Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
A.

LATAR BELAKANG
Periode pascapersalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi dan keluarganya

secara fisiologis, emosional dan social. Baik di Negara maju maupun Negara berkembang,
perhatian utama bagi ibu dan bayi terlalu banyak tertuju pada masa kehamilan dan persalinan,
sementara keadaan yang sebenarnya justru merupakan kebalikannya, oleh karena resiko
kesakitan dan kematian ibu serta bayi lebih sering terjadi pada masa pascapersalinan. Keadaan
ini terutama disebabkan oleh konsekuensi ekonomi, disamping ketidaktersediaan pelayanan atau
rendahnya peranan pasilitas kesehatan dalm menyediakan pelayanan kesehatan yang cukup
berkualitas. Rendahnya kualitas pelayanan kesehatan juga menyebabkan rendahnya keberhasilan
promosi kesehatan dan deteksi dini sera penatalaksanaan yang adekuat terhadap masalah dan
penyakit yang timbul pada masa pascapersalinan (Saifuddin, 2008).
Walaupun menderita nyeri dan tidak nyaman, kelahiran bayi biasanya merupakan
peristiwa yang menyenangkan karena dengan berakhirnya masa kehamilan yang telah lama
ditunggu-tunggu dan dimulainya suatu kehidupan baru. Namun kelahiran bayi juga merupakan
suatu masa kritis bagi kesehatan ibu. Kemungkinan timbul masalah atau penyulit.
Masa nifas merupakan masa yang diawali sejak beberapa jam setelah plasenta lahir dan
berakhir setelah 6 minggu setelah melahirkan. Akan tetapi seluruh organ kandungan baru pulih
kembali, seperti dalam keadaan sebelum hamil dalam waktu 3 bulan setelah bersalin. Masa nifas
tidak kalah penting dengan masa-masa ketika hamil, karena pada saat ini organ-organ reproduksi
sedang mengalami proses pemulihan setelah terjadinya proses kehamilan dan bersalin.
Masa nifas dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu pasca nifas, masa nifas dini, dan masa
nifas lanjut, yang masing-masing memiliki cirri khas tertentu. Pasca nifas adalah masa setelah
persalinan sampai 24 jam sesudahnya (0-24 jam setelah melahirkan). Masa nifas dini adalah
masa permulaan nifas yaitu 1 hari sesudah melahirkan sampai 7 hari lamanya (1 minggu
pertama). Masa nifas lanjut adalah 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu
setelah melahirkan.
Berdasarkan uraian diatas maka judul makalah ini adalah Deteksi Dini Komplikasi Pada
Masa Nifas (Kelainan Payudara).
B.

RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.

Mengetahui dan memahami cara deteksi dini komplikasi pada masa nifas.

2.

Mengetahui dan memahami bagaimana penanganan komplikasi pada masa nifas.

BAB II
PEMBAHASAN

A.

MASALAH DALAM PEMBERIAN ASI


1.

Mastitis
a.

Definisi
Dalam masa nifas dapat terjadi infeksi dan peradangan pada mammae terutama
pada primipara. Tanda-tanda adanya infeksi adalah rasa panas dingin disertai dengan
kenaikan suhu, penderita merasa lesu dan tidak ada nafsu makan. Penyebab infeksi
adalah staphilococcus aureus. Mamae membesar dan nyeri dan pada suatu tempat,
kulit merah, membengkak sedikit, dan nyeri pada perabaan. Jika tidak ada pengobatan
bisa terjadi abses.

b.

Penyebab
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan pada
kulit yang normal (Staphylococcus aureus).Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi
dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya
pada puting susu).Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling
sering terjadidalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.Sekitar 1-3% wanita
menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah
melahirkan. Pada wanita pasca menopause, infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting
susu.Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatansaluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati. Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksi.
1)
Payudara bengkak yang tidak disusukan secara adekuat.
2)
Bra yang terlalu ketat.

3)
4)
c.
1)
2)
3)
4)
d.

Puting susu lecet yang menyebabkan infeksi.


Asupan gizi kurang, istirahat tidak cukup dan terjadi anemia.
Gejala
Bengkak dan nyeri.
Payudara tampak merah pada keseluruhan atau di tempat tertentu.
Payudara terasa keras dan berbenjol-benjol.
Ada demam dan rasa sakit umum.

Berdasarkan tempatnya infeksi dibedakan menjadi :


1)
Mastitis yang menyebabkan abses dibawah areola mamae.
2)
Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses ditempat itu.
3)
Mastitis pada jaringan dibawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang menyebabkan
abses antara mammae dan otot-otot dibawahnya.

e.

