Anda di halaman 1dari 36

Bab II

Tinjauan Pustaka
2.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu baik melalui penglihatan, pendengaran, rasa
dan raba. Pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia
melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan
indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum
pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya.8
Menurut Soekidjo Notoatmodjo, pengetahuan yang dicakup dalam domain
kognitif mempunyai enam tingkatan yaitu: 8
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja
untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar.
Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan dan
menyebutkan. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang
bergizi.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya) misalnya dapat menggunakan
prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam
pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke
dalam komponen - komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian dari suatu bentuk keseluruhan yang baru. Misalnya
dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya.
f. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian - penilaian itu berdasarkan
suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria yang telah ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
Faktor faktor yang mempengaruhi pengetahuan: 6
a. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku
seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk berperan serta
dalam pembangunan kesehatan.
b.

Usia
Usia merupakan lamanya hidup dalam hitungan waktu (tahun). Semakin cukup
umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam
berfikir dan bekerja. Seseorang yang mempunyai usia lebih tua cenderung
mempunyai pengetahuan lebih banyak.

c. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang
kehidupan keluarga.
d. Sumber informasi
Sumber informasi adalah segala sesuatu yang menjadi perantara dalam
penyampaian informasi, merangsang pikiran dan kemampuan. Media informasi
untuk komunikasi massa terdiri dari media cetak yaitu surat kabar, majalah dan
buku, dan media elektronik seperti radio, televisi dan internet. Sumber informasi
dari buku-buku ilmiah adalah lebih baik jika dibandingkan dengan sumber dari
majalah dan surat kabar karena informasinya lebih diyakini kebenarannya. Selain
7

itu, sumber informasi dari media elektronik seperti internet juga berbeda
kebenarannya di mana terdapat situs-situs yang menampilkan informasi yang
berbeda.
e. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar area. Lingkungan ini sangat
berpengaruh pada perkembangan dan perilaku seseorang atau kelompok.
Pada penelitian di Cameroon pada tahun 2012 mengenai Breast SelfExamination and Breast Cancer Awareness in Women in Developing Countries: a
survey of women in Buea, Cameroondengan jumlah sampel sebanyak 120 wanita,
didapatkan 74.17% responden pernah mendengar tentang pemeriksaan payudara sendiri
(Sadari), dimana setiap 6 dari 10 wanita tersebut (59.17%) mengerti bagaimana cara
melakukan Sadari.9
Demikian pula penelitian di Sudan pada Desember 2013 dengan judul
Knowledge, Attitude and Practice of Breast Self Examination Among Final Years
Female Medical Students in Sudan, didapatkan dari 200 responden, sebesar 86%
memiliki pengetahuan yang baik mengenai Sadari, dimana media seperti televisi dan
radio menjadi sumber informasi utama (65.5%) tentang Sadari.10
Berdasarkan penelitian pada 100 siswi di SMAN 62 Jakarta pada Januari 2013,
didapatkan 98% berpengetahuan baik tentang Sadari, namun sebanyak 84.3% tidak
melakukan Sadari. Berdasarkan hasil uji statistik pun diperoleh nilai p =1,000 (p > 0,05),
maka dapat diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan dengan perilaku Sadari. Sejalan dengan hasil studi yang dilakukan WHO
dan para ahli pendidikan kesehatan, terungkap memang benar bahwa pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan sudah tinggi, tetapi praktik mereka masih rendah. Hal ini
berarti bahwa perubahan atau peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan
tidak diimbangi dengan peningkatan atau perubahan perilakunya.11
2.2 Sikap
Sikap adalah bentuk evaluasi atau perasaan seseorang terhadap suatu objek yaitu
perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung
atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut. Sikap merupakan reaksi atau
respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek.8
8

Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yakni:


a

Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek

Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave)

Pengaruh pengetahuan terhadap perilaku dapat bersifat langsung maupun melalui


perantara sikap. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam bentuk praktik. Untuk
terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata (praktik) diperlukan faktor
pendukung atau kondisi yang memungkinkan. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap
ini terdiri dari berbagai tingkatan dimana saling berunut, yaitu: 8
1

Menerima (Receiving)
Menerima, diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek).

