LAPORAN KASUS
I.1. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Agama
Alamat
Pekerjaan
MSR
No. CM
:
:
:
:
:
:
:
:
Sdr. A
18 tahun
Laki-laki
Islam
Pakis, Magelang
Pelajar
I.2. Anamnesis
Autoanamnesa dan Alloanamnesa (dengan anak pasien) pada 26 Maret 2015
Keluhan Utama
: Sulit Menelan
Hipertensi
: +
DM
: +
Hiperlipidemia
:+
: disangkal
: disangkal
Riwayat Pengobatan
Pasien belum melakukan pengobatan penyakit yang dikeluhankannya tersebut.
I.3. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan dilakukan pada 26 dan 27 Maret 2015 pukul 16.00 WIB
1. Status generalis
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan gizi
: Kurang
Tinggi badan 150 cm, berat badan 40 kg,
IMT = 17.7 kg/m2 (underweight)
Tanda vital
: Tekanan darah = 140/90 mmHg
Nadi = 98 x/menit, equal, isi cukup, reguler
Suhu = 36.30C
Laju Pernafasan (RR) = 18 x/menit
2. Status lokalis THT (Telinga, Hidung, Tenggorokan)
2.1.
Kepala dan Leher
Kepala: mesocephale
Wajah : simetris
Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), nyeri tekan (-)
2.2.
2.3.
: gigi berlubang
Lidah
Pipi
: bengkak (-)
Pemeriksaan Telinga
Bagian Auricula
Dextra
Bentuk normal,
Sinistra
Bentuk normal
Auricula
fistula (-)
fistula (-)
Pre auricular
Retro auricular
Mastoid
CAE
Membran timpani
2.4.
Bengkak (-)
Bengkak (-)
eritema (-)
eritema (-)
Sekret (-)
Intak
Sekret (-)
Intak
putih mengkilat
putih mengkilat
Pemeriksaan Hidung
Bagian Hidung Luar
Dextra
Normal
-
Bentuk
Inflamasi atau tumor
Nyeri tekan sinus
Deformitas atau septum
deviasi
Rhinoskopi anterior
Vestibulum nasi
Dasar cavum nasi
Sekret
Mukosa
Benda asing
Perdarahan
Normal
Normal
Normal
Adenoid
Konka nasi media
Konka nasi inferior.
Hiperemis (-)
-
Hiperemis (-)
-
Hipertrofi (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hipertrofi (-)
Hiperemis (-)
Hiperemis (-)
Deviasi (-)
Tidak ada sinusitis
Septum
Transluminasi
2.5.
Sinistra
Normal
-
Pemeriksaan tenggorokan
Lidah
Uvula
Tonsil
Ukuran
Permukaan
Warna
Kripte
Detritus
Faring
Melebar (-)
Melebar (-)
(-)
(-)
Mukosa hiperemis (+), dinding tidak rata,
granular (-)
3. Status Neurologis
a. Nervi Cranialis
1. Nervus V (N. Trigeminus)
Sensoris
: Sde
Motorik
: Menggigit
Membuka Mulut
Reflex
: Reflex kornea
2. Nervus VII (N. Fasialis)
Motorik
: Kondisi Diam
Kondisi Bergerak
3. Nervus IX,X (N. Glossopharyngeus,Vagus )
Inspeksi oropharing keadaan istirahat
Menelan
Suara Serak atau parau
4. Nervus XII (N. Hipoglosus)
Kondisi diam
Kondisi bergerak
b. Motorik
Observasi : sde
Palpasi
: Tidak terdapat atrofi, konsistensi kenyal
Perkusi : Normal
Tonus
: Normal
Kekuatan otot :
Ekstremitas atas : sde
Ekstremitas bawah: sde
c. Reflek Patologis
Babinski
: (-/-)
Chaddock
: (-/-)
Oppenheim
: (-/-)
I.4. Pemeriksaan Penunjan
Jenis
Pemeriksaan
Hematologi Rutin
Hemoglobin
Hematokrit
Eritrosit
Leukosit
Trombosit
MCV
MCH
24/03/2015
(21.47)
Nilai Rujukan
11.7
37.3
4
11.1
161.000
11 17 g/dL
35 48 %
4.3 6.0juta/uL
4.0 12.0 /uL
150.000
86.2
27.2
400.000/uL
80 96 fL
27 32 pg
: dbn
: dbn
: (+)
: dbn
: sde
: dbn
: air (+) /makanan(-)
: dbn
: Tidak ada deviasi
: Tidak ada deviasi
MCHC
16.4
Kimia Klinik
Ureum
85
Kreatinin
2.5
Glukosa Darah
133
SGOT
32
SGPT
20
Usulan Pemeriksaan Penunjang
32 36 g/dL
20 50 mg/dL
0.5 1.5 mg/dL
70-110 mg/dL
3 35 U/L
8 41 U/L
Esofagoskopi
Resume
1
2
3
4
5
Anamnesis
Disfagia
Odinofagia
Anoreksia
Tonsil: dbn
Esofagoskopi
Disfagia ec Tumor
CVA
Akalasia
Esofagitis
Striktur Peptikum
Bed rest
Diet cair
Oral higent
2. Medikamentosa
Zibac 2 x 1 g
Ketorolac 2 x 1 amp
Ranitidin 2 x 30 mg
Pemasangan NGT
Konsul gizi
Konsul pey. dalam
3. Edukasi
Prognosa
Quo ad Vitam
Quo ad Functionam
Quo ad Sanationam
: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam
LARING
Anatomi Laring
Laring adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada pintu masuk jalan
napas dan berperan dalam pembentukan suara. Laring terletak di bawah lidah dan os hyold
diantara pembuluh-pembuiuh besar leher dan terletak setinggi vertebra cervicalis keempat,
kelima, dan keenam. Ke atas, Laring terbuka ke laringofaring, ke bawah laring berlanjut
sebagai trachea. Di depan laring ditutupi oleh ikatan otot-otot infrahyoid dan di lateral oleh
glandula thyroidea. Kerangka laring dibentuk oleh beberapa cartilago, yang dihubungkan
oleh membrana dan ligamentum dan digerakkan oleh otot. Laring dilapisi oleh membrana
mucosa.
Cartilago Laring
-
Cartilago Thyroidea
Cartilago thyroidea merupakan cartilago terbesar laring dan terdiri dari dua lamina
cartilago hyalin yang bertemu di garis tengah pada tonjolan bersudut V (disebut
Adam's apple). Pinggir posterior menjorok ke atas sebagai cornu superius dan ke
bawah cornu inferius. Pada permukaan luar setiap lamina terdapat linea obliqua
sebagai tempat lekat otot-otot.
Cartilago Cricoidea
Cartilago cricoidea dibentuk oleh cartilago hyalin dan berbentuk seperti cincin
cap, mempunyai lamina yang lebar di belakang dan arcus yang sempit di anterior.
Cartilago cricoidea terletak di bawah cartilago thyroidea dan pada masing-masing
permukaan lateralnya terdapat facies articularis untuk bersendi dengan cornu
inferius cartilago thyroidea. Di posterior, pada setiap lamina di pinggir atasnya
terdapat facies articularis untuk bersendi dengan basis cartilago arytenoidea.
Semua sendi ini adalah jenis sinovial.
Cartilago Arytenoidea
Terdapat dua buah cartilago arytenoidea, kecil, berbentuk pyramid, dan terletak
pada permukaan belakang laring. Cartilago ini bersendi dengan pinggir atas
lamina cartilage cricoidea. Masing-masing cartilago mempunyai apex di atas yang
bersendi dengan cartilago corniculata yang kecil, serta basis di bawah yang
bersendi dengan lamina cartilago cricoidea, dan sebuah processus vocalis yang
menonjol ke depan dan merupakan tempat lekat dari ligamentum vocale.
Processus muscularis yang menonjol ke lateral, menjadi tempat lekat Musculus
cricoarytenoideus lateralis dan posterior.
-
Cartilago Corniculata
Dua buah cartilago kecil berbentuk kerucut, bersendi dengan apex cartilaginis
arytenoideae. Menjadi tempat lekat plica aryepiglottica.
