Anda di halaman 1dari 29

Presentasi Kasus

ANAK LAKI-LAKI 11 TAHUN DENGAN HIDROKEL

Oleh:
dr. Ekki Dita Anggariksa

Pembimbing:
dr. Ikke Indrayani
dr. Dyah Ayu Retnaningtyas

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH CEPU KABUPATEN BLORA
2016
BAB I
STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN

Nama

: An.A

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Umur

: 11 tahun

II.

Alamat

: Nglajo, Cepu

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pekerjaan

: pelajar

Tanggal masuk RS

: 05 Februari 2016

Tanggal pemeriksaan

: 05 Februari 2016

Tanggal Operasi

: 05 Februari 2016

No. RM

: 10.09.xx

ANAMNESA
A. Keluhan utama :
Benjolan testis kanan.
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke Poliklinik Bedah RS PKU Muhammadiyah Cepu
dengan keluhan ada benjolan di testis kanan. Benjolan timbul sejak
setelah lahir, semakin bertambah usia benjolan dirasakan semakin
membesar. Benjolan terkadang membesar dan mengecil. Benjolan
membesar saat beraktifitas, dan mengecil saat istirahat. Tidak terdapat
nyeri di benjolan dan di sekitar benjolan. Pasien merasa benjolan
mengganggu gerakan saat beraktifitas.
Pasien tidak mengeluh adanya nyeri dibagian tubuh lain, pusing(-),
sakit kepala (-), demam (-), mual (-), muntah (-), sesak nafas (-), nyeri
dada (-), nyeri perut (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Alergi

Riwayat Operasi sebelumnya

: disangkal

Riwayat Trauma`

: disangkal

: disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga


2

Riwayat Alergi dalam keluarga

: disangkal

Riwayat Asma dalam keluarga

: disangkal

Riwayat sakit serupa

: disangkal

E. Anamnesis Sistem

Sistem Serebrospinal

: Pusing (-), Demam (-)

Sistem Respirasi

: Batuk (-), Pilek (-), Sesak napas (-)

Sistem Kardiovaskuler : Nyeri dada (-), Pucat (-)

Sistem Digestivus

: Mual (-), Muntah (-), BAB lancar

Sistem Urogenital

: BAK lancar, Nyeri berkemih (-)

Sistem Muskuloskeletal : nyeri sendi (-) dan nyeri otot (-)

Sistem Integumentum

: Suhu teraba hangat

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 05 Februari 2015 jam 10.00 WIB di
ruangan Arofah RS PKU Muhammadiyah Cepu.
A. Status Generalis

Keadaan Umum

: Baik

Gizi

: Cukup

Kesadaran

: Compos mentis, GCS E4V5M6

Vital Sign

Tekanan Darah

: 100/70 mmHg

Nadi

: 90 x/menit isi cukup dan reguler

RR

: 22 x/menit

Suhu

: 36,3 oC per axilla

B. Pemeriksaan fisik
a) Kepala/Leher
Jejas (-), ekskoriasi (-), nyeri tekan (-), hematom (-), rhinorea
(-), otorhea (-), peningkatan JVP (-), pembesaran kelenjar
getah bening (-) benjolan di regio colli posterior (-)
b) Mata
Konjungtiva
: Anemis (-/-)
3

Sklera
Pupil
Palpebra
c) Thoraks
Dinding thoraks
Paru
- Inspeksi
- Palpasi
- Perkusi

: Ikterus (-/-)
: Reflek cahaya (+/+), isokor (+/+)
: Edema (-/-)
: Jejas (-)
: Gerakan pernafasan simetris kanan dan kiri
: Ketinggalan gerak (-), Fremitus taktil kanan
dan kiri (N)
:
Sonor
Sonor
Sonor

