Anda di halaman 1dari 93

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI
SKRIPSI

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

Oleh:
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Dian Rawar Prasetyo

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
106101003313
1431 H/2010 M

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI
SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

Oleh:
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Dian Rawar Prasetyo

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
106101003313
1431 H/2010 M

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
Skripsi, 30 November
2010
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Dian Rawar Prasetyo, NIM : 106101003313


Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las
Di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
SKRIPSI

xii+ 79 halaman, 9 tabel, 2 gambar, 1 lampiran


Abstrak
Penurunan kapasitas vital paru dapat diakibatkan oleh pencemaran partikel debu, hal ini
dapat dialami oleh para pekerja bengkel las dengan pola restriksi, terutama pada bengkel las di
sektor informal yang masih belum memiliki pengendalian bahaya untuk menurunkan resiko
penurunan KVP. Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja
bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi sebanyak
6 orang.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli-November 2010 pada bengkel las yang ada di
Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan. Sampel Penelitian sebanyak 37 orang dari total populasi
50 orang pekerja las. Faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan KVP adalah (Umur, masa
Oleh:
kerja, penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok,
kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),
Rawarmenggunakan
Prasetyo
dan
riwayat penyakit). PengumpulanDiandata
instrument penelitian berupa
Spirometer, timbangan injak, microtoise dan106101003313
kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dilakukan
uji statistik dengan rumus chi square dan t independent.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pekerja yang mengalami restriksi KVP sebanyak 14
pekerja (37,8 %). Berdasarkan hasil analisis uji statistik diketahui bahwa penggunaan APD
memiliki Pvalue sebesar (0,001),
kebiasaan
merokok memiliki
Pvalue sebesar (0.001), umur
PROGRAM
STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
memiliki Pvalue sebesar 0,001 dan masa kerja memiliki Pvalue sebesar (0,000) KVP.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Untuk menurunkan resiko restriksi KVP pada pekerja las, karena itu disarankan agar
UNIVERSITAS
NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
penggunaan dan perawatan
APDISLAM
dengan
benar.
Bagi
para pekerjaJAKARTA
yang memiliki kebiasaan
merokok, sebaiknya berhenti merokok.
1431 H/2010 M
Daftar bacaan : 41 (1985 2007)

vi

FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES


DEPARTMENT OF PUBLIC HEALTH
MAJOR OF OCCUPATIONAL SAFETY AND HEALTH
UndergraduatedFAKTOR-FAKTOR
Thesis, December
2010
YANG16
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Dian Rawar Prasetyo, NIM: 106101003313


Factors Associated With Force Vital Capacity of welders At Weld Workshop In Pisangan,
Ciputat Year 2010
SKRIPSI
xxi 79 pages, 9 tables, 2 images, 1 attachment
Abstract
.
Decrease in force vital capacity(FVC) can be caused by dust particles pollution, this can
be experienced by welder with the pattern of restriction, especially in the welding workshop in
the informal sector, which no hazards control implemented to reduce the risk of decreasing FVC.
Based on the results of preliminary studies conducted on 10 welders at Pisangan Ciputat, it is
known that 60% welders who experience restriction.
This research is quantitative, with cross sectional approach. That was conducted in JulyNovember 2010 on informal welding workshop in Pisangan, Ciputat, South Tangerang. There
the amount of sample in this research are 37 welders from total population 50 welders. Factors
associated with KVP is suspected (age, periode of work, using of PPE (mask), smoking habits,
exercise habits, nutritional status (BMI), and disease history). The instrument to Collect data
using a spirometer, the pair of scale, microtoise and questionare. The data obtained was then
performed statistical tests using the formula chi Oleh:
square and t independent.
Dian Rawar
Prasetyo
The results show that 37,8% welders
who
experienced FVC restriction. Based on the
results of statistical analysis known that the 106101003313
using of PPE, smoking habits, and age has a pvalue
of (0.001) and periode of work has a pvalue of (0.000) KVP.
To reduce the risk of KVP restrictions on welders, suggested to use and maintenance of
PPE correctly. For welders who have the habit of smoking, you should to stop smoking.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Reference: 41 (1985 - 2007)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1431 H/2010 M

vii

KATA PENGANTAR

FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Segala puji bagi Allah SWT yang maha segalanya, syukur penulis ucapkan padamu ya
Rabb, karena akhirnya penyusunan laporan magang ini selesai. Tak lupa penulis haturkan
Shalawat dan salam kepada baginda Rasulallah SAW yang membawa umatnya dari zaman
SKRIPSI

kegelapan ke zaman yang terang benderang. Dengan penuh kesadaran penyusun yakin bahwa
masih banyak kekurangan dalam penulisan Skripsi Tentang Faktor- Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kapasitas Vital Paru Pada Pekerja Bengkel Las Di Pisangan Ciputat, Tahun 2010
Penyelesaian skripsi ini semata-mata bukanlah hasil usaha penyusun, melainkan banyak
pihak yang memberikan bantuan baik moril maupun materil, sekiranya patutlah bagi penyusun
untuk berterima kasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT, Tuhan semesta alam yang kasih sayangnya tak pernah habis-habis dalam
memberikan nikmatnya kepada manusia.
2. Nabi tercinta, Muhammad SAW yang selalu berjuang tak pernah henti membela
kebenaran islam walaupun banyak rintangan
dan halangan yang selalu menghalangi.
Oleh:
3. Kepada Bapak, Mama dan Adikku
Tercinta
yang memberikan doa dan ketulusan serta
Dian Rawar
Prasetyo
106101003313
rasa sayang yang tak terbatas terhadap
diriku .

4. Om Nurul Huda, Tante Fitri, Tante Endar, Tante Nina, Om Gunung, Om Bodi, Om
Siswo dan semua keluarga besar yang juga turut mendukung dan memotivasi serta
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

memberikan nasehat kepada penulis.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

5. Kepala Jurusan Kesmas dr. Yuli Satar Prapanca, MARS yang selalu berusaha dengan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

keikhlasannya memajukan jurusan


kesmas agar bisa berdiri diatas dari jurusan1431 H/2010 M
jurusan lain
6. Dosen Pembimbing Skripsi Ibu Iting Shofwati, ST, MKKK dan Ibu Yuli Amran,
SKM, MKM yang selalu memberikan motivasi karena pada hakikatnya motivasi
adalah awal dari pembentukan sebuah mimpi yang pasti.
7. Dosen Penguji dr. Rachmania Diandini, M.K.K yang telah menguji skripsi saya
dengan penuh kebijaksanaan.

iii

8. Bapak Gozali yang selalu membuatkan surat izin pada saya semoga atas
keikhlasannya mendapat balasan dari Allah SWT.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA
BENGKEL
LAS DI PISANGAN
CIPUTAT
TAHUNMas
2010 Fajar Iqbal, Mas
9. Kawan-kawan
di Istana
Kertamukti;
Kang Surma
Adnan,

Ahmad Dharif, Mas Purwanto, Aa Iwang, Bang Masda Hilmi, Kakak Rizwan dan
Kakak Bagol.
10. Segenap Insan Pergerakan danSKRIPSI
Sahabat-sahabat PMII Komisariat Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, terima kasih atas semangatmu dan selalu Yakin
Usaha Sampai.
11. Sahabat-sahabat tercinta di Kesehatan Masyarakat 3G FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, semoga keberkahan selalu menyertai langkah kita.
12. Khushushon ilaa Jamiyyat el quusn, Blows Band Marawis and The Crazy Wheels of
zero sixs (Aditya Pratama & Prayudi, Ahmad Fauzi, Defriyan, Dian Rawar, Dauly,
Halsariki, Lutfi Fauji, Nouval, Ali Imron, Zaenal Arifin, Yunus, Musthafa Iban, Said
Muchsin, Trimunggara, My junior brother Ersa).
Selalu bergerak dalam kreatifias..!
Oleh:

Dengan memanjatkan doa kepadaDian


Allah
SWT,
penyusun berharap semua kebaikan yang
Rawar
Prasetyo
telah diberikan mendapat balasan dari Allah 106101003313
SWT. Amin.
Terakhir kiranya penyusun berharap semoga laporan Magang bermanfaat bagi penyusun
dan pembaca umumnya.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1431 H/2010 M

Jakarta, Maret 2011

Penulis

iv

DAFTAR ISI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGUJI
SKRIPSI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

KATA PENGANTAR ....................................................................................

iii

ABSTRAK ......................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................

vii

DAFTAR TABEL ..........................................................................................

xi

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xii

BAB I PENDAHULUAN
A.

Latar Belakang .........................................................................................

B.

Rumusan Masalah ....................................................................................

C.

Pertanyaan Penelitian ...............................................................................

D.

Oleh:
Tujuan ......................................................................................................

1.

Dian Rawar Prasetyo

Tujuan Umum .................................................................................

106101003313

2.

Tujuan Khusus ................................................................................

E. ManfaatPenelitian ...................................................................................... 10
1. ManfaatPROGRAM
Bagi Pengelola
bengkel lasMASYARAKAT
.................................................. 10
STUDI KESEHATAN
2. Manfaat
Bagi Peneliti
.........................................................................
11
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
F.

UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ruang
Lingkup...........................................................................................
11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1431 H/2010 M

A. Kapasitas Vital Paru ..................................................................................... 12


B. Sistem Pernapasan Manusia. .................................................................... 14
1. Anatomi ............................................................................................. 14
2. Fisiologi ......................................................................................... 18
3. Penyakit Paru ..................................................................................... 18
4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru......................................................... 20
C. Kapasitas Paru .............................................................................................. 20
vii

1. Kapasitas Inspirasi ............................................................................. 20


2. Kapasitas Residu Fungsi .................................................................... 21
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

3.PADA
Kapasitas
Paru
Total ..........................................................................
21
PEKERJA
BENGKEL
LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
D. Debu .............................................................................................................. 21
1. Padat (solid)........................................................................................ 21
2. Cair (liquid) ........................................................................................ 22
SKRIPSI

3. Ukuran Partikel Debu ......................................................................... 23


E. Faktor yang mempengruhi kapasitas paru .................................................... 24
1. Umur .................................................................................................. 24
2. Jenis Kelamin .................................................................................... 25
3. Riwayat Penyakit ............................................................................... 25
4. Riwayat pekerjaan ............................................................................. 26
5. Kebiasaan Merokok ........................................................................... 26
6. Kebiasaan Olahraga ........................................................................... 27
7. Status Gizi.......................................................................................... 28
8. APD (Masker)....................................................................................
30
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
9. Masa Kerja .........................................................................................
33
106101003313
10. Pengelasan ........................................................................................
34

F. Kerangka Teori ............................................................................................. 42


BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

A.

Kerangka Konsep ..................................................................................... 43

B.

Definisi
Operasional ................................................................................ 44
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

C.

Hipotesis ..................................................................................................
46
1431 H/2010 M

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN


A.

DesainPenelitian ...................................................................................... 47

B.

Tempat Dan WaktuPenelitian .................................................................. 47

C.

Populasi Dan SampelPenelitian ............................................................... 47

D.

InstrumenPenelitian ................................................................................. 48
1. Pengumpulan Data ............................................................................. 49
a. Pengukuran Kapasitas Vital Paru ............................................... 49
viii

b. Perhitungan IMT ........................................................................ 50


c. Data Berat Badan ......................................................................... 51
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

d, Data
Tinggi
BadanLAS
......................................................................
PADA
PEKERJA
BENGKEL
DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

51

e. Kuesioner Pnelitian ...................................................................... 51


2. Pengolahan Data ................................................................................ 51
3. Teknik Analisis data .......................................................................... 53
SKRIPSI

a. Analisis Univariat ....................................................................... 53


b. Analisis Bivariat ......................................................................... 53
BAB V HASIL
A. Analisis Univariat ......................................................................................... 55
1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan ............... 55
2. Gambaran Karakteristik Pekerja Las di Pisangan ........................... 55
a. Gambaran Penggunaan APD Pekerja Las di Pisangan ................ 56
b. Gambaran Status Gizi (IMT) Pekerja Las di Pisangan ............... 57
c. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Las di Pisangan ................ 57
3. Gambaran Umur PekerjaOleh:
Las di Pisangan ...................................... 57
Dian Rawar
Prasetyo
4. Gambaran Masa Kerja
pekerja
Las di Pisangan ............................. 58
106101003313
5. Gambaran Gaya Hidup
Pekerja Las di Pisangan ............................ 59

a. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Las di Pisangan ............ 59


b. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Las di Pisangan ............ 60
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

B. Analisis Bivariat ................................................................................................. 61


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

1.UNIVERSITAS
HubunganISLAM
Antara
Karakteristik Pekerja dengan Kapasitas Vital
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Paru Pekerja Las di Pisangan
61
1431 H/2010..........................................................
M
a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 61
b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62
c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di
Pisangan ...................................................................................... 62

ix

2. Hubungan Antara Umur dengan Kapasitas Vital Paru Pekerja Las


di Pisangan....................................................................................... 63
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

3.
Hubungan
Masa
Kerja
dengan
Kapasitas
Vital
PADA
PEKERJA Antara
BENGKEL
LAS DI
PISANGAN
CIPUTAT
TAHUN
2010Paru Pekerja
Las di Pisangan ................................................................................ 63
4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital Paru
Pekerja Las di Pisangan ................................................................... 64
SKRIPSI

a. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP Pekerja Las


di Pisangan .................................................................................. 64
b. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP Pekerja Las
di Pisangan .................................................................................. 65
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 66
B. Kapasitas Vital Paru ................................................................................. 67
C. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan KVP...................................... 68
1. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP ............................ 68
2. Hubungan Antara Umur dengan
Oleh: KVP ................................................ 70
Dian Rawar Olahraga
Prasetyo
3. Hubungan Antara Kebiasaan
dengan KVP ......................... 71
106101003313
4. Hubungan Antara Kebiasaan
Merokok dengan KVP ......................... 73

5. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP ............................ 74


6. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP ............................. 75
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

7. Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP....................................... 76


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

BAB VII KESIMPULAN


DAN
SARAN
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A.Kesimpulan .............................................................................................
77
1431 H/2010 M
B.Saran ....................................................................................................... 78
Daftar Pustaka

BAB I
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PENDAHULUAN

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

A. Latar Belakang
Kapasitas vital paru adalah SKRIPSI
jumlah udara maksimum pada seseorang yang
berpindah pada satu tarikan nafas (Corwin, 2001). Menurut Guyton (1997) kapasitas
vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan
volume cadangan ekspirasi. Sedangkan menurut Tambayong (2001) kapasitas vital paru
adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah udara dipenuhi
secara maksimal. Menurut ATS (American Thoracis Society) ada beberapa kategori
gangguan fungsi paru; dikatakan berat bila KVP (Kapasitas Vital Paru)

50%,

dikatakan sedang jika KVP antara 51 59%, dan dikatakan ringan jika KVP antara 60
Oleh:

Dian Rawar
Prasetyo
79 %. Gangguan fungsi paru akibat
paparan
pencemaran partikel debu dapat berupa
106101003313

restriksi dan obstruksi atau keduanya, restriksi dan obstruksi berarti penyempitan jalur
pernafasan sehingga mengurangi KVP seseorang. Gejala-gejala antara lain batuk kering,
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

sesak nafas, kelelahan


umum, banyak dahak dan lain-lain. Pemaparan debu mineral di
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ketahui dapatUNIVERSITAS
menimbulkan
perubahan khas dalam mekanik pernafasan dan volume paru
1431 H/2010 M

dengan pola restriksik. (Warpaji, 1994).


