peranan penting dalam
aktiMitas tanaman. Jika kebutuhan air terpenuhi maka aktiMitas tanaman dapat
maksimal, namun kebutuhan air tidak terpenuhi maka menurunkan atau
menghambat aktiMitas atau bagian tertentu. Peranan air dalam proses
pembungaan dapat mempercepat munculnya bunga. Pemberian air per hari sesuai
dengan kebutuhannya maka waktu bunga muncul lebih cepat dibanding dengan
jika hanya baik diberikan setengah atau sepertiga dari kebutuhan setiap harinya.
Respon tercepat terhadap munculnya cekaman ditandai dengan keadaan
fisik dari luas daun dari pada perubahan kimia. Jika kandungan air dari tumbuhan
berkurang maka sel akan menyempit dan dinding sel juga ikut menyempit.
Pengurangan Molume sel menyebabkan tekanan hidrostatik menurun atau tekanan
turgornya juga menurun. Peningkatan dari penurunan air lebih nyata terlihat lebih
jelas terlihat di dalam sel. Membran plasma menjadi menyempit dan lebih
tertekan, daunnya lebih mengecil dari sebelumnya karena telah kehilangan
tekanan yang merupakan pengaruh yang nyata terhadap fisik dari penurunan
cekaman air. Dapat disimpulkan tekanan turgor sangat mempengaruhi aktiMitas
yang menyebabkan sensitif terhadap cekaman kekeringan. Pertahanan tanaman
dalam menghadapi cekaman kekeringan: (1) Membatasi perkembangan luas daun,
(2) perkembangan akar untuk mencapai daerah yang masih basah, (3) Penutupan
stomata untuk mengurangi transpirasi. (Taiz and Zeiger, 1991).
Dalam penelitian Barus dan Yusuf (2004) mengatakan bahwa pengaruh
lamanya waktu penyiraman menunjukkan pengurangan yang nyata terhadap berat
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

34

kering tanaman. Semakin lama waktu penyiraman semakin tinggi pengurangan


berat kering tanaman. Semakin lama waktu penyiraman semakin tinggi
pengurangan berat kering tanaman. Lamanya waktu penyiraman secara nyata
menurunkan berat kering dan total serapan N pada tanaman Kakao. Hal ini
disebabkan keterbatasan air sebagai salah satu faktor dalam proses fotosintesis
serta metabolisme pada jaringan tanaman akan mengurangi tingkat kecepatan
pertumbuhan.
Kehilangan air sel yang serius disertai dengan perobekan (desrupsi)
seluruh alur metabolisme utama (terutama metabolisme karbohidrat dan
metabolisme nitrogen) dan denaturasi makromolekul (protein, asam nukleat), di
duga atas karena perubahan dalam jumlah air yang diikat pada permukaan
hidropilik. Namun demikian, dengan adanya musim kering, belukar ini
menggugurkan daun tuanya, ranting serta cabangnya dan hanya menyisakan daundaun

yang lebih muda dan lebih kecil yang dapat kehilangan air sampai

kandungan air sebesar 50% dari berat kering daun tanpa kerusakan yang nyata
(Fitter dan Hay, 1991).
Tanaman akan melakukan adaptasi terhadap perubahan lingkungan diluar
dari tingkat optimum dan dapat menyelesaikan hidupnya secara lengkap asalkan
keadaan lingkungan tidak melebihi batas fisiologi proses kehidupan. Tanaman
akan memberikan reaksi (tanggapan) terhadap perubahan lingkungan tersebut.
Pada keadaan lingkungan yang tidak optimum, manipulasi sering dilakukan untuk
menciptakan keadaan lingkungan mendekati keadaan optimum agar kapasitas
genetik yang setinggi mungkin dapat diekspresikan. Manipulasi tersebut dapat
dilihat pada pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

35

MMA pada tanaman yang mengalami cekaman kekeringan dapat


membantu meningkatkan toleransi dengan produksi proline. Selain iru MMA juga
meningkatkan kadar N, P, Ca, Mg, Fe dan meningkat efisiensi penggunaan air,
transpirasi dan laju fotosintesis (Ruiz-lazano et al: 2000. Rao dan Tak, 2001).
Rasio akar: pucuk tidak secara khusus berguna dalam membandingkan
yang rinci atas hubungan air dari spesies yang berbeda pada tempat yang sama.
Rasio:
Panjang (atau luas permukaan) akar yang dapat mengabsorbsi
Luas Transpirasi daun
Disamping adaptasi morfologis ini, spesies tanaman juga berbeda
kemampuan akarnya untuk mendeteksi air dari tanah. Kebanyakan tanaman
pertanian mampu mengeringkan tanah sampai pada potensial matrik antara -10
dan -20 bar, dan ini menyebabkan pemanfaatan yang meluas pada kandungan
kelembaban pada -15 bar sebagai ukuran standar titik layu permanen. Beberapa
spesies yang tumbuh di iklim yang lebih kering dapat mengabsorsi lebih banyak
air dari tanah, hingga memberikan nilai titik layu permanen sebesar -20 sampai 30 bar. Usaha untuk menambah suplai air dengan jalan ini dapat berhasil hanya
selama depresi yang diperlukan dalam potensial air daun tidak merusak jaringan
daun itu sendiri. Keefektifan tergantung atas hubungan antara potensial air daun
dan kandungan air (Fitter dan Hay, 1991).

Analisis Unsur Hara Tanaman

Penyerapan hara dan air dalam akar merupakan proses yang bebas satu
sama lain, kebutuhan air yang tersedia dalam tanaman dan tanah bagi
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

36

pertumbuhan dan transport hara menyebabkan keduanya berhubungan erat.


Hubungan yang erat ini menyebabkan sukarnya menentukan dengan jelas
pengaruh-pengaruh kekeringan terhadap keadaan hara. Jumlah air yang semakin
menurun mengakibatkan semakin jeleknya keadaan untuk ketersediaan hara.
Pengaruh stress air terhadap hara mineral yaitu berkembangnya serapan hara
mengurangi pertumbuhan dan perkembangan pada tanaman. Ada dua cara
pengukuran ketersediaan hara yang sering digunakan yakni:
1) total uptake (Serapan total) dari unsur-unsur hara anatara lain K
atau N. Jika kekeringan atau stress air mengurangi pertumbuhan
dan kandungan hara total juga menurun, berarti per defenisi
kekeringan juga mengurangi ketersediaan hara.
2) Komposisi dinyatakan dalam persentase (kadar hara). Jika
peningkatan persentase komposisi dalam tanaman terjadi dengan
meningkatnya stress, dapat dianggap bahwa laju penyerapan hara
lebih cepat daripada penambahan bobot kering tanaman. Stress air
lebih menghambat pertumbuhan daripada penyerapan hara.
Penurunan suplai air mengakibatkan peningkatan yang nyata pada konsentrasi N,
penurunan yang nyata pada konsentrasi K dan pengaruh yang berMariasi untuk
konsentrasi P, Ca dan Mg dalam tanaman (Harjadi dan Yahya, 1988).
Kandungan unsur hara dalam tanaman berbeda-beda tergantung pada jenis
hara, jenis tanaman, kesuburan tanah atau jenis tanah dan pengelolaan tanaman.
Kegunaan analisis (baik analisis tanah maupun analisis tanaman) adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui status hara dalam tanah dan dalam tanaman
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

37

2. Untuk kelestarian kesuburan tanah dan produktiMitas lahan, dengan


mengetahui kadar hara dalam tanah dan produksi tanaman, maka
kehilangan hara dari tanah karena panen dapat dihitung
3. Menduga produksi tanaman dan menghitung keuntungan apabila
dilakukan pemupukan
4. Untuk mengetahui hara yang menjadi faktor pembatas yang harus
diperbaiki dan membuat rekomendasi pemupukan
5. Untuk menilai lahan secara ekonomis, misalnya: harga tanah, pajak dan
sebagainya.
Penyebaran hara dalam tanaman tidak merata, artinya kadar suatu unsur pada
daun tidak sama dengan kadar unsur tersebut dalam tangkai daun atau pada kayu.
Pada dasarnya, pemilihan contoh tanaman adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan organ tersebut telah cukup
b. Tidak terlalu muda (pucuk) atau terlalu tua
c. Sebaiknya sebelum fase generatif, yakni mendeteksi tanaman berbunga
Daun yang dianggap cocok untuk dianalisis adalah daun yang ke 4, 5, 6 dan
mungkin ke 7 yang memenuhi persyaratan tersebut. Daun yang dianggap baik
sebagai

contoh

untuk

dianalisis

disebut

daun

indikator

(Rosmarkam dan Yuwono, 2002).


Kebiasaan hidup secara mikoriza biasa terjadi dalam tanah dan pada
kecambah yang tumbuh di tempat persemaian yang kekurangan nutriea utama,
seperti nitrogen dan fosfor. Kebiasaan membentuk ektomikoriza meningkatkan
luas daun daerah permukaan sistem perakaran dan memberikan penyerapan
nutriea secara lebih baik yaitu penyerapan nitrogen, fosfor dan kalium dari tanah
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

38

sekitarnya. Penimbunan fosfat didalam selubung berMariasi tergantung laju


transpirasi karena tanaman terpangkas lebih banyak menimbun fosfat di dalam
selubungnya dibandingkan dengan tanaman utuh. Arbuskel membantu dalam
mentransfer nutrisi (terutama fosfat) dari tanah ke sistem perakaran (Rao, 1994).
Tanaman Kakao menyerap 10% dari kebutuhan fosfor, kalsium dan
magnesium selama fase Megetatif dan 40% sampai 50% selama pembungaan.
Sisanya diambil selama pengisian biji. Periode puncak untuk penyerapan kalium
pada kebanyakan MVA yang diuji adalah antara pembentukan ginofor (pegging)
dan kemasakan, walaupun pada beberapa MVA puncak pengambilan lebih awal
(Goldsworthy and Fisher, 1996).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

39

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian UniMersitas


Sumatera Utara Medan dengan ketinggian tempat 25 m di atas permukaan laut
pada bulan Mei 2007 sampai Agustus 2007 dan di Laboratorium Sentral Fakultas
Pertanian UniMersitas Sumatera Utara Medan pada bulan Juni 2007.

Bahan dan Alat

Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih Kakao,


tanah andosol, kompos polybag ukuran 25 kg, Mikoriza Mesikular Arbuskular
(MMA) dalam bentuk mikoMer (5g/ polybag) sebagai mikroorganisme yang
membantu mempertahankan ketersediaan air tanah, pupuk urea (75 kg/ha), SP-36
(50kg/ha) dan KCl (50kg/ha), Insektisida Curacron 500 EC, Confidor, Fungisida
Dithane 45 M, NaOH 50%, H3BO3 3 %, HCl 0,01 N, PP 1%, Aquades.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul, gembor, meteran,
destruksi, destilasi, spektrofotometer, handsprayer, gelas ukur untuk mengukur
Molume pemberian air, tabung reaksi, timbangan analitik, oMen, jangka sorong,

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

40

kertas mm, timbangan 15 kg, papan nama, kalkulator, alat tulis, ember, kertas
kuning, minyak makan, bambu.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design)


pola Rancangan Acak Lengkap (RAL):
Faktor I: Petak utama (Main plot) adalah tingkat Cekaman Kekeringan (C) yang
terdiri dari 4 taraf, yaitu: C1 = 100 % KL, C2 = 80 % KL, C3 = 60 % KL,
C4 = 40 % KL.
Faktor II : Anak petak (Sub plot) adalah MVA yang terdiri dari 3 MVA, yaitu: M1
=0 g, M2 =2.5 g,

M3 =5 g.

Jumlah ulangan

:3

Jumlah plot

: 36 plot

Jumlah polybag / plot

: 2 polybag

Jumlah tanaman / polybag

: 1 tanaman

Jumlah sampel / plot

: 2 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 72 tanaman

Jumlah seluruh sampel

: 72 tanaman

Ukuran plot

: 50 cm x 70cm

Jarak antar petak

: 50 cm

Jarak antar plot

: 30 cm

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

41

Jarak antar polybag

: 30 cm

Model linier aditif dari Rancangan Petak Terpisah pola Rancangan Acak
Lengkap (RAL) adalah:
Yijk
i = 1,2,3,4

j= 1,2,3

= + j+ik + k + ()ij + ijk


k= 1,2,3

Dimana:
Yijk

: Hasil pengamatan yang disebutkan main plot ke-i dan sub plot ke-j pada
ulangan ke-k

: Nilai Tengah

: Efek Cekaman pada taraf ke-i

ik

: Efek error yang disebabkan main plot ke-j pada ulangan ke-k

: Efek MVA pada taraf ke-j

()ij : Interaksi dari main plot pada taraf ke-i dengan sub plot ke-j
ijk

: Efek error yang disebabkan main plot ke-i dan sub plot ke-j pada ulangan
ke-k
Jika hasil sidik ragam yang berpengaruh nyata dilanjutkan dengan uji beda

rataan dengan Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 % (Bangun, 1991)

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

42

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Media Tanam

Polybag berukuran 25kg diisi tanah top soil jenis tanah andosol sebanyak
8 kg. Yang telah diayak dan dikeringanginkan. Penetapan kadar air tanah untuk
menentukan bobot tanah kering udara yang akan dimasukkan dalam polybag
dilakukan dengan metode pengeringan (oMen), sedangkan penetapan kadar air
pada kapasitas lapang dilakukan dengan metode Alricks. Tanah yang disediakan
dimasukkan ke dalam polybag, polybag di susun sesuai dengan susunan jarak
antar polybag 30cm.
Persiapan Benih

Disiapkan benih dari 3 MVA yang akan ditanam, lalu di rendam ke dalam
larutan fungisida (dithane 45 M) 2g/lt air selama 15 menit untuk menghindari
penjamuran.

