Anda di halaman 1dari 34

ABSTRAKSI

Perkawinan merupakan sebuah akad yang paling urgen


dalam kehidupan bermasyarakat. Ia bukan saja semata-mata
hanya hubungan keperdataan semata, akan tetapi Islam
menyebutnya sebagai misaqan galiza (perjanjian yang kuat).
Oleh sebab itu perkawinan harus dilaksanakan secara sempurna
rukun dan syaratnya dan dengan kematangan jiwa dan
kemampuan bertindak. Orang yang masih di bawah umur
(dibawah 16 untuk wanita dan di bawah 19 tahun untuk pria),
menurut Undang-Undang No. I Tahun 1974 tentang pernikahan
dan Kompilasi Hukum Islam tidak diizinkan pernikahannya,
kecuali ada dispensasi dari Pengadilan Agama. Walaupun sudah
ada yang
mengatur batas usia perkawinan,
sebahagian
masyarakat Kecamatan Bukit Malintang masih bahasan dalam
tulisan sederhana ini.
Adapun masalah dalam penelitian ini adalah untuk
mengungkap latarbelakang terjadinya nikah di bawah umur,
solusi apa yang harus dilaksanakan untuk menghadapi masalah
tersebut dan apa kendala/hambatan dalam menyelesaikan kasus
itu.
Penelitian ini dilihat dari segi jenisnya adalah penelitian
lapangan (field research). Sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk ke dalam
penelitian deskriptif analitis. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
interview dan dokumentasi. Setelah data-data tersebut didapatkan langkah
selanjutnya dianalisa. Adapun tahapan analisa tersebut ialah reduksi, display dan
teknik trigulasi data. Setelah ini dilakukan, kemudian dibahas dan dianalisa dan
pada akhirnya diambil kesimpulan.
Setelah melalui penelitian yang panjang dapatlah diambil kesimpulan
bahwa terjadinya nikah di bawah umur disebab beberapa faktor , yaitu ekonomi,
budaya, teknologi dan agama. Solusi yang harus diterapkan untuk menyelesaikan
masalah tersebut adalah melakukan sosialisasi dalam bentuk khutbah Jumat dan
ceramah/penyuluhan untuk memberikan pemahaman akan dampak dari nikah di
bawah umur serta melakukan penigkatan lima budaya kerja Kementerian Agama,
yaitu integritas, profesional, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan. Di dalam
menjalankan program-program KUA di bidang perkawinan di bawah umur
banyak menghadapi hambatan atau kendala, yaitu terbatasnya personil dan sarana
dan prasarana serta telah membudayanya pola pikir di masyarakat tentang
bolehnya nikah di bawah umur.

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu perbuatan ibadah yang sangat mulia adalah
perkawinan.1Perkawinan di dalam Islam sangat memperhatikan
keabsahannya,

karena

bertujuan

membangun

keluarga

sakinah mawaddah wa rahmah. Allah SWT berfirman dalam


surah ar-Rum ayat 21 :

Artinya: Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia


menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri,
supaya
kamu
cenderung
dan merasa
tentram
kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih
dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. 2
Guna

mewujudkan

rumah

tangga

yang

sakinah

mawaddah warhamah, maka diperlukan kematangan jiwa dan


bertindak. Allah berfirman dalam surah an-Nisa ayat 6 :

...








Artinya : Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup


umur untuk kawin. Kemudian jika menurut pendapatmu
mereka

telah

cerdas

(pandai

memelihara

serahkanlah kepada mereka harta-hartanya.3

harta),

maka

1. Menurut UU No. I/1974 pasal 1, perkawinan Perkawinan adalah ikatan lahir


bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Dirjen Bimas Islam,
Himpunan Peraturan Prundang-Undangan Perkawinan, Jakarta, 2010, hlm.
17
2. Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,CV Kathoda, Jakarta,
hlm., 572
3. Ibid., hlm. 100

-1-

memiliki makna
Menurut M. Quraish Shihab, lafaz

kesempurnaan akal dan jiwa, yang menjadikannya mampu
bersikap dan bertindak setepat mungkin. 4 Berdasarkan kajian
ini, ulama Syafiiyah, Hanafiyah, Hanbilah dan Malikiyah
berpendapat, wali dapat menikahkan anak kecil yang sudah
tamyiz, jika hal itu dipandang maslahat. Pendapat lebih
ekstrim dikemukakan ulama Malikiyah, wali dapat menikahkan
anak kecil (belum tamyiz) dan orang gila demi kemaslahtan.
Terlihat dengan jelas, seluruh ulama di dalam kitab fikih tidak
begitu tegas membuat batasan umur bolehnya menikah.5
Muhammad Zuhailiy,di dalam kitabnya al-Mutamad fiy
al-Fiqh asy-Syafiiy menyimpulkan, di zaman sekarang para
ulama kontemporer menetapkan usia bagi calon pengantin
laki-laki maupun perempuan melalui Undang-Undang al-ahwal
asy-syakhsiyyah.

Undang-Undang

ini

semata-mata

demi

terciptanya kemaslahtan dan menghindari kerusakan di masa


sekarang, khususnya yang terjadi pada perkawinan usia dini. 6
Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim memiliki
UU No. I tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam yang
mengatur tentang Perkawinan. Pada pasal 7 ayat 1 dan 2 UU I
tahun 1974 disebutkan Perkawinan hanya diizinkan jika pihak
pria sudah mencapai umur 19 (sembilas belas tahun).Dalam
hal penyimpangan pada ayat 1 pasal ini, dapat meminta

dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang ditunjuk


oleh kedua orang tua pria maupun pihak wanita sudah
mencapai umur 16 (enam belas) tahun.7
Walaupun sudah ada undang-undang yang mengatur
batas usia bolehnya melangsungkan perkawinan, yaitu untuk
laki-laki

19

tahun

dan

wanita

16

tahun,

namun

pada

prakteknya masih banyak dijumpai perkawinan


4. M. Qurasih Shihab, Tafsir al-Misbah, vol. 2, cet.V, Perpustakaan Umum
Islam, Jakarta, 2012, hlm. 425
5. Wahbah Zuhailiy, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, juz IV, Dar al-Fikr Beirut,
2005, hlm., 235
3
6. Muhammad Zuhailiy, al-Mutamad fiy Fiqh asy-Syafii, juz III, Dar al-Fikr,
Beirut, 1993, hlm. 176.

