SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
Oleh:
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
SKRIPSI
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
Oleh:
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
vi
vii
KATA PENGANTAR
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis ucapkan padamu ya
Rabb, karena akhirnya penyusunan laporan magang ini selesai. Tak lupa penulis haturkan
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulallah SAW yang membawa umatnya dari zaman
SKRIPSI
kegelapan ke zaman yang terang benderang. Dengan penuh kesadaran penyusun yakin bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi Tentang Faktor- Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las Di Pisangan Ciputat, Tahun 2010
Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penyusun, melainkan banyak
pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil, sekiranya patutlah bagi penyusun
untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang kasih sayangnya tak pernah habis-habis dalam
memberikan nikmatnya kepada manusia.
2. Nabi tercinta, Muhammad SAW yang selalu berjuang tak pernah henti membela
kebenaran islam walaupun banyak rintangan
dan halangan yang selalu menghalangi.
Oleh:
3. Kepada Bapak, Mama dan Adikku
Tercinta
yang memberikan doa dan ketulusan serta
Dian Rawar
Prasetyo
106101003313
rasa sayang yang tak terbatas terhadap
diriku .
4. Om Nurul Huda, Tante Fitri, Tante Endar, Tante Nina, Om Gunung, Om Bodi, Om
Siswo dan semua keluarga besar yang juga turut mendukung dan memotivasi serta
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
5. Kepala Jurusan Kesmas dr. Yuli Satar Prapanca, MARS yang selalu berusaha dengan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
iii
8. Bapak Gozali yang selalu membuatkan surat izin pada saya semoga atas
keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA
BENGKEL
LAS DI PISANGAN
CIPUTAT
TAHUNMas
2010 Fajar Iqbal, Mas
9. Kawan-kawan
di Istana
Kertamukti;
Kang Surma
Adnan,
Ahmad Dharif, Mas Purwanto, Aa Iwang, Bang Masda Hilmi, Kakak Rizwan dan
Kakak Bagol.
10. Segenap Insan Pergerakan danSKRIPSI
Sahabat-sahabat PMII Komisariat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, terima kasih atas semangatmu dan selalu Yakin
Usaha Sampai.
11. Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 3G FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.
12. Khushushon ilaa Jamiyyat el quusn, Blows Band Marawis and The Crazy Wheels of
zero sixs (Aditya Pratama & Prayudi, Ahmad Fauzi, Defriyan, Dian Rawar, Dauly,
Halsariki, Lutfi Fauji, Nouval, Ali Imron, Zaenal Arifin, Yunus, Musthafa Iban, Said
Muchsin, Trimunggara, My junior brother Ersa).
Selalu bergerak dalam kreatifias..!
Oleh:
Penulis
iv
DAFTAR ISI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGUJI
SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................
iii
ABSTRAK ......................................................................................................
vii
xi
xii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Oleh:
Tujuan ......................................................................................................
1.
106101003313
2.
E. ManfaatPenelitian ...................................................................................... 10
1. ManfaatPROGRAM
Bagi Pengelola
bengkel lasMASYARAKAT
.................................................. 10
STUDI KESEHATAN
2. Manfaat
Bagi Peneliti
.........................................................................
11
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
F.
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ruang
Lingkup...........................................................................................
11
1431 H/2010 M
3.PADA
Kapasitas
Paru
Total ..........................................................................
21
PEKERJA
BENGKEL
LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
D. Debu .............................................................................................................. 21
1. Padat (solid)........................................................................................ 21
2. Cair (liquid) ........................................................................................ 22
SKRIPSI
A.
B.
Definisi
Operasional ................................................................................ 44
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
C.
Hipotesis ..................................................................................................
46
1431 H/2010 M
DesainPenelitian ...................................................................................... 47
B.
C.
D.
InstrumenPenelitian ................................................................................. 48
1. Pengumpulan Data ............................................................................. 49
a. Pengukuran Kapasitas Vital Paru ............................................... 49
viii
d, Data
Tinggi
BadanLAS
......................................................................
PADA
PEKERJA
BENGKEL
DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
51
1.UNIVERSITAS
HubunganISLAM
Antara
Karakteristik Pekerja dengan Kapasitas Vital
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Paru Pekerja Las di Pisangan
61
1431 H/2010..........................................................
M
a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 61
b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62
c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62
ix
3.
Hubungan
Masa
Kerja
dengan
Kapasitas
Vital
PADA
PEKERJA Antara
BENGKEL
LAS DI
PISANGAN
CIPUTAT
TAHUN
2010Paru Pekerja
Las di Pisangan ................................................................................ 63
4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital Paru
Pekerja Las di Pisangan ................................................................... 64
SKRIPSI
BAB I
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kapasitas vital paru adalah SKRIPSI
jumlah udara maksimum pada seseorang yang
berpindah pada satu tarikan nafas (Corwin, 2001). Menurut Guyton (1997) kapasitas
vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan
volume cadangan ekspirasi. Sedangkan menurut Tambayong (2001) kapasitas vital paru
adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi
secara maksimal. Menurut ATS (American Thoracis Society) ada beberapa kategori
gangguan fungsi paru; dikatakan berat bila KVP (Kapasitas Vital Paru)
50%,
dikatakan sedang jika KVP antara 51 59%, dan dikatakan ringan jika KVP antara 60
Oleh:
Dian Rawar
Prasetyo
79 %. Gangguan fungsi paru akibat
paparan
pencemaran partikel debu dapat berupa
106101003313
restriksi dan obstruksi atau keduanya, restriksi dan obstruksi berarti penyempitan jalur
pernafasan sehingga mengurangi KVP seseorang. Gejala-gejala antara lain batuk kering,
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
non-pekerjaan diantaranya adalah oleh usia, jenis kelamin, ukuran paru, etnik, tinggi
badan, kebiasaan
merokok,
toleransi
latihan,DENGAN
kekeliruan
pengamat,
kekeliruan
alat.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
karena peranannya terhadap gangguan fungsi paru. Penyakit paru kerja penting dikenali
karena dapat dicegah dan diobati. Pajanan bahan berbahaya di tempat kerja dapat
menyebabkan atau memperburuk penyakit seperti asma, kanker, dermatitis atau
tuberculosis (Cullen, 1990). Diperkirakan jumlah kasus baru penyakit akibat kerja di
Amerika Serikat 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun dan terjadi 5,3 juta kecelakaan
kerja pertahun. Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 trilyun dolar pertahun (Rosenstock,
1991). Penyakit akibat kerja dapat dijumpai di tempat industri dan pertanian (Yeung,
Oleh: oleh debu mineral menurun di negara-negara
1995). Kejadian penyakit yang disebabkan
Dian Rawar Prasetyo
Industri
las yang ISLAM
kini banyak
ada termasuk
industri
sektor informal. Industri
UNIVERSITAS
NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
sektor informal adalah sektor kegiatan ekonomi marginal atau kecil-kecilan. Ciri-ciri
kegiatan ekonomi marginal yang dikategorikan ke dalam sektor informal antara lain
sebagai berikut: 1) Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan,
maupun penerimaan. 2) Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah. 3) Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun
omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian. 4) Pada umumnya
tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal. 5)
Tidak mempunyai
keterikatan
dengan usaha
lainKAPASITAS
yang besar.