Aplikasi MMA

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

43

Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu dilakukan pemberian Mikoriza


Mesikular Arbuskular (MMA) pada media tanam. MMA dalam bentuk mikoMer
sebanyak 5 g/polibek disebar ratakan pada kedalaman 5 cm dari permukaan tanah
sebelum benih di tanam.

Penanaman Benih

Benih tersebut di tanam pada polybag yang telah disediakan dengan


lubang tanam sedalam 2-3cm sebanyak 3 benih/lubang tanam, setelah itu lubang
tanam di tutup dengan kompos.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan pupuk urea


(0,4g/tanaman), SP-36 (0,3g/tanaman), KCl (0,3g/tanaman). Untuk N diberikan
1/3 dosis yaitu sebanyak (0,13 g/tanaman) yang diberikan bersamaan dengan
pemberian kompos pada saat penanaman, untuk urea umur 4 MST di beri lagi 2/3
dosis sebanyak (0,27g/tanaman) dengan cara di tugal.

Perlakuan Cekaman Kekeringan

Untuk perlakuan 100% KL dilakukan sejak waktu tanam sampai tanaman


berbunga dilakukan pemberian air 100% KL. Setelah tanaman berbunga,
pemberian air dilakukan sesuai dengan perlakuan sampai tanaman panen.
Pemberian air dilakukan satu kali yakni pada pagi hari.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

44

Pemeliharaan

Penjarangan
Penjarangan dilakukan pada 2 MST, yakni di pilih tanaman yang
pertumbuhannya kurang baik atau abnormal, penjarangan dilakukan dengan
memotong tanaman.

Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan secara manual yaitu dengan mencabut gulma
dengan tangan, ini dilakukan untuk mengurangi persaingan antara tanaman utama
dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan
dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan pada saat tanam sudah mulai berbunga,
pembumbunan dilakukan dengan cara membuat gundukan tanah disekeliling
tanaman. Pembumbunan bertujuan memudahkan bakal buah menembus
permukaan tanah sehingga pertumbuhan optimal.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menyemprotkan
insektisida Curacron 500EC dan Confidor dengan konsentrasi 2cc/l air dan
fungisida Dithane 45 M 2g/l air. Penyemprotan disesuaikan dengan kondisi di
lapangan.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

45

Panen

Panen dilakukan setelah Kakao telah memasuki fase matang fisiologis


yang ditandai dengan pada saat sebagian besar daun Kakao mulai mengering dan
luruh, polong telah berisi penuh dan kulit bijinya tipis, kulit polong cukup keras,
serat sangat nyata dan berwarna coklat kehitaman.

Peubah Amatan

Diameter Batang (mm)


Diameter batang di ukur pada bagian batang bawah pada ketinggian 1 cm
di atas permukaan tanah dengan menggunakan jangka sorong. Pengukuran
dilakukan dengan interMal satu minggu di mulai dari tanaman telah mengeluarkan
bunga yakni 5 MST sampai 8 MST.

Kadar Unsur Hara N, P, K pada Daun (%)


Analisis dilakukan setelah 2 minggu diberikan perlakuan cekaman
kekeringan, analisis N, P, K daun menggunakan metode destruksi basah
(Anwar, 1990), dengan rumus:
Penetapan N : % N = ml titrasi (contoh-blanko) x N HCl x 5 x 14 x 100
Berat contoh 105 oC x 1000
Penetapan P : % P = P grafik x 0,01
Berat contoh 105 oC
Penetapan K : % K = K grafik x 0,01
Berat contoh 105 oC
Umur Berbunga (Hari)
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

46

Umur berbunga dihitung apabila tanaman dalam satu plot percobaan telah
mengeluarkan bunga kemudian di rata-ratakan.
Umur Panen (Hari)
Umur panen dihitung mulai dari penanaman benih hingga tanaman siap
untuk dipanen dengan kriteria tanaman, daun menguning dan kecoklat-coklatan.
Jumlah Ginofora (Buah)
Jumlah ginofora dihitung dengan menjumlahkan seluruh ginofora yang
baru keluar, dihitung pada saat tanaman mulai berbunga
Panjang Akar (cm)
Panjang akar diukur mulai bagian leher akar sampai dengan bagian ujung
akar yang terpanjang, diukur pada pengamatan terakhir.
Luas Daun (cm2)
Luas daun diukur pada saat pengamatan terakhir dengan menggunakan
Leaf Area Meter (LAM).
Bobot Kering Akar (g)
Bobot kering akar ditimbang pada akhir penelitian, masing-masing
tanaman / plot dengan memotong bagian pertautan batang dengan akar tanaman.
Akar tanaman dioMenkan selama 24 jam pada temperatur 65oC, setelah itu di
timbang beratnya.
Bobot Kering Tajuk (g)
Bobot kering tajuk ditimbang pada akhir penelitian. Tajuk tanaman
dioMenkan selama 24 jam pada temperatur 65oC, setelah itu ditimbang beratnya.
Nisbah Bobot Kering Akar terhadap Bobot Kering Tajuk (g)
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

47

Perbandingan bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (BKA/BKT)


dihitung dengan cara membagi bobot kering akar dengan bobot kering tajuk.
Jumlah Cabang Produktif (Cabang)
Jumlah cabang produktif dihitung dengan melihat cabang-cabang yang
produktif, dihitung pada pengamatan terakhir.
Jumlah Ginofora Hampa (Buah)
Pengamatan

dilakukan

dengan

melihat

jumlah

ginofora

hampa.

Pengamatan dilakukan pada saat panen.


Bobot Kering 100 Biji (g)
Penimbangan dilakukan setelah biji kering dengan kadar air 14 %,
pengeringan polong diperlukan waktu 5-7 hari dengan penjemuran bersama-sama
dengan kulitnya agar diperoleh kadar air 14 %. Diambil secara acak dari setiap
plot. Untuk tanaman yang tidak mencapai 100 biji maka datanya dikonMersikan
dengan menggunakan rumus : 100/X x Bobot X, dimana X = jumlah biji.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

48

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Diameter Batang (mm)


Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari diameter batang pada 5 MST,
6 MST, 7MST dan 8 MST dapat dilihat pada lampiran 8 s/d 15. Dari sidik ragam
dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan yang diberikan berpengaruh
nyata terhadap diameter batang 6 hingga 8 MST, MVA belum berbeda nyata pada
semua peubah amatan diameter batang, sedangkan interaksi antara cekaman
kekeringan dan MVA tidak berbeda nyata terhadap diameter batang.
Hasil uji beda rataan diameter batang pada perlakuan cekaman kekeringan
dan MVA dari 5 s/d 8 MST dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan diameter batang pada perlakuan MMA dan cekaman kekeringan

Cekaman Kekeringan

Diameter Batang Pada umur (MST)


6
7
8

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

49

C1 (100% KL)
C2 (80% KL)
C3 (60% KL)
C4 (40% KL)

3.54
3.3
3.23
3.18

MVA
M1 (Singa)
M2 (Gajah)
M3 (Macan)

3.18
3.41
3.35

.(mm).
3.13 a
3.12 b
2.92 b
3.08 b
2.77 b
3.19 a
2.46 c
2.66 c

2.74
2.98
2.74

3.00
3.04
3.00

3.13 a
3.29 a
3.24 a
2.91 b

3.19
3.09
3.14

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum


berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 5 MST, dimana
diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C1 (3,54 mm) dan
terkecil terdapat pada C4 (3,18 mm), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak
berbeda, selanjutnya pada MVA juga belum berbeda nyata terhadap diameter
batang 5 MST, dimana diameter batang terbesar terdapat pada MVA M3 (3,35
mm) dan terkecil terdapat pada MVA M1 (3,18 mm) tetapi berdasarkan analisis
statistik tidak berbeda.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan
berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 6 MST, dimana
diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C1 (3,13 mm) dan
terkecil terdapat pada C4 (2,46 mm), selanjutnya MVA menunjukkan belum
berbeda nyata terhadap diameter batang 6 MST, dimana diameter batang terbesar
terdapat pada MVA M2 (2.98 mm) dan terkecil terdapat pada MVA M1 dan M3
(2.74 mm) tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan
berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 7 MST, dimana
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

50

diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C3 (3,19 mm) dan
terkecil terdapat pada C4 (2,66 mm), selanjutnya MVA menunjukkan belum
berbeda nyata terhadap diameter batang 7 MST, dimana diameter batang terbesar
terdapat pada MVA M2 (3.04 mm) dan terkecil terdapat pada MVA M1 dan M3
(3,00 mm) tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan
berpengaruh nyata terhadap parameter diameter batang pada 8 MST, dimana
diameter batang terbesar terdapat pada cekaman kekeringan C2 (3,29 mm) dan
terkecil terdapat pada C4 (2,91 mm), selanjutnya MVA menunjukkan belum
berbeda nyata terhadap diameter batang 8 MST, dimana diameter batang terbesar
terdapat pada MVA M1 (3.19 mm) dan terkecil terdapat pada MVA M2 (3,09
mm) tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.
Grafik pertumbuhan diameter batang dari umur 5 MST, 6 MST, 7MST
dan 8 MST pada perlakuan cekaman kekeringan dapat dilihat pada gambar 1,
sedangkan MVA dapat dilihat pada gambar 2.

Diameter Batang (mm)

4
3.54
3.3
3.23
3.18

3.5
3
2.5

3.29
3.24
3.13
2.91

3.19
3.12
3.08

3.13
2.92
2.77
2.46

2.66

C1
C2

C3

1.5

C4

1
0.5
0
5

Um ur Tanam an (hari)

Gambar 1. Grafik Pertumbuhan diameter batang (mm) pada


cekaman kekeringan
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

51

Dari gambar 1 dapat dilihat bahwa 100% KL pertumbuhan tanaman mulai


menurun sampai batas 80% KL pada 6 MST, selanjutnya 6MST pada 80% KL
sampai pada 40% KL pertumbuhan tanaman memperlihatkan pertumbuhan yang
meningkat perlahan-lahan sampai pada 8 MST, selanjutnya dapat diterangkan
bahwa pada 5 MST perlakuan baru diberikan yang membuat tanaman belum
beradaptasi dengan baik tetapi setelah beberapa minggu diberikan perlakuan
tanaman mulai memperlihatkan adaptasi yang baik terhadap cekaman kekeringan.

