Pembentukan Pegunungan
X V I . P E M B E N T U K AN P E G U N U N G AN
bahwa
batuan
yang
menyusun
pegunungan
tersebut
binatang tersebut mati dan berubah menjadi fosil, terjadi suatu proses
pengangkatan, sehingga batuan sedimen yang terbentuk di laut tersebut
membentuk pegunungan. Kejadian semacam ini (pengangkatan kerak bumi)
merupakan proses geologi yang sangat umum dalam sejarah bumi ini. Tetapi
muncul suatu pertanyaan, mengapa terjadinya suatu proses pengangkatan ini
tidak selalu dapat dengan mudah diketahui sebagai akibat dari suatu proses
pergerakan.
Telah kita ketahui, gaya gravitasi memegang peranan penting yang
menentukan ketingian suatu permukaan bumi. Litosfera yang disusun oleh
material yang lebih ringan akan mengapung dan mudah mengalami
deformasi (perubahan bentuk) di atas astenosfer. Konsep mengenai
pengapungan karena keseimbangan gravitasi ini disebut isostasi. Daerah
pegunungan merupakan bagian kerak bumi yang tipis. Pegunungan tidak
hanya merupakan bentang alam yang tinggi, tetapi juga merupakan sumber
material bagi tempat-tempat yang rendah (gambar 17.1). Kenampakan ini
dapat dijelaskan dengan data seismik dan gravitasi.
Dari ide tersebut menunjukkan bahwa litosfer di bawah samudera lebih
tipis daripada litosfer yang menyusun benua, karena elevasinya jauh lebih
rendah. Meskipun telah kita ketahui bahwa batuan penyusun kerak samudera
ini mempunyai spesifik grafitasi yang lebih besar daripada batuan penyusun
kerak benua. Hal tersebut merupakan faktor lain yang menunjukkan mengapa
kerak samudera terletak di bawah kerak benua.
Apabila konsep isostasi ini benar, maka apabila beban di atas kerak
bumi ditambah, akan terjadi penurunan kerak bumi. Sebaliknya apabila beban
tersebut berkurang atau dihilangkan, maka akan terjadi pengangkatan kerak
bumi. Perisitiwa terjadinya pergerakan semacam ini sangat didukung oleh
teori penyesuaian isostasi.
Jadi pegunungan merupakan penebalan kerak bumi yang tidak
sebenarnya yang tetap mempunyai ketinggian diatas rata-rata daerah
sekitarnya. Seiring dengan terjadinya pengikisan material oleh proses erosi,
penyesuaian isostasi akan terjadi secara bertahap pada pegunungan
tersebut. Secara berangsur pula bagian terdalam dari pegunungan tersebut
akan mengalami pengangkatan sampai pada kedalaman yang dangkal
Pensesaran (faulting)
Sesar (fault), sering juga disebut patahan, merupakan retakan pada
batuan kerak bumi yang disertai dengan pergeseran sepanjang retakan
tersebut. Sesar dikategorikan dengan dasar pergerakan relatif antara bagianbagian yang terletak di kedua sisi dari bidang sesarnya. Pergerakan tersebut
dapat horisontal, vertikal maupun menyudut (oblique).
Sesar dengan pergerakan vertikal dari bagian yang tersesarkan
disebut dengan
sesar
normal atau sesar turun (normal faults, gravity faults) (Gambar 17.2).
Sedangkan apabila bagian yang terletak di atas bidang sesar rekatif bergerak
ke atas, disebut dengan sesar naik (reverse fault) (gambar 17.3). Sesar
naik dengan sudut yang sangat kecil disebut dengan thrust faults. Suatu
thrust fault yang sangat panjang (seperti yang terjadi di Pegunungan
Appalachians) diakibatkan oleh suatu gaya kompresi yang kuat.
yang
terjadi
pada
bagian-bagian
yang
Karena pada sesar naik (reverse & thrust faults), bagian yang
tersesarkan bergerak relatif di atas bagian yang lain, maka dapat disimpulkan
bahwa sesar ini diakibatkan oleh gaya kompresi (compressional force).
Pada umumnya bagian kerak bumi yang mengalami gaya ini adalah pada
batas konvergensi dari lempeng kerak bumi, dimana lempeng-lempeng kerak
bumi saling bertumbukan. Gaya kompresi ini pada kerak bumi selain dapat
membentuk sesar juga dapat membentuk perlipatan. Akibat dari adanya
perlipatan ini adalah penebalan dan penipisan batuan yang mengalami gaya.
Perlipatan (Folding)
Selama proses pembentukan pegunungan, batuan volkanik dan
batuan sedimen yang mendatar, akan mengalami pelengkungan membentuk
suatu seri lipatan. Proses tersebut mengakibatkan adanya pemendekan dan
penebalan dari batuan penyusun kerak bumi. Gambar 17.4 menunjukkan
struktur perlipatan yang sangat umum. Bagian perlipatan yang menonjol ke
atas disebut dengan antiklin (anticline), sedangkan bagian yang cekung
disebut dengan sinklin (sincline). Berdasarkan orientasi sayap-sayapnya,
perlipatan dapat dibedakan menjadi perlipatan simetri, asimetri dan
menggantung (overtuned).
Gambar 17.5 menunjukkan contoh dari perlipatan menunjam dan pola dari
struktur tersebut yang telah mengalami proses erosi.
2.
3.
4.
Upward mountain
lipatan,
maka
proses
pembentukan
pegunungan
selalu
Upward mountains
Sistem pegunungan ini merupakan tipe pegunungan yang sangat
berbeda. Beberapa sistem pegunungan ini mempunyai batuan beku dan
batuan metamorf sebagai batuan dasar, yang telah mengalami proses erosi
dan kemudian tertutupi oleh batuan sedimen. Kemudian setelah daerah
tersebut mengalami pengangkatan, proses erosi memindahkan batuan
sedimen, sehingga inti dari pegunungan ini yang terdiri dari batuan beku dan
batuan metamorf muncul ke permukaan dan meninggalkan topografi yang
lebih tinggi dari daerah di sekitarnya.
Pada umumnya bagian yang terangkat tersusun oleh batuan dasar
yang berumur lebih tua yang tertutupi oleh lapisan yang relatif tipis dari
batuan sedimen. Lama kelamaan, batuan sedimen ini akan tererosi, sehingga
inti batuan dasarnya akan muncul. Di beberapa tempat, lapisan batuan
sedimen yang tersisa menempati sayap-sayap dari pegunungan batuan
kristalin yang menjadi intinya. Morfologi ini sangat mudah dikenali, karena
perlapisan yang tersisa ini menunjukkan suatu tebing yang terjal disebut
dengan hogbacks.
PEMBENTUKAN PEGUNUNGAN DAN TEKTONIK LEMPENG
Seperti yang telah diketahui sejak lama, bahwa suatu sistem
pegunungan mempunyai banyak kenampakan yang umum. Dari hal tersebut,
para ahli geologi dapat menyimpulkan bahwa sistem tersebut memiliki sejarah
pembentukan yang berbeda. Beberapa sistem pegunungan muda sejajar
dengan pantai suatu benua. Mereka disusun oleh batuan sedimen yang
sangat tebal
persesaran dan diterobos oleh tubuh batuan beku. Sampai pada dekade
terakhir dipercaya bahwa batuan sedimen tersebut dibentuk oleh proses
sedimentasi pada cekungan yang mengalami penurunan perlahan yang
disebut geosinklin. Setelah ketebalan yang sangat besar dari sedimen
tersebut terbentuk,suatu gaya horisontal dari sisi-sisi geosinklin tersebut
menekan sedimen sehingga mengalami pemendekan dan penebalan dari
kerak bumi. Proses ini menghasilkan suatu sistem pegunungan yang tinggi
dan secara bersamaan menekan sedimen tersebut ke tempat yang lebih
Budi Rochmanto: Geologi Fisik
dalam pada kerak bumi. Juga dipercaya, sedimen yang tertanam jauh di
dalam bumi menyebabkan magma menerobos ke atas pada batuan sedimen
yang tidak mencair. Jadi suatu rantai kompleks pegunungan terdiri dari
batuan sedimen yang terlipat dan tersesarkan mengelilingi tubuh batuan beku
intrusi dan batuan metamorf yang terbentuk.
Meskipun konsep geosinklin pada pembentukan pegunungan memiliki
banyak kebaikan, tetapi penyebab proses orogenesa yang mendasari proses
pembentukan tersebut tetap tidak dapat dijelaskan. Apa yang dihasilkan dari
proses penurunan pada geosinklin? Mengapa sedimen yang terakumulasi
relatif tidak mengalami gangguan untuk jangka waktu yang cukup lama dan
tiba-tiba mengalami proses deformasi? Pertanyaan-pertanyaan tersebut yang
menyebabkan para ahli geologi tetap mencari jawaban dari problem-problem
yang kompleks pada proses pembentukan pegunungan.