Pada umumnya
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL 6)
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
informal ini adalah akibat dari rendahnya peluang kerja di sektor formal sehingga
pertumbuhan angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja.
Akibatnya, banyak pencari kerja yangOleh:
mengadu nasib di sektor informal, saat ini ada
Dian Rawar Prasetyo
sekitar 70 % pekerja Indonesia yang bekerja di sektor informal. Akan tetapi, kelompok
106101003313
masyarakat pekerja sektor informal masih belum memperoleh perhatian dalam hal
kesehatan kerjanya. Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
umum, namun belum
dikaitkan
dengan pekerjaannya.
Seperti tindakan pencegahan dan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
pengendalian yang ada belum di sesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat
1431 H/2010 M
kerja. Pada umumnya fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak
dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja
lebih dari 500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan
keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama
sekali (Nur, 2005).
paparan panas, debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis apabila terinhalasi
selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas
SKRIPSI kemampuan mengikat oksigen menurun
dalam menampung volume udara sehingga
(Depkes RI, 2003). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia
telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Sumamur,
1996).
Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu
pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini
sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu kapasitas vital
Oleh:
paru (Sumamur, 1996). Dalam kondisi
tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat
Dian Rawar Prasetyo
merokok dan olahraga, serta status gizi dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kapasitas vital paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mila
(2006), menunjukkan ada hubungan antara masa kerja, pemakaian APD dengan KVP
pada tenaga kerja pengamplasan PT. Ascent House Pecangaan Jepara. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Adi (2007) didapatkan bahwa ada hubungan antara penggunaan
masker dan kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru karyawan perusahaan
genteng FAKTOR-FAKTOR
Malindo SokkaYANG
Kebumen.
Hasil DENGAN
penelitian
yang dilakukan
oleh Trisnawati
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
(2007) diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok, dan
riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital paru.
SKRIPSI
berhubunganUNIVERSITAS
terhadap kapasitas
vital paru
diHIDAYATULLAH
dalam suatu penelitian.
ISLAM NEGERI
SYARIF
JAKARTA Untuk itu penulis
1431 H/2010 M
B. Rumusan Masalah
Pada
bengkel las,
kondisi
lingkungan
kerja
yang VITAL
berpotensi
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
PARU menimbulkan
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
dampak kesehatan terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap
pembakaran dan paparan panas. Menurut (Depkes RI, 2003) debu dapat menyebabkan
SKRIPSI selama bekerja terus menerus. Bila alveoli
kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi
106101003313
kapasitas vital
paru antaraISLAM
lain NEGERI
adalah SYARIF
: umur,HIDAYATULLAH
jenis kelamin,JAKARTA
penggunaan APD, riwayat
UNIVERSITAS
1431 H/2010 M
penyakit dan pekerjaan, kebiasaan merokok dan olahraga, serta status gizi. Dengan
demikian diperlukan adanya suatu penelitian yang membuktikan adanya faktor-faktor
yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.
C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana
gambaran
kapasitas
vital paru
pekerja
bengkel
las PARU
di Pisangan Tahun
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
2010?
2. Bagaimana gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010?
SKRIPSI
Oleh:
Dian penyakit
Rawar Prasetyo
7. Bagaimana gambaran riwayat
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
106101003313
2010?
8. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010 ?
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
10. Apakah ada hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
11. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010?
12. Apakah ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru
pekerja
bengkel las YANG
di Pisangan
Tahun 2010?
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
13. Apakah ada hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
SKRIPSI
14. Apakah ada hubungan antara riwayat
penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja
2. Tujuan Khusus
b. Diketahuinya
gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pisangan
Tahun 2010
1431 H/2010 M
2010
i. Diketahuinya hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
j. Diketahuinya hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas
vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
k. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010
Oleh:
Dian Rawar
l. Diketahuinya hubungan
antaraPrasetyo
kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital
106101003313
vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
n. Diketahuinya
hubungan riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja
1431 H/2010 M
10
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Bagi Pengelola
bengkel lasDENGAN KAPASITAS VITAL PARU
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
F. Ruang Lingkup
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2010. Adapun
lokasinya bengkel las yang ada di sekitar kelurahan Pisangan. Penelitian ini
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
bertujuan untukFAKULTAS
mengetahui
faktor-faktor
yangKESEHATAN
berhubungan dengan kapasitas vital
KEDOKTERAN
DAN ILMU
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010. Penelitian ini bersifat kuantitaif
1431 H/2010 M
dengan desain cross sectional (potong lintang). Sasaran penelitian adalah pekerja
bengkel las yang ada di sekitar Pisangan dengan jumlah sampel 37 orang.
Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 pekerja bengkel las di sekitar Pisangan, diketahui ada 4 pekerja
mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan. Data-data yang diperoleh berasal
11
dari data primer. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian
ataupun
responden selama
penelitian. Data
tersebut
disajikan
dalam
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU tabel distribusi
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare untuk melihat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
TINJAUAN PUSTAKA
dikeluarkan
dari ISLAM
paru, NEGERI
setelahSYARIF
udaraHIDAYATULLAH
dipenuhi secara
maksimal (Tambayong,
UNIVERSITAS
JAKARTA
2001).
1431 H/2010 M
Tabel 2.1
12
13
Tabel 2.2
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
SKRIPSI
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
14
restriksi sebesar 67%, ia menyimpulakn bahwa penurunan kapasitas vital paru terjadi
karena penurunan elastisitas paru yang di sebabkan oleh fibrosis akibat pajanan debu
SKRIPSI
yang diduga mengandung silica. Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Adi (2007)
pada pabrik pembuatan genteng, diketahui 35 (85%) pekerja mengalami restriksi dari
41 orang pekerja.
B. Sistem pernapasan manusia
1.
Anatomi
Menurut Syaifudin (1997) anatomi pernapasan terdiri dari :
a. Rongga hidung
Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama,
Oleh:
mempunyai 2 lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
nasi). Rongga hidung
ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya
rongga hidung.
RonggaSYARIF
hidung
mempunyaiJAKARTA
fungsi
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
HIDAYATULLAH
sebagai panyaring
1431 H/2010 M
15
tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang
leher (Syaifudin,
1997). Dalam
faring
terdapat
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITALtuba
PARU eustachii
yang
itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
kitamenelan
menutupi
laring
(Syaifudin, 1997). Dalam laring
FAKULTASmakanan
KEDOKTERAN
DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
16
d. Batang tenggorok
Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang
dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang
berbentuk seperti kaki kuda (huruf C). Trakea dilapisi epitel bertingkat
dengan silia dan sel SKRIPSI
goblet.Sel goblet menghasilkan mukus dan silia
berfungsi menyapu pertikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung,
ke arah faring untuk kemudian ditelan / diludahkan / dibatukkan. Panjang
trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001). Batang tenggorok dapat
berfungsi dalam mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama
udara pernapasan yang dilakukan oleh sel-sel bersilia.
e. Cabang tenggorok
Oleh:
samaFAKULTAS
(Syaifudin,
1997). Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dan
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
terdiri dari 6-8 cincin, punya 3 cabang.Bronkus kiri lebih panjang dan
1431 H/2010 M
ramping, dan terdiri dari 9-12 cincin punya 2 cabang.Bronkus bercabangcabang yang lebih kecil disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa / alveoli (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001).