7. Dirjen Bimas Islam, op.cit., hlm. 19


di bawah umur, khususnya di kecamatan Bukit Malintang.
Terhitung mulai Januari s/d April 2015, Kepala Kecamatan Bukit
Malintang melakukan penolakan permohonan perkawinan di
bawah umur terhadap 6 orang. 8 Dari yang enam orang ini,
hanya satu yang mengajukan izin dispensasi ke Pengadilan
Agama an. Ainun rezky binti Salamat Nasution (usia 14 tahun)
dengan Penetapan Nomor : 0058/Pdt.P/2015/PA.Pyb tanggal 6
April 2015.
Berdasarkan kasus-kasus di atas, penting untuk diteliti
latarbelakang sebahagian masyarakat masih menginginkan
nikah di bawah umur dan program apa saja yang harus
diterapkan ke depan untuk menekan angka perkawinan di
bawah umur. Oleh karena itu, penulis ingin menuangkan
permasalahan

ini

ke

Perkawinan Di Bawah

dalam

makalah

yang

berjudul

Umur Di Kecamatan Bukit Malintang

Menurut UU No. I Tahun 1974 tentang Perkawinan.


B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latarbelakang masalah terdahulu, maka
dapat rumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Apa yang melatarbelakangi terjadinya perkawinan di bawah


umur di kecamatan Bukit Malintang ?
2. Apa solusi (program apa) yang dapat dilakukan untuk
menekan angka perkawinan di bawah umur ?
3. Apa hambatan
(kendala) dalam menerapkan program
tersebut ?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk
mengetahui
faktor-faktor
apa
menyebabkan

terjadinya

nikah

di

saja

bawah

yang

umur

di

kecamatan Bukit Malintang


2. Untuk mengetahui solusi apa yang harus dikembangkan
untuk

menekan

terjadinya

nikah

di

bawah

umur

di

kecamatan Bukit Malintang


3. Untuk mengetahui hambatan-hambatanatau kendala dalam
menjalan program pencegahan perkawinan di bawah umur

Sedangkan manfaat penelitian ini adalah :


1. Memberikan gambaran yang jelas tentang faktor-faktor
penyebab

terjadinya

perkawinandi

bawah

umur

di

kecamatan Bukit Malintang


2. Memberikan sumbangan pemikiran tentang perkawinan di
bawah umur di Bukit Malintang
3. Menambah referensi bagi peneliti selanjutnya
D. Sistematika Penulisan
Sistematika

penulisan dalam penelitian ini terdiri dari

empat bahagian yang dijabarkan secara runtun dalam alur


pikir sebagai berikut:
Bab I,

yaitu bahagian pendahuluan yang memaparkan

latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan


manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II, yaitu penjabaran tentang kajian teoritis dan
metodologi penulisan yang terdiri dari kajian teoritis, kerangka
berfikir dan metodologi penulisan.

Bab III, yaitu bahagian pembahsan tentang perkawinan


di bawah umur di kecamatan Bukit Malintang menurut
Undang-undang No. I Tahun 1974, terdiri dari deskripsi
masalah dan analisis masalah.
Bab IV, yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan
saran-saran.

BAB II
KAJIAN TEORITIS DAN METODOLOGI PENELITIAN
A. Kajian Teoritis
1. Pengertian Perkawinan
Perkawinan dalam istilah fikih disebut juga

dengan

nikah () . Lafaz nikah sendiri berasal dari bahasa Arab,


yaitu nakaa - yankiu- nikan yang mengandung arti nikah
atau kawin. Secara etimologi, nikah adalah
yang berarti berhimpun atau berkumpul. Sedangkan menurut
:

terminologi fikih adalah :



1

Menurut syara (terminologi) nikah adalah sebuah akad


yang

mengandung

pembolehan

melakukan

istimta

(bersenang-senang) terhadap wanita dengan berhubungan


intim (coitus), menyentuh, mencium, memeluk dalan lain
sebagainya.
Dari defenisi di atas, dapatlah dipahami bahwa
pernikahan adalah suatu akad yang membolehkan seseorang
untuk melakukan hubungan suami isteri. Di dalam UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, tepatnya
pada pasal 1 disebutkan bahwa:
Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang
pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan
tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia
dan

kekal

berdasarkan

Ketuhanan

Yang

Maha

Esa.2

Sementara itu, di dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI)


tepatnya pada pasal 2 disebutkan bahwa:
Perkawinan menurut hukum Islam adalah akad yang sangat
kuat atau mitsaqan ghalidzan untuk mentaati perintah Allah
dan melaksanakannya
1.
2.

Wahbah Zuhailiy, op.cit,hlm. 200


Dirjen Bimas Islam, loc.cit.
-5-

merupakan ibadah. Kemudian pada pasal 3 dijelaskan


bahwa: Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan
rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.3
Dari kedua definisi di atas dapatlah disimpulkan
bahwa perkawinan adalah suatu ikatan yang sangat kuat lahir
dan

batin

antara

seorang

pria

dan

wanita

untuk

melaksanakan perintah Allah swt. yang bertujuan untuk


mewujudkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan
rahmah.4
2. Pengertian Perkawinan di bawah umur
Menurut Undang nomor I tahun 1974 dan Kompilasi
Hukum Islam, nikah hanya diizinkan jika pihak pria berumur
19 tahun dan wanita 16 tahun.6 Untuk kemaslahatan
keluarga

dan

rumah

tangga,perkawinan

hanya

boleh

dilakukan calon suami dan calon isteri yang berumur sesuai


dengan

yang

tertuang

dalam

undang-undang.