Kadar Unsur Hara N, P, K (%)


Data hasil pengamatan kadar unsur hara N, P, K (%) dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Rataan kadar unsur hara N pada perlakuan MMA dan cekaman
kekeringan
MMA
Rataan
Cekaman
M0
M1
M2
4.03
3.88
4.44
4.12
C1(100% KL)
4.81
4.52
4.89
4.74
C2 (80% KL)
4.73
4.42
4.65
4.60
C3 (60% KL)
4.50
4.13
5.12
4.58
C4 (40% KL)
4.52
4.24
4.78
Rataan
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar N tertinggi pada cekaman
kekeringan C2=80% KL sebesar (4,74%) dan terendah pada cekaman kekeringan
C1=100% KL sebesar (4,12 %). Dari tabel 2 selanjutnya dapat diterangkan bahwa
dengan terjadinya penurunan suplai air mengakibatkan peningkatan pada
konsentrasi N.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

52

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa kadar N tertinggi terdapat pada MVA M3
sebesar (4.78%) dan terendah terdapat pada MVA M2 sebesar (4.24%), sedangkan
pada perlakuan C4M3 menunjukkan kadar N tertinggi sebesar (5.12 %) sedangkan
pada perlakuan C1M1menunjukkan kadar N terendah sebesar (4.03 %), hal ini
dapat diterangkan bahwa kadar unsur N menunjukkan semakin meningkatnya
cekaman kekeringan maka kadar N akan semakin meningkat

Tabel 3. Rataan kadar unsur hara P pada perlakuan MMA dan cekaman
kekeringan
Cekaman
C1(100% KL)
C2 (80% KL)
C3 (60% KL)
C4 (40% KL)
Rataan

M0
0.20
0.19
0.23
0.19
0.20

MMA
M1
0.24
0.24
0.24
0.20
0.23

M2
0.19
0.21
0.22
0.20
0.21

Rataan
0.21
0.21
0.23
0.20

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar P tertinggi pada cekaman


kekeringan C3=60% KL sebesar (0.23%) dan terendah terdapat pada cekaman
kekeringan C4=40% KL sebesar (0.20%), selanjutnya dapat diterangkan bahwa
semakin meningkat cekaman kekeringan yang diberikan maka semakin menurun
kadar unsur P pada tanaman.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa kadar P tertinggi terdapat pada MVA M2
sebesar (0.23%) dan terendah terdapat pada MVA M1 sebesar (0.20%). Dari tabel
3 dapat diterangkan bahwa pada M1 memperlihatkan kadar unsur P daun yang
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

53

berMariasi dengan meningkatnya cekaman kekeringan, pada M2 memperlihatkan


kadar P daun yang stabil hingga 60% KL dan menurun pada 40% KL dan pada
M3 memperlihatkan kadar P daun yang berMariasi dengan meningkatnya
cekaman kekeringan.
Tabel 4. Rataan kadar unsur hara K pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA
MVA
Rataan
M1
M2
M3
1.25
1.28
1.87
1.47
C1(100% KL)
1.10
1.29
1.53
1.31
C2 (80% KL)
1.38
1.56
1.18
1.37
C3 (60% KL)
0.88
0.58
0.97
0.81
C4 (40% KL)
1.15
1.18
1.39
Rataan
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar K tertinggi pada cekaman
Cekaman

kekeringan C1=100% KL sebesar (1.47%) dan terendah terdapat pada cekaman


kekeringan C4=40% KL sebesar (0.81%), selanjutnya dapat diterangkan bahwa
semakin meningkat cekaman kekeringan yang diberikan maka semakin menurun
kadar unsur K dalam tanaman.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa kadar K tertinggi terdapat pada MVA M3
sebesar (1.39%) dan terendah terdapat pada MVA M1 sebesar (1.15%), sedangkan
pada perlakuan C1M3 menunjukkan kadar K tertinggi sebesar (1.87%) dan
terendah terdapat pada C4M2 sebesar (0.58%) Dari tabel 4 selanjutnya dapat
diterangkan bahwa pada M1 memperlihatkan kadar unsur K daun yang menurun
dengan meningkatnya cekaman kekeringan, pada M2 memperlihatkan kadar K
daun yang menurun dengan meningkatnya cekaman kekeringan, dan pada M3
memperlihatkan kadar

K daun yang menurun tajam dengan meningkatnya

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

54

cekaman kekeringan dan dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya


cekaman kekeringan maka K daun akan semakin menurun.
Umur Berbunga (Hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur berbunga dapat dilihat
pada lampiran 19 dan 20. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
cekaman kekeringan, MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan dan Maritas
tidak berbeda nyata terhadap parameter umur berbunga.
Data umur berbunga pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA dapat
dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rataan umur berbunga (hari) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
30.50
30.67
32.33
35.33
32.21

MVA
M2
28.50
31.50
32.33
32.00
31.08

M3
29.83
32.50
30.33
36.17
32.21

Rataan
29.61
31.56
31.67
34.50

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum


berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, dimana umur berbunga
tercepat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (29.61 hari), dan paling lama
pada perlakuan cekaman kekeringan C4 (34.50 hari), tetapi berdasarkan analisa
statistik tidak berbeda.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

55

Dari tabel 5 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA yang diuji tidak
menunjukkan perbedaan umur berbunga yang nyata, dimana MVA yang paling
cepat berbunga terdapat pada MVA M2 (31.08 hari) dan paling lama berbunga
terdapat pada MVA M1 dan M3 (32.21 hari), tetapi berdasarkan analisa statistik
tidak berbeda.
Umur Panen (Hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari umur panen dapat dilihat pada
lampiran 21 dan 22. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman
kekeringan, MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan dan Maritas tidak
berbeda nyata terhadap parameter umur panen.
Data umur panen pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA dapat
dilihat pada tabel.
Tabel 6. Rataan umur panen (hari) pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
91.83
92.00
92.00
92.00
91.96

MVA
M2
92.00
92.00
92.00
92.00
92.00

M3
89.67
92.00
92.00
92.00
91.42

Rataan
91.17
92.00
92.00
92.00

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan yang


diberikan (C1=100% KL, C2=80% KL, C3=60% KL, C4=40% KL) tidak
menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap parameter umur panen, yang paling
cepat umur panennya (91,17 hari) pada perlakuan C1=100% KL.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

56

Dari tabel 6 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter umur panen, dimana MVA yang paling cepat panen terdapat
pada MVA M3 (91,42 hari) dan yang paling lama panen terdapat pada MVA M2
(92,00 hari), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.
Jumlah Ginofor (Buah)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah ginofor dapat dilihat
pada lampiran 23 dan 24. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
cekaman kekeringan, MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan dan Maritas
tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah ginofor.
Data jumlah ginofor pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA dapat
dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Rataan jumlah ginofor (buah) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
14.67
13.50
11.83
12.00
13.00

MVA
M2
18.50
16.00
14.17
11.17
14.96

M3
12.17
12.83
9.00
7.00
10.25

Rataan
15.11
14.11
11.67
10.06

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan yang


diberikan belum berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah ginofor, dimana
jumlah ginofor yang paling banyak terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan
C1 (15,11 buah) dan yang paling sedikit terdapat pada perlakuan cekaman
kekeringan C4 (10,06 buah), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

57

Dari tabel 7 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter jumlah ginofor, dimana jumlah ginofor yang paling banyak
terdapat pada MVA M2 (14,96 buah) dan paling sedikit terdapat pada MVA M3
(10,25 buah), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.
Panjang Akar (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari panjang akar dapat dilihat
pada lampiran 25 dan 26. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar,
sedangkan MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan dan Maritas tidak
berbeda nyata terhadap parameter panjang akar.
Data panjang akar pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA dapat
dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Rataan panjang akar (cm) pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
42.02
34.33
33.43
33.80
35.90

MVA
M2
34.38
34.02
35.63
32.78
34.20

M3
40.75
31.40
36.38
33.90
35.61

Rataan
39.05 a
33.25 b
35.15 ab
33.49 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan


berpengaruh nyata terhadap parameter panjang akar, dimana panjang akar
terpanjang terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (39,05 cm) dan
terpendek terdapat pada cekaman kekeringan C2 (33,25 cm).
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

58

Dari tabel 8 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter panjang akar, dimana panjang akar terpanjang terdapat pada
MVA M1 (35.90 cm) dan terpendek terdapat pada MVA M2 (34.20 cm), tetapi
berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.
Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
panjang akar dapat dilihat pada gambar 2.

45

Y2 = -0.6225x + 2.7935x + 31.887


r = 0.499

Panjang akar (cm)

40

Poly. (V1)
Poly. (V2)
Poly. (V3)

35
30
25

Y3 = 1.7175x 2 - 10.145x + 48.088


r = 0.5019

Y1 = 2.015x 2 - 12.631x + 52.36


r = 0.9698

20
15
10
5
0
100 %KL

80% KL

60% KL

40% KL

Cekaman Kekeringan

Gambar 2. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA


terhadap panjang akar
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa panjang akar menunjukkan grafik
kuadratik yang nyata pada beberapa MVA yang diuji yang tidak memberikan
pengaruh yang sama pada setiap MVA. Dari grafik dapat kita lihat bahwa panjang
akar berkurang dengan semakin meningkatnya cekaman kekeringan, 40% KL
dapat menurunkan panjang akar.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

59

Luas Daun (cm2)


Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari luas daun dapat dilihat pada
lampiran 27 dan 28. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman
kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, sedangkan MVA
dan interaksi antara cekaman kekeringan dan Maritas tidak berbeda nyata
terhadap parameter luas daun.
Data luas daun pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA dapat
dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Rataan luas daun (cm2) pada perlakuancekaman kekeringan dan MVA

Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
34.14
35.72
30.91
29.25
32.50

MVA
M2
37.00
28.19
31.46
31.71
32.09

M3
41.81
33.74
35.79
26.39
34.43

Rataan
37.65 a
32.55 a
32.72 a
29.12 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan


berpengaruh nyata terhadap parameter luas daun, dimana luas daun terbesar
terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (37.65 cm2) dan terkecil terdapat
pada cekaman kekeringan C4 (29.12 cm2).
Dari tabel 9 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter luas daun, dimana luas daun terbesar terdapat pada MVA M3

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

60

(34.43 cm2) dan terkecil terdapat pada MVA M2 (32.09 cm2), tetapi berdasarkan
analisa statistik tidak berbeda.
Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan MVA terhadap luas
daun dapat dilihat pada gambar 3.

45
40

Luas daun (cm2)

Linear (V1)
Linear (V2)
Linear (V3)

Y3 = -4.421x + 45.485
r = 0.8048

35
30
25

Y1 = -2.02x + 37.375
r = 0.7076

Y2 = -1.26x + 35.24
r = 0.1992

20
15
10
5
0
100 %KL

80% KL

60% KL

40% KL

Cekaman Kekeringan

Gambar 3. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA


terhadap luas daun
Dari gambar 3 dapat dilihat bahwa luas daun menunjukkan grafik
hubungan linier yang nyata pada beberapa MVA yang diuji, yang tidak
memberikan pengaruh yang sama pada setiap MVA. Cekaman kekeringan 40 %
KL dapat menurunkan luas daun pada setiap MVA.
Bobot Kering Akar (g)
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

61

Data hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering akar dapat dilihat
pada lampiran 29 dan 30. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar,
sedangkan MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan dan Maritas tidak
berbeda nyata terhadap parameter bobot kering akar.
Data bobot kering akar pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA
dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rataan bobot kering akar (g) pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
2.30
1.75
2.27
1.08
1.85

MVA
M2
2.22
1.97
3.27
1.80
2.31

M3
2.43
2.72
2.80
1.67
2.40

Rataan
2.32 a
2.14 a
2.78 a
1.52 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan


berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering akar, dimana bobot kering
akar terbesar terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C3 (2.78 g) dan terkecil
terdapat pada cekaman kekeringan C4 (1.52 g).
Dari tabel 10 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter bobot kering akar, dimana bobot kering akar terbesar terdapat

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

62

pada MVA M3 (2.40 g) dan terkecil terdapat pada MVA M1 (1.85 g), tetapi
berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.
Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan MVAterhadap bobot
kering akar dapat dilihat pada gambar 4.

3.50

Y3 = -0.355x + 1.555x + 1.18


r = 0.9372

Bobot Kering akar (g)

3.00
2.50

Poly. (V1)
Poly. (V2)
Poly. (V3)

Y2 = -0.305x 2 + 1.529x + 0.78


r = 0.2851

2.00

Y1 = -0.16x 2 + 0.486x + 1.835


r = 0.6064

1.50
1.00
0.50
0.00
100 %KL

80% KL

60% KL

40% KL

Cekaman Kekeringan

Gambar 4. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA


terhadap bobot kering akar
Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa bobot kering akar menunjukkan grafik
kuadratik yang nyata pada beberapa MVA yang diuji, yang tidak memberikan
pengaruh yang sama pada setiap MVA. 40% KL dapat menurunkan bobot kering
akar pada setiap MVA.
Bobot Kering Tajuk (g)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering tajuk dapat
dilihat pada lampiran 31 dan 32. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
cekaman kekeringan dan MVA berpengaruh nyata terhadap parameter bobot
kering tajuk, sedangkan interaksi antara cekaman kekeringan dan MVA tidak
berbeda nyata terhadap parameter bobot kering tajuk

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

63

Data bobot kering tajuk pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA
dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Rataan bobot kering tajuk pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA.
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
7.87
6.83
7.58
4.70
6.75 b

MVA
M2
8.32
6.38
9.77
5.53
7.50 b

M3
9.82
8.65
11.13
6.20
8.95 a

Rataan
8.67 ab
7.29 c
9.49 a
5.48 d

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 11 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan


berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering tajuk, dimana bobot kering
tajuk terbesar terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C3 (9.49 g) dan
terkecil terdapat pada cekaman kekeringan C4 (5.48 g).
Dari tabel 11 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA berbeda nyata
terhadap parameter bobot kering tajuk, dimana bobot kering tajuk terbesar
terdapat pada MVA M3 (8.95 g) dan terkecil terdapat pada MVA M1 (6.75 g).
Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan MVA terhadap bobot
kering tajuk dapat dilihat pada gambar 5.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

64

Poly. (V1)
Poly. (V2)
Poly. (V3)

Bobot Kering Tajuk (g)

12
10

Y3 = -0.94x 2 + 3.862x + 6.345


r = 0.5353

Y2 = -0.575x 2 + 2.377x + 5.87


r = 0.2338
Y1 = -0.46x 2 + 1.424x + 6.635
r = 0.7612

6
4
2
0
100% KL

80% KL

60% KL

40% KL

Cekaman Kekeringan

Gambar 5. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA


terhadap bobot kering tajuk
Dari gambar 5 dapat dilihat bahwa bobot kering tajuk menunjukkan grafik
hubungan kuadratik yang nyata pada beberapa MVA yang diuji, yang tidak
membawa pengaruh yang sama pada setiap MVA, semakin meningkat cekaman
kekeringan yang diberikan maka semakin menurun pula bobot kering tajuk , 40%
KL menurunkan bobot kering tajuk pada setiap MVAnya.