17
f. Paru
Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari
18
2. Fisiologi
Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang
terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida pada pernapasan melalui paru / pernapasan eksterna.Oksigen
dipungut melalui hidung SKRIPSI
dan mulut. Saat bernafas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, 1997).
Proses pernapasan dibagi empat peristiwa, yaitu :
a. Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke
bagian alveoli dari paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah
disekitar alveoli.
Oleh:
19
b. Pneumonia
Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, yaitu: 1)
SKRIPSI
c. Atelektasi
Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps. Akibatnya
terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran darah meningkat dan
terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah sehingga volume paru
berkurang.
d. Asma
Pada penderita asma
Oleh: akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
e. Tuberkulosis
Pada penderita
tuberkulosis
stadium lanjut
PROGRAM
STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
mengurangi kapasitas1431
paru.
H/2010 M
f. Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik (Ikhsan, 2001).
20
dan bisinosis
(Ikhsan, 2001)
4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru
SKRIPSI
Cara pengukuran kapasitas vital paru pekerja las adalah menggunakan alat
spirometer Autospiro Minato AS 505.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
c. Pilih tombol FVC pada spirometer
Oleh:
C. Kapasitas paru
1431 H/2010 M
Kapasitas inspirasi
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum (kira-kira 3500 mL)
21
2.
1. Padat (solid)
106101003313
a. Dust
Terdiri
ukuran submikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN
KESEHATAN
adalah ukuran
yang
bisa terhisap
keILMU
dalam
sistem pernafasan (< 100 mikron )
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
22
c. Fumes
Adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau
1999).
SKRIPSI
2. Cair (liquid)
Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan
melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray dan atau obat
nyamuk semprot (Fardiaz, 1999). Debu industri yang ada di udara:
a. Particulatte matter
Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan
Oleh:
segera mengendap karena
daya tarik bumi.
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
b. Suspended particulatte
matter
3.
UNIVERSITAS
ISLAMdebu
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ukuran
partikel
1431 H/2010 M
Ukuran debu sangat
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada
saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target
organ sebagai berikut :
a. 5 10 mikro, akan tertahan olah cilia pada saluran pernapasan bagian
atas
b. 3 5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah
23
sehingga
Rawar
Prasetyo
semua ruangan, halaman,Dian
dan
area
sekelilingnya yang merupakanbagian atau
106101003313
sebesar 0,15FAKULTAS
mg/m3untuk
debu total dengan suhu 18-28oC. Sedangkan untuk
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
persyaratan
kesehatan lingkungan di industri yang meliputi semua ruangan dan
1431 H/2010 M
24
sehingga frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan
faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara lain :
SKRIPSI
1. Umur
Dianmaka
Rawarsemakin
Prasetyo besar kemungkinan terjadi penurunan
Semakin tua usia seseorang
106101003313
fungsi paru (Suyono, 2001). Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan
akan berkurang sebanyak 20 % setelah usia 40 tahun (Pusparini, 2003).
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Kebutuhan zat
tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
tahunUNIVERSITAS
berkurangnya
kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya
1431 H/2010 M
kekuatan fisik.
Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan
dan kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali
per menit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar
30 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi pernapasan
25
lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi KVP pada
orang
dewasa lebih
besar
dibanding DENGAN
anak-anak
dan bayi.
Dalam
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARUkondisi tertentu
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa
bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997). Dalam penelitian Siti M
SKRIPSI
(2006), semakin bertambah usia
maka akan dapat menurunkan kapasitas vital
paru seseorang. Begitupun hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada
pabrik genteng menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur
seseorang dengan kapasitas vital paru.
2.
Jenis kelamin
Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita
kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada
atletis dan orang yang bertubuh
besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
astenis. Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria
106101003313
Terdapat
riwayat
pekerjaan
yang
menghadapi
debu
akan
26
pabrik genteng, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit
pernafasan
dengan
kapasitas
vital paru.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
4. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat
SKRIPSI
5. Kebiasaan merokok
Merokok
dapatSTUDI
menyebabkan
struktur dan fungsi saluran
PROGRAM
KESEHATAN perubahan
MASYARAKAT
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
pernapasan FAKULTAS
dan jaringan
paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
asap
tembakau
baik
primer
maupun
sekunder
dapat
27
akibat kerja (Suyono, 2001). Seseorang dapat dikatakan perokok ringan apabila
merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila
SKRIPSI
merokok 10-20 batang perhari
dan dikatakan perokok berat apabila merokok
olahraga adalah 3,6 liter, sedangkan orang Indonesia yang olahraga adalah
4,2 liter. Pengaruh olahraga adalah melatih otot pernapasan, meningkatkan
kekuatan dan efisiensi otot (Cooper, 1977). Kapasitas vital pada seorang atlet
akan lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Guyton, 1997).
Menurut Guyton (1997), kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas vital
28
7.
Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi
SKRIPSI
memenuhi kebutuhan. Bila hal ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010
M
akan habis dan terjadi kemerosotan
jaringan,
dengan meningkatnya defisiensi zat
gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zatzat gizi dalam darah,
berupa rendahnya tingkat Hb, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi
peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada
kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung lama, akan mengakibatkan
29
(Nyoman, 2001), status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak
dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru
akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun (Nyoman, 2001).
Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)
Tabel
Oleh:
2.3
Dian Rawar
Prasetyo
Kategori Ambang
Batas
IMT untuk Indonesia
Kategori IMT
Kurus
106101003313
IMT
Kekurangan BB tk Berat
< 17
17,0 18,5
PROGRAM STUDIKekurangan
KESEHATAN MASYARAKAT
BB tk Ringan
Normal
Gemuk
Kelebihan
1431
H/2010 M BB
tk Ringan
Kelebihan BB tk Berat
Sumber: (Nyoman, 2001)
25,00 27,0
> 27,0
30
8.
tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun,
106101003313
dipakai, tidak
mengganggu
kerja DAN
danILMU
memberikan
FAKULTAS
KEDOKTERAN
KESEHATANperlindungan yang efektif
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(Sumamur, 1996).
1431 H/2010 M
Pilihan peralatan di bidang ini amat luas, mulai dari masker debu sekali
pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi sendiri dan banyak kebingungan kapan
alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru, dapat membahayakan
pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan pemakian juga diperlukan,
tak tergantung pada alat apa yang dipakai, demikian juga harus tersedia fasilitas
31
SKRIPSI
Masker
Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikelpartikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat
dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
a) Masker penyaring debu
Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap
pembakaran, dan debu.
Oleh:
b) Masker berhidung
Masker
ini dapat menyaring debu atau benda sampai
106101003313
ukuran 0,5 mikron.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
c) Masker bertabung
Masker
punya
filter yang JAKARTA
lebih baik
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERIini
SYARIF
HIDAYATULLAH
daripada masker
1431 H/2010 M
barhidung. Masker
ini tepat digunakan untuk melindungi
Respirator
a) Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu
pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru
menjadi penggeraknya.
32
ini memiliki
cartridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta
uap.Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.
SKRIPSI
106101003313
positif dengan
jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan
diatas
muka
pekerja
di
dalam
topeng
yang
33
juga tersedia
(Gill, 2005).
