Anda di halaman 1dari 20

BAB I

LAPORAN KASUS
I.1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
MSR
No. CM

:
:
:
:
:
:
:
:

Sdr. A
18 tahun
Laki-laki
Islam
Pakis, Magelang
Pelajar

I.2. Anamnesis
Autoanamnesa dan Alloanamnesa (dengan anak pasien) pada 26 Maret 2015
Keluhan Utama

: Sulit Menelan

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang diantar oleh keluarganya ke IGD RST Soedjono pada tanggal 24
Maret 2015 dengan keluhan sulit menelan sejak 5 bulan SMRS. Sulit menelan
dirasakan semakin memburuk 1 bulan belakangan. Sulit menelan awalnya berupa
makanan padat dan pasien masih bisa makan bubur namun saat ini pasien kesulitan
untuk makan bubur, dan pasien hanya bisa minum. Keluhan disertai dengan sakit saat
menelan, penurunan berat badan dan badan terasa lemas. Keluhan awalnya muncul
setelah pasien menjalani radioterapi 4 tahun yang lalu, awalnya pasien tidak dapat
merasakan rasa makanan kemudian mulut dan tenggorokan terasa kering hingga
akhirnya pasien sulit menelan. Pasien menyangkal adanya batuk pilek, suara yang
menjadi serak, adanya massa pada daerah leher, demam, muntah, penurunan
kedasaran, sakit kepala ataupun lateralisasi.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riw. penyakit serupa
Riw. Karsinoma nasofaring

: pasien belum pernah mengalami keluhan serupa


: positif dan telah menjalani 23 x radioterapi,
bonescan dan dinyatakan tidak terdapat metastasis

Hipertensi

: +

DM

: +

Hiperlipidemia

:+

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat DM

: disangkal

Riwayat penyakit serupa

: disangkal

Riwayat Pengobatan
Pasien belum melakukan pengobatan penyakit yang dikeluhankannya tersebut.
I.3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan pada 26 dan 27 Maret 2015 pukul 16.00 WIB
1. Status generalis
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan gizi
: Kurang
Tinggi badan 150 cm, berat badan 40 kg,
IMT = 17.7 kg/m2 (underweight)
Tanda vital
: Tekanan darah = 140/90 mmHg
Nadi = 98 x/menit, equal, isi cukup, reguler
Suhu = 36.30C
Laju Pernafasan (RR) = 18 x/menit
2. Status lokalis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan)
2.1.
Kepala dan Leher
Kepala: mesocephale
Wajah : simetris
Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), nyeri tekan (-)
2.2.

2.3.

Gigi dan mulut


Mulut
: mukosa kering
Gigi geligi

: gigi berlubang

Lidah

: normal, kotor (-), tremor (-)

Pipi

: bengkak (-)

Pemeriksaan Telinga
Bagian Auricula

Dextra
Bentuk normal,

Sinistra
Bentuk normal

Auricula

nyeri tarik (-)

nyeri tarik (-)

nyeri tragus (-)


Bengkak (-)

nyeri tragus (-)


Bengkak (-)

nyeri tekan (-)

nyeri tekan (-)

fistula (-)

fistula (-)

Pre auricular

Retro auricular
Mastoid

CAE

Membran timpani

2.4.

Bengkak (-)

Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)


Bengkak (-)

Nyeri tekan (-)


Bengkak (-),

Nyeri tekan (-)


Serumen (-)

Nyeri tekan (-)


Serumen (-)

eritema (-)

eritema (-)

Sekret (-)
Intak

Sekret (-)
Intak

putih mengkilat

putih mengkilat

refleks cahaya (+)

refleks cahaya (+)

Pemeriksaan Hidung
Bagian Hidung Luar
Dextra
Normal
-

Bentuk
Inflamasi atau tumor
Nyeri tekan sinus
Deformitas atau septum

deviasi
Rhinoskopi anterior
Vestibulum nasi
Dasar cavum nasi
Sekret
Mukosa
Benda asing
Perdarahan

Normal

Normal
Normal

Adenoid
Konka nasi media
Konka nasi inferior.