Nisbah Bobot Kering Akar (g) terhadap Bobot Kering Tajuk (g)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari nisbah BK akar terhadap BK
tajuk dapat dilihat pada lampiran 33 dan 34. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa
perlakuan cekaman kekeringan, MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan
dan MVA tidak berbeda nyata terhadap parameter nisbah BK akar terhadap BK
tajuk.
Data nisbah BK akar terhadap BK tajuk pada perlakuan cekaman
kekeringan dan MVA dapat dilihat pada tabel 12.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

65

Tabel 12. Rataan nisbah BK akar terhadap BK tajuk pada perlakuan cekaman
kekeringan dan MVA.
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
0.29
0.27
0.31
0.22
0.27

MVA
M2
0.28
0.31
0.34
0.23
0.29

M3
0.25
0.30
0.26
0.40
0.30

Rataan
0.27
0.29
0.30
0.28

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum


berpengaruh nyata terhadap parameter nisbah BK akar terhadap BK tajuk, dimana
nisbah BK akar terhadap BK tajuk terbesar terdapat pada perlakuan cekaman
kekeringan C3 ( 0.30 g) dan terkecil terdapat pada C1 (0.27 g), tetapi berdasarkan
analisa statistik tidak berbeda.
Dari tabel 12 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter nisbah BK akar terhadap BK tajuk, dimana nisbah BK akar
terhadap BK tajuk terbesar terdapat pada MVA M3 (0.30 g) dan terkecil terdapat
pada MVA M1 ( 0.27 g), tetapi berdasarkan analisa statistik tidak berbeda.
Jumlah Cabang Produktif (Cabang)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah cabang produktif dapat
dilihat pada lampiran 35 dan 36. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
cekaman kekeringan berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang
produktif, sedangkan MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan dan MVA
tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

66

Data jumlah cabang produktif pada perlakuan cekaman kekeringan dan


MVA dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Rataan jumlah cabang produktif pada perlakuan cekaman kekeringan
dan MVA.
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
5.00
3.83
4.33
2.83
4.00

MVA
M2
5.00
5.50
6.17
3.50
5.04

M3
5.00
4.67
4.50
3.00
4.29

Rataan
5.00 a
4.67 a
5.00 a
3.11 b

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan


berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah cabang produktif, dimana jumlah
cabang produktif terbesar terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 dan C3
(5 cabang) dan terkecil terdapat pada cekaman kekeringan C4 (3.11 cabang)
Dari tabel 13 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter jumlah cabang produktif, dimana jumlah cabang produktif
terbesar terdapat pada MVA M2 (5.04 cabang) dan terkecil terdapat pada MVA
M1 (4.00 cabang), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.
Grafik hubungan antara cekaman kekeringan dengan MVA terhadap
jumlah cabang produktif dapat dilihat pada gambar 6.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

Jumlah Cabang Produktif


(cabang)

67

Poly. (V1)
Poly. (V2)
Poly. (V3)

7.00
6.00
5.00
4.00
3.00
2.00

Y2 = -0.7925x 2 + 3.5795x + 2.0375


r = 0.8405
Y3 = -0.2925x 2 + 0.8455x + 4.3725
r = 0.9529
Y1 = -0.0825x 2 - 0.1885x + 5.0875
r = 0.7313

1.00
0.00
100 %KL

80% KL

60% KL

40% KL

Cekaman Kekeringan

Gambar 6. Grafik Hubungan cekaman kekeringan dengan MVA


terhadap jumlah cabang produktif
Dari gambar 6 dapat dilihat bahwa jumlah cabang produktif menunjukkan
grafik hubungan kuadratik yang nyata pada beberapa MVA yang diuji, yang tidak
memberikan pengaruh yang sama pada setiap MVA. Semakin menurun defisit air
yang diberikan ke tanaman, semakin sedikit pula cabang yang dihasilkan, 40% KL
menurunkan jumlah cabang produktif pada setiap MVAnya.
Jumlah Ginofor Hampa (Buah)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari jumlah ginofor hampa dapat
dilihat pada lampiran 37 dan 38. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa perlakuan
cekaman kekeringan, MVA dan interaksi antara cekaman kekeringan dan MVA
tidak berbeda nyata terhadap parameter jumlah ginofor hampa.
Data jumlah ginofor hampa pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA dapat dilihat pada tabel 14.

Tabel 14. Rataan jumlah ginofor hampa pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

68

Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
5.50
4.50
5.33
5.50
5.21

MVA
M2
9.50
7.00
5.83
4.83
6.79

M3
8.83
7.17
5.17
4.83
6.50

Rataan
7.94
6.22
5.44
5.06

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 14 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum


berpengaruh nyata terhadap parameter jumlah ginofor hampa, dimana jumlah
ginofor hampa yang paling banyak terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan
C1 (7.94 buah) dan yang paling sedikit terdapat pada perlakuan cekaman
kekeringan C4 (5.06 buah), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.
Dari tabel 14 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA belum berbeda nyata
terhadap parameter jumlah ginofor hampa, dimana jumlah ginofor hampa yang
paling banyak terdapat pada MVA M2 (6.79 buah) dan yang paling sedikit
terdapat pada MVA M1 (5.21 buah), tetapi berdasarkan analisis statistik tidak
berbeda.
Bobot Kering 100 Biji (g)
Dari hasil pengamatan dan sidik ragam dari bobot kering 100 biji dapat
dilihat pada lampiran 39 s/d 41. Dari sidik ragam dapat dilihat bahwa MVA
berbeda nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji, sedangkan perlakuan
cekaman kekeringan dan interaksi antara cekaman kekeringan dan MVA tidak
berbeda nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

69

Data bobot kering 100 biji pada perlakuan cekaman kekeringan dan MVA
dapat dilihat pada tabel 15.
Tabel 15. Rataan bobot kering 100 biji pada perlakuan cekaman kekeringan dan
MVA.
Cekaman
C1(100% KL)
C2(80% KL)
C3(60% KL)
C4(40% KL)
Rataan

M1
24.52
31.34
26.13
25.55
26.88 a

MVA
M2
15.27
18.52
17.08
18.53
17.35 b

M3
5.83
8.33
3.33
3.33
5.21 c

Rataan
15.21
19.39
15.52
15.81

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan berbeda tidak nyata menurut Uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
pada taraf 5 %

Dari tabel 15 dapat dilihat bahwa perlakuan cekaman kekeringan belum


berpengaruh nyata terhadap parameter bobot kering 100 biji, dimana bobot kering
100 biji yang paling banyak terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C2
(19.39 g) dan terkecil terdapat pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (15.21 g),
tetapi berdasarkan analisis statistik tidak berbeda.
Dari tabel 15 selanjutnya dapat dilihat bahwa MVA berbeda nyata
terhadap parameter bobot kering 100 biji, dimana bobot kering 100 biji terbesar
terdapat pada MVA M1 (26.89 g) dan terkecil terdapat pada MVA M3 (5.21 g).
Perbedaan bobot kering 100 biji dari ke tiga MVA dapat dilihat pada
gambar 7.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

Bobot Kering 100 Biji (g)

70

30

26.89

25
17.35

20
15
10

5.21

5
0
V1

V2

V3

Varietas

Gambar7. Histogram bobot kering 100 biji dengan MVA


Dari gambar 7 dapat dilihat bahwa bobot kering 100 biji pada M1 paling
banyak dibandingkan dengan M2 dan M3 dimana M1 sebesar 26.89 g dan M2
sebesar 17.35 g dan M3 sebesar 5.21 g.

Hubungan Nilai Korelasi dari Beberapa Peubah Amatan

Dari hasil analisis korelasi dapat dilihat pada lampiran 43 s/d 46. Pada
perlakuan cekaman kekeringan C1 (100% KL) menunjukkan bahwa terdapat
korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (N) dengan umur berbunga (r = 0,88),
korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (P) dengan kadar unsur hara (K)
(r = 0,96), serta korelasi yang nyata juga ditunjukkan pada kadar unsur hara (K)
dengan luas daun (r = 0,93), bobot kering tajuk (r = 0,92) dan jumlah ginofor
hampa (r = 0,77). Selanjutnya korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan
C2 (80% KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara kadar
unsur hara (N) dengan kadar unsur hara (K) (r = 0,81), korelasi yang nyata antara
kadar unsur hara (P) dengan jumlah cabang produktif (r = 0,92) dan jumlah
ginofor hampa (r = 0,84) serta korelasi yang nyata juga ditunjukkan pada kadar
unsur hara (K) dengan luas daun (r = 0,82), bobot kering tajuk (r = 0,83) dan
nisbah bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk

(r = 0,82). Korelasi pada

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

71

perlakuan cekaman kekeringan C3 (60% KL) menunjukkan bahwa terdapat


korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (N) dengan umur berbunga (r = 0,82),
luas daun (r = 0,88), korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (P) dengan bobot
kering akar (r = 0,77) dan jumlah cabang produktif (r = 0,99), serta korelasi yang
nyata juga ditunjukkan pada kadar unsur hara (K) dengan bobot kering akar
(r = 0,79), bobot kering tajuk (r = 0,96) dan nisbah bobot kering akar terhadap
bobot kering tajuk (r = 0,87). Korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C4
(40% KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara kadar unsur
hara (P) dengan jumlah cabang produktif (r = 0,88) dan jumlah ginofor hampa
(r = 0,88) korelasi yang nyata antara kadar unsur hara (K) dengan luas daun
(r = 0,99), bobot kering akar (r = 0,91) dan bobot kering tajuk (r = 0,97). Hal ini
menunjukkan adanya hubungan antara cekaman kekeringan dengan kadar unsur
hara yang memperngaruhi pertumbuhan baik daun, jumlah ginofor, akar maupun
tajuknya sebagai suatu mekanisme toleransi. Dimana kandungan air tanah sangat
mempengaruhi transpor hara ke permukaan akar dengan cara mempengaruhi laju
difusi dan aliran massa air ke akar. Harjadi dan Yahya (1988) melaporkan bahwa
kebutuhan air yang tersedia dalam tanaman dan tanah bagi pertumbuhan dan
transpor hara menyebabkan keduanya berhubungan erat. Kandungan hara yang
paling nyata dipengaruhi oleh kandungan air tanah adalah nitrat, kadang-kadang
juga sulfat. Kandungan air tanah mempengaruhi transpor hara ke permukaan akar
dengan cara mempengaruhi laju difusi dan aliran massa air ke akar. Hapsoh
(2003) dalam penelitiannya juga melaporkan produksi senyawa secara berlebihan
dapat menghasilkan peningkatan toleransi terhadap cekaman kekeringan pada
tanaman.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

72

Dari hasil analisis korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (100%


KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara panjang akar dengan
luas daun (r = 0,93). Korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C4 (40% KL)
menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antara panjang akar dengan luas
daun (r = 0,83). Hal ini menunjukkan adanya hubungan panjang akar dengan luas
daun

yang

saling

mempengaruhi

dengan

menginokulasi

MMA

dapat

mempengaruhi sistem perakaran, memelihara membukanya stomata daun dan


transpirasi. Hapsoh (2003) dalam penelitiannya melaporkan bahwa tanaman yang
bersimbiosis dengan MMA dapat meningkatkan sistem perakaran, memperbaiki
potensial air daun dan turgor, memelihara membukanya stomata daun dan
transpirasi. Nurhayati (2007) juga melaporkan bahwa mekanisme toleransi
terhadap cekaman kekeringan yang mengalami defisit air yang parah di tunjukkan
dengan mampu meningkatkan sistem perakaran dan penurunan permukaan
eMapotranspirasi melalui penyempitan daun dan pengguguran daun. Fitter dan
Hay (1991) mengatakan bahwa rasio akar : pucuk tidak secara khusus berguna
dalam membandingkan yang rinci atas hubungan air dari spesies yang berbeda
pada tempat yang sama.
Rasio: panjang (atau luas permukaan) akar yang dapat mengabsorbsi
Luas transpirasi daun
Yang menunjukkan adanya keterkaitan hubungan antara panjang akar dengan luas
daun.
Dari hasil analisis korelasi pada perlakuan cekaman kekeringan C1 (100%
KL) menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang nyata antar bobot kering akar
dengan bobot kering tajuk (r = 0,85) dan jumlah ginofor hampa (r = 0,77).
Korelasi yang nyata pada perlakuan cekaman kekringan C2 (80% KL)
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

73

menunjukkan bahwa (r = 0,94). Korelasi yang nyata antara bobot kering tajuk
dengan nisbah bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (r = 0,87). Korelasi
yang nyata juga ditunjukkan pada perlakuan C3 (60% KL) antara bobot kering
akar dengan bobot kering tajuk (r = 0,92) dan nisbah bobot kering akar terhadap
bobot kering tajuk (r = 0,91), korelasi yang nyata antara bobot kering tajuk
dengan nisbah bobot kering akar terhadap bobot kering tajuk (r = 0,92). Dan
korelasi yang nyata juga ditunjukkan pada perlakuan C4 (40% KL) antara bobot
kering akar dengan bobot kering tajuk (r = 0,94), nisbah bobot kering akar
terhadap bobot kering tajuk (r = 0,77) dan jumlah cabang produktif (r = 0,87). Hal
ini menunjukkan bahwa akar dan tajuk sangat mempengaruhi dalam pertumbuhan
dan diikuti dengan jumlah ginofor hampa serta cabang produksi. Kebutuhan air
yang tidak terpenuhi mampu menurunkan atau menghambat aktiMitas atau bagian
tertentu, cekaman kekeringan nyata menurunkan bobot kering akar serta tajuk
yang disebabkan karena kurangnya defisit air ke dalam tanaman. Sufianto (2004)
dalam penelitiannya melaporkan bahwa fungsi air bagi tanaman memegang
peranan penting dalam aktiMitas tanaman. Jika kebutuhan air terpenuhi maka
aktiMitas tanaman dapat maksimal, namun kebutuhan air tidak terpenuhi maka
menurunkan atau menghambat aktiMitas atau bagian tertentu.