9. Masa Kerja
SKRIPSI
Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor,
badan dan sebagainya (KBBI, 2001). Menurut Mila (2006), masa kerja adalah
lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan
perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam
peneiltian Setiyani (2005), dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja
dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan.
Menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Solech (2001), menyebutkan bahwa
masa kerja dapat dikategorikan Oleh:
menjadi dua yaitu:
Dian Rawar Prasetyo
terpapar
bahaya yang
oleh
lingkunganJAKARTA
kerja tersebut (Sumamur,
UNIVERSITAS
ISLAMditimbulkan
NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
1431 H/2010 M
34
10. Pengelasan
Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan
mencairkannya
melalui
pemanasan.
Untuk
berhasilnya
penyambungan
SKRIPSI
pengelasan diklasifikasikan
menjadi
1431 H/2010
M las cair (las gas), las listrik, dan solder
atau brazing (sriwidharto, 1987)
a. Las Gas
Las gas adalah cara pengelasan dimana panas yang digunakan untuk
pengelasan diperoleh dari nyala api pembakaran bahan bakar gas dengan
oksigen (zat asam). Bahan bakar gas yang biasa digunakan pada
35
pengelasan gas adalah gas asetilen (gas karbit). Untuk pekerjaan yang
tidak memerlukan
suhu terlalu
tinggiKAPASITAS
digunakan
jenisPARU
gas
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL
lain, misalnya
propan, gas alam (methan) dan LPG (liquid petroleum gas). Gas-gas
tersebut mempunyai nilai panas yang rendah dari gas asetilen. Bahan
bakar gas yang paling SKRIPSI
banyak digunakan dalam proses pengelasan adalah
gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las
oksiasetilen.
b. Las Listrik
Las listrik atau las busur adalh cara pengelasan dengan menggunakan
tenaga listrik sebagai sumber panasnya . beberapa macam proses las yang
termasuk pada kelompok las listrik adalah las listrik terak, las listrik gas,
las resisitansi listrik, las Oleh:
resistansi titik.
Dian Rawar Prasetyo
36
d. Spot Welding
Las titik atau spot welding biasanya banyak digunakan dalam
pembuatan mobil. Kurang lebih 4000 las titik terdapat dalam pengelasan
satu kendaraan utuh. Spot welding merupakan salah satu jenis dari las
tahanan listrik. Las tahanan
SKRIPSIlistrik adalah suatu cara pengelasan dimana
permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada sat
yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi
panas dan mencair karena adanya resistansi listrik
a. Bahaya cahaya
dan
sinar
berbahaya
Dian
Rawar
Prasetyo
106101003313
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU
KESEHATAN
Cahaya
tersebut
meliputi cahaya
yang
dapat dilihat atau cahaya tampak,
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sinar ultraviolet dan sinar infra merah. Karena hal ini maka pencegahan
1431 H/2010 M
37
terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka
pada YANG
mataBERHUBUNGAN
akan terasa DENGAN
seakan-akan
ada VITAL
bendaPARU
asing
FAKTOR-FAKTOR
KAPASITAS
didalamnya.
SKRIPSI
2) Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan
oleh lensa dan kornea ke retina. Bila cahaya ini terlalu kuat maka
mata akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan
menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga sementara.
3) Sinar infra merah
Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh mata,
Oleh:
Dian ini
Rawar
Prasetyo
karena itu sinar
lebih
berbahaya sebab tidak diketahui, tidak
106101003313
terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata
sama dengan pengaruh panas, yaiutu menyebabkan pembengkakan
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS
NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
terlalu ISLAM
dini dan
terjadinya
kerabunan. Jelas
disini
1431 H/2010 M
pada sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada kedua cahaya
yang lainnya.
38
arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya
dengan besar arus adalah sebagai berikut :
SKRIPSI
1) Arus 1mA hanya menimbulakn kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
2) Arus 5 mA akan memberikan simulasi yang cukup tinggi pada
otot dan menimbulkan rasa sakit.
3) Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit hebat.
4) Arus 20 mA akan menyebakan terjadi pengerutan otot sehingga
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan
orang lain.
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
39
ppm O3 selama106101003313
3 jam maka akan merasakan sesak napas. Bila
konsentrasinya mencapai 1 atau 2 ppm dalam waktu 2 jam akan
PROGRAM
STUDIsakit
KESEHATAN
merasa
pusing,
dada MASYARAKAT
dan kekeringan pada pipa pernapasan.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
40
kuat terhadap
Oleh:
harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang dapat
terbakar. Apabila dalam hal ini pemberiannya kurang sempurnaakan
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
ILMU KESEHATANUntuk mencegah hal ini
terjadi
ledakan
yag sangatDANmembahayakan.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
41
f. Bahaya Kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, bhan-bahan yang mudah
terbakar seperti bensin, solar, minyak, cat, kayu, kertas dan bahan lainnya
harus ditempatkan ditempat khususyang tidak akan terkena percikan las.
Bahaya kebakaran juga
dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas
SKRIPSI
yang disebabkan oleh hubungan yang kurang baik , kabel yang tidak
sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.
g. Bahaya Sinar X dan Sinar Y
Sinar X dan sinar Y tidak mempunyai hubungan langsung dengan
proses mengelas, tetapi kebanyakan dari pemeriksaan hasil lasan
menggunakan kedua sinar tersebtu. Karena itu bahya akibat dari sinar ini
harus dihindari. Kedua sinar ini bila terserap oleh tubuh dapat merusakan
Oleh:
sinarFAKULTAS
yang terpencar
keluar.
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
h. Bahaya Jatuh
1431 H/2010 M
42
F. Kerangka Teori
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
Teori yang mendukung dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
Riwayat Penyakit
Riwayat Pekerjaan
Paparan Debu
SKRIPSI
Umur
Kapasitas Vital
ParuPekerja
Las
Masa Kerja
Penggunaan
Masker
Kebiasaan Merokok
Oleh:
Status Gizi (IMT)
Jenis Kelamin
Jenis Las
Gambar 2.1.
Kerangka Teori
BAB III
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
KERANGKA
KONSEP
DANDENGAN
DEFINISI
OPERASIONAL
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
A.
Kerangka Konsep
Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah (Umur, masa kerja,
SKRIPSI
penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),
riwayat penyakit). Sedangkan variabel terikatnya adalah kapasitas vital paru Pekerja Las
di Pisangan Tahun 2010. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah Jenis kelamin
(karena variasinya homogen), Riwayat pekerjaan (karena sudah terwakili oleh variabel
masa kerja meski tidak secara spesifik) dan paparan debu terkait dengan jenis las
(Penggunaan las yang tidak pasti, karena setiap pekerja terkadang menggunakan las
karbit atau las listrik padahal kedua jenis las tersebut memiliki paparan yang berbeda)
seperti terlihat pada bagan di bawah.
Oleh:
Variabel Independen
106101003313
Variabel Dependen
Penggunaan Masker
Umur
Riwayar Penyakit
Gambar 3.1
Masa Kerja
Kerangka Konsep
43
Kapasitas Vital
Paru Pekerja
Las
44
B. Definisi Operasional
SKRIPSI
Tabel 3.1
Definisi Operasional
No.
1.