Pearce (1991) mengatakan bahwa Kapasitas paru berkurang pada penyakit paruparu, penyakit jantung (yang menimbulkan kongesti paru) dan pada kelemahan otot
pernapasan. Gill (2005) menyatakan fungsi paru berubah-ubah akibat sejumlah faktor

non-pekerjaan diantaranya adalah oleh usia, jenis kelamin, ukuran paru, etnik, tinggi
badan, kebiasaan
merokok,
toleransi
latihan,DENGAN
kekeliruan
pengamat,
kekeliruan
alat.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Perhatian atas dampak pajanan bahan-bahan berbahaya di tempat kerja dan


lingkungan terhadap kesehatan sejak beberapa dekade terakhir tampak makin meningkat
SKRIPSI

karena peranannya terhadap gangguan fungsi paru. Penyakit paru kerja penting dikenali
karena dapat dicegah dan diobati. Pajanan bahan berbahaya di tempat kerja dapat
menyebabkan atau memperburuk penyakit seperti asma, kanker, dermatitis atau
tuberculosis (Cullen, 1990). Diperkirakan jumlah kasus baru penyakit akibat kerja di
Amerika Serikat 125.000 sampai 350.000 kasus pertahun dan terjadi 5,3 juta kecelakaan
kerja pertahun. Biaya yang dikeluarkan lebih dari 60 trilyun dolar pertahun (Rosenstock,
1991). Penyakit akibat kerja dapat dijumpai di tempat industri dan pertanian (Yeung,
Oleh: oleh debu mineral menurun di negara-negara
1995). Kejadian penyakit yang disebabkan
Dian Rawar Prasetyo

pasca industri dan asma muncul sebagai


penyakit paru kerja yang utama (Becket, 2000).
106101003313
Asma kerja merupakan penyakit paru kerja yang sering dijumpai di Negara berkembang,
prevalensinya bervariasi
antara 2-20 % (McDonald, 2000).
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Industri
las yang ISLAM
kini banyak
ada termasuk
industri
sektor informal. Industri
UNIVERSITAS
NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M

sektor informal adalah sektor kegiatan ekonomi marginal atau kecil-kecilan. Ciri-ciri
kegiatan ekonomi marginal yang dikategorikan ke dalam sektor informal antara lain
sebagai berikut: 1) Pola kegiatannya tidak teratur, baik dalam arti waktu, permodalan,
maupun penerimaan. 2) Pada umumnya tidak tersentuh oleh peraturan dan ketentuan
yang ditetapkan oleh pemerintah. 3) Modal, peralatan, dan perlengkapan maupun
omzetnya biasanya kecil dan diusahakan atas dasar hitungan harian. 4) Pada umumnya

tidak mempunyai tempat usaha yang permanen dan terpisah dari tempat tinggal. 5)
Tidak mempunyai
keterikatan
dengan usaha
lainKAPASITAS
yang besar.
Pada umumnya
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL 6)
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

dilakukan oleh dan melayani golongan masyarakat yang berpendapatan rendah. 7)


Tidak membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus, sehingga secara luwes dapat
SKRIPSI
menyerap tenaga kerja dengan bermacam-macam
tingkat pendidikan. 8) Umumnya

tiap-tiap satuan usaha memperkerjakan tenaga dari lingkungan keluarga, kenalan,


atau berasal dari daerah yang sama (Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1990).
Menurut Rahma Iryanti (2010), Direktur Tenaga Kerja dan Penciptaan Kesempatan
Kerja Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional, bahwa timbulnya sektor

informal ini adalah akibat dari rendahnya peluang kerja di sektor formal sehingga
pertumbuhan angkatan kerja tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan kerja.
Akibatnya, banyak pencari kerja yangOleh:
mengadu nasib di sektor informal, saat ini ada
Dian Rawar Prasetyo

sekitar 70 % pekerja Indonesia yang bekerja di sektor informal. Akan tetapi, kelompok
106101003313

masyarakat pekerja sektor informal masih belum memperoleh perhatian dalam hal
kesehatan kerjanya. Selama ini mereka hanya memperoleh pelayanan kesehatan secara
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
umum, namun belum
dikaitkan
dengan pekerjaannya.
Seperti tindakan pencegahan dan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

pengendalian yang ada belum di sesuaikan dengan potensi bahaya yang ada di tempat
1431 H/2010 M

kerja. Pada umumnya fasilitas pelayanan keselamatan dan kesehatan kerja lebih banyak
dinikmati oleh tenaga kerja yang bekerja pada industri berskala besar (jumlah pekerja
lebih dari 500 orang). Pada industri berskala kecil dan menengah, fasilitas pelayanan
keselamatan dan kesehatan kerja masih bersifat parsial dan mungkin tidak ada sama
sekali (Nur, 2005).

Pada industri las, kondisi lingkungan kerja yang berpotensi menimbulkan


dampak FAKTOR-FAKTOR
terhadap pekerjaYANG
diantaranya
adalahDENGAN
paparan
debu padat,
asap
pembakaran dan
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

paparan panas, debu dapat menyebabkan kerusakan paru dan fibrosis apabila terinhalasi
selama bekerja terus menerus. Bila alveoli mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas
SKRIPSI kemampuan mengikat oksigen menurun
dalam menampung volume udara sehingga

(Depkes RI, 2003). Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia
telah terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Sumamur,
1996).
Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang disatu
pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak lain. Hal ini
sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat mengganggu kapasitas vital
Oleh:
paru (Sumamur, 1996). Dalam kondisi
tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat
Dian Rawar Prasetyo

menyebabkan pengurangan kenyamanan


kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi
106101003313
faal paru bahkan dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI, 2003).
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Menurut MilaPROGRAM
(2006), kapasitas
vital paru dipengaruhi oleh beberapa hal. Yaitu:
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

umur, jenis UNIVERSITAS


kelamin, kondisi
kesehatan,
riwayat
penyakitJAKARTA
dan pekerjaan, kebiasaan
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
1431 H/2010 M

merokok dan olahraga, serta status gizi dapat mempengaruhi kapasitas vital paru.
Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwasanya ada beberapa faktor yang
berhubungan dengan kapasitas vital paru. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mila
(2006), menunjukkan ada hubungan antara masa kerja, pemakaian APD dengan KVP
pada tenaga kerja pengamplasan PT. Ascent House Pecangaan Jepara. Hasil penelitian
yang dilakukan oleh Adi (2007) didapatkan bahwa ada hubungan antara penggunaan

masker dan kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru karyawan perusahaan
genteng FAKTOR-FAKTOR
Malindo SokkaYANG
Kebumen.
Hasil DENGAN
penelitian
yang dilakukan
oleh Trisnawati
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

(2007) diperoleh bahwa ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok, dan
riwayat penyakit paru dengan kapasitas vital paru.
SKRIPSI

Adapun berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja


bengkel las di Pisangan Ciputat, diketahui bahwa pekerja las yang mengalami restriksi
kapasitas vital paru ringan sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas
vital paru sedang sebanyak 1 orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40%
memiliki kapasitas vital paru normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui ada beberapa
pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru. Penurunan kapasitas vital paru
merupakan salah satu gejala terjadinya gangguan fungsi paru bila dibiarkan terus
Oleh: yang dilakukan, hal tersebut bisa menjadi
menerus tanpa adanya tindakan preventif
Dian Rawar Prasetyo

potensi penyakit akibat kerja seperti


pneumoconiosis akibat penumpukan debu pada
106101003313
paru.
MASYARAKAT
Berdasarkan PROGRAM
hal di STUDI
atas KESEHATAN
perlu dibuktikan
apa saja faktor-faktor yang
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

berhubunganUNIVERSITAS
terhadap kapasitas
vital paru
diHIDAYATULLAH
dalam suatu penelitian.
ISLAM NEGERI
SYARIF
JAKARTA Untuk itu penulis
1431 H/2010 M

bermaksud melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan terhadap


kapasitas vital paru pekerja bengkel las. Sehingga diharapkan dengan adanya penelitian
ini dapat dilakukan tindakan preventif seperti pelatihan atau penyuluhan pada pekerja
las untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan akibat hubungan kerja pada
pekerja di bengkel las.

B. Rumusan Masalah
Pada
bengkel las,
kondisi
lingkungan
kerja
yang VITAL
berpotensi
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
PARU menimbulkan
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

dampak kesehatan terhadap pekerja diantaranya adalah paparan debu padat, asap
pembakaran dan paparan panas. Menurut (Depkes RI, 2003) debu dapat menyebabkan
SKRIPSI selama bekerja terus menerus. Bila alveoli
kerusakan paru dan fibrosis bila terinhalasi

mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara sehingga


kemampuan mengikat oksigen menurun.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 pekerja bengkel las
di Pisangan, diketahui pekerja las yang mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan
sebanyak 5 orang atau sebesar 50% dan restriksi kapasitas vital paru sedang sebanyak 1
orang atau sebesar 10 % dan sebanyak 4 orang atau 40% memiliki kapasitas vital paru
Oleh:
normal. Artinya dari 10 pekerja las diketahui
ada beberapa pekerja las yang mengalami
Dian Rawar Prasetyo

restriksi kapasitas vital paru.

106101003313

Berdasarkan latar belakang dan penelitian di atas disinyalir ada faktor-faktor


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
yang berhubungan dengan
kapasitas vital paru. Faktor-faktor yang berhubungan dengan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

kapasitas vital
paru antaraISLAM
lain NEGERI
adalah SYARIF
: umur,HIDAYATULLAH
jenis kelamin,JAKARTA
penggunaan APD, riwayat
UNIVERSITAS
1431 H/2010 M

penyakit dan pekerjaan, kebiasaan merokok dan olahraga, serta status gizi. Dengan
demikian diperlukan adanya suatu penelitian yang membuktikan adanya faktor-faktor
yang berhubungan dengan kapasitas vital paru.

C. Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana
gambaran
kapasitas
vital paru
pekerja
bengkel
las PARU
di Pisangan Tahun
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

2010?
2. Bagaimana gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010?

SKRIPSI

3. Bagaimana gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?


4. Bagaimana gambaran kebiasaan merokok pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
5. Bagaimana gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
2010?
6. Bagaimana gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010?

Oleh:

Dian penyakit
Rawar Prasetyo
7. Bagaimana gambaran riwayat
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun
106101003313

2010?
8. Bagaimana gambaran masa kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010 ?
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

9. Apakah ada hubungan


antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru pekerja
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
bengkel UNIVERSITAS
las di Pisangan
Tahun 2010?
1431 H/2010 M

10. Apakah ada hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
11. Apakah ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010?

12. Apakah ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru
pekerja
bengkel las YANG
di Pisangan
Tahun 2010?
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

13. Apakah ada hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
SKRIPSI
14. Apakah ada hubungan antara riwayat
penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja

bengkel las di Pisangan Tahun 2010?


15. Apakah ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010?
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru
pada pekerja bengkel las di Pisangan tahun 2010
Oleh:

2. Tujuan Khusus

Dian Rawar Prasetyo


106101003313

a. Diketahuinya gambaran kapasitas vital paru pekerja bengkel las di Pisangan


Tahun 2010
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

b. Diketahuinya
gambaran penggunaan APD (Masker) pekerja bengkel las di
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pisangan
Tahun 2010
1431 H/2010 M

c. Diketahuinya gambaran umur pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010


d. Diketahuinya gambaran kebiasaan merorok pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010
e. Diketahuinya gambaran kebiasaan olahraga pekerja bengkel las di Pisangan
Tahun 2010

f. Diketahuinya gambaran IMT (Indeks Masa Tubuh) pekerja bengkel las di


Pisangan Tahun
2010
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

g. Diketahuinya gambaran riwayat penyakit pekerja bengkel las di Pisangan


Tahun 2010
SKRIPSI
h. Diketahuinya gambaran masa
kerja pekerja bengkel las di Pisangan Tahun

2010
i. Diketahuinya hubungan antara umur pekerja dengan kapasitas vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
j. Diketahuinya hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan kapasitas
vital paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
k. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital
paru pekerja bengkel di Pisangan Tahun 2010
Oleh:

Dian Rawar
l. Diketahuinya hubungan
antaraPrasetyo
kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital
106101003313

paru pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010


m. Diketahuinya hubungan antara IMT (Indeks Masa Tubuh) dengan kapasitas
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

vital paru
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
n. Diketahuinya
hubungan riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru pekerja
1431 H/2010 M

bengkel las di Pisangan Tahun 2010


o. Diketahuinya hubungan antara masa kerja dengan
pekerja bengkel las di Pisangan Tahun 2010

kapasitas vital paru

10

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat
Bagi Pengelola
bengkel lasDENGAN KAPASITAS VITAL PARU
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan serta pemahaman


pengelola bengkel las mengenai penurunan kapasitas vital paru yang disebabkan
SKRIPSI
oleh kondisi lingkungan kerja
yang tidak nyaman. Sehingga pekerja secara

mandiri dapat melakukan upaya-upaya perlindungan terhadap kesehatan kerja


dan terhindar dari penyakit akibat kerja.

2. Manfaat Bagi Peneliti


Melatih pola pikir sistematis dalam menghadapi masalah-masalah khusunya
dalam bidang Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Dan menjadi referensi bagi
penelitian yang selanjutnya.
Oleh:

F. Ruang Lingkup

Dian Rawar Prasetyo


106101003313

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai November 2010. Adapun
lokasinya bengkel las yang ada di sekitar kelurahan Pisangan. Penelitian ini
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

bertujuan untukFAKULTAS
mengetahui
faktor-faktor
yangKESEHATAN
berhubungan dengan kapasitas vital
KEDOKTERAN
DAN ILMU
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
paru pekerja
bengkel las di Pisangan Tahun 2010. Penelitian ini bersifat kuantitaif
1431 H/2010 M

dengan desain cross sectional (potong lintang). Sasaran penelitian adalah pekerja
bengkel las yang ada di sekitar Pisangan dengan jumlah sampel 37 orang.
Hal tersebut dilakukan karena berdasarkan hasil studi pendahuluan yang
dilakukan pada 10 pekerja bengkel las di sekitar Pisangan, diketahui ada 4 pekerja
mengalami restriksi kapasitas vital paru ringan. Data-data yang diperoleh berasal

11

dari data primer. Data primer diperoleh dan dikumpulkan dari objek penelitian
ataupun
responden selama
penelitian. Data
tersebut
disajikan
dalam
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU tabel distribusi
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

frekuensi, kemudian dilakukan uji statistik dengan rumus chisquare untuk melihat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
SKRIPSI

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

BAB II
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

TINJAUAN PUSTAKA

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

A. Kapasitas vital paru


Kapasitas vital paru SKRIPSI
(KVP) sama dengan volume cadangan inspirasi
ditambah volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah
udara maksimum yang dapat dikeluarkan seseorang dari paru, setelah terlebih
dahulu mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya
(kira-kira 4600 mL) (Guyton, 1997).
Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang
berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan
inspirasi, volume tidal dan Oleh:
cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan
Dian Rawar Prasetyo

menyuruh individu melakukan


inspirasi maksimum, kemudian menghembuskan
106101003313
sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur (Corwin, 2001).
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Kapasitas
vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

dikeluarkan
dari ISLAM
paru, NEGERI
setelahSYARIF
udaraHIDAYATULLAH
dipenuhi secara
maksimal (Tambayong,
UNIVERSITAS
JAKARTA
2001).

1431 H/2010 M

Tabel 2.1

(Sumber: ATS American Thoracis Society)

12

13

Tabel 2.2
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

(Sumber: Koesyanto & Eram TP, 2005)

Menurut Saptari dalam Simaela (2000) mengatakan bahwa KVP dapat


diklasifikasikan menjadi dua kategori yaitu:
1. Normal: KVP > 75%
2. Restriksi : KVP< 75%

14

Berdasarkan hasil penelitian Rini (1998) di mojokerto menunjukan bahwa


penurunan
kapasitasYANG
vitalBERHUBUNGAN
paru pada DENGAN
pekerja KAPASITAS
pemecah VITAL
batu,PARU
dengan gangguan
FAKTOR-FAKTOR
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

restriksi sebesar 67%, ia menyimpulakn bahwa penurunan kapasitas vital paru terjadi
karena penurunan elastisitas paru yang di sebabkan oleh fibrosis akibat pajanan debu
SKRIPSI
yang diduga mengandung silica. Sedangkan
berdasarkan hasil penelitian Adi (2007)

pada pabrik pembuatan genteng, diketahui 35 (85%) pekerja mengalami restriksi dari
41 orang pekerja.
B. Sistem pernapasan manusia
1.