Pembahasan

Pengaruh Cekaman Kekeringan terhadap Morfofisiologi Kakao


Dari hasil analisa secara statistik diketahui bahwa cekaman kekeringan
berpengaruh nyata terhadap diameter batang 6 MST, 7 MST dan 8 MST, panjang

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

74

akar, luas daun, Bobot Kering Akar, Bobot Kering tajuk dan jumlah cabang
produktif.
Penelitian yang dilakukan dirumah kaca juga membawa dampak terhadap
pertumbuhan tanaman salah satunya distribusi cahaya yang berbeda antar ruang
tengah dengan ruang sepanjang dinding rumah kaca. Sitompul dan Guritno (1995)
melaporkan bahwa dalam rumah kaca distribusi cahaya cukup berbeda yang
membuat perbedaan pertumbuhan tanaman.
Dari hasil penelitian menunjukkan diameter batang semakin menurun
dengan menurunnya cekaman lengas tanah. Dalam keadaan 80% KL pertumbuhan
diameter batang tidak banyak menunjukkan penurunan tetapi pada keadaan 40%
KL penurunan terjadi drastis dengan menurunnya defisit air ke dalam tanaman.
Hal ini disebabkan karena tanaman yang menderita cekaman air akan mempunyai
ukuran yang lebih kecil dibandingkan tanaman yang tumbuh normal. Islami dan
Utomo (1995) menyatakan bahwa tanaman yang menderita cekaman air secara
umum mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh normal.
Dari

hasil

penelitian

menunjukkan

bahwa

cekaman

kekeringan

memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap respon fisiologi dimana pada


kondisi 80% KL meningkatkan kadar unsur hara N, sedangkan pada P daun
memberikan pengaruh yang berbeda-beda terhadap setiap cekaman, tetapi pada
kadar unsur hara K terjadi penurunan dari 1,47 % dalam kondisi 100% KL
menurun menjadi 0,81% dalam kondisi 40% KL. Hal ini dikerenakan cekaman air
dapat menyebabkan terjadinya perubahan proses biokimia dan fisiologi dalam sel
tanaman, kekeringan juga mengurangi pertumbuhan dan jelas bahwa kandungan
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

75

hara total juga menurun. Harjadi dan Yahya (1988) melaporkan bahwa penurunan
suplai air mengakibatkan penurunan yang nyata pada konsentrasi K dan pengaruh
yang berMariasi untuk konsentrasi P. Fitter dan Hay (1991) juga melaporkan
bahwa kehilangan air sel yang serius disertai dengan perobekan (desrupsi) seluruh
alur metabolisme utama / terutama metabolisme karbohidrat dan metabolisme
nitrogen diduga karena perubahan dalam jumlah air yang diikat pada permukaan
hidropilik
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa 100% KL lebih cepat proses
pembungaannya dibanding dengan 40% KL. Hal ini dikarenakan peranan air
sangat mempengaruhi dalam proses pembungaan yaitu mempercepat munculnya
bunga walaupun secara analisis statistik tidak berbeda. Sufianto (2004) dalam
penelitiannya melaporkan peranan air sangat mempengaruhi dalam proses
pembungaan yaitu dapat mempercepat munculnya bunga. Pemberian air perhari
lebih cepat membantu pembungaan ketimbang pemberian air yang diberikan
setengah atau sepertiga dari kebutuhan setiap harinya.
Hasil

penelitian

menunjukkan

panjang

akar

berkurang

dengan

meningkatnya cekaman kekeringan C4 (33,49 cm) memiliki panjang akar yang


lebih rendah dibandingkan dengan C1 (39,05 cm). Hal ini diduga karena kondisi
tanah andisol yang mempunyai kemampuan besar dalam menahan air akibatnya
laju perpanjangan akar tidak begitu besar, cekaman kekeringan dapat mengganggu
permeabilitas membran-membran sel akar yang menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan tanaman terutama bagian perakaran tanaman. Herawati dan
Setiamihardja (2000) mengatakan bahwa tanaman yang mengalami cekaman
mempunyai akar lateral bergaris tengah sama dengan akar primer berkembang
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

76

lebar kearah apical meristem akar primer bercabang dekat ujungnya dan
seterusnya akar sekunder akan bercabang juga dekat ujungnya dan seterusnya
percabangan akan selalu terjadi di dekat ujung akar dengan panjang akar yang
semakin berkurang dan semakin gemuk cekaman juga mengganggu permeabilitas
membran-membran sel akar yang mengganggu sintesis protein sehingga fungsi
akar rusak dan tidak efisien dalam penyerapan air dan unsur hara.
Hasil penelitian menunjukkan luas daun nyata menurun dengan
menurunnya cekaman lengas. Bila terjadi cekaman lengas seringkali terjadi
penurunan ukuran sel Molume dan luas daun yang biasanya akan mengurangi
kehilangan air dan menunda permukaan kekurangan air yang lebih berat,
penurunan ukuran sel menyebabkan tekanan hidrostatik dan tekanan turgor juga
ikut menurun. Cekaman kekeringan ini sangat mempengaruhi tekanan turgor yang
menyebabkan luas daun lebih kecil dari ukuran normalnya. Taiz dan Zeiger
(1991) melaporkan respon tercepat terhadap munculnya cekaman ditandai dengan
keadaan fisik dari tumbuhan dari pada perubahan kimianya. Pengurangan Molume
sel menyebabkan tekanan hidrostatik menurun dan tekanan turgor juga menurun.
Membran plasma menjadi menyempit dan lebih tertekan, daunnya lebih mengecil
dari sebelumnya karena telah kehilangan tekanan yang punya pengaruh terhadap
penurunan cekaman air. Herawati dan Setiamihardja (2000) juga melaporkan
setelah terjadi cekaman pada umumnya terjadi percepatan pertumbuhan, akan
tetapi ukuran daun lebih kecil dibandingkan dengan daun tanaman yang ada dalam
keadaan normal.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan terhadap Bobot kering akar dan
Bobot kering tajuk. Pada perlakuan cekaman 60% KL Bobot kering akar
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

77

meningkat sebesar 2,78 g dan terjadi penurunan pada cekaman 40% KL sebesar
1,52 g. Begitu juga halnya yang terjadi pad Bobot kering tajuk, terjadi penurunan
dari 9,49 g menjadi 5,48 g pada cekaman kekeringan 40% KL cekaman
kekeringan nyata menurunkan bobot kering tanaman. Hal ini disebabkan karena
keterbatasan air merupakan salah satu faktor dalam proses fotosintesis pada
jaringan tanaman yang akan mengurangi tingkat kecepatan pertumbuhan yang
pada dasarnya dengan pemberian cekaman kekeringan dapat menurunkan berat
kering. Barus dan Yusuf (2004) melaporkan dalam penelitiannya bahwa pengaruh
lamanya waktu penyiraman menunjukkan pengurangan yang nyata terhadap berat
kering tanaman. Semakin lama waktu penyiraman semakin tingi pengurangan
berat kering tanaman, lamanya waktu penyiraman secara nyata menurunkan berat
kering dan total serapan N pada tanaman Kakao. Hal ini disebabkan keterbatasan
air sebagai salah satu faktor dalam proses fotosintesis serta metabolisme pada
jaringan tanaman akan mengurangi tingkat kecepatan pertumbuhan.
Hasil penelitian menunjukkan penurunan terhadap jumlah cabang
produktif dalam kondisi 100% KL dan 60% KL ( 5 cabang) mempunyai cabang
yang lebih banyak dari pada 40% KL disini telah terjadi penurunan menjadi
(3,11 cabang). Hal ini dikarenakan dengan adanya penurunan suplai air yang
diberikan ke tanaman mempengaruhi morfologi tanaman, yaitu perkembangan
tanaman menjadi terhambat. Herawati dan Setiamihardja (2000) melaporkan
metabolisme tanaman terhadap cekaman air adalah terjadinya perubahan
morfologi dan fisiologi tanaman.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

78

Pengaruh MVA Terhadap Morfofisiologi Kakao

Dari hasil analisa statistik diketahui bahwa MVA berbeda nyata terhadap
bobot kering tajuk dan bobot kering 100 biji, dimana bobot kering tajuk paling
banyak terdapat pada MVA macan (M3) dan bobot kering 100 biji yang paling
banyak terdapat pada MVA Singa (M1). Hal ini menunjukkan bahwa setiap
tanaman mempunyai keragaman pertumbuhan, yang diekspresikan pada berbagai
sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman, seperti yang
dikemukakan oleh Sitompul dan Guritno (1995) bahwa perbedaan MVA
merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Karena
faktor genetik yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang
mencakup

bentuk

dan

fungsi tanaman

yang

menghasilkan keragaman

pertumbuhan tanaman.
MVA M1 termasuk MVA yang paling banyak menghasilkan produksi di
dalam komponen hasil (bobot kering 100 biji). Dibandingkan dengan MVA
MVA lainnya M1 adalah MVA yang menunjukkan MVA yang paling tahan
terhadap cekaman kekeringan. Seperti yang dikemukakan oleh peneliti
sebelumnya yaitu Arief Harsono, Tohari, D. Indradewa dan T. Adisarwanto
(2003) mengemukakan bahwa berdasarkan dari beberapa genotipe Kakao yang
diteliti ternyata genotipe singa menunjukkan genotipe yang paling tahan terhadap
cekaman kekeringan tetapi dibawah 60% kapasitas lapang ketahanan antara
genotipe tidak berbeda. Hal ini telah jelas terlihat pada deskripsi tanaman yang
menunjukkan bahwa MVA singa lebih tahan terhadap cekaman kekeringan
dibandingkan dengan MVA gajah dan MVA macan.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

79

Interaksi antara Cekaman Kekeringan dan MVA Terhadap Morfofisiologis


Kakao.

Dari hasil analisis secara statistik bahwa interaksi antara cekaman


kekeringan dengan MVA Kakao tidak berpengaruh nyata terhadap semua
parameter yang diamati, artinya setiap MVA memiliki pengaruh yang sama
terhadap beberapa tingkat cekaman kekeringan.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa interaksi antara cekaman kekeringan
dengan MVA, kadar unsur hara N tertinggi terdapat pada C4M3 (5.12%), pada
kadar unsur hara P interaksi cekaman kekeringan dengan MVA mempunyai
pengaruh yang berMariasi sedangkan pada kadar unsur hara K interaksi antara
cekaman kekeringan dengan MVA tertinggi terdapat pada C1M3 (1.87%),
berdasarkan hasil yang diperoleh bahwa MVA macan (M3) mempunyai pengaruh
terhadap kadar unsur hara N, P, K. Diduga akibat penampilan tanaman yang
diekspresikan melalui proses biokimia dan fisiologi.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa kadar unsur hara N meningkat
dengan peningkatan tegangan lengas tanah dalam hal ini 40% kapasitas lapang.
Kita dapat meningkatkan kadar N dalam tanaman dengan memberikan perlakuan
cekaman kekeringan.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

80

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Semakin berat cekaman kekeringan mempengaruhi respon morfofisiologi


Kakao yang ditunjukkan dengan semakin menurunnya diameter batang,
panjang akar, luas daun, bobot kering akar, bobot kering tajuk dan jumlah
cabang produktif.
2. MVA M1 (singa) menunjukkan MVA yang tahan terhadap cekaman
kekeringan dibandingkan M2 (gajah) dan M3 (macan) terhadap
morfofisiologi Kakao yang dilihat dari bobot kering tajuk dan bobot kering
100 biji.
3. Interaksi antar cekaman kekeringan dan MVA tidak berbeda nyata
terhadap semua parameter.
4. Hubungan korelasi antar peubah amatan pada kondisi 100% KL kadar K
daun mempengaruhi luas daun, Bobot kering tajuk dan jumlah ginofor
hampa (r= 0,93; 0,92; dan 0,77) dan 80% KL kadar P daun mempengaruhi
jumlah cabang produktif (r=0,92), pada kondisi 60% KL kadar P daun
memperngaruhi jumlah cabang produktif dan 40% KL kadar K daun
mempengaruhi luas daun (r=0,99).

