Anda di halaman 1dari 12

I.

IDENTITAS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. A
Usia
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Rancagoong 01/06 Rancagoong Cilaku
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Tanggal Masuk RS
: 14 April 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 April 2016
pukul 09.15 WIB
Keluhan utama

: Ada bercak hitam bersisik yang terasa gatal di daerah

perut, bokong dan sekitar paha sejak 3 bulan yang lalu.


Riwayat Penyakit Sekarang :
Penderita datang ke Poliklinik RSUD Cianjur dengan keluhan ada bercak hitam
bersisik yang terasa gatal di bagian perut , bokong dan sekitar paha sudah sejak 3
bulan. Awalnya muncul sedikit- sedikit, disertai warna kemerahan, bentuk seperti
keringet buntet, terasa agak basah. Karena merasa gatal dan sangat mengganggu
pasien sering menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang gatal sehingga disertai
luka, terasa perih dan warna menjadi kehitaman. Gatal terutama dirasakan waktu
berkeringat, gatal di daerah kepala tidak ada, gatal di antara jari- jari kaki juga
tidak ada. Gatal juga tidak timbul waktu pasien makan-makanan tertentu seperti
ikan laut atau ayam potong
Gatal-gatal ini sempat membaik setelah diberi salep miconazole dan
minum obat dari dokter, tetapi akhir-akhir ini gatal di bagian badan malah
semakin meluas sampai perut dan punggung dan lesi kemerahan semakin melebar
disertai rasa kasar di kulit.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa
Alergi

: Penderita belum pernah merasakan keluhan serupa


: Tidak ada alergi makanan, obat atau debu

Asma
Diabetes Melitus
Jantung
Hipertensi

: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Keluhan serupa
: Keluarga Tidak ada yang gatal-gatal seperti pasien
Asma
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Disangkal
Riwayat Psikososial
Penderita tinggal dengan 1 orang anggota keluarga (istri) dalam 1

rumah.
Istri penderita tidak pernah mengalami keluhan yang sama
Pemakaian handuk atau pakaian secara bersamaan (-)
Mandi teratur 2x sehari

Riwayat Pengobatan
Pasien sudah ke dokter 3 kali. Keluhan penderita sudah pernah diobati
dengan salep dan obat minum dari dokter. Salep di oles ke bagian yang
gatal, namun keluhan tidak mereda, bahkan lesi kemerahan meluas sampai
ke paha.
III.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemerksaan fisik dilakukan pada tanggal 14 April 2015 pukul 09.15 WIB
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
GCS
3. Vital Sign

4. Status gizi

: Baik
: Komposmentis
: 15 (E4, V5, M6)
: TD : 130/80 mmHg
N : 82 x/m, irama reguler, isi cukup
R : 18 x/m
S : 36,70C (aksila)
: Kesan gizi cukup

STATUS GENERALISATA
1. Kepala
- Rambut
- Mata

: Rambut warna hitam, lebat, distribusi merata, ketombe(-)


: Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-)

Hidung
: Sekret (-), Darah (-)
Telinga
: Serumen (-)
Mulut
: Gigi berlubang tidak ada
Kulit kepala : Tidak ada kelainan
Kulit wajah : Tidak ada kelainan

2. Leher
- Pembesaran KGB
- Pembesaran Tiroid
- Kulit

: Tidak ada pembesaran KGB


: Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
: Tidak ada kelainan

3. Thorak
Paru
- Inspeksi : Dada terlihat simetris, gerak nafas tidak ada yang tertinggal
- Palpasi : Vokal fremitus sama dikedua lapang paru
- Perkusi
: Sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler (+), Wheezing (-), Ronkhi(-)

Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Kulit

: Ictus cordis tidak terlihat


: Ictus cordis tidak teraba
: BJ I & II Reguler, murmur (-), Gallop (-)
: Tidak ada kelainan

4. Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Perkusi
- Palpasi
- Kulit

: Datar, Scar (-), distensi abdomen (-)