- Auskultasi

Sonor
Sonor
Sonor

: Suara dasar vesikuler (+/+), rhonki (-/-),


wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi
- Palpasi

: Iktus kordis tidak tampak


: Iktus kordis teraba kuat angkat pada SIC V
sinistra sisi medial linea midclavicula
sinistra
- Perkusi
: Batas jantung tidak membesar
Batas kiri jantung
Atas : SIC II sinistra di sisi lateral linea

parasternalis sinistra.
Bawah : SIC V sinistra 2 cm sisi medial linea

midclavicula sinistra.
Batas kanan jantung
Atas : SIC II dextra di sisi lateral linea

parasternalis dextra.
Bawah : SIC IV dextra di sisi lateral linea

parasternalis dextra.
- Auskultasi : Suara Jantung I-II regular, Bising jantung
tidak ditemukan.
d) Abdomen
Inspeksi
: // Dinding dada, Jejas (-), distensi (-), darm
steifung (-), darm contour (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) bising usus normal
Perkusi
: Timpani (+), hepar pekak, hepatomegali (-),
splenomegali (-)
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), defans muskular (-),
hepatomegali (-), splenomegali (-)
e) Ekstremitas
4

Atas

: Clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak

Bawah

ditemukan, akral hangat.


: clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak
ditemukan, akral hangat.

C. Status Lokalis
a) Inspeksi

: Terdapat benjolan di testis dextra.


: Transluminasi test (+)
b) Palpasi
: Pada pemeriksaan tidak terdapat nyeri tekan
Site
: Lokasi benjolan pada testis dextra
Size
: ukuran 5x5 cm
Shape
: benjolan berbentuk elips
Surface
: rata, tidak berbenjol-benjol
Konsistensi : kenyal-lunak
mobile
Batas tegas dengan jaringan sekitar

RESUME PASIEN

Anak 11 tahun pelajar datang dengan keluhan ada benjolan di testis kanan
yang timbul sejak kecil. Benjolan membesar dan mengecil, membesar saat
beraktifitas dan mengecil saat istirahat. Benjolan dirasakan mengganggu aktifitas.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan keadaan umum baik, kesadaran compos
mentis. Tanda vital dalam batas normal, regio kepala, leher, thorax dalam batas
normal. Pada abdomen dan extremitas juga tidak didapatkan kelainan. Pada
pemeriksaan lokal keluhan didapatkan benjolan reguler berbentuk elips yang tidak
nyeri tekan testis dextra, ukuran 5x5 cm dengan permukaan rata dan tidak
berbenjol-benjol, konsistensi benjolan teraba kenyal-lunak dengan batas tegas
dengan jaringan sekitar.
IV.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
A. Pemeriksaan Darah Lengkap
Parameter

Hasil
9,0. 10 /L
13,2 gr/dL
5,2. 103 /L
40,1 %
75,4 fL
25,3 Pg
33,6 gr/dL
381. 103
0

Nilai Normal
4.0 10.0 103 /L
11.0 16.0 gr/dL
3.5 5.5 103 /L
37.0 50.0 %
82.0 95.0 fL
27.0 31.0 pg
32.0 36.0 gr/dL
100 300 . 103

Urea

11,7

10-50 mg/dl

Creatinin

0,4

0,4-1,1 mg/dl

-/neg

negatif

SGOT

20,9

37 u/l

SGPT

16,8

41 u/l

Total Protein

5,8

6-8 g/dl

WBC
HGB
RBC
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Gol darah

Faal Ginjal

Immunologi
HbsAg
Faal Hati

V.

ASSESMENT/ DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis kerja
: Hidrocel (D)
Diagnosis post operasi : Hidrocel (D)
Diagnosis banding
: Hernia Scrotalis

VI.

PLANNING
Planning Diagnosis
Planning Terapi
Planning Monitoring

: Pemeriksaan darah lengkap, Transluminasi test (+)


: Eksisi, Antibiotik, Analgesik
: Klinis

VII. FOLLOW UP (Post Operatif)


Date
6 Feb 2016

Subjective
Nyeri post op

Objective
KU: baik
Kesadaran: CM
TD: 110/70mmHg
N: 82x/menit
RR: 18x/menit

Assesment

Planning

Post
eksisi Infuse
hidrokel ke-1 assering=16

tpm
Perawatan
luka pagi dan
sore

S: 36oC

Vicillin
3x500

inj

Status lokalis :
luka
tertutup,
bleeding (-)

Pasien
pulang

boleh

Post Op

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran
testis pada orang dewasa adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml
berbentuk ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan tunika albuginea
yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis
yang terdiri atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot
kremaster yang berada disekitar testis memungkinkan testis dapat digerakan
mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur testis agar tetap
stabil.
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan
tiap lobulus terdiri atas tubuli seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat
sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara tubulus seminiferi
terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis
menjadi sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada
bakal sperma, sedangkan sel-sel Leyding atau disebut sel interstisial testis
berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel spermatozoa yang
diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau
maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersamasama dengan getah dari epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke
ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur dengan cairan-caidari
epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk
cairan semen.
Vaskularisasi

Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :


1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang arteri epigastrika.
Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus
Pampiniformis. Plesksus ini pada beberapa orang mengalami dilatasi dan
dikenal sebagai varikokel.