Variabel
Kapasitas
vital paru
2.
Penggunan
APD (Masker)
3.
Umur
4.
Kebiasaan
Olahraga
Definisi
Alat Ukur
Cara Ukur
Volume cadangan inspirasi +
Spirometer
Membaca hasil pada
volume alun napas + volume
Spirogram
cadangan ekspirasi. Atau jumlah
udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seorang dari paru,
setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimum dan
Oleh:
dikeluarkan sebanyakDian Rawar Prasetyo
banyaknya. (Guyton, 1997)
106101003313
APD yang dipakai
Pengamatan
Observasi
sebagai penutup hidung
langsung
guna melindungi paparan
debu saat bekerja.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
(Sumamur, 1996)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Lama Waktu hidup pekerja
Kuesioner
Menyebarkan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
(dalam tahun)dari sejak lahir
kuesioner
kepada JAKARTA
sampai penelitian berlangsung
pekerja
1431 H/2010
M
(Pusparini, 2003)
Kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam
berolahraga oleh Pekerja las
minimal 3 hari dalam seminggu
untuk berolahraga.
(Adi, 2007)
Kuesioner
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
0.
1.
Kriteria
Restriksi
Tidak Restrkisi
Skala
Ordinal
0.
1.
Tidak pakai
Pakai
Ordinal
Ratio
0.
Tidak Rutin
1.
Rutin
Ordinal
45
5.
6.
7.
8.
Kebiasaan
Merokok
Status Gizi
(IMT)
Riwayat
Penyakit
Masa kerja
Kuesioner
Kuisioner
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
SKRIPSI
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Oleh:
Kuesioner
Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
0.
Berat (> 20
batang/hari)
1.
Sedang (10-20)
batang/hari)
2.
3.
Tidak merokok (0
batang/hari)
0. Gemuk
Ordinal
Ordinal
1. Normal
2. Kurus
0. Pernah
Ordinal
1. Tidak pernah
Ratio
C. Hipotesis
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
Ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP Pekerja las
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
46
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus sebagai
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
berikut:.
n=
(P1- P2)2
Keterangan :
n
: Besar sampel
47
48
P1 : Proporsi Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
merokok
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
P2 : Proporsi yang Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
tidak merokok
z1-
: Kekuatan uji 80 %
SKRIPSI
1-
{1,96
n=
= 17 x 2 = 34 (orang)
Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban dari responden maka
peneliti menambahkan jumlah sampel
tersebut sesuai dengan kebutuhan, sehingga
Oleh:
jumlah sampel keseluruhan sebesar
orang.
Dian37
Rawar
Prasetyo
106101003313
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
49
1.
Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer, yang diambil oleh peneliti
a.
Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja las menggunakan
alat spirometer Autospiro Minato AS 505 secara langsung terhadap responden.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
Oleh:
50
b. Perhitungan IMT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
Status
gizi LAS
ini DIbisa
dihitung
salah
satunya
PADA PEKERJA
BENGKEL
PISANGAN
CIPUTAT
TAHUN
2010
adalah dengan
SKRIPSI
Berat
badan (kg)
IMT =
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
: <17,0
: >18,5-25,0
Oleh:
: >25,0-27,0
: >27,0
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTAdigunakan
sedangkan
timbangan
berat badan
apabila
1431 H/2010 M
51
melakukan
e. Kuesioner Penelitian
106101003313
Bagi para pekerja sebagai sampel, disusun daftar pertanyaan
untuk
memperoleh
data pendukung
oleh peneliti.
PROGRAM
STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITASData
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2. Pengolahan
1431 H/2010 M
Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder
akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Mengkode data (data coding)
Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban responden,
dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data
52
independen
Masker = 1
2) Kebiasaan Olahraga ; Tidak rutin = 0, Rutin = 1
3) Kebiasaan Merokok ; Merokok = 0, Tidak Merokok = 1
4) Status Gizi ; Gemuk = 0, Tidak Gemuk =1
Dianini
Rawar
Prasetyo data input utama untuk penelitian ini.
jawaban kuesioner. Data
merupakan
106101003313
masing-masing
variabel,
kemudian
dilakukan
analisis
data
dengan
memasukan
tersebut
dengan
softwareJAKARTA
statistik untuk dilakukan
UNIVERSITASdata-data
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
1431 H/2010 M
53
tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah
siap diolah dan dianalisis.
SKRIPSI
Analisa Univariat
Yaitu analisa yang digunakan terhadap tiap variable dari hasil
data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square atau kai
106101003313
kuadrat. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai obsservednya bernilai 0, dan sel yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
20%FAKULTAS
dari jumlah
sel, dan menggunakan
tabel 2x2 (Dahlan, 2001).
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010
Uji Chi Square
untukM menghubungkan variabel kategorik dan
kategorik. Variabel yang termasuk pada uji Chi Square yaitu faktor,
penggunaan APD (Masker), riwayat penyakit, kebiasaan olahraga,
kebiasaan merokok, dan status gizi (IMT) yang akan dihubungkan
dengan variabel KVP. Dan untuk variabel umur dan masa kerja dilakukan
uji normalitas terlebih dahulu karena data yang didapatkan berupa data
54
numerik. Bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi normal, maka
akan dilanjutkan
dengan uji DENGAN
t-independent
untuk
menghubungkan
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU
antara
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
HASIL
A. Analisis Univariat
SKRIPSI
KVP
Restriksi
Tidak Restriksi
Jumlah
Oleh:
N
14
23
37
Persentase (%)
37,8%
62,2%
100
55
56
Tidak Pakai
13
35,1%
Pakai
24
64,9%
Kurus
5,4%
Normal
31
83,8%
Gemuk
10,8%
SKRIPSI
1. Penggunaan APD
3. Riwayat Penyakit
Oleh:
Punya
0
Dian Rawar Prasetyo
Tidak Punya
10610100331337
0%
100%
Data penggunaan
didapatkan
dengan
cara menyebarkan kuesioner
FAKULTASAPD
KEDOKTERAN
DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kepada pekerja bengkel las yang ada di Pisangan. Hasil penelitian ini
1431 H/2010 M
57
58
Tabel
5.3 KAPASITAS VITAL PARU
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
Umur
Median
30,00
SD
5,57
Min-Max
20-47
SKRIPSI
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umut pekerja las adalah
30 tahun, umur pekerja termuda adalah 20 tahun, sedangkan usia pekerja tertua
adalah 47 tahun dan jumlah usia yang paling banyak pada pekerja las adalah 31
tahun.
4. Gambaran Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan
Data masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel.
Oleh:
Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah
pekerja berdasarkan masa kerja. Untuk
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
Tabel 5.4
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
SYARIF HIDAYATULLAH
Mean ISLAM NEGERI
Median
SD JAKARTA
Masa
Kerja
6,03
1431
5,00H/2010 M
3,304
Min-Max
1-16
Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa masa kerja terendah ada pada pekerja
adalah selama 1 tahun, sedangkan untuk masa kerja terlama adalah 16 tahun dan
masa kerja yang paling banyak telah dijalani oleh pekerja las adalah sebanyak 6
59
tahun. FAKTOR-FAKTOR
Sedangkan rata-rata
masa kerja yang
telah
dijalaniVITAL
paraPARU
pekerja adalah
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
selama 6 tahun.
