IDENTITAS
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. A
Usia
: 53 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-Laki
Alamat
: Rancagoong 01/06 Rancagoong Cilaku
Agama
: Islam
Suku
: Sunda
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Karyawan Swasta
Tanggal Masuk RS
: 14 April 2016
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 14 April 2016
pukul 09.15 WIB
Keluhan utama
Asma
Diabetes Melitus
Jantung
Hipertensi
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
: Disangkal
rumah.
Istri penderita tidak pernah mengalami keluhan yang sama
Pemakaian handuk atau pakaian secara bersamaan (-)
Mandi teratur 2x sehari
Riwayat Pengobatan
Pasien sudah ke dokter 3 kali. Keluhan penderita sudah pernah diobati
dengan salep dan obat minum dari dokter. Salep di oles ke bagian yang
gatal, namun keluhan tidak mereda, bahkan lesi kemerahan meluas sampai
ke paha.
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemerksaan fisik dilakukan pada tanggal 14 April 2015 pukul 09.15 WIB
1. Keadaan Umum
2. Kesadaran
GCS
3. Vital Sign
4. Status gizi
: Baik
: Komposmentis
: 15 (E4, V5, M6)
: TD : 130/80 mmHg
N : 82 x/m, irama reguler, isi cukup
R : 18 x/m
S : 36,70C (aksila)
: Kesan gizi cukup
STATUS GENERALISATA
1. Kepala
- Rambut
- Mata
Hidung
: Sekret (-), Darah (-)
Telinga
: Serumen (-)
Mulut
: Gigi berlubang tidak ada
Kulit kepala : Tidak ada kelainan
Kulit wajah : Tidak ada kelainan
2. Leher
- Pembesaran KGB
- Pembesaran Tiroid
- Kulit
3. Thorak
Paru
- Inspeksi : Dada terlihat simetris, gerak nafas tidak ada yang tertinggal
- Palpasi : Vokal fremitus sama dikedua lapang paru
- Perkusi
: Sonor dikedua lapang paru
- Auskultasi : Vesikuler (+), Wheezing (-), Ronkhi(-)
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Kulit
4. Abdomen
- Inspeksi
- Auskultasi
- Perkusi
- Palpasi
- Kulit
5. Ekstremitas
- Atas
- Bawah
- Kulit
STATUS DERMATOLOGI
-
Distribusi : Regional
Regio
: Regio abdomen, Regio gluteus dan regio inguinal.
Lesi
: Multiple, diskret, ukuran lesi terbesar 30 cm dan yang
terkecil 20 cm, bentuk tidak beraturan, sebagian menimbul dan
-
kering.
Effloresensi : Papul, plak hiperpigmentasi, skuama, erosi, ekskoriasi,
krusta
IV.
RESUME
ANAMNESIS
4
DIAGNOSIS BANDING
1. Tinea corporis et cruris
2. Dermatitis kontak alergi
3. Dermatitis seboroik
VII.
DIAGNOSIS KERJA
Tinea Corporis et Cruris
berlebihan
Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian
yang panas dan tidak menyerap keringat (karet, nylon)
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENDAHULUAN
Tinea korporis dan kruris merupakan suatu infeksi jamur Dermatofita pada
kulit yang penyakitnya disebut dermatofitosis. Golongan jamur ini mempunyai
sifat mencernakan keratin. Penyakit ini termasuk dalam kelompok mikosis
superfisialis. (1)
B. SINONIM
Sinonim dari Tinea Korporis adalah Tinea sirsinata, Tinea glabrosa.
Sinonim dari Tinea Kruris adalah Eczema marginatum."Dhobi itch", "Jockey
itch. (2)
C. DEFINISI
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita yang mengenai kulit tubuh
tidak berambut (globorous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea.
Tinea kruris adalah infeksi jamur jamur dermatofita yang mengenai lipat
paha, daerah genitalia dan di sekitar anus yang dapat meluas ke bokong dan perut
bagian bawah. (1,3,4)
D. EPIDEMIOLOGI
Tinea korporis dan kruris banyak diderita oleh semua umur, terutama lebih
sering menyerang orang dewasa, terutama pada orang-orang yang kurang
mengerti kebersihan dan banyak bekerja ditempat panas, yang banyak berkeringat
serta kelembaban kulit yang lebih tinggi.. Lebih sering menyerang pria daripada
wanita. Tersebar ke seluruh dunia, terutama pada daerah tropis, dan insidensi
meningkat pada kelembaban udara yang tinggi.
(2,4)
E. ETIOPATOGENESIS
Tinea
korporis
disebabkan
jamur
Dermatofita,
terutama
oleh
(2,3,4,8)
H. DIAGNOSIS
Diagnosis ditegakkan berdasarkan:
1. Anamnesa
Dari anamnesa didapatkan rasa gatal yang sangat mengganggu, dan gatal
bertambah apabila berkeringat. Karena gatal dan digaruk, maka timbul lesi
sehingga lesi bertambah meluas, terutama pada kulit yang lembab
2. Gejala klinis yang khas
3. Pemeriksaan laboratorium
Pada kerokan kulit dengan KOH 10-20% bila positif memperlihatkan elemen
jamur berupa hifa panjang dan artrospora (hifa yang bercabang) yang khas
pada infeksi dermatofita. Pemeriksaan dengan pembiakan diperlukan untuk
menyokong pemeriksaan langsung sediaan basah dan untuk menentukan
spesies jamur. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menanamkan bahan klinis
pada media buatan. Yang dianggap paling baik pada waktu ini adalah medium
Agar Dekstrosa Sabouraud. (4,5,7)
I.
PENATALAKSANAAN
1. Umum
Meningkatkan kebersihan badan dan menghindari berkeringat yang
berlebihan
Mengurangi kelembaban dari tubuh pasien dengan menghindari pakaian
(7)
2. Khusus
Topikal
- Derivat azol misalnya mikonazol 2%, klotrimasol 1%, ketokonazol 1%
9
Salep Whitfield
Asam benzoate 6-12%
Asam salisilat 2-4% (4,7)
Sistemik
- Griseofulvin 500 mg sehari untuk dewasa, sedangkan anak-anak 10-25
mg/kgBB sehari. Lama pemberian griseofulvin pada tinea korporis
adalah 3-4 minggu, diberikan bila lesi luas atau bila dengan pengobatan
-
J.
pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu
dijaga. (1,4).
K.
KESIMPULAN
Tinea cruris adalah penyakit karena infeksi jamur dermatofita dimana
predileksinya adalah pada daerah pelipatan paha, bilateral kanan kiri sekitar anogenital dan dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. Sedangkan Tinea
corporis adalah penyakit infeksi jamur dengan predileksi pada glabrous skin (kulit
halus) dengan predileksi pada bagian tubuh selain regio Tinea cruris, kulit kepala,
tangan, kaki, dan kuku.
Gambaran klinis bermula sebagai bercak/patch eritematosa yang gatal dan
lama kelamaan semakin meluas dengan tepi lesi yang aktif (peradangan pada tepi
lebih nyata daripada daerah tengahnya), central healing, batas tegas, bentuk
bervariasi, ditutupi skuama, dan kadang-kadang dengan banyak vesikel kecilkecil.
Pengobatan dapat diberikan secara topikal dan sistemik. Faktor-faktor
predisposisi terjadinya Tinea cruris dan Tinea corporis adalah kelembapan dan
kurangnya higienitas perorangan. Prognosis penyakit ini adalah baik.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12