Hiperemis (-)
-

Hiperemis (-)
-

Hipertrofi (-)

Hipertrofi (-)

Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)

Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)

Hiperemis (-)

Hiperemis (-)
Deviasi (-)
Tidak ada sinusitis

Septum
Transluminasi
2.5.

Sinistra
Normal
-

Pemeriksaan tenggorokan
Lidah
Uvula
Tonsil
Ukuran
Permukaan
Warna

Ulcus (-), Stomatitis (-)


Bentuk normal, posisi di tengah
Dextra
Sinistra
T1
T1
Rata
Rata
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)

Kripte
Detritus
Faring

Melebar (-)
Melebar (-)
(-)
(-)
Mukosa hiperemis (+), dinding tidak rata,
granular (-)

3. Status Neurologis
a. Nervi Cranialis
1. Nervus V (N. Trigeminus)
Sensoris
: Sde
Motorik
: Menggigit
Membuka Mulut
Reflex
: Reflex kornea
2. Nervus VII (N. Fasialis)
Motorik
: Kondisi Diam
Kondisi Bergerak
3. Nervus IX,X (N. Glossopharyngeus,Vagus )
Inspeksi oropharing keadaan istirahat
Menelan
Suara Serak atau parau
4. Nervus XII (N. Hipoglosus)
Kondisi diam
Kondisi bergerak
b. Motorik
Observasi : sde
Palpasi
: Tidak terdapat atrofi, konsistensi kenyal
Perkusi : Normal
Tonus
: Normal
Kekuatan otot :
Ekstremitas atas : sde
Ekstremitas bawah: sde
c. Reflek Patologis
Babinski
: (-/-)
Chaddock
: (-/-)
Oppenheim
: (-/-)
I.4. Pemeriksaan Penunjan
Jenis
Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH

24/03/2015
(21.47)

Nilai Rujukan

11.7
37.3
4
11.1
161.000

11 17 g/dL
35 48 %
4.3 6.0juta/uL
4.0 12.0 /uL
150.000

86.2
27.2

400.000/uL
80 96 fL
27 32 pg

: dbn
: dbn
: (+)
: dbn
: sde
: dbn
: air (+) /makanan(-)
: dbn
: Tidak ada deviasi
: Tidak ada deviasi

MCHC
16.4
Kimia Klinik
Ureum
85
Kreatinin
2.5
Glukosa Darah
133
SGOT
32
SGPT
20
Usulan Pemeriksaan Penunjang

32 36 g/dL
20 50 mg/dL
0.5 1.5 mg/dL
70-110 mg/dL
3 35 U/L
8 41 U/L

Pemeriksaan radiologi fluoroskopi, Videofluoroskopi swallow assessment


(VFSS) & CT Scan

Esofagoskopi

flexible endoscopy evaluation of swallowing

Resume
1

2
3
4
5

Anamnesis

Disfagia

Odinofagia

Tenggorokan terasa kering

Anoreksia

Penurunan berat badan

Post radioterapi karena karsinoma nasofaring

Pemeriksaan Kepala Leher : massa (-) pembesaran kelenjar limfe (-),


Pemeriksaan Telinga : dbn
Pemeriksaan Hidung : dbn
Pemeriksaan Tenggorokan

Tonsil: dbn

Faring: Mukosa hiperemis (+), dinding tidak rata, granular (-)

6 Pemeriksaan neurologis : dbn


7 Pemeriksaan Penunjang :
8 Usulan pemeriksaan Penunjang
Usulan Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan radiologi fluoroskopi, Videofluoroskopi swallow assessment


(VFSS) & CT Scan

Esofagoskopi

Flexible endoscopy evaluation of swallowing

I.5. Diagnosis Banding

Disfagia ec post Radioterapi

Disfagia ec Tumor

CVA

Akalasia

Esofagitis

Striktur Peptikum

I.6. Diagnosis Sementara


Disfagia ec post Radioterapi
I.7. Terapi
1. Non medikamentosa

Bed rest

Diet cair

Oral higent
2. Medikamentosa
Zibac 2 x 1 g
Ketorolac 2 x 1 amp
Ranitidin 2 x 30 mg
Pemasangan NGT
Konsul gizi
Konsul pey. dalam
3. Edukasi

Minum obat secara teratur sesuai petunjuk dokter.

menjaga higiene mulut dengan baik.