Gaya hidup pekerja dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, dan
kebiasaan olahraga. Distribusi pekerja las di Pisangan menurut gaya hidup dapat
terliht pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pekerja Las di Pisangan
Berdasarkan Gaya Hidup , Ciputat Tahun 2010
Variabel
Oleh:
1. Kebiasaan Merokok
Dian Rawar Prasetyo
Sedang
106101003313
Ringan
21,6 %
18
48,6%
Tidak
Merokok
29,7%
11MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
2. Kebiasaan Olahraga
Tidak Rutin
Rutin
86,5%
13,5%
60
8 orang (21,6%)
sedangkan
pekerja
yang KAPASITAS
merokok dengan
kategori
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL PARU
ringan
61
B. Analisis
Bivariat
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
KVP
Variabel
Total
Tidak
Restriksi
Restriksi
N
Tidak pakai
7,7
12
92,3
13
100
Pakai
13
54,2
11
45,8
24
100
Kurus
100
100
Normal
12
38,7
19
61,3
31
100
Gemuk
50
50
100
62,2
37
100
P
value
OR (95% CI)
0,011
0,340
Penggunaan APD
Riwayat Penyakit
Oleh:
Pernah
Tidak Pernah
14
37,8
106101003313
23
62
Artinya pekerjaYANG
yangBERHUBUNGAN
tidak menggunakan
memiliki
peluang
FAKTOR-FAKTOR
DENGANAPD
KAPASITAS
VITAL
PARU
0,071 kali
Dian Rawardidapatkan
Prasetyo
gemuk. Dari hasil uji statistik
P value sebesar 0,340. Artinya
106101003313
pada 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi (IMT)
terhadap KVP.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
63
2. Hubungan
AntaraYANG
Umur
dengan KVP
Pekerja
LasVITAL
di Pisangan
Tahun
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
PARU
2010 PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Antara Umur dengan KVP Pekerja Las di Pisangan
Tahun 2010
SKRIPSI
KVP
Mean (tahun)
SD
P value
Restriksi
14
34,50
5,502
Tidak Restriksi
23
28,48
4,305
0,001
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi sebesar
14 orang (37,8%) dengan rata-rata usia 34,50 tahun dengan SD sebesar 5,502
sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada sebesar 23 orang (62,1%) dengan rataOleh:SD sebesar 4,305. Dari hasil uji statistik
rata usia sebesar 28,48 tahun dengan
Dian Rawar Prasetyo
Tabel
1431 H/2010
M
5.8
Mean (tahun)
SD
Restriksi
14
9,14
2,742
Tidak Restriksi
23
4,13
1,866
P value
0,000
64
Berdasarkan tabel
5.8
pekerja yang
mengalami
restriksi
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL ada
PARUsebanyak
14
orang (37,8%) pekerja dengan rata-rata masa kerja selama 9,14 tahun dengan
SD 2,742, sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada 23 orang (62,1%) dengan
rata-rata masa kerja selama 4,13SKRIPSI
tahun dengan SD 1,866. Dari hasil uji statistik
didapatkan P value sebesar 0,000. Artinya pada 5 % ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan KVP.
KVP
Dian RawarTidak
Prasetyo
Variabel
Total
Restriksi106101003313
Restriksi
N
P
value
OR (95% CI)
0,001
Kebiasaan Merokok
Berat
Sedang
Ringan
87,5
12,5
100
38,9
11
61,1
18
100
UNIVERSITAS ISLAM
SYARIF
HIDAYATULLAH
Tidak Merokok
0 NEGERI
0
11
100
11 100 JAKARTA
1431 H/2010 M
Kebiasaan Olahraga
Tidak Rutin
13
40,6
19
59.4
32
100
Rutin
20
80
100
0,630
2,737 (0,27427,354)
65
pekerja
dengan kebiasaan
merokok tingkat
yang
mengalami
restriksi
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGANringan
KAPASITAS
VITAL
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
ringan sebesar 38,9%. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0.001.
Artinya pada 5 % ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan KVP.
SKRIPSI
Dian Rawar
Prasetyo
pekerja yang tidak rutin olahraga
lebih
banyak yang mengalami restriksi jika
106101003313
BAB VI
PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
A. Keterbatasan
Penelitian
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
1.
3.
4.
kalibrasi timbangan
setelah
digunakanDAN
oleh
sampel,
sehingga pada penimbangan
FAKULTAS
KEDOKTERAN
ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
selanjutnya
dimungkinkan terjadi pergeseran angka tidak kembali pada angka nol,
1431 H/2010 M
67
luar tubuh, yaitu melalui sistem pernapasan. Fungsi utama paru untuk respirasi, yaitu
pengambilan O2 dari luar masuk ke dalam saluran napas dan diteruskan ke dalam darah.
SKRIPSI CO2 yang terbentuk pada proses tersebut
Oksigen digunakan untuk proses metabolisme
dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar. Proses respirasi dibagi atas tiga tahap utama,
yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. (Guyton, 1997).
Kapasitas vital paru (KVP) adalah salah satu cara untuk mengukur kemapuan
paru menampung udara sesesorang dengan cara meniupkan napas secara paksa ke dalam
spirometri sehingga dapat diketahui apakah orang tersebut memiliki gangguan fungsi
paru atau tidak. Kapasitas vital paru yang baik adalah yang memiliki (KVP) minimal
Oleh:
Dari hasil penelitian mengenai gambaran KVP diketahui bahwa pekerja yang
mengalami restriksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang tidak restriksi, meskipun
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
penelitian yang dilakukan oleh Mila (2006) dan Trisnawati (2007) bahwa pekerja yang
memiliki KVP normal lebih banyak jika dibandingkan dengan KVP yang mengalami
restriksi. Mila (2006) mengungkapkan bahwa 59,3% pekerja mebel memiliki KVP
normal. Selain itu Trisnawati (2007) dalam penelitiannya pada tukang ojek di kabupaten
Semarang menunjukan bahwa 63,75% tukang ojek memiliki KVP yang normal.
68
Hasil penelitian untuk varibel penggunaan APD sebagian besar pekerja yang
menggunakan
APD mengalami
restriksi, untuk
variabel
status
gizi
didapatkan hasil
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
sebagian besar pekerja yang memiliki status gizi (IMT) tidak gemuk mengalami restriksi,
sedangkan untuk variabel riwayat penyakit seluruh sampel tidak pernah memiliki riwayat
penyakit, untuk variabel umur sebagianSKRIPSI
kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel
masa kerja sebagian kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel kebiasaan merokok
pekerja yang merokok dengan kategori sedang lebih banyak mengalami restriksi,dan
untuk variabel kebiasaan olahraga sebagian besar pekerja yang tidak rutin olahraga
mengalami restriksi.
pelindung diri ini tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
mengurangi
tingkat keparahan
yang SYARIF
mungkin
terjadi.