Gambar 1. Anatomi normal testis


B. HIDROCELE
1. Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan
di antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan
normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada

10

dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di


sekitarnya.

2. Epidemiologi
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000
kelahiran hidup dan lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi
tersering adalah di sebelah kanan, dan hanya 10% yang terjadi secara
bilateral.
Insidensi menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada
neonates, 80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada
bayi premature dengan berat badan lahir kurang dari 1500 gram
dibandingkan dengan bayi aterm.
3. Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan
karena : (1) belum sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga
terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum
sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan
reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer)
dan sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan
kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan terganggunya
sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada
testis

itu

mungkin

suatu

tumor,

infeksi,

atau

trauma

pada

testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan


yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di
dalam funikulus spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan
terjadinya yaitu:

11

1.

Hidrokel_primer

Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus


vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum
embrionik yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika
vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan
sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan
diabsorpsi.
2.

Hidrokel_sekunder

Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat


dalam suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar
limfe. Dapat disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini
dapat karena radang atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan
mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya produksi cairan
berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup
oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
1.
Hidrokel

akut

Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri.


Cairan berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel
polimorf.
2.

Hidrokel

kronis

Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan


dan walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang
menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis
dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu
1.
Hidrokel

testis.

Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat


diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah
sepanjang hari.
2.
Hidrokel

funikulus.

Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial


dari testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar

12

kantong hidrokel. Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap


sepanjang hari.
3.
Hidrokel

Komunikan

Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum


sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada
anamnesis kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu
bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen
4. Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak
lahir) ataupun ketidaksempurnaan dari prosesus vaginalis tersebut
menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus
vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan
cavum peritoneal dan menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal
dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi ketika processus
vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan
dengan peritoneum, dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka
sejauh batas atas scrotum. Area seperti kantung di dalam canalis
inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak masuk ke dalam
scrotum.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya. Tetapi pada
penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan
limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari
tekanan yang terus-menerus, mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau
vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi testis
dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah
sekitar testis tersebut.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah
ginjal, di dalam rongga peritoneal. Ketika testis turun melalui canalis

13

inguinalis ke dalam scrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum


dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal sebagai processus vaginalis.
Setelah testis turun, procesus vaginalis akan terobliterasi dan menjadi
fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis menetap
sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika
vaginalis. Normalnya, region inguinal dan scrotum tidak saling
berhubungan dengan abdomen. Organ viscera intraabdominal maupun
cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk ke dalam scrotum ataupun
canalis inguinalis. Bila procesus vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai
persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).

Gambar 2. Patogenesis Hidrokel


Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan,
dinamakan sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar
dan dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera abdomen
lainnya, dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang
kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi

14

terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum


normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan
tingkat patensi processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos
yang lebih besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan dengan
PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus berlanjut untuk menentukan
peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya
peningkatan

tekanan

intraabdominal.

Keadaan

apapun

yang

menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal dapat


menghambat atau menunda proses penutupan processus vaginalis.
Keadaan tersebut antara lain batuk kronis (seperti pada TB paru),
keadaan yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras), dan
tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan
risiko terjadinya PPPVP yang dapat berakibat sebagai hidrokel maupun

hernia.
Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel
5. Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak
nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau
kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan

15

pemeriksaan

ini,

sehingga

harus

dibantu

dengan

pemeriksaan

ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara


klinis dibedakan beberapa macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2)
hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini penting
karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada
saat melakukan koreksi hidrokel.