Pencegahan
Perawatan putting susu pada laktasi merupakan usaha penting untuk mencegah
mastitis. Perawatan terdiri atas membersihkan putting susu dengan minyak baby oil
sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah
mengering. Selain itu juga memberi pertolongan kepada ibu menyusui bayinya harus
bebas infeksi dengan stafilococus. Bila ada luka atau retak pada putting sebaiknya
bayi jangan menyusu pada mammae yang bersangkutan, dan air susu dapat
dikeluarkan dengan pijitan.

f.

Pengobatan
Segera setelah mastitis ditemukan pemberian susu pada bayi dihentikan dan diberikan
pengobatan sebagai berikut :
1)
Berikan kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari.
2)
Sangga payudara
3)
Kompres dingin
4)
Bila diperlukan berikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam.
5)
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
Bila ada abses, nanah perlu dikeluarkan dengan sayatan sedikit mungkin pada abses,
dan nanah dikeluarkan sesudah itu dipasang pipa ketengah abses, agar nanah bisa
keluar. Untuk mencegah kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar
dengan jalannya duktus-duktus. Atau jika terdapat masa padat, mengeras dibawah
kulit yang kemerahan :

1)

Berikan antibiotik kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 10 hari atau

eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10 hari.


2)
Drain abses :
a) Anestesi umum dianjurkan
b)
Lakukan insisi radial dari batas puting ke lateral untuk menghindari cidera
c)
d)
e)
f)
g)
h)
i)
g.

atau duktus
Gunakan sarung tangan steril
Tampon longgar dengan kasa
Lepaskan tampon 24 jam ganti dengan tampon kecil
Jika masih banyak pus tetap berikan tampon dalam lubang dan buka tepinya
Yakinkan ibu tetap menggunakan kutang
Berikan paracetamol 500 mg bila perlu
Evaluasi 3 hari

Penangan Dan Peran Bidan


1)
Payudara dikompres dengan air hangat.
2)
Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetika.
3)
Untuk mengatasi infeksi diberikan antibiotika.
4)
Bayi mulai menyusu dari payudara yang mengalami peradangan.
5) Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6) Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat cukup.
7)
Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi,
dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang
efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu
harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan;
bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan
8)

bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.


Pengeluaran Asi Dengan Efektif
Dengan membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong
untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa
pembatasan, bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol
panas, sampai menyusui dapat dimulai lagi.

2.

Bendungan ASI
a.

Definisi

Bendungan ASI adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus


laktiferi atau oleh kelenjar yang tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena
kelainan pada putting susu (Mochtar, 1996).
Menurut Huliana (2003) payudara bengkak terjadi karena hambatan aliran darah
vena atau saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul dalam payudara.
Kejadian ini timbul karena produksi yang berlebihan, sementara kebutuhan bayi pada
hari pertama lahir masih sedikit.
b.

Patologi
Faktor predisposisi terjadinya bendungan ASI antara lain :
1)
Faktor hormon
2)
Hisapan bayi
3)
Pengosongan payudara
4)
Cara menyusui
5)
Faktor gizi
6)
Kelainan pada puting susu
c.
Patofisiologi
1)
Gejala yang biasa terjadi pada bendungan ASI antara lain payudara penuh terasa
2)

panas, berat dan keras, terlihat mengkilat meski tidak kemerahan.


ASI biasanya mengalir tidak lancar, namun ada pula payudara yang terbendung

membesar, membengkak dan sangat nyeri, puting susu teregang menjadi rata.
3)
ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI. Ibu kadang-kadang menjadi demam, tapi biasanya akan hilang dalam 24 jam
(Mochtar, 1998).
d.

Penatalaksanaan dan Peran Bidan


1)
Upaya pencegahan untuk bendungan ASI adalah :
a)
Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah
dilahirkan.
b)
Susui bayi tanpa jadwal atau ondemand.
c)
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi
kebutuhan bayi.
d) Perawatan payudara pasca persalinan
2)
a)
b)
c)
d)

Upaya pengobatan untuk bendungan ASI adalah :


Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek.
Keluarkan sedikit ASI sehingga puting lebih mudah ditangkap dan dihisap
oleh bayi.
Sesudah bayi kenyang keluarkan sisa ASI.
Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin.

e)

Untuk mengurangi statis di vena dan pembuluh getah bening lakukan


pengurutan (masase) payudara yang dimulai dari putin kearah
korpus. (Sastrawinata, 2004).

3.

Abses Payudara
a.