Jangan makan makanan atau minuman yang mengiritasi


I.8.

Prognosa

Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam

: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

LARING
Anatomi Laring
Laring adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu masuk jalan
napas dan berperan dalam pembentukan suara. Laring terletak di bawah lidah dan os hyold
diantara pembuluh-pembuiuh besar leher dan terletak setinggi vertebra cervicalis keempat,
kelima, dan keenam. Ke atas, Laring terbuka ke laringofaring, ke bawah laring berlanjut
sebagai trachea. Di depan laring ditutupi oleh ikatan otot-otot infrahyoid dan di lateral oleh
glandula thyroidea. Kerangka laring dibentuk oleh beberapa cartilago, yang dihubungkan
oleh membrana dan ligamentum dan digerakkan oleh otot. Laring dilapisi oleh membrana
mucosa.
Cartilago Laring
-

Cartilago Thyroidea
Cartilago thyroidea merupakan cartilago terbesar laring dan terdiri dari dua lamina
cartilago hyalin yang bertemu di garis tengah pada tonjolan bersudut V (disebut
Adam's apple). Pinggir posterior menjorok ke atas sebagai cornu superius dan ke
bawah cornu inferius. Pada permukaan luar setiap lamina terdapat linea obliqua
sebagai tempat lekat otot-otot.

Cartilago Cricoidea
Cartilago cricoidea dibentuk oleh cartilago hyalin dan berbentuk seperti cincin
cap, mempunyai lamina yang lebar di belakang dan arcus yang sempit di anterior.
Cartilago cricoidea terletak di bawah cartilago thyroidea dan pada masing-masing
permukaan lateralnya terdapat facies articularis untuk bersendi dengan cornu
inferius cartilago thyroidea. Di posterior, pada setiap lamina di pinggir atasnya
terdapat facies articularis untuk bersendi dengan basis cartilago arytenoidea.
Semua sendi ini adalah jenis sinovial.

Cartilago Arytenoidea

Terdapat dua buah cartilago arytenoidea, kecil, berbentuk pyramid, dan terletak
pada permukaan belakang laring. Cartilago ini bersendi dengan pinggir atas
lamina cartilage cricoidea. Masing-masing cartilago mempunyai apex di atas yang
bersendi dengan cartilago corniculata yang kecil, serta basis di bawah yang
bersendi dengan lamina cartilago cricoidea, dan sebuah processus vocalis yang
menonjol ke depan dan merupakan tempat lekat dari ligamentum vocale.
Processus muscularis yang menonjol ke lateral, menjadi tempat lekat Musculus
cricoarytenoideus lateralis dan posterior.
-

Cartilago Corniculata
Dua buah cartilago kecil berbentuk kerucut, bersendi dengan apex cartilaginis
arytenoideae. Menjadi tempat lekat plica aryepiglottica.

Cartilago Cuneiforme
Dua cartilago kecil yang berbentuk batang ini terletak di dalam plica
aryepiglottica dan berperan memperkuat plica tersebut.

Epiglotis
Merupakan cartilago elastis berbentuk daun yang terletak di belakang radix
linguae. Tangkainya dilekatkan di belakang cartilago thyroidea. Sisi epiglottis
dihubungkan dengan cartilago arytenoidea oleh plica aryepiglottica, yang
merupakan sebuah lipatan membrana mucosa. Pinggir atas epiglottis bebas.
Membrana mucosa yang melapisinya berjalan ke depan, meliputi permukaan
posterior lidah sebagai plica glossoepiglottica mediana. Lekukan pada membrana
mucosa di kanan dan kiri plica glossoepiglottica disebut vallecula. Di sebelah
lateral, membrana mucosa berjalan ke dinding pharynx membentuk plica
glossoepigloftica lateralis.