Saran

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

81

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengeMaluasi sifat MVA


dan respon morfofisiologi yang diteliti dalam penelitian ini di lapangan pada
musim kering.

DAFTAR PUSTAKA

Asiamaya., 2000. AMailable


tsnsh.htm.[23 Mei 2007].

at:

http://www.asiamaya.com/nutrients/kcng

Anwar, N. 1990. Metode Analisis Tanaman, Tanah dan Mineral. Pusat penelitian
Perkebunan (RISPA) Medan.
Bangun, M.K. 1991. Rancangan Percobaan. Bagian I. Fakultas Pertanian,
UniMersitas Sumatera Utara, Medan. Hal 24
Barus, H dan R. Yusuf., 2004. Pengaruh Cekaman Kekeringan Terhadap
Pertumbuhan dan Serapan pada Berbagai Kombinasi MVA Kakao Dengan
Strain Rhizobium. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Agroland Mol. 11 No.3.
UniMersitas Tadulako, Palu.
Deptan, 2006. Budidaya Kakao Tanpa Olah Tanah, AMailable at:
http://www.deptan.go.id/teknologi/tp/tkctanah1.htm [22 Februari 2007]
page 1
Fitter, A. H dan R.K.M Hay. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. UGM-Press,
Yogyakarta. Hal 178-181.
Goldsworthy, P.R and N.M. Fisher. 1996. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik,
Diterjemahkan oleh Tohari. Gajah Mada UniMersity Press, Yogyakarta.
Hal 594-627.
Hapsoh. 2003. Kompatibilitas MMA dan Beberapa Genotipe Kakao pada
Berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol: Tanggap
Morfofisiologi dan Hasil (Disertasi). Program Pasca Sarjana, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Harjadi, S. S dan S Yahya. 1988. Fisiologi Stress Lingkungan. PAU Bioteknologi
IPB, Bogor
Harsono, A., Tohari. D. Indradewa dan T. Adisarwanto. 2003. Ketahanan dan
AktiMitas Fisiologi Genotipe Kakao pada Cekaman Kekeringan.
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

82

AMailable at: http://agrisci.ugm.ac.id/Mol10_2/6_Harsono_kcngtnh.pdf.


[6 Februari 2007]. page 51 of 62.
Herawati, T dan R. Setiamihardja, 2000. Diktat Kuliah Pemuliaan Tanaman
Lanjutan. Program Pengembangan Kemampuan Peneliti Tingkat S1 non
pemuliaan dan ilmu dan teknologi pemuliaan. Fakultas Pertanian
UniMersitas Padjajaran, Bandung.
http://id.wikipedia.org/wiki/kacang tanah.[22 Februari 2007] page 1
http://www.pustaka-deptan.go.id/agritech/bali 0201.pdf.[6 Februari 2007] Page 1
http://id.wikipedia.org/wiki/kacang . [22 Februari 2007] page 1
http://warintek.bantul.go.id/web.php?mod=basisdata&kat=1&sub=2&file=35.
[ 23 Februari 2007] page 1
Islami, T dan W. H Utomo., 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press, Semarang.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama di Indonesia. Karakteristik, Klasifikasi dan
Pemanfaatannya. Cet-1. Pustaka jaya, Jakarta.
Nurhayati, 2007. Seleksi dan mekanisme toleransi tanaman tembakau ( Nicotiana
tabacum L.) terhadap kekeringan (Disertasi). Program Pasca Sarjana.
UniMersitas Sumatera Utara, Medan
Pangaribuan, N. 1999. Hardening Dalam Upaya Mengatasi Efek Tanah Salin pada
Tanaman Bayam, www.utlab.ut.ac.id.
Rao, N. S. S. 1994. Mikroorganisme Tanah dan Pertumbuhan Tanaman. Edisi
Kedua. UI-Press. Jakarta. Hal 303-307.
Rao A.M, Tak R. 2001 dalam Hapsoh. 2003. Kompatibilitas MMA dan Beberapa
genotip Kakao Pada berbagai Tingkat Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol:
Tanggap Morfofisiologi dan Hasil. Sekolah Pascasarjana IPB-Bogor, Hal
10
Rosmarkam, A dan N. W Yuwono. 2002. Ilmu Kesuburan tanah. Kanisius.
Yogyakarta. Hal 31-35
Rubatzky, M.E dan M. Yamaguchi. 1998. Sayuran Dunia. Prinsip, Produksi dan
Gizi. Jilid kedua. ITB-Bandung, Bandung. Hal 256
Ruiz-Lazano J.M, Azcon R. Gomez. M. 1995 dalam Hapsoh 2003.
Kompatibilitas MMA dan Beberapa genotip Kakao Pada berbagai Tingkat
Cekaman Kekeringan Tanah Ultisol: Tanggap Morfofisiologi dan Hasil.
Sekolah Pascasarjana IPB-Bogor, Hal 64
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

83

Salisbury, F.B and C.W Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan. Jilid 2. Terjemahan
Diah R Lukman dan Sumaryono. ITB-Press, Bandung. Hal 293-295
Sitompul, S.M dan B. Guritno., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah
Mada UniMersity Press, Yogyakarta.
Splittstoesser, W.E. 1984. Megetable Growing Hanbook. Second Edition.
Published by Mon Nostrand Reinhold Company. New York. Page 248 of
249
Sufianto, 2004. Kajian Cekaman Air dan Jumlah Ginophore Kakao (Arachis
hypogaea L.). Tropika. Jurnal Penelitian Pertanian Mol.12 No.2.
UniMersitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Sugiharto, B., U. Murdiyatmo dan H. Sakakibara, 2002. Kloning dan
Karakteristik Gen Ketahanan Cekaman Kekeringan pada Tanaman Tebu,
Jurnal
Ilmu
Dasar,
Mol.3
No.1,
2002:
24-29.
http://www.google.com/search?q=cache:btNj-wImwUJ:www.unej.ac.id/facultas/mipa/Mol3.no1/bambang3.pdf+cekaman+K
ekeringan&hI&GI=id&ct=cInk&cd=1.
Taiz L. Zeiger E. 1991. Plant Physiologi. California The Benjamin/cumming
Publishing Company.
Tan dan Schuylenborgh. 1961. The andosols in Indonesia, FAO Report no. 14:
30-35
Weiss, E. A. 1983. Oil Seed Crops. Longman Inc. New York. USA. Page 10 of
113
Wynne, J.D., D.A. Emery. 1973. Photoperiodic Responses of Peanuts Crop Sci.,
13: page 511 of 514.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

84

Lampiran 1. Bagan Penelitian

C1M
1

C1M
3

C1M
2

C1M
3

C1M
2

C1M
1

C2M
3

C2M
1

C2M
3

C1M
1

C2M
2

C2M
3

C2M
2

C1M
2

C1M
3

C2M
1

C2M
2

C2M
1

C3M
3

C3M
1

C3M
2

C4M
3

C4M
2

C4M
1

C3M
1

C3M
2

C3M
3

C4M
3

C4M
1

C4M
2

C3M
2

C3M
1

C3M
3

C4M
2

C4M
1

C4M
3

Keterangan:
a= jarak antar main plot 50cm

b= jarak antar ulangan 30cm


Bagan tanaman satu plot
70cm
30cm
50cm

S
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

85

Polybag (setiap 1 polybag berisi 1 tanaman sampel)

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

86

Lampiran 3. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Singa

Nomor induk
Asal

: 1227
: seleksi massa dan dari MVA lokal asal
Peru, Introduksi dari ICRISAT, India
dengan nama ICG 1697

Nomor galur

: GH-1697

Umur mulai berbunga

: 28-31hari

Umur masak

: 90-95 hari

Bentuk tanaman

: tegak

Warna batang

: hijau

Warna daun

: hijau

Warna bunga

: kuning

Warna ginofora

: hijau

Warna kulit biji

: rose (merah muda)

Konstruksi polong

: tidak berpinggang

Lukisan jaring

: jelas

Jumlah polong/tanaman

: 15-20

Jumlah biji/polong

: 3-4

Bentuk biji

: persegi

Bobot 1000 polong

: 35-40 g

Kadar lemak

: 43%

Kadar protein

: 21,5%

Hasil

: 1,0-5,4 ton/ha

Rata-rata hasil

: 2,6 ton polong/ha

Ketahanan terhadap penyakit

:tahan terhadap penyakit layu, toleran


terhadap penyakit karat dan bercak daun

Keterangan

: toleran terhadap kekeringan, hasil stabil


dan dapat beradaptasi luas.

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

87

(Sumber: Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1990)

Lampiran 4. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Gajah

Asal

: pesilangan antara No.21 dan No. 111

Batang

:berdiri tegak, berwarna hijau muda, berbulu


putih

Daun

: berwarna hijau muda, berbulu putih

Warna bunga

: kuning

Warna ginofora

: ungu/keunguan

Warna kulit biji

: rose (merah muda)

Konstruksi polong

: sedikit dengkeng (wennigingesnoerd),


berurat agak kasar, dan pelatuk kurang jelas

Ketahanan terhadap penyakit

:tahan terhadap penyakit layu (Pseudomonas


solanacearum)

Umur berbunga

: 30 hari

Umur panen

: 100-110 hari

Bobot 1000 biji

: 537 g

% polong kering

: 60-70%

Kadar lemak

: 48%

Kadar protein

: 29%

Hasil

: 12-18 kw polong kering/ha

(Sumber: Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1990)

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

88

Lampiran 5. Deskripsi Tanaman Kakao MVA Macan

Nomor silsilah

: 62

Asal

: persilangan antara No.21 dan No. 111

Batang

: berdiri tegak, berwarna hijau muda,


berbulu putih

Daun

: berwarna hijau muda, berbulu putih

Warna bunga

: kuning

Warna ginofora

: hijau

Warna kulit biji

: rose (merah muda)

Konstruksi polong

: sedikit dengkeng (wennigingesnoerd),


berurat agak kasar, dan pelatuk kurang jelas

Ketahanan terhadap penyakit

:tahan terhadap penyakit layu (Pseudomonas


solanacearum)

Umur berbunga

: 30 hari

Umur panen

: 100-110 hari

Bobot 1000 biji

: 462 g

% polong kering

: 60-70%

Kadar lemak

: 47%

Kadar protein

: 30%

Hasil

: 12-18 kw polong kering/ha

Tahun dilepas

: 1940

Keterangan

: Rentan terhadap cekaman kekeringan

(Sumber: Ditjen Pertanian Tanaman Pangan, 1990)

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

89

Lampiran 6. Prosedur Analisis Unsur Hara N, P, K pada Daun

Menurut Anwar (1990), metode analisis N, P, dan K daun menggunakan


metode Destruksi Basah dapat dilakukan seperti keterangan sebagai berikut:
Penetapan N:
Dipipet 20 ml filtrat (4), dimasukkan kedalam tabung destilasi, ditambah 3 tetes
indikator tabung destilasi, di tambah 3 tetes indikator PP 1 % dan 1 ml NaOH
50%. Destilat di tampung dengan 5 ml larutan H3BO3 3 % diencerkan dengan
25 ml air destilasi. Destilasi dilakukan selama 15 menit. Destilat di titrasi
dengan HCl 0,01 N sehingga warna larutan menjadi merah jambu. Dilakukan juga
penetapan blanko.
Perhitungan:
% N = ml titrasi (contoh-blanko) x N HCl x 5 x 14 x 100
Berat contoh 105 oC x 1000
% N Dihitung 2 desimal
N HCl ditetapkan dengan larutan baku natrium borak 0,01 N
Penetapan P :
Dipipet 1 ml filtrat (4), blanko serta larutan seri standar (0-8 ppm P) ke
dalam botol gelas 30 ml atau tabung reaksi. Di tambah 5 ml air destilasi, 1 ml
larutan campuran, di kocok homogen. Tunggu 15 menit. Kemudian di baca

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

90

absorbance seri standar P, blanko dan contoh pada spectrofotometer menggunakan


panjang gelombang 700 nm. Warna akan stabil selama 5 jam.
Perhitungan:
Di buat kurMa standar P atas kertas mm, kepekatan P (0-8 ppm P) sebagai
absis dan absorbance sebagai ordinat. Kepekatan P contoh di baca pada kurMa
(grafik)
% P = P grafik x 0,01
Berat contoh 105 oC
% P di hitung 2 desimal
penetapan K :
dipipet larutan blanko dan filtrat contoh masing-masing 20 ml kedalam
botol plastik. Di tambah 1 ml larutan 4000 ppm La dan dikocok serba sama.
Kemudian

dibaca

absorbance

dengan

alat

Atomic

Absorption

Spectrofotometer dan larutan seri standar (0-20 ppm K) sebagai pembanding.


