Anda di halaman 1dari 100

DISEMINASI AWAL

DEPARTEMEN MANAJEMEN KEPERAWATAN


RUANG PAVILIUN MAWAR
RUMKIT TK II dr. SOEPRAOEN MALANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kelompok Kepaniteraan Klinik

Pembimbing:
Ns. Evi Harwiatiningrum, S.Kep.
Ns. Ririn Tri Widayanti, S.Kep
Oleh:
Kelompok 5

Aprilia Dwi P.

115070207131011

Fiqih Andrian I.

115070201131013

Yepy Hesti R.

115070207131007

Farihatul Hoiroh

115070201131014

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Rumah Sakit merupakan salah satu tatanan jasa pemberi pelayanan
kesehatan harus mampu menyediakan berbagai jenis pelayanan kesehatan yang
bermutu dan juga merupakan institusi pelayanan kesehatan yang kompleks,
padat karya, padat pakar, dan padat modal (Ilyas, 2000 dalam Warsito, 2006).
Rumah sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat, yaitu pelayanan
kesehatan dan pelayanan administrasi. Pelayanan kesehatan mencakup
pelayanan medik, pelayanan penunjang medik, dan pelayanan keperawatan
(Wandy, 2007). Salah satu sumber daya manusia yang tidak bisa dipisahkan dari
rumah sakit adalah perawat. Disini, tenaga perawat sebagai sumber daya
manusia di rumah sakit selama 24 jam selalu berinteraksi dengan pasiennya,
memiliki waktu kontak serta jumlah yang paling banyak dibanding dengan tenaga
kesehatan manapun sehingga memiliki kontribusi yang besar dalam upaya
meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan yang diberikan dibanding dengan
tenaga kesehatan yang lain (Huberd, 2000 dalam Warsito, 2006).
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan kesehatan yang didasarkan
pada ilmu dan kiat keperawatan, yang mencakup bio, psiko, sosio, dan spritual
yang komprehensif ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat, baik sakit maupun sehat yang meliputi peningkatan derajat
kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Keputusan Menpan
Nomor 94 tahun 2001). Untuk itu perawat harus mampu melakukan upaya
preventif, promotif, preventif. kuratif, rehabilitatif penyakit serta pemeliharaan
kesehatan. Keperawatan juga mencakup kegiatan perencanaan dan pemberian
perawatan pada saat sehat, sakit, masa rehabilitasi dan menjaga tingkat
kesehatan fisik, mental, dan sosial yang seluruhnya akan mempengaruhi status
kesehatan, terjadinya penyakit kecacatan dan kematian (PPNI, 2006).
Sejalan dengan tingginya tuntutan manyarakat akan kualitas asuhan
pelayanan kesehatan, maka diperlukan upaya peningkatan profesionalisme
tenaga keperawatan dengan tujuan untuk menghasilkan ilmuan keperawatan
yang siap dan mampu melaksanakan pelayanan keperawatan profesional, baik

sebagai pengelola pelayanan keperawatan maupun pengelola manajemen


keperawatan (Nurhidayah, 2005) Tuntutan masyarakat terhadap kualitas
pelayanan keperawatan di era global ini dirasakan sebagai suatu fenomena yang
harus direspon oleh perawat. Oleh karena itu keperawatan di Indonesia pada
saat ini dan di masa akan datang perlu mendapatkan prioritas utama dalam
pengembangan keperawatan de ngan memperhatikan dan mengelola perubahan
yang terjadi di Indonesia secara profesional.
Kontribusi pelayanan keperawatan terhadap pelayanan kesehatan, yang
dilaksanakan di sarana kesehatan sangat tergantung pada manajemen
pelayanan perawatan. Hal ini sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI No.
983/Menkes/ASK/SK/XI/1992 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit Umum,
maka rumah sakit umum harus menjalankan beberapa fungsi, satu diantaranya
adalah fugsi pelayanan manajemen keperawatan. Salah satu upaya yang sangat
penting dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan adalah meningkatkan
sumber daya manusia dan manajemen keperawatan (Gillies, 1994 dalam
Warsito, 2006).
Manajemen

keperawatan

adalah

pengelolaan

keperawatan

dalam

merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, dan mengawasi sumber


daya

maupun

sumber

dana,

sehingga

dapat

memberikan

pelayanan

keperawatan yang efektif pada klien, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1994). Di
samping itu, manajemen keperawatan juga berhubungan dengan perencanaan,
pengorganisasian, pengaturan staf, kepemimpinan, dan pengendalian aktivitasaktivitas

keperawatan

pada

unit

atau

departemen

keperawatan.

Pengorganisasian pelayanan keperawatan secara optimal akan menentukan


mutu pelayanan keperawatan yang diberikan (Swansburg, 1999). Manajemen
keperawatan merupakan hal yang penting dalam menunjang keberhasilan
pelayanan keperawatan.
Salah satu poin besar dalam fungsi perencanaan adalah identifikasi
pasien tidak ada penanda khusus dengan penyakit infeksius sehingga tidak
dapat membedakan antara pasien infeksius dan noninfeksius pada rekam medic
pasien dan mutu pelayanan yaitu penerimaan pasien baru banyak yang tidak
dioerientasikan. Dalam melaksanakan praktek profesi departemen manajemen
ini, kami mencoba mengidentifikasi dan menganalisis fungsi perencanaan dan
pengorganisasian di Ruang Paviliun Mawar RS TK II dr Soepraoen dan menggali
permasalahan yang dapat muncul, untuk nantinya akan ditetapkan rencana
pemecahan masalahnya.

1.2 Tujuan
A. Tujuan Umum
Setelah melakukan tahapan pendidikan profesi keperawatan
diharapkan mahasiswa mampu menggunakan keterampilan manajemen
dan kepemimpinan pada asuhan keperawatan terhadap klien secara
menyeluruh melalui manajemen pelayanan keperawatan dan berupaya
memprakarsai

perubahan

yang

efektif

dalam

sistem

asuhan

pelaksanaan

asuhan

keperawatan.
B. Tujuan Khusus
1. Mempelajari profil RS Tingkat II Dr Soepraoen.
2. Mampu

melakukan

pengkajian

terhadap

keperawatan yang dilaksanakan di ruang Paviliun MawarRS Tingkat


II Dr Soepraoen.
3. Mampu menganalisis situasi manajemen di ruang Paviliun MawarRS
Tingkat II Dr Soepraoen.
4. Mampu mengidentifikasi kebutuhan dan masalah layanan kesehatan
yang terkait dengan manajemen keperawatan berdasarkan analisa
situasi nyata di rumah sakit.
5. Mampu menentukan prioritas kebutuhan dan masalah manajemen
keperawatan bersama pihak rumah sakit.
6. Mampu membuat tujuan dan rencana pemecahan masalah (plan of
action) untuk mengatasi permasalahan yang diprioritaskan.
7. Mengusulkan alternatif pemenuhan kebutuhan dan penyelesaian
masalah yang bersifat teknik operasional bagi ruang Paviliun Mawar
RS Tingkat II Dr Soepraoen.
8. Mampu

melaksanakan

alternatif

pemenuhan

kebutuhan

dan

penyelesaian masalah yang disepakati bersama unit terkait di RS


Tingkat II dr Soepraoen.
9. Mampu mengevaluasi pelaksanaan kegiatan pada aspek masukan
dan proses pada manajemen keperawatan.
10. Mampu merencanakan tindak lanjut dari hasil yang dicapai berupa
upaya mempertahankan dan memperbaiki hasil melalui kerjasama
dengan unit terkait di RS Tingkat II dr Soepraoen.
11. Melaksanakan

seminar

evaluasi

hasil

pelaksanaan

kegiatan

manajemen keperawatan di ruang Paviliun Mawar RS Tingkat II dr


Soepraoen.

C. Manfaat
1. Bagi mahasiswa

Mengaplikasikan

dan

mengintegrasikan

konsep

manajemen

keperawatan dalam tatanan praktek klinik danpengembangan


wawasan pengetahuan atau teori manajemen melalui penerapan
fungsi manajemen bangsal.

Memberikan kesempatan untuk berfikir kritis dalam menganalisa


MAKP (Metode Asuhan Keperawatan Profesional).

Mengaplikasikan

metode

supervisi

klinis

dalam

praktek

manajemen keperawatan.

Memberikan

pengalaman

pada

mahasiswa

dalam

bidang

manajemen.
2. Bagi ruangan atau institusi rumah sakit
Dapat dijadikan sebagai sarana dukungan, masukan, atau
pengembangan fungsi manajemen ruangan gunamempertahankan
dan peningkatan kualitas pelayanan keperawatan di ruangan pada
khususnya dan kualitas pelayanan rumah sakit pada umumnya dalam
mencapai pelayanan yang prima.

BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

2.1.

Rumah Sakit dr. Soepraoen Malang


Rumah sakit Tk II Dr. Soepraoen merupakan rumah sakit rujukan di

wilayah kodam V/ Brawijaya dan telah terakreditasi 12 pelayanan tahun 2012.


2.1.1. Sejarah Singkat
Rumah sakit ini berdiri tahun 1928 dengan nama awal Rumah Sakit
Zending Malang. Baru pada tahun 1932 digabung dengan CBZ(Central
Burgerlijke Ziekeninrichting), diperluas dengan penambahan ruang baru seperti
yang ada sekarang dan berganti nama menjadi Rumah Sakit TK II Dr.
Soepraoen. Nama Dr. Soepraoen sediri diambil dari nama seorang dokter militer
Angkatan Darat yang gugur saat menjalankan tugas di Jawa Timur dan
dimakamkan di Ds. Balungbendo Kab. Mojokerto tahun 1946.
2.1.2. Luas Lahan
a. Seluruhnya
: 73.578,01 M
b. Luas Pekarangan
: 61.696 M
c. Luas Bangunan
:11.882,01 M
2.1.3. Fasilitas Pelayanan
a. IGD, ICCU/ICU/NICU/PICU, Hemodialisis
b. Poliklinik : Penyakit Dalam, Bedah, Anak, Klinik Pediatri / Tumbang
Anak, Obgyn, Saraf, Klinik Kulkel/Kosmetik, Klinik Kardiologi,
Klinik Paru/Asma, Klinik Gizi, Klinik Jiwa, Klinik THT, Klinik Mata,
Klinik Gigi Dan Mulut, Klinik Khusus VIP Dinas, Klinik Fisioterapi,
Klinik Rosela/VCT, Klinik Akupuntur
c. Laboratorium
d. Ruang rawat inap
Ruang Rawat Inap Paviliun
R. Perawatan Penyakit Dalam: Pria (Flamboyan), Wanita
(Teratai)
R.Perawatan Bedah: Pria (Dahlia), Wanita (Bougenvil)
R. Perawatan Anak (R. Nusa Indah)
R. Bayi Patol (R. NICU/PICU)
R. Obgyn----Tulip I Dan Rawat Gabung
R. Umum Dan Jiwa (R. Kenanga)
R. Isolasi (R. Cempaka)
e. R. Icu Bedah Dan Non Bedah
f. R. Neuro & ICU Neuro ---- Paviliun mawar
g. R. Jamkesmas/da ---- Seruni
h. Paviliun Dan VIP:

Anggrek
Mawar
Melati
PAV Tulip I
2.1.4. Mempunyai kapasitas tempat tidur klien sebanyak 179 tempat tidur, terdiri
dari 24 tempat tidur paviliun dan 155 tempat tidur umum.
2.1.5. Saat ini digunakan sebagai lahan praktek siswa SMK, mahasiswa DIII
Keperawatan dan DIII Kebidanan, Profesi Ners (S1 Keperawatan), S1
Gizi, serta Co-as (Profesi Dokter) dan Program Pendidikan Dokter
Spesialis (PPDS).
2.2.

Profil dan Gambaran Umum Ruang Paviliun mawar Rumah Sakit

Tingkat II dr. Soepraoen


2.2.1. Sejarah Singkat
Ruang Paviliun Mawar berdiri bersamaan dengan berdirinya RS
Tingkat II dr. Soepraoen. Ruangan ini termasuk kelas I dengan tipikal
multiple case (banyak kasus) dan ditempati mulai dari golongan perwira
pertama (Letnan sampai Mayor), perwira menengah, dan PNS golongan
III. Terdiri dari total 12 kamar pasien dengan 19 tempat tidur.
2.2.2. Denah Ruangan Paviliun Mawar
TERAS
1
2
A

1
1
A

1
0
A

1
2
B

1
1
B

1
0
B

9
A
9
B

7
A

8
A
B
8
B

6
B

5
B

Keterangan:
A : Ruang Perawat

8A

: Kamar 8A

B : Dapur

8B

: Kamar 8B

: Kamar 1

9A

: Kamar 9A

: Kamar 2

9B

: Kamar 9B

: Kamar 3

10A

: Kamar 10A

: Kamar 4

10B

: Kamar 10B

: Kamar 5

11A

: Kamar 11A

6A : Kamar 6A

11B

: Kamar 11B

6B : Kamar 6B

12A

: Kamar 12A

7A : Kamar 7A

12B

: Kamar 12B

7B : Kamar 7B

BAB III
HASIL PENGKAJIAN DAN ANALISA
SERTA SINTESA PERMASALAHAN
3.1. Hasil Pengkajian
3.1.1. Pengkajian 5 M

Pengkajian 5 M dalam manajemen keperawatan meliputi, Man,


Money, Material and Machine, Methode, dan Market.

1. Man
A. Jumlah Tenaga
Kualifikasi tenaga keperawatan di Paviliun Mawar Rumah Sakit
Tingkat II Dr Soepraoen berjumlah 19 orang dengan rincian sebagai
berikut :
a. Tenaga Keperawatan
Tabel 3.1

Kualifikasi Tenaga Keperawatan Paviliun Mawar Rumah


Sakit Tingkat II Dr Soepraoen

No.

Kualifikasi

1.

S1
Keperawatan

2.

DIII
Keperawatan

3.

SPK

Jenis

Jumlah

HR
PNS
TNI
PNS
HR
Magang
PNS
HR
TNI

1
5
7
5
1
1

Jumlah
total

Prosentase

5%

17

85%

10%

20

100%

Jumlah

Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan bahwa perawat di


Paviliun Mawar yaitu 5% berpendidikan S1 Keperawatan, 85% DIII
Keperawatan, dan 10% adalah SPK, sehingga perlu ditingkatkan
untuk bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sedangkan untuk rekruitmen pegawai dan kriteria masuk RS Tingkat
II Dr Soepraoen tidak ada spesifikasi khusus.

b. Tenaga Non Keperawatan


Tabel 3.2
No.
1.

Tenaga Non Keperawatan Paviliun Mawar Rumah Sakit


Tingkat II dr Soepraoen
Kualifikasi

Pekarya
Total

Jumlah
5
5

Presentase
100%
100%

Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa sebagian besar


yaitu 100% tenaga non keperawatan di Paviliun Mawar adalah tenaga
pekarya kesehatan.
B. Kualitas Tenaga
Berdasarkan

hasil

rekapitulasi

yang

dilakukan

didapatkan

kualifikasi tenaga perawat di Paviliun Mawar sebagai berikut:


Tabel 3.3

Kualitas Tenaga Keperawatan Paviliun Mawar Rumah Sakit


ddcTingkat II Dr Soepraoen

No

Nama

Pendidikan

Masa
Kerja

1.

Ns. Ririn T,
S.Kep

S1
Keperawatan

17 tahun

2.

Yatin

3.

Siswanto

4.

Kasan

5.

Tri Tugas

6.

Nurul
Istiana

7.

Rupiati

8.

Andik

9.

Erva

10.

Istiana

11.

Ika

12.

Pradika
Duan

13.

Sismawati

Jenis
Ketenagaan
PNS

Pelatihan
yang Pernah
Diikuti
BLS, EKG,
KMB
EKG, Patient
Safety,
Clinical
Instructure,
Transfusi
darah

DIII
Keperawatan

13 tahun

PNS

SPK

21 tahun

TNI

Tidak pernah

DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan

13 tahun

PNS

BLS

17 tahun

PNS

BLS,
Kemoterapi

6 tahun

PNS

BLS

SPK

16 tahun

PNS

BLS,
Kemoterapi

DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan

17 tahun

HR

BLS

9 tahun

HR

BLS

9 tahun

HR

Tidak pernah

12 tahun

HR

BLS

1 tahun

HR

BLS

10 tahun

HR

Tidak pernah

Keterangan

Sedang
menempuh
pendidikan
S1
keperawatan

Sedang
menempuh
pendidikan
D III
Keperawatan

14.

Siti
Miftaqul M

15.

Aries

16.

Fitri

17.

Riska

18.

Deni

19.

Dendy

20.

Nove

DIII
Keperawatan

2 tahun

SPK

DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan
DIII
Keperawatan

HR

BLS

HR

Tidak pernah

13 bulan

HR

BLS

14 bulan

HR

BLS

12 bulan

HR

BLS

12 bulan

HR

BLS

12 bulan

HR

BLS

Sedang
menempuh
pendidikan
D III
Keperawatan

Berdasarkan tabel diatas diinterpretasikan bahwa sebanyak 85%


perawat yang bekerja di Paviliun Mawar pernah mengikuti pelatihan atau
kegiatan untuk meningkatkan skill dan kemampuan dalam bidang medis.
C. Kebutuhan Tenaga Perawat
a. Skor Ketergantungan Pasien
Jumlah pasien, diagnosa medis, serta tingkat ketergantungan pasien di
Ruang Paviliun Mawar Rumah Sakit Tingkat II Dr Soepraoen pada tahap
pengkajian yakni tanggal 7-9 September 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 3.4. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Paviliun Mawar
RSTingkat II Dr Supraoen pada tanggal 7 September 2015
TIM

No.
Tempat
Tidur
1
2
3
4
5A
5B
5C
6A
6B
7A
7B
8A
8B

Diagnosa Medis

Usia
(tahun)

Tingkat
Ketergantungan

Peritonitis+RPD Hepatitis C
Tumor Parotitis
Obs Hematuria
Kemoterapi
Kemoterapi
Kemoterapi
DM+Dekompensasi Cordis
Epitaksis + HT + DM
DHF H-5

57
25
74
60
46
44
52
56
17

P
T
P
M
M
M
P
P
P

9A
9B
10A
10B
11A
11B
12A
12B

GEA
Impaksi Gigi
LBP + DM
Bronkopneumonia
Post Op. APP H+3
JUMLAH

37
43
75
58
83
-

P
M
P
P
T
T= 2
P= 8
M= 4
Pasien= 14

Keterangan: T:Total care; P: Partial care; M: Minimal care


Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 7
September 2015 terdapat 14 pasien, sebanyak 28,6% pasien yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan minimal, 57,1% memiliki tingkat ketergantugan
parsial, dan 14,3% memiliki tingkat ketergantungan total.

Tabel 3.5. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Paviliun Mawar
RSTingkat II Dr Supraoen pada tanggal 8 September 2015
TIM

No.
Tempat
Tidur
1
2
3
4
5A
5B
5C
6A
6B
7A
7B
8A
8B
9A
9B
10A
10B
11A
11B
12A
12B

Diagnosa Medis
Peritonitis+RPD Hepatitis C
Tumor Parotitis
Obs Hematuria
Kemoterapi
Kemoterapi
Kemoterapi
Kemoterapi
DM+Dekompensasi Cordis
Dekompensasi Cordis
Epitaksis + HT + DM
DHF H-6
GEA
Impaksi Gigi
TE
LBP + DM
TE
TE
Dekompensasi Cordis
Dekompensasi Cordis + DM
+ Dyspepsia
JUMLAH

Usia
(tahun)

Tingkat
Ketergantungan

57
25
74
43
20
40
37
52
51
56
17
37
43
10
75
10
10
66
74

P
P
P
M
M
M
M
P
T
P
P
P
M
P
P
P
P
P
T= 1
P= 13

M= 5
Pasien= 19
Keterangan: T:Total care; P: Partial care; M: Minimal care
Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 8
September 2015 terdapat 19 pasien, sebanyak 26,3% pasien yang dirawat
memiliki

tingkat

ketergantungan

minimal,

68,4%

memiliki

tingkat

ketergantungan parsial, dan 5,3% memiliki tingkat ketergantungan total.