3. Membrana dan Ligamentum pada Larynx


-

Membrana Thyrohyoidea
Membrana thyrohyoidea menghubungkan pinggir atas cartilage thyroidea dengan
os hyoid. Pada garis tengah, membrana ini menebal, membentuk ligamentum
thyrohyoideum medianum. Pada kedua sisinya, membrana ini ditembus oleh vasa
laryngea superior dan nervus laryngeus internus, sebuah cabang dari nervus
laryngeus superior.

Ligamentum Cricotracheale
Ligamentum cricotracheale menghubungkan cartilago cricoidea dengan cincin
trachea pertama.

Membrana Quadrangularis

Membrana quadrangularis terbentang antara epiglotis dan cartilago arytenoidea.


Pinggir bawahnya yang menebal membentuk ligamentum vestibulare, ligamentum
vestibulare merupakan isi dari plica vestibularis.
-

Ligamentum Cricothyroideum
Pinggir bawah ligamentum cricothyroideum dilekatkan pada pinggir atas cartilago
cricoidea. Pinggir superior ligamentum ini tidak melekat pada cartilago thyroidea,
tetapi berjalan terus ke atas pada facies medialis cartilago thyroidea. Kedua
pinggir atasnya yang bebas, yang hampir seluruhnya tersusun dari jaringan elastis,
membentuk ligamentum vocale yang penting. Ligamentum vocale merupakan isi
dari plica vocalis (pita suara). Ujung anterior dari masing-masing ligamentum
vocale dilekatkan pada cartilago thyroidea. Ujung posterior dilekatkan pada
processus vocalis cartilago arytenoidea.

4. Pintu Masuk Larynx (Aditus Laryngis)


Aditus larlmgis menghadap ke belakang dan atas ke arah laryngopharynx. Pintu ini
lebih lebar di depan daripada belakang dan dibatasi di depan oleh epiglotis; di lateral
oleh plica aryepiglottica, yaitu lipatan membrana mucosa dan di posterior oleh
cartilago arytenoidea dan cartilago corniculata. Cartilago cuneiformis terletak di
dalamnya serta memperkuat plica aryepiglottica dan menimbulkan elevasi kecil pada
pinggir atas.
5.

Fossa Piriformis

Fossa piriformis adalah recessus di kedua sisi lipatan dan pintu masuk.Di mediai
dibatasi plica aryepiglottica dan di lateral oleh cartilago thyroidea dan membrana
thyrohyoidea.
6.

Lipatan Larynx
-

Plica Vestibularis
Plica vestibularis merupakan sebuah lipatan yang terfiksasi pada masing-masing
sisi larynx. Masing-masing dibentuk oleh membrana mucosa yang menutuPi
ligamentum vestibulare, mengandung banyak vascular, dan berwama merah muda.

Plica Vocalis (Pita Suara)


Plica vocalis merupakan sebuah lipatan yang mudah bergerak pada masingmasing sisi larynx dan berperan pada pembentukan suara. Masing-masing
dibentuk oleh membrana mucosa yang menutupi ligamentum vocale, tidak
mengandung pembuluh darah dan berwarna putih. Plica vocalis bergerak pada
respirasi, warna putihnya mudah dikenali jika diperiksa dengan laryngoscope.
Celah di antara kedua plica vocalis disebut rima glottis. Gloltts dibatasi di depan
oleh plica vocalis dan di belakang oleh permukaan medial cartilago arytenoidea.
Glottis merupakan bagian yang paling sempit dari larynx dan berukuran sekitar
2.5 cm dari depan ke belakang pada pria dewasa, dan lebih kecil pada wanita.
Pada anak-anak, bagian bawah larynx di dalam cartilago cricoidea merupakan
bagian yang paling sempit.

7.

Cavitas Laryngis
Cavitas laryngis terbentang dari aditus sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea
dimana ruang ini berlanjut sebagai trachea. Dapat dibagi dalam tiga bagian:
-

Vestibulum laryngis, terbentang dari aditus laryngis sampai ke plica vestibularis.


