BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu perbuatan ibadah yang sangat mulia adalah
perkawinan.1Perkawinan di dalam Islam sangat memperhatikan
keabsahannya,
karena
bertujuan
membangun
keluarga
mewujudkan
rumah
tangga
yang
sakinah
...
telah
cerdas
(pandai
memelihara
harta),
maka
-1-
memiliki makna
Menurut M. Quraish Shihab, lafaz
kesempurnaan akal dan jiwa, yang menjadikannya mampu
bersikap dan bertindak setepat mungkin. 4 Berdasarkan kajian
ini, ulama Syafiiyah, Hanafiyah, Hanbilah dan Malikiyah
berpendapat, wali dapat menikahkan anak kecil yang sudah
tamyiz, jika hal itu dipandang maslahat. Pendapat lebih
ekstrim dikemukakan ulama Malikiyah, wali dapat menikahkan
anak kecil (belum tamyiz) dan orang gila demi kemaslahtan.
Terlihat dengan jelas, seluruh ulama di dalam kitab fikih tidak
begitu tegas membuat batasan umur bolehnya menikah.5
Muhammad Zuhailiy,di dalam kitabnya al-Mutamad fiy
al-Fiqh asy-Syafiiy menyimpulkan, di zaman sekarang para
ulama kontemporer menetapkan usia bagi calon pengantin
laki-laki maupun perempuan melalui Undang-Undang al-ahwal
asy-syakhsiyyah.
Undang-Undang
ini
semata-mata
demi
19
tahun
dan
wanita
16
tahun,
namun
pada
ini
ke
Perkawinan Di Bawah
dalam
makalah
yang
berjudul
terjadinya
nikah
di
saja
bawah
yang
umur
di
menekan
terjadinya
nikah
di
bawah
umur
di
terjadinya
perkawinandi
bawah
umur
di
BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam istilah fikih disebut juga
dengan
mengandung
pembolehan
melakukan
istimta
kekal
berdasarkan
Ketuhanan
Yang
Maha
Esa.2
batin
antara
seorang
pria
dan
wanita
untuk
dan
rumah
tangga,perkawinan
hanya
boleh
yang
tertuang
dalam
undang-undang.
Apabila
umur.
Perkawinan
di
bawah
umur
tidak
dapat
ahli
fikih,
sebagaimana
tamyiz
(7
tahun
ke
bawah)
atau
gila,
maka
ini
anak
mengalami
pertumbuhan
dan
masa
perkembangan
pada
masa
remaja
menuntut
hanya
sedikit
anak
laki-laki
dan
anak
rentan
dengan
resiko
kesehatan
khususnya
Perlindungan
Anak,
Seto
Mulyadi,
merupakan
sehingga
sangat
rentan
dengan
perceraian.
untuk
tidak
(9)
Lafaz
berbentuk nakirah atau lafaz umum
yang bermakna kelemahan lebih dari satu, baik itu
lemahdalam ekonomi, lemah iman, lemah ilmu dan lain
sebagainya. Ayat ini mengigatkan juga untuk mempersiapkan
generasi beriman dan cerdas. Pernikahan di bawah umur akan
mewujudkan generasi yang lemah disebabkan ibunya memiliki
alat reproduksi yang belum matang dan mental yang masih
lemah.
5. Metodologi Penulisan
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa langka
yang harus ditempuh agar penelitian ini menjadi lebih
sistematis,
akurat
dan
mempunyai
analisis
yang
baik
atau
peristiwa
yang
terjadi
pada
kelompok
yang
digunakan
dalam
10
yang
diperlukan
dari
dalam
mengumpulkan
data-data
yang
diperlukan.
c.
Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi
ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumendokumen. Ada juga yang mengartikan dengan mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.
8. Pengolahan Dan Analisis Data
12
BAB III
PERKAWINAN DI BAWAH UMUR
DI KECAMATAN BUKIT MALINTANG MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR I TAHUN 1974
A. Deskripsi Masalah
1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Malintang
Kecamatan Bukit Malintang adalah salah satu
kecamatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal
Provinsi Sumatera Utara. Posisinya berada pada 05524 LU
dan 99315 BT dengan luas 7.004,55 Ha atau mencakup
1,05 % luas Kabupaten Mandailing Natal.1
Menurut data perkembangan penduduk
dikeluarkan Camat Bukit Malintang tahun 2014,
yang
jumlah
1
2
14
mayoritas
bermazhab
Syafii
dan
sangat
ketat
tetap
boleh
dan
sah
melangsungkan
sambil
menunggu
usianya
dibolehkan
oleh
TAHUN
O
1
2
3
4
2012
2013
2014
2015
2015
TOTAL
s.d
10
9
13
April
6
38
15
a. Rentan KDRT
Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan
yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan
mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
b. Risiko meninggal
Selain tingginya angka KDRT, perkawinan dini berdampak
pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 1014 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama
kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 2025 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun
memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.
3. Terputusnya akses pendidikan
Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak
tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen
anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.
B. Analisa Masalah
1. Faktor Penyebab terjadinya pernikahan di bawah umur
Ada
beberapa
sebab
mengapa
perkawinan
16
dini
ini
tidak
menutup
kemungkinan
17
di
atas.
Namun
tidak
setiap
melakukan
melanggar
SMS-SMS-an).
agama,
Semua
hanya
saja
orang
dalam
tentu
takut
aplikasinya
ikatan
nikah.
Dengan
kata
lain,
menjalin
agar
tersebut.
mereka
terhindar
dari
berbuat
berzina
17
18
Dicatat
ada
satu
kasus
yang
mengajukan
tua
yang
tidak
mendukung
anak
sekolah.
19
alasannya
adalah
untuk
segera
inilah
yang
kadang-kadang
menyebabkan
hanya
karena
terdorong
oleh
keinginan
karena
ikatan
tersebut
akan
membawa
yang
mudah
terlihat.
Teknologi
telepon
yang
membaca
dampak
pada
terjadinya
usia
dini.
Demikian
halnya
dengan
mudahnya
19
20
yang
dapat
disimpulkan
dari
sebab-sebab
hubungan
seksual.
Akibat
berikutnya,
untuk
yaitu
tanggungjawab
integritas,
dan
profesionalitas,
keteladanan.
Integritas
inovasi,
dimaknai
jujur,
hati
yang
tulus,
tidak
munafik,
tidak
komitmen
yang
telah
dibuat
kapan
dan
menjadikannya
patron
dalam
bersikap
maupun
22
yang
matang
melangsungkan
dalam
melakukan
sidang
dispensasi
ke
melakukan
pengantin
yang
pendampingan
hendak
mengajukan
kepada
calon
dispensasi
ke
Pengadilan Agama.
3. Kendala/hambatan dalam menjalankan program pengurangan
nikah di bawah umur
umur,
petugas
KUA
Kecamatan
mengahadapi
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, Maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Bahwa pada umumnya penduduk Kecamatan Bukit
Malintang melakukan perkawinan usia muda disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti faktor ekonomi (Mengurangi beban
keluarga), faktor kemauan sendiri (merasa sudah saling mencintai),
Faktor pendidikan (Kurangnya pengetahuan orang tua dan anak), dan
faktor keluarga (orang tua mencarikan jodoh untuk anaknya)
b. Masalah yang dialami oleh pasangan perkawinan usia muda seperti
adanya keegoisan antara pasangan itu sendiri, terjadinya pertengkaran,
percekcokan, bentrokan antar suami-istri yang jika ini terus menerus
dapat mengakibatkan perceraian. Dan masalah yang timbul tidak hanya
dirasakan oleh pasangan perkawinan usia muda tersebut tetapi juga
berpengaruh terhadap orang tua kedua belah pihak karena apabila
perkawinan diantara anak-anak mereka lancar maka kedua orang tua
mereka akan merasa senang dan bahagia. Namun apabila kebalikannya
perkawinan dari anak-anaknya mengalami kegagalan maka mereka
akan merasa sedih dan kecewa akan keadaan rumah tangga anakanaknya. Dari kegagalan perkawinan anak-anaknya tersebut tidak
menutup kemungkinan silaturahmi diantara keluarga tersebut akan
terputus.
24
25
26
DAFTAR PUSTAKA
AL-Quran al-Karim
Jakarta:
B.
Hurlock,
Tugas
Perkembangan,
Erlangga,
Jakarta, 1980
Manuaba, Ida Bagus Gde.
Kesehatan
reprosuksi
Wanita.Salemba
Medika,
Jakarta.
M.
Qurasih
Shihab,
Tafsir
al-Misbah,
vol.
2,
cet.V,