Merespon (Responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang
lain terhadap suatu masalah.

Bertanggung jawab (Responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi.

Sikap yang sudah positif terhadap suatu objek, tidak selalu terwujud dalam
tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh: 8
a

Sikap, untuk terwujud didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada
saat itu.

Sikap akan diikuti atau tidak pada suatu tindakan mengacu pula pada
banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.

Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak
langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan
responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan
pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian dikenakan pendapat responden.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman
pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau
9

lembaga pendidikan dan lembaga agama serta faktor emosi dalam diri individu. Berikut
ini akan diuraikan peranan masing-masing faktor dalam membentuk sikap manusia. 8
1. Apa yang telah dan sedang dialami seseorang ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan seseorang terhadap stimulus. Tanggapan akan
menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Untuk dapat mempunyai
tanggapan dan penghayatan, seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan obyek psikologis.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang lain di sekitar kita
merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi sikap. Pada
umumnya individu cenderung memiliki sikap yang konformis atau searah
dengan sikap yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi
oleh keinginan berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.35
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana seseorang hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh
besar terhadap pembentukan sikap seseorang. Individu memiliki pola sikap
dan perilaku tertentu dikarenakan mendapat reinforcement (penguatan,
ganjaran) dari masyarakat untuk sikap dan perilaku tersebut.
4. Media Massa
Media massa sebagai sarana komunikasi yang berupa televisi, radio, surat
kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan
kepercayaan dan opini seseorang. Dalam penyampaian informasi sebagai
tugas pokoknya, media massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti dan
tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti
yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai
sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap
terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi
tersebut, apabila cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam menilai
sesuatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
5. Lembaga pendidikan dan agama

10

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai


pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan
buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak boleh
dilakukan diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaranajarannya.
6. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan pengalaman
pribadi seseorang, kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan
yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat
merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah
hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
bertahan lama.
Berdasarkan penelitian pada 100 siswi di SMAN 62 Jakarta pada Januari 2013,
didapatkan sebanyak 82,7% responden bersikap positif dan memiliki perilaku Sadari
yang negatif, demikian pula sebanyak (91,7%) responden yang bersikap negatif,
memiliki perilaku Sadari yang negatif pula. Sedangkan hasil uji statistik menunjukkan
tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan perilaku siswa dalam
melakukan pendeteksian dini yaitu Sadari.11
Pada penelitian di Negeria pada tahun 2015 dengan judul The Effectiveness of
Health Education on Knowledge Attitude and Practice of Breast Self-Examination
among Secondary School Girls in Nnewi North Local Government Area, Anambra
State, Nigeria didapatkan 98% responden bersikap positif mengenai pentingnya
dilakukan Sadari sebelum diberikan edukasi, dan 100% responden memiliki sikap yang
positif tentang Sadari setelah diberikan edukasi.12

2.3 Perilaku
Perilaku terbuka (overt behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus baik
dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah
dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah diamati atau dilihat
orang lain. Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh manusia, baik yang dapat diamati
11

secara langsung maupun secara tidak langsung. Perilaku dan gejala perilaku yang
tampak pada kegiatan manusia tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan) dan
lingkungan. Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang atau stimulus dan
tanggapan atau respon.8
Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan
menjadi dua: 8

Perilaku tertutup
Respon terhadap stimulus dalam bentuk terselubung. Respon terhadap
stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau
kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut

dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.


Perilaku terbuka
Respon terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik
yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.

Diatas telah dituliskan bahwa perilaku merupakan bentuk respon dari stimulus.
Hal ini berarti meskipun bentuk stimulusnya sama namun bentuk respon akan berbeda
dari setiap orang. Faktor yang membedakan respon terhadap stimulus disebut
determinan perilaku. Determinan perilaku dapat dibedakan menjadi dua yaitu: 8
Faktor internal yaitu karakteristik orang bersangkutan yang bersifat given atau
bawaan misalnya: kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan

sebagainya.
Faktor eksternal yaitu lingkungan, baik lingkungan fisik, ekonomi, politik dan
sebagainya. Faktor lingkungan ini sering menjadi faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang.