Daerah tengah, terbentang dari plica vestibularis di atas sampai setinggi plica

vocalis di bawah.
Daerah bawah, terbentang dari plica vocalis di atas sampai ke pinggir bawah
cartilago cricoidea di bawah

8. Otot laring

9. Persarafan Larynx
Saraf Sensoris
Di atas plica vocalis: ramus laryngeus internus, cabang dari nervus laryngeus superior
nervus vagus. Di bawah plica vocalis: nervus laryngeus recurrens.
Saraf Motoris
Semua otot-otot intrinsik larynx, kecuali musculus cricothyroideus dipersarafi oleh
nervus laryngeus recurrens. Musculus cricothyroideus dipersarafi oleh ramus
laryngeus externus dari nervus laryngeus superior nervus vagus.
10. Vaskularisasi Larynx
Setengah bagian atas larynx: ramus laryngeus superior arteria thyroidea superior.
Setengah bagian bawah larynx: ramus laryngeus inferior arteria thyroidea inferior.
11. Aliran Limfe Larynx
Pembuluh limfe bermuara ke dalam nodi lymphoidei cervicales profundi.

Fisiologi laring
FUNGSI LARING
1. Respirasi

Untuk mengatur besar kecilnya rima glotis


Bila m. krikoaritenoid posterior kontraksi Menyebabkan prosesus vokalis kartilago
aritenoid bergerak ke lateral Sehingga rima glotis terbuka (abduksi)
2. Menelan
a. Oral : Terjadi secara sadar
Makanan yg telah dikunyah dan bercampur dengan liur makanan akan membentuk
bolus makanan Bolus bergerak dari rongga mulut melalui dorsum lidah, terletak
di tengah lidah akibat kontraki otot instriksik lidah Kontraksi m. levator veli
palatini mengakibatkan rongga pada lekukan dorsum lidah diperluas, palatum
mole terangkat dan bagian atas dinding posterior faring (Passavants ridge)
terangkat pula Karena lidah terangakat ke atas, sehingga bolus akan terdorong
ke posterior Bersamaan dengan ini terjadi penutupan nasofaring sebagai akibat
kontraksi m. levator veli palatini Selanjutnya terjadi kontraksi m. palatoglosus
yang menyebabkan ismus fausium tertutup, diikuti oleh kontraksi m. palatofaring,
sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut
b. Faringeal
Terjadi secara refleks pada fase oral, yaitu perpindahan bolus makanan dari faring
ke esophagus Faring dan laring bergerak ke atas oleh kontraksi m. stilofaring,
m. salfingofaring, m. tirohioid, dan m. palatofaring Aditus laring tertutup oleh
epiglotis, sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika
ventirkularis dan plika vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m.
aritenoid obliqus Bersamaan dengan ini terjadi juga penghentian aliran udara
ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan Sehingga bolus
makanan tidak akan masuk ke dalam saluran napas Selanjutnya bolus makanan
akan meluncur ke arah esofagus, karena valekula dan sinus piriformis sudah
dalam keadaan lurus
c. Esofageal
Adalah fase perpindahan bolus makanan dari esofagus ke lambung.
Dalam keadaan istirahat introitus esofagus selalu tertutup Karena ada
rangsangan bolus makanan pada akhir fase faringeal, maka akan terjadi relaksasi
m. krikofaring Sehingga introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk
ke dalam esofagus. Setelah bolus makanan lewat, maka sfingter akan berkontraksi
lebih kuat, melebihi tonus introitus esofagus pada waktu istirahat Sehingga
makanan tidak akan kembali ke faring. Refluks dapat dihindari Adanya
kontraksi dari m.konstriktor faring inferior pada akhir fase faringeal,
mempengaruhi gerakan bolus di bagian esofagus atas Selanjutnya bolus