Tabel 3.6. Diagnosa dan Skor Ketergantungan Pasien di Ruang Paviliun Mawar
RSTingkat II Dr Supraoen pada tanggal 9 September 2015
TIM

No.
Tempat
Tidur
1
2
3
4
5A
5B
5C
6A
6B
7A
7B
8A
8B
9A
9B
10A
10B
11A
11B
12A
12B

Diagnosa Medis

Usia
(tahun)

Tingkat
Ketergantungan

57
25
74
46
51
45
64
51
52
21
37

P
P
P
M
M
M
P
T
T
P
P
P
P
P
P
P
P
P

Peritonitis+RPD Hepatitis C
Tumor Parotitis
Obs Hematuria
Kemoterapi
Kemoterapi
Kemoterapi
Colestisitis
Dekompensasi Cordis
CKD
DHF H+3
GEA
APP
TE
LBP + DM
TE
TE
Dekompensasi Cordis
Dekompensasi Cordis + DM
+ Dyspepsia
JUMLAH

10
75
10
10
66
74

T= 2
P= 13
M= 3
Pasien= 18

Keterangan: T:Total care; P: Partial care; M: Minimal care


Berdasarkan tabel di atas diinterpretasikan bahwa pada tanggal 9
September 2015 terdapat 18 pasien, sebanyak 16,7% pasien yang dirawat
memiliki tingkat ketergantungan minimal, 72,2% memiliki tingkat ketergantugan
parsial, dan 11,1% memiliki tingkat ketergantungan total.

b. Kebutuhan Tenaga Keperawatan Berdasarkan Metode Gillies


Tanggal 7 September 2015
a. Tingkat ketergantungan pasien
1) Minimal : 4 orang
2) Parsial
: 8 orang
3) Total
: 2 orang
b. Kebutuhan Perawat
Keperawatan Langsung
Minimal
4 x 2 = 8 jam
Parsial
8 x 3 = 24 jam
Total

2 x 6= 12 jam +
44 jam
Keperawatan tidak langsung
14 x 1 jam = 14 jam
Penyuluhan
14 x 15 menit = 210 menit = 3,5 jam
Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
44 jam + 14 jam+ 3,5 jam = 61,5 jam
Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan=
61,5 jam = 8,8 = 9 orang
Waktu kerja efektif
7 jam
Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 9 = 4 orang
Sore = 35% x 9 = 3 orang
Malam = 17% x 9 = 2 orang
Tanggal 8 September 2015
a. Tingkat ketergantungan pasien
1) Minimal : 5 orang
2) Parsial
: 13 orang
3) Total
: 1 orang
b. Kebutuhan Perawat
Keperawatan Langsung
Minimal
5 x 2 = 10 jam
Parsial
13 x 3 = 39 jam
Total

1 x 6 = 6 jam +
55 jam
Keperawatan tidak langsung
19 x 1 jam = 19 jam
Penyuluhan
19 x 15 menit = 285 menit = 4,75 jam
Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
55 jam + 19 jam+ 4,75 jam = 78,75 jam
Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan=
78,75 jam = 11,3 = 11 orang
Waktu kerja efektif
7 jam
Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 11 = 5 orang
Sore = 35% x 11 = 4 orang

Malam = 17% x 11 = 2 orang


Tanggal 9 September 2015
a. Tingkat ketergantungan pasien
1) Minimal : 3 orang
2) Parsial
: 13 orang
3) Total
: 2 orang
b. Kebutuhan Perawat
Keperawatan Langsung
Minimal
3 x 2 = 6 jam
Parsial
13 x 3= 39 jam
Total

2 x 6 = 12 jam
57 jam
Keperawatan tidak langsung
18 x 1 jam = 18 jam
Penyuluhan
18 x 15 menit = 270 menit = 4,5 jam
Total waktu keperawatan
Keperawatan langsung + keperawatan tidak langsung + penyuluhan=
57 jam+ 18 jam+ 4,5 jam = 79,5 jam
Jumlah kebutuhan perawat per hari
Total waktu keperawatan =
79,5 jam = 11,4 = 11 orang
Waktu kerja efektif
7 jam
Jumlah kebutuhan per shift
Pagi = 47% x 11 = 5 orang
Sore = 35% x 11 = 4 orang
Malam = 17% x 11 = 2 orang
Berdasarkan rumus Gillies didapatkan hasil perhitungan ratarata jumlah perawat perhari adalah 10 orang, yaitu 5 perawat dinas
pagi, 3 perawat dinas sore dan 2 perawat dinas malam.

2. Money
a. Sistem Gaji dan Remunerasi
Di Paviliun Mawar Rumah Sakit Tingkat II dr Soepraoen
menggunakan sistem pemberian gaji pegawai golongan tentara
dan PNS yang berasal dari pemerintah, dan sumber gaji pegawai
non-PNS (honorer) berasal dari intern rumah sakit ditambah
dengan insentif per bulan. Dana tersebut berasal dari instalasi
rawat inap masing-masing. Sampai saat ini untuk perawat yang
menjalani masa magang di ruangan tidak mendapatkan gaji,
justru membayar biaya praktik magang di RS. Sedangkan
pemberian remunerasi dihitung berdasarkan BOR.
b. Sumber pendapatan ruangan
Sumber pendapatan di Paviliun Mawar Rumah Sakit Tingkat II dr
Soepraoen hanya berasal dari pemerintah, dan tidak ada sumber

dana lain. Hal ini diatur oleh rumah sakit dan dibagikan pada tiap
ruangan sesuai kebutuhan yang terpusat dari instalasi rawat
inap.
c. Tarif rawat inap
Tarif rawat inap di Paviliun Mawar Rumah Sakit Tingkat II Dr
Soepraoen seluruhnya telah diberlakukan tarif ruang perawatan
kelas I, dengan rincian sebagai berikut:
Daftar Tarif Rawat Inap (Visite Dokter Ahli/Spesialis)
Ruang
Kelas I

Tarif

Adm

Biaya
Makan

Kamar

420.000

15.000

40.000

161.000

Jasa
Dokter

Perawat

137.500

66.500

Daftar Tarif Rawat Inap Visite Dokter Umum


Ruang
Kelas I

Tarif

Adm

Biaya
Makan

Kamar

387.100

15.000

40.000

161.100

Jasa
Dokter

Perawat

110.000

61.000

Fasilitas:
Kelas I Kamar 1 4

:1 kamar untuk 1 pasien (terdapat 1 ekstra


bed untuk keluarga), 1 kamar mandi untuk 2
kamar, terdapat TV, Kulkas.

Kelas I Kamar 5 12 :1 kamar dengan 2 bed untuk 2 pasien


(dipisahkan oleh sekat permanen), kamar
mandi di dalam, air panas, TV.

3. Material and Machine


Dalam melaksanakan asuhan keperawatan di ruang Mawar
(paviliyun), tentunya harus didukung dengan alat-alat medis maupun non
medis. Adapun alat-alat yang dimiliki oleh ruang Mawar ini baik alat medis
maupun non medis adalah sebagai berikut:
a) Peralatan dan Fasilitas
a. Fasilitas untuk pasien
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara di Ruang Paviliun
Mawar RST dr.Soepraon tentang inventaris, fasilitas dan bahan obatobatan yang tersedia dengan perincian sebagai berikut :
Kapasitas ruang Paviliun Mawar ada 21 tempat tidur dalam 12
ruangan, terdiri dari :
1) Kelas I (Kamar 1 - 4)

Terdiri dari 1 kamar untuk 1 pasien, kamar mandi di dalam, 1


kamar mandi unruk 2 pasien, air panas, TV, AC, Kulkas, almari, 1
extra bed untuk keluarga.
2) Kelas I (Kamar 5)
Terdiri dari 1 kamar untuk 3 pasien, kamar mandi dalam, air
panas, TV, Kulkas, almari
3) Kelas I (Kamar 6 - 12)
Terdiri dari 1 kamar untuk 2 pasien, kamar mandi di dalam, air
panas, TV, almari, AC.
Dari 12 ruangan, terdapat 1 ruangan khusus untuk
tindakan kemoterapi, namun belum ada ruangan khusus untuk pasien
infeksius, tidak ada ruangan khusus untuk sentralisasi obat.
b. Fasilitas untuk perawat
1) Nurse station
Terdapat

satu

ruang

dengan

kondisi

kurang

rapi.

Untuk

dokumentasi di lengkapi dengan buku injeksi, buku observasi TTV,


buku laporan tim, buku operan jaga, buku ceklist radiologi, buku
KLB, buku ekspedisi alat, buku copy resep dinas, buku ekspedisi
laborat, buku laporan bulanan. Ruang Kepala Ruangan gabung
dengan Nurse station tanpa pembatas.
2) Kamar mandi
Kamar mandi cukup bersih dan lokasi di samping nurse station.
3) Kamar ganti perawat, di dalamnya terdapat tempat sholat cukup
untuk 1 orang dan peralatan dapur.
4) Tempat sentralisasi obat gabung dengan nurs station.

b) Fasilitas Peralatan dan Bahan Kesehatan


Alat Keperawatan dan Kebidanan
Tabel 3.7 Fasilitas peralatan Kesehatan yang Tersedia di Ruang
Paviliun Mawar RS Tingkat II Dr Soepraoen bulan Oktober
2014
JML
KONDISI
NO
NAMA ALAT
BAIK
RUSAK
INVENTARIS
1

Almari Obat

2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
32
33
34
35
36
37
38
39
40

Ambubag Dewasa
Bag Hot (Wwz)
Bag Ice (Escrap)
Bak Instrumen Besar
Bak Instrumen Kecil
Bak Instrumen Sedang
Bengkok Stainless
Brankarrt
Com Tutup 12 Cm
ECG
Gunting Verband
Kereta Oksigen
Korentang
Kursi Roda
Lampu Senter
Lampu Tindakan
Manometer O2
Matras Anti Dekubitus
Nebulizer
Pinset Anatomi
Pispot
Reflek Hammer
Tempat Tidur Multifungsi
Standar Infus Beroda
Sterilisator Kering
Stetoscope Dewasa
Suction Dewasa
Tabung O2 Kecil
Tensimeter dewasa
Termometer Axila
Termometer elektrik
Termometer rektal
Timbangan BB
Tongspatel stenlis
Torniquet
Troli Tindakan
Tromol Kecil
Urinal Plastik
Waskom Mandi Steinlis
Panjatan kaki pasien kayu
Lampu Pembaca Foto

1
1
1
1
1
2
5
1
3
1
1
1
2
2
1
1
4
1
1
2
18
1
15
9
1
2
1
1
1
1
2
2
1
1
4
3
1
16
10
2
1

41
42
43

(iluminator)
Pinset Chirugi
Klem
Meja ECG

1
3
1

1
1
1
1
1
2
3
1
3
1
1
1
2
1
1
1
4
1
1
2
18
1
15
9
1
2
1
1
1
1
2
2

1
1
3
3
1
16
10
2
1
1
3
1

44
45

Tensimeter Beroda
Troli dua lubang baskom

1
2

1
2

46

mandi
Dispencer auto soap

47

Rak pispot

12

12

48

Gunting bengkok

49

Standart infus di bed

14

14

50

Standart infus roda

51

Nampan

52

Inkubator kemo

53

Tempat tidur

24

24

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa beberapa alat medis


seperti tensimeter, termometer, peralatan rawat luka, cukup memenuhi
standard dan fungsi (keadaan), namun berdasarkan hasil observasi
penataan alat-alat tersebut masih kurang rapi.
Di paviliun mawar terdapat box yang khusus peralatan kemoterapi,
yang diletakkan di kamar 5 yang merupakan kamar bagi pasien yang
melakukan kemoterapi,

terdapat alat pelindung diri bagi perawat untuk

melakukan proses kemoterapi berupa kaca mata (google), handscone, scort,


penutup kepala. Di paviliun mawar terdapat box emergency yang diletakkan
di kamar 5.
Peralatan Rumah Tangga
Tabel 3.8 Fasilitas Rumah Tangga yang Tersedia di Ruang Paviliun Mawar
RS Tingkat II Dr Soeproen bulan Januari 2015
JML
KONDISI
NO
NAMA ALAT
BAIK
RUSAK
INVENTARIS
1
Alas kasur
24
24
2
Baju Operasi
18
18
3
Bungkus Kasur Perlak
24
24
4
Duk berlubang
1
5
Handuk kecil /lap cuci
31
31
6
7
8
9
10
11
12
13

tangan
Korden Jendela hijau
Korden Lurus (sekat)
Manset Tensi Dewasa
Perlak putih
Selimut Lorek
Selimut Wool
Skort Perawat
Sprei Pink

25
28
2
12
17
12
16
40

25
28
2
10
17
12
16
40

14
15
16

Stick laken pink


Taplak meja
Tutup tabung oksigen

40
7
15

40
6
11

17
18
19
20
21

hijau
Perlak coklat
Perlak pink
Celana operasi
Baju operasi
Selimut wol pink

10
20
47
14
19

10
20
47
14
19

1
4

Berdasarkan tabel diatas didapatkan data bahwa peralatan rumah


tangga jumlahnya masih tidak seimbang dengan jumlah bed di ruangan.
Untuk menyikapinya yaitu dilakukan verbed setiap 2 hari sekali, namun
meski begitu tetap saja kurang. Jumlah APD untuk perawat yaitu skort juga
masih kurang sehingga sebagian perawat tidak menggunakan skort saat
melakukan tindakan.
ALSATRI
Tabel 3.9 Fasilitas peralatan Kesehatan yang Tersedia di Ruang Paviliun
Mawar RS Tingkat II Dr Soepraoen bulan Oktober 2014
JML
KONDISI
NO
NAMA ALAT
BAIK
RUSAK
INVENTARIS
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Baki Melamin
Bantal Dewasa
Bel Pasien
Ceret Plastik/Teko
Dispencer
Galon Aqua
Gayung
Gelas pasien
Guling
Hand sanitizer
Jam Dinding
Kasur Pasien Dewasa Busa
Kasur Penunggu Pasien
Kereta Makan
Kunci Inggris
Kulkas
Kulkas Pasien
Kursi penunggu panjang

28
20
24
3
1
2
19
12
4
12
2
20
4
1
1
1
5
10

28
20
24
3
1
2
19
12
4
12
2
20
4
1
1
1
5
10

kayu
Kursi petugas jaga
Komputer
Lap Dapur

11
1
5

11
1
5

20
21
22
23
24
25
26
27

Loker Petugas
Mangkok nasi
Meja Dapur
Meja Makan Pasien
Rak formulir
Rak handuk
Rak sepatu plastik
Rambu-rambu dilarang

1
39
1
20
1
1
2
2

1
36
1
20
1
1
2
2

28

merokok
Rambu-rambu jagalah

29
30

kebersihan
Sendok
Tempat Sampah Kecil

20
3

20
3

31

Tertutup
Tempat Sampah Besar

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54

Tertutup
Troli Baju Kotor
1
1
Tutup gelas stainless
6
6
AC
12
12
Almari Linen
1
1
Almari pasien plastik
12
12
Kipas angin berdiri
1
1
Kompor Gas
1
1
Lukisan gambar figura
3
3
Meja Kepala Ruangan
1
1
Meja Perawat
1
1
Regulator Gas
1
1
Stavolt
1
1
Tabung Elpigi
1
1
Telepon Fleksi
1
1
Telepon Permanen
1
1
Televisi 21 Inci
12
12
Tempat Tidur Penunggu
4
4
Tempat Tidur Pasien
20
20
Piring lauk sango
7
5
2
Piring makan ceper
12
12
Piring makan sango
10
10
Mangkok sayur
42
41
1
Wastavel
13
13
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data peralatan rumah tangga

seperti gelas pasien, sendok dan lain-lain, sesuai dengan standard dan
dapat mencukupi kebutuhan pasien. Kebutuhan peralatan rumah tangga
telah diatur oleh 1 orang penanggung jawab inventaris.

Ketersediaan alat pencatatan dan pelaporan

No

Nama

Ada

Tidak ada

jumlah

Form pengkajian awal

Sediaan

Form rencana keperawatan

Sediaan

Form catatan perkembangan

Sediaan

Form observasi

Sediaan

Form resume

Catatan obat oral

Sediaan

Catatan obat injeksi

Form laboratorium lengkap

Sediaan

Form radiologi

Sediaan

10

Form permintaan darah

Sediaan

11

Form keterangan kematian

Sediaan

12

Form discharge planning

Sediaan

13

Form konsul

Sediaan

14

Resep umum

Sediaan

15

Resep JKN

Sediaan

16

Resep alat

Sediaan

17

Form permintaan makan

Sediaan

18

Form permintaan obat

Sediaan

19

Buku laporan pasien

20

Buku register pasien

21

White board

22

Spidol white board

Sediaan

23

Alat tulis

Sediaan

24

Staples

4. Methods
Methods adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar
jalannya pekerjaan. Sebuah metode dapat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan

berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran, fasilitasfasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu serta uang dan
kegiatan usaha. Perlu diingat, meskipun metode baik, sedangkan
orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau tidak mempunyai
pengalaman, maka hasilnya tidak akan memuaskan. Dengan
demikian, peranan utama dalam manajemen tetap manusianya.
Metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan di ruang
Paviliun Mawar adalah Metode Tim. Metode tim adalah suatu metode
yang didasarkan pada pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang

perawat

keperawatan

profesional

dalam

memimpin

memberikan

asuhan

sekelompok
keperawatan

tenaga
pada

sekelompok pasien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif. Metode


tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap aggota kelompok
mempunyai kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan
keperawatan sehingga pada perawat timbul motivasi dan tanggung
jawab yang tinggi.
Pembagian tugas pada metode tim di Paviliun Mawar dibagi
dalam 3 tim yang mana masing-masing tim terdiri atas satu ketua tim
yang dibantu oleh perawat assosiate atau perawat pelaksana yang
jumlahnya disesuaikan dengan ketersediaan tenaga keperawatan di
ruang Paviliun Mawar. Metode yang digunakan merujuk pada fungsifungsi manajemen keperawatan. Pelaksanaan metode tim di Paviliun
Mawar cukup efektif dan telah berjalan dengan maksimal. Perawat
telah fokus untuk melayani pasien di tim-nya masing-masing.

Tindakan Keperawatan di Ruang Paviliun Mawar


a. Operan
No.

Langkah-langkah

Persiapan:
1. Buku

laporan

2.

sebelumnya
Membaca laporan

3.

sebelumnya.
Shift
yang

7/09/15
M-P
P-S

Tanggal
8/09/15
M-P
P-S

9/09/15
M-P
P-S

shift

shift

akan

mengoperkan,
menyiapkan hal-hal yang

4.

akan di sampaikan.
Shift yang akan menerima,

operan / catatan harian


Kedua kelompok sudah

siap.
Prosedur Pelaksanaan:
1. Kepala ruang / Ketua Tim

membawa buku catatan


5.

mengucapkan

salam

(selamat

pagi/

assalamualaikum)

dan

menyampaikan
2.

segera dilakukan operan.


Perkenalkan
diri
dan
perawat

3.

akan

yang

akan

bertugas selanjutnya.
Kegiatan di mulai dengan
menyebut/mengidentifikasi
secara

satu

persatu

(berurutan tempat tidur /


kamar) :
Identifikasi Klien: nama,
4.

alamat, no register
Jelaskan
kondisi

5.

keadaan umum klien.


Jelaskan
tindakan

keperawatan yang telah


6.

dan belum dilakukan


Jelaskan hasil tindakan,
masalah teratasi sebagian,
belum

7.

atau

muncul

masalah baru.
Jelaskan secara singkat
dan jelas rencana kerja
dan tindak lanjut asuhan

8.