Anatomi
Menurut Syaifudin (1997) anatomi pernapasan terdiri dari :
a. Rongga hidung
Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama,
Oleh:

mempunyai 2 lubang
(kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
nasi). Rongga hidung
ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya

akanpembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua


STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
selaputPROGRAM
lendir semua
sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

rongga hidung.
RonggaSYARIF
hidung
mempunyaiJAKARTA
fungsi
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
HIDAYATULLAH

sebagai panyaring

1431 H/2010 M

udara pernapasan oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan


oleh mukosa (Syaifudin,1997).
b. Faring/tekak
Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan
pernapasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar

15

tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang
leher (Syaifudin,
1997). Dalam
faring
terdapat
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITALtuba
PARU eustachii

yang

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan


udara pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan. Pada
daerah laringo farings SKRIPSI
bertemu sistem pernapasan dan pencernaan.Udara
melalui bagian anterior ke dalam laring, dan makanan lewat posterior ke
dalam esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Tambayong, 2001).
Faring mempunyai fungsi sebagai saluran bersama bagi sistem
pernapasan maupun pencernaan.
c. Laring
Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan
suara yang terletak di Oleh:
depan bagian faring sampai ketinggian vertebra
Dian Rawar Prasetyo

servikalis dan masuk ke dalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan


106101003313

itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,
yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

kitamenelan
menutupi
laring
(Syaifudin, 1997). Dalam laring
FAKULTASmakanan
KEDOKTERAN
DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara.Suara


1431 H/2010 M

dibentuk dari getaran pita suara.Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang


dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan
posisi bibir, lidah dan platum mole (Tambayong, 2001).

16

d. Batang tenggorok
Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang
berbentuk seperti kaki kuda (huruf C). Trakea dilapisi epitel bertingkat
dengan silia dan sel SKRIPSI
goblet.Sel goblet menghasilkan mukus dan silia
berfungsi menyapu pertikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung,
ke arah faring untuk kemudian ditelan / diludahkan / dibatukkan. Panjang
trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh
otot polos (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001). Batang tenggorok dapat
berfungsi dalam mengeluarkan benda-benda asing yang masuk bersama
udara pernapasan yang dilakukan oleh sel-sel bersilia.

e. Cabang tenggorok

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo


Cabang tenggorok
merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah
106101003313

yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke 4 dan ke 5. Bronkus


mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

samaFAKULTAS
(Syaifudin,
1997). Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dan
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

terdiri dari 6-8 cincin, punya 3 cabang.Bronkus kiri lebih panjang dan
1431 H/2010 M

ramping, dan terdiri dari 9-12 cincin punya 2 cabang.Bronkus bercabangcabang yang lebih kecil disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru
atau gelembung hawa / alveoli (Syaifudin, 1997; Tambayong, 2001).

17

f. Paru
Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

gelembung (gelembung hawa / alveoli). Gelembung ini terdiri dari sel-sel


epitel dan endotel. Pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen
masuk kedalam darah
dan karbondioksida dikeluarkan dari darah.
SKRIPSI
Pembagian paru ada 2, yaitu : paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru),
lobus pulma dekstra superior, lobus media dan lobus superior. Tiap lobus
tersusun oleh labulus. Tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih
kecil bernama segmen (Syaifudin,1997). Paru terletak pada rongga dada
datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum.
Pada bagian tengah itu terdapat tumpuk paru / hilus. Pada media stinum
depan terletak jantung. Paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Oleh:

Pleura dibagi menjadi


2, yaitu
:
Dian Rawar
Prasetyo
106101003313

1) Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang


langsung membungkus paru.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

2) Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
H/2010
M
luar. Antara 1431
kedua
pleura
ini terdapat rongga (kavum pleura).

(Syaifudin,1997) Dalam paru terdapat alveoli yang berfungsi


dalam pertukaran gas O2 dengan CO2 dalam darah (Tambayong,
2001).

18

2. Fisiologi
Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida yang

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen dan
karbondioksida pada pernapasan melalui paru / pernapasan eksterna.Oksigen
dipungut melalui hidung SKRIPSI
dan mulut. Saat bernafas, oksigen masuk melalui
trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan dengan
darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, 1997).
Proses pernapasan dibagi empat peristiwa, yaitu :
a. Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke
bagian alveoli dari paru.
b. Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah
disekitar alveoli.

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

c. Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel


106101003313

d. Pengaturan ventilasi (Guyton, 1997).


3. Penyakit PROGRAM
Paru
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
ILMU KESEHATAN
Menurut
Guyton,
(1997) DAN
menyatakan
bahwa penyakit yang dapat
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

mempengaruhi kapasitas paru


meliputi :
1431 H/2010 M
a. Emfisema paru kronik
Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi
kronik, kelebihan mukus dan edema pada epitel bronkiolus yang
mengakibatkan terjadinya obstruktif dan dekstruktif paru yang kompleks
sebagai akibat mengkonsumsi rokok.

19

b. Pneumonia
Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, yaitu: 1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

penurunan luas permukaan membran napas, 2) menurunnya rasio


ventilasi perfusi Kedua efek ini mengakibatkan menurunnya kapasitas
paru.

SKRIPSI

c. Atelektasi
Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps. Akibatnya
terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran darah meningkat dan
terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah sehingga volume paru
berkurang.
d. Asma
Pada penderita asma
Oleh: akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi
Dian Rawar Prasetyo

dan volume inspirasi.

106101003313

e. Tuberkulosis
Pada penderita
tuberkulosis
stadium lanjut
PROGRAM
STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT

banyak timbul daerah

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional sehingga


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

mengurangi kapasitas1431
paru.
H/2010 M
f. Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari
penghirupan debu organik (Ikhsan, 2001).

20

Beberapa penyakit pada jalan pernapasan antara lain adalah: asma,


bronkitis YANG
akut, BERHUBUNGAN
bronkitis kronik,
karsinoma
FAKTOR-FAKTOR
DENGAN
KAPASITASbronkogenik
VITAL PARU

dan bisinosis

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

(Ikhsan, 2001)
4. Cara Ukur Kapasitas Vital Paru
SKRIPSI

Cara pengukuran kapasitas vital paru pekerja las adalah menggunakan alat
spirometer Autospiro Minato AS 505.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
c. Pilih tombol FVC pada spirometer
Oleh:

d. Lakukan inspirasi maksimal


Dian Rawar Prasetyo
106101003313

e. Kemudian lakukan ekspirasi maksimal ke dalam spirometer


f. Hasil pengukuran dapat dilihat pada spirogram yang telah dicetak
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
(Minato
Medical
Science., DAN
Ltd).ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

C. Kapasitas paru

1431 H/2010 M

Menurut Guyton (1997), kapasitas paru dapat diuraikan sebagai berikut :


1.

Kapasitas inspirasi
Adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai
pada tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah
maksimum (kira-kira 3500 mL)

21

2.

Kapasitas residu fungsional


Adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

(kira-kira 2300 mL).


3.

Kapasitas paru total


SKRIPSI dimana paru dapat dikembangkan sebesar
Adalah volume maksimum

mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).


D. Debu
Paparan debu dalam bengkel las ada beberapa macam, antara lain asap
pembakaran, uap logam, paparan panas. Uap itu sendiri berasal dari sisa pengelasan,
grinding, dan cutting. Menurut Fardiaz (1999), debu adalah partikel yang dihasilkan
oleh proses mekanisme seperti penghancuran batu, pengeboran, peledakan pada tambang
Oleh:
timah putih, batu bara dan lain sebagainya.
Dian Rawar Prasetyo

1. Padat (solid)

106101003313

a. Dust
Terdiri
ukuran submikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN
KESEHATAN
adalah ukuran
yang
bisa terhisap
keILMU
dalam
sistem pernafasan (< 100 mikron )
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

dapat terhisap ke dalam 1431


tubuh
(Fardiaz, 1999).
H/2010 M
b. Smoke
Adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak
sempurna dan berukuran 0,5 mikron (Fardiaz, 1999).

22

c. Fumes
Adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

kondensasi. Pemanasan berbagai logam menghasilkan uap logam yang


kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes (Fardiaz,

1999).

SKRIPSI

2. Cair (liquid)
Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan
melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh: hair spray dan atau obat
nyamuk semprot (Fardiaz, 1999). Debu industri yang ada di udara:
a. Particulatte matter
Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan
Oleh:
segera mengendap karena
daya tarik bumi.
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
b. Suspended particulatte
matter

Adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah


mengendap
(Fardiaz,
1999).
PROGRAM
STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

3.

UNIVERSITAS
ISLAMdebu
NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ukuran
partikel
1431 H/2010 M
Ukuran debu sangat
berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada

saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target
organ sebagai berikut :
a. 5 10 mikro, akan tertahan olah cilia pada saluran pernapasan bagian
atas
b. 3 5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah

23

c. 1 3 mikron, sampai di permukaan alveoli


FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARUlendir
d. 0,5 1YANG
mikron,
hinggap diDENGAN
permukaan
alveoli,
selaput

sehingga

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

menyebabkan fibrosis paru

e. 0,1 0,5 mikron, melayang di permukaan alveoli


Debu, aerosol dan gas SKRIPSI
iritan kuat menyebabkan refleks batuk atau spasme
laring (penghentian pernapasan). Kalau zat-zat ini menembus ke dalam paru-paru
dapat terjadi bronkhitis toksik, edema paru atau pneumonitis (WHO, 1993).
Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang membahayakan adalah ukuran
0,1 5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu yang
membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron (Pudjiastuti, 2003). Berdasarkan
Kepmenkes RI NO. 1405/MENKES/SK/XI/2002, tanggal 19 November 2002
tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran yaitu meliputi
Oleh:

Rawar
Prasetyo
semua ruangan, halaman,Dian
dan
area
sekelilingnya yang merupakanbagian atau
106101003313

yang berhubungan dengan tempat kerja untuk perkantoran. Kandungan debu


maksimal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-rata 8 jam adalah
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

sebesar 0,15FAKULTAS
mg/m3untuk
debu total dengan suhu 18-28oC. Sedangkan untuk
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
persyaratan
kesehatan lingkungan di industri yang meliputi semua ruangan dan
1431 H/2010 M

area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan


tempat kerja untuk memproduksi barang hasil industri adalah sebesar 10 mg/m3
untuk debu total dengan suhu 18-300 0C (Depkes RI, 2002).

24

E. Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Vital Paru Pekerja Bengkel Las


Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

sehingga frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan
faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara lain :
SKRIPSI

1. Umur

Dikatakan bahwa fungsi pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat


pada masa anak anak dan mencapai maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian
akan menurun lagi sesuai dengan pertambahan umur. Kapasitas difusi paru,
ventilasi paru, ambilan oksigen kapasitas vital dan semua parameter faal paru
yang lain akan menurun sesuai dengan pertambahan umur, setelah mencapai titik
maksimal pada usia dewasa muda (Pollock ML, 1971)
Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.
Oleh:

Dianmaka
Rawarsemakin
Prasetyo besar kemungkinan terjadi penurunan
Semakin tua usia seseorang
106101003313

fungsi paru (Suyono, 2001). Kekuatan otot maksimal pada usia 20-40 tahun dan
akan berkurang sebanyak 20 % setelah usia 40 tahun (Pusparini, 2003).
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Kebutuhan zat
tenaga terus meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
tahunUNIVERSITAS
berkurangnya
kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya
1431 H/2010 M

kekuatan fisik.
Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan
dan kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali
per menit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar
30 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi pernapasan

25

lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi KVP pada
orang
dewasa lebih
besar
dibanding DENGAN
anak-anak
dan bayi.
Dalam
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARUkondisi tertentu
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit, pernapasan bisa
bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997). Dalam penelitian Siti M
SKRIPSI
(2006), semakin bertambah usia
maka akan dapat menurunkan kapasitas vital

paru seseorang. Begitupun hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada
pabrik genteng menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur
seseorang dengan kapasitas vital paru.
2.

Jenis kelamin
Menurut Guyton (1997) volume dan kapasitas seluruh paru pada wanita

kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dari pada pria, dan lebih besar lagi pada
atletis dan orang yang bertubuh
besar daripada orang yang bertubuh kecil dan
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo

astenis. Menurut Tambayong (2001) disebutkan bahwa kapasitas paru pada pria
106101003313

lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
3. Riwayat penyakit
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Kondisi
kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Kekuatan otot-otot pernapasan


dapatM berkurang akibat sakit (Ganong, 2002).
1431 H/2010
Seperti asma, pasca Tb, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronik), penyakit
sistemik.

Terdapat

riwayat

pekerjaan

yang

menghadapi

debu

akan

mengakibatkan pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan


dengan menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja
(Sumamur, 1996). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Adi (2007) pada

26

pabrik genteng, menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit
pernafasan
dengan
kapasitas
vital paru.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

4. Riwayat pekerjaan
Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat
SKRIPSI

kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat menyebabkan


gangguan paru (Sumamur, 1996) seperti debu hasil penggerindaan, pemotongan,
dan pengampelasan pada proses pengelasan. Hubungan antara penyakit dengan
pekerjaan dapat diduga dengan adanya riwayat perbaikan keluhan pada akhir
minggu atau hari libur diikuti peningkatan keluhan untuk kembali bekerja,
setelah bekerja di tempat yang baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat
kerja. Riwayat pekerjaan dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar
dengan pekerjaan berdebu, hobi,
Oleh: pekerjaan pertama, pekerjaan pada musimDian Rawar Prasetyo

musim tertentu, dan lain-lain (Ikhsan, 2002).


106101003313

5. Kebiasaan merokok
Merokok
dapatSTUDI
menyebabkan
struktur dan fungsi saluran
PROGRAM
KESEHATAN perubahan
MASYARAKAT
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
pernapasan FAKULTAS
dan jaringan
paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat penurunan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

faal paru. Penurunan volume1431


ekspirasi
H/2010 Mpaksa pertahun adalah 28,7 mL untuk non
perokok, 38,4 mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk perokok aktif.
Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu hanya sekitar
sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003).
Inhalasi

asap

tembakau

baik

primer

maupun

sekunder

dapat

menyebabkan penyakit saluran pernapasan pada orang dewasa. Asap rokok

27

mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih


merendahkan
kapasitas
vital paru DENGAN
dibandingkan
beberapa
bahaya kesehatan
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

akibat kerja (Suyono, 2001). Seseorang dapat dikatakan perokok ringan apabila
merokok kurang dari 10 batang perhari, dikatakan perokok sedang apabila
SKRIPSI
merokok 10-20 batang perhari
dan dikatakan perokok berat apabila merokok

lebih dari 20 batang perhari. Dr. M.N. Bustan (2000)


6.

Kebiasaan Olah raga


Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik,

gangguan faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya,


latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorang
yang aktif dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan
kebugaran yang lebih tinggi serta
kapasitas paru yang meningkat (Sahab, 1997).
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo

Kapasitas vital paru


dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang
106101003313
melakukan olahraga. Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui paruparu sehinggaPROGRAM
menyebabkan
oksigen dapat
berdifusi ke dalam kapiler paru
STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Menurut penelitian


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 kapasitas
H/2010 M vital paru orang Indonesia yang tidak
(Adriskanda, dkk 1997), nilai

olahraga adalah 3,6 liter, sedangkan orang Indonesia yang olahraga adalah
4,2 liter. Pengaruh olahraga adalah melatih otot pernapasan, meningkatkan
kekuatan dan efisiensi otot (Cooper, 1977). Kapasitas vital pada seorang atlet
akan lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Guyton, 1997).
Menurut Guyton (1997), kebiasaan olah raga akan meningkatkan kapasitas vital

28

paru 30 40 %. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Adi (2007)


terdapat
hubungan
antara
kebiasaan olahraga
dengan kapasitas
vital paru.
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

7.