makanan akan didorong ke distal oelh gerakan peristaltik esofagusDalam keadaan


istirahat sfingter esofagus bagian bawah akan tertutup dg tekanan rata-rata 8
mmHg > tekanan di dlm lambung.--> Pada akhir fase esofageal sfingter ini akan
terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus servikal untuk
mendorong bolus makanan ke distal Selanjutnya setelah bolus makanan lewat,
makasfingter akan menutup kembali
3. Proteksi
Untuk mencegah makanan dan benda asing masuk ke dalam trakea
Caranya: dengan jalan menutup aditus laring dan rima glotis secara bersamaan
Kontraksi otot-otot ekstrinsik laring pengangkatan laring keatas Penutupan aditus
laring Kartilago aritenoid bergerak ke depan (kontraksi m.tiroaritenoid &
m.aritenoid) & m. ariepiglotika berfungsi sebagai sfingter. Penutupan rima glotis
Karena aduksi plika vokalis Kartilago aritenoid kiri dan kanan mendekat karena
aduksi otot- otot intrinsik
4. Sirkulasi
Berfungsi sebagai alat pengatur sirkulasi darah
Terjadinya perubahan trakeo-bronkial akan dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari
alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah
5. Fonasi
Fungsi laring sebagi fonasi : dengan membuat suara serta menentukan tinggi
rendahnya nada. Ketegangan plika vokalis Plika vokalis aduksi ( m.krikotiroid
akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah & ke depan, menjauhi kartilago aritenoid)
bersamaan ( m. krikoaritenoid posterior akan menahan atau menarik kartilago
aritenoid ke belakang) Sebaliknya kontraksi m. krioaritenoid akan mendorong
kartilago arotenoid ke depan sehingga plika vokalis akan mengendor Kontraksi
serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada
6. Batuk
Benda asing & debu Bersentuhan dan melekat palut lendir Absorpsi kuman dan
benda asing dalam palut & di bunuh o/ enzim lisozim Rangsangan terhadap
reseptor batuk di saluran napas ditangkap oleh sensor taktil & kemoreseptor aferen
(n.vagus) ke pusat pusat napas medula oblongata Timbul respon batuk Inspirasi
udara keparu-paru Menutupnnya glotik o/ gerakan epiglotis Menutupnya pita
suara Udara inspirasi tertahan di paru-paru Udara yang tertahan menimbulkan
tekanan dalam alvolus Kontraksi kuat otot-otot abdominal dan interkosta
Ekspirasi secara mendadak Epiglotis dan pita suara terbuka Udara dengan cepat
melewati bronkus besar dan trakea Timbul refleks batuk Pengeluaran bendabenda asing dari saluran napas

KESULITAN MENELAN

Definisi
Keluhan kesulitan menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau
penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini timbul bila terdapat gangguan gerakan otototot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas:

Disfagia mekanik
Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esophagus. Penyebab
utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esophagus oleh massa tumor dan
benda asing. Penyebab lain adalah akibar peradangan mukosa esophagus, striktur
lumen esophagus, serta akibat penekanan lumen esophagus dari luar, misalnya
pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelemjar getah bening di mediastinum,
pembesaran jantung, dan elongasi aorta.

Disfagia motorik
Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang berperan
dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n. V,
n. VII, n. IX, n. X dan n. XII, kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan
peristaltic esophagus dapat menyebabkan disfagia. Penyebab utama dari disfagia
motorik adalah akalasia, spasme difus esophagus, kelumpuhan otot faring dan
skleroderma esophagus.

Disfagia oleh gangguan emosi


Keluhan disfagia dapat juga timbul bila terdapat gangguan emosi atau tekanan
jiwa yang berat. Kelainan ini dikenal sebagai globus histerikus.

Berdasarkan lokasinya, disfagia dibagi atas:

Disfagia orofaringeal

Disfagia orofaringeal adalah kesulitan mengosongkan bahan dari orofaring ke dalam


kerongkongan, hal ini diakibatkan oleh fungsi abnormal dari proksimal ke kerongkongan.
Pasien mengeluh kesulitan memulai menelan, regurgitasi nasal, dan aspirasi trakea diikuti
oleh batuk.

Disfagia esophageal
Disfagia esophagus adalah kesulitan transportasi makanan ke kerongkongan. Hal ini

diakibatkan oleh gangguan motilitas baik atau obstruksi mekanis.