(mandiri atau kolaborasi)


Memberikan kesempatan
anggota

shift

yang

menerima operan untuk


melakukan

klarifikasi

bertanya tentang hal-hal


atau tindakan yang kurang
9.

jelas.
Perawat yang menerima

operan mencatat hal-hal


penting pada buku catatan
10

harian
Perawat

yang

mengoperkan
menyerahkan

semua

berkas catatan perawatan


kepada

tim

yang

menjalankan

akan
tugas

berikutnya.
Penutup:
1. Kepala Ruang / ketua tim
(yang memimpin) kembali
2.

ke Nurse Station
Berdoa bersama

yang

dipimpin oleh kepala ruang


3.
4.

/ ketua Tim.
Mengucap salam.
Mengucapkan
selamat
istirahat bagi anggota tim /

5.

shift sebelumnya.
Mengucapkan
selamat
bekerja untuk tim / shift
berikutnya
TOTAL
Presentase
Keterangan :

20
20
20
20
20
100% 100% 100% 100% 100%

20
100%

: Dilakukan
: Tidak Dilakukan

M-P

: Operan Malam ke Pagi

P-S

: Operan Pagi ke Sore

Keterangan:
Operan merupakan suatu timbang terima tugas dari shift satu
ke shift lain dengan waktu, isi dan strategi yang telah ditentukan.
Pelaksanaan operan di Paviliun Mawar selalu dilaksanakan di setiap

pergantian shift berdasarkan hasil pengamatan selama 3 hari, yaitu


mulai tanggal 7-9 September 2015.
Conference adalah diskusi kelompok tentang beberapa aspek
klinik dan kegiatan konsultasi. Pre conference adalah diskusi tentang
aspek klinik sebelum melaksanakan asuhan keperawatan pada
pasien. Post conference adalah diskusi tentang aspek klinik sesudah
melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien. Pada tanggal 7-9
September 2015 pelaksanaan conference di Ruang Paviliun Mawar
yaitu sebagai berikut :
1) Pre conference dilakukan setiap hari di Paviliun Mawar.
2) Tidak dilakukan middle conference di Paviliun Mawar.
3) Post conference belum dilakukan secara rutin di Paviliun
Mawar. Apabila dilakukan, post conference dilakukan sekitar
pukul 13.00 s/d 13.30.
4) Karu/ pemimpin pre conference dan post conference selalu
memimpin doa untuk mengawali dan mengakhiri aktivitas kerja
di ruangan.
5) Sudah dilakukan pembacaan SOP tindakan setiap dinas pagi
saat dilakukan pre conference.
b. Preconference
No.

Tim

12/01/15
D
T

Tanggal
13/01/15
D
T

14/01/15
D
T

konferens

Langkah-langkah

1.

Kepala

ruang/

Ketua

2.

memberi salam
Jelaskan tujuan

3.

awal
Berikan pengarahan kepada

4.

kegiatan pada shift pagi.


Lakukan pembagian tugas

5.

kepada tim
Berikan kesempatan

anggota tim tentang rencana

pada

masing masing ketua


untuk menjelaskan
kelolaannya
6.

serta

tim

pasien
membagi

tugas kepada anggota tim


Memberikan
kesempatan
kepada

Tim

mempresentasikan

untuk
kasus

special yang menjadi prioritas,


meliputi :
Identifikasi

Klien:

nama,

umur, no register
Diagnosa medis.
Diagnosa keperawatan dan
data focus yang menunjang
Tindakan
keperawatan
yang sudah dilakukan dan

7.

hasilnya.
Rencana tindak lanjut
Masalah yang dihadapi
Berikan kesempatan kepada
Tim

yang

mendiskusikan/
menanggapi,

lain

untuk
bertanya/

memberikan

8.

masukan.
Karu / Katim mencatat hasil

9.

diskusi anggota Tim.


Karu memberikan kesimpulan

dari diskusi yang telah di


10

lakukan.
Karu memberikan penekanan

pada hal-hal yang perlu di


perhatikan atau membacakan
SOP
11

untuk

pelaksanaan

tindakan.
Tanyakan kesiapan anggota
tim untuk melakukan kegiatan

12

pelayanan keperawatan.
Sampaikan kontrak waktu
untuk

13
14

pelaksanaan

post

konferens
Mengucapkan salam
Mengucapkan selamat bekerja
TOTAL
Prosentase
Keterangan :

12
2
12
2
12
86% 14% 86% 14% 86%

D :

Dilakukan

T :

Tidak Dilakukan

2
14%

c. Post Conference
No.

Langkah-langkah

1.

Kepala

Tim

7/09/15
D
T

2.
3.

memberi salam
Jelaskan tujuan konferens akhir
Berikan
kesempatan
pada

ruang/

Ketua

Tanggal
8/09/15
D
T

9/09/15
D
T

masing masing ketua tim


untuk
4.

menjelaskan

kelolaannya.
Memberikan
kepada

pasien

kesempatan
Tim

untuk

mempresentasikan

kasus

special yang menjadi prioritas,


meliputi :
Identifikasi

Klien:

nama,

umur, no register
Diagnosa medis.
Diagnosa keperawatan dan
data fokus yang menunjang.
Tindakan keperawatan yang
sudah

5.

dilakukan

dan

hasilnya.
Rencana tindak lanjut
Masalah yang dihadapi
Berikan kesempatan kepada
Tim

yang

lain

untuk

mendiskusikan/
bertanya/menanggapi,
6.

memberikan masukan.
Karu / Katim mencatat hasil

7.

diskusi anggota Tim.


Karu memberikan kesimpulan

dari hasil diskusi yang telah di


8.

lakukan.
Karu memberikan penekanan

pada hal-hal yang perlu di


9.

perhatikan
Mengucapkan salam
TOTAL
Prosentase %
Keterangan :

0
0%

Dilakukan

Tidak Dilakukan

9
3
6
8
100% 33% 67% 89%

1
11%

d. Orientasi Pasien Baru


Pada tanggal 7-9 September 2015, total jumlah pasien baru
sebanyak 12 orang. Berdasarkan observasi selama 3 hari dari 12
pasien

baru

tersebut

hanya

pasien

(66,7%)

yang

diorientasikan.
e. Ronde Keperawatan
Berdasarkan hasil wawancara kepada salah satu perawat
ruangan di Paviliun Mawar, belum pernah dilakukan ronde
keperawatan oleh perawat di Ruang Paviliun Mawar. Ronde
keperawatan pernah dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
f.

yang praktik di Paviliun Mawar.


Pendidikan Kesehatan
Saat dilakukan wawancara dengan kepala ruang, belum
ada jadwal khusus dalam ruangan untuk promosi kesehatan.
Selain itu PKMRS yang dibentuk oleh tim RS. dr. Soepraoen
belum berjalan, sehingga keluarga belum pernah mendapatkan
media informasi seperti leaflet terkait dengan penyakit yang
menggambarkan diagnosa/kondisi pasien di ruangan. Pendidikan
kesehatan dilakukan oleh perawat ruangan menyesuaikan waktu
apabila tidak terlalu sibuk dan biasanya dilakukan oleh

mahasiswa keperawatan yang praktik di Paviliun Mawar.


g. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat masih dalam tingkat pengembangan di
Paviliun Mawar. Terdapat rencana pembentukan PJ obat untuk
mengatur sentralisasi obat, namun pembentukan PJ tersebut
belum terlaksana.
Obat-obatan oral dan injeksi untuk pasien belum diatur dan
belum diletakkan pada masing-masing kotak penyimpanan yang
bertuliskan nomor bed sesuai dengan nama pasiennya. Untuk
pengaturan obat-obatan emergensi dan obat-obatan berlabel
High Alert masih tercampur dengan obat-obatan lainnya. Selain

itu, belum terdapat daftar nama obat-obatan kategori LASA


(Look alike, Sound alike). Sedangkan dalam pemberian obat,
semua perawat sudah melaksanakan prinsip 6 benar (100%),
yaitu benar pasien, benar obat, benar dosis, benar rute, benar
waktu, benar dokumentasi.

5. Market
a. Efisiensi Ruang Rawat Inap
- BOR
Hasil pengkajian analisis selama tanggal 7-9 September 2015
di Paviliun Mawar RS Tingkat II Dr Soepraoen.

Tgl
-

Jumlah

BOR
(Px/Bed x 100%)

Jumlah

07/08/15

Bed
21

Px
14

66,7%

klien

08/08/15
09/05/15

21
21

19
18

90,5%
85,7%

per

No.
1
2
3
4
5
6

bulan

Total
pasien
Maret
62
April
105
Mei
113
Juni
93
Juli
88
Agustus
86
Rata-Rata
91,16
Tabel diatas menunjukkan bahwa dari bulan oktober
Bulan

2014, rata-rata jumlah klien per bulan adalah sebanyak


-

pasien.
Jumlah kasus terbanyak
No.
1
2
3
4
5
6

Bulan
Diagnosa
Jumlah
Maret
Ca Mammae
62
April
BPH
105
Mei
CKD
113
Juni
DHF
93
Juli
CKD
88
Agustus
CKD
95
Tabel diatas menunjukkan bahwa kasus terbanyak yang

dirawat di Paviliun Mawar adalah CKD


-

Jumlah mortalitas tiga bulan terakhir


Bulan
Maret

PX
62

Mortalitas
-

April
105
Mei
113
Juni
93
Juli
88
Agustus
86
3
Tabel diatas menunjukkan bahwa dalam enam bulan
bulan terakhir terdapat 3 pasien meninggal yang dirawat di
Paviliun Mawar.
b. Jenis pembayaran
- BPJS/JKN
Askes aktif, Askes Non Hankam (ANH), Askes Hankam (AH),
Asuransi Mandiri, pegawai pemerintah non negeri,pegawai
swasta, pegawai lain yang memenuhi kriteria pekerja
-

penerima upah
Swasta
Pasien luar berhak (PLB)
Pengguna jasa pelayanan kesehatan di pelayanan kesehatan

TNI AD dibagi menjadi 2 bagian yaitu pasien BPJS dan Swasta


(umum).
Yang termasuk dalam golongan pasien BPJS adalah :
-

Prajurit/PNS TNI AD yang masih dinas aktif dan dalam


menjalankan MPP berhak mendapatkan pelayanan kesehatan

di instalasi Kesad.
Istri/suami sah Prajurit/PNS TNI AD yang masuk dan terdaftar

dalam buku penghasilan/daftar gaji personel TNI AD.


Anak sah dari Prajurit/PNS TNI AD berusia 0 25 tahun,
masih sekolah (untuk anak yang berusia 21 25 tahun wajib
menunjukkan surat keterangan dari sekolah), belum pernah
kawin

serta

masuk

dan

terdaftar

dalam

buku

penghasilan/daftar gaji personel TNI AD.


Purnawirawan/pensiunan PNS TNI AD/Warakawuri/penerima
pensiun

janda

PNS

TNI AD

dan

keluarganya

dapat

mengunankan jasa pelayanan kesehatan Kesad dengan


menggunakan fasilitas Askes serta wajib memenuhi ketentuan
yang telah ditetapkan oleh PT. Askes Indonesia.
Semua

klasifikasi

pasien

tersebut

berhak

mendapat

pelayanan kesehatan pada instalasi Kesad dengan ketentuan


kelas pelayanan kesehatan sebagai berikut:

Pelayanan rawat jalan berlaku sama bagi seluruh strata


kepangkatan Prajurit/PNS TNI AD beserta keluarganya.
Dilaksanakan mulai dari Poskes/Polsat, Polban, Polin, Rumkt

Tk. IV sampai dengan RSPAD.


Untuk pelayanan rawat inap di instalasi Kesad, Kelas
perawatan diatur berdasarkan strata kepangkatan, sebagai
berikut:
Kolonel keatas/PNS Gol. IV/c ke atas dan keluarganya
dirawat di bangsal perawatan VIP.
Mayor-Letkol/PNS Gol. IV/a-b dan keluarganya dirawat di
bangsal perawatan Pamen/Kelas I.
Pama/PNS Gol. III dan keluarganya dirawat di bangsal
perawatan Pama/Kelas II.
Bintara/Tamtama/PNS Gol I-II dan keluarganya dirawat di

bangsal Ba/Ta (kelas III).


c. Asal daerah pasien
Pasien yang dirawat di Paviliun Mawar adalah pasien yang
berasal dari regional Malang, daerah kota hingga kabupaten serta
berasal dari luar malang namun masih dalam satu provinsi.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa market dari Paviliun Mawar ini
adalah pasien dari regional Malangdan luar malang namun masih
dalam satu provinsi.
3.1.2. Fungsi-fungsi Manajemen
Fungsi-funsi manajemen keperawatan meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan, pengendalian.
1. Fungsi Perencanaan
a. Visi dan Misi Organisasi
1. Visi dan Misi Rumah Sakit
Visi Rumah Sakit
Menjadikan Rumah Sakit TK. II DR. Soepraoen sebagai
Rumah

Sakit

Kebanggaan

Prajurit

dan

Masyarakat

Pengguna
Misi Rumah Sakit
a. Memberikan

Pelayanan

Kesehatan

yang

Terbaik

bagiPrajurit, PNS dan Keluarganya serta Masyarakat


Umum

b. Memberikan Pelayanan Kesehatan Terpadu dengan


Menempatkan Pasien bukan sebagai Obyek Melainkan
sebagai Mitra
Motto Rumah Sakit
R : Ramah
S : Senyum
T : Trampil
D : Disiplin
S : Sembuh
b. Kebijakan, Prosedur, dan Peraturan Organisasi
Kebijakan,

prosedur,

dan

peraturan

mengenai

keperawatan sesuai dengan kebijakan, prosedur, dan peraturan


terkait dengan keperawatan rumah sakit.
c. Perencanaan Strategis
a. Rencana strategis rumah sakit
Program Rumah Sakit Tentara Soepraoen Malang yang
dijalankan oleh Instalasi Rawat Inap yaitu:
1) Identifikasi pasien
Identifikasi pasien dilakukan dengan cara pemberian
warna gelang yang berbeda berdasarkan gender. Pada
pasien laki-laki menggunakan gelang berwarna biru dan
perempuan menggunakan gelang berwarna merah
muda. Rumah sakit sudah memberlakukan program ini
dan sudah terlaksana dengan baik. Selain itu identifikasi
pasien juga dilakukan pada pasien dengan resiko jatuh,
alergi,

dan

dekubitus

yaitu

dengan

modifikasi

penempelan stiker pada gelang identifikasi pasien, strip


berwarna kuning untuk pasien dengan resiko jatuh,
merah untuk pasien dengan alergi, dan hijau untuk
pasien dengan dekubitus. Screening pasien resiko jatuh
menggunakan morse scale. Namun belum adanya
penanda / identifikasi bagi pasien dengan penyakit
infeksius (misal : Hepatitis & TB), sehingga tidak dapat
dibedakan antara pasien dengan penyakit infeksius dan
non infeksius selain dari diagnosa pada rekam medik
pasien.
2) Cuci tangan

Program ini merupakan program yang telah dijalankan


oleh

Instalasi

Rawat

Inap

saat

ini,

dengan

menggunakan teknik cuci tangan 6 langkah dan


diterapkan dalam 5 momen. Program ini penting dalam
mengurangi resiko infeksi pada pasien, keluarga pasien
dan tenaga medis.
3) Komunikasi
Situation

Background

Assessment

Recomendation (SBAR)
Program ini meliputi pemberian komunikasi efektif antar
perawat dan tenaga kesehatan lain. Pada saat operan,
pre-conference

kepala

ruangan

telah

menerapkan

komunikasi S-BAR.
b. Keterlibatan staf keperawatan dalam perencanaan
Staf keperawatan terlibat dalam pemberian perawatan
secara langsung sesuai program yang telah direncanakan.
Pada saat pre-conference, kepala ruangan dan anggota tim
membahas tentang tugas dan tanggung jawab masingmasing perawat di ruangan. Staff selalu dilibatkan dalam
diskusi terkait rencana kegiatan perawatan.
2. Fungsi Pengorganisasian
1.
Struktur

Organisasi

Ruang

Paviliun

mawarRS Tingkat II Dr Soepraoen


Kepala Ruang
Ns. Ririn Tri Widayanti S.Kep
Katim 1
Perawat Pelaksana
-

Katim 2
Perawat Pelaksana

Katim 3
Perawat Pelaksana

Penanggung jawab Ruang Paviliun Mawar dibagi menjadi:


Penanggung jawab Assessment
Penanggung jawab SKP
Penanggung jawab PPI
Penanggung jawab PKRS
Penanggung jawab URDAL

2.

Uraian tugas
a. Kepala Ruangan
Uraian Tugas

Dilakukan

Tidak
dilakukan

KEPALA RUANG
1. Melaksanakan

fungsi

perencanaan

(p1)

meliputi:
a. Menyusun rencana kerja harian, mingguan,

bulanan, dan tahunan.


b. Menunjuk perawat pelaksana dan tugasnya

masing-masing.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien

dibantu perawat pelaksana.


d. Mengidentifikasi

jumlah

perawat

yang

dibutuhkan berdasarkan aktivitas dan tingkat


ketergantungan pasien dibantu oleh perawat
pelaksana.
e. Merencanakan

strategi

pelaksanaan

mengetahui

perawatan.
f.

Mengikuti

visite

dokter

untuk

kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang


dilakukan terhadap klien.
g. Menjaga

terwujudnya

visi

dan

misi

tenaga

keperawatan dan rumah sakit.


h. Menyusun

rencana

keperawatan
kualifikasi

dari

untuk

kebutuhan
segi

ruang

jumlah
rawat,

maupun
koordinasi

dengan kepala perawatan/ kepala instalasi.


i.

Menyusun rencana kebutuhan fasilitas, alat,

dan dana keperawatan.


j.

Menyusun jadwal dinas.

k. Menyusun jadwal cuti.


l.

Menyusun rencana pengembangan staf.

m. Menyusun

rencana

mutu.
2. Melaksanakan

kegiatan

fungsi

pengendalian

penggerakan

dan

penugasan

yang

pelaksanaan (p2) meliputi:


a. Merumuskan

metode

digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.

c. Membuat rincian tugas ketua tim dan perawat

pelaksana secara jelas.


d. Membuat rentang kendali.
e. Mengatur

dan

mengendalikan

tenaga

keperawatan.
f.

Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan.

g. Menyelenggarakan konferen.
h. Mengatur

dan

mengkoordinasikan

seluruh

kegiatan pelayanan di ruang rawat, melalui


kerjasama dengan petugas lain yang bertugas
diruang rawatnya.
i.

Melaksanakan

orientasi

kepada

tenaga

keperawatan baru/ tenaga lain yang akan kerja


di ruang rawat.
j.

Memberikan orientasi kepada siswa/mahasiswa


keperawatan

yang

menggunakan

ruang

rawatnya sebagai lahan praktik.


k. Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya

meliputi: penjelasan tentang peraturan rumah


sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas yang ada
dan cara penggunaanya serta kegiatan rutin
sehari-hari.
l.

Membimbing

tenaga

keperawatan

untuk

berkala/sewaktu-

melaksanakan asuhan keperawatan.


m. Mengadakan

pertemuan

waktu dengan staf keperawatan dan petugas


lain yang bertugas diruang rawatnya.
n. Memberi

kesempatan/ijin

keperawatan

untuk

kepada

mengikuti

staf

kegiatan

ilmiah/penataran dengan koordinasi kepala


instalasi/kasi perawatan.
o. Mengupayakan pengadaan peralatan dan obatobatan

sesuai

kebutuhan

berdasarkan

ketentuan/kebijakan rumah sakit.


p. Mengatur

dan

mengkoordinasikan

pemeliharaan alat agar selalu dalam keadaan

siap pakai.
q. Mengelompokkan

pasien

dan

mengatur

penempatannya di ruang rawat menurut tingkat


kegawatan,

infeksi/non

infeksi,

untuk

kelancaran pemberian asuhan keperawatan.


r.