Cartilago Cuneiforme
Dua cartilago kecil yang berbentuk batang ini terletak di dalam plica
aryepiglottica dan berperan memperkuat plica tersebut.
Epiglotis
Merupakan cartilago elastis berbentuk daun yang terletak di belakang radix
linguae. Tangkainya dilekatkan di belakang cartilago thyroidea. Sisi epiglottis
dihubungkan dengan cartilago arytenoidea oleh plica aryepiglottica, yang
merupakan sebuah lipatan membrana mucosa. Pinggir atas epiglottis bebas.
Membrana mucosa yang melapisinya berjalan ke depan, meliputi permukaan
posterior lidah sebagai plica glossoepiglottica mediana. Lekukan pada membrana
mucosa di kanan dan kiri plica glossoepiglottica disebut vallecula. Di sebelah
lateral, membrana mucosa berjalan ke dinding pharynx membentuk plica
glossoepigloftica lateralis.
Membrana Thyrohyoidea
Membrana thyrohyoidea menghubungkan pinggir atas cartilage thyroidea dengan
os hyoid. Pada garis tengah, membrana ini menebal, membentuk ligamentum
thyrohyoideum medianum. Pada kedua sisinya, membrana ini ditembus oleh vasa
laryngea superior dan nervus laryngeus internus, sebuah cabang dari nervus
laryngeus superior.
Ligamentum Cricotracheale
Ligamentum cricotracheale menghubungkan cartilago cricoidea dengan cincin
trachea pertama.
Membrana Quadrangularis
Ligamentum Cricothyroideum
Pinggir bawah ligamentum cricothyroideum dilekatkan pada pinggir atas cartilago
cricoidea. Pinggir superior ligamentum ini tidak melekat pada cartilago thyroidea,
tetapi berjalan terus ke atas pada facies medialis cartilago thyroidea. Kedua
pinggir atasnya yang bebas, yang hampir seluruhnya tersusun dari jaringan elastis,
membentuk ligamentum vocale yang penting. Ligamentum vocale merupakan isi
dari plica vocalis (pita suara). Ujung anterior dari masing-masing ligamentum
vocale dilekatkan pada cartilago thyroidea. Ujung posterior dilekatkan pada
processus vocalis cartilago arytenoidea.
Fossa Piriformis
Fossa piriformis adalah recessus di kedua sisi lipatan dan pintu masuk.Di mediai
dibatasi plica aryepiglottica dan di lateral oleh cartilago thyroidea dan membrana
thyrohyoidea.
6.
Lipatan Larynx
-
Plica Vestibularis
Plica vestibularis merupakan sebuah lipatan yang terfiksasi pada masing-masing
sisi larynx. Masing-masing dibentuk oleh membrana mucosa yang menutuPi
ligamentum vestibulare, mengandung banyak vascular, dan berwama merah muda.
7.
Cavitas Laryngis
Cavitas laryngis terbentang dari aditus sampai ke pinggir bawah cartilago cricoidea
dimana ruang ini berlanjut sebagai trachea. Dapat dibagi dalam tiga bagian:
-
vocalis di bawah.
Daerah bawah, terbentang dari plica vocalis di atas sampai ke pinggir bawah
cartilago cricoidea di bawah
8. Otot laring
9. Persarafan Larynx
Saraf Sensoris
Di atas plica vocalis: ramus laryngeus internus, cabang dari nervus laryngeus superior
nervus vagus. Di bawah plica vocalis: nervus laryngeus recurrens.
Saraf Motoris
Semua otot-otot intrinsik larynx, kecuali musculus cricothyroideus dipersarafi oleh
nervus laryngeus recurrens. Musculus cricothyroideus dipersarafi oleh ramus
laryngeus externus dari nervus laryngeus superior nervus vagus.
10. Vaskularisasi Larynx
Setengah bagian atas larynx: ramus laryngeus superior arteria thyroidea superior.
Setengah bagian bawah larynx: ramus laryngeus inferior arteria thyroidea inferior.
11. Aliran Limfe Larynx
Pembuluh limfe bermuara ke dalam nodi lymphoidei cervicales profundi.