Patogenesis
Proses menelan merupakan proses yang kompleks. Setiap unsur yang berperan dalam
proses menelan harus bekerja secara terintegrasi dan berkesinambungan. Keberhasilan
mekanisme menelan ini tergantung dari beberapa faktor, yaitu:
1

Ukuran bolus makanan

Diameter lumen esophagus yang dilalui bolus

Kontraksi peristaltik esophagus

Fungsi sfingter esophagus bagian atas dan bagian bawah

Kerja otot-otot rongga mulut dan lidah

Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila system neuromuscular mulai dari
susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan uvula, persarafan
ekstrinsik esophagus serta persarafan intrinsic otot-otot esophagus bekerja dengan baik,
sehingga aktivitas motorik berjalan lancar. Kerusakan pusat menelan dapat menyebabkan
kegagalan aktivitas komponen orofaring, otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian
atas. Oleh karna otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian atas juga mendapat
persarafan dari inti motor n. vagus, maka aktivitas peristaltic esophagus masih tampak pada
kelainan di otak. Relaksasi sfingter esophagus bagian bawah terjadi akibat perenggangan
langsung dinding esophagus.
Diagnosis
Anamnesa

Untuk menegakkan diagnosis,diperlukan anamnesis yang cermat untuk


menentukan diagnosis kelainan atau penyakit yang menyebabkan timbulnya disfagia.
Jenis makanan yang menyebabkan disfagiadapat memberikan informasi kelainan yang
terjadi. Pada disfagia mekanik mula-mula kesulitan menelan hanya terjad pada waktu
menelan makanan padat. Bolum makanan tersebut kadang-kadang perlu disorong
dengan air dan pada sumbatan yang lebih lanjut cairan pun akan sulit ditelan. Bila
sumbatan terjadi secara progresif dalam beberapa mulan maka harus dicurigai
kemungkinan adanya keganasan diesofagus. Sebaliknyapada disfagia motoric, yaitu
pada passion akalasia dan spasmedifus esophagus keluhan sulit menelan makanan
padat dan cair terjadi secara bersamaan.waktu dan perjalanan keluhan disfagia dapat
memberikan gambaran yang lebih jelas untuk diagnostik. Disfagia yang hilang dalam
beberapahari dapat disebabkan oleh peradangan.disfagia yang terjadi dalam beberapa
bulan dengan penurunan berat badan yang cepat dicurigai adanya keganasan
diesofagus. Biladisfagia ini berlangsung bertahun-tahun untuk makanan padat
dipikirkan adanya kelainan yang bersifat jinak atau diesofagus bagian distal (lower
esophageal muscular ring).Lokasi rasa sumbatan didaerah dada dapat menunjukan
kelainan esophagus bagian torakal, tetapi billa sumbatan terasa dileher, maka
kelainannya dapat difaring, atau esophagus bagian servikal. Gejala lain yang
menyertai disfagia, seperti masuknya cairan dalam hidung waktu minum menandakan
adanya kelumpuhan otot-otot faring.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan bagian leher untuk melihat dan meraba adanya masa tumor atau
pembesaran kelenjar limfe yang dapat menekan esophagus. Daerah rongga mulut
perlu diteliti, apakan ada tanda-tanda peradangan orofaring dan tonsil selain adanya
masa tumor yang dapat mengganggu proses menelan. Selain itu diteiliti adanya
kelumpuhan adanya otot-otot lidah dan arkus faring yang disebabkan oleh gangguan
dipusat menelan maupun pada saraf otak n.V, n.VII, n.IX, n. dan n.XII. Pembesaran
jantung sebelah kiri,elongasi aorta,tumorbronkus kiri dan pembesaran kelenjar limfa
mediastinum, jug dapat menyebabkan keluhan disfagia.
Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan penunjang,foto polos esophagus dan yang emakai zat kontras
dapat membantu menegakkan diagnosis kelainan esfagus, pemeriksaan ini tidak

invasive. Dengan pemeriksaan fluoroskopi, dapat dilihat kelenturan dinding


esophagus, adanya gangguan peristaltic, penekanan lumen esophagus dari luar, isi
luen esophagus dan kadang-kadang kelainan mukosa esophagus. Pemeriksaan ontras
ganda dapat memperlihatkan karsinomastadium dini. Akhir-akhir ini pemeriksaan
radiologi esophagus lebih maju lagi. Untuk memperlihatkan gangguan motilitas
esophagus dibuat cine-film atau video tapenya. Tomogram dan ct scan dapat
mengevaluasi bentuk esophagus dan jaringan disekitarnya. MRI (magnetic Resonance
Imaging dapat membantu melihat kelainan diotak yang menyebabkan disfagia
motoric.
Esofagoskopi
Tunjuan tindakan esofagoskopi adalah untuk melihat langsung isi lumen esophagus
dan

keadaan

mukosanua.