Meneliti

pengisian

formulir

sensus

harian

pasien di ruang rawat.


s. Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian
makanan

pasien

sesuai

dengan

program

dietnya.
t.

Menyimpan berkas catatan pasien dalam masa

perawatan diruang rawatnya dan selanjutnya


mengembalikan berkasi tersebut ke bagian
medical record bila pasien keluar/pulang dari
rumah sakit tersebut.
u. Membimbing mahasiswa keperawatan yang

menggunakan ruang rawatnya sebagai lahan


praktik.
v. Memberikan

penyuluhan

kesehatan

pada

pasien/keluarga sesuai kebutuhan dasar dalam


batas wewenangnya.
w. Melakukan serah terima pasien pergantian

dinas.
x. Mengatur

dan

mengendalikan

tenaga

keperawatan, membuat daftar dinas, mengatur


tenaga yang ada setiap dari dan lain-lain.
y. Mengatur dan mengendalikan sistem ruangan.
3. Melaksanakan
fungsi
pengawasan,

pengendalian dan penilaian (p3) meliputi:


a. Mengawasi

dan

menilai

mahasiswa

keperawatan untuk memperoleh pengalaman


belajar sesuai tujuan program bimbingan yang
telah ditentukan.
b. Melakukan
keperawatan

penilaian
yang

kinerja
berada

tenaga
dibawah

tanggungjawabnya dan mutu pelayanan.

c. Memberikan pengarahan tentang penugasan

kepada ketua tim dan perawat pelaksana.


d. Memberikan

pujian

kepada

perawat

yang

peningkatan

mengerjakan tugas dengan baik.


e. Memberikan

motivasi

dalam

pengetahuan, keterampilan, dan sikap.


f.

Menginformasikan

hal-hal

yang

dianggap

penting dan berhubungan dengan askep klien.


g. Membimbing

bawahan

yang

mengalami

kesulitan dalam melaksanakan tugasnya.


h. Meningkatkan kolaborasi.
i.

Melalui

komunikasi,

berkomunikasi
pelaksana

mengawasi

langsung

mengenai

dengan

asuhan

dan

perawat

keperawatan

yang diberikan kepada klien.


j.

Mengobservasi pasien baru dan mengaudit

dokumentasi asuhan keperawatan.


k. Mengevaluasi

upaya

pelaksanaan

dan

membandingkan dengan rencana keperawatan


yang telah disusun bersama.
Total
Prosentase

44
86%

7
14%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan kepala ruang


dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 86%
sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan cukup
baik. Sehingga peran fungsi perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi
sesuai dengan uraian tugasnya. Beberapa hal yang menjadi point
penting dari uraian tugas Kepala Ruangan diatas adalah belum
optimalnya peran supervisi kepala ruangan terhadap anggota baik
secara pelaksanaan dan dokumentasi. Beberapa contohnya adalah
point supervisi dalam hal :
a. Perencanaan:
- Menyusun rencana kerja harian, mingguan, bulanan, dan
tahunan, serta membuat rentang kendali.
- Menyusun rencana pengembangan staf.
b. Penggerakan dan Pelaksanaan

- Membuat rentang kendali.


- Memberi orientasi kepada pasien/keluarganya meliputi: penjelasan
tentang peraturan rumah sakit, tata tertib ruang rawat, fasilitas
yang ada dan cara penggunaanya serta kegiatan rutin sehari-hari.
- Mengelompokkan pasien dan mengatur penempatannya di ruang
rawat menurut tingkat kegawatan, infeksi/non infeksi, untuk
kelancaran pemberian asuhan keperawatan.
- Meneliti/memeriksa ulang pada saat penyajian makanan pasien
sesuai dengan program dietnya.
c. Pengawasan, Pengendalian, penilaian :
- Mengobservasi pasien baru dan mengaudit dokumentasi
asuhan keperawatan.
b. Ketua TIM
Uraian Tugas

Dilakukan

a. Bersama penanggung jawab ruangan/ kepala

Tidak
dilakukan

KETUA TIM
ruangan/

perawat

mengadakan

associate/

serah

terima

anggota
tugas

tim
setiap

penggantian dinas.
b. Melakukan pembagian tugas kepada perawat

associate dengan mempertimbangkan kemampuan


masing-masing anggota.
c. Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian sampai dengan evaluasi.


d. Mengikuti visite dokter.

e. Menciptakan suasana harmonis.

f.

Membuat laporan pasien.

g. Mengorientasikan pasien baru.


h. Membina hubungan saling percaya antara perawat,

V
V

pasien, dan keluarga.


i.

Memberikan pertolongan segera pada pasien

dengan kedaruratan.
j.

Membuat laporan pasien dan mencatat kasus dari

pasien,

kejadian

diluar

dugaan

yang

tidak

diinginkan.
k. Mengatur waktu istirahat.
l.

Melakukan ronde keperawatan bersama Kepala

Ruang dan melaporkan tentang kondisi pasien,


asuhan keperawatan yang dilakukan, kesulitan
yang dialami.
m. Bersama

perawat

pagi,

sore,

dan

malam

melaksanakan, mengawasi, dan mengevaluasi


pelayanan

keperawatan

pasien

yang

sudah

diprogramkan dan membuat pembaharuan sesuai


dengan kebutuhan pasien.
n. Mendelegasikan pelaksanaan asuhan keperawatan

pada anggota tim.


o. Membuat perincian tugas anggota tim.
p. Menerima

konsultasi

dari

anggota

V
tim

dan

q. Memimpin pertemuan tim keperawatan untuk

memberikan instruksi keperawatan.


menerima laporan, sistem pengarahan tentang
tugas

anggota

tim,

pelaksanaan

asuhan

keperawatan, serta masalah yang dihadapi.


r.

Memelihara komunikasi efektif baik secara vertikal

maupun horizontal.
s. Melakukan penyuluhan kepada pasien/keluarga

atau kepada anggota tim.


t.

Memberi teguran dan pujian.

u. Melengkapi catatan yang telah dibuat oleh anggota

V
V

tim.
v. Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan

perawat pelaksana.
w. Mengawasi proses asuhan keperawatan yang

dilakukan oleh anggota tim.


x. Membantu kepala ruangan membimbing peserta

didik.
Total
Prosentase

17
71%

7
29%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan Ketua TIM dalam menjalankan


fungsi manajemen keperawatan sudah dilakukan 71%. Sehingga peran fungsi
Ketua TIM perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan uraian tugasnya terhadap hal
berikut :
a. Melakukan

pembagian

tugas

kepada

perawat

associate

dengan

mempertimbangkan kemampuan masing-masing anggota.


b. Menyusun rencana asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi.
c. Mengorientasikan pasien baru.
d. Melakukan ronde keperawatan bersama Kepala Ruang dan melaporkan
tentang kondisi pasien, asuhan keperawatan yang dilakukan, kesulitan
yang dialami.
e. Bersama perawat pagi, sore, dan malam melaksanakan, mengawasi, dan
mengevaluasi pelayanan keperawatan pasien yang sudah diprogramkan
dan membuat pembaharuan sesuai dengan kebutuhan pasien.
f.

Membuat perincian tugas anggota tim

g. Melakukan penyuluhan kepada pasien/keluarga atau kepada anggota tim.


c. Perawat Pelaksana
Uraian Tugas

Dilakukan

ANGGOTA TIM
a. Memberikan

pelayanan

keperawatan

secara

langsung berdasarkan proses keperawatan dengan


sentuhan kasih yaitu:
1) Menyusun rencana perawatan sesuai dengan

masalah klien.
2) Melaksanakan

tindakan

perawatan

sesuai

3) Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah

dengan rencana.
diberikan.
4) Mencatat atau melaporkan semua tindakan
perawatan dan respon klien pada catatan
perawatan.
b. Melaksanakan program berikut dengan penuh
tanggung jawab:

Tidak
dilakukan

1) Pemberian obat.

2) Pemeriksaan laboratorium.

3) Persiapan klien yang akan operasi.

c. Memperhatikan keseimbangan kebutuhan fisik,


mental, sosial, dan spiritual klien:
1) Memelihara kebersihan klien dan lingkungan.

2) Mengurangi

penderitaan

klien

dengan

memberikan rasa aman, nyaman.


3) Pendekatan dan komunikasi terapeutik.
d. Mempersiapkan klien secara fisik dan mental untuk

V
V

menghadapi tindakan perawatan dan pengobatan


atau diagnosis.
e. Melatih klien untuk menolong dirinya sendiri sesuai

dengan kemampuannya.
f.

Memberikan pertolongan segera pada klien gawat

atau sakarotul maut.


g. Membantu kepala ruangan dalam ketatalaksanaan
ruang secara efective:
1) Menyiapkan data klien baru, pulang, atau

meninggal.
2) Rujukan dan penyuluhan PKMRS.

h. Mengatur dan menyiapkan alat-alat diruangan

menurut fungsinya supaya siap pakai.


i.

Menciptakan

dan

memelihara

kebersihan,

keamanan, kenyamanan, dan keindahan ruangan.


j.

Melaksanakan tugas dinas pagi/sore/malam atau

hari libur secara bergantian sesuai dengan jadwal


dinas.
k. Memberikan penyuluhan kesehatan sehubungan

dengan penyakitnya.
l.

Melaporkan segala sesuatu mengenai keadaan

klien baik secara lisan maupun tulisan.


m. Membuat laporan harian klien.

n. Operan dengan dinas berikutnya.

o. Menerima bantuan bimbingan katim/ ka shift dan

melaksanakan pendelegasian dari kepala ruangan.

Total
Prosentase

20
86%

3
14%

Berdasarkan tabel diatas di interpretasikan perawat pelaksana


dalam menjalankan fungsi manajemen keperawatan dilakukan 86%
sehingga dapat dikatakan fungsi tersebut dijalankan dengan sangat
baik. Sehingga peran fungsi perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi
sesuai dengan uraian tugasnya.
Beberapa point yang perlu dikaji pada tugas perawat
pelaksana

adalah

pemberian

pelayanan

keperawatan

secara

langsung dan mandiri. Dari hasil studi wawancara didapatkan,


tindakan mandiri keperawatan sangat terbatas akibat beban tugas
yang cukup banyak seperti fokus pada tindakan kolaborasi dan
administrasi. Diagnosa dan intervensi keperawatan yang digunakan
masih dalam lingkup pendokumentasian pada level rutinitas akibat
terlalu tingginya waktu dalam kegiatan menulis. Paviliun mawar
sudah mempunyai SAK yang masih perlu banyak pengembangan
sehingga perlu adanya peningkatan dan teknis dokumentasi yang
efektif.

3. Pendokumentasian proses keperawatan


No

Aspek Yang Dinilai

Kode Berkas
5
6

%
7

10

A
1

Pengkajian
Mencatat data

dengan

40

pedoman pengkajian
Data dikaji sejak pasien masuk sampai

40

pulang
Masalah

50

B
1

dengan norma dan pola fungsi kehidupan


Diagnosa keperawatan
Diagnosa
keperawatan
berdasarkan

40

masalah yang telah dirumuskan


Merumuskan
diagnosa
keperawatan

40

C
1

actual/potensial
Rencana tindakan
Berdasarkan diagnosa keperawatan

40

Disusun menurut urutan prioritas

40

Rumusan tujuan mengandung komponen

40

pasien dan atau criteria


Rencana tindakan mengacu pada tujuan

40

dengan kalimat perintah, terinci dan jelas


Rencana
tindakan
menggambarkan

40

keterlibatan pasien atau keluarga


Rencana
tindakan
menggambarkan

40

kesenjangan

yang

dikaji

dirumuskan
antara

berdasarkan

status

Rata-rata
43,3%

kesehatan

pasien/subjek perubahan, perilaku, kondisi

40%

40%

D
1
2

kerjasama tim kesehatan lain


Tindakan
Tindakan dilaksanakan sesuai rencana
Perawat mengobservasi respon pasien

3
4

terhadap tindakan keperawatan


Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi
Semua tindakan yang telah dilaksanakan

E
1

dicatat ringkas dan jelas


Evaluasi
Perawat mengevaluasi

respon

pasien

20%
100%

90%
100%

20%

77,5%

60%

sesuai dengan kriteria hasil yang sudah


2

ditentukan
Perawat mengevaluasi

respon

pasien,

100%

analisa masalah keperawatan dan rencana


F
1
2

tindak lanjut.
Catatan asuhan keperawatan
Menulis pada format yang baku
Pencatatan dilakukan sesuai

dengan

100%
100%

tindakan yang dilaksanakan


Setiap melakukan tindakan

perawat

100%

100%

mancantumkan
4

paraf/nama

tanggal jam dilakukan tindakan


Berkas catatan keperawatan

jelas

100%

dan

disimpan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku.


RATA-RATA TOTAL

60,13%

Berdasarkan hasil survey pada 10 rekam medik klien, didapatkan bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang paviliun
mawar sudah cukup dengan prosentase rata-rata 60,13%. Pengkajian keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan rencana tindakan keperawatan

masih belum terlaksana dengan baik. Sedangkan tindakan keperawatan selalu menyesuaikan pada rencana medis dokter,. Rencana mandiri
keperawatan jarang didokumentasikan

4. Sistem penghitungan tenaga keperawatan


Sistem penghitungan tenaga kerja dilakukan setiap hari oleh kepala ruang
dengan menggunakan metode Gillies.
5. Jadwal/shift dinas
Pembuatan jadwal shift/dinas dilakukan sepenuhnya oleh kepala ruang
tanpa melibatkan perawat asosiate atau ketua tim
6. Ketenagaan
a. Rencana kebutuhan Tenaga
Menggunakan metode penghitungan Gillies, dijelaskan lebih lanjut
pada kebutuhan perawat.
b. Penerimaan pegawai baru
Kepala ruangan Ruang Paviliun Mawar menyerahkan sepenuhnya
penerimaan pegawai baru baik itu medis maupun non medis kepada
instalasi WATNAP.
c. Sistem seleksi
Ruang Paviliun mawar memiliki persyaratan untuk pegawai (perawat)
harus pernah mengikuti pelatihan terkait stroke selama satu hari yang
diselenggarakan oleh pihak RS. Peraturan ini berlaku kepada perawat
yang sudah bekerja di ruangan tetapi tidak diwajibkan untuk perawat
yang masih magang.
d. Penempatan
Ruang Paviliun Mawar masih belum bisa melakukan penempatan
tenaga kerja (perawat) sesuai dengan keahlian masing-masing di
bidangnya. Karena perawat Ruang Paviliun Mawar memiliki keahlian
yang hampir sama dan bersifat umum dan menyeluruh, dalam arti
perawat tidak menekuni hanya satu bidang khusus untuk dikuasai.
e.

Orientasi ruangan
Kepala ruangan dan perawat-perawat yang bertugas di Ruang Paviliun
Mawar selalu mengorientasikan setiap karyawan baru yang telah
dipilih oleh WATNAP. Orientasi diantaranya pengenalan anggota
tenaga kerja yang ada di ruangan, orientasi ruangan, peralatan,
peraturan-peraturan yang berlaku di ruangan, dll.

f.

Pengembangan staff: pendidikan dan pelatihan


Kepala ruangan selalu memberikan perizinan kepada siapapun
perawat yang ada di ruangan jika melanjutkan pendidikan. Meskipun
ruangan tidak membantu masalah finansial, ruangan tidak akan
mempersulit kepada perawat yang akan melanjutkan pendidikan.

Sedangkan

untuk

pengembangan

staf

berupa

pelatihan,

pendelegasian perawat sebagai peserta ditentukan oleh instalasi


WATNAP dan selanjutnya akan disampaikan ke Kepala Ruangan
melalui INSTALDIK.
g. Jenjang karier
Peningkatan jenjang karir di Ruang Paviliun Mawar berdasarkan
golongan bagi perawat yang sudah PNS. Jenjang karir mengalami
peningkatan setiap masa kerja mencapai 4 tahun.
3. Fungsi Pengarahan dan Pengawasan
1. Komunikasi
a) Arah komunikasi
Jenis komunikasi terkait instruksi dilakukan dari atasan ke
bawahan, yaitu dari kepala ruang disampaikan langsung ke
ketua tim dan perawat asosiate masing-masing tim saat
preconference, post conference maupun tindakan. Sedangkan
komunikasi terkait informasi dapat dilakukan dari atasan ke
bawahan dan bawahan ke atasan. Komunikasi ke samping juga
sering dilakukan, yakni dari katim ke katim. Komunikasi antar
atasan dan bawahan bersifat sangat terbuka untuk saling
melengkapi dalam kinerja.
b) Jadwal pertemuan/ rapat
Jadwal pertemuan/ rapat

masih

belum

terjadwalkan

dikarenakan rotasi kepala ruangan yang baru


c) Faktor penghambat komunikasi
Dalam berkomunikasi kepala ruangan terhadap perawat tidak
ada hambatan dalam berkomunikasi.
2. Motivasi
a. Cara memotivasi individu/ kelompok
Kepala ruang Paviliun mawar memotivasi pegawainya dengan
cara lisan saat rapat pertemuan 1 bulan 1 kali atau ketika
preconference atau saat postconference.
b. Sistem Reward atau Punishment
Kepala ruang Paviliun mawar belum memberikan reward atas
prestasi yang dilakukan oleh pegawai, namun memberikan
punishment

berupa

peringatan

dilakukan oleh perawat.


3. Supervisi
Supervisi
adalah
membimbing,

mengajar,

atas

pelanggaran

merencanakan,
mengobservasi,

yang

mengarahkan,
mendorong,

memperbaiki, mempercayai dan mengevaluasi secara terus-

menerus dengan sabar, adil serta bijaksana sehingga setiap


perawat dapat memberikan asuhan keperawatan dengan baik,
terampil, aman, cepat dan tepat secara menyeluruh sesuai
dengan kemampuan dan keterbatasan perawat (Kron, 1997).
a. Mekanisme
Supervisi dilakukan secara langsung oleh kepala ruang
kepada perawat anggota, kepala ruang juga melakukan
penilaian kinerja kepada perawat anggota dan hasil penilaian
dimasukkan ke dalam raport yang hasilnya akan diserahkan
ke IRNA. Tetapi karena saat ini posisi kepala ruangan masih
dalam proses pergantian sehingga mekanisme supervisi
terhadap staf untuk sementara dilaksanakan oleh penanggung
jawab ruangan sementara, selain itu yang supervisi yang
dilakukan selama ini berdasarkan atas asas kecayaan
terhadap

kemampuan

anggotanya,

sehingga

supervise

berorientasi pada hasil


Pelaksanaan supervisi pada Ruang Paviliun mawar
sudah dilakukan namun tidak rutin dan secara accidental.
Tidak ada mekanisme standar dalam pelaksanaan.
b. Faktor penghambat
Dalam
pelaksanaan
terdapat
penghambat

seperti

keterbatasan waktu sehingga tidak dapat dilaksanaan secara


maksimal serta dalam pelaksanaannya tidak terdokumentasi.
Beberapa contohnya adalah point supervisi yang perlu
dioptimalisasi adalah:
a) Perencanaan: menyusun rencana kerja harian, mingguan,
bulanan, dan tahunan, serta membuat rentang kendali.
b) Penilai: Melakukan penilaian kinerja tenaga keperawatan
yang berada dibawah tanggung jawabnya dan mutu
pelayanan.
c)

Pengambilan tindakan koreksi: meneliti pengisian


formulir sensus harian pasien di ruang rawat serta
mengobservasi pasien baru dan mengaudit dokumentasi
asuhan keperawatan.