Fisiologi laring
FUNGSI LARING
1. Respirasi
KESULITAN MENELAN
Definisi
Keluhan kesulitan menelan (disfagia) merupakan salah satu gejala kelainan atau
penyakit di orofaring dan esophagus. Keluhan ini timbul bila terdapat gangguan gerakan otototot menelan dan gangguan transportasi makanan dari rongga mulut ke lambung.
Klasifikasi
Berdasarkan penyebabnya, disfagia dibagi atas:
Disfagia mekanik
Disfagia mekanik timbul bila terjadi penyempitan lumen esophagus. Penyebab
utama disfagia mekanik adalah sumbatan lumen esophagus oleh massa tumor dan
benda asing. Penyebab lain adalah akibar peradangan mukosa esophagus, striktur
lumen esophagus, serta akibat penekanan lumen esophagus dari luar, misalnya
pembesaran kelenjar timus, kelenjar tiroid, kelemjar getah bening di mediastinum,
pembesaran jantung, dan elongasi aorta.
Disfagia motorik
Keluhan disfagia motorik disebabkan oleh kelainan neuromuscular yang berperan
dalam proses menelan. Lesi di pusat menelan di batang otak, kelainan saraf otak n. V,
n. VII, n. IX, n. X dan n. XII, kelumpuhan otot faring dan lidah serta gangguan
peristaltic esophagus dapat menyebabkan disfagia. Penyebab utama dari disfagia
motorik adalah akalasia, spasme difus esophagus, kelumpuhan otot faring dan
skleroderma esophagus.
Disfagia orofaringeal
Disfagia esophageal
Disfagia esophagus adalah kesulitan transportasi makanan ke kerongkongan. Hal ini
Integrasi fungsional yang sempurna akan terjadi bila system neuromuscular mulai dari
susunan saraf pusat, batang otak, persarafan sensorik dinding faring dan uvula, persarafan
ekstrinsik esophagus serta persarafan intrinsic otot-otot esophagus bekerja dengan baik,
sehingga aktivitas motorik berjalan lancar. Kerusakan pusat menelan dapat menyebabkan
kegagalan aktivitas komponen orofaring, otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian
atas. Oleh karna otot lurik esophagus dan sfingter esophagus bagian atas juga mendapat
persarafan dari inti motor n. vagus, maka aktivitas peristaltic esophagus masih tampak pada
kelainan di otak. Relaksasi sfingter esophagus bagian bawah terjadi akibat perenggangan
langsung dinding esophagus.
Diagnosis
Anamnesa
keadaan
mukosanua.
Diperlukan
alat
esofagoskop
yang
kaku (rigid
Penatalaksanaan
Striktur peptikum : striktur yang berhubungan dengan refluks esophagus kadang-kadang
membutuhkan dilatasi endoskopik. Rekurensi mungkin bias dikurangi dengan inhibitor
pompa proton.
Karsinoma esophagus :
Akalasia : penatalaksanaan akalasia bias dengan beberapa cara.injeksi toksin batolinum
endoskopik ke sfingter esophagus bawah relative aman, namun hanya sedikit meringankan
gejala. Dilatasi pneumatic paksa memiliki resiko perforasi esophagus namun lebih
ungguldalam meringankan gejala. Kardiomiotomimasih merupakan prosedur definitive dan
sekarang bias dilakukan secara laparoskopi
Dismotilitas esophagus :memastikan tersingkirnya kemungkinan diagnosis keganasan
membantu gejala spasme esophagus pada pasien, bersama dengan nasihat mengenai diet dan
nutrisi. Antagonis kalsium dan nitrat berperan dalam mengurangi gejala
Disfagia neuromuscular : seperti yang ditemukan pada penyakit sereebrovaskular,
miasteniagravis dan lain-lain. Bias sangat menggangu dan jika penyebab tidak dapat diterapi
bias dipasang PEG (Percutanous enterogastrostomy)
Kompresi ekstrinsik diterai sesuai peyakit yang mendasari
Penyakit sistemik ditangani dengan cara yang sama. Scleroderma bias menyebbkan gejala
refluks yang berat, harus diberippi dosis tinggi.pada striktur yang jinak dilakukan dilatasi
dengan endoskopi