Apabila

seorang pria belum mencapai umur 19 tahun dan wanita


belum mencapai 16 tahun, maka perkawinannya disebut di
bawah

umur.

Perkawinan

di

bawah

umur

tidak

dapat

dilangsungkan kecuali ada dispensasi dari Pengadilan Agama


atas pertimbangan maslahat.
Dalam
pandangan

ahli

fikih,

sebagaimana

dikemukakan Wahbah Zuhailiy, jika calon suami atau isteri


belum

tamyiz

(7

tahun

ke

bawah)

atau

gila,

maka

pernikahannya batal atau tidak sah. Sementara itu ulama


Hanabilah dan Malikiyah membolehkan nikah anak belum
tamyiz dan orang gila.5
2 Dirjen Bimas Islam, Loc.cit
3 Sakinah bermakna menjadikan pasangan suami isteri merasakan
ketenangan sertacenderung kepdanya, Mawaddah adalah kelapangan
dada dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Mawaddah adalah
cinta plus makna rahmah adalah kondisi psikologis yang muncul di
dalam hati akibat menyaksikan ketidakberdayaan sehingga
mendorong yang bersangkutan untuk memberdayakannya, M.Quraish
Shihab., op.cit., hlm. 187
4 Wahabah Zuhailiy, loc.cit

3. Kondisi fisik dan psikologi usia remaja


Menurut Zakiah Darajat, remaja adalah masa
peralihan antara anak-anak dengan dewasa. Dalam masa

ini

anak

mengalami

pertumbuhan

dan

masa

perkembangan fisik maupun perkembangan psikisnya.


Mereka bukanlah anak-anak baik bentuk badan ataupun
cara berfikir atau bertindak, tetapi bukan pula orang
dewasa yang telah matang. Rentang waktu usia remaja ini
biasanya dibedakan atas tiga, yaitu 12 15 tahun = masa
remaja awal, 15 18 tahun = masa remaja pertengahan,
dan 18 21 tahun = masa remaja akhir. 5
Elizabeth B. Hurlock menyatakan dalam bukunya
yang berjudul Psikologi perkembangan menyatakan bahwa
tugas

perkembangan

pada

masa

remaja

menuntut

perubahan besar dalam sikap dan pola prilaku anak.


Akibatnya,

hanya

sedikit

anak

laki-laki

dan

anak

perempuan yang dapat diharapkan menguasai tugas-tugas


tersebut selama awal masa remaja, apalagi mereka yang
matangnya terlambat. Kebanyakan harapan ditumpukkan,
padahal ini adalah bahwa remaja muda akan meletakkan
dasar-dasar bagi pembentukan sikap dan pola prilaku.6
Pada usia di bawah 20 tahun keadaan organ
reproduksi belum sepenuhnya matang dan masih dalam
tahap pertumbuhan. Masa ini disebut dengan istilah masa
reproduksi muda artinya meskipun dapat hamil dan
melahirkan akan tetapi sebenarnya tubuh belum siap
untuk hamil. Resiko kesehatan yang harus dihadapi
perempuan saat persalinan antara lain dapat terjadi
disproporsi sefalo pelvik yang akan berdampak pada ibu,
yaitu: Persalinan lebih lama, ketuban pecah dini, serta
kepala tidak mau turun padahal ketuban sudah pecah
maka bisa terjadi tali pusat menumbung, sedangkan
dampak yang terjadi pada bayi, yaitu : persalinan lama

dapat meningkatkan kematian bayi, fraktur pada tulang


kepala oleh
5 Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan Bangsa, (Ruhama,
Bandung, 1994),
hlm., 8
6 Elizabeth. B. Hurlock,Tugas Perkembangan, ( Erlangga, Jakarta, 1980),
hlm., 209

tekanan yang hebat.

Selain itu resiko kesehatan yang

harus dihadapi perempuan adalah aborsi, anemia, intra


uteri fetal death premature, kekerasan seksual, atonia
uteri, cancer servik.7
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa
usia remaja memiliki fisik yang masih berkembang dan
sangat

rentan

dengan

resiko

kesehatan

khususnya

reproduksinya. Dari sisi psikologi, usia remaja memiliki


sifat-sifat emosi yang tidak stabil, belum mempunyai
kemampuan yang matang untuk menyelesaikan konflikkonflik yang dihadapi serta belum mempunyai pemikiran
yang matang tentang masa depan.8
4. Kerangka Berfikir
Fenomena pernikahan di bawah umur menurut Ketua
Komnas

Perlindungan

Anak,

Seto

Mulyadi,

merupakan

fenomena gunung es. Dipermukaan terlihat sedikit, akan tetapi


angka sebenarnya sangat besar. Komnas Perlindungan Anak
sendiri telah menyelamatkan 21 kasus perkawinan di bawah
umur pada tahun 2003. Penekanan terhadap pernikahan di
bawah umur ini cukup penting, karena dampak yang buruk
terhadap calon pengantin maupun generasi sesudahnya.
Pengantin usia muda cenderung memiliki emosi yang tidak
terkontrol,

sehingga

sangat

rentan

dengan

perceraian.