Diperlukan

alat

esofagoskop

yang

kaku (rigid

esophagoscope) atau yang lentur (flexible fiberoptic esophagoscope). Karena


pemeriksaan ini bersifat invasive, maka perlu pemeriksaan yang baik. Dapat
dilakukan dengan analgesia (local atau umum). Untuk menghindari komplikasi yang
mungkin timbul perlu diperhatikan kontraindikasi dan indikasi tindakan. Persiapan
pasien, operator, peralatan dan ruangan pemeriksaan perlu dilakukan. Resiko dari
tinfakan, seperti perdarahan dan perforasi pasca biopsy harus dipertimbangkan.
Pemeriksaan manometri
Pemeriksaan manometri bertujuan untuk menilai fungsi motoric esophagus. Dengan
mengukur tekanan dalam lumen esophagus dan tekanan sfingter esophagus dapat
dinilai gerakan peristaltic secara kualitatif dan kuantitatif.
Videofluoroskopi Swallow Assesment (VFSS)
Pemeriksaan ini dikenal sebagai Modified Barium Swallow (MBS) adalah pemeriksaan
yang sering dilakukan dalam mengevaluasi disfagia dan aspirasi. Pemeriksaan ini
menggambarkan struktur dan fisiologi menelan rongga mulut, faring, laring dan esofagus
bagian atas. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan bolus kecil dengan berbagai
konsistensi yang dicampur dengan barium. VFSS dapat untuk panduan dalam terapi menelan
dengan memberikan bermacam bentuk makanan pada berbagai posisi kepala dan melakukan
beberapa manuver untuk mencegah aspirasi untuk memperoleh kondisi optimal dalam proses
menelan.

Flexible Endoscopy Evaluation of Swallowing ( FEES)


Pemeriksaan evaluasi fungsi menelan dengan menggunakan nasofaringoskop serat optik
lentur. Pasien diberikan berbagai jenis konsistensi makanan dari jenis makanan cair sampai
padat dan dinilai kemampuan pasien dalam proses menelan

Penatalaksanaan
Striktur peptikum : striktur yang berhubungan dengan refluks esophagus kadang-kadang
membutuhkan dilatasi endoskopik. Rekurensi mungkin bias dikurangi dengan inhibitor
pompa proton.
Karsinoma esophagus :
Akalasia : penatalaksanaan akalasia bias dengan beberapa cara.injeksi toksin batolinum
endoskopik ke sfingter esophagus bawah relative aman, namun hanya sedikit meringankan
gejala. Dilatasi pneumatic paksa memiliki resiko perforasi esophagus namun lebih
ungguldalam meringankan gejala. Kardiomiotomimasih merupakan prosedur definitive dan
sekarang bias dilakukan secara laparoskopi
Dismotilitas esophagus :memastikan tersingkirnya kemungkinan diagnosis keganasan
membantu gejala spasme esophagus pada pasien, bersama dengan nasihat mengenai diet dan
nutrisi. Antagonis kalsium dan nitrat berperan dalam mengurangi gejala
Disfagia neuromuscular : seperti yang ditemukan pada penyakit sereebrovaskular,
miasteniagravis dan lain-lain. Bias sangat menggangu dan jika penyebab tidak dapat diterapi
bias dipasang PEG (Percutanous enterogastrostomy)
Kompresi ekstrinsik diterai sesuai peyakit yang mendasari
Penyakit sistemik ditangani dengan cara yang sama. Scleroderma bias menyebbkan gejala
refluks yang berat, harus diberippi dosis tinggi.pada striktur yang jinak dilakukan dilatasi
dengan endoskopi

Anda mungkin juga menyukai