Dengan berkembangnya teori tektonik lempeng, beberapa pertanyaan
yang muncul pada teori geosinklin dapat dijawab. Teori yang baru
memberikan suatu ide bahwa suatu orogenesa disebabkan oleh karena suatu
segmen yang besar dari kerak bumi mengalami pergeseran. Berdasarkan
teori tektonik lempeng, pembentuk pegunungan terjadi pada batas lempeng
yang konvergen. Pada lempeng-lempeng yang saling bertumbukan ini
menyebabkan terjadi suatu gaya kompresi yang melipat, mensesarkan dan
mengubah endapan sedimen yang tebal yang terakumulasi pada lereng
benua. Sedangkan pencairan dari kerak samudera yang menunjam
merupakan sumber magma yang menerobos batuan-batuan yang telah
mengalami deformasi.
Orogenesis pada zona subduksi
Pada tahap awal dari perkembangan suatu sistem kompleks
pegunungan, bagian tepi kontinental masih stabil (pasif). Bagian ini bukan
merupakan batas dari lempeng benua, tetapi merupakan bagian yang sama
yang bergabung dengan kerak samudera. Contoh yang bagus untuk keadaan
tepi kontinen yang pasif sekarang ini adalah pantai timur Amerika serikat.
Disini seperti tepi kontinen lainnya yang mengelilingi Samudera Atlantik,
proses pengendapan sedimen menghasilkan suatu endapan yang tebal dari
batupasir, batugamping dan serpih.
Budi Rochmanto: Geologi Fisik
10
Pada suatu saat, tepi benua menjadi aktif, sehingga terbentuklah zona
subduksi dan proses deformasi mulai terjadi. Tempat baik untuk mengetahui
suatu tepi kontinen yang aktif adalah pantai barat Amerika Selatan. Di tempat
ini lempeng Nazca menunjam di bawah lempeng benua amerika Selatan
sepanajng palung Peru Chili. Zona penunjaman ini kemungkinan terbentuk
bersamaan dengan pemekaran benua Pangaea. Pada saat lempeng amerika
selatan berpisah dengan lempeng afrika dan perlahan bergerak ke arah barat,
kerak samudera yang berbatasan dengan Amerika Selatan tertekuk dan
terlipat di bawah kerak kontinental. Perubahan pada kerak samudera ini akan
memberikan efek pada kerak kontinen yang ada diatasnya. Pada kasu ini
batuan sedimen yang menyusun lempeng Nazca yang merupakan lereng tepi
benua mengalami deformasi dan menghasilkan suatu kompleks pegunungan
yang dikenal dengan nama Pegunungan Andes bagian Timur.
Penunjaman
dan
pencairan
sebagian
dari
lempeng
Nazca
11
12
Urutan proses tersebut telah terjadi berulang kali selama waktu geologi
di masa lalu. Hanya tingkat deformasi, tatanan geologi dan iklim yang
berbeda-beda untuk setiap proses. Jadi setiap kejadian pembentukan suatu
rangkaian pegunungan merupakan event yang unik.
Orogenesis dan pertumbuhan kontinental
Pada awalnya, teori tektonik lempeng memberikan inspirasi dua
mekanisme terjadinya proses orogenesis. Pertama, tumbukan lempeng
kontinen diberikan untuk menerangkan proses pembentukan rangkaian
pegunungan seperti Alpen, Himalaya dan Appalachian. Kedua, pegunungan
Budi Rochmanto: Geologi Fisik
13
kerak
kontinental,
lenyapnya
dipercaya
busur
sebagai
vulkanik
atau
14
terakhir ini suatu lonjakan yang besar telah terjadi mengenai ilmu geologi dan
teka-teki yang selama ini muncul mulai dapat diberikan jawabannya.
Salah satu pendapat mengatakan bahwa kerak kontinental mengalami
pertumbuhan menjadi lebih besar sepanjang waktu geologi oleh penambahan
material yang berasal dari mantel bumi bagian atas. Prinsip dasar dari
hipotesis ini adalah kerak bumi pada awalnya adalah kerak samudera dan
kerak kontinental sangat kecil bahkan mungkin tidak ada. Selanjutnya
dikatakan pembentukan material penyusun kerak kontinental terjadi dalam
dua fase yang berbeda. Fase pertama terjadi pada mantel bumi bagian atas
tepat di bawah pematang samudera. Di tempat ini pencairan sebagian batuan
peridotit menghasilkan magma basaltik yang naik ke atas membentuk kerak
samudera. Batuan dasar samudera kaya akan silika, potasium dan sodium
dan miskin akan besi dan magnesium dibandingkan dengan batuan yang
berasal dari mantel bumi bagian atas.
15