Gambar 4. Hidrokel komunikans (pada anak)

Gambar 5. Hidrokel non-komunikans (pada dewasa)


Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi
testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong
hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

16

Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu


terletak di sebelah kranial testis, sehingga pada palpasi, testis dapat
diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis, kantong
hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus
vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga prosesus vaginalis dapat
terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya
dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis.
Pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan
ke dalam rongga abdomen.
a. Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada
posisi berdiri tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi
supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat mengecil), harus
dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk
meningkatkan tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar,
dapat dilakukan dengan menyuruh pasien meniup balon, atau batuk.
Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen
(palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas
kepalanya

sehingga

bayi

akan

memberontak

sehingga

akan

menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan
dalam tunika vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak
sepenuhnya menyingkirkan hernia.

17

Gambar 6. Tes Transiluminasi


b. Pemeriksaan penunjang
1.

Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya
menemukan massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap,
sumber cahaya diletakkan pada sisi pembesaran skrotum . Struktur
vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak dapat
ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah
menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti

2.

hidrokel .
Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati
skrotum dan membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan
(hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan kemungkinan adanya
tumor.

6. Diferential Diagnosis
Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang
hampir sama dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh
karena

itu

diagnosis

banding

hidrokel

adalah

a. Hernia scrotalis:
Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan
pada daerah testis dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia

18

bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan dapat


berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel
memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia inguinalis
hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut
sehubungan dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian
mengurangi komplikasi yang dapat terjadi.
b.Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan
aliran darah balik vena spermatika interna.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa
tahun menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis
Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver
valsava)
Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di
dalam kantung, yang letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan
testis licin, konsistensi elastis.
Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada
hidrokel tidak hilang, hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang
lama.
c. Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi
gangguan vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya
gangguan aliran darah daripada testis.
Gambaran klinis :
Anamnesa :

19

1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.


2. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus
spermatikus terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih
tinggi dan lebih horizontal jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus

Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah


hilangnya reflex kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan
menggores atau mencubit paha bagian medial, menyebabkan
kontraksi musculus cremaster yang akan mengangkat testis.
Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah atas
minimal 0.5 cm.

Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter


2-3 mm di ujung atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang
dikenal dengan blue dot sign.

Prehns sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang


dengan pengangkatan testis dapat menunjukkan adanya torsio
testis, merupakan operasi CITO dan harus dikoreksi dalam 6 jam.

d. Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya
didahului oleh trauma.
Gambaran klinik : benjolan pada testis
Pemeriksaan Fisik :
- Masa kistik
-Transiluminasi (-)
e. Tumor testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.

20

Gambaran klinis :
Anamnesa :
keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
Terasa berat pada kantong skrotum
Pemeriksaan Fisik :
Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.

7. Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1
tahun dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan
sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar
perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada
neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah
kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum
bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya
dilakukan pada hidrokel pada bayi.
Indikasi operasi perbaikan hidrokel :
o

Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun

Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna

Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat

menekan pembuluh darah


o

Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)

21

Gambar 7. Hidrokel testis


Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena
seringkali hidrokel ini disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada
saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada hidrokel
testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan
marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi
kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lords
procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium.
Tehnik ini mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan
kantong hidrokel dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan
dengan pengurangan kejadian rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko
terjadinya hematom. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi
hidrokel secara in toto.
8. Penatalaksanaan Post Operasi Hidrokel
Penyembuhan post-operasi hidrokel biasanya cepat.
Terapi yang diberikan antara lain :
a. Analgetik
1. Bayi Ibuprofen 10mg/kg setiap 6-8 jam; paracetamol 15 mg/kg
setiap 6-8 jam; hindari penggunaan narkotika pada bayi karena
adanya risiko apneu
2. Anak yang lebih besar Paracetamol dengan kodein (1mg/kg
kodein) setiap 6-8 jam. Sekitar 2 minggu setelah operasi, posisi
mengangkang (naik sepeda) harus dihindari untuk mencegah

22

perpindahan testis yang mobile keluar dari scrotum, dimana


dapat

terjebak

oleh

jaringan

ikat

dan

mengakibatkan

cryptorchidism sekunder. Pada anak dengan usia sekolah,


aktivitas olahraga harus dibatasi selama 4-6 minggu.
9. Teknik Operasi Hidrokel
A. Pembedahan Scrotal (Joubulay & Lord)

Langkah-langkah pendekatan pembedahan melalui skrotum:


-

1. Insisi dilakukan di paramediana raphe, sepanjang 6-10 cm pada


permukaan anterior skrotum diatas bagian dari hidrokel.
2. Insisi lapis demi lapis dari kulit, lapisan otot dartos, fasia
cremaster hingga tampak lapisan parietal dari tunica vaginalis
dimana lapisan ini adalah dinding luar dari kantong hernia.
3. Insisi dinding luar hidrokel, cairan hidrokel dievakuasi dengan
menggunakan suction
4. Kantong hidrokel dipisahkan dari skrotum, setelah lalu dibuka
secara

utuh

sehingga

tampak

jelas

bagian

funikulus

spermatikus dan testis..