Kejiwaan mereka juga belum mampu menyelesaikan konflik-

konflik yang dihadapi serta belum memiliki pemikiran yang


matang tentang masa depan yang baik.
Alquran mengingatkan orang beriman

untuk

tidak

meninggalkan generasi yang lemah, sebagaimana firmanNya


dalam surah an-Nisa ayat 9 :







(9)

Manuaba, Ida Bagus Gde. Ilmu Kebidanan, Memahami Kesehatan


reprosuksi Wanita.Salemba Medika, Jakarta. hlm. 20
8
Abu
al-Giffariy,
Pernikahan
Dini
Dilema
Generasi
Ekstravagansa,Mujahid, Jakarta, 2004., hlm. 123

Artinya : Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang


yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)
mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada
Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang
benar.9


Lafaz
berbentuk nakirah atau lafaz umum


yang bermakna kelemahan lebih dari satu, baik itu
lemahdalam ekonomi, lemah iman, lemah ilmu dan lain
sebagainya. Ayat ini mengigatkan juga untuk mempersiapkan
generasi beriman dan cerdas. Pernikahan di bawah umur akan
mewujudkan generasi yang lemah disebabkan ibunya memiliki
alat reproduksi yang belum matang dan mental yang masih
lemah.
5. Metodologi Penulisan
Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa langka
yang harus ditempuh agar penelitian ini menjadi lebih
sistematis,

akurat

dan

mempunyai

analisis

yang

baik

terhadap kajian ini. Adapun langkah-langkah tersebut ialah:


1. Jenis dan Sifat Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelian lapangan


(field research). yaitu penelitian yang objeknya mengenai gejalagejala

atau

peristiwa

yang

terjadi

pada

kelompok

masyarakat. Sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk ke dalam penelitian


deskriptif analitis yaitu menggambarkan suatu gajala atau fakta apa adanya
secara akurat dan sistematis kemudian menganalisanya secara cermat dan
teliti.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan
penelitian

yang

digunakan

dalam

penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, yaitu suatu penelitian yang


mengklarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan
mendeskripsikan sejumlah variabel berkenaan dengan masalah dan unit yang akan
diteliti.
9. Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 101

10

6. Lokasi Penelitian dan Objek Penelitian


Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah
kecamatan Bukit Malintang. Sedangkan yang menjadi objek
penelitian ini adalah masyarakat kecamatan Bukit Malintang,
yaitu remaja usia nikah, tokoh pemuda, tokoh agama, dan
tokoh masyarakat.
7. Sumber Data
Sumber data dari penelitian ini terdiri dari dua bagian,
yaitu:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data pokok dari
penelitian ini yaitu berasal dari lapangan baik berupa
observasi, interview maupun dokumentasi dari masyarakat
kecamatan Bukit Malintang.
b. Sumber Data Skunder
Sumber data skunder adalah sumber data pelengkap dari
penelitian ini yaitu al-Fikih al-Islamiy wa Adillatuhu, karya
Wahbah Zuhailiy, Al-Mahally, karya Imam Jalaluddin al-

Mahally, Wawasan Al-Quran: Tafsir Tematik Atas Pelbagai


Persoalan Umat, karya M. Quraish Shihab, al-Mutamad fiy Fikih
asy_Syafii, karya Muhammad Zuhailiy dan lain-lain

c. Teknik Pengumpulan Data.


Untuk mengumpul data-data

yang

diperlukan

dari

penelitian ini, maka digunakan beberapa cara yaitu:


a. Observasi
Yang dimaksud dengan observasi adalah pengamatan
dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti. Dalam hal ini, prilaku masyarakat, khususnya remaja
usia pra nikah.
b. Interview (wawancara)
Interview (wawancara) adalah mencoba mendapatkan
keterangan secara lisan dari responden maupun informan,
dengan bercakap-cakap berhadapan muka dengan orangorang yang mempunyai pengetahuan mengenai penelitian
ini. Dalam hal ini adalah tokoh masyarakat, tokoh adat,
11

tokoh agama, P3N dan lain-lain


Wawancara ini terdiri dari dua jenis, yaitu:

Pertama, wawancara tak terpimpin, ialah wawancara yang


tidak terarah. Kedua, wawancara terpimpin, ialah tanya
jawab yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang
relevan saja. Dalam penelitian ini, kedua jenis wawancara ini
dipergunakan

dalam

mengumpulkan

data-data

yang

diperlukan.
c.

Dokumentasi
Teknik pengumpulan data dengan cara dokumentasi
ialah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumendokumen. Ada juga yang mengartikan dengan mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan lain sebagainya.
8. Pengolahan Dan Analisis Data

Setelah data-data yang diperlukan dalam penelitian


ini, baik data primer maupun data skunder sudah terkumpul,
maka tahapan berikutnya adalah mengolah dan menganalisis
data tersebut. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan
ialah:
a. Tahap Reduksi.
Tahapan ini adalah hal yang dilakukan untuk menelaah seluruh data
yang telah terhimpun dari lapangan, sehingga dapat ditemukan hal-hal
pokok dari objek yang akan diteliti. Kegiatan ini dilakukan untuk
mengumpulkan data atau informasi dari catatan hasil wawancara,
observasi dan studi dokumentasi untuk mencari nilai inti atau pokokpokok yang dianggap penting dari setiap aspek yang diteliti.
b. Tahap Display.
Tahapan ini dilakukan untuk merangkul data temuan dalam
penelitian ini yang disusun secara sistematis untuk mengetahui tentang hal
yang diteliti di lapangan, sehingga melalui teknik display data dapat
memudahkan bagi peneliti untuk menginterpretasikan terhadap data yang
terkumpul.

12

c.Teknik Trigulasi Data


Trigulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain untuk pengecekan atau sebagai
pembanding dari suatu data. Hal ini dapat dicapai dengan cara: pertama,
membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara.
Kedua, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
apa yang dikatakan secara pribadi. Ketiga, membandingkan apa yang
dikatakan orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakan
sepanjang waktu. Keempat, membandingkan keadaan dan perspektif
seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang, seperti rakyat
biasa, orang yang berpendidikan menengah dan tinggi, orang kaya maupun

pemerintah. Kelima membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu


dokumen yang berkaitan.
Setelah ketiga proses data tersebut dilakukan, barulah kemudian
dikemukakan uraian pembahasan dan analisa secara mendalam sebagai
hasil penelitian.