4. Pendelegasian
Dalam proses pendelegasian tugas, wewenang dan tanggung
jawab apabila ada perawat yang tidak masuk maupun cuti
sepenuhnya

ditentukan

oleh

kepala

ruangan

dengan

mempertimbangkan

kebutuhan

dan

ketersediaan

tenaga

keperawatan. Alur pendelegasian dilakukan dari atasan ke


bawahan.
5. Mekanisme penyelesaian masalah: manajemen konflik
Konflik yang terjadi di Ruang Paviliun mawar diselesaikan bersifat
accidental dan secara kekeluargaan. Apabila ada kasus dan
masalah diselesaikan secara internal, namun jika masalah tidak
dapat diselesaikan dapat berkonsultasi dengan Ka. Instalasi
Rawat Inap. Kepala Ruang menggunakan teknik penyelesaian
konflik secara kompromi atau negosiasi secara bersama-sama.
4. Fungsi Pengendalian
Fungsi pengendalian dalam manajemen keparawatan meliputi,
panampilan kinerja, pengendalian mutu, dan pengembangan standar.
- Penampilan Kinerja
- Penilaian Penampilan Kinerja
Karu melakukan penilaian kinerja perawat secara
-

langsung tanpa menggunakan pedoman penilaian.


Alat Penilaian Kinerja
Karu tidak menggunakan alat dalam melakukan

penilaian kinerja
Hasil Penilaian Kinerja
Hasil penilaian kinerja perawat tidak didokumentasikan
oleh karu

Pengendalian mutu
a. Patient safety
Kejadian jatuh
Pengkajian risiko jatuh pada pasien-pasien di
ruang

Paviliun

Mawar

dilakukan

setiap

hari

menggunakan Morse Scale. Dari hasil pengkajian


selama

hari

(7-9

September

2015)

tidak

didapatkan pasien yang mengalami kejadian jatuh


selama mendapatkan perawatan di ruang Paviliun
Mawar. Selama observasi side rail selalu terpasang
dan didapatkan rata-rata jumlah pasien risiko jatuh

adalah sebanyak 5 orang (23,8%) dari 21 pasien.


Pasien Restrain
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
selama 3 hari (7-9 September 2015) tidak terdapat

pasien

yang

terpasang

restrain

selama

mendapatkan perawatan di ruang Paviliun Mawar.


Kejadian Dekubitus
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan
selama

didapatkan

hari

(7-9

pasien

September

yang

2015)

mengalami

tidak

dekubitus

selama menjalani perawatan di ruang Paviliun


Mawar. Namun, didapatkan 1 pasien (4,8%) dari 21
pasien mengalami dekubitus sebelum dirawat di
ruang mawar.

Angka Kejadian Kesalahan dalam Pemberian Obat


Oleh Perawat
Dari hasil pengkajian selama 3 hari (7-9
September

2015)

tidak

didapatkan

kejadian

kesalahan dalam pemberian obat. Perawat-perawat


di ruangan telah memberikan obat kepada pasien
sesuai dengan prinsip 6 benar, yaitu benar pasien,
benar obat, benar dosis, benar rute, benar waktu,
dan benar dokumentasi. Prinsip benar pasien
dilakukan dengan cara memberikan terapi sesuai
dengan nama pasien, pada setiap bungkus obat/
spuit untuk injeksi ditulis nama pasien dan nomor
bed, perawat selalu mencocokkan nama pasien di
gelang dengan nama pasien yang tertulis di
spuit/bungkus obat. Prinsip benar obat, benar dosis,
benar rute, dan benar waktu dilaksanakan sesuai
dengan program terapi. Sedangkan prinsip benar
dokumentasi ditulis sesuai dengan jenis obat, dosis,
rute, waktu, dan nama pasien. Namun berdasarkan
observasi ketika memberikan obat kepada pasien,
perawat tidak menjelaskan jenis dan fungsi obat

sehingga pasien terkadang menanyakannya.


Kejadian Plebitis
Angka kejadian plebitis di ruang Paviliun
Mawar berjumlah 4 orang dari 21 pasien dengan
persentase
Pengumpulan

kejadian
data

sebanyak
dilakukan

19,05%.

dengan

cara

observasi dan wawancara pada setiap pasien


ruangan selama 3 hari berturut-turut, yaitu mulai
tanggal 7-9 September 2015.
b. Tingkat Kepuasan
Pasien
1) Untuk mengetahui tingkat kepuasan dilakukan
dengan metode pengisian kuesioner
2) Langkah pertama adalah mengetahui berapa
pasien

yang

dapat

dimasukkan

dalam

penilaian tingkat kepuasan. Syaratnya antara


lain dirawat selama 3 hari, tidak pulang paksa,
dan pulang hidup.
3) Langkah kedua dilakukan penilaian tingkat
kepuasan pada pasien yang masuk kriteria
penilaian. Dilakukan wawancara berdasarkan
pada format kuesioner kepada pasien untuk
menjawab

indikator-indikator

kepuasan

seperti kelengkapan dan ketepatan informasi,


penurunan

kecemasan,

keprofesionalan

perawat, kenyamanan pasien, terhindarnya


pasien dari bahaya, dan sikap perawat yang
ramah dan empati.

Gambar 1. Diagram perbandingan tingkat kepuasan pasien


Dari 8 responden didapatkan hasil sebanyak 3 pasien
(38%) merasa tidak puas dengan pelayanan ruang Paviliun
Mawar dan sebanyak 5 pasien (62%) merasa puas.
c. Kecemasan Pasien

Gambar 2. Diagram Tingkat Kecemasan Klien


Gambar diatas menunjukkan bahwa responden yang
mengalami kecemasan ringan sebesar 12% (1 orang) dan
88% (7 orang) tidak mengalami kecemasan.
d. Kenyamanan Pasien
Indikator kenyamanan pasien dinilai berdasarkan adanya
keluhan nyeri dari pasien. Hasil pengkajian yang dilakukan
selama 3 hari didapatkan sebanyak 6 pasien dengan keluhan
nyeri.
a) Angka Tatalaksanana Pasien Nyeri
Presentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam
askep
Jumlah total pasien nyeri yang terdokumentasi x 100%
Jumlah total pasien per periode waktu tertentu
= 6 x100% = 28.6%
21
b) Angka Kenyamanan Pasien
Jumlah pasien dengan nyeri terkontrol x 100%
Jumlah pasien yang terdokumentasi nyeri per periode waktu

tertentu
= 6x100% = 28,6%
21
Pengembangan standar
a. Standar askep
Ruang paviliun mawar sudah memiliki standar asuhan
keperawatan (SAK) yang dalam tahap pengembangan dan
validasi
b.

dari

pusat.

Perlu

adanya

pengembangan

dokumentasi askep yang lebih efektif dan efisien.


Standar kinerja
Standar kinerja perawat ruang Paviliun Mawar mengikuti

standar yang diberlakukan oleh RS.


Pendidikan Kesehatan Pencegahan Infeksi Nosokomial

Gambar 3. Diagram Tingkat Pengetahuan Klien tentang


Pencegahan Infeksi Nosokomial
Gambar

diatas menunjukkan

bahwa

responden

yang

memiliki pengetahuan tentang pencegahan nosokomial cukup


sebesar 33% (4 orang) , baik sebesar 42% (5 orang) dan sangat
baik sebesar 25% (3 orang)

dan tidak ada yang memiliki

pengetahuan

tentang

yang

kurang

pencegahan

infeksi

nosokomial. Tetapi responden yang memiliki pengetahuan baik


dan sangat baik belum menerapkan 6 langkah cuci tangan dan 5
momen cuci tangan dengan tepat

3.2 ANALISIS SWOT


No
1
2
3
4

5
6
7
8
9

10
11
12
13
14
15

Faktor Strategi Internal


Strength (Kekuatan)
Tenaga perawat di Paviliun Mawar 5 % berpendidikan S1 Keperawatan, 85% DIII
Keperawatan, dan 10 % adalah SPK,
Sebanyak 84,3% perawat yang bekerja di Paviliun Mawar pernah mengikuti pelatihan
atau kegiatan untuk meningkatkan skill dan kemampuan dalam bidang medis.
Ruang perawat cukup bersih dengan buku dokumentasi ruangan yang cukup lengkap.
Pre conference dan operan sudah rutin dilakukan, selama pengkajian dalam 3 hari
preconference dan operan dilakukan setiap hari dan saat pre conference dipimpin oleh
kepala ruangan / yang ditugaskan.
Ruang Pav. Mawar mempunyai struktur organisasi yang jelas dengan model tim (1
Karu, 3 Katim, PP).
Karu menjalankan fungsi manajemen keperawatan dengan baik
Ketua Tim dan perawat pelaksana menjalankan fungsi manajemen keperawatan
dengan cukup baik
Ruang Pav. Mawar menyediakan ruangan khusus kemoterapi yaitu di ruang 5 dan 6
Berdasarkan pengkajian selama 3 hari, tingkat kecemasan pasien menunjukkan
bahwa sebagian besar responden yaitu 1 responden (12,5%) memiliki tingkat
kecemasan ringan. Dan 7 responden (87,5%) tidak merasakan cemas atau dapat
dikatakan normal..
Jenis komunikasi yaitu atasan bawahan dan bawahan atasan berjalan efektif
Sistem operan dan timbang terima berjalan efektif
Penggunaan bel disetiap ruangan paviliun mawar telah digunakan secara efektif oleh
pasien.
Manajemen pasien safety (decubitus, resiko jatuh, pasien restrain, angka kesalahan
dan pemberian obat ) sudah dilakukan secara optimal
Sudah dilakukan pembacaan SOP tindakan setiap dinas pagi saat dilakukan pre
conference.
Pasien baru sudah diorientasikan mengenai lingkungan dan tata tertib Paviliun Mawar

No Faktor Strategi Internal


Weaknesss (Kelemahan)
1 Tidak adanya ruangan khusus di paviliun mawar yang digunakan untuk pasien dengan
infeksius
2
Tidak ada penanda khusus pada pasien jika terkena penyakit infeksius
3
4
5
6
7
8

Masih terdapat kejadian plebiitis 4 orang atau setara 19,05% selama 3 hari
Ketika memberikan obat pada pasien, perawat belum menjelaskan fungsi obat pada
pasien.
Penempatan cairan infus belum tertata rapi sehingga ketika akan mengganti infus
harus mencari ditempat penyimpanan cairan.
Penempatan dan pemanfaatan papan data pasien kurang optimal dilakukan.
Belum ada jadwal khusus di ruangan untuk promosi kesehatan, promosi kesehatan
hanya berjalan saat ada mahasiswa keperawatan saja
Wastafel di dapur ruang paviliun mawar masih digunakan bersamaan sebagai tempat
mencuci alat makan pasien dan alat kebersihan ruangan pasien.

9
10
11
12
13
14
15

No

Mencuci alat dilakukan di wastafel yang juga digunakan untuk cuci tangan
Terdapat beberapa alat medis di ruangan yang belum memadai seperti jumlah
tensimeter dan thermometer yang hanya ada satu untuk 21 tempat tidur
Penempatan inventaris ruangan masih terlihat kurang rapi
Perawat sudah menekankan teknik aseptik saat tindakan invasif kepada pasien tetapi
belum tepat.
Tempat sampah medis, non medis dan radioaktif belum digunakan dengan tepat dan
optimal
Pendokumentasian terapi cairan infus dan obat belum didokumentasikan dengan baik.
SOP pemasangan infus masih versi lama (tahun 2008) dan didalamnya tidak dapat
prosedur pemakaian sarung tangan.

Faktor Strategi Eksternal

Opportunity (O)
1
Tingkat kepuasan pasien di ruang Pav. Mawar tinggi dengan prosentase 62%
2
Sistem pemberian gaji pegawai golongan tentara berasal dari pemerintah, dan sumber
gaji pegawai non-PNS berasal dari intern rumah sakit ditambah dengan insentif per
bulan.
3
RS mempunyai beberapa rencana strategis yang harus dijalankan oleh Instalasi rawat
inap yaitu semua perawat menjalankan program cuci tangan 6 langkah dalam 5
moment
4
RS mempunyai beberapa rencana strategis yang harus dijalankan oleh Instalasi rawat
inap yaitu program penandaan (pemberian gelang) untuk pasien risiko jatuh, alergi,
dan dekubitus.
5
RST merupakan rumah sakit yang menerima pasien umum dan BPJS
6
RST merupakan rumah sakit tipe B rujukan wilayah V/BRAWIJAYA
7
RST merupakan rumah sakit yang dalam pembiayaan alat kesehatan berasal dari RS
sendir. Oleh karena itu dalam penyediaan alat kesehatan RST mengajukan
permintaan alat kepada RS sendiri.
8
Kebanyakan asal daerah pasien di pavilion mawar adalah dari regional Malang dan
luar Kota Malang tetapi masih dalam satu provinsi

No Faktor Strategi Eksternal


Threat (T)
1
Terdapat kesenjangan bantuan finansial dari rumah sakit yang diberikan hanya
kepada PNS dan anggota TNI. Sedangkan untuk tenaga honorer belum diberikan
bantuan finansial bagi yang ingin melanjutkan pendidikan.
2
Terdapat Rumah Sakit Umum (RSU) dan banyak rumah sakit swasta yang memiliki
daya saing tinggi
3
Tidak ada spesifikasi khusus untuk rekruitmen pegawai dan kriteria masuk RS Tingkat
II Dr Soepraoen.
4
Permohonan pengadaan alat tidak dapat dipastikan waktu realisasinya
5
Terdapat 3 pasien (38%).merasa tidak puas dengan pelayanan di paviliun mawar.
6
Pasien dan keluarga pasien belum melakukan 6 langkah cuci tangan dengan tepat.

Nilai X
Strengths

Skala

SxK

Bobot
Rating
(SxK/SxK)

BxR

S1
S2
S3
S4
S5
S6
S7
S8
S9
S10
S11
S12
S13
S14
S15

1
2
13
4
3
5
7
8
9
14
10
11
6
15
12

Jumlah

4
8
52
16
12
20
28
32
36
56
40
44
24
60
48

0,0083
0,0166
0,1083
0,0333
0,025
0,0416
0,0583
0,0666
0,075
0,1166
0,0833
0,0916
0,05
0,125
0,1

480

0,9995

4
4
3
4
3
3
3
2
4
3
4
4
4
2
3

0,0332
0,0664
0,3249
0,1332
0,075
0,1248
0,1749
0,1332
0,3
0,3498
0,3332
0,3664
0,2
0,25
0,3
3,165

Weaknesses

Skala

SxK

Bobot

Rating

BxR

W1
W2
W3
W4
W5
W6
W7
W8
W9
W10
W11
W12
W13
W14
W15

8
9
1
4
7
15
10
13
12
11
14
3
6
2
5

32
36
4
16
28
60
40
52
48
44
56
12
24
8
20

0,0666
0,075
0,0083
0,0333
0,0583
0,125
0,0833
0,1083
0,1
0,0916
0,1166
0,025
0,05
0,0166
0,0416

3
3
4
4
3
3
2
3
3
3
4
4
4
4
4

0,1998
0,225
0,0332
0,1332
0,1749
0,375
0,1666
0,3249
0,3
0,2748
0,4664
0,1
0,2
0,0664
0,1664

480

0,9995

Jumlah

3,2066

Total

6,3716

Sumbu X = S-W = 3,165 3,2066


= -0,0416

Nilai Y
Strengths Skala

SxK

Bobot

Rating

BxR

O1
O2
O3
O4
O5
O6
O7
O8

1
5
6
7
4
2
3
8

Jumlah

4
20
24
28
16
8
12
32

0,027
0,138
0,166
0,194
0,111
0,055
0,083
0,222

144

0,996

4
3
3
3
4
4
2
3

0,108
0,414
0,498
0,582
0,444
0,22
0,166
0,666
3,098

Threat

Skala

SxK

Bobot

Rating

BxR

T1
T2
T3
T4
T5
T6

5
6
4
2
1
3

20
24
16
8
4
12

0,238
0,285
0,190
0,095
0,047
0,142

3
3
2
3
4
4

0,714
0,855
0,38
0,285
0,188
0,568

Jumlah

84

0,997

Total

196

2,990
6,088

Sumbu Y = O-T = 3,098-2,990


= 0,108

Grafik SWOT :

QUADRAN III (UBAH STRATEGI)


O

WO
(-0,0416,0,108)

0,10
8
S

W
0,04
16

T
RUMUSAN MASALAH
1. Masih terdapat kejadian plebiitis 4 orang atau setara 19,05% selama 3
hari pengkajian dikarenakan teknik aseptik pemasangan infus yang
kurang tepat dan SOP pemasangan infus yang belum diperbarui.
2. Prinsip 7 benar obat di ruang pavilliun mawar belum dilakukan dengan
tepat terutama B6 (benar dokumentasi) dan B7 (benar informasi). PP
belum menjelaskan jenis dan manfaat ketika memberikan obat kepada
pasien. Pendokumentasian pemberian obat belum dilaksanakan.
3. Pemberian terapi cairan belum didokumentasikan oleh PP dan
penempatan cairan infus belum tertata rapi sehingga ketika akan
mengganti infus harus mencari ditempat penyimpanan cairan.
4. Tempat sampah medis, non medis dan radioaktif belum digunakan
dengan tepat dan optimal.

BAB IV
PRIORITAS MASALAH, ALTERNATIF PENYELESAIAN MASALAH DAN POA
PENYELESAIAN MASALAH
Setelah dilaksanakan pengkajian selama tiga hari (7 9 September 2015),
didapatkan

beberapa

permasalahan

di

ruang

Paviliun

Mawar,

untuk

menyelesaikan masalah tersebut maka perlu ditentukan prioritas masalah dan


Plan Of Action dari tiap-tiap masalah yang diangkat.
4.1 Penentuan Prioritas Masalah
Teknik prioritas masalah yang digunakan di sini adalah teknik kriteria
matriks (criteria matrix technique), yaitu teknik pemungutan suara dengan
menggunakan kriteria tertentu. Secara sederhana dapat dibedakan atas 5
macam yaitu :
1.

Kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah (Magnitude =


Mg)

2.

Besarnya kerugian yang ditimbulkan (Severity=Sv)

3.

Bisa dipecahkan (Managebility=Mn)

4.

Perhatian perawat terhadap masalah (Nursing concern=Nc)

5.

Ketersediaan sumber daya (Affordability=Af)

No
1

Masalah
Mg
Masih terdapat kejadian 5
plebiitis 4 orang
atau
setara 19,05% selama 3
hari
pengkajian
dikarenakan teknik aseptik
pemasangan infus yang
kurang tepat dan SOP
pemasangan infus yang
belum diperbarui.

Sv
5

Mn
5

Nc
4

Af
5

Total
24

Prioritas
I

Pemberian terapi cairan


belum
didokumentasikan
oleh PP dan penempatan
cairan infus belum tertata
rapi sehingga ketika akan
mengganti
infus
harus
mencari
ditempat
penyimpanan cairan.

23

II

Prinsip 7 benar obat di


ruang
pavilliun
mawar
belum dilakukan dengan
tepat terutama B6 (benar
dokumentasi)
dan
B7
(benar informasi). PP belum
menjelaskan
jenis
dan
manfaat ketika memberikan

21

III

obat
kepada
pasien.
Pendokumentasian
pemberian
obat
belum
dilaksanakan.
4

Tempat sampah medis,


non medis dan radioaktif
belum digunakan dengan
tepat dan optimal.