Perhitungan:
Dibuat grafik kurMa standar K atas kertas mm, kepekatan seri standar K
sebagai absis dan absorbance sebagai ordinat. Kepekatan K contoh dapat di
baca pada grafik.
%K=

K grafik x 0,01
Berat contoh 105 oC
% K dihitung 2 desimal

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

91

Lampiran 7. Model Sidik Ragam Rancangan Petak Terpisah (RPT) pola


Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial.
SK

db

Cekaman(C)
Error (a)
MVA (M)
Interaksi C x M
Error (b)

Total

a-1= 3
a(r-1)= 8
b-1= 2
(a-1)(b-1)= 6
a(b-1)(r-1)= 16

abr 1=35

Kriteria uji : Fhit

JK

KT

JK(C)
JKEa
JK(M)
JK(CxM)
JKEb

KT(C)
KTEa
KT(M)
KTCM
KTEb

JKTotal

< F.05

tidak nyata

> F.05

nyata ( * )

Fh

F.05

F(C) = KTC/KTE(a) 4.07


F(M) = KTc/KTE(a) 3.63
FCM = KTcM/KTE(a) 2.74
-

Jika data yang diperoleh berbeda nyata maka dilanjutkan dengan Uji Beda
Nyata Terkecil ( BNT ) pada taraf 5 % (Bangun, 1991).

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

92

Lampiran 8. Data Pengamatan Diameter Batang 5 MST (mm)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total
I
II
III
3.20
3.23
3.90
10.33
C1
M1
3.05
3.98
3.65
10.68
M2
3.20
3.30
4.38
10.88
M3
3.55
3.18
3.08
9.81
C2
M1
3.30
3.55
3.15
10.00
M2
3.10
3.25
3.55
9.90
M3
3.25
2.63
2.58
8.46
C3
M1
3.65
3.75
3.25
10.65
M2
3.08
3.75
3.15
9.98
M3
3.08
3.18
3.33
9.59
C4
M1
3.18
3.25
3.18
9.61
M2
3.05
3.18
3.18
9.41
M3
38.69
40.23
40.38
119.30
Total
3.22
3.35
3.37
Rataan
Lampiran 9. Sidik ragam diameter batang 5 MST
SK
db
JK
KT
3
0.70
0.23
Cekaman (C)
8
1.18
0.15
Galat (a)
2
0.34
0.17
MVA (M)
6
0.57
0.09
CxM
16
1.48
0.09
Galat (b)
35
4.26
Total
Ket
* : Nyata
KK (a)
KK (b)

=
=

Fhit
1.58
1.81
1.03
-

tn
tn
tn

Rataan

3.44
3.56
3.63
3.27
3.33
3.30
2.82
3.55
3.33
3.20
3.20
3.14
3.31

F.05
4.07
3.63
2.74
-

11.7%
9.1%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

93

Lampiran 10. Data Pengamatan Diameter Batang 6 MST (mm)


Cekaman
MVA
ulangan
Total
I
II
III
3.20
3.35
3.15
9.70
C1
M1
3.13
3.15
3.23
9.50
M2
3.05
2.73
3.20
8.98
M3
3.13
2.80
3.05
8.98
C2
M1
2.70
3.05
3.08
8.83
M2
2.63
2.75
3.08
8.45
M3
2.78
2.25
2.60
7.63
C3
M1
3.23
3.05
2.75
9.03
M2
2.78
2.18
3.35
8.30
M3
2.125
2.275
2.15
6.55
C4
M1
2.775
2.25
3.375
8.4
M2
2.85
2.125
2.20
7.175
M3
34.35
31.95
35.20
101.50
Total
2.86
2.66
2.93
Rataan

Lampiran 11. Sidik ragam diameter batang 6 MST


SK
db
JK
KT
Fhit
3
2.15
0.72
21.22
Cekaman (C)
8
0.27
0.03
Galat (a)
2
0.46
0.23
1.80
MVA (M)
6
0.60
0.10
0.78
CxM
16
2.04
0.13
Galat (b)
35
5.52
Total
Ket
* : Nyata
KK (a)
KK (b)

=
=

*
tn
tn

Rataan
3.23
3.17
2.99
2.99
2.94
2.82
2.54
3.01
2.77
2.18
2.80
2.39
2.82

F.05
4.07
3.63
2.74
-

6.1%
12.8%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

94

Lampiran 12. Data Pengamatan Diameter Batang 7 MST (mm)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total
I
II
III
3.20
3.15
3.18
9.53
C1
M1
3.28
3.05
3.23
9.55
M2
3.05
2.68
3.25
8.98
M3
3.10
3.33
3.25
9.68
C2
M1
3.18
2.80
3.08
9.05
M2
3.23
2.65
3.10
8.98
M3
3.20
3.38
3.20
9.78
C3
M1
3.08
3.05
3.35
9.48
M2
3.35
3.05
3.10
9.50
M3
2.18
2.65
2.23
7.05
C4
M1
2.65
2.60
3.1
8.35
M2
3.175
2.15
3.25
8.58
M3
36.65
34.53
37.30
108.48
Total
3.05
2.88
3.11
Rataan

Lampiran 13. Sidik ragam diameter batang 7 MST


SK
db
JK
KT
Fhit
3
1.53
0.51
38.28
Cekaman (C)
8
0.11
0.01
Galat (a)
2
0.01
0.004
0.05
MVA (M)
6
0.63
0.11
1.09
CxM
16
1.55
0.10
Galat (b)
35
3.82
Total
Ket :
* : Nyata
KK (a)
KK (b)

=
=

*
tn
tn

Rataan
3.18
3.18
2.99
3.23
3.02
2.99
3.26
3.16
3.17
2.35
2.78
2.86
3.01

F.05
4.07
3.63
2.74
-

3.3%
10.5%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

95

Lampiran 14. Data Pengamatan Diameter Batang 8 MST (mm)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
3.25
3.18
3.18
9.60
3.20
C1
M1
3.20
3.05
3.08
9.33
3.11
M2
3.10
3.10
3.08
9.28
3.09
M3
3.25
3.05
4.18
10.48
3.49
C2
M1
3.23
3.08
3.08
9.38
3.13
M2
3.25
3.25
3.28
9.78
3.26
M3
3.20
3.08
3.23
9.50
3.17
C3
M1
3.10
3.75
3.20
10.05
3.35
M2
3.25
3.30
3.08
9.63
3.21
M3
2.63
3.38
2.80
8.8
2.93
C4
M1
2.18
3.18
3.05
8.4
2.80
M2
3.25
2.58
3.175
9.00
3.00
M3
36.88
37.95
38.38
113.20
Total
3.07
3.16
3.20
3.14
Rataan

Lampiran 15. Sidik ragam diameter batang 8 MST


SK
db
JK
KT
Fhit
3
0.77
0.26
4.48
Cekaman (C)
8
0.46
0.06
Galat (a)
2
0.06
0.03
0.29
MVA (M)
6
0.28
0.05
0.43
CxM
16
1.76
0.11
Galat (b)
35
3.33
Total
Ket :
* : Nyata
KK (a)
KK (b)

=
=

*
tn
tn

F.05
4.07
3.63
2.74
-

7.8%
10.5%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

96

Lampiran 16. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara N (%)


MVA
Cekaman
Rataan
M1
M2
M3
4.03
3.88
4.44
4.12
C1(100% KL)
4.81
4.52
4.89
4.74
C2 (80% KL)
4.73
4.42
4.65
4.60
C3 (60% KL)
4.50
4.13
5.12
4.58
C4 (40% KL)
4.52
4.24
4.78
18.04
Rataan
Lampiran 17. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara P (%)
MVA
Cekaman
Rataan
M1
M2
M3
0.20
0.24
0.19
0.21
C1(100% KL)
0.19
0.24
0.21
0.21
C2 (80% KL)
0.23
0.24
0.22
0.23
C3 (60% KL)
0.19
0.20
0.20
0.20
C4 (40% KL)
0.20
0.23
0.21
0.85
Rataan

Lampiran 18. Data Pengamatan Kadar Unsur Hara K (%)


MVA
Cekaman
Rataan
M1
M2
M3
1.25
1.28
1.87
1.47
C1(100% KL)
1.10
1.29
1.53
1.31
C2 (80% KL)
1.38
1.56
1.18
1.37
C3 (60% KL)
0.88
0.58
0.97
0.81
C4 (40% KL)
1.15
1.18
1.39
4.96
Rataan

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

97

Lampiran 19. Data Pengamatan Umur Berbunga (Hari)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
31.50
28.00
32.00
91.50
30.50
C1
M1
28.00
29.00
28.50
85.50
28.50
M2
27.50
30.50
31.50
89.50
29.83
M3
32.50
29.00
30.50
92.00
30.67
C2
M1
33.50
31.50
29.50
94.50
31.50
M2
35.50
33.50
28.50
97.50
32.50
M3
31.50
33.50
32.00
97.00
32.33
C3
M1
31.00
32.00
34.00
97.00
32.33
M2
34.50
32.00
24.50
91.00
30.33
M3
39.00
28.00
39.00
106.00
35.33
C4
M1
33.00
30.00
33.00
96.00
32.00
M2
35.50
33.50
39.50
108.50
36.17
M3
393.00
370.50
382.50 1146.00
Total
32.75
30.88
31.88
31.83
Rataan

Lampiran 20. Sidik ragam umur berbunga


SK
db
JK
KT
3
109.39
36.46
Cekaman (C)
8
97.15
12.14
Galat (a)
2
10.13
5.06
MVA (M)
6
38.32
6.39
CxM
16
128.01
8.00
Galat (b)
35
383.00
Total
Ket :
* : Nyata
KK (a)
KK (b)

=
=

Fhit
3.00
0.63
0.80
-

tn
tn
tn

F.05
4.07
3.63
2.74
-

10.95%
8.9%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

98

Lampiran 21. Data Pengamatan Umur Panen (Hari)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
91.50
92.00
92.00
275.50
91.83
C1
M1
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
M2
85.00
92.00
92.00
269.00
89.67
M3
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
C2
M1
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
M2
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
M3
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
C3
M1
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
M2
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
M3
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
C4
M1
92.00
92.00
92.00
276.00
92.00
M2
92
92.00
92.00
276.00
92.00
M3
1096.50 1104.00 1104.00 3304.50
Total
91.38
92.00
92.00
91.79
Rataan

Lampiran 22. Sidik ragam umur panen


SK
db
JK
KT
3
4.69
1.56
Cekaman (C)
8
9.38
1.17
Galat (a)
2
2.54
1.27
MVA (M)
6
7.63
1.27
CxM
16
23.46
1.47
Galat (b)
35
47.69
Total
Ket :
* : Nyata
KK (a)
KK (b)

=
=

Fhit
1.33
0.87
0.87
-

tn
tn
tn

F.05
4.07
3.63
2.74
-

1.2%
1.3%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

99

Lampiran 23. Data Pengamatan Jumlah Ginofor (Buah)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total
I
II
III
15.00
18.50
10.50
44.00
C1
M1
17.50
21.00
17.00
55.50
M2
18.50
10.00
8.00
36.50
M3
15.00
15.50
10.00
40.50
C2
M1
14.50
8.50
25.00
48.00
M2
16.00
13.00
9.50
38.50
M3
11.00
10.00
14.50
35.50
C3
M1
10.00
19.00
13.50
42.50
M2
9.00
7.50
10.50
27.00
M3
9.50
21.50
5.00
36.00
C4
M1
7.50
12.50
13.50
33.50
M2
7.50
7.00
6.50
21.00
M3
151.00
164.00
143.50 458.50
Total
12.58
13.67
11.96
Rataan

Lampiran 24. Sidik ragam jumlah ginofor


SK
db
JK
KT
3
142.74
47.58
Cekaman (C)
8
117.07
14.63
Galat (a)
2
134.26
67.13
MVA (M)
6
26.74
4.46
CxM
16
389.43
24.34
Galat (b)
35
810.24
Total
Ket :
* : Nyata
KK (a)

Fhit
3.25
2.76
0.18
-

tn
tn
tn

Rataan
14.67
18.50
12.17
13.50
16.00
12.83
11.83
14.17
9.00
12.00
11.17
7.00
12.74

F.05
4.07
3.63
2.74
-

30.03%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

100

KK (b)

38.7%

Lampiran 25. Data Pengamatan Panjang Akar (cm)


Cekaman
MVA
Ulangan
I
II
III
50.60
41.70
33.75
C1
M1
36.75
35.00
31.40
M2
41.30
45.35
35.60
M3
37.10
32.50
33.40
C2
M1
30.75
35.50
35.80
M2
31.30
34.35
28.55
M3
35.65
29.50
35.15
C3
M1
37.25
38.15
31.50
M2
36.60
34.30
38.25
M3
36.70
38.45
26.25
C4
M1
40.10
30.15
28.10
M2
37.35
31.20
33.15
M3
451.45
426.15
390.90
Total
37.62
35.51
32.58
Rataan

Lampiran 26. Sidik ragam panjang akar


SK
db
JK
KT
3
193.78
64.59
Cekaman (C)
8
119.56
14.95
Galat (a)
2
19.66
9.83
MVA (M)
6
112.69
18.78
CxM
16
376.61
23.54
Galat (b)
35
822.31
Total
Ket :
* : Nyata

Total

Rataan

126.05
103.15
122.25
103.00
102.05
94.20
100.30
106.90
109.15
101.40
98.35
101.70
1268.50

42.02
34.38
40.75
34.33
34.02
31.40
33.43
35.63
36.38
33.80
32.78
33.90
35.24

Fhit
4.32

0.42
0.80

tn
tn

F.05
4.07
3.63
2.74
-

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

101

KK (a)
KK (b)

=
=

10.97%
13.77%

Lampiran 27. Data Pengamatan Luas Daun (cm2)


Cekaman
MVA
Ulangan
I
II
III
34.30
34.76
33.36
C1
M1
36.54
34.68
39.79
M2
43.49
39.83
42.11
M3
39.13
38.19
29.86
C2
M1
28.86
24.64
31.08
M2
36.38
41.25
23.61
M3
35.31
31.08
26.34
C3
M1
34.60
29.46
30.32
M2
26.68
43.49
37.20
M3
31.80
23.90
32.06
C4
M1
21.04
34.30
39.79
M2
24.18
27.95
27.045
M3
392.28
403.50
392.55
Total
32.69
33.62
32.71
Rataan

Lampiran 28. Sidik ragam luas daun


SK
db
JK
KT
3
332.70 110.90
Cekaman (C)
8
184.95
23.12
Galat (a)
2
37.49
18.74
MVA (M)
6
229.45
38.24
CxM
16
511.83
31.99
Galat (b)
35
1296.41
Total
Ket :
* : Nyata

Fhit
4.80
0.59
1.20
-

Total

Rataan

102.41
111.01
125.42
107.17
84.57
101.23
92.73
94.38
107.36
87.75
95.13
79.18
1188.32

34.14
37.00
41.81
35.72
28.19
33.74
30.91
31.46
35.79
29.25
31.71
26.39
33.01

*
tn
tn

F.05
4.07
3.63
2.74
-

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

102

KK (a)
KK (b)

=
=

14.6%
17.1%

Lampiran 29. Data Pengamatan Bobot Kering Akar (g)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total
I
II
III
1.60
3.10
2.20
6.90
C1
M1
2.30
2.10
2.25
6.65
M2
2.65
2.50
2.15
7.30
M3
2.00
1.45
1.80
5.25
C2
M1
1.70
2.00
2.20
5.90
M2
2.75
2.85
2.55
8.15
M3
2.25
2.00
2.55
6.80
C3
M1
3.85
3.20
2.75
9.80
M2
3.60
2.50
2.30
8.40
M3
0.80
1.95
0.50
3.25
C4
M1
3.40
0.90
1.10
5.40
M2
3.30
0.85
0.85
5.00
M3
30.20
25.40
23.20
78.80
Total
2.52
2.12
1.93
Rataan

Lampiran 30. Sidik ragam bobot kering akar


SK
db
JK
KT
3
7.35
2.45
Cekaman (C)
8
3.70
0.46
Galat (a)
2
2.12
1.06
MVA (M)
6
1.87
0.31
CxM
16
8.69
0.54
Galat (b)
35
23.74
Total

Fhit
5.29
1.95
0.57
-

*
tn
tn

Rataan
2.30
2.22
2.43
1.75
1.97
2.72
2.27
3.27
2.80
1.08
1.80
1.67
2.19

F.05
4.07
3.63
2.74
-

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

103

Ket :
KK (a)
KK (b)

* : Nyata
=
=

30.99%
33.57%

Lampiran 31. Data Pengamatan Bobot Kering Tajuk (g)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total
I
II
III
6.85
8.60
8.15
23.60
C1
M1
6.95
8.95
9.05
24.95
M2
11.70
9.65
8.10
29.45
M3
8.15
6.30
6.05
20.50
C2
M1
6.75
5.50
6.90
19.15
M2
8.60
8.75
8.60
25.95
M3
6.35
7.00
9.40
22.75
C3
M1
8.90
10.80
9.60
29.30
M2
10.75
9.75
12.90
33.40
M3
4.55
6.35
3.20
14.10
C4
M1
4.65
5.40
6.55
16.60
M2
7.10
5.85
5.65
18.60
M3
91.30
92.90
94.15
278.35
Total
7.61
7.74
7.85
Rataan

Lampiran 32. Sidik ragam bobot kering tajuk


SK
db
JK
KT
3
83.32
27.77
Cekaman (C)
8
8.94
1.12
Galat (a)
2
30.12
15.06
MVA (M)
6
7.40
1.23
CxM
16
26.12
1.63
Galat (b)

Fhit
24.85
9.22
0.76
-

*
*
tn

Rataan
7.87
8.32
9.82
6.83
6.38
8.65
7.58
9.77
11.13
4.70
5.53
6.20
7.73

F.05
4.07
3.63
2.74
-

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

104

35
* : Nyata

Total
Ket
KK (a)
KK (b)

=
=

155.90

13.69%
16.51%

Lampiran 33. Data Pengamatan Nisbah Bobot Kering Tajuk terhadap Bobot
Kering Tajuk (BKA/BKT) (g)
Cekaman
MVA
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
0.23
0.36
0.27
0.86
0.29
C1
M1
0.32
0.25
0.26
0.83
0.28
M2
0.21
0.26
0.27
0.74
0.25
M3
0.25
0.26
0.30
0.81
0.27
C2
M1
0.24
0.37
0.32
0.93
0.31
M2
0.31
0.33
0.27
0.91
0.30
M3
0.36
0.30
0.28
0.94
0.31
C3
M1
0.44
0.30
0.29
1.03
0.34
M2
0.34
0.24
0.19
0.77
0.26
M3
0.17
0.32
0.16
0.65
0.22
C4
M1
0.37
0.16
0.17
0.70
0.23
M2
0.92
0.14
0.14
1.20
0.40
M3
4.16
3.29
2.92
10.37
Total
0.35
0.27
0.24
0.29
Rataan

Lampiran 34. Sidik ragam Nisbah Bobot Kering Tajuk terhadap Bobot
Kering Tajuk (BKA/BKT)
SK
db
JK
KT
Fhit
F.05
3
0.01
0.00
0.10
tn
4.07
Cekaman (C)
8
0.16
0.02
Galat (a)
2
0.01
0.00
0.13
tn
3.63
MVA (M)
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

105

6
16
35
* : Nyata

CxM
Galat (b)
Total
Ket :
KK (a)
KK (b)

=
=

0.07
0.35
0.59

0.01
0.02
-

0.56
-

tn

2.74
-

49.10%
49.10%

Lampiran 35. Data Pengamatan Jumlah Cabang Produktif (Cabang)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
4.50
5.50
5.00
15.00
5.00
C1
M1
5.50
4.00
5.50
15.00
5.00
M2
5.00
6.50
3.50
15.00
5.00
M3
5.00
2.50
4.00
11.50
3.83
C2
M1
6.50
4.00
6.00
16.50
5.50
M2
5.00
5.00
4.00
14.00
4.67
M3
3.50
4.00
5.50
13.00
4.33
C3
M1
5.50
7.00
6.00
18.50
6.17
M2
5.00
4.00
4.50
13.50
4.50
M3
2.50
4.50
1.50
8.50
2.83
C4
M1
3.00
3.50
4.00
10.50
3.50
M2
4.00
3.00
2.00
9.00
3.00
M3
55.00
53.50
51.50
160.00
Total
4.58
4.46
4.29
4.44
Rataan

Lampiran 36. Sidik ragam jumlah cabang produktif


SK
db
JK
KT
Fhit
3
22.00
7.33
8.33
Cekaman (C)
8
7.04
0.88
Galat (a)
2
6.93
3.47
3.12
MVA (M)
6
4.13
0.69
0.62
CxM

*
tn
tn

F.05
4.07
3.63
2.74

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

106

16
35
* : Nyata

Galat (b)
Total
Ket :
KK (a)
KK (b)

=
=

17.79
57.89

1.11
-

21.11%
23.7%

Lampiran 37. Data Pengamatan Jumlah Ginofor Hampa (Buah)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
6.50
8.00
2.00
16.50
5.50
C1
M1
9.50
12.00
7.00
28.50
9.50
M2
15.50
6.50
4.50
26.50
8.83
M3
6.50
5.50
1.50
13.50
4.50
C2
M1
5.50
2.00
13.50
21.00
7.00
M2
9.00
7.50
5.00
21.50
7.17
M3
4.50
4.00
7.50
16.00
5.33
C3
M1
5.00
8.50
4.00
17.50
5.83
M2
5.00
3.50
7.00
15.50
5.17
M3
3.50
12.00
1.00
16.50
5.50
C4
M1
2.50
5.50
6.50
14.50
4.83
M2
5.50
3.50
5.50
14.50
4.83
M3
78.50
78.50
65.00
222.00
Total
6.54
6.54
5.42
6.17
Rataan

Lampiran 38. Sidik ragam jumlah ginofor hampa


SK
db
JK
KT
Fhit
3
44.28
14.76
1.59
Cekaman (C)
8
74.43
9.30
Galat (a)
2
17.04
8.52
0.62
MVA (M)

tn
tn

F.05
4.07
3.63

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

107

6
25.51
16
220.24
35
381.50
* : Nyata

CxM
Galat (b)
Total
Ket
KK (a)
KK (b)

=
=

4.25
13.76
-

0.31
-

tn

2.74
-

49.45%
60.2%

Lampiran 39. Data Pengamatan Bobot Kering 100 Biji (g)


Cekaman
MVA
Ulangan
Total
I
II
III
19.08
26.24
28.25
73.56
C1
M1
20.57
13.94
11.30
45.81
M2
7.50
0.00
10.00
17.50
M3
26.37
29.23
38.41
94.01
C2
M1
22.12
15.51
17.92
55.55
M2
10.00
0.00
15.00
25.00
M3
27.65
31.34
19.41
78.40
C3
M1
16.67
25.84
8.75
51.25
M2
0.00
5.00
5.00
10.00
M3
16.50
21.67
38.48
76.65
C4
M1
15.00
16.67
23.93
55.60
M2
0.00
5.00
5.00
10.00
M3
181.45
190.43
221.44 593.31
Total
15.12
15.87
18.45
Rataan

Rataan
24.52
15.27
5.83
31.34
18.52
8.33
26.13
17.08
3.33
25.55
18.53
3.33
16.48

Lampiran 40. Transformasi y= y+1 dari Data Bobot Kering 100 Biji (g)
Cekaman
MVA
Ulangan
Total Rataan
I
II
III
4.48
5.22
5.41
15.11
5.04
C1
M1
Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

108

M2
M3
M1
M2
M3
M1
M2
M3
M1
M2
M3

C2

C3

C4

Total
Rataan

4.64
2.92
5.23
4.81
3.32
5.35
4.20
1.00
4.18
4.00
1.00
45.13
3.76

3.87
1.00
5.49
4.06
1.00
5.69
5.18
2.45
4.76
4.20
2.45
45.37
3.78

3.51
3.32
6.28
4.35
4.00
4.52
3.12
2.45
6.28
4.99
2.45
50.68
4.22

Lampiran 41. Sidik ragam bobot kering 100 biji


SK
db
JK
KT
3
1.57
0.52
Cekaman (C)
8
7.68
0.96
Galat (a)
2
54.47
27.24
MVA (M)
6
0.90
0.15
CxM
16
10.93
0.68
Galat (b)
35
75.55
Total
Ket :
* : Nyata
KK (a)
KK (b)

=
=

12.02
7.24
17.00
13.22
8.32
15.56
12.50
5.90
15.22
13.19
5.90
141.18

4.01
2.41
5.67
4.41
2.77
5.19
4.17
1.97
5.07
4.40
1.97
3.92

Fhit
0.55
39.86
0.22
-

tn
*
tn

F.05
4.07
3.63
2.74
-

24.98%
21.0%

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

109

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

110

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

111

Lampiran 47. Lahan pertanaman Kakao di rumah kaca

Lampiran 48. Perlakuan C1 dan C3


Lampiran 49.C2 danC4

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

112

Lampiran 50. Foto perbandingan

antar
Cekaman
dengan
MVA Singa
Lampiran 51. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Gajah

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

113

Lampiran 52. Foto perbandingan antar Cekaman dengan MVA Macan

Yudhi Bintaran : Respon Pertumbuhan Bibit Kakao (Thbroma cacaoL.) Terhadap Pemberian Bokasi Kulit Buah
Kakao Dan Pupuk NPK, 2007.
USU Repository 2009

Anda mungkin juga menyukai