BAB III
PERKAWINAN DI BAWAH UMUR
DI KECAMATAN BUKIT MALINTANG MENURUT UNDANG-UNDANG
NOMOR I TAHUN 1974
A. Deskripsi Masalah
1. Gambaran Umum Kecamatan Bukit Malintang
Kecamatan Bukit Malintang adalah salah satu
kecamatan yang ada di Kabupaten Mandailing Natal
Provinsi Sumatera Utara. Posisinya berada pada 05524 LU
dan 99315 BT dengan luas 7.004,55 Ha atau mencakup
1,05 % luas Kabupaten Mandailing Natal.1
Menurut data perkembangan penduduk
dikeluarkan Camat Bukit Malintang tahun 2014,

yang
jumlah

penduduk kecamatan Bukit Malintang berjumlah 12.822


jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 6534 jiwa dan wanita
6.316 jiwa. Jumlah KK 3235 kepala keluarga, muslim

12.166 jiwa, protestan 596 dan Kristen Katholik 60 jiwa. 2


Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat table berikut ini :

1
2

BPS Mandailing Natal tahun 2014


Ibid

14

13 kecamatan Bukit Malintang


Penduduk Muslim di

mayoritas

bermazhab

Syafii

dan

sangat

ketat

mengamalkannya. Sebagai contohnya adalah mereka


berpendangan

tetap

boleh

dan

sah

melangsungkan

perkawinan pada usia di bawah 16 tahun bagi wanita dan


19 tahun bagi pria.
2. Masalah Nikah Di bawah Umur di Kecamatan Bukit Malintang
Untuk sampai saat ini, berdasarkan data yang ada
(sampai dengan April 2015, ada 6 orang yang mengajukan
permohonan pendaftaran nikah di bawah umur. Dari yang 6
orang ini, hanya satu yang mengajukan dispensasi ke
Pengadilan Agama dan pengajuan. dispensasinya diterima.

Sedangkan yang lainnya di duga melakukan nikah di bawah


tangan

sambil

menunggu

usianya

dibolehkan

oleh

perundang-undangan yang berlaku. Beikut tabel pernikahan


di bawah umur sejak tahun 2012 s/d 20153
DATA PERNIKAHAN DI BAWAH UMUR
KECMATAN BUKIT MALINTANG 2012-2015
N

TAHUN

O
1
2
3
4

2012
2013
2014
2015
2015
TOTAL

JUMLAH NIKAH DI BAWAH UMUR

s.d

10
9
13
April
6
38

3. Statistik KUA Kecamatan Bukit Malintang Tahun 2015

15

Di sisi lain, pemerintah Indonesia telah mengeluarkan


Undang-undang No. I tahun 1974 tentang perkawinandan
Kompilasi Hukum Islam tentang batasan umur melakukan
perkawinan, yaitu sekurang-kurangnya 16 tahun bagi wanita
dan 19 tahun bagi pria. Akan tetapi, karena beberapa faktor,
ternyata masih ada sebahagian masyarakat menganggap
pernikahan di bawah umur adalah hal lumrah, karena sudah
menjadi tradisi.
4. Dampak nikah di bawah umur
Dampak fisik pernikahan dini dapat langsung dilihat oleh
responden seperti adanya masalah saat kehamilan dan persalinan seperti
bayi lahir prematur, bayi cacat fisik, kemacetan persalinan, perdarahan
dan keguguran. Pengetahuan baik juga dikarenakan informasi yang
diperoleh responden dari berbagai sumber seperti guru, orang tua, tenaga

kesehatan, media massa dan elektronika. Akses informasi yang mudah


didapat seperti internet juga membuat pengetahuan responden bertambah.
Selain hal di atas, ada juga dampak buruk dari perkawinan di bawah umur :

a. Rentan KDRT
Menurut temuan Plan, sebanyak 44 persen anak perempuan
yang menikah dini mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
dengan tingkat frekuensi tinggi. Sisanya, 56 persen anak perempuan
mengalami KDRT dalam frekuensi rendah.
b. Risiko meninggal
Selain tingginya angka KDRT, perkawinan dini berdampak
pada kesehatan reproduksi anak perempuan. Anak perempuan berusia 1014 tahun memiliki kemungkinan meninggal lima kali lebih besar, selama
kehamilan atau melahirkan, dibandingkan dengan perempuan berusia 2025 tahun. Sementara itu, anak yang menikah pada usia 15-19 tahun
memiliki kemungkinan dua kali lebih besar.
3. Terputusnya akses pendidikan
Di bidang pendidikan, perkawinan dini mengakibatkan si anak
tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih tinggi. Hanya 5,6 persen
anak kawin dini yang masih melanjutkan sekolah setelah kawin.
B. Analisa Masalah
1. Faktor Penyebab terjadinya pernikahan di bawah umur
Ada

beberapa

sebab

mengapa

perkawinan

16

dini

(dibawah umur) masih terjadi. Sebab-sebab dimaksud dapat


dikelompokkan secara umum menjadi dua, yakni: (1) sebab
dari anak; (2) sebab dari luar anak. Adapun sebab dari anak
dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni: (a) karena tidak
sekolah; dan (b) karena anak melakukan hubungan skesual,
bahkan karena hamil. Namun dapat pula disebut dua sebab
ini saling berhubungan. Adapun penjelasan sedikit lebih rinci
adalah sebagai berikut :

a. Sebab dari Anak


a.1. Tidak Sekolah
Faktor tidak sekolah ini dapat menjadi faktor
terjadinya perkawinan dini dalam dua bentuk. Pertama,
anak putus sekolah, baik pada usia wajib sekolah
maupun diluarnya. Akibatnya, anak mengisi waktu
dengan bekerja. Dalam kondisi sudah bekerja ini, anak
tersebut sudah merasa cukup mandiri, sehingga merasa
mampu untuk menghidupi diri sendiri.
Kedua, dalam kekosongan waktu tanpa pekerjaan
membuat mereka melakukan hal-hal negatif yang salah
satunya adalah menjalin hubungan dengan lawan jenis.
Hubungan

ini

tidak

menutup

kemungkinan

mengakibatkan hamil di luar nikah.