19

IV

Keterangan :
5

= sangat penting

= penting

= kurang penting

= tidak penting

= sangat tidak penting

4.2Alternatif Pemecahan Masalah


No
1

Masalah

Penyebab

Masih
terdapat 1. Lama pemasangan
kejadian plebiitis 4
infus > 3 hari dan
orang atau setara
belum
dilakukan
19,05% selama 3
perwatan
hari
pengkajian
dikarenakan teknik
penggantian infus.
aseptik
2. Penempatan kateter
pemasangan infus
intravena
yang
yang kurang tepat
terletak
dan
SOP
pemasangan infus
dipergelangan
yang
belum
tangan
diperbarui.
3. Teknik
desinfeksi
yang belum tepat
4. Tidak menggunakan
sarung tangan ketika

Alternatif Pemecahan
Masalah
1. Melakukan deteksi
dini
2. Pendokumentasian
patient safety pada
pasien
3. Menerapkan

SOP

pemasangan infus
yang terbaru
4. Observasi
pemasangan infus
sesuai SOP
5. Edukasi
pasien
tentang perawatan
infus

melakukan tindakan
pemasangan infus
5. SOP yang belum
diperbaharui (terakhir
2

Pemberian

terapi

tahun 2008)
1. Kurangnya

1. Membuat

jadwal

cairan
belum
didokumentasikan
oleh
PP
dan
penempatan cairan
infus belum tertata
rapi sehingga ketika
akan
mengganti
infus harus mencari
ditempat
penyimpanan
cairan.

kesadaran PP dalam
mendokumentasikan
terapi cairan

tentang kegiatan PP
2. Membuat

jadwal

tentang

2. Kurangnya

dokumentasi

kesadaran PP untuk
menjaga

kerapian

tindakan
3. Menyediakan papan

tempat

nama

penyimpanan infus

dokumentasi cairan

3. Katim

kurang

untuk

sehingga

mengingatkan

memudahkan

tentang

melakukan

pendokumentasian

dokumentasi

terapi cairan

PP

4. Observasi
pendokumentasian

Prinsip 7 benar obat


di ruang pavilliun
mawar
belum
dilakukan
dengan
tepat terutama B6
(benar
dokumentasi)
dan
B7
(benar
informasi).
PP
belum menjelaskan
jenis dan manfaat
ketika memberikan
obat kepada pasien.
Pendokumentasian
pemberian
obat
belum dilaksanakan.

1. Pasien

atau

1. Observasi

keluarga

tidak

dalam

menanyakan

jenis

dan

obat

fungsi

pemberian

obat
2. Menyediakan
blanko

tersebut
2. Kurangnya

PP

supervisi

untuk pelaksanaan

kesadaran perawat
dalam

melakukan

prinsip

benar

(terutama B6 dan

SOP

pemberian

obat
3. Membuat
poster

mini
tentang

prinsip 7 benar

B7)
3. Katim

kurang

mengingatkan
dalam

melakukan

prinsip

benar

(terutama B6 dan
4

Tempat
sampah
medis, non medis
dan radioaktif belum
digunakan dengan
tepat dan optimal.

1.

B7)
Kurangnya

1. Memperbaiki

pengetahuan
tentang

macam-

macam sampah di
rumah sakit

tempat sampah
2. Memasang gambar
dan tulisan tentang
sampah medis dan

2.

Pembuangan

non medis

sampah yang tidak


sesuai

dengan

tempatnya
4.3 Penentuan Prioritas Cara Pemecahan Masalah
Prioritas cara pemecahan masalah dilakukan dengan memperhatikan aspek :
1. Besarnya masalah yang diselesaikan (Magnitude = Mg)
2. Pentingnya cara penyelesaian masalah (Importancy = I)
3. Sensitivitas penyelesaian masalah (Vulnerability = V)
4. Efisiensi Biaya (Efficiency = E)
Nilai yang diberikan pada aspek 1 sampai 5 (nilai 1 = sangat kurang penting, nilai
2 = kurang penting, nilai 3 = cukup penting, nilai 4 = penting dan nilai 5 = sangat
penting)

No.

Alternatif
Penyelesaian masalah
Masih terdapat kejadian
plebiitis 4 orang

Efektivitas
I

Efisiensi
C

Total
MxIxV/C

Prioritas

32

21,3

9,6

atau

setara 19,05% selama 3


hari
1

pengkajian

dikarenakan
aseptik

teknik

pemasangan

infus yang kurang tepat


dan SOP pemasangan
infus

yang

belum

diperbarui.
Pemberian terapi cairan
belum
didokumentasikan
PP
2

dan

cairan

penempatan
infus

tertata

oleh

rapi

belum
sehingga

ketika akan mengganti


infus

harus

ditempat
3

mencari

penyimpanan

cairan.
Prinsip 7 benar obat di
ruang pavilliun mawar

belum dilakukan dengan


tepat

terutama

(benar
dan

B6

dokumentasi)
B7

informasi).

(benar
PP

belum

menjelaskan jenis dan


manfaat

ketika

memberikan

obat

kepada

pasien.

Pendokumentasian
pemberian obat belum
dilaksanakan.
Tempat sampah medis,
non medis dan radioaktif
4

belum
dengan

digunakan
tepat

dan

optimal.

4.4 Perencanaan Kegiatan


4.4.1 Pengorganisasian
Berdasarkan analisis situasi lingkungan tempat aplikasi model praktik
keperawatan profesional, maka kelompok mahasiswa membuat tim kerja sebagai
berikut :
Ketua

: Aprilia Dwi P

Wakil

: Fiqih Andrian I

Sekretaris

: Yepy Hesti Riani

Bendahara

: Farihatul Hoiroh

Susunan kepanitiaan ini berfungsi dalam menentukan kebijakan-kebijakan


internal seputar teknis penyelenggaraan kegiatan manajemen yang bersifat
umum.

Pembagian Tugas Managemen Ruangan


Untuk selanjutnya, khusus pengelolaan dalam ruang perawatan maka
diselenggarakan pengorganisasian dalam pembagian jadwal roleplay periode 7
September s.d 17 Oktober 2015 dengan rotasi yang dilakukan setiap 1 minggu
sesuai jadwal berikut :

Putar
an
I
II
III
IV

Kepala
Ruang
Yepy

April
Ica
Fiqih

KaTim
April
Ica
Fiqih
Yepy

PP 1
Ica
Fiqih
Yepy
April

PP 1
Fiqih
Yepy
April
Ica

Keterangan:
NB

: Urutan pelaksanaan ronde keperawatan sebagai berikut:


1.
2.
3.
4.

Ica
( 18 September )
Fiqih
( 25 September )
Yepy
( 2 Oktober )
April (Ronde Besar)
( 8 Oktober )

Rencana Kegiatan Manajemen


Minggu I

September-12 Pengkajian

Sepetember 2015

Minggu II-V
Minggu VI

14

5M

dan

fungsi-fungsi

manajemen.
Penyusunan makalah diseminasi awal.
Seminar diseminasi awal.
Perumusan prioritas masalah dan alternatif

pemecahan masalah.
September-10 Implementasi program.

Oktober 2015
12-13 Oktober 2015
14-15 Oktober 2015
16 Oktober 2015

Evaluasi pelaksanaan program.


Penyusunan makalah diseminasi akhir.
Seminar diseminasi akhir.

NO

PRIORITAS
MASALAH

Masih

terdapat

FAKTOR

WHY

PENYEBAB

1. Lama

Sebagai

kejadian plebiitis

pemasangan

indikator

4 orang

infus > 3 hari

pelayanan

atau

WHAT

setara

19,05%

dan

selama

dilakukan

mawar

pengkajian

perawatan

patient savety

dikarenakan

penggantian

teknik

hari

aseptik

pemasangan
infus

yang

kurang tepat dan


SOP
pemasangan
infus yang belum
diperbarui.

belum

infus.
2. Penempatan
kateter
intravena yang
terletak
dipergelangan
tangan
3. Teknik
desinfeksi yang
belum tepat
4. Tidak
menggunakan

ruang

mutu
paviliun
terkait

WHERE

WHEN

1. Melakukan

R.

14

deteksi dini
2. Pendokumentasi

Paviliun

September

Mawar

2015

an patient safety
3. Menerapkan

WHO

-Karu
-Katim
-Perawat
pelaksana
-Mahasiswa

SOP
PJ:

pemasangan
infus

yang

1. Sosialisasi
masalah.
2. Melakukan
deteksi dini
3. Pendokumentasian
patient

terbaru
4. Obervasi
kejadian

HOW POA

safety
4. Obervasi
plebitis

15

menggunakan

September-

instrumen

10 Oktober

phlebitis

scale

setiap pagi
5. Melakukan
perawatan infus 3
hari sekali
6. Observasi
pemasangan

2015

kejadian
plebitis
menggunakan
instrumen
phlebitis
scale setiap
pagi
5. Melakukan

HOW
MUCH

sarung tangan

infus sesuai SOP


7. Edukasi pasien

ketika

perawatan
infus 3 hari

tentang

melakukan

sekali
6. Menerapkan

perawatan infus

tindakan

SOP

pemasangan
infus
5. SOP

pemasangan
yang

infus yang

belum

terbaru
7. Observasi

diperbaharui

pemasangan

(terakhir tahun

infus sesuai

2008)

SOP
8. Edukasi
pasien
tentang
perawatan
infus
9. Evaluasi

12-13
Oktober
2

Pemberian terapi

1. Kurangnya

Sebagai

1.

Membuat

R.

2015
14

-Karu

1. Sosialisasi

cairan

kesadaran

indikator

lemmbar

Paviliun

September

belum

PP

pelayanan

gantungan

Mawar

2015

didokumentasi-

mendokumen

ruang

dokumentasi

kan oleh PP di

tasikan terapi

dalam perannya

cairan di setiap

lembar observasi

cairan

memberikan

bed pasien yang

cairan pada RM

2. Kurangnya

pelayanan

terpasang infus

dan penempatan

kesadaran

cairan

infus

PP

belum

tertata

menjaga

yang dibutuhkan

sehingga

kerapian

pasien dalam 24

tempat

jam pada setiap

mengganti infus

penyimpanan

lembar cairan di

harus

infus

RM dan lembar

16

gantungan

September-

dokumentasi

10 Oktober

Observasi

2015

rapi

parentral

ketika

akan
mencari

ditempat

dalam

prima

mutu
pavilion

2.

untuk

penyimpanan

mengingat-

cairan.

kan

tentang

3.

pendokumen-

asian

tasian cairan

terapi
di

4.

APRIL

cairan

di

setiap

bed

pasien yang
terpasang
infus
3. Memrogram
kan
kebutuhan
cairan yang
dibutuhkan
pasien
dalam

24
pada

lembar

katim

observasi

untuk mengisi /

cairan

memrogramkan

RM

gantungan

setiap

lembar
pada

lembar

jam

Mengingatkan
atau

masalah
2. Membuat

dokumentasi
PJ:

Memrogramkan

pendokument
cairan

pelaksana
-Mahasiswa

kebutuhan cairan

3. Katim kurang

-Katim
-Perawat

PP

cairan di lembar

cairan di RM
dan

lembar

gantungan

cairan

dan

gantungan
dokumentasi saat
pre-conference
5.

Menyediakan
wadah
botol

untuk
infus

dandikelompokkan berdasarkan
jenis cairan

dokumentasi
4. Observasi
pendokumen
-tasian
cairan
5. Mengingatkan

katim

atau

PP

untuk
mengisi

memrogram
kan cairan di
lembar
cairan

dan

gantungan
dokumentasi
saat

pre-

conference
6. Menyediakan

wadah

untuk

botol

infus

dan

dikelompokkan

berdasarkan
jenis cairan
7. Evaluasi
21
September13 Oktober
3

Prinsip 7 benar
obat

di

pavilliun

atau

Sebagai

ruang

keluarga tidak

indikator

mawar

menanyakan

pelayanan

jenis

ruang

belum dilakukan
dengan

tepat

terutama

B6

(benar
dan B7 (benar
PP

tersebut
2. Kurangnya

jenis

dan
ketika

memberikan
kepada

paviliun

mawar

dalam

pelayanan
prima

benar
(terutama B6

3. Katim kurang
mengingat-

mutu

memberikan

dalam

dan B7)

1. Observasi

perannya

perawat

prinsip

menjelaskan

obat

obat

melakukan

belum

manfaat

fungsi

dan

kesadaran

dokumentasi)
informasi).

1. Pasien

dalam

PP

pemberian

obat
2. Menyediakan
blanko

R.

2015
14

Paviliun

September

Mawar

2015

supervisi

tentang

PJ:

pemberian

obat
3. Mengingatkan

benar

pemberian

obat

saat

pre-

conference

YEPY

PP

pelaksana
-Mahasiswa

1. Sosialisasi
program.
2. Observasi PP
dalam

untuk pelaksanaan
SOP

-Karu
-Katim
-Perawat

pemberian
obat
3. Menyediakan
blanko

15
September10 Oktober
2015

supervisi
untuk
pelaksanaan
SOP
pemberian
obat
4. Mengingatkan

PP

pasien.

kan

Pendokumenta-

melakukan

sian

pemberian

prinsip

obat

belum

dilaksanakan.

dalam

tentang

benar
7

pemberian

benar

obat

(terutama B6

pre-

dan B7)

saat

conference
5. Evaluasi

12-13
September
4

Tempat sampah

1. Kurangnya

Sebagai

medis, dan non

pengetahuan

indicator

medis

tentang

pelayanan

belum

digunakan
dengan
dan optimal.

macamtepat

ruang

macam

pavilion

dalam

sampah

di

rumah sakit
2. Pembuangan
sampah yang
tidak

mutu

sesuai

dengan
tempatnya

perannya
dalam
pencegahan
inos

1. Mengganti

R.

2015
14

tempat sampah
2. Memasang

Paviliun

September

Mawar

2015

tulisan
sampah

tentang
medis

dan non medis


3. Observasi
ketepatan
pembuangan
sampah

dengan

intrumen
pembuangan
sampah

-Karu
-Katim
-Perawat
pelaksana
-Mahasiswa

15

program
2. Mengganti
tempat

September-

PJ:

10 Oktober

FIQIH

2015

1. Sosialisasi

sampah
3. Memasang
tulisan
tentang
sampah
medis

dan

non medis
4. Observasi

4. Mendokumentasi

ketepatan

kan

pembuangan

ketidaktepatan

sampah

pembuangan

dengan

sampah
5. Mengingatkan
untuk membuang
sampah

dengan

intrumen
pembuangan
sampah
5. Mendokume

tepat pada saat

ntasikan

pre-conference

ketidaktepatan
pembuangan
sampah
6. Mengingatkan untuk
membuang
sampah
dengan tepat
pada saat
preconference
7. Evaluasi

12-13
September
5

PP

dan

Katim

1. PP dan Katim

1. Observasi

masih jarang dan

merasa

enggan

nyaman

pelayanan

menggunakan

menggunakan

ruang

APD

sarung tangan

terutama

sarung tangan

saat

tidak

Sebagai
indikator

mutu

penggunaan
saat

APD

tindakan

tindakan

invasif
2.
Mengingatkan
mawar
terkait
Katim dan PP agar
patient savety

seperti

R.

2015
14

Paviliun

September

Mawar

2015

paviliun

-Karu
-Katim
-Perawat

1. Sosialisasi

pelaksana
-Mahasiswa

2. Observasi

15
PJ:

menggunakan APD

10 Oktober

Yepy

pemasangan

saat

2015

infus

tindakan

dan

injeksi IV
2. Terbatasnya

melakukan

setiap

invasif
pre-

saat

tindakan
invasif
3. Mengingatkan

Katim

dan PP agar

conference

mengguna-

persediaan

kan

sarung tangan

APD

saat

di ruangan
3. PP dan Katim

melakukan
tindakan

belum terbiasa

invasif setiap

menggunakan

pre-

sarung tangan
saat

penggunaan
APD

September-

invasif

program

conference
4. Evaluasi

tindakan

invasif
12-13

September
2015

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Evaluasi Hasil Implementasi Berdasarkan Prioritas Masalah
Evaluasi hasil implementasi berdasarkan prioritas masalah dilakukan
selama 3 hari, yaitu mulai tanggal 13-16 Februari 2015. Berikut ini adalah
penyajian hasil evluasi.
5.1.1 Pelaksanaan Program
A. Implementasi
No
1.

Kegiatan

Rencana

Pelaksanaan

Keterangan

Orientasi Pasien Baru


Sosialisasi
masalah

dan

pengadaan lembar
balik

12-16

12-24

Januari

Januari

2015

2015

pengenalan

ruangan

Mensosialisasikan
terkait

masalah

belum

orientasi

terlaksananya

pada

pasien

baru,

menyamakan persepsi terkait hal-

bagi

hal

pasien baru.

yang

perlu

disampaikan

dalam orientasi pasien, membuat


lembar balik sesuai dengan halhal

yang

telah

disepakati

bersama.
Pengadaan lembar balik orientasi
pasien baru memerlukan waktu
yang

lebih

lama

dari

yang

diperkirakan

karena

pencetakan,

laminasi,

dan

memerlukan

waktu

penjilidan

proses

yang lama yaitu selama 2 hari


untuk pembuatan desain, 1 hari
untuk konsultasi isi, 1 hari untuk
laminasi,

dan

hari

untuk

penjilidan.
Implementasi dan

23 Januari -

26 Januari -

Pelaksanaan

orientasi

pasien

dokumentasi

14 Febuari

14 Febuari

baru dilakukan oleh ketua tim

program orientasi

2015

2015

pasien baru

dengan

menggunakan

lembar

balik dan lembar dokumentasi


setiap harinya.
Pelaksanaan program orientasi
pada

pasien

baru

keterlambatan

pengalami

dari

yang

direncanakan

karena

proses

pengadaan

lembar

balik

memerlukan waktu yang lama,


sehingga orientasi pasien baru
mulai terlaksana pada tanggal 26
Januari 2015.
Evaluasi program

16 18

16 17

Evaluasi

Orientasi pasien

Februari

Februari

selama 2 hari karena adanya

2015

2015

Baru

program

deadline

dilakukan

pengumpulan

booklet

pada tanggal 18 Februari 2015.


2.

Manajemen Patient Safety


Sosialisasi
masalah

16 Januari

18 Januari

2015

2015

Sosialisasi

pengkajian

patient

savety dilakukan saat diseminasi


awal bersama kepala ruangan
dan beberapa perawat ruangan.
Keterlambatan
pada

ini

tanggal

pengkajian

dikarenakan
16

Januari

masalah

tersebut

belum selesai.
Pengadaan form

19 Januari

23 Januari

morse fall scale &

2015

2015

buku patient safety

Penggadaan

form

morse

fall

scale & buku patient savety tidak


tepat waktu karena terhambat
oleh

sumber

yang

belum

program

dimulai

ditemukan.
Implementasi
program deteksi
dini dan
dokumentasi

20 Januari

24 Januari

14

14

Febuari

Febuari

2015

2015

Implementasi

dengan sosialisasi prosedur pada


saat

pre

pelaksanaan

conference

dan

dilakukan

saat

dinas, dan di evaluasi pada saat


post conference.
Monitor Phlebitis
Menilai setiap pasien yang
terpasang infus yang beresiko
terjadi phlebitis
Melaporkan kejadian phlebitis
setiap

operan

dan

pre

conference
Menghitung kejadian phlebitis
Melakukan injeksi dengan
mengencerkan

obat

yang

pekat dan melakukan injeksi


dengan pelan-pelan
Monitor decubitus
Menilai setiap pasien yang bed
rest total
Melaporkan
decubitus

kejadian
pada

saat

conference
Menghitung

post

kejadian

decubitus
Monitor risiko jatuh
Menilai setiap pasien yang
datang
Melaporkan

kejadian

risiko

jatuh saat post conferenc


Menghitung kejadian risiko
Evaluasi Program

3.

16-18

16-17

Febuari

Febuari

2015

2015

jatuh
Melakuakan

evaluasi

kejadian

pasien savety (flebitis, decubitus,


risiko jatuh)

Penempatan Linen Kotor


Sosialisasi

16 Januari -

program masalah

14 Februari
2015

18 Januari

Menyampaikan hasil identifikasi

-14 Februari masalah oleh kelompok kepada


2015

ruangan dan mensosialisasikan


pentingnya

penempatan

linen

pada tempat yang disediakan


untuk

mengoptimalkan

pen-

cegahan

infeksi

melalui

ketepatan

dalam

linen

pada

penempatan

nososkomial
kotor

timba hitam.
Keterlambatan

dalam

men-

sosialisasikan masalah dikarenakan belum tersedianya tempat


linen.
Koordiasi dengan
pekarya dan

19 Januari

21 Januari

Kelompok

membuat

stiker

2015

2015

bertuliskan

TEMPAT

LINEN

perawat terkait

KOTOR sebagai tanda untuk

pengadaan tempat

penempatan

linen

khusus linen kotor

membertahu

kepada

kotor

dan

pekarya

terkait program tersebut.