: Bising usus (+)
: Timpasni pada seluruh kuadran abdomen
: Nyeri tekan (-), Hepatosplenomegali (-)
: Lihat di status dermatologi

5. Ekstremitas
- Atas
- Bawah
- Kulit

: Akral Hangat (+/+), Udem (-), Sianosis (-)


: Akral Hangat (+/+), Udem (-), Sianosis (-)
: Lihat di status dermatologi

STATUS DERMATOLOGI
-

Distribusi : Regional
Regio
: Regio abdomen, Regio gluteus dan regio inguinal.
Lesi
: Multiple, diskret, ukuran lesi terbesar 30 cm dan yang
terkecil 20 cm, bentuk tidak beraturan, sebagian menimbul dan
-

kering.
Effloresensi : Papul, plak hiperpigmentasi, skuama, erosi, ekskoriasi,
krusta

IV.

RESUME
ANAMNESIS
4

Penderita datang ke Poliklinik RSUD Cianjur dengan keluhan bercak hitam


bersisik yang terasa gatal di bagian perut , bokong dan sekitar paha sudah sejak 3
bulan. Awalnya muncul sedikit- sedikit, disertai warna kemerahan, bentuk seperti
keringet buntet, terasa agak basah. Karena merasa gatal dan sangat mengganggu
pasien sering menggaruk-garuk bagian tubuhnya yang gatal sehingga disertai
luka, terasa perih dan warna menjadi kehitaman. Gatal terutama dirasakan waktu
berkeringat, gatal di daerah kepala tidak ada, gatal di antara jari- jari kaki juga
tidak ada. Gatal juga tidak timbul waktu pasien makan-makanan tertentu seperti
ikan laut atau ayam potong
Gatal-gatal ini sempat membaik setelah diberi salep miconazole dan
minum obat dari dokter, tetapi akhir-akhir ini gatal di bagian badan malah
semakin meluas sampai perut dan punggung dan lesi kemerahan semakin melebar
disertai rasa kasar di kulit.
V. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pemeriksaan KOH 10% : Hifa Panjang (+) , Spora (-)
VI.

DIAGNOSIS BANDING
1. Tinea corporis et cruris
2. Dermatitis kontak alergi
3. Dermatitis seboroik

VII.

DIAGNOSIS KERJA
Tinea Corporis et Cruris

VIII. USULAN PEMERIKSAAN


1. Pemeriksaan Kulit dengan lampu Wood
2. Kultur Agar Sabourraud
IX.
PENATALAKSANAAN
1. Non-medikamentosa
Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang

berlebihan
Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian
yang panas dan tidak menyerap keringat (karet, nylon)

Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing, anjing,

atau kontak pasien lain.


Menghilangkan fokal infeksi ditempat lain misalnya di kuku atau di kaki.
Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus, kelaian endokrin

yang lain, leukemia, harus dikontrol. (7)


2. Medikamentosa
1) Itraconazole 1 x 100 mg/hari
2) Cetirizine 1 x 10 mg/hari
3) Miconazole cream 2%
X. PROGNOSIS
Umumnya baik jika faktor pencetus dihindari
Quo ad vitam
: ad bonam
Quo ad fungsionam
: ad bonam
Quo ad sanationam
: ad bonam

TINJAUAN PUSTAKA

A. PENDAHULUAN
Tinea korporis dan kruris merupakan suatu infeksi jamur Dermatofita pada
kulit yang penyakitnya disebut dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai
sifat mencernakan keratin. Penyakit ini termasuk dalam kelompok mikosis
superfisialis. (1)

B. SINONIM
Sinonim dari Tinea Korporis adalah Tinea sirsinata, Tinea glabrosa.
Sinonim dari Tinea Kruris adalah Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey
itch. (2)
C. DEFINISI
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit tubuh
tidak berambut (globorous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea.
Tinea kruris adalah infeksi jamur jamur dermatofita yang mengenai lipat
paha, daerah genitalia dan di sekitar anus yang dapat meluas ke bokong dan perut
bagian bawah. (1,3,4)
D. EPIDEMIOLOGI
Tinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih
sering menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang
mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat
serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.. Lebih sering menyerang pria daripada
wanita. Tersebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah tropis, dan insidensi
meningkat pada kelembaban udara yang tinggi.