17

a.2 Melakukan Hubungan Biologis


Seperti disebutkan sebelumnya, tidak sekolah
(pengangguran) dapat menjadi salah satu penyebab
terjadinya melakukan hubungan biologis dini. Tentu
tidak menutup kemungkinan kasus sejenis ini terjadi
karena alasan lain.
a.3 Hamil Sebelum Menikah

Hamil sebelum menikah ini mirip dengan alasan


melakukan hubungan seksual layaknya suami dan istri
tersebut

di

atas.

Namun

tidak

setiap

melakukan

hubungan seksual mengakibatkan kehamilan. Dalam


kondisi anak perempuan telah hamil, tentu membuat
orang tua merasa terpaksa menikahkan.
b. Sebab dari Luar Anak
b.1 Khawatir Melanggar Ajaran Agama
Maksud khawatir melanggar ajaran agama disini
adalah anak menjalin hubungan dengan lain jenis dalam
berbagai bentuk: pergi bersama, main bersama, belajar
bersama, bahkan termasuk juga SMS (kirim pesan
singkat

melanggar

SMS-SMS-an).
agama,

Semua

hanya

saja

orang
dalam

tentu

takut

aplikasinya

muncul perbedaan. Dalam kasus ini ada orang tua tidak


rela jika anaknya menjalin hubungan dengan lawan jenis
tanpa

ikatan

nikah.

Dengan

kata

lain,

menjalin

hubungan tanpa nikah termasuk zina. Dalam banyak


kasus anak itu sendiri juga berpendirian sama. Dalam
rangka mencegah dari pelanggaran inilah muncul nikah
dini

agar

tersebut.

mereka

terhindar

dari

berbuat

berzina

17
18

Dicatat

ada

satu

kasus

yang

mengajukan

dispensasi nikah dini dengan alasan anak menjalin


hubungan dengan lain jenis. Orang tua anak tersebut
bependirian bahwa jika anak menjalin hubungan dengan
lawan jenis merupakan satu-satu "perzinahan". Bahwa
perbuatan anak perempuan yang saling SMS dengan
laki-laki adalah merupakan "zina". Oleh karena itu,
sebagai orang tua harus mencegah hal tersebut dengan
cara segera menikahkan. Padahal anak wanita yang
belum berusia 16 tahun tersebut pada dasarnya tidak
keberatan menunggu sampai usia 16 tahun yang tinggal
beberapa bulan lagi. Tetapi orang tua tetap bersikukuh
agar pernikahan segera dilaksanakan.
b.2. Faktor Ekonomi
Alasan ekonomi sebagai faktor nikah dini dapat
dilihat minimal dari dua bentuk. Pertama, ekonomi
orang

tua

yang

tidak

mendukung

anak

sekolah.

Akibatnya, apa yang telah disebutkan sebelumnya,


mungkin bekerja dan merasa mandiri, kemudian nikah,
atau menganggur kemudian menjalin hubungan dengan
lain jenis yang mengakibatkan kehamilan.

Kedua, alasan ekonomi orang tua menjadikan


anak sebagai tumbal untuk menyelesaikan, khususnya
anak perempuan. Bentuknya dapat berupa anak gadis
sebagai pembayar hutang.

19

b.3. Faktor Adat dan Budaya.


Maksud adat dan budaya adalah adat dan budaya
perjodohan yang masih umum dan terjadi di beberapa
daerah di Indonesia.
Biasanya

alasannya

adalah

untuk

segera

merealisir ikatan hubungan kekeluargaan antara kerabat


mempelai laki-laki dan kerabat mempelai perempuan
yang memang telah lama mereka inginkan bersama.
Alasan

inilah

yang

kadang-kadang

menyebabkan

adanya anak yang masih dalam kandungan telah


dijadikan untuk kelak dikawinkan dengan anak sesuatu
keluarga,

hanya

karena

terdorong

oleh

keinginan

adanya ikatan kekeluargaan dengan keluarga itu saja.


Dan keinginan adanya ikatan kekeluargaan itu sendiri
timbul

karena

ikatan

tersebut

akan

membawa

keuntungan-keuntungan bagi kedua belah pihak.


b.4 Faktor Teknologi

Saat ini, teknologi telah berkembang sedemikian


pesatnya sehingga membawa pengaruh yang cukup
besar dalam kehidupan remaja. Pemakaian telepon
genggam yang tidak bijaksana adalah salah satu
pengaruh

yang

mudah

terlihat.

Teknologi

telepon

genggam yang saat ini dilengkapi dengan berbagai


perangkat seperti kamera foto dan bisa juga digunakan
sebagai video, nampaknya telah dimanfaatkan secara
tidak baik oleh remaja. Rasa ingin tahu dan ingin
dihargai eksistensinya sebagai orang yang dewasa telah
membuat mereka memanfaatkan telepon genggam
berkamera untuk menyimpan foto porno dan merekam
adegan yang belum seharunya mereka lakukan. Hal-hal
tersebut membuat remaja terjerumus dalam pergaulan
bebas

yang

membaca

dampak

pada

terjadinya

Kehamilan yang Tidak Diinginkan (KTD) dan pernikahan


di

usia

dini.