Hambatan yang

menyebabkan

keterlambatan pelaksanaan yaitu


seharusnya tanggal 19 Januari
sudah tersedia tempat untuk linen
kotor

tetapi

baru

terlaksana

tanggal 21 dikarenakan masih


mencari

tempat

yang

sesuai

dengan dibutuhkan.
Melakukan

21 Januari-

22 Januari -

Setiap

pengawasan setiap

14 Februari

14 Februari

preconference, kepala ruangan

2015

2015

harinya terhadap

dilaksanakan

mengevaluasi

penempatan linen

lisan

kotor

pembuangan

perawat

dengan

secara

menanyakan
linen

kotor,

kemudian menekankan kembali


komitmen perawat untuk selalu
menempatkan linen kototr pada
tempatnya.
Faktor

yang

menghambat

pelaksanaan program ini adalah

karena tempat linen kotot baru


didapatkan

pada

tanggal

21

Januari di sore hari, sehingga


program

baru

bisa

disosialisasikan dan dijalankan


setelah preconference tanggal 22
Januari 2015.
Melakukan

4.

16-17

16-17

Evaluasi

aspek

psikomotor

evaluasi terhadap

Februari

Februari

dilakukan

dengan

memantau

perawat terhadap

2015

2015

penempatan linen yang ada di

ketepatan

ruangan apakah terdapat linen

penempatan linen

kotor yang penempatannya masih

kotor

tidak pada tempatnya.

Promosi Kesehatan Rumah Sakit


Mensosialisasikan
masalah dan solusi

16 Januari
2015

16 Januari

Sosialisasi tentang masalah yang

2015

menyebabkan kegiatan PKRS tidak

masalah/ sosialisasi

terlaksana

program

dilakukan

saat

bersama

kepala

untuk

mengatasi masalah

dengan

maksimal

diseminasi

awal

ruangan

dan

beberapa perawat ruangan. Selain


sosialisasi

masalah,

dalam

diseminasi awal ini juga dijelaskan


tentang solusi/ pemecahan masalah,
seperti:
- Penetapan

jadwal

rutin

pelaksanaan PKRS, yaitu setiap


hari Jumat 1 minggu sekali.
- Judul penyuluhan ditentukan
beberapa hari sebelum PKRS
- Penyedia leaflet adalah tim
penyuluh

dari

RS

maupun

mahasiswa keperawatan
- Dokumentasi menggunakan buku
Membuat

Jadwal

mingguan PKRS

19 Januari
2015

19 Januari

PKRS dan foto kegiatan


Jadwal mingguan PKRS

2015

ditetapkan

untuk

telah

pelaksanaannya

yaitu setiap hari Jumat (1 minggu


sekali). Sementara judul penyuluhan

ditetapkan per minggu, yaitu 3-4 hari


sebelum kegiatan PKRS
Pelaksanaan

19 Januari

kegiatan PKRS dan


dokumentasi

15 Febuari
2015

PKRS

Kegiatan PKRS telah dilaksanakan

dilaksanakan

rutin

setiap

hari

tanggal 30 Januari 2015 program

Jumat, yaitu

PKRS tidak terlaksana. Hal ini terjadi

tanggal:
- 23 Januari

karena kurangnya peran aktif dari

2015
- 6 Februari
2015
- 13 Februari
2015

setiap

hari

Jumat,

kecuali

perawat ruangan dan mahasiswa


dalam

melaksanakan

kegiatan

PKRS. Kegiatan PKRS ini telah


didokumentasikan pada buku PKRS,
yaitu sejak minggu pertama role play
program manajemen.

Pengadaan
PKRS

leaflet

19 Januari

19 Januari

15 Febuari

15 Febuari

2015

2015

Sebelum

kegiatan

manajemen

berjalan,

role

play

penyediaan

leaflet pada pojok edukasi di Paviliun


Mawar tidak ada sama sekali. Namun
setelah

kegiatan

manajemen

role

berjalan,

play

penyediaan

leaflet pada pojok edukasi berjalan


aktif.

Penyedia

mahasiswa
PKRS

adalah

keperawatan dan tim

dari

keperawatan

leaflet

RST.
aktif

Mahasiswa
menyediakan

leaflet setiap minggunya, sementara


dari tim PKRS RST hanya 2 kali
menyediakan

leaflet,

yaitu

pada

minggu ke-1 dan ke-2 role play.


Evaluasi
pelaksanaan
program PKRS

16-17
Februari
2015

Program ini tidak dapat dievaluasi di


akhir karena adanya keterbatasan
waktu.

B. Evaluasi
a) Orientasi Pasien Baru
Orientasi pasien baru adalah pelaksanaan program orientasi bagi
pasien baru pada 1x24 jam pertama sejak pasien datang di ruang paviliun
mawar, orientasi pasien baru meliputi perkenalan perawat, denah ruangan,
fasilitas ruangan, tata tertib selama di ruangan, fungsi gelang, cara cuci

tangan 6 langkah, 5 momen cuci tangan, jadwal harian di ruang paviliun


mawar, dan tersedianya konseling keperawatan. Pengenalan program lain
yang baru terlaksana pada tanggal 6 Februari 2015 adalah bimbingan rohani
bagi pasien, pendataan keluarga yang bertanggung jawab atas pasien, dan
pendataan

pengunjung

didokumentasikan

pada

yang

berkunjung

buku

dokumentasi

diluar

jam

bimbingan

dinas

yang

rohani,

buku

penanggung jawab pasien, dan buku kunjungan diluar jam dinas.

Dari hasil pengkajian pada tanggal 7-9 September 2015 didpatakan


data bahwa hanya sejumlah 12,5 % pasien yang diorientasikan di ruang
Paviliun Mawar. Setelah dilakukan implementasi orientasi pasien baru pada
tanggal 26 Januari 2015 hingga 14 Februari 2015, pasien terdapat
peningkatan jumlah pasien yang diorientasikan di ruang Paviliun Mawar, yaitu
rata-rata

sebanyak

76%.

Sedangkan

pada

evaluasi

akhir

setelah

diterapkannya program orientasi pasien baru, didapatkan data bahwa hanya


sebanyak 25% pasien yang diorientasikan.

Berdasarkan

grafik

diatas

dapat

disimpulkan

bahwa

terjadi

penurunan persentase sebanyak 50% pada saat evaluasi program orientasi


pasien baru. Hal ini disebabkan tingginya jam kerja serta beban kerja perawat
shift pagi, jumlah perawat jaga yang terbatas.
b) Manajemen Patient Safety

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa kegiatan penilaian dan


penanda pasien risiko jatuh sudah bejalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat
dari hasil penilaian pasien risiko jatuh dilakukan setiap hari. Program penilaian
pasien jatuh sudah ada sebelumnya namun belum berjalan secara optimal.
Berdasarkan data tersebut, didapatkan data bahwa tidak ada pasien jatuh
(0%) selam proses implementasi.

Dari hasil pengkajian pada tanggal 7-9 September 2015 didapatkan


data pasien jatuh sebanyak 0% pasien yang di ruang Paviliun Mawar. Setelah
dilakukan implementasi pengkajian dan pemberian penanda risiko jatuh mulai
tanggal 26 Januari 2015 hingga 14 Februari 2015, jumlah pasien jatuh
sebanyak 0% pasien. Sedangkan pada evaluasi pada tanggal 16 17

Februari 2015, didapatkan data sebanyak 0% pasien jatuh. Namun, untuk


pelaksanaan pemberian penanda risiko jatuh belum berjalan dengan baik.

Dari grafik di atas menunjukkan bahwa kegiatan penilaian, pemberian


penanda, serta edukasi pasien risiko dekubitus sudah bejalan dengan baik.
Program penilaian pasien dekubitus sudah ada sebelumnya namun belum
berjalan secara optimal.

Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa program penilaian dan


pecegahan dekubitus sudah berjalan cukup baik. Saat pengkajian didapatkan
sebanyak (0%) pasien dekubitus. Sedangkan pada saat implementasi
didapatkan sebanyak 1% atau 1 orang pasien dekubitus, dan saat evaluasi
sebanyak 0% pasien.

Kejadian phlebitis di ruang Pavilliun Mawar saat pengkajian masih


tergolong tinggi yaitu sebesar 16,7%. saat implementasi mulai minggu II
hingga minggu IV menurun sebanyak 8,66%, dan menurun 0% saat evaluasi.

Implementasi dilakukan pada tanggal 24 Januari 2015. Kejadian


plebitis mengalami peningkatan dan penurunan tergantung dengan tingkat
kejadian pada hari tersebut. rata-rata kejadian plebitis cenderung mengalami
penurunan dikarenakan upaya pencegahan flebitis dengan mengkaji daerah
invasi dan penggantian infus secara berkala (4 hari) telah dilakukan oleh
perawat.
c) Penempatan Linen Kotor

Dari hasil pengkajian tanggal 12 14 januari 2015 didapatkan data


bahwa semua perawat meletakkan semua linen kotor di atas brankar atau di
atas trolli dikarenakan tidak adanya tempat khusus untuk linen kotor. Setelah
dilakukan implementasi selama 4 minggu didapatkan hasil sebanyak 56%
perawat atau tenaga medis lainnya meletakkan linen kotor pada tempat yang
disediakan. Hanya saja terhambat oleh tempat yang tidak mencukupi.

Sehingga sebagian linen yang tidak cukup dibak diletakkan pada di atas
brankarr dan trolli.
Penempatan linen kotor di ruang Pavilliun Mawar saat pengkajian
tergolong sangat rendah yaitu 0%. Saat implementasi tergolong sebagian
yang dimasukkan ke tempat khusus linen. Saat evaluasi mengalami
peningkatan yaitu sebanyak 100% dikarenakan pergantian linen sangat sedikit
jadi memungkinkan linen untuk masuk semua pada tempatnya.

Berdasarakan pengamatan terhadap ketepatan menempatkan linen


pada tempatnya didapatkan data, saat pengkajian pada tanggal 7-9
September 2015 di ruang paviliun mawar perawat tidak memasukkan linen
pada tempatnya namun menaruhnya di atas brankar dan trolli selama ini.
Pada saat implementasi minggu ke 2 penempatan linen mulai berjalan pada
tanggal 22 januari yaitu sebagian linen ditempatkan di bak hitam yang sudah
ditulis tempat linen kotor. Pada saat implementasi pada minggu ke tiga pada
tanggal 26 januari sampai tanggal 31 januari didapatkan mengalami
peningkatan yaitu yang masuk linen pada tempatnya sebagian di bak hitam.
Pada minggu ke 4 tanggal 2 februari sampai 7 februari didapatkan mengalami
peningkatan hampir semua masuk pada bak linennya. Pada minggu ke 5 yaitu
pada tanggal 9 februari hingga 14 februari di dapatkan rata rata masuk
sebagian di tempat linen, ada beberapa yang masuk semua ditempat linen itu
dikarenakan mengganti linen hanya 2 hari sekali jadi penggantian linen hanya
sedikit
d) Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Kegiatan PKRS di Paviliun Mawar sudah terbentuk sebelum adanya
role play program manajemen PSIK UB dan telah ditetapkan jadwal
khusus pelaksanaan, yaitu setiap hari Jumat. Pelaksanaan kegiatan
PKRS ini telah rutin dilaksanakan, namun pelaksanaannya hanya bila ada

mahasiswa yang praktik di Paviliun Mawar dengan didampingi oleh satu


orang perawat ruangan. Untuk selanjutnya, program ini tidak berjalan
kembali setelah mahasiswa menyelesaikan praktik di paviliun mawar. Hal
ini disebabkan karena tingginya beban jam kerja perawat, yaitu 9 jam
sehingga perawat tidak memiliki waktu khusus untuk melakukan
penyuluhan.
Selain kegiatan PKRS berupa penyuluhan, kami juga mengaktifkan
kembali program pojok edukasi yang mana kami menyediakan leafletleaflet tentang masalah kesehatan. Program ini disambut antusias oleh
pasien/keluarga dan pengunjung ruang paviliun Mawar. Hal ini dibuktikan
dengan banyaknya jumlah leaflet yang diambil oleh pasien/keluarga dan
pengunjung paviliun Mawar. Namun, dalam pelaksanaannya program ini
belum berjalan secara optimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan
dalam penggandaan leaflet terutama dari tim PKRS dr. Soepraoen.
Berikut adalah grafik perkembangan program pojok edukasi di Paviliun
Mawar.

Dari grafik di atas dapat diketahui bahwa program pojok edukasi


berhasil dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dibuktikan dengan
adanya peningkatan prosentase sebelum intervensi dan sesudah
intervensi.

Pada

saat

sebelum

dilakukan

intervensi

(pengkajian),

penyedian leaflet pada program pojok edukasi tidak berjalan (0%).


Setelah dilakukan implementasi selama 4 minggu, didapatkan perbaikan
dalam penyedian leaflet pada program pojok edukasi sebesar 100%. Dan
program ini terus berjalan hingga evaluasi dilakukan. Pada evaluasi
didapatkan data ketersediaan leaflet di pojok edukasi sebesar 100%.
Program ini dapat berjalan terus karena adanya peran aktif dari
mahasiswa dalam penyediaan leaflet. Sementara untuk penyediaan

leaflet dari tim PKRS dr. Soeparoen, hanya berlangsung selama 2


minggu.
C. Tindak Lanjut
a) Orientasi Pasien Baru
Untuk selanjutnya, diharapkan orientasi pasien baru di ruang Pavilliun
Mawar dapat tetap tetap dilaksanakan oleh ketua tim ataupun kepala ruangan.
Mengingat jam kerja perawat di paviliun Mawar yang tinggi, diharapkan
nantinya akan diadakan video interaktif untuk pasien baru yang telah
disentralkan di seluruh ruang di RS Tk.II Dr.Soepraoen Malang.
b) Manajemen Patient Safety
Untuk selanjutnya diharapkan pencegahan pasien jatuh dengan
memberikan penandaan pasien yang berisko jatuh dapat berjalan secara
maksimal. Selain itu diharapkan pengkajian pasien jatuh tidak hanya di
lakukan pada saat terima pasien saja, tetapi dilakukan secara rutin setiap hari
mengingat keadaan pasien yang dapat berubah setiap harinya.
Tindak lanjut yang kami lakukan untuk program decubitus adalah
mensosialisasikan ulang terkait penting KIE kepada keluarga pasien untuk
membantu miring kiri dan kanan. Selain itu kami berharap juga perawat
ruangan tidak hanya memberikan KIE, tetapi juga memastikan dan membantu
memobilisasikan pasien untuk miring kanan dan miring kiri. Untuk selanjutnya
diharapkan pencegahan flebitis dapat dilakukan secara lebih optimal di
Paviliun Mawar.
c) Penempatan Linen Kotor
Selanjutnya diharapkan

untuk

pengadaan

troli

khusus

yang

digunakan untuk merapikan bed pasien, troli khusus tersebut dapat digunakan
untuk mengangkut linen kotor pasien dan linen bersih untuk mengganti sprei
sekaligus, sehingga dapat meringankan beban kerja perawat, serta dapat
menghemat jam kerja perawat dalam melaksanakan kesehatan lingkungan.
d) Promosi Kesehatan Rumah Sakit
Pelaksanaan program Pendidikan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di
ruang Paviliun Mawar sudah berjalan dengan baik. Ruang Paviliun Mawar
sudah mempunyai jadwal khusus serta pengadaan buku dokumentasi dalam
pelaksanaan kegiatan PKRS. Untuk selanjutnya, diharapkan program PKRS
di ruang Pavilliun Mawar dapat dipertahankan. Namun, untuk penyediaan

leaflet dari tim PKRS RST perlu ditingkatkan lagi guna mempertahankan
program pojok edukasi. Selain itu, diharapkan ada program PKRS melalui
video interaktif tentang promosi kesehatan.

BAB VI
PEMBAHASAN
6.1

Orientasi Pasien Baru


Orientasi pasien baru adalah pelaksanaan program orientasi bagi
pasien baru pada 1x24 jam pertama sejak pasien datang di ruang paviliun
mawar, orientasi pasien baru meliputi perkenalan perawat, denah ruangan,
fasilitas ruangan, tata tertib selama di ruangan, fungsi gelang, cara cuci tangan
6 langkah, 5 momen cuci tangan, jadwal harian di ruang paviliun mawar, dan
tersedianya konseling keperawatan. Pengenalan program lain yang baru
terlaksana pada minggu terakhir implementasi adalah bimbingan rohani bagi
pasien, pendataan keluarga yang bertanggung jawab atas pasien, dan

pendataan pengunjung yang berkunjung diluar jam dinas. Media yang


digunakan untuk mengorientasikan pasien adalah berupa lembar balik,
kemudian pasien / keluarga yang mendapatkan penjelasan orientasi ruangan
diperkenankan untuk memberikan tanda tangan sebagai tanda bukti telah
diorientasikan oleh ketua tim perawatan. Selain itu juga terdapat leaflet orientasi
yang diletakkan pada pojok edukasi agar keluarga pasien / pengunjung juga
dapat membaca dan mengetahui tentang ruang paviliun mawar, hal ini juga
merupakan salah satu strategi marketing untuk rumah sakit.
Secara umum, tujuan orientasi pasien baru adalah untuk mengenalkan
ruang Paviliun Mawar pada pasien yang baru datang / pindah ke ruang Paviliun
Mawar, Sehingga tidak terjadi kebingungan pada pasien atas hal-hal yang
diperbolehkan /

difasilitasi oleh ruangan ataupun dilarang saat pasien /

pengunjung ada di Paviliun Mawar.