Status gizi
Kesehatan dan daya kerja sangat erat kaitannya dengan tingkat gizi
SKRIPSI

seseorang. Tubuh memerlukan zat-zat dari makanan untuk pemeliharaan tubuh,


perbaikan kerusakan sel dan jaringan. Zat makanan tersebut diperlukan juga
untuk bekerja dan meningkat sepadan dengan lebih beratnya pekerjaan
(Sumamur P.K, 1996). Tanpa makan dan minum yang cukup kebutuhan energi
untuk bekerja akan diambil dari cadangan sel tubuh. Kekurangan makanan yang
terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu (Depkes RI,
1990).
Oleh:

Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa (usia 18


Dian Rawar Prasetyo

tahun ke atas) merupakan 106101003313


masalah penting, karena selain mempunyai resiko
penyakit tertentu, juga dapat mempengaruhi produktivitas kerja. Akibat
kekurangan zat
gizi, maka
simpanan
zatMASYARAKAT
gizi pada tubuh akan digunakan untuk
PROGRAM
STUDI
KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

memenuhi kebutuhan. Bila hal ini berlangsung lama, maka simpanan zat gizi
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010
M
akan habis dan terjadi kemerosotan
jaringan,
dengan meningkatnya defisiensi zat

gizi maka muncul perubahan biokimia dan rendahnya zatzat gizi dalam darah,
berupa rendahnya tingkat Hb, serum vitamin A dan karoten. Dapat pula terjadi
peningkatan beberapa hasil metabolisme seperti asam laktat dan piruvat pada
kekurangan tiamin. Bila keadaan ini berlangsung lama, akan mengakibatkan

29

terjadinya perubahan fungsi tubuh yang tanda-tandanya, yaitu kelemahan,


pusing,
kelelahan,YANG
nafas
pendek dan lain-lain
(Nyoman,VITAL
2001).
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang


kurus tinggi biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek
SKRIPSI

(Nyoman, 2001), status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak
dapat menurunkan compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru
akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru akan menurun (Nyoman, 2001).
Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Tabel
Oleh:

2.3

Dian Rawar
Prasetyo
Kategori Ambang
Batas
IMT untuk Indonesia

Kategori IMT
Kurus

106101003313

IMT

Kekurangan BB tk Berat

< 17
17,0 18,5

PROGRAM STUDIKekurangan
KESEHATAN MASYARAKAT
BB tk Ringan

Normal

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

> 18,5 25,00

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Gemuk

Kelebihan
1431
H/2010 M BB

tk Ringan

Kelebihan BB tk Berat
Sumber: (Nyoman, 2001)

25,00 27,0
> 27,0

30

8.

Alat Pelindung Diri (Masker)


Harry dalam Amin (1985) menyatakan pemakaian APD sangat penting

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

sebagai garis pertahanan untkuk melindungi pemakai sebagai akibat dari


kelalaian atau kondisi yang tidak diperkirakan. Alat pelindung diri adalah
seperangkat alat yang digunakan
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau
SKRIPSI
seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan. Alat ini digunakan
seseorang dalam melakukan pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi
dirinya dari sumber bahaya tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun
dari lingkungan kerja. Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat
melindungi tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang
mungkin terjadi (Budiono, 2003).
Perlindungan tenaga kerja
Oleh: melalui usaha-usaha teknis pengamanan
Dian Rawar Prasetyo

tempat, peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun,
106101003313

kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya,


sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri haruslah enak
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

dipakai, tidak
mengganggu
kerja DAN
danILMU
memberikan
FAKULTAS
KEDOKTERAN
KESEHATANperlindungan yang efektif
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(Sumamur, 1996).

1431 H/2010 M

Pilihan peralatan di bidang ini amat luas, mulai dari masker debu sekali
pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi sendiri dan banyak kebingungan kapan
alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru, dapat membahayakan
pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan pemakian juga diperlukan,
tak tergantung pada alat apa yang dipakai, demikian juga harus tersedia fasilitas

31

pemeliharaan dan pembersihan (Gill, 2005). Berdasarkan hasil penelitian yang


dilakukan
Adi (2007)
menunjukanDENGAN
ada hubungan
penggunaan APD
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
KAPASITAS antara
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

(masker) dengan kapasitas vital paru.


a.

Jenis Alat Pelindung Diri (Masker)


1)

SKRIPSI

Masker

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikelpartikel yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat
dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu.
a) Masker penyaring debu
Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap
pembakaran, dan debu.
Oleh:

b) Masker berhidung

Dian Rawar Prasetyo

Masker
ini dapat menyaring debu atau benda sampai
106101003313
ukuran 0,5 mikron.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

c) Masker bertabung

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Masker
punya
filter yang JAKARTA
lebih baik
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERIini
SYARIF
HIDAYATULLAH

daripada masker

1431 H/2010 M
barhidung. Masker
ini tepat digunakan untuk melindungi

pernafasan dari gas tertentu.


2)

Respirator
a) Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu
pernapasan. Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru
menjadi penggeraknya.

32

b) Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik


dan dirancang
menutupi
dan VITAL
mulut.
Alat
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
DENGANhidung
KAPASITAS
PARU

ini memiliki

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

cartridge yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta
uap.Bagian muka bertekanan negatif, karena hisapan dari paru.
SKRIPSI

c) Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan


dirancanguntuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium
filter dipasang didalam kanister yang langsung disambung
dengan sambungan lentur.Dengan kanister yang sesuai, alat ini
cocok untuk debu, gas dan uap.Bagian muka mempunyai
tekanan negatif, karena paru menghisap disana.
d) Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka,
Oleh:

dibuat dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan


Dian Rawar Prasetyo

106101003313
positif dengan
jalan mengalirkan udara melalui filter, dengan

bantuan kipas baterai. Kipas itu, filter dan baterainya biasa


PROGRAM
STUDI disabuk
KESEHATAN
MASYARAKAT
dipasang
pinggang,
dengan

pipa lentuk yang

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1431 H/2010 M

e) Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter


yang dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah
bawah,

diatas

muka

pekerja

di

dalam

topeng

yang

menggantung. Topeng dapat dipasang bersama tameng-tameng


pinggir, yang dapat diukur untuk mencocokkan dengan muka

33

pekerja.Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Sedangkan filter


dan adsorbent
tersedia
danKAPASITAS
jenis untuk
pengelas
FAKTOR-FAKTOR YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL
PARU

juga tersedia

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

(Gill, 2005).
9. Masa Kerja
SKRIPSI

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja pada suatu kantor,
badan dan sebagainya (KBBI, 2001). Menurut Mila (2006), masa kerja adalah
lamanya seorang tenaga kerja bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan
perusahaan, dihitung mulai saat bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam
peneiltian Setiyani (2005), dalam lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja
dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan.
Menurut Fahmi (1990) yang dikutip oleh Solech (2001), menyebutkan bahwa
masa kerja dapat dikategorikan Oleh:
menjadi dua yaitu:
Dian Rawar Prasetyo

1. Masa kerja baru (< 5 tahun


)
106101003313
2. Masa kerja lama ( 5 tahun )
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Semakin
lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

terpapar
bahaya yang
oleh
lingkunganJAKARTA
kerja tersebut (Sumamur,
UNIVERSITAS
ISLAMditimbulkan
NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
1431 H/2010 M

1996). Sedangkan berdasarkan hasil penelitian Ulinta (1998) di bandung,


mengatakan bahwa masa kerja di suatu perusahaan yang mengandung banyak
debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis.

34

10. Pengelasan
Las adalah suatu cara untuk menyambung benda padat dengan jalan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

mencairkannya

melalui

pemanasan.

Untuk

berhasilnya

penyambungan

diperlukan bebebrapa persyaratan yang harus dipenuhi, yakni (Sriwidharto,


1987):

SKRIPSI

a. Bahwa benda padat tersebut dapat cair/lebur oleh panas


b. Bahwa antar benda-benda padat yang disambung tersebut terdapat
kesuaian sifat lasnya sehingga tidak melemahkan atau menggagalkan
sambungan tersebut
c. Bahwa cara-cara penyambungan sesuai dengan sifat benda padat dan
tujuan penyambungan
Oleh:

1. Klasifikasi proses pengelasan


Dian Rawar Prasetyo

Dewasa ini teknologi


pengelasan telah berkembang begitu pesat, lebih
106101003313
dari 40 jenis pengelasan telah dikenal orang dan digunakan dalam praktek
penyambungan
logam.
Karena
begituMASYARAKAT
banyaknya jenis-jenis pengelasan maka
PROGRAM
STUDI
KESEHATAN
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
dibuatlahFAKULTAS
klasifikasi.
Menurut cara pelaksanaan sambungannya, proses
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

pengelasan diklasifikasikan
menjadi
1431 H/2010
M las cair (las gas), las listrik, dan solder
atau brazing (sriwidharto, 1987)
a. Las Gas
Las gas adalah cara pengelasan dimana panas yang digunakan untuk
pengelasan diperoleh dari nyala api pembakaran bahan bakar gas dengan
oksigen (zat asam). Bahan bakar gas yang biasa digunakan pada

35

pengelasan gas adalah gas asetilen (gas karbit). Untuk pekerjaan yang
tidak memerlukan
suhu terlalu
tinggiKAPASITAS
digunakan
jenisPARU
gas
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL

lain, misalnya

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

propan, gas alam (methan) dan LPG (liquid petroleum gas). Gas-gas
tersebut mempunyai nilai panas yang rendah dari gas asetilen. Bahan
bakar gas yang paling SKRIPSI
banyak digunakan dalam proses pengelasan adalah
gas asetilen, sehingga las gas pada umumnya diartikan sebagai las
oksiasetilen.
b. Las Listrik
Las listrik atau las busur adalh cara pengelasan dengan menggunakan
tenaga listrik sebagai sumber panasnya . beberapa macam proses las yang
termasuk pada kelompok las listrik adalah las listrik terak, las listrik gas,
las resisitansi listrik, las Oleh:
resistansi titik.
Dian Rawar Prasetyo

c. Solder atau Brazing


106101003313
Penyolderan adalah cara penyambungan logam dibawah pengaruh
penyaluran
panas
dengan
bantuan
logam menyambung (solder) yang
PROGRAM
STUDI
KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
mempunyai
titik lebur rendah dari pada logam yang akan disambungkan.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Pada proses solder 1431


atauH/2010
brazing,
hanya bahan penyambungannya saja
M
yang dicairkan , sedangkan bahan dasrnya dipanaskan sampai suhu cair
bhan penyambung tersebut.

36

d. Spot Welding
Las titik atau spot welding biasanya banyak digunakan dalam

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

pembuatan mobil. Kurang lebih 4000 las titik terdapat dalam pengelasan
satu kendaraan utuh. Spot welding merupakan salah satu jenis dari las
tahanan listrik. Las tahanan
SKRIPSIlistrik adalah suatu cara pengelasan dimana
permukaan pelat yang disambung ditekankan satu sama lain dan pada sat
yang sama arus listrik dialirkan sehingga permukaan tersebut menjadi
panas dan mencair karena adanya resistansi listrik

2. Potensi Bahaya Pengelasan


Potensi bahaya pengelasan yang dapat ditimbulkan dari proses
pengelasan antara lain meliputi (National Safety Council, 2002) :
Oleh:

a. Bahaya cahaya
dan
sinar
berbahaya
Dian
Rawar
Prasetyo
106101003313

Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat
membahayakan juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU
KESEHATAN
Cahaya
tersebut
meliputi cahaya
yang
dapat dilihat atau cahaya tampak,
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

sinar ultraviolet dan sinar infra merah. Karena hal ini maka pencegahan
1431 H/2010 M

terhadap bahaya dari cahaya harus dipersyaratkan.


1) Sinar ultra violet
Sinar ultra violet sebenarnya adalah pancaran yang mudah
terserap, tetapi sinar ini mempunyai pengaruh yang besar terhadap
reaksi kimia yang terjadi dalam tubuh. Bila sinar ultraviolet yang

37

terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka
pada YANG
mataBERHUBUNGAN
akan terasa DENGAN
seakan-akan
ada VITAL
bendaPARU
asing
FAKTOR-FAKTOR
KAPASITAS

didalamnya.

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Dalam waktu antar 6 sampai 12 jam kemudian mata menjadi sakit


selama 6 sampai 24 jam. Pada umumnya rasa sakit ini akan hilang
setelah 48 jam.

SKRIPSI

2) Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan
oleh lensa dan kornea ke retina. Bila cahaya ini terlalu kuat maka
mata akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu lama mungkin akan
menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga sementara.
3) Sinar infra merah
Adanya sinar infra merah tidak segera terasa oleh mata,
Oleh:
Dian ini
Rawar
Prasetyo
karena itu sinar
lebih
berbahaya sebab tidak diketahui, tidak
106101003313

terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar infra merah terhadap mata
sama dengan pengaruh panas, yaiutu menyebabkan pembengkakan
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

mata pada kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS
NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
terlalu ISLAM
dini dan
terjadinya
kerabunan. Jelas
disini

bahwa akibat dari

1431 H/2010 M

pada sinar inframerah jauh lebih berbahaya dari pada kedua cahaya
yang lainnya.

38

b. Bahaya Arus Listrik


Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

arus dan keadaan badan manusia. Tingkat dari kejutan dan hubungannya
dengan besar arus adalah sebagai berikut :
SKRIPSI

1) Arus 1mA hanya menimbulakn kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.
2) Arus 5 mA akan memberikan simulasi yang cukup tinggi pada
otot dan menimbulkan rasa sakit.
3) Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit hebat.
4) Arus 20 mA akan menyebakan terjadi pengerutan otot sehingga
orang yang terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan
orang lain.

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo

5) Arus 50 mA sudah sangat berbahaya.


106101003313

6) Arus 100 mA akan mengakibatkan kematian.


PROGRAM
KESEHATAN
c. Bahaya
gasSTUDI
dalam
asap las MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Gas-gas berbahya yang terjadii pada waktu pengelasan adalh gas

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

karbon monoksida (CO),


Karbon
dioksida (CO2), Ozon (O3) dan gas
1431 H/2010
M
nitrogen dioksida (NO2). Disamping itu mungkin ada gas-gas beracun
yang terbentuk karena penguraian dari bahan-bahan pembersih dan
pelindung terhadap karat.

39

1) Gas Karbon monoksida


Gas CO mempunyai afinitas yang tinggi terhadap hemoglobin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

yang dengan sendirinya akan menurunkan daya penyerapannya


terhadap oksigen. Harga TLV untuk gas ini adalah 50 ppm.
SKRIPSI

2) Gas karbon dioksida (CO2)


Sebenarnya gas CO2 sendir tidak berbahaya terhadap tubuh,
tetapi bila konsentrasinya terlalu tinggi konsentrasi oksigen di udara
akan menurun dan dapat membahayakan, terutama dalam ruang
tertutup. Harga TLV untuk gas ini adalah 5.000 ppm.

3) Gas ozon (O3)


Oleh:

Bila seseorang bernapad dengan udara yang mengandung 0,5


Dian Rawar Prasetyo

ppm O3 selama106101003313
3 jam maka akan merasakan sesak napas. Bila
konsentrasinya mencapai 1 atau 2 ppm dalam waktu 2 jam akan
PROGRAM
STUDIsakit
KESEHATAN
merasa
pusing,
dada MASYARAKAT
dan kekeringan pada pipa pernapasan.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Harga TLV untuk gas ini adalah 0,1 ppm.

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


1431 H/2010 M

4) Gas Nitrogen monoksida ( NO)


Gas NO yang masuk kedalam pernapasn tidak merangsang,
tetapi akan bereaksi dengan hemoglobin (Hb). NO akan mengikat
oksigen yang dibawa oleh hemoglobin. Hal ini akan menyebabkan
kekurangan oksigen system syaraf. Harga TLV untuk NO adalah 25
ppm.

40

5) Gas Nitrogen dioksida ( NO2)


Gas NO2 dapat memberikan rangsangan yang
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

kuat terhadap

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

mata dan lapisan pernapasan yang dapat menyakitkan mata dan


menyebabkan batuk-batuk dan sakit dada. Disamping itu NO2 dapat
menimbulkan luka-luka
SKRIPSIpada pipa pernapasan dan paru-paru. Harga
TLV untuk gas ini adalah 5 ppm.

d. Bahaya Percikan dan Terak Las


Selama dalam proses pengelasan menghasilkan percikan dan terak
las. Percikan dan terka las apabila mengenai kulit dapat menyebakan luka
bakar. Karena itu juru las harus dilindungi terhindar hal ini terutama
apabila harus melakukan pengelasan tegak dan atas kepala.
e. Bahaya Ledakan

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

Dalam mengelas tangki, sebelum dilakukan pengelasan, tangki


106101003313

harus bersih dari minyak, gas yang mudah terbakar dan cat yang dapat
terbakar. Apabila dalam hal ini pemberiannya kurang sempurnaakan
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS
KEDOKTERAN
ILMU KESEHATANUntuk mencegah hal ini
terjadi
ledakan
yag sangatDANmembahayakan.
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

sebelum pengelasan harus dilakukan pemeriksaaan terlebih dahulu untuk


1431 H/2010 M

memastikan bahwa tidak terjadi ledakan . karena itu pemeriksaan tidak


boleh hanya berdasarkan perkiraan saja tetapi harus dengan deteksi untuk
gas yang mudah terbakar.

41

f. Bahaya Kebakaran
Untuk mencegah terjadinya kebakaran, bhan-bahan yang mudah

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

terbakar seperti bensin, solar, minyak, cat, kayu, kertas dan bahan lainnya
harus ditempatkan ditempat khususyang tidak akan terkena percikan las.
Bahaya kebakaran juga
dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas
SKRIPSI
yang disebabkan oleh hubungan yang kurang baik , kabel yang tidak
sesuai atau adanya kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.
g. Bahaya Sinar X dan Sinar Y
Sinar X dan sinar Y tidak mempunyai hubungan langsung dengan
proses mengelas, tetapi kebanyakan dari pemeriksaan hasil lasan
menggunakan kedua sinar tersebtu. Karena itu bahya akibat dari sinar ini
harus dihindari. Kedua sinar ini bila terserap oleh tubuh dapat merusakan
Oleh:

Dian Rawar Prasetyo


darah dan dapat menimbulkan
penyakit yang membahayakan. Karena itu
106101003313

dalam pelaksnaan pemeriksaan yang menggunakan sinar x dan sinar y,


tempat pengujiannya harus betul-betul terlindung. Sehingga tidak ada
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

sinarFAKULTAS
yang terpencar
keluar.
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

h. Bahaya Jatuh

1431 H/2010 M

Didalam pekerjaan pengelasan dimana ada pengelasan ditempat


yang tinggi akan selalu ada bahya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini
dapat menimbulkan luka berat atau kematian, karena itu usaha
pencegahannya harus betul-betul diperhatikan.

42

F. Kerangka Teori
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

Teori yang mendukung dari rancangan penelitian ini adalah sebagai berikut :
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Riwayat Penyakit

Riwayat Pekerjaan

Paparan Debu

SKRIPSI

Umur

Kapasitas Vital
ParuPekerja
Las

Masa Kerja

Penggunaan
Masker

Kebiasaan Merokok

Kebiasaan Olah raga

Oleh:
Status Gizi (IMT)

Dian Rawar Prasetyo


106101003313

Jenis Kelamin

Jenis Las

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Sumber : Depkes RI, 2003; Guyton,1997;


2001; Dewa, 2001; Suyono, 2002;
1431 H/2010Corwin,
M
Budiono, 2002; Sumamur, 1996; Gill, 2005; Syaifudin, 1997; Fardiaz, 1992;
Sriwidharto, 1987; Tambayong, 2001.

Gambar 2.1.
Kerangka Teori

BAB III
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
KERANGKA
KONSEP
DANDENGAN
DEFINISI
OPERASIONAL
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

A.

Kerangka Konsep
Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah (Umur, masa kerja,
SKRIPSI

penggunaan APD (masker), kebiasaan merokok, kebiasaan olah raga, status gizi (IMT),
riwayat penyakit). Sedangkan variabel terikatnya adalah kapasitas vital paru Pekerja Las
di Pisangan Tahun 2010. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah Jenis kelamin
(karena variasinya homogen), Riwayat pekerjaan (karena sudah terwakili oleh variabel
masa kerja meski tidak secara spesifik) dan paparan debu terkait dengan jenis las
(Penggunaan las yang tidak pasti, karena setiap pekerja terkadang menggunakan las
karbit atau las listrik padahal kedua jenis las tersebut memiliki paparan yang berbeda)
seperti terlihat pada bagan di bawah.

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

Variabel Independen

106101003313

Variabel Dependen

Penggunaan Masker

Umur

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


Kebiasaan Merokok
1431 H/2010 M
Kebiasaan Olah raga

Status Gizi (IMT)

Riwayar Penyakit

Gambar 3.1

Masa Kerja

Kerangka Konsep

43

Kapasitas Vital
Paru Pekerja
Las

44

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

B. Definisi Operasional
SKRIPSI

Tabel 3.1
Definisi Operasional
No.
1.

Variabel
Kapasitas
vital paru

2.

Penggunan
APD (Masker)

3.

Umur

4.

Kebiasaan
Olahraga

Definisi
Alat Ukur
Cara Ukur
Volume cadangan inspirasi +
Spirometer
Membaca hasil pada
volume alun napas + volume
Spirogram
cadangan ekspirasi. Atau jumlah
udara maksimum yang dapat
dikeluarkan seorang dari paru,
setelah terlebih dahulu mengisi
paru secara maksimum dan
Oleh:
dikeluarkan sebanyakDian Rawar Prasetyo
banyaknya. (Guyton, 1997)
106101003313
APD yang dipakai
Pengamatan
Observasi
sebagai penutup hidung
langsung
guna melindungi paparan
debu saat bekerja.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
(Sumamur, 1996)
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Lama Waktu hidup pekerja
Kuesioner
Menyebarkan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
(dalam tahun)dari sejak lahir
kuesioner
kepada JAKARTA
sampai penelitian berlangsung
pekerja
1431 H/2010
M
(Pusparini, 2003)
Kegiatan yang dilakukan
berulang-ulang dalam
berolahraga oleh Pekerja las
minimal 3 hari dalam seminggu
untuk berolahraga.
(Adi, 2007)

Kuesioner

Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja

0.
1.

Kriteria
Restriksi
Tidak Restrkisi

Skala
Ordinal

0.
1.

Tidak pakai
Pakai

Ordinal

Ratio

0.

Tidak Rutin

1.

Rutin

Ordinal

45

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

5.

6.

7.

8.

Kebiasaan
Merokok

Status Gizi
(IMT)

Riwayat
Penyakit

Masa kerja

Kegiatan yang dilakukan


berulang-ulang dalam
menghisap rokok mulai dari
satu batang ataupun lebih dalam
satu hari.
(Bustan, 2000)

Suatu kondisi yang


menggambarkan keadaan gizi
pada orang dewasa dengan
memperhitungkan indeks masa
tubuh (IMT)
(Nyoman, 2001)

Kuesioner

Kuisioner

Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
SKRIPSI

Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja
Oleh:

Melihat jarum ukur


Dian Rawar Prasetyo
Timbangan
pada timbangan
106101003313
injak
Melihat jarum ukur
pada microtoise
Microtoise
PROGRAM
STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Keadaan dimana
Kuesioner
Menyebarkan
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
karyawan pernah / tidak
kuesioner kepada
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mengalami penyakit
pekerja
1431 H/2010 M
saluran pernapasan akut,
kronis
Lama pekerja las bekerja
(tahun) sejak mulai
bekerja sampai penelitian
ini berlangsung.
(Mila, 2006)

Kuesioner

Menyebarkan
kuesioner kepada
pekerja

0.

Berat (> 20
batang/hari)

1.

Sedang (10-20)
batang/hari)

2.

Ringan (< 10 batang


/hari)

3.

Tidak merokok (0
batang/hari)

0. Gemuk

Ordinal

Ordinal

1. Normal
2. Kurus

0. Pernah

Ordinal

1. Tidak pernah

Ratio

C. Hipotesis
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

1. Ada hubungan antara penggunaan masker dengan KVP Pekerja las


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

2. Ada hubungan antara umur dengan KVP Pekerja las


3. Ada hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP Pekerja las
SKRIPSI

4. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan KVP Pekerja las


5.

Ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP Pekerja las

6. Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP Pekerja las


7. Ada hubungan antara masa kerja dengan KVP Pekerja las

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

46

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional


(potong lintang) karena pada penelitian
ini variabel independen dan dependen akan
SKRIPSI
diamati pada waktu (periode) yang sama.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli November 2010 pada bengkel las yang
ada di Pisangan, Ciputat, Tangerang Selatan
C. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pekerja bengkel las yang ada di sekitar
Oleh:
kelurahan Pisangan , Ciputat, Tangerang
Selatan yang berjumlah 50 orang.
Dian Rawar Prasetyo
106101003313
Sedangkan sampel yang diambil
adalah pekerja las yang mewakili populasi.

Pengambilan sampel dilakukan secara uji beda dua proporsi dengan rumus sebagai
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

berikut:.

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

n=

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


{z1- 2P (1- P ) + z1- P1 (1- P1)+ P2(1- P2)
1431 H/2010 M
}2

(P1- P2)2
Keterangan :
n

: Besar sampel

: Rata-rata proporsi pada populasi (Afriani, 2002)

47

48

P1 : Proporsi Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
merokok
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

P2 : Proporsi yang Orang yang mengalami penurunan kapasitas vital paru pada yang
tidak merokok
z1-

: Derajat kemaknaan pada uji 1sisi = 5%

: Kekuatan uji 80 %

SKRIPSI

1-

{1,96

2x0,26 (1- 0,26)+ 0,73 0,73(1- 0,73)+ 0,26(1- 0,26)}2


(0,26- 0,73)2

n=
= 17 x 2 = 34 (orang)

Untuk menghindari terjadinya drop out atau missing jawaban dari responden maka
peneliti menambahkan jumlah sampel
tersebut sesuai dengan kebutuhan, sehingga
Oleh:
jumlah sampel keseluruhan sebesar
orang.
Dian37
Rawar
Prasetyo
106101003313

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Autospiro Minato AS 505, timbangan injak, microtoise dan kuesioner.


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1. Spirometer digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru Pekerja las.


1431 H/2010 M

2. Timbangan injak digunakan untuk mengukur berat badan Pekerja las.


3. Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan Pekerja las.
4. Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data pribadi Pekerja las berupa
nama, umur, dan jenis kelamin

49

1.

Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer, yang diambil oleh peneliti

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

sendiri dan dibantu oleh beberapa rekan.

Data primer diperoleh langsung dari responden, melalui


SKRIPSI

a.

Pengukuran kapasitas vital paru

Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru pekerja las menggunakan
alat spirometer Autospiro Minato AS 505 secara langsung terhadap responden.
Adapun cara pengukuran kapasitas paru pekerja las, sebagai berikut :
a. Tekan tombol power ON pada spirometer
b. Lakukan kalibrasi, untuk menjamin validitas hasil pengukuran
Oleh:

c. Pilih tombol FVC Dian


padaRawar
spirometer
Prasetyo
106101003313

d. Lakukan inspirasi maksimal


PROGRAM
STUDI
KESEHATAN
MASYARAKAT
e. Kemudian
lakukan
ekspirasi
maksimal
ke dalam spirometer
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTAyang telah dicetak
f.UNIVERSITAS
Hasil pengukuran
dapat
dilihat
pada spirogram
1431 H/2010 M

(Minato Medical Science., Ltd).

50

b. Perhitungan IMT
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

Status
gizi LAS
ini DIbisa
dihitung
salah
satunya
PADA PEKERJA
BENGKEL
PISANGAN
CIPUTAT
TAHUN
2010

adalah dengan

menghitung IMT dengan rumus:

SKRIPSI
Berat

badan (kg)

IMT =
Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)

Kategori berat badan menurut IMT :

1. Kekurangan berat badan tingkat berat

: <17,0

2. Kekurangan berat badan tingkat ringan : 17,0-18,5


3. Normal

: >18,5-25,0
Oleh:

4. Kelebihan berat badan tingkat ringan

: >25,0-27,0

Dian Rawar Prasetyo

5. Kelebihan berat 106101003313


badan tingkat berat

: >27,0

Langkah pengukurannya sebagai berikut :


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

a. Mengukur berat badan dengan menggunakan kuesioner,

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTAdigunakan
sedangkan
timbangan
berat badan

apabila

1431 H/2010 M

responden tidak mengetahui berat badannya.


b. Mengukur tinggi badan dengan menggunakan kuesioner,
sedangkan microtoise digunakan apabila responden tidak
mengetahui tinggi badannya.

51

c. Data Berat Badan


Data YANG
mengenai
berat badan
diperolehnya
dengan
cara
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS VITAL
PARU

melakukan

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

penimbangan berat badan langsung menggunakan timbangan badan pada


saat sebelum beraktifitas. Langkah-langkah pengukuran tersebut adalah:
SKRIPSI

1. Pastikan jarum pada displai ada pada posisi nol


2. Lepaskan sepatu atau alas kaki lainnya
3. Berdiri di atas timbangan
4. Baca hasil pada display yang ditunjukkan oleh jarum metal
d. Data Tinggi Badan
Data tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan
langsung menggunakan meteran/alat pengukur tubuh. Kemudian
Oleh:
Catat hasil pengukuran
yang ada.
Dian Rawar Prasetyo

e. Kuesioner Penelitian
106101003313
Bagi para pekerja sebagai sampel, disusun daftar pertanyaan
untuk
memperoleh
data pendukung
oleh peneliti.
PROGRAM
STUDI KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITASData
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2. Pengolahan
1431 H/2010 M

Seluruh data yang terkumpul baik data primer maupun data sekunder
akan diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Mengkode data (data coding)
Proses pengklasifikasian data dan pemberian kode jawaban responden,
dilakukan pada pembuatan kuesioner untuk mempermudah pengolahan data

52

selanjutnya. Dimana coding dilakukan pada kuesioner, jika restriksi KVP


pengkodean =YANG
0, jika
tidak restriksi
KVP
= 1. Semua
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL variabel
PARU

independen

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

pun dikodekan. Yaitu :

1) Penggunaan APD (Masker) ; Tidak pakai Masker = 0, Memakai


SKRIPSI

Masker = 1
2) Kebiasaan Olahraga ; Tidak rutin = 0, Rutin = 1
3) Kebiasaan Merokok ; Merokok = 0, Tidak Merokok = 1
4) Status Gizi ; Gemuk = 0, Tidak Gemuk =1

b. Menyunting data (data editing)


Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti
kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap
Oleh:

Dianini
Rawar
Prasetyo data input utama untuk penelitian ini.
jawaban kuesioner. Data
merupakan
106101003313

c. Memasukkan data (data entry)


Memasukkan data dari hasil kuesioner yang sudah di berikan kode pada
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

masing-masing

variabel,

kemudian

dilakukan

analisis

data

dengan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

memasukan
tersebut
dengan
softwareJAKARTA
statistik untuk dilakukan
UNIVERSITASdata-data
ISLAM NEGERI
SYARIF
HIDAYATULLAH
1431 H/2010 M

analisis univariat (untuk mengetahui gambaran secara umum), dan bivariat


(mengetahui variabel yang berhubungan).

53

d. Membersihkan data (data cleaning)


Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah
siap diolah dan dianalisis.
SKRIPSI

3. Teknik Analisis Data


a.

Analisa Univariat
Yaitu analisa yang digunakan terhadap tiap variable dari hasil

penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan


distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.
b. Analisa Bivariat
Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel
Oleh:dengan uji statistik yang sesuai dengan skala
bebas dan variabel terikat
Dian Rawar Prasetyo

data yang ada. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square atau kai
106101003313

kuadrat. Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai obsservednya bernilai 0, dan sel yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
20%FAKULTAS
dari jumlah
sel, dan menggunakan
tabel 2x2 (Dahlan, 2001).
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010
Uji Chi Square
untukM menghubungkan variabel kategorik dan

kategorik. Variabel yang termasuk pada uji Chi Square yaitu faktor,
penggunaan APD (Masker), riwayat penyakit, kebiasaan olahraga,
kebiasaan merokok, dan status gizi (IMT) yang akan dihubungkan
dengan variabel KVP. Dan untuk variabel umur dan masa kerja dilakukan
uji normalitas terlebih dahulu karena data yang didapatkan berupa data

54

numerik. Bila hasil tes uji normalitas data berdistribusi normal, maka
akan dilanjutkan
dengan uji DENGAN
t-independent
untuk
menghubungkan
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU

antara

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

variabel numerik dan kategorik, namun jika data tidak berdistribusi


normal akan dilanjutkan dengan uji mann withney.
SKRIPSI

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

BAB V DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

HASIL
A. Analisis Univariat
SKRIPSI

1. Gambaran Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan


Hasil penelitian mengenai gambaran Kapasitas Vital Paru (KVP) pada
pekerja bengkel las di Pisangan tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 5.1
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Kapasitas Vital Paru Pekerja Las di Pisangan,
Ciputat Tahun 2010
NO
1
2

KVP
Restriksi
Tidak Restriksi
Jumlah

Oleh:

N
14
23
37

Persentase (%)
37,8%
62,2%
100

Data di atas memperlihatkan


gambaran
Dian Rawar
Prasetyo KVP pekerja las yang bervariasi,
106101003313

sebanyak 14 pekerja (37,8 %) yang mengalami restriksi, dan 23 pekerja (62,2%)


tidak mengalami restriksi atau memiliki KVP normal.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN
KESEHATAN
2. Gambaran Karakteristik
Pekerja DAN
Las ILMU
di Pisangan
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010ini
M meliputi penggunaan APD, status gizi
Karakteristik pekerja dalam penelitian

(IMT), dan riwayat penyakit. Distribusi pekerja las di Pisangan menurut


karakteristik dapat terlihat pada tabel 5.2

55

56

Tabel 5.2DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Distribusi Frekuensi Pekerja Las di Pisangan

Berdasarkan Karakteristiknya, Ciputat Tahun 2010


Variabel

Tidak Pakai

13

35,1%

Pakai

24

64,9%

Kurus

5,4%

Normal

31

83,8%

Gemuk

10,8%

SKRIPSI

1. Penggunaan APD

2. Status Gizi (IMT)

3. Riwayat Penyakit
Oleh:

Punya

0
Dian Rawar Prasetyo

Tidak Punya

10610100331337

0%
100%

a. Gambaran Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) Pekerja Las di


Pisangan
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Data penggunaan
didapatkan
dengan
cara menyebarkan kuesioner
FAKULTASAPD
KEDOKTERAN
DAN ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

kepada pekerja bengkel las yang ada di Pisangan. Hasil penelitian ini
1431 H/2010 M

menggambarkan penggunaan APD. Berdasarkan tabel 5.2 diletahui bahwa


gambaran penggunaan APD pekerja las di Pisangan, diketahui bahwa 13 pekerja
(35,1%) tidak menggunakan APD saat bekerja dan 24 pekerja (64,9%)
menggunakan APD saat bekerja.

57

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU


PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

b. Gambaran Status Gizi (IMT) Pekerja Las di Pisangan


Data status gizi diperoleh dengan cara menghitung indeks masa tubuh.
SKRIPSI

Kemudian hasilnya dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu kurus, normal dan


gemuk. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan status gizi.
Dari data pada tabel 5.2 memperlihatkan bahwasanya pekerja status gizi dengan
kategori kurus sebanyak 2 orang (5,4%), dan pekerja yang berkategori normal
sebanyak 31 orang (83,8%) sedangkan pekerja yang memiliki status gizi dengan
kategori gemuk sebanyak 4 orang (10,8%).
c. Gambaran Riwayat Penyakit Pekerja Las di Pisangan
Oleh:

Data riwayat penyakit diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada


Dian Rawar Prasetyo

sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan


jumlah pekerja berdasarkan riwayat
106101003313
penyakit. Dari data yang terdapat pada tabel 5.2 diketahui bahwa 37 pekerja las
PROGRAM
STUDI
KESEHATAN
MASYARAKAT
(100%) tidak ada yang
memiliki
riwayat
penyakit.
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

3. Gambaran Umur Pekerja Las di Pisangan


1431 H/2010 M

Data umur diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel.


Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja berdasarkan umur individu
masing-masing. Pada penelitian ini umur dikategorikan berdasarkan teori. Untuk
mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

58

Tabel
5.3 KAPASITAS VITAL PARU
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Distribusi Frekuensi Umur Pekerja Las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010


Mean
30,76

Umur

Median
30,00

SD
5,57

Min-Max
20-47

SKRIPSI

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata umut pekerja las adalah
30 tahun, umur pekerja termuda adalah 20 tahun, sedangkan usia pekerja tertua
adalah 47 tahun dan jumlah usia yang paling banyak pada pekerja las adalah 31
tahun.
4. Gambaran Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan
Data masa kerja diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner pada sampel.
Oleh:
Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah
pekerja berdasarkan masa kerja. Untuk
Dian Rawar Prasetyo

mudahnya dapat dilihat pada tabel 5.4

106101003313

Tabel 5.4
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Distribusi Frekuensi Masa Kerja Pekerja Las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS
SYARIF HIDAYATULLAH
Mean ISLAM NEGERI
Median
SD JAKARTA

Masa
Kerja

6,03

1431
5,00H/2010 M

3,304

Min-Max
1-16

Berdasarkan tabel 5.4, dapat diketahui bahwa masa kerja terendah ada pada pekerja
adalah selama 1 tahun, sedangkan untuk masa kerja terlama adalah 16 tahun dan
masa kerja yang paling banyak telah dijalani oleh pekerja las adalah sebanyak 6

59

tahun. FAKTOR-FAKTOR
Sedangkan rata-rata
masa kerja yang
telah
dijalaniVITAL
paraPARU
pekerja adalah
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

selama 6 tahun.

5. Gambaran Gaya Hidup Pekerja las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010


SKRIPSI

Gaya hidup pekerja dalam penelitian ini meliputi kebiasaan merokok, dan
kebiasaan olahraga. Distribusi pekerja las di Pisangan menurut gaya hidup dapat
terliht pada tabel 5.5.
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Pekerja Las di Pisangan
Berdasarkan Gaya Hidup , Ciputat Tahun 2010
Variabel

Oleh:

1. Kebiasaan Merokok
Dian Rawar Prasetyo
Sedang

106101003313

Ringan

21,6 %

18

48,6%

Tidak
Merokok
29,7%
11MASYARAKAT
PROGRAM STUDI KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

2. Kebiasaan Olahraga

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tidak Rutin
Rutin

1431 H/2010 M32

86,5%
13,5%

a. Gambaran Kebiasaan Merokok Pekerja Las di Pisangan


Data kebiasaan merokok diperoleh dengan cara menyebarkan
kuesioner pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja
berdasarkan kebiasaan merokok. Dari data di atas memperlihatkan
bahwasanya pekerja yang kebiasaan merokoknya kategori sedang sebanyak

60

8 orang (21,6%)
sedangkan
pekerja
yang KAPASITAS
merokok dengan
kategori
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL PARU

ringan

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

sebanyak 18 orang (48,6%) dan pekerja yang tidak merokok sebanyak 11


orang (29,7%).
SKRIPSI

b. Gambaran Kebiasaan Olahraga Pekerja Las di Pisangan


Data kebiasaan olahraga diperoleh dengan cara menyebarkan
kuesioner pada sampel. Hasil penelitian ini menggambarkan jumlah pekerja
berdasarkan kebiasaan olahraga. Data diatas menggambarkan kebiasaan
olahraga pekerja las di Pisangan, diketahui bahwa 32 pekerja (86,5%) tidak
rutin melakukan aktifitas olahraga dan 5 pekerja (13,5%) rutin melakukan
aktifitas olahraga.
Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

61

B. Analisis
Bivariat
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

1. Hubungan Antara Karakteristik Pekerja Dengan Kapasitas Vital Paru


(KVP) Pekerja Las Di Pisangan, Ciputat 2010
Tabel 5.6
SKRIPSI
Tabulasi Silang Antara Karakteristik
Pekerja Dengan Kapasitas Vital
Paru Pekerja Las Di Pisangan, Ciputat 2010

KVP
Variabel

Total

Tidak
Restriksi

Restriksi
N

Tidak pakai

7,7

12

92,3

13

100

Pakai

13

54,2

11

45,8

24

100

Kurus

100

100

Normal

12

38,7

19

61,3

31

100

Gemuk

50

50

100

62,2

37

100

P
value

OR (95% CI)

0,011

0,071 (0,008 0,632)

0,340

Penggunaan APD

Status Gizi (IMT)

Riwayat Penyakit

Oleh:

Dian Rawar Prasetyo

Pernah

Tidak Pernah

14

37,8

106101003313

23

*tidak dilakukan analisis


lebih lanjut karena homogen

a. Hubungan Antara Penggunaan APD dengan KVP Pekerja Las di


Pisangan Tahun
2010
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
Hasil
penelitian yang ada pada tabel 5.6 menunujukan bahwa dari 13
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

orang pekerja yang tidak memakai


hanya 1 orang (7,7%) pekerja yang
1431 H/2010 APD
M
mengalami restriksi

KVP. Sedangkan dari 24 orang pekerja yang

menggunakan APD saat bekerja ada 13 orang (4,2%) pekerja mengalami


restriksi KVP. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0,001,
artinya pada = 5% dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara penggunaan APD terhadap KVP. Analisis keeratan
hubungan dua variabel didapatkan OR = 0,071 (95% CI ; 0,008 - 0,632).

62

Artinya pekerjaYANG
yangBERHUBUNGAN
tidak menggunakan
memiliki
peluang
FAKTOR-FAKTOR
DENGANAPD
KAPASITAS
VITAL
PARU

0,071 kali

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan yang menggunakan APD.

b. Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan KVP Pekerja Las di


SKRIPSI
Pisangan Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 4 pekerja yang memiliki
IMT gemuk ada 2 orang (50%) pekerja yang mengalami restriksi KVP.
Sedangkan dari 31 orang pekerja yang memiliki IMT normal ada 12 orang
(38,7%) yang mengalami restriksi KVP. Sedangkan dari 2 orang pekerja
(100%) yang kurus tidak ada yang mengalami restriksi KVP. Dari hasil
tersebut secara presentase pekerja yang normal lebih banyak yang
mengalami restriksi jika dibandingkan dengan pekerja yang kurus dan
Oleh:

Dian Rawardidapatkan
Prasetyo
gemuk. Dari hasil uji statistik
P value sebesar 0,340. Artinya
106101003313

pada 5 % tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi (IMT)
terhadap KVP.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

c. Hubungan Antara Riwayat Penyakit dengan KVP Pekerja Las di


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pisangan Tahun 2010
1431 H/2010 M

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja tidak pernah


memiliki riwayat penyakit. Dari 37 pekerja, 1 orang (2,7%) pekerja
mengalami restriksi sedang, dan 13 orang (35,1%) pekerja mengalami
restriksi ringan.

63

2. Hubungan
AntaraYANG
Umur
dengan KVP
Pekerja
LasVITAL
di Pisangan
Tahun
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
PARU
2010 PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010
Tabel 5.7
Analisis Hubungan Antara Umur dengan KVP Pekerja Las di Pisangan
Tahun 2010
SKRIPSI
KVP

Mean (tahun)

SD

P value

Restriksi

14

34,50

5,502

Tidak Restriksi

23

28,48

4,305

0,001

Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi sebesar
14 orang (37,8%) dengan rata-rata usia 34,50 tahun dengan SD sebesar 5,502
sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada sebesar 23 orang (62,1%) dengan rataOleh:SD sebesar 4,305. Dari hasil uji statistik
rata usia sebesar 28,48 tahun dengan
Dian Rawar Prasetyo

didapatkan P value sebesar 0,001.


Artinya pada 5 % terdapat hubungan yang
106101003313
signifikan antara variabel umur dengan kapasitas vital paru (KVP).
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

3. Hubungan Antara Masa kerja dengan KVP Pekerja Las di Pisangan


Tahun 2010 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Tabel
1431 H/2010
M

5.8

Analisis Hubungan Antara Masa Kerja dengan KVP Pekerja Las di


Pisangan Tahun 2010
Masa Kerja

Mean (tahun)

SD

Restriksi

14

9,14

2,742

Tidak Restriksi

23

4,13

1,866

P value

0,000

64

Berdasarkan tabel
5.8
pekerja yang
mengalami
restriksi
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL ada
PARUsebanyak

14

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

orang (37,8%) pekerja dengan rata-rata masa kerja selama 9,14 tahun dengan
SD 2,742, sedangkan pekerja yang tidak restriksi ada 23 orang (62,1%) dengan
rata-rata masa kerja selama 4,13SKRIPSI
tahun dengan SD 1,866. Dari hasil uji statistik
didapatkan P value sebesar 0,000. Artinya pada 5 % ada hubungan yang
bermakna antara masa kerja dengan KVP.

4. Hubungan Antara Gaya Hidup dengan Kapasitas Vital paru (KVP)


Pekerja las di Pisangan, Ciputat Tahun 2010
Tabel 5.9
Tabulasi Silang Antara Gaya Hidup dengan KVP Pekerja las di Pisangan,
Ciputat Tahun 2010
Oleh:

KVP
Dian RawarTidak
Prasetyo

Variabel

Total

Restriksi106101003313
Restriksi
N

P
value

OR (95% CI)

0,001

Kebiasaan Merokok
Berat
Sedang
Ringan

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

87,5

12,5

100

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

38,9

11

61,1

18

100

UNIVERSITAS ISLAM
SYARIF
HIDAYATULLAH
Tidak Merokok
0 NEGERI
0
11
100
11 100 JAKARTA
1431 H/2010 M

Kebiasaan Olahraga
Tidak Rutin

13

40,6

19

59.4

32

100

Rutin

20

80

100

0,630

2,737 (0,27427,354)

a. Hubungan Antara Kebiasaan Merokok dengan KVP Pekerja Las di


Pisangan Tahun 2010
Berdasarkan tabel 5.9 pekerja dengan kebiasaan merokok tingkat sedang
yang mengalami restriksi sedang sebesar 12,5%. Pekerja dengan kebiasaan
merokok tingkat sedang yang mengalami restriksi ringan sebesar 75%, dan

65

pekerja
dengan kebiasaan
merokok tingkat
yang
mengalami
restriksi
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGANringan
KAPASITAS
VITAL
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

ringan sebesar 38,9%. Dari hasil uji statistik didapatkan P value sebesar 0.001.
Artinya pada 5 % ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan merokok
dengan KVP.

SKRIPSI

b. Hubungan Antara Kebiasaan Olahraga dengan KVP Pekerja Las di


Pisangan Tahun 2010
Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan kapasitas vital paru (KVP)
dapat dilihat pada tabel 5.9 Hasil penelitian menunjukan bahwa diantara 32
pekerja yang tidak rutin olahraga terdapat 13 orang (40,6%) pekerja yang
mengalami restriksi. Sedangkan dari 5 orang pekerja yang rutin olahraga, hanya
ada 1 orang yang mengalami restriksi. Dari hasil tersebut secara presentase
Oleh:

Dian Rawar
Prasetyo
pekerja yang tidak rutin olahraga
lebih
banyak yang mengalami restriksi jika
106101003313

dibandingkan dengan pekerja yang rutin olahraga.


Dari hasil
uji statistik
didapatkan
PMASYARAKAT
value sebesar 0,630, artinya pada =
PROGRAM
STUDI
KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

5% dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

restriksi KVP antar pekerja1431


yang
tidak
rutin olahraga dengan yang rutin
H/2010
M
olahraga. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan OR = 2,737 (95%
CI: 0,274 -27.354) artinya pekerja yang tidak rutin olahraga mempunyai peluang
2,737 kali untuk mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan pekerja yang
rutin olahraga.

BAB VI
PEMBAHASAN
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
A. Keterbatasan
Penelitian
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

1.

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan menggunakan desain


penelitian cross sectional terkadang ditemukan bias berupa tidak dapat menentukan
SKRIPSI

hubungan sebab akibat.


2.

Saat pengukuran variabel penggunaan APD (masker), peneliti hanya melakukan


wawancara dan observasi tanpa adanya mengecek kesesuaian jenis APD (masker)
yang digunakan dengan jenis bahaya yang ditimbulkan.

3.

Sebenarnya variabel paparan debu harus diteliti menggunakan Personal Dust


Sampler, untuk mengetahui paparan debu yang benar-benar diterima pekerja las yang
mungkin dipengaruhi lingkungan kerja.

4.

Pada penelitian ini, untuk mengukur


riwayat penyakit hanya berdasarkan ingatan
Oleh:
Diandokter,
Rawar Prasetyo
para pekerja tentang diagnosis
tanpa ada pemeriksan kesehatan dan hasil
106101003313

yang didapatkan adalah homogen.


5.

Saat melakukan penimbangan badan dengan timbangan injak tidak dilakukan


PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

kalibrasi timbangan
setelah
digunakanDAN
oleh
sampel,
sehingga pada penimbangan
FAKULTAS
KEDOKTERAN
ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
selanjutnya
dimungkinkan terjadi pergeseran angka tidak kembali pada angka nol,
1431 H/2010 M

dan mengakibatkan berat badan yang dihasilkan mempengaruhi kevalidan variabel


status gizi yang didapatkan.
6.

Saat menanyakan kebiasaan olahraga, peneliti berasumsi bahwa presepsi pekerja


dalam menjawab bisa menyebabkan bias pada jawaban yang didapatkan dan pilihan
jawaban seharusnya di tambahkan dengan kategori yang tidak olahraga.
66

67

B. Kapasitas Vital Paru


Paru
adalah satu -YANG
satunya
organ tubuh
yang KAPASITAS
berhubungan
dengan
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN
VITAL
PARU lingkungan di
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

luar tubuh, yaitu melalui sistem pernapasan. Fungsi utama paru untuk respirasi, yaitu
pengambilan O2 dari luar masuk ke dalam saluran napas dan diteruskan ke dalam darah.
SKRIPSI CO2 yang terbentuk pada proses tersebut
Oksigen digunakan untuk proses metabolisme

dikeluarkan dari dalam darah ke udara luar. Proses respirasi dibagi atas tiga tahap utama,
yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. (Guyton, 1997).

Kapasitas vital paru (KVP) adalah salah satu cara untuk mengukur kemapuan
paru menampung udara sesesorang dengan cara meniupkan napas secara paksa ke dalam
spirometri sehingga dapat diketahui apakah orang tersebut memiliki gangguan fungsi
paru atau tidak. Kapasitas vital paru yang baik adalah yang memiliki (KVP) minimal
Oleh:

80% menurut American Thoracis Society. (Ikhsan, 2002)


Dian Rawar Prasetyo
106101003313

Dari hasil penelitian mengenai gambaran KVP diketahui bahwa pekerja yang
mengalami restriksi lebih sedikit jika dibandingkan dengan yang tidak restriksi, meskipun
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

lebih sedikit jumlah FAKULTAS


pekerja yang
mengalami restriksi, dampak yang bisa terjadi terhadap
KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kesehatan pekerja
tersebut perlu diatasi secara cepat dan tepat. Hal ini sejalan dengan
1431 H/2010 M

penelitian yang dilakukan oleh Mila (2006) dan Trisnawati (2007) bahwa pekerja yang
memiliki KVP normal lebih banyak jika dibandingkan dengan KVP yang mengalami
restriksi. Mila (2006) mengungkapkan bahwa 59,3% pekerja mebel memiliki KVP
normal. Selain itu Trisnawati (2007) dalam penelitiannya pada tukang ojek di kabupaten
Semarang menunjukan bahwa 63,75% tukang ojek memiliki KVP yang normal.

68

Hasil penelitian untuk varibel penggunaan APD sebagian besar pekerja yang
menggunakan
APD mengalami
restriksi, untuk
variabel
status
gizi
didapatkan hasil
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL
PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

sebagian besar pekerja yang memiliki status gizi (IMT) tidak gemuk mengalami restriksi,
sedangkan untuk variabel riwayat penyakit seluruh sampel tidak pernah memiliki riwayat
penyakit, untuk variabel umur sebagianSKRIPSI
kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel
masa kerja sebagian kecil pekerja mengalami restriksi, untuk variabel kebiasaan merokok
pekerja yang merokok dengan kategori sedang lebih banyak mengalami restriksi,dan
untuk variabel kebiasaan olahraga sebagian besar pekerja yang tidak rutin olahraga
mengalami restriksi.

C. Faktor- Faktor yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru


1. Hubungan antara penggunaan APD (Masker) dengan Kapasitas Vital Paru
(KVP)
Oleh:

Harry dalam Amin (1985)


menyatakan
pemakaian APD sangat penting
Dian Rawar
Prasetyo
sebagai garis pertahanan untkuk106101003313
melindungi pemakai sebagai akibat dari kelalaian
atau kondisi yang tidak diperkirakan. Sedangkan menurut Budiono (2003) Alat
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

pelindung diri ini tidak secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi akan dapat
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

mengurangi
tingkat keparahan
yang SYARIF
mungkin
terjadi.
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI
HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M

Bila kita lihat pada tabel 5.6 secara presentase antara pekerja yang tidak
menggunakan APD dengan pekerja yang menggunakan APD, lebih banyak pekerja
yang menggunakan APD, namun kejadian restriksi KVP lebih banyak dialami oleh
kelompok pekerja yang menggunakan APD. Peneliti menduga bahwa hal tersebut
terjadi karena ada pengaruh dari faktor lain seperti umur dan kebiasaan merokok,
karena semakin tua umur seseorang akan mempengaruhi KVP orang tersebut seperti

69

yang dinyatakan oleh Suyono (2001) bahwa dengan terjadinya proses penuaan atau
bertambahnya
umur, YANG
semakin
tua usia seseorang
maka semakin
besar kemungkinan
FAKTOR-FAKTOR
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

terjadi penurunan fungsi paru.

Kebiasaan merokok para pekerja las dapat mempengaruhi KVP, meskipun


SKRIPSI

pekerja menggunakan APD tapi karena memiliki kebiasaan merokok akan


mempercepat penurunan faal paru (Depkes RI, 2003). Hal ini sejalan dengan
pernyataan Suyono (2001) bahwa merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru
dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Hal ini didukung pula oleh
analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang mengalami restriksi KVP dan
menggunakan APD ternyata semuaya adalah perokok, berarti kebiasaan merokok
memberi kontribusi terhadap penurunan KVP. Bisa juga adanya faktor dari pekerja
Oleh:

sendiri dalam menggunakan APD mungkin cara pemakaian APD yang kurang benar
Dian Rawar Prasetyo

atau pekerja merasa kurang nyaman


dengan APD yang digunakan, menurut
106101003313
Sumamur (1996) alat pelindung diri haruslah enak dipakai, tidak mengganggu kerja
dan memberikan perlindungan
yang
efektif. MASYARAKAT
Selain itu, bisa juga karena perawatan
PROGRAM STUDI
KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

terhadap APD itu kurang baik sehingga tidak dapat berfungsi baik sebagaimana
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

mestinya.

1431 H/2010 M

Hasil analisis bivariat pada tabel 5.6 menunjukan adanya hubungan yang
bermakna antara variabel penggunaan APD dengan KVP. Analisis keeratan hubungan
dua variabel diketahui bahwa pekerja yang tidak menggunakan APD mempunyai
peluang 0,071 kali untuk mengalami restriksi KVP dibandingkan dengan pekerja
yang menggunakan APD (masker). Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang

70

dilakukan pada 27 pekerja mebel di Jepara tahun 2006, menyatakan bahwa ada
hubungan
yang bermakna
penggunaan
APDKAPASITAS
dengan KVP.
FAKTOR-FAKTOR
YANGantara
BERHUBUNGAN
DENGAN
VITALSelain
PARU itu, penelitian
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

yang dilakukan Adi (2007) pada 41 pekerja pada pabrik pembuatan genteng di
Kebumen, juga menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penggunaan
masker dengan KVP.

SKRIPSI

Untuk meminimalisir terjadinya restriksi KVP dapat dilakukan pelatihan


penggunaan APD, dan penentuan jenis masker yang tepat sesuai dengan
kebutuhannya.

2. Hubungan antara umur dengan Kapasitas Vital Paru(KVP)


Umur merupakan salah satu faktor yang diduga berhubungan dengan KVP
yang berasal dari individu yang bersangkutan. Berdasarkan tabel 5.7 rata-rata umur
Oleh:

Dian Rawar
Prasetyo
pekerja yang mengalami restriksi
adalah
34 tahun sebanyak 14 orang pekerja. Dari
106101003313

hasil analisis bivariat didapatkan hubungan yang bermakna antara umur pekerja
dengan KVP. Hal ini didukung oleh hasil analisis lebih lanjut antara pekerja yang
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

berumur tua dan FAKULTAS


kebiasaanKEDOKTERAN
merokok terhadap
KVP didapatkan bahwa semua pekerja
DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
yang berumur
tua dan tidak merokok tetap mengalami restriksi, hal ini mungkin
1431 H/2010 M

karena memang faktor usia memiliki kontribusi terhadap KVP.

Hal tersebut sesuai dengan pernyatan Pollock (1971) bahwa fungsi


pernapasan dan sirkulasi darah akan meningkat pada masa anak-anak dan mencapai
maksimal pada usia 20-30 tahun, kemudian akan menurun lagi sesuai dengan
pertambahan umur. Pernyataan serupa juga dikemukakan oleh Suyono (2001) yang

71

menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan
terjadiFAKTOR-FAKTOR
penurunan fungsi
paru.
YANG
BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Mila (2006),
bahwa semakin bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital paru
SKRIPSI

seseorang. Namun sebagian besar pekerja yang berumur muda dan merokok juga
mengalami restriksi KVP, hal ini sesuai dengan pernyataan Suyono (2001) bahwa
asap rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat
kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar
dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok. Untuk
meminimalisir resiko restriksi sebaiknya para pekerja baik yang berumur muda
Oleh:

ataupun tua tetap menggunakan APD dengan disiplin.


Dian Rawar Prasetyo
106101003313

3. Hubungan antara kebiasaan olahraga dengan Kapasitas Vital paru (KVP)


Pada penelitian ini kebiasaan olahraga dicurigai sebagai salah satu faktor yang
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

dapat mempengaruhi
KVP pekerja las. Berdasarkan tabel 5.9 secara presentase
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
jumlah pekerja
yang tidak rutin olahraga lebih banyak jika dibandingkan dengan
1431 H/2010 M

pekerja yang rutin olahraga. Peneliti berasumsi bahwa lebih banyaknya pekerja las
yang tidak rutin olahraga mungkin disebakan oleh kesibukan yang dijalani atau
mungkin juga disebabkan rasa malas yang timbul karena sudah merasa lelah dengan
pekerjaan yang dilakukan. Padahal menurut Sahab (1997) Faal paru dan olahraga
mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan faal paru dapat mempengaruhi
kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik yang teratur atau olahraga dapat

72

meningkatkan faal paru. Seseorang yang aktif dalam latihan akan mempunyai
kapasitas
aerobik yang
lebih
besar dan kebugaran
yang lebih
tinggi
FAKTOR-FAKTOR
YANG
BERHUBUNGAN
DENGAN KAPASITAS
VITAL
PARU serta kapasitas
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

paru yang meningkat

Dari hasil analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa tidak ada
SKRIPSI

hubungan antara kebiasaan olahraga dengan KVP. Hal tersebut terjadi mungkin di
pengaruhi oleh masa kerja pekerja tersebut, meskipun pekerja rutin melakukan
olahraga namun masa kerja yang telah dilalui sudah lama tentu akan mempengaruhi
KVP pekerja tersebut. Seperti yang dinyatakan oleh Sumamur (1996) bahwa
semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar
bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

Hal tersebut dibuktikan dari hasil analisis lebih lanjut terhadap pekerja yang
Oleh:

Dian Rawar masa


Prasetyokerja baru didapatkan bahwa sebagian
tidak rutin olahraga namun memiliki
106101003313

besar dari pekerja yang tidak rutin olahraga namun memiliki masa kerja baru tidak
mengalami restriksi. Hal ini tidak sejalan dengan teori yang ada, menurut Cooper
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

(1997) PengaruhFAKULTAS
olahragaKEDOKTERAN
adalah melatih
otot pernapasan, meningkatkan kekuatan
DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dan efisiensi
otot, begitu pula pernyataan Guyton (1997) kebiasaan olah raga akan
1431 H/2010 M

meningkatkan kapasitas vital paru 30 40 %. Kemudian penelitian yang dilakukan


oleh Adi (2007) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara kebiasaan olahraga
dengan KVP. Dari hasil analisis keeratan antara variabel kebiasaan olahraga dengan
KVP didapatkan OR = 2,737, yang artinya pada = 5% pekerja yang tidak rutin
olahraga mempunyai peluang 2,737 kali untuk mengalami restriksi KVP
dibandingkan dengan pekerja yang rutin olahraga.

73

Hal tersebut mungkin terjadi karena rata- rata umur pekerja yang tidak
mengalami
restriksi adalah
28 tahun sehingga
kebiasaan
olahraga
tidak berhubungan
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS
VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

dengan KVP. Menurut Guyton (1997) penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi
setelah usia 30 tahun, tetapi penurunan kapasitas vital paru akan cepat setelah umur
40 tahun. Faal paru sejak masaSKRIPSI
kanak-kanak bertambah volumenya dan akan
mencapai nilai maksimum pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai
faal paru akan terus menurun sesuai dengan pertambahan usia. Berdasarkan tabel 5.9
didapatkan bahwa sebagian besar pekerja yang tidak rutin melakukan aktifitas
olahraga, tidak mengalami restriksi KVP.
4. Hubungan antara kebiasaan merokok dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Pada penelitian ini kebiasaan merokok diduga sebagai salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi KVP. Berdasarkan data pada tabel 5.5 distribusi pekerja
Oleh:

Dian Rawar
Prasetyo
berdasarkan kebiasaan merokok
hampir
merata, pekerja yang memiliki kebiasaan
106101003313

merokok lebih banyak dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki kebiasaan
merokok. Berdasarkan keterangan dari pekerja, diketahui bahwa kebiasaan merokok
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

yang mereka alami


bermula dari faktor lingkungan dimana sebagian besar pekerja di
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
bengkel lasUNIVERSITAS
adalah perokok.
1431 H/2010 M

Berdasarkan analisis bivariat pada tabel 5.9 didapatkan bahwa ada hubungan
yang signifikan antara kebiasaan merokok dengan KVP. Menurut Suyono (2001) asap
rokok mengiritasi paru-paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih
merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat
kerja. Depkes RI (2003) menyatakan bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar
dari pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok.

74

Hal tersebut terdapat pada tabel 5.9 dimana ada sebagian besar pekerja yang
tidak FAKTOR-FAKTOR
merokok tetapi YANG
mengalami
restriksi,
disiniKAPASITAS
terbukti VITAL
bahwaPARU
asap rokok dapat
BERHUBUNGAN
DENGAN
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

membahyakan kesehatan, meskipun ada beberapa faktor lain yang dapat


menyebabkan restriksi. Menurut Harrington (2003) fungsi paru dapat berubah akibat
SKRIPSI usia, jenis kelamin, tinggi badan, berat
sejumlah faktor non pekerjaan misalnya

badan, dan kebiasaan merokok dll. Untuk menghindari restriksi KVP sebaiknya para
pekerja yang merokok, agar tidak merokok karena asap rokoknya juga memberikan
efek negatif untuk dirinya dan bagi pekerja yang tidak merokok.
5.

Hubungan antara status gizi (IMT) dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Berat badan yang kurang ideal baik itu kurang ataupun kelebihan dapat

menimbulkan kerugian. Masalah kekurangan atau kelebihan gizi pada orang dewasa
(usia 18 tahun ke atas) merupakan masalah penting, karena selain mempunyai resiko
Oleh:

Rawar Prasetyo produktivitas kerja. Berdasarkan hasil


penyakit tertentu, juga dapat Dian
mempengaruhi
106101003313

pada tabel 5.2 didapatkan bahwa jumlah pekerja yang tidak gemuk lebih banyak jika
dibandingkan dengan pekerja yang gemuk.
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Dari hasil
analisis bivariat pada tabel 5.6 didapatkan bahwa tidak ada
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
hubungan UNIVERSITAS
yang bermakna
antara status gizi (IMT) dengan KVP. Peneliti berasumsi
1431 H/2010 M

bahwa hal ini terjadi karena pengaruh faktor lain yaitu kebiasaan merokok. Menurut
Suyono (2001) merokok lebih merendahkan kapasitas vital paru dibandingkan
beberapa bahaya kesehatan akibat kerja, pernyataan ini didukung oleh hasil tabulasi
silang antara pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan merokok dengan KVP
didapatkan

hasil sebagian besar pekerja yang tidak gemuk memiliki kebiasaan

merokok mengalami restriksi KVP.

75

Hal in tidak sejalan dengan pendapat Nyoman (2001) yang menyatakan bahwa
status FAKTOR-FAKTOR
gizi seseorang YANG
dapatBERHUBUNGAN
mempengaruhi
kapasitas
vital VITAL
paru. PARU
Orang kurus tinggi
DENGAN
KAPASITAS
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

biasanya memiliki kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek dan status gizi yang
berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan compliance dinding
SKRIPSI
dada dan paru sehingga ventilasi paru
akan terganggu akibatnya kapasitas vital paru

akan menurun. Jika dilihat dari hasil uji statistik, diketahui nilai OR=1,75 artinya
pekerja gemuk memiliki peluang 1,75 kali lebih besar untuk mengalami restriksi
dibanding dengan pekerja yang tidak gemuk. Untuk penelitian selanjutnya
diharapakan kalibrasi pada timbangan injak setiap kali melakukan pengukuran berat
badan, sehingga tidak terjadi bias pada hasil pengukuran.
6. Hubungan antara riwayat penyakit dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)
Dari hasil uji statistik yang ada pada tabel 5.6 diketahui bahwa seluruh pekerja
Oleh:

Dianatau
Rawar
Prasetyo
tidak memiliki riwayat penyakit,
data
yang ada bersifat homogen sehingga tidak
106101003313

dapat dilakukan analisis lebih lanjut. Hal ini tidak sejalan dengan pendapat yang di
utarakan oleh Ganong (2002) bahwa kondisi kesehatan dapat mempengaruhi
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

kapasitas vital paru


seseorang. Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sakit. Hal UNIVERSITAS
tersebut terjadi
karena pekerja belum ada yang pernah melakukan check up
1431 H/2010 M

ke dokter sehingga tidak pernah ada diagnosis dokter apakah para pekerja memiliki
riwayat penyakit khususnya penyakit pernapasan. Sebaiknya untuk penelitian
selanjutnya, agar melakukan pemeriksaan kesehatan dengan diagnosis petugas
kesehatan untuk mengetahui riwayat penyakit atau dapat menanyakan gejala-gejala
penyakit yang dapat mempengaruhi KVP.

76

7. Hubungan antara masa kerja dengan Kapasitas Vital Paru (KVP)


Masa kerja adalah
salah satu variabel
disinyalir
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGANyang
KAPASITAS
VITAL memiliki
PARU

hubungan

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

terhadap KVP. Menurut Mila (2006), masa kerja adalah lamanya seorang tenaga kerja
bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat bekerja
SKRIPSI
sampai penelitian berlangsung. Berdasarkan
data pada tabel 5.4 diketahui bahwa

distribusi pekerja menurut masa kerja cukup bervariasi, ada yang baru menggeluti
profesi sebagai pekerja las selama 1 tahun ada pula yang sudah lebih dari 10 tahun.
Berdasarkan data pada tabel 5.8 diketahui bahwa pekerja yang mengalami restriksi
adalah pekerja yang memiliki rata-rata masa kerja selama 9 tahun sebanyak 14 orang
(37,8%) pekerja.

Dari hasil analisis bivariat didapatkan bahwa ada hubungan yang signifikan
Oleh:

antara masa kerja dengan KVP. Hal ini sejalan dengan penelitian Ulinta (1998) di
Dian Rawar Prasetyo

bandung, mengatakan bahwa masa


kerja di suatu perusahaan yang mengandung
106101003313
banyak debu mempunyai resiko tinggi untuk timbulnya pneumkoniosis, hal ini
sejalan pula denganPROGRAM
penelitian
Setiyani
(2005),
dalam lingkungan kerja yang berdebu,
STUDI
KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

masa kerja dapat mempengaruhi dan menurunkan kapasitas fungsi paru pada
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010
M yang menyatakan bahwa semakin lama
karyawan serta pendapat Sumamur
(1996)

seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang
ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut.

BAB VII
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

KESIMPULAN DAN SARAN

PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian SKRIPSI
dan pembahasan pada BAB sebelumnya, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Gambaran KVP pekerja yang mengalami resriksi adalah sebesar 14 orang
(37,8%) dan pekerja yang tidak mengalami restriksi adalah sebesar 23 orang
pekerja (62,2%)
2. Terdapat hubungan antara penggunaan APD dengan KVP dengan P value
sebesar 0,011. Terdapat hubungan antara umur dengan KVP dengan P value
Oleh:
sebesar 0,001. Terdapat hubungan
antara kebiasaan merokok dengan KVP
Dian Rawar Prasetyo

dengan P value sebesar 106101003313


0,001. Terdapat hubungan antara masa kerja dengan
KVP dengan P value sebesar 0,000.
3. Tidak adaPROGRAM
hubunganSTUDI
antara
kebiasaanMASYARAKAT
Olahraga dengan KVP dengan P value
KESEHATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

sebesar 0,63. Tidak ada hubungan antara status gizi (IMT) dengan KVP
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

dengan P value sebesar 0,625


1431 H/2010 M

77

78

B. Saran
1.FAKTOR-FAKTOR
Saran Bagi Pekerja
YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

a. Sebaiknya pekerja selalu menggunakan APD ketika bekerja, agar


mengurangi resiko terjadinya KVP.
SKRIPSIbaik yang tua maupun yang muda dapat
b. Sebaiknya semua pekerja

menggunakan

APD

secara

disiplin,

mengurangi/menghilangkan

kebiasaan merokok dan meningkatkan olahraga.


c. Sebaiknya para pekerja yang merokok agar berhenti merokok, sehingga
dapat mengurangi resiko terjadinya restriksi KVP.
d. Sebaiknya para pekerja yang memiliki masa kerja baik baru atau lama
dapat menggunakan APD secara disiplin.
2.

Saran Bagi Pemilik Bengkel Las


Oleh:

Dian
Rawar Prasetyo
a. Sebaiknya pemilik
bengkel
las memberikan pendidikan dan pelatihan
106101003313

penggunaan APD yang benar, serta penyediaan jenis masker yang sesuai
dengan potensi bahaya yang ada
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

3. Saran Untuk
Penelitian Selanjutnya
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
a.UNIVERSITAS
Untuk Penelitian
selanjutnya sebaiknya dapat melanjutkan analisis
1431 H/2010 M

sampai multivariat, sehingga diketahui faktor yang paling berhubungan


dengan KVP.
b. Dalam penelitian selanjutnya, sebaiknya melakukan kalibrasi alat disetiap
akan melakukan pengukuran, sehingga tidak menimbulkan bias pada
hasil pengukuran.

79

c. Perlu diadakan penelitian lanjutan terhadap variabel yang belum diteliti


pada penelitian
ini, seperti paparan
debu.
FAKTOR-FAKTOR
YANG BERHUBUNGAN
DENGAN
KAPASITAS VITAL PARU
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

d. Sebaiknya untuk variabel riwayat menggunakan bahasa yang mudah


dimengerti atau dapat menanyakan gejala-gejala penyakit.
SKRIPSI

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

DAFTAR PUSTAKA
Adriskanda, B. Yunus, F. Setiawan, B. 1997. Perbandingan nilai kapasitas Difusi paru
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

antara orang yang terlatih dan tidak terlatih. Jurnal Respirologi Indonesia, 17, 76 83.
PADA PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010

American thoracic society. 1987. Standardization Of Spirometry Up Date, am rev respire dis, 36:
1285-1297
Amin Muhammad. 1985 Pengaruh Polusi Udara Terhadap Fungsi Paru. Bagian Pulmonologi
SKRIPSI

Fakultas Kedokteran Unair, RS Dr sutomo, Surabaya, paru 14: 6-14

Barbara . A. Plog. 2002. Fundamental of industrial Hygiene. National of safety council


Becket WS. 2000. Occupational Respiratory Diseases. N Engl J Med; 342:406-12. Cermin
Dunia Kedokteran No. 138
Bhismamurti. 2002. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah

Mada

University Press
Budiono. AM Sugeng dkk.2002. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan. Semarang: Badan
Penerbit UNDIP
Chang-Yeung M, Malo JL. 1995. Occupational
asthma. N Engl J Med; 97:93-104. Cermin
Oleh:
Dunia Kedokteran No. 138

Dian Rawar Prasetyo

106101003313
Corwin J, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisologi.
Jakarta: EGC

Cullen MR, Cherniack MG. 1990. Rosenstock L. Occupational Medicine. N Engl J Med;
322:594-601,675-83. Cermin Dunia Kedokteran No. 138
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Dahlan. M. Sopiyudin. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

Depkes RI. 1990. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Tenaga Kerja. Jakarta:
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Depkes.

1431 H/2010 M

Depkes RI. 2002. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen PPM&PLP tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta: Depkes RI
Dr. M.N. Bustan. 2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Jakarta : PT. RINEKA CIPTA
Guyton. Arthur C et all. 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati Setiawan. Jakarta: EGC
Harrington. Gill . 2005. Buku Saku Kesehatan Kerja. Jakarta : EGC
Ikhsan. Mukhtar. 2002. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI Press
Koesyanto. Herry et all .2005. Panduan Praktikum Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan
Kerja. Semarang: UPT UNNES Press

McDonald JC, Keynes HL, Meredith SK. 2000. Reported incidence of occupational asthma in
The United Kingdom, 1989-97. Occup Environ Med; 57:823-9. Cermin Dunia Kedokteran
No. 138

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

PADA
PEKERJA
BENGKEL Antara
LAS DI PISANGAN
CIPUTATPemakaian
TAHUN 2010 APD Pernafasan
Mila. Siti Muslikatul.
2006.
Hubungan
Masa Kerja,

(Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas Fungsi Paru PT Ascent
House Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES
SKRIPSI
Nur. Kartika Wijayanti. 2005. Pengaruh Pemakaian
Kacamata Las Terhadap Ketajaman

Penglihatan Pada Pekerja Las Karbit Di Wilayah Pinggir D.I. Panjaitan Kota Semarang.
Skripsi. Semarang. UNNES
Pearce, Evelyn C. 1991 . Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pusat
Utama
Pollock, M.L Wimroe jh. 1987. Exercise In Health Disease. Wb Saunder.Co, Philadelpia: 131152

Pudjiastuti. Wiwiek. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta : Pusat
Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
Rini Ae. 1998.

Oleh:

Hubungan Pemaparan Debu Terhadap Gangguan Fungsi Paru Pekerja


Dian Rawar Prasetyo

Pemecah Batu Mojokerto. Tesis , PSIKM UNAIR, Surabaya.


106101003313

Rosenstock L, et all. 1991. Occupational and environmental Medicine: meeting the growing
need for clinical services.
N Engl STUDI
J Med;
326:924-7.
Cermin Dunia Kedokteran No. 138
PROGRAM
KESEHATAN
MASYARAKAT
FAKULTAS
KEDOKTERAN
DAN ILMU KESEHATAN
Simaela. Steven L. 2000. FaktorFaktor
yang Berhubungan
Dengan Kapasitas Maksimal Paru
UNIVERSITAS
SYARIF
HIDAYATULLAH
Pekerja Perushaan
PemecahISLAM
Batu NEGERI
Pada PT.
P BOGOR
JAWA JAKARTA
BARAT . Tesis. Depok: UI
1431 H/2010 M

Solech. Muhammad. 2001. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan Kapasitas
Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1Grobogan Juni 2001. Skripsi. Semarang:
UNDIP
Sonawan. Herry et all. 2004. Pengantar untuk Memahami Proses Pengelasan Logam. Bandung:
ALFA BETA
Srikandi Fardiaz. 1999. Polusi Air dan Udara. Yogyakarta: Kanisius
Sriwidharto. 1987. Petunjuk Kerja Las, Cetakan Ketiga. PT PRADNYA PARAMITA, Jakarta.

Sumamur PK. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung
Agung
Supariasa. I DewaFAKTOR-FAKTOR
Nyoman, dkk.YANG
2001.BERHUBUNGAN
Penentuan Status
Gizi.
Jakarta: VITAL
EGC PARU
DENGAN
KAPASITAS
PADA
BENGKEL
DI PISANGAN
Suyono. Joko. Deteksi
DiniPEKERJA
Penyakit
Akibat LAS
Kerja.
Jakarta :CIPUTAT
EGC TAHUN 2010

Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC


Tambayong. Jan. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta
SKRIPSI
Trisnawati, Hanida. 2007. Faktor-Faktor yang
Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru

Tukang Ojek di Alun-Alun ungaran. Skripsi. UNNES


Ulinta B. 1998. Analisis Epidemiologi Pneumoconiosis Pada Pekerja Tambang Batu Di
Bandung Berdasarkan X Ray Paru Klasifikasi Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan.
Tesis, PSIKM UI , Jakarta.
Warpaji. Suparman. 1994. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :FK UI
Widodo Adi, Tri. 2007. Faktor Faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas Vital Paru Pada
Pekerja Pembuatan Genteng. Skripsi. UNNES
Zaenal. Yuli Setiyani. 2004. Hubungan antara Amsa Kerja dengan Kapasitas Fungsi Paru pada
Pengemudi Bus DAMRI Unit Kota Semarang Jalur Terboyo-Mangkang 2004. Skripsi.
UNNES

Oleh:
Dian Rawar Prasetyo
106101003313

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1431 H/2010 M

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


Nama

: Dian Rawar Prasetyo


FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAPASITAS VITAL PARU

TTL

PEKERJA BENGKEL LAS DI PISANGAN CIPUTAT TAHUN 2010


: Jakarta, 09 PADA
mei 1989

Alamat : Jl. Batang Blok. G1 No.34 02/08 Kel. Gembor, Kec. Periuk Tangerang
Agama : Islam

15133

SKRIPSI

Gol.darah : O
No. Telp. : (021)5921109 /085693398270
RIWAYAT PENDIDIKAN
Tahun

Riwayat Pendidikan

1994 --2000

SD Negeri Periuk 5

2000 2003

SMP Negeri 15 Tangerang.

2003 2006

SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah Sukabumi

2006 sekarang

S1 Kesehatan Masyarakat Peminatan Keselamatan dan


Oleh:

Kesehatan Kerja Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Dian Rawar Prasetyo
Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
106101003313
PENGALAMAN ORGANISASI
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Tahun

Pengalaman Organisasi

2008 sekarang

Staff Departemen Seni dan Olahraga BEM Jurusan Kesehatan

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


1431 H/2010 M

2008 2009

Ketua dewan pimpinan wilayah PPM Fakultas Kedokteran dan


Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2006 2007

Staff Departemen Riset dan Data BEM Fakultas


Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.

iv

Anda mungkin juga menyukai