(2,4)

E. ETIOPATOGENESIS
Tinea

korporis

disebabkan

jamur

Dermatofita,

terutama

oleh

Epidermophyton floccosum atau Trichophyton rubrum. Tinea kruris disebabkan


jamur dermatofita terutama oleh Epidermophyton floccosum, Trichophyton
rubrum, dan Trichophyton mentagrophytes. (1,4)
Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan individu yang
terinfeksi atau tidak langsung melalui benda yang mengandung jamur, misalnya
handuk, lantai kamar mandi, tempat tidur hotel dan lain-lain. (5)
Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa atau cabang-cabangnya di dalam
jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan enzim keratolitik yang berdifusi
ke dalam jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi peradangan.

Pertumbuhan jamur dengan pola radial di dalam stratum korneum


menyebabkan timbulnya lesi kulit yang sirsinar dengan batas yang jelas dan
meninggi. Reaksi kulit semula berbentuk papul kemudian berkembang menjadi
suatu reaksi peradangan berupa suatu dermatitis. (6)
F. GEJALA KLINIS
Gambaran klinis dari tinea korporis merupakan lesi anular, bulat atau
lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama, kadang-kadang dengan
vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang ( tanda
peradangan lebih jelas pada daerah tepi ) yang sering disebut dengan central
healing. Tapi kadang juga dijumpai erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada
umumnya merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan
kulit dapat juga terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena
beberapa lesi kulit yang menjadi satu. Selain itu lesi dapat berupa arsiner, atau
sinsiner.

Bila tinea korporis ini menahun tanda-tanda aktif jadi menghilang

selanjutnya hanya meningggalkan daerah-daerah yang hiperpigmentasi dan


skuamasi saja. Kelainan-kelainan ini dapat terjadi bersama-sama dengan tinea
kruris. (1,2,3,7)
Pada tinea kruris keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat. Lesi
umumnya bilateral walaupun tidak simetris, berbatas tegas, tepi meninggi yang
dapat berupa bintil-bintil kemerahan atau lenting-lenting kemerahan, atau kadang
terlihat lenting-lenting yang berisi nanah. Bagian tengah menyembuh berupa
daerah coklat kehitaman bersisik. Lesi aktif, polisiklik, ditutupi skuama dan
kadang-kadang disertai dengan banyak vesikel kecil-kecil. Biasanya disertai rasa
gatal dan kadang-kadang rasa panas. Garukan terus-menerus dapat menimbulkan
gambaran penebalan kulit. Buah zakar sangat jarang menunjukkan keluhan,
meskipun pemeriksaan jamur dapat positif. Apabila kelainan menjadi menahun
maka efloresensi yang nampak hanya macula yang hiperpigmentasi disertai
skuamasi dan likenifikasi. (1,6,7)
G. DIAGNOSA BANDING

Tinea korporis dapat didiagnosa banding dengan dermatitis kontak,


Pitiriasis rosea, Psoriasis vulgaris, sifilis stadium II tipe makulopapular, dan
dermatitis seboroik. (2,3,6,8)
Tinea kruris dapat didiagnosa banding dengan kandidiasis inguinal, eritrasma,
psoriasis, dan dermatitis kontak.

(2,3,4,8)

H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesa
Dari anamnesa didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu, dan gatal
bertambah apabila berkeringat. Karena gatal dan digaruk, maka timbul lesi
sehingga lesi bertambah meluas, terutama pada kulit yang lembab
2. Gejala klinis yang khas
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada kerokan kulit dengan KOH 10-20% bila positif memperlihatkan elemen
jamur berupa hifa panjang dan artrospora (hifa yang bercabang) yang khas
pada infeksi dermatofita. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk
menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan
spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis
pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium
Agar Dekstrosa Sabouraud. (4,5,7)
I.

PENATALAKSANAAN
1. Umum
Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang

berlebihan
Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian

yang panas dan tidak menyerap keringat (karet, nylon)


Menghindari sumber penularan yaitu binatang, kuda, sapi, kucing, anjing,

atau kontak pasien lain.


Menghilangkan fokal infeksi ditempat lain misalnya di kuku atau di kaki.
Faktor-faktor predisposisi lain seperti diabetes mellitus, kelaian endokrin
yang lain, leukemia, harus dikontrol.

(7)

2. Khusus
Topikal
- Derivat azol misalnya mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1%
9

Salep Whitfield
Asam benzoate 6-12%
Asam salisilat 2-4% (4,7)
Sistemik
- Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25
mg/kgBB sehari. Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis
adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan
-

topikal tidak ada perbaikan.


Pada kasus yang resisten terhadap griseofulvin dapat diberikan derivat
azol seperti ketokonazol 200 mg per hari selama 2-4 minggu pada pagi
hari setelah makan, itrakonazol 100-200 mg/hari selama 2-4 minggu
atau 200 mg/hari selama 1 minggu, flukonazol 150 mg 1x/mgg

J.

selama 2-4 minggu, terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu.


- Antibiotika diberikan bila terdapat infeksi sekunder. (5,7,9)
PROGNOSIS
Tinea korporis dan tine kruris mempunyai prognosa baik dengan

pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu
dijaga. (1,4).
K.

KESIMPULAN
Tinea cruris adalah penyakit karena infeksi jamur dermatofita dimana

predileksinya adalah pada daerah pelipatan paha, bilateral kanan kiri sekitar anogenital dan dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. Sedangkan Tinea
corporis adalah penyakit infeksi jamur dengan predileksi pada glabrous skin (kulit
halus) dengan predileksi pada bagian tubuh selain regio Tinea cruris, kulit kepala,
tangan, kaki, dan kuku.
Gambaran klinis bermula sebagai bercak/patch eritematosa yang gatal dan
lama kelamaan semakin meluas dengan tepi lesi yang aktif (peradangan pada tepi
lebih nyata daripada daerah tengahnya), central healing, batas tegas, bentuk
bervariasi, ditutupi skuama, dan kadang-kadang dengan banyak vesikel kecilkecil.
Pengobatan dapat diberikan secara topikal dan sistemik. Faktor-faktor
predisposisi terjadinya Tinea cruris dan Tinea corporis adalah kelembapan dan
kurangnya higienitas perorangan. Prognosis penyakit ini adalah baik.
10

DAFTAR PUSTAKA

1. Budimulya,U.: Infestasi Jamur. Yayasan Penerbit IDI, Jakarta (1992).


2. Budimulya,U. Sunoto. Dan Tjokronegoro, Arjatmo.: Penyakit Jamur. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia,Jakarta (1983).
3. Wirya Duarsa. Dkk.: Pedoman Diagnosis Dan Terapi Penyakit Kulit Dan
Kelamin RSUP Denpasar. Lab/SMF Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar (2000).
4. Djuanda, Adhi. Dkk.: Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta (2002).
5. Kasansengari, Urip Suherman. Dkk.: Kumpulan Naskah Simposium DermatoMikologi. Bagian Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Universitas Airlangga/ RS Dr. Soetomo, Surabaya (1982).
6. Etnawati, K.; Sudaryanto. : Perkembangan Pengobatan Penyakit Jamur
Superfisial. Laboratorium/Unit Penyakit Kulit dan Kelamin Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito, Yogyakarta (1988).
7. Tinea Corporis, (2006, June 29 last update), (emedicine), Available:
http://www.emedicine.com (Accessed: 5 October 2007).

11

8. Tinea Cruris, (2006, May 25 last update), (emedicine), Available:


http://www.emedicine.com (Accessed: 5 October 2007).
.

12

Anda mungkin juga menyukai