Tujuan khusus orientasi pasien baru adalah:
1) Pasien dan keluarga dapat mengetahui perawat yang bertanggung jawab
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)

atas pasien,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui denah ruangan,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui fasilitas ruangan,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tata tertib selama di ruangan,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui fungsi gelang,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui cara cuci tangan 6 langkah,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui 5 momen cuci tangan,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui jadwal harian di ruangan,
Pasien dan keluarga dapat mengetahui tersedianya konseling keperawatan
di ruang Paviliun Mawar.
Setelah dilakukan implementasi orientasi pasien baru pada tanggal 26

Januari 2015 hingga 14 Februari 2015, pasien terdapat peningkatan jumlah


pasien yang diorientasikan di ruang Paviliun Mawar, yaitu rata-rata sebanyak
76%. Sedangkan pada evaluasi akhir setelah diterapkannya program orientasi
pasien baru, didapatkan data bahwa hanya sebanyak 25% pasien yang telah
diorientasikan. Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan persentase
sebanyak 40-50% pada saat evaluasi program orientasi pasien baru. Hal ini
disebabkan tingginya jam kerja serta beban kerja perawat shift pagi, jumlah
perawat jaga yang terbatas.
6.2 Managemen Patient Safety
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi

pengajian risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko
pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak
lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
(Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah sakit, Depkes R.I. 2006). Tujuan
dilakukannya kegiatan Patient Safety di rumah sakit adalah untuk menciptakan
budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkan akuntabilitas rumah
sakit, menurunkan KTD di rumah sakit, terlaksananya program-program
pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
6.2.1 Pasien Risiko Jatuh
Pada saaat pengkajian yang dilakukan tanggal 12- 14 Januari 2015 di
ruang Paviliun Mawar selama 3 hari kami mengamati jika dalam pemberian
penilaian terhadap pasien risiko jatuh dan penanda pasien risiko jatuh masih
belum optimal. Hal ini bisa terlihat dari data yang diperoleh berdasarkan
pengkajian kami seharusnya ada 11,11 % pasien dengan risiko jatuh, namun
pasien-pasien tersebut tidak diberikan penanda khusus pasien risiko jatuh.
Selain itu tidak penyebab lain kurang optimalnya program ini adalah tidak
adanya form pengkajian pasien risiko jatuh (form morse scale), serta tidak
adanya tempat untuk meletakkan penanda risiko jatuh pada kamar pasien.
Pada saat dilakukan implementasi, didapatkan hasil 0% pasien jatuh.
Penatalaksaan yang telah dilakukan yaitu penilaian saat orientasi pasien
baru serta pengkajian secara rutin terhadap semua pasien, kemudian
memasang penanda pasien resiko jatuh berupa stiker pada gelang pasien
dan gantungan gambar pada bed pasien, memasang side rail pada bed
pasien, serta memberikan KIE kepada keluarga tentang pentingnya
menemani pasien dengan resiko jatuh. Setelah dilakukan implementasi
tersebut saat evaluasi tidak ada (0%) pasien jatuh di ruangan.
Pada saat evaluasi, pengkajian dan penanda risiko jatuh kurang
berjalan secara optimal karena beban kerja perawat tinggi. Selain itu,
program ini juga terkendala dengan penggandaan form morse fall scale.
6.2.2 Kejadian Dekubitus
Pada saaat pengkajian yang dilakukan tanggal 12- 14 Januari 2015 di
ruang Paviliun Mawar selama 3 hari kami mengamati jika pengendalian
kejadian dekubitus sudah berjalan dengan cukup baik. Disetiap ruangan

sudah terdapat jadwal untuk miring kiri dan miring kanan. Namun, untuk
pemberian penanda pasien dekubitus masih belum optimal.
Pada saat dilakukan implementasi, didapatkan hasil minggu 1
sebanyak 0%, minggu 2 sebanyak 0%, minggu 3 sebanyak 1% atau 1 orang,
dan minggu 4 sebanyak 0%. Penatalaksaan yang telah dilakukan yaitu
penilaian saat orientasi pasien baru terkait risiko dekubitus, memasang stiker
warna hijau pada gelang pasien dengan dekubitus, memasang kasur angina
(bila ada), dan memberikan KIE kepada keluarga tentang pentingnya miring
kanan dan miring kiri pada pasien risiko dekubitus.
Dalam pelaksanaan program tentunya ditemui hambatan yang
menyebabkan pelaksanan program belum bisa 100% dianggap berhasil. Hal
ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain kurangnya kesadaran keluarga
untuk membantu pasien miring kanan dan miring kiri serta kurangnya kasur
angin yang dimiliki ruangan untuk meminimalkan kejadian dekubitus.
6.2.3 Pelaksanaan Kejadian Flebitis
Flebitis merupakan suatu peradangan pada pembuluh darah (vena)
yang dapat terjadi karena adanya injury misalnya oleh faktor (trauma)
mekanik dan faktor kimiawi, yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada
endotelium

dinding

pembuluh

darah

khususnya

vena.

Flebitis

dikarakteristikkan dengan adanya dua atau lebih tanda nyeri, kemerahan,


bengkak, indurasi dan serta mengeras di bagian vena yang terpasang
kateter intravena (Smeltzer & Bare, 2001).
Menurut Darmawan (2008) upaya pencegahan kejadian flebitis yaitu :

Mencegah phlebitis bakterial


Pedoman ini menekankan kebersihan tangan, teknik aseptik, perawatan
daerah infus serta antisepsis kulit.

Selalu waspada dan melakukan tindakan aseptik


Stopcock sekalipun (yang digunakan untuk penyuntikan obat atau
pemberian infus IV, dan pengambilan sampel darah) merupakan jalan
masuk kuman yang potensial ke dalam tubuh. Pencemaran stopcock
lazim dijumpai dan terjadi kira-kira 45-50% dalam serangkaian besar
kajian (Darmawan, 2008)

Laju Pemberian

Para ahli umumnya sepakat bahwa makin lambat infus larutan hipertonik
diberikan makin rendah risiko flebitis. Vena perifer yang paling besar dan
kateter yang sekecil dan sependek mungkin dianjurkan untuk mencapai
laju infus yang diinginkan, dengan filter 0,45 mm. Kanula harus diangkat
bila terlihat tanda dini nyeri atau kemerahan. Infus relatif cepat ini lebih
relevan dalam pemberian infus jaga sebagai jalan masuk obat, bukan
terapi cairan maintenance atau nutrisi parenteral (Darmawan, 2008)

Pengenceran obat
Dalam

pemberian

obat

melalui

IV

perlu

diperhatikan

dalam

pencampuran serbuk antibiotik tersebut, hal ini untuk menghindari


terjadinya komplikasi seperti tromboplebitis karena kepekatan dan tidak
tercampurnya obat secara baik. Biasanya untuk mencampur serbuk obat
yang diberikan secara IV adalah cairan aquades. Misalnya cairan
aquades dengan perbandingan 4cc larutan aquades berbanding 1 vial
antibiotik atau 6cc larutan aquades berbanding 1 vial serbuk antibiotik.
Bila pencampuran obat terlalu pekat maka aliran dalam infus terhambat
dan dapat menyebabkan flebitis (Hankins, 2000)
Dari hasil evaluasi kejadian flebitis cenderung menurun dibandingkan
saat implementasi dan pengkajian. Hal ini tidak lepas dari upaya
pencegahan dan program yang kami lakukan oleh perawat ruangan, serta
telah diaktifkannya program SKP di RST Tingkat II dr. Soepraoen.
6.3 Penerapan Ketepatan Penempatan Linen
Terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh para penyelenggara dalam
pelayanan kesehatan, khususnya penyelenggara rumah sakit, bahwa sarana
pelayanan kesehatan harus menjadi tempat yang aman bagi para pekerjanya,
pasiennya, dan masyarakat di sekitarnya. Khususnya penempatan linen belum
ditempatkan sesuai pada tempatnya. Pengertian linen adalah bahan atau kain yang
digunakan di rumah sakit untuk kebutuhan pembungkus kasur, bantal,guling dan alat
instrument lainnya. Jenis kain yang digunakan seperti katun jepang, drill, flannel,
bahan anti air dan anti bakteri. Jenis linen menurut kontaminasinya ada dua yaitu linen
infeksius dan linen non infeksius. Linen infeksius adalah linen yang terkena cairan
tubuh pasien seperti feses, muntahan, darah dan air seni. Linen non infeksius adalah
linen yang tidak terkena cairan tubuh manusia. Pengelolaan linen ini harus dilakukan

dengan hati hati, untuk mencegah infeksi nosokomial. Untuk mencegah infeksi
nosokomial melalui linen, maka harus dilakukan perlakuan tepat dalam proses
pengolahan linen. Pengumpulan linen tentunya akan berbeda antara linen infeksius
dan linen non infeksius.
Di rumah sakit RS Tentara Dr Soepraoen malang khususnya paviliun mawar
didapatkan hasil saat pengkajian pada tanggal 7-9 September 2015 bahwa
penempatan linen di paviliun mawar masih meletakkan linen diatas brankar dan diatas
trolli yaitu linen non infeksi. Hal ini dapat menimbulkan infeksi nosokomial lebih besar.
Hal ini dikarenakan tidak terdapat tempat khusus yang disediakan untuk penempatan
linen sehingga para perawat menempatkan linen kotor diatas brankar dan diatas trolli.
Pada saat minggu ke 2 program penempatan linen kotor mulai berjalan pada tanggal
22 januari yaitu sebagian linen dimasukkan ke bak yang telah disediakan. Pada
tanggal 19-21 januari belum dilaksanakan penempatan linen dikarenakan tempat
belum tersedia. Pada saat implementasi minggu 3 dari aspek psikomotor didapatkan
sebagian linen kototr masuk pada tempatnya yaitu mulai tanggal 30 januari dan 31
januari, namun pada tanggal 28 januari dan 30 januari didapatkan penempatan linen
hampir semua masuk karena yang mengganti linen pasien sedikit. Pada implementasi
minggu ke 4 yaitu sebagian linen kotor masuk pada tempatnya. Namun pada tanggal 5
februari dan 7 februari linen masuk semua pada bak hitam hal ini dikarenakan
pergantian linen ke pasien 2 hari sekali sehingga hanya sedikit yang mengganti linen.
Pada implementasi minggu ke 5 juga sudah mengalami peningkatan sebagian linen
masuk pada tempatnya namun pada tanggal 12 februari dan 14 februari linen masuk
semua pada tempatnya hal ini dikarenakan mengganti linen hanya sedikit karena
pergantian linen 2 hari sekali atau keltika linen kotor sebelum 2 hari. Pada tanggal 16
17 februari 2015 dilakukan evaluasi bahwa penempatan linen kotor semua masuk
pada tempatnya. Hal ini dikarenakan saat evaluasi penggantian linen sangat sedikit
sehingga memungkinkan linen kotor untuk masuk semua ke bak hitam atau tempat
khusus yang telah disediakan. Namun di ruang paviliun mawar ini sesungguhnya
semua linen kotor masuk pada tempatnya hanya saja keterbatasan tempat yang tidak
tersedia sehingga ketika tempat penuh para perawat menasruh linen kotor diatas
brankar atau trolli.
Untuk meningkatkan aspek psikomotor dalam ketepatan penempatan linen
diperlukan melakukan sosialisasi

pentingnya penempatan linen pada tempatnya.

Tujuan dari penempatan linen. mengevaluasi pengetahuan perawat terhadap

pengetahuan ketepatan penempatan linen pada saat pre conference secara lisan,
memberikan label pada bak linen kotor serta melakukan pemantauan ketepatan
penempatan linen kotor dan apabila bak penuh dan sebagian masih ditempatkan
diatas brankar dan trolli maka untuk itu perlu untuk menyediakan penambahan tempat
linen kotor. Karena sesungguhnya keterbatasan tempat linen sebagai hambatan tidak
dapat memasukkan linen pada tempatnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam
penempatan linen ini sebagian besar dimasukkan ke dalam bak hitam.

6.4 Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)


Rumah

sakit

adalah

salah

satu

sarana

kesehatan

tempat

menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan


personel terlatih dan terdidik dalam menghadapi dan menangani masalah medik
untuk pemulihan dan pemeliharaan kesehatan yang baik. Upaya kesehatan adalah
setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan
untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat
yang digunakan untuk menyelenggarakannya disebut sarana kesehatan. Sarana
kesehatan berfungsi melakukan upaya kesehatan dasar, kesehatan rujukan, dan
atau upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan diselenggarakan dengan
pendekatan

pemeliharaan,

peningkatan

kesehatan

(promotif),

pencegahan

penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan


(rehabilitatif)

yang

diselenggarakan

secara

menyeluruh,

terpadu,

dan

berkesinambungan. Salah satu upaya kesehatan promotif dan preventif dapat


dilaksanakan

dengan

melakukan

pendidikan

kesehatan

atau

penyuluhan

kesehatan.
Pendidikan

kesehatan adalah

suatu upaya atau kegiatan untuk

menciptakan perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Artinya,


pendidikan kesehatan berupaya agar masyarakat menyadari atau mengetahui
bagaimana cara memelihara kesehatan mereka, bagaimana menghindari atau
mencegah hal-hal yang merugikan kesehatan mereka dan kesehatan orang lain,
kemana seharusnya mencari pengobatan jika sakit, dan sebagainya (Notoatmodjo,
2011). Kegiatan pendidikan kesehatan dapat dilaksanakan dimana saja, salah
satunya adalah di Rumah Sakit.
Di Rumah Sakit Tingkat II dr. Soepraoen, promosi kesehatan telah dibentuk namun
belum

berjalan

secara maksimal

dan

tidak ada

jadwal

khusus dalam

pelaksanaannya di setiap ruangan, sehingga keluarga belum mendapatkan media

informasi

seperti

leaflet

terkait

dengan

penyakit

yang

menggambarkan

diagnosa/kondisi pasien di ruangan. Berdasarakan hasil wawancara dengan


kepala ruang di Paviliun Mawar sebelum ada mahasiswa profesi yang menjalani
program manajemen, program PKRS di ruang Paviliun Mawar sudah berjalan,
namun hanya dilaksanakan bila ada mahasiswa dengan didampingi oleh satu
perawat ruangan dan belum ada jadwal khusus dalam ruangan untuk promosi
kesehatan. Berdasarkan hal tersebut, maka kami sebagai mahasiswa PSIK yang
sedang menjalani profesi di ruang Paviliun Mawar berupaya memanfaatkan
sumber daya yang tersedia di ruangan tersebut untuk mengaktifkan program
PKRS secara rutin, yaitu setiap hari Jumat. Sasaran pelaksana program PKRS
adalah perawat ruangan atau mahasiswa keperawatan yang sedang menjalani
praktik di Paviliun Mawar dengan didampingi oleh satu perawat ruangan. Metode
yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab dengan. Sasaran peserta
penyuluhan adalah pasien, keluarga pasien, dan pengunjung dengan target jumlah
peserta yang hadir minimal 5 orang. Setelah dilakukan implementasi selama 4
minggu didapatkan hasil peningkatan perbaikan managemen program PKRS di
Paviliun Mawar. Pada minggu pertama, ketiga dan keempat implementasi,
program PKRS dilaksanakan 100% sesuai rencana, yaitu tepat jadwal (hari
Jumat), pelaksana mahasiswa keperawatan dengan didampingi satu orang
perawat ruangan, penyediaan leaflet, pendokumentasian pada buku PKRS dan
foto kegiatan. Namun, pada minggu kedua, kegiatan tidak dapat terlaksana karena
adanya miss communication. Dari peningkatan prosentase ini menunjukkan bahwa
program berjalan dengan baik.

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1

Kesimpulan

7.1.1 Orientasi Pasien Baru


Kegiatan orientasi pasien baru secara keseluruhan dapat disimpulkan
bahwa terjadi peningkatan prosentase pelaksanaan orientasi pada pasien
baru saat dilakukan implementasi selama 4 minggu, yaitu sebanyak 76%,
namun terjadi penurunan prosentase saat evaluasi menjadi 25% pasien baru
yang diorientasikan. Hal ini disebabkan tingginya jam kerja serta beban kerja
perawat shift pagi, jumlah perawat jaga yang terbatas.
7.1.2 Patient Safety
a. Kejadian jatuh
Penerapan program penialaian dan pemberian penanda pasien jatuh sudah
berjalan dengan baik. Saat pengkajian didapatkan didapatkan data tidak ada
(0%) pasien jatuh, begitupun saat implementasi (0%) dan evaluasi (0%).
Faktor yang mendukung tidak terjadinya pasien jatuh karena semakin
meningkatkan kesadaran perawat dan mahasiswa untuk meminimalkan resiko
jatuh pasien
b. Kejadian dekubitus
Berdasarkan observasi yang dilakukan saat pengkajian didapatkan sebanyak
(0%) pasien dekubitus. Sedangkan pada saat implementasi pada minggu 1
sebanyak 0%, minggu 2 sebanyak 0%, minggu 3 sebanyak 1% atau 1 orang,
dan minggu 4 sebanyak 0%.
c. Kejadian Flebitis
Penerapan program pemantauan kejadian flebitis terbukti membantu upaya
pencegahan flebitis pada pasien yang terpasang infus. Perlu optimalisasi
kembali terkait upaya pencegahan flebitis. Program ini terlaksana 100% saat
implementasi dan dilakukan setiap pagi. Saat evaluasi program terlaksana
100%. Kejadian flebitis juga mengalami penurunan yang signifikan menjadi
3% dalam 1 minggu terakhir.
7.1.3 Pelaksanaan Ketepatan Penempatan Linen
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada saat pengkajian tanggal 7-9
September 2015 didapatkan penempatan linen kototr tidak dimasukkan

tempatnya. Namun setelah dilakukan implementasi selama 4 minggu didapatkan


hasil dan mengalami peningkatan yaitu sebagian besar linen kototr dimasukkan
ke bak hitam yang telah disediakan. Namun ada beberapa linen kototr yang
berada di atas brankar dan trolli hal ini dikarenakan kurangnya tempat yang
tersedia di paviliun mawar.
7.1.4 Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
Di Paviliun Mawar kegiatan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS)
secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan perbaikan
managemen dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan selama dilakukan
implementasi 4 minggu. Peningkatan managemen program PKRS di Paviliun
Mawar dapat dilihat dari adanya pembentukan jadwal khusus untuk kegiatan
penyuluhan, yaitu PKRS dilaksanakan setiap hari Jumat dan pembentukan
buku dokumentasi kegiatan PKRS. Pada minggu pertama, ketiga dan
keempat implementasi, program PKRS dilaksanakan 100% sesuai rencana,
yaitu tepat jadwal (hari Jumat), pelaksana mahasiswa keperawatan dengan
didampingi

satu

orang

perawat

ruangan,

penyediaan

leaflet,

pendokumentasian pada buku PKRS dan foto kegiatan. namun, pada minggu
kedua, kegiatan tidak dapat terlaksana karena adanya miss communicatio

7.2 Saran
1. Diadakan video sentral sebagai sarana untuk orientasi pasien dan keluarga di
setiap ruangan menggunakan LCD TV yang telah tersedia di setiap kamar
pasien.
2. Diperlukan edukasi dan demontrasi secara terus menerus untuk keluarga
pasien tentang pengetahuan cuci tangan 6 langkah dan 5 momen melalui
penyuluhan atau pada saat orientasi pasien baru.
3. Diperlukan ketelitian dan dan pencatatan yang jelas untuk mengkaji kejadian
plebitis dan pengantian infus setiap 4 hari sekali.
4. Diadakan sosialisasi setelah preconference untuk program penempatan linen
kotor. Sifat saling mengingatkan antar perawat maupun antar tenaga kesehatan
juga sangat dibutuhkan dalam menjaga keberlangsungan program tersebut
sehingga program tersebut dapat bermanfaat bagi pasien maupun tenaga
kesehatan yang tentunya akan berdampak pada nama baik rumah sakit.

5. Penyediaan tempat tambahan untuk linen kotor sehingga ketika mengganti


semua linen diharapkan semua linen masuk ke dalam bak yang telah
disediakan dan tidak berada diatas brankar dan trolli.
6. Diperlukan tempat khusus untuk spoel hoeck untuk desinfeksi alat-alat medis
(Terlampir).
7. Perlu adanya pengadaan softfile leaflet untuk penggandaan di ruangan
sehingga jumlah leaflet tidak terbatas dan pojok edukasi dapat berjalan secara
aktif. Selain itu, kegiatan ini juga perlu adanya peran aktif dari tim PKRS di RS
TK II dr. soepraoen dalam menyediakan leaflet untuk membantu terlaksananya
program PKRS dengan baik di setiap ruangan.
8. Untuk meningkatkan perbaikan program PKRS perlu adanya pembuatan jadwal
bulanan kegiatan PKRS beserta judul penyuluhan yang akan diberikan per
minggunya.
9. Berdasarkan hasil pengamatan selama 4 minggu role play program
manajemen, didapatkan hasil bahwa beban jam kerja perawat adalah 9 jam
untuk shift pagi (hasil terlampir). Dengan beban jam kerja yang tinggi tersebut,
maka sulit bagi perawat untuk meluangkan waktu untuk memberikan
penyuluhan pada pasien/keluarga dan pengunjung. Mengingat hal tersebut,
maka kami menyarankan kepada pihak Rumah Sakit dr. Soepraoen khususnya
pada Tim PKRS untuk mengembangkan media penyuluhan, yaitu berupa video
interaktif yang dapat diputar di setiap ruangan pasien. Fungsi video interaktif ini
selain untuk meringankan beban kerja perawat dalam memberikan penyuluhan,
juga dapat digunakan untuk menarik perhatian pasien dan keluarga dalam
meningkatkan pengetahuan mengenai masalah kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai