Pengertian
Etiologi
Menurut Syamsuhidayat, 2004 : 72
a.
Fekolit / massa fekal padat karena konsumsi diit rendah
serat
b.
Tumor Appendiks
c.
Cacing Ascaris
d.
e.
2.
a.
b.
Fekolit
c.
Benda asing
d.
e.
3.
Neoplasma
Menurut Irga, 2007 :
C.
Klasifikasi
a.
b.
a.
D.
Manifestasi Klinis
1.
2.
a.
Sakit, kram di peri umbilikus menjalar ke kuadran kanan
bawah.
b.
Anorexia.
c.
Mual.
d.
Muntah (tanda yang umum, kurang umum pada anak yang
lebih besar).
e.
Demam ringan di awal penyakit, dapat naik tajam pada
peritonitis.
f.
g.
Nyeri lepas.
Bising usus menurun atau tidak ada sama sekali.
h.
Konstipasi.
i.
Diare.
j.
Disuria.
k.
Iritabilitas.
l.
Gejala berkembang cepat, kondisi dapat di diagnosis
dalam 4 sampai 6 jam setelah munculnya gejala pertama.
3.
E.
Patofisiologi
2.
Appendiksitis akuta perfrate (termasuk appendiksitis
ganggrenosa, karena dinding appendiks sebenarnya sudah
terjadi mikro perforasi).
G.
Pemeriksaan Penunjang
2.
3.
4.
Gejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu
makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan di
perut terasa nyeri.
b.
1.
Lokalisasi
Test Rectal
Pemeriksaan Laboratorium
a.
Leukosit meningkat sebagai respon fisiologis untuk
melindungi tubuh terhadap mikroorganisme yang menyerang
pada appendicitis akut dan perforasi akan terjadi leukositosis
yang lebih tinggi lagi.
b.
c.
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
appendicitis infiltrat.
d.
4.
Pemeriksaan Radiologi.
a.
Adanya sedikit fluid level disebabkan karena adanya udara
dan cairan.
b.
c.
Pada keadaan perforasi ditemukan adanya udara bebas
dalam diafragma.
H.
Penatalaksanaan
Sebelum operasi
a.
b.
c.
Rehidrasi.
d.
Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan
secara intravena.
e.
Obat-obatan penurun panas, phenergan sebagai anti
mengigil, largaktil untuk membuka pembuluh pembuluh darah
perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai.
f.
2.
Operasi
a.
Appendiktomi.
b.
Appendiks dibuang, jika appendiks mengalami perforasi
maka abdomen dicuci dengan garam fisiologi dan antibiotik.
c.
Abses appendiks diobati dengan antibiotika IV, massanya
mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase
dalam jangka waktu beberapa hari. Appendiktomi dilakukan bila
Pasca Operasi
a.
Observasi TTV
b.
Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga
aspirasi cairan dapat dicegah.
c.
d.
Pasien dikatakan baik bila dalam 12 jam tidak terjadi
gangguan selama pasien dipuasakan.
e.
Bila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada
perforasi, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal.
f.
Berikan minum mulai 15 ml/jam selama 4-5 jam lalu
dinaikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya berikan makanan
saring dan hari berikutnya diberikan makanan lunak.
g.
Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk
tegak di tempat tidur selama 2x30 menit.
h.
Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk diluar
kamar.
i.
Hari ke-7 jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan
pulang.
Komplikasi
Menurut Irga, 2007
Appendiksitis adalah penyakit yang jarang mereda dengan
spontan, tetapi penyakit ini tidak dapat diramalkan dan
Pengkajian
Wawancara
d.
Kebiasaan eliminasi.
2.
Pemeriksaan fisik
a.
Pemeriksaan fisik keadaan umum klien tampak sakit
ringan/sedang/berat.
b.
Sirkulasi :
Takikardia.
c.
Respirasi :
d.
Aktivitas/istirahat : malaise
e.
Distensi abdomen, nyeri tekan/ nyeri
lepas, kekakuan, penurunan/ tidak ada bising usus.
f.
Eliminasi :
kadang.
g.
Nyeri/ketidaknyamanan : nyeri abdomen sekitar
epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi
pada titik Mc. Burneys, meningkat karena berjalan, bersin, batuk
atau nafas dalam. Nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi
ekstensi kaki kanan / posisi duduk tegak.
h.
i.
j.
k.
Pada pemeriksaan rektal toucher akan teraba benjolan dan
penderita merasa nyeri pada daerah prolitotomi.
l.
Berat badan sebagai indikator untuk menentukan
pemberian obat.
3.
Pemeriksaan Penunjang
a.
Tanda- tanda peritonitis kuadran kanan bawah. Gambaran
perselubungan mungkin terlihat ileal atau caecal ileus
(gambaran garis permukaan cairan udara di sekum atau ileum).
b.
Laju endap darah (LED) meningkat pada keadaan
appendiksitis infiltrate.
c.
Urin rutin penting untuk melihat apa ada infeksi pada
ginjal.
d.
e.
f.
Ultrasound : fekolit non klasifikasi, appendiks non
perforasi, abses appendiks.
B.
Rasional :
d.
f.
2.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terbukanya port
de entry kuman.
Tujuan : Infeksi tidak terjadi, meningkatkan penyembuhan luka
dengan benar.
Intervensi :
a.
Awasi tanda-tanda vital, perhatikan
demam, menggigil, berkeringat, meningkatnya nyeri abdomen.
Rasional : Dugaan adanya infeksi/terjadinya sepsis.
b.
Lakukan pencucian tangan yang baik perawatan luka
dengan teknik aseptik
Rasional : Menurunkan resiko penyebaran bakteri.
c.
Intervensi
a.
Rasional :
c.
Rasional :
d.
Anjurkan kepada keluarga untuk memberikan atau
menyiapkan makanan selagi hangat.
Rasional :
5.
Resiko tinggi terhadap kekurangan volumen cairan
berhubungan dengan pembatasan pasca operasi, status
hipermetabolik.
Tujuan : Mempertahankan keseimbangan cairan dibuktikan
dengan turgor kulit baik, tanda-tanda vital stabil, kelembaban
membran mukosa.
Intervensi :
a.
d.
Kaji seluruh panjang ekstremitas yang cidera untuk
pembengkakan atau pembentukan edema
Rasional : Peningkatan lingkar ekstremitas yang cidera dapat
diduga adanya pembengkakan jaringan/edema.
e.
Selidiki tanda iskemia ekstremitas tiba-tiba contoh
penurunan suhu kulit dan peningkatan arteri.
DAFTAR PUSTAKA