5. Pada teknik Jaboulay, dinding kantong hidrokel dipotong
dengan gunting dengan hanya menyisakan batas dinding
sekitar 2 cm dari testis, epididimis dan funikulus spermatikus
tepi dinding hidrokel yang tersisa lalu dijahitkan dibelakang
testis dan funikulus spermatikus dengan jahitan interrupted
atau

dapat

menggunakan

23

jahitan

continues

(untuk

meminimalisir rembesan darah dari tepi luka), sehingga bagian


6.

kantong hidrokel tereversi.


Pada teknik plikasi Lord,

dilakukan

jahitan

plikasi

(terbentuknya lipatan-lipatan seperti plika) di sekitar dinding


hidrokel dengan jahitan interupted . Dilakukan kontrol
perdarahan untuk mencegah terjadinya hematoma,
7. Testis dan funikulus spermatikus ditempatkan kembali pada
skrotum secara hati-hati untuk menghindari pluntiran, bila
perlu dilekatkan ke bagian dasar dinding skrotum dengan satu
hingga dua jahitan absorbable.
8. Fasia dartos ditutup dengan jahitan interupted absorbable. Lalu
dipasang drainase Penrose pada celah insisi yang telah dibuat
(jika

diperlukan),

untuk

mengurangi

hematom
9. Kulit ditutup dengan jahitan subkutan.

B. High Ligation

24

resiko

terjadinya

25

A.

Incisi pada kuadran bawah abdomen sepanjang 2-4cm, ke


arah lateral dari titik tepat di atas spina pubic.

B.

Fascia superfisialis telah diincisi. Musculus obliqus


externus terlihat.

C.

Musculus obliqus externus telah diincisi, tampak kantung


hidrokel dan cord.

D.

Fascia oblique externus dijepit, memperlihatkan musculus


cremaster dan fascia spermaticus interna melapisi kantung dan
cord.

E.

Kantung yang melalui canalis inguinalis dan annulus


inguinalis externa dipisahkan dari cord di bawahnya. Ujung
distal telah dibuka sebagian. Ujung proximal akan dilakukan
high ligation pada leher kantung.

F.

Ujung proximal kantung diangkat. Retroperitoneal fat pad


yang selalu ada dan merupakan indikasi titik untuk high
ligation. Jahitan dilakukan pada leher kantung. Setelah dijahit,
jahitan kedua dilakukan pada distal dari jahitan pertama untuk
memastikan ligasi yang permanen.

G.

Musculus oblique externus dijahit.

H.

Menjahit jaringan subcuticular.

26

10. Prognosis
Dengan terapi operasi, angka rekurensi adalah kurang dari 1%.

27

BAB III
KESIMPULAN

Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di


antara lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal,
cairan yang berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam
keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan
peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di
daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Gambaran klinis pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum
yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong
skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan penerawangan
menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit
skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini,
sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Tindakan untuk mengatasi cairan hidrokel adalah dengan aspirasi dan
operasi. Aspirasi cairan hidrokel tidak dianjurkan karena selain angka
kekambuhannya tinggi, kadang kala dapat menimbulkan penyulit berupa infeksi.
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan hidrokel
permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.

28

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

1. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book
Medical Publishers, Inc. USA. p. 580-582
2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta,
EGC, 1997
3. James M Becker. Essentials of Surgery. Edisi 1. Saunders Elsevier.
Philadelphia. p 118-129
4. Gerard M Doherty. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi 12.
McGraw-Hill Companies. New York. p 245-259
5. Brunicardi FC et al. Schwartzs principles of surgery. 8th edition. United
States America : McGraw Hill, 2005.826-42.
6. http://www.medindia.net/patients/patientinfo/hydrocele-adultsurgery.htm#ixzz12zjIvvR5
7. http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
8. http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
9. http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview

29

Anda mungkin juga menyukai