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
Bila kita lihat pada tabel 5.6 secara presentase antara pekerja yang tidak
menggunakan APD dengan pekerja yang menggunakan APD, lebih banyak pekerja
yang menggunakan APD, namun kejadian restriksi KVP lebih banyak dialami oleh
kelompok pekerja yang menggunakan APD. Peneliti menduga bahwa hal tersebut
terjadi karena ada pengaruh dari faktor lain seperti umur dan kebiasaan merokok,
karena semakin tua umur seseorang akan mempengaruhi KVP orang tersebut seperti
69
yang dinyatakan oleh Suyono (2001) bahwa dengan terjadinya proses penuaan atau
bertambahnya
umur, YANG
semakin
tua usia seseorang
maka semakin
besar kemungkinan
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
sendiri dalam menggunakan APD mungkin cara pemakaian APD yang kurang benar
Dian Rawar Prasetyo
terhadap APD itu kurang baik sehingga tidak dapat berfungsi baik sebagaimana
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mestinya.
1431 H/2010 M
Hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 menunjukan adanya hubungan yang
bermakna antara variabel penggunaan APD dengan KVP. Analisis keeratan hubungan
dua variabel diketahui bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD mempunyai
peluang 0,071 kali untuk mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan pekerja
yang menggunakan APD (masker). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang
70
dilakukan pada 27 pekerja mebel di Jepara tahun 2006, menyatakan bahwa ada
hubungan
yang bermakna
penggunaan
APDKAPASITAS
dengan KVP.
FAKTOR-FAKTOR
YANGantara
BERHUBUNGAN
DENGAN
VITALSelain
PARU itu, penelitian
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
yang dilakukan Adi (2007) pada 41 pekerja pada pabrik pembuatan genteng di
Kebumen, juga menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan
masker dengan KVP.
SKRIPSI
Dian Rawar
Prasetyo
pekerja yang mengalami restriksi
adalah
34 tahun sebanyak 14 orang pekerja. Dari
106101003313
hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara umur pekerja
dengan KVP. Hal ini didukung oleh hasil analisis lebih lanjut antara pekerja yang
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
71
menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan
terjadiFAKTOR-FAKTOR
penurunan fungsi
paru.
YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mila (2006),
bahwa semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital paru
SKRIPSI
seseorang. Namun sebagian besar pekerja yang berumur muda dan merokok juga
mengalami restriksi KVP, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono (2001) bahwa
asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat
kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar
dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Untuk
meminimalisir resiko restriksi sebaiknya para pekerja baik yang berumur muda
Oleh:
dapat mempengaruhi
KVP pekerja las. Berdasarkan tabel 5.9 secara presentase
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
jumlah pekerja
yang tidak rutin olahraga lebih banyak jika dibandingkan dengan
1431 H/2010 M
pekerja yang rutin olahraga. Peneliti berasumsi bahwa lebih banyaknya pekerja las
yang tidak rutin olahraga mungkin disebakan oleh kesibukan yang dijalani atau
mungkin juga disebabkan rasa malas yang timbul karena sudah merasa lelah dengan
pekerjaan yang dilakukan. Padahal menurut Sahab (1997) Faal paru dan olahraga
mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi
kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat
72
meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai
kapasitas
aerobik yang
lebih
besar dan kebugaran
yang lebih
tinggi
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS
VITAL
PARU serta kapasitas
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa tidak ada
SKRIPSI
hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP. Hal tersebut terjadi mungkin di
pengaruhi oleh masa kerja pekerja tersebut, meskipun pekerja rutin melakukan
olahraga namun masa kerja yang telah dilalui sudah lama tentu akan mempengaruhi
KVP pekerja tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Sumamur (1996) bahwa
semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar
bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang
Oleh:
besar dari pekerja yang tidak rutin olahraga namun memiliki masa kerja baru tidak
mengalami restriksi. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada, menurut Cooper
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
(1997) PengaruhFAKULTAS
olahragaKEDOKTERAN
adalah melatih
otot pernapasan, meningkatkan kekuatan
DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dan efisiensi
otot, begitu pula pernyataan Guyton (1997) kebiasaan olah raga akan
1431 H/2010 M
73
Hal tersebut mungkin terjadi karena rata- rata umur pekerja yang tidak
mengalami
restriksi adalah
28 tahun sehingga
kebiasaan
olahraga
tidak berhubungan
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
dengan KVP. Menurut Guyton (1997) penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi
setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan kapasitas vital paru akan cepat setelah umur
40 tahun. Faal paru sejak masaSKRIPSI
kanak-kanak bertambah volumenya dan akan
mencapai nilai maksimum pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai
faal paru akan terus menurun sesuai dengan pertambahan usia. Berdasarkan tabel 5.9
didapatkan bahwa sebagian besar pekerja yang tidak rutin melakukan aktifitas
olahraga, tidak mengalami restriksi KVP.
4. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Pada penelitian ini kebiasaan merokok diduga sebagai salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi KVP. Berdasarkan data pada tabel 5.5 distribusi pekerja
Oleh:
Dian Rawar
Prasetyo
berdasarkan kebiasaan merokok
hampir
merata, pekerja yang memiliki kebiasaan
106101003313
merokok lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki kebiasaan
merokok. Berdasarkan keterangan dari pekerja, diketahui bahwa kebiasaan merokok
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Berdasarkan analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan KVP. Menurut Suyono (2001) asap
rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat
kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar
dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.
74
Hal tersebut terdapat pada tabel 5.9 dimana ada sebagian besar pekerja yang
tidak FAKTOR-FAKTOR
merokok tetapi YANG
mengalami
restriksi,
disiniKAPASITAS
terbukti VITAL
bahwaPARU
asap rokok dapat
BERHUBUNGAN
DENGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
badan, dan kebiasaan merokok dll. Untuk menghindari restriksi KVP sebaiknya para
pekerja yang merokok, agar tidak merokok karena asap rokoknya juga memberikan
efek negatif untuk dirinya dan bagi pekerja yang tidak merokok.
5.
Hubungan antara status gizi (IMT) dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan dapat
menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa
(usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
Oleh:
pada tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah pekerja yang tidak gemuk lebih banyak jika
dibandingkan dengan pekerja yang gemuk.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Dari hasil
analisis bivariat pada tabel 5.6 didapatkan bahwa tidak ada
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
hubungan UNIVERSITAS
yang bermakna
antara status gizi (IMT) dengan KVP. Peneliti berasumsi
1431 H/2010 M
bahwa hal ini terjadi karena pengaruh faktor lain yaitu kebiasaan merokok. Menurut
Suyono (2001) merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan
beberapa bahaya kesehatan akibat kerja, pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi
silang antara pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan merokok dengan KVP
didapatkan
75
Hal in tidak sejalan dengan pendapat Nyoman (2001) yang menyatakan bahwa
status FAKTOR-FAKTOR
gizi seseorang YANG
dapatBERHUBUNGAN
mempengaruhi
kapasitas
vital VITAL
paru. PARU
Orang kurus tinggi
DENGAN
KAPASITAS
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek dan status gizi yang
berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan compliance dinding
SKRIPSI
dada dan paru sehingga ventilasi paru
akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru
akan menurun. Jika dilihat dari hasil uji statistik, diketahui nilai OR=1,75 artinya
pekerja gemuk memiliki peluang 1,75 kali lebih besar untuk mengalami restriksi
dibanding dengan pekerja yang tidak gemuk. Untuk penelitian selanjutnya
diharapakan kalibrasi pada timbangan injak setiap kali melakukan pengukuran berat
badan, sehingga tidak terjadi bias pada hasil pengukuran.