Definisi
Abses payudara berbeda dengan mastitis. Abses payudara terjadi

apabila mastitis tidak tertangani dengan baik, sehingga memperberat infeksi.


b.
Gejala
1)
Sakit pada payudara ibu tampak lebih parah.
2)
Payudara lebih mengkilap dan berwarna merah.
3)
Benjolan terasa lunak karena berisi nanah.
4)
Payudara yang tegang dan padat kemerahan.
5)
Pembengkakan dengan adanya fluktuasi.
6) Adanya pus/nanah.
c.

Penanganan dan Peran Bidan


1)
Teknik menyusui yang benar.
2)
Kompres payudara dengan air hangat dan air dingin secara bergantian.
3)
Meskipun dalam keadaan mastitis, harus sering menyusui bayinya.
4)
Mulailah menyusui pada payudara yang sehat.
5)
Hentikan menyusui pada payudara yang mengalami abses, tetapi ASI harus
6)
7)

4.

tetap dikeluarkan.
Apabila abses bertambah parah dan mengeluarkan nanah, berikan antibiotik.
Rujuk apabila keadaan tidak membaik.

Saluran Susu Tersumbat


Saluran tersumbat hampir selalu dapat terselesaikan tanpa pengobatan khusus antara 24

hingga 48 jam setelah terjadi. Selama sumbatan itu masih ada, bayi mungkin saja rewel ketika
menyusu di payudara tersebut karena aliran ASI akan lebih lambat dari biasanya. Hal ini
mungkin disebabkan karena adanya tekanan dari benjolan yang menekan saluran lain. Saluran
tersumbat dapat diatasi lebih cepat jika :
a.

Teruskan menyusui pada payudara yang sakit, dan kosongkan payudara dengan lebih

baik. Hal ini dapat dilakukan dengan :


1)
2)

Sedapat mungkin melakukan pelekatan yang baik


Menggunakan tekanan pada payudara untuk menjaga ASI tetap mengalir.
Letakkan tangan di sekitar saluran yang tersumbat dan jika tidak terlalu sakit, tekan
saat bayi sedang menyusui.

3)

Susui bayi dengan posisi sedemikian rupa sehingga dagu bayi mengarah pada
saluran yang tersumbat. Jadi, bila saluran tersumbat ada pada bagian luar bawah
payudara (arah jam 7), maka menyusui bayi dengan posisi football dapat sangat

4)

membantu.
Hangatkan area yang terinfeksi.
Anda bisa melakukan ini dengan bantalan penghangat atau botol berisi air panas,
tetapi hati-hati untuk tidak membakar kulit dengan menempelkan yang terlalu panas

untuk waktu yang terlalu lama.


5)
Coba untuk beristrirahat.
Tentu saja, dengan kehadiran seorang bayi baru tidaklah mudah untuk beristirahat.
Cobalah untuk tidur. Bawa bayi bersama Anda ke tempat tidur dan susui dia di sana.
5.

Putting Susu Lecet


Sebanyak 57% ibu menyusui dilaporkan pernah menderita kelecetan pada putting.
a.
1)

Penyebab
Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak menyusui sampai areola tertutup
oleh mulut bayi. Bila bayi hanya menyusui pada putting susu, maka bayi akan
mendapatkan ASI sedikit, karena gusi bayi tidak menekan pada sinus latiferus,

2)
3)

sedangkan pada ibunya akan menjadi nyeri/kelecetan pada putting susu.


Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada putting susu ibu.
Akibat dari pemakaian sabun, alcohol, krim, atau zat iritan lainnya untuk

4)

mencuci putting susu.


Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum lingual), sehingga menyebabkan
bayi sulit menghisap sampai ke kalang payudara dan isapan hanya pada putting

5)

susu saja.
Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu menghentikan menyusui dengan
kurang berhati hati.

b.

Penatalaksanaan
1)
Bayi harus disusuikan terlebih dahulu pada puting yang normal yang lecetnya
lebih sedikit. Untuk menmghindari tekanan local pad puting maka posisi menyusu
harus sering diubah, untuk puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi dan
lamanya menyusui. Di samping itu, kita harus yakin bahwa teknik menyusui yang
diguanakan bayi benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang payudara. Untuk

menghindari payudara yang bengkak, ASI dikeluarkan dengan tangan pompa,


kemudian diberikan dengan sendok, gelas, dan pipet.
2)
Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu dibersihkan, tetapi dianginanginkan sebentar agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti-infeksi.
3)
Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat iritan lainnya untuk
4)

membersihkan payudara.
Pada puting suus bisa dibubuhkan minyak lanolin atau minyak kelapa yang

telah dimasak terlebih dahulu.


5)
Menyusui lebih sering (8-12 kali dalam 24 jam), sehingga payudara tidak
6)

sampai terlalu penuh dan bayi tidak begitu lapar juga tidak menyusu terlalu rakus.
Periksakanlah apakah bayi tidak menderita moniliasis yang dapat menyebabkan
lecet pada puting susu ibu. Jika ditemukan gejala moniliasis dapat diberikan
nistatin.

c.
1)

Pencegahan
Tidak membersihkan puting susu dengan sabun, alcohol, krim, atau zat-zat

iritan lainnya.
2)
Sebainya untuk melepaskan puting dari isapan bayi pada saat bayi selesai
menyusu, tidak dengan memaksa menarik puting tetapi dengan menekan dagu
atau dengan memasukkan jari kelingking yang bersih ke mulut bayi.
3)
Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus menyusu sampai ke kalang
payudara dan menggunakan kedua payudara.
6.

Payudara bengkak
a.

Penyebab
Pembengkakan payudara adalah karena ASI tidak disusui dengan adekuat,
sehingga sisa ASI terkumpul pada system duktus yang mengakibatkan terjadinya
pembengkakan. Payudara bengkak ini sering terjadi pada hari ketiga atau keempat
sesudah melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe akan mengakibatkan
meningkatnya tekanan intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada payudara,
sehingga tekanan seluruh payudara meningkat. Akibatnya, payudara serign terasa
penuh, tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan produksi ASI dan
penuruna let down. Penggunaan bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih dapat menyebabkan sumbatan
pada duktus.

b.

Gejala
Payudara yang mengalami pembengkakan tersebut sangat sulit disusui oleh bayi,
karena kalang payudara lebih menonjol, putting lebih datar dan sulit diisap oleh bayi,
kulit pada payudara nampak lebih mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara
terasa nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi, ASI harus diperas dengan
tangan atau pompa terlebih dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih
mudah menyusui.

c.

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu yang payudaranya bengkak adalah
sebagai berikut:
1)
Masase payudara dan ASI diperas dengan tangan sebelum menyusui.
2)
Kompres dingin untuk mengurangi statis pembuluh darah vena dan mengurangi
rasa nyeri. Bila dilakukan selang-seling dengan kompres panas untuk
3)

melancarkan pembuluh darah.


Menyusui lebih sering dan lebih lama pada payudara yang terkena untuk
melancarkan aliran ASI dan menurunkan tegangan payudara.

d.

1)
2)

Pencegahan
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya pembengkakan pada
payudara adalah sebagai berikut:
Apabila memungkinkan, susukan bayi segera setelah lahir.
Susukan bayi tanpa jadwal.
3)
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi ASI melebihi
4)

kebutuhan bayi.
Melakukan perawatan pascapersalinan secara teratur.

BAB III
PENUTUP
A.

KESIMPULAN
Periode pasca persalinan meliputi masa transisi kritis bagi ibu, bayi, dan keluarganya

secara fisiologis, emosional, dan sosial. Macam-macam komplikasi pada masa nifas antara lain
Perdarahan pervagina; Infeksi pada masa nifas; Sakit kepala, nyeriepigastrik, penglihatan kabur;
Pembengkakan di wajah dan ekstremitas; Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih; Payudara
yang berubah menjadi merah, panas, dan terasa sakit; Kehilangan nafsu makan dalam waktu

yang lama; Rasa sakit, merah, lunak dan/atau pembengkakan di kaki; Merasa sedih atau tidak
mampu mengasuh sendiri bayinya dan diri sendiri.
Cara penanganan untuk masing-masing komplikasi disesuaikan dengan kondisi ibu dan
tingkat kegawatan dari maisng-masing komplikasi yang terjadi. Petugas kesehatan wajib
berperan dalam upaya pencegahan komplikasi yang terjadi pada masa nifas, karena masa nifas
merupakan fase yang sangat rawan terjadi komplikasi yang berakibat pada kematian.
Dalam penatalaksanaan dari terjadinya komplikasi pun petugas kesehatan harus
melakukannya dengan cepat dan akurat, karena ini menyangkut dengan kesejahteraan maternal
dan neonatal yang menjadi kewajiban bidan untuk mewujudkan program MDGs dalam bidang
yang sesuai dengan profesinya sebagai tenaga kesehatan.
B.

SARAN
Mahasiswa kebidanan diharapkan mengetahui dan memahami masalah komplikasi-

komplikasi yang terjadi pada masa nifas karena merupakan salah satu masalah yang harus
dikuasai karena berkaitan dengan profesinya nanti. Dengan memahaminya tentu akan lebih
mudah dalam menerapkannya dalam kehidupan secara nyata.

DAFTAR PUSTAKA
http://kebidananfk2010.blogspot.com/2012/01/askeb-iii.html
http://akubaiq.blogspot.com/2012/07/infeksi-payudara-pada-masa-nifas.html

Anda mungkin juga menyukai