Demikian

halnya

dengan

mudahnya

jangkauan TV dan dengan harga pesawat TV yang


relative murah pula, seringkali ditemui di layar kaca
beberapa tayangan yang menggambarkan mudah dan
indahnya kehidupan berumah tangga, padahal para
pemirsa seringkali lupa dan terjebak bahwa semua hal

19
20

tersebut hanyalah sebuah tayangan sinetron yang


penuh rekayasa dan bersifat komersial semata.
Apa

yang

dapat

disimpulkan

dari

sebab-sebab

terjadinya perkawinan dini di atas minimal, bahwa kemiskinan


dan pendidikan saling mempengaruhi terjadinya perkawinan
dini. Kemiskinan menjadi salah satu penyebab tidak dapat
akses pendidikan dan terjadi pengangguran. Tanpa pendidikan
sudah mendapatkan perubahan paradigma dan budaya.
Selanjutnya paradigma statis menjadi salah satu sebab
bertahannya budaya dan adat, termasuk budaya dan adat
yang tidak prospektif. Pengangguran menjadi salah satu sebab
orang berlaku dan berbuat apa saja untuk mengisi waktu,
termasuk menjalin hubungan dengan lain jenis. Menjalin
hubungan dengan lain jenis mengakibatkan kemungkiann
terjadinya

hubungan

seksual.

Akibat

berikutnya,

untuk

menyelesaikan masalah yang muncul terjadi nikah dini.


Dengan demikian, diharapkan sejak pendidikan dini dapat
dijelaskan kejelekan dan kelemahan nikah dini. Demikian juga
21
upaya pencerahan paradigma orang tua amat dibutuhkan
untuk memperkecil praktek nikah dini.
2. Program KUA Kecamatan Bukit Malintang dalam upaya
menekan pernikahan di bawah umur

Di dalam mengatasi permasalahan nikah di bawah


umur, Kepala KUA Kecamatan Bukit Malintang melakukan
upaya pencegahhannya, yaitu :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan melalui lima budaya
kerja,

yaitu

tanggungjawab

integritas,
dan

profesionalitas,

keteladanan.

Integritas

inovasi,
dimaknai

sebuah konsep yang menunjukkan konsistensi antara


tindakan dengan nilai dan prinsip. Dalam etika, integritas
diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan
seseorang. siapapun dia yang ada di Kementerian Agama
harus selalu tertanam pada dirinya nilai untuk supaya
tetap senantiasa menjaga integritas, seperti memiliki
karakter

jujur,

hati

yang

tulus,

tidak

munafik,

tidak

menyimpan kesalahan atau menciptakan komplik ditempat


kerja, pandai menjaga lidah dalam pergaulan ditempat
kerja, berani mengakui kesalahan dan bertanggungjawab
terhadap

komitmen

yang

telah

dibuat

kapan

dan

dimanapun berada, menjunjung tinggi Kode Etik pegawai


dan

menjadikannya

patron

dalam

bersikap

maupun

bertindak . Profesionalitas mencerminkan kompetensi dan


keahlian. Pegawai yang profesional harus dapat mengemban
amanah dengan baik guna memperoleh proses dan hasil yang
optimal, begitu juga inovasi, tanggungjawab dan keteladanan.

22

b. Meningkatkan Pemahaman masyarakat melalui majelis


taklim, khutbah jumat dan sosialisasinya tentang dampak
pernikahan di bawah umur.
Berdasarkan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat,
hampir 75 % masyarakat Desa di Kecamatan Bukit
Malintang belum mengetahui aturan perkawinan di bawah
umur dan dampaknya. Sebagai akibatnya para wali tanpa
pertimbangan

yang

matang

melangsungkan

perkawinananaknya. Dengan gencarnya sosialisasi akan


dampak dari nikah di bawah umur, diharapkan di tahun
mendatang presentase pernikahan di bawah umur terus
menurun.
c. Memberikan solusi kepada calon pengantin di bawah umur
untuk melakukan permohonan dispensasi ke Pengadilan
Agama. Ada beberapa kendala yang dikemukakan calon
pengantin

dalam

melakukan

sidang

dispensasi

ke

Pengadilan Agama, seperti rasa takut ke Pengadilan, tidak


tahu cara mengajukan permohonan dan lain sebagainya.
Untuk itu pihak petugas dari KUA Kecamatan Bukit
Malintang

melakukan

pengantin

yang

pendampingan

hendak

mengajukan

kepada

calon

dispensasi

ke

Pengadilan Agama.
3. Kendala/hambatan dalam menjalankan program pengurangan
nikah di bawah umur

Dalam menjalan program pengurangan angka di


bawah

umur,

petugas

KUA

Kecamatan

mengahadapi

beberapa kendala, antara lain :


1. Membudayanya nikah di bawah umur di tengah-tengah
masyarakat. Menurut pendapat mereka perkawinan di
bawah umur tetap dipandang sah, apalagi jika dipandang
dari sudut pandangan mazhab fikih. Sebahagian besar
23

mereka menolak melakukan dispensasi ke Pengadilan


Agama, karena selain membutuhkan biaya dan waktu,
terbukanya aib Karena sudah hamil menjadi penyebab
menolak melakukan dispensasi.
2. Minimnya sarana dan prasarana dalam menunjang tugas
penyuluhan, seperti belum adanya kenderaan roda dua
bagi penyuluh dan Ka. KUA.
3. Minimnya pemahaman masyarakat tentang peraturan
perkawinan, sehingga meraka berpendapat menikah usia
muda dengan usia tua sama saja.

BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, Maka
dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Bahwa pada umumnya penduduk Kecamatan Bukit
Malintang melakukan perkawinan usia muda disebabkan
oleh beberapa faktor, seperti faktor ekonomi (Mengurangi beban
keluarga), faktor kemauan sendiri (merasa sudah saling mencintai),
Faktor pendidikan (Kurangnya pengetahuan orang tua dan anak), dan
faktor keluarga (orang tua mencarikan jodoh untuk anaknya)
b. Masalah yang dialami oleh pasangan perkawinan usia muda seperti
adanya keegoisan antara pasangan itu sendiri, terjadinya pertengkaran,
percekcokan, bentrokan antar suami-istri yang jika ini terus menerus
dapat mengakibatkan perceraian. Dan masalah yang timbul tidak hanya
dirasakan oleh pasangan perkawinan usia muda tersebut tetapi juga
berpengaruh terhadap orang tua kedua belah pihak karena apabila
perkawinan diantara anak-anak mereka lancar maka kedua orang tua
mereka akan merasa senang dan bahagia. Namun apabila kebalikannya
perkawinan dari anak-anaknya mengalami kegagalan maka mereka
akan merasa sedih dan kecewa akan keadaan rumah tangga anakanaknya. Dari kegagalan perkawinan anak-anaknya tersebut tidak
menutup kemungkinan silaturahmi diantara keluarga tersebut akan
terputus.

24

25

c. Untuk menekan angka pernikahan di bawah umur, KUA Bukit


Malintang berupaya meningkatkan budaya kerja dan menerapkan
program kegiatan khususnya bidang penyuluhan/konseling.
B. Sarn-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis memberikan
saran-saran sebagai berikut :
a. Hendaknya pemerintah menyelenggarakan pendidikan secara gratis
dan lebih mementingkan pendidikan anak, minimal tingkatan SMA
khususnya kepada anak perempuan, sehingga masyarakat yang
memiliki perekonomian rendah bisa melanjutkan pendidikan
kejenjang yang lebih tinggi, agar tidak terjadi perkawinan di usia
muda karena wawasannya akan lebih luas dan bisa hidup dengan
seorang laki-laki yang selama ini belum ia kenal.
b. Masyarakat hendaknya jangan terpengaruh kebiasaan atau tradisi
yang berlaku, dan ada baiknya kebiasaan ini dihilangkan.
c. Bagi pasangan usia muda sebaiknya diperhitungkan terlebih dahulu
resiko apa yang akan dihadapi. Karena banyak sekali terjadi
perceraian pada pasangan usia muda karena disebabkan mereka
belum mempunyai ilmu yang memadai mengenai rumah tangga.
d. Guna mewujudkan tujuan perkawinan, yaitu membina keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa bagi yang hendak melangsungkan perkawinan
dalam usia muda oleh masyarakat dipertimbangkan lebih dahulu
dengan akal sehat dan pertimbangan segi keuntungan dan kerugian
dari perkawinan di bawah umur.

26

DAFTAR PUSTAKA
AL-Quran al-Karim

Daradjat Zakiyah 1975. Remaja Sebagai Anak Yang Ada Pada


Masa

Peralihan Menuju Usia Dewasa.

Jakarta:

Penerbit Pradnya Paramita


Dirjen Bimas Islam, Himpunan Peraturan Prundang-Undangan
Perkawinan, Jakarta, 2010,
Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya,CV
Kathoda, Jakarta
Elizabeth.

B.

Hurlock,

Tugas

Perkembangan,

Erlangga,

Jakarta, 1980
Manuaba, Ida Bagus Gde.
Kesehatan

Ilmu Kebidanan, Memahami

reprosuksi

Wanita.Salemba

Medika,

Jakarta.
M.

Qurasih

Shihab,

Tafsir

al-Misbah,

vol.

2,

cet.V,

Perpustakaan Umum Islam, Jakarta, 2012


Muhammad Zuhailiy, al-Mutamad fiy Fikih asy-Syafii, juz III,
Dar al-Fikr, Beirut, 1993
Wahbah Zuhailiy, al-Fikih al-Islamiy wa Adillatuhu, juz IV, Dar
al-Fikr Beirut, 2005
Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan Bangsa,
Ruhama, Bandung, 1994

Goode, Willian J. 1995. Sosiologi Keluarga. Terj. Lailahanoum, Jakarta:


Bumi aksara.
Hurlock, 1993).. Indahnya Perkawinan Dini. Jakarta: Gema Insani.
H.U. Saifuddin ASM. 1994. Bahtera Perkawinan. Bandung: Citra Karya
Utama. 1994.
Jumali. Abdul. 1986: 12. Pernikahan Adalah Ikatan Lahir Batin Antara Pria
Dan Wanita Untuk Melanjutkan Keturunan. Jakarta: Permata
Khairuddin 2002:48. Fungsi biologik Orang Tua. Jakarta: Dian Raksa.
Nasruddin, Thoha. 1967. Pedoman Perkawinan Islam. Yogyakarta; Liberty
Papalia and Olds, 1986. 2004. Pernikahan Dini. Bandung: Mujahid.
Pasal 6 Ayat 2 UU No. 1 Tahun 1974 . Standarisasi Umur Dalam Suatu
Pernikahan. Jakarta. Gramedia Pustaka.
Pasal 7 Ayat (1) UU No.1 Tahun 74. Batas Umur Pernikahan: Permata.
Soerjono, Soekanto. 1992. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:PT. Grafinda.
Subekti, Prof, S.H. 1993. Pokok-Pokok Hukum Perdata. Jakarta: PT.
Intermasa.
UUD No. 1 Tahun 1974 pasal 1. Pernikahan Adalah Ikatan Batin. Jogjakarta

Wiryono. 1978:15 Pernikahan Adalah Hidup Bersama Laki-laki dan


Perempuan: Jogjakarta: Media Abadi.
Sumber Lain:
Anonim, Perkawinan Usia Muda, Diakses 24 Maret 2011,
www.skripsikuliah.co.cc/.../perkawinan-usia-muda-faktor-faktor.html

Anda mungkin juga menyukai