6. Hubungan antara riwayat penyakit dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Dari hasil uji statistik yang ada pada tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja
Oleh:
Dianatau
Rawar
Prasetyo
tidak memiliki riwayat penyakit,
data
yang ada bersifat homogen sehingga tidak
106101003313
dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang di
utarakan oleh Ganong (2002) bahwa kondisi kesehatan dapat mempengaruhi
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
ke dokter sehingga tidak pernah ada diagnosis dokter apakah para pekerja memiliki
riwayat penyakit khususnya penyakit pernapasan. Sebaiknya untuk penelitian
selanjutnya, agar melakukan pemeriksaan kesehatan dengan diagnosis petugas
kesehatan untuk mengetahui riwayat penyakit atau dapat menanyakan gejala-gejala
penyakit yang dapat mempengaruhi KVP.
76
hubungan
terhadap KVP. Menurut Mila (2006), masa kerja adalah lamanya seorang tenaga kerja
bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja
SKRIPSI
sampai penelitian berlangsung. Berdasarkan
data pada tabel 5.4 diketahui bahwa
distribusi pekerja menurut masa kerja cukup bervariasi, ada yang baru menggeluti
profesi sebagai pekerja las selama 1 tahun ada pula yang sudah lebih dari 10 tahun.
Berdasarkan data pada tabel 5.8 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi
adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 9 tahun sebanyak 14 orang
(37,8%) pekerja.
Dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
Oleh:
antara masa kerja dengan KVP. Hal ini sejalan dengan penelitian Ulinta (1998) di
Dian Rawar Prasetyo
masa kerja dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010
M yang menyatakan bahwa semakin lama
karyawan serta pendapat Sumamur
(1996)
seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.
BAB VII
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian SKRIPSI
dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran KVP pekerja yang mengalami resriksi adalah sebesar 14 orang
(37,8%) dan pekerja yang tidak mengalami restriksi adalah sebesar 23 orang
pekerja (62,2%)
2. Terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan KVP dengan P value
sebesar 0,011. Terdapat hubungan antara umur dengan KVP dengan P value
Oleh:
sebesar 0,001. Terdapat hubungan
antara kebiasaan merokok dengan KVP
Dian Rawar Prasetyo
sebesar 0,63. Tidak ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
77
78
B. Saran
1.FAKTOR-FAKTOR
Saran Bagi Pekerja
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
menggunakan
APD
secara
disiplin,
mengurangi/menghilangkan
Dian
Rawar Prasetyo
a. Sebaiknya pemilik
bengkel
las memberikan pendidikan dan pelatihan
106101003313
penggunaan APD yang benar, serta penyediaan jenis masker yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
3. Saran Untuk
Penelitian Selanjutnya
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
a.UNIVERSITAS
Untuk Penelitian
selanjutnya sebaiknya dapat melanjutkan analisis
1431 H/2010 M
79
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
DAFTAR PUSTAKA
Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997. Perbandingan nilai kapasitas Difusi paru
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
antara orang yang terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Respirologi Indonesia, 17, 76 83.
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
American thoracic society. 1987. Standardization Of Spirometry Up Date, am rev respire dis, 36:
1285-1297
Amin Muhammad. 1985 Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru. Bagian Pulmonologi
SKRIPSI
Mada
University Press
Budiono. AM Sugeng dkk.2002. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP
Chang-Yeung M, Malo JL. 1995. Occupational
asthma. N Engl J Med; 97:93-104. Cermin
Oleh:
Dunia Kedokteran No. 138
106101003313
Corwin J, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisologi.
Jakarta: EGC
Cullen MR, Cherniack MG. 1990. Rosenstock L. Occupational Medicine. N Engl J Med;
322:594-601,675-83. Cermin Dunia Kedokteran No. 138
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Dahlan. M. Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Depkes RI. 1990. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta:
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Depkes.
1431 H/2010 M
Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen PPM&PLP tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta: Depkes RI
Dr. M.N. Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA
Guyton. Arthur C et all. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan. Jakarta: EGC
Harrington. Gill . 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC
Ikhsan. Mukhtar. 2002. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Press
Koesyanto. Herry et all .2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Semarang: UPT UNNES Press
McDonald JC, Keynes HL, Meredith SK. 2000. Reported incidence of occupational asthma in
The United Kingdom, 1989-97. Occup Environ Med; 57:823-9. Cermin Dunia Kedokteran
No. 138
PADA
PEKERJA
BENGKEL Antara
LAS DI PISANGAN
CIPUTATPemakaian
TAHUN 2010 APD Pernafasan
Mila. Siti Muslikatul.
2006.
Hubungan
Masa Kerja,
(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru PT Ascent
House Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES
SKRIPSI
Nur. Kartika Wijayanti. 2005. Pengaruh Pemakaian
Kacamata Las Terhadap Ketajaman
Penglihatan Pada Pekerja Las Karbit Di Wilayah Pinggir D.I. Panjaitan Kota Semarang.
Skripsi. Semarang. UNNES
Pearce, Evelyn C. 1991 . Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pusat
Utama
Pollock, M.L Wimroe jh. 1987. Exercise In Health Disease. Wb Saunder.Co, Philadelpia: 131152
Pudjiastuti. Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : Pusat
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
Rini Ae. 1998.
Oleh:
Rosenstock L, et all. 1991. Occupational and environmental Medicine: meeting the growing
need for clinical services.
N Engl STUDI
J Med;
326:924-7.
Cermin Dunia Kedokteran No. 138
PROGRAM
KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
Simaela. Steven L. 2000. FaktorFaktor
yang Berhubungan
Dengan Kapasitas Maksimal Paru
UNIVERSITAS
SYARIF
HIDAYATULLAH
Pekerja Perushaan
PemecahISLAM
Batu NEGERI
Pada PT.
P BOGOR
JAWA JAKARTA
BARAT . Tesis. Depok: UI
1431 H/2010 M
Solech. Muhammad. 2001. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas
Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1Grobogan Juni 2001. Skripsi. Semarang:
UNDIP
Sonawan. Herry et all. 2004. Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan Logam. Bandung:
ALFA BETA
Srikandi Fardiaz. 1999. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius
Sriwidharto. 1987. Petunjuk Kerja Las, Cetakan Ketiga. PT PRADNYA PARAMITA, Jakarta.
Sumamur PK. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung
Agung
Supariasa. I DewaFAKTOR-FAKTOR
Nyoman, dkk.YANG
2001.BERHUBUNGAN
Penentuan Status
Gizi.
Jakarta: VITAL
EGC PARU
DENGAN
KAPASITAS
PADA
BENGKEL
DI PISANGAN
Suyono. Joko. Deteksi
DiniPEKERJA
Penyakit
Akibat LAS
Kerja.
Jakarta :CIPUTAT
EGC TAHUN 2010
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
TTL
Alamat : Jl. Batang Blok. G1 No.34 02/08 Kel. Gembor, Kec. Periuk Tangerang
Agama : Islam
15133
SKRIPSI
Gol.darah : O
No. Telp. : (021)5921109 /085693398270
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun
Riwayat Pendidikan
1994 --2000
SD Negeri Periuk 5
2000 2003
2003 2006
2006 sekarang
Tahun
Pengalaman Organisasi
2008 sekarang
2008 2009
2006 2007
iv