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang atau manusia terhadap stimulus
yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta
lingkungan. Hal yang penting dalam perilaku kesehatan adalah masalah pembentukan
dan perubahan perilaku. 8
Perilaku sangat dipengaruhi oleh pengetahuan. Semakin tinggi pengetahuan
seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku. Semakin tinggi pendidikan maka
kemampuan untuk menyerap pengetahuan praktis dalam lingkungan formal maupun
non formal terutama melalui media massa, dapat mengolah, menyajikan dan membagi
12

informasi sesuai dengan kebutuhan. Perilaku kesehatan merupakan respon seseorang


terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem seseorang terhadap
sakit atau penyakit adalah cara manusia merespon baik secara pasif (mengetahui,
bersikap dan, mempersepsi tentang suatu penyakit yang ada pada dirinya dan diluar
dirinya) maupun secara aktif (praktik) yang dilakukan sehubungan dengan penyakit
tersebut.
Perilaku kesehatan di bidang kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

Latar belakang: latar belakang seseorang yang meliputi norma-norma yang


ada, kebiasaan, nilai budaya dan keadaan sosial ekonomi yang berlaku dalam

masyarakat.
Kepercayaan: dalam bidang kesehatan, perilaku seseorang sangat dipengaruhi
oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan. Kepercayaan yang
dimaksud meliputi manfaat yang akan didapat, hambatan yang ada, kerugian

dan kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit.


Sarana : tersedia atau tidaknya fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan

oleh masyarakat.
Cetusan seseorang yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang baik
dan bertempat tinggal dekat dengan sarana kesehatan, bisa saja belum pernah
memanfaatkan sarana kesahatan tersebut.

Penelitian di Malaysia pada tahun 2010 mengenai Knowledge, Attitude and


Practice of Breast Self-examination Among Women in a Suburban Area in Terengganu,
Malaysia, didapatkan dari 86 responden, hanya 6 responden (7%) yang memiliki
perilaku yang baik dan memang tidak banyak berbeda dengan penelitian sebelumnya
lainnya. Hal ini sebagian besar dikarenakan memang belum banyak wanita yang tahu
bagaimana melakukan Sadari dengan benar.13
Demikian pula pada penelitian di India tahun 2015 berjudul Knowledge,
Attitude, and Practice of Breast SelfExamination in Female Nursing Students,
didapatkan dari 254 responden, hanya 80 responden (33.3%) yang melakukan Sadari
secara rutin, dengan frekuensi melakukannya setiap bulan sebanyak 152 responden
(63.3%).14
Pada penelitian di Surakarta tahun 2015, dari 147 responden, sebanyak 109
responden (74.1%) tidak melakukan Sadari meskipun tingkat pengetahuan terhadap
13

Sadari baik (53.7%). Berdasakan hasil analisis bivariat mengenai hubungan


pengetahuan deteksi dini kanker payudara metode Sadari dengan perilaku melakukan
Sadari terdapat 25 (31,6%) responden. Dengan hasil uji Chi- Square di peroleh nilai pvalue 0,084> 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan deteksi dini kanker payudara metode Sadari dengan perilaku Sadari wanita
usia subur di Wilayah Kerja Puskesmas Nusukan Kota Surakarta.3
2.4 Payudara
2.4.1

Anatomi Payudara

Gambar 1. Anatomi Payudara15


a

Struktur. Setiap payudara merupakan elevasi dari jaringan glandular dan adiposa
yang tertutup kulit pada dinding anterior dada. Payudara terletak di atas otot
pektoralis mayor dan melekat pada otot tersebut melalui selapis jaringan ikat.
Variasi ukuran payudara bergantung pada variasi jumlah jaringan lemak dan
jaringan ikat dan bukan pada jumlah jaringan glandular aktual.15
Jaringan glandular terdiri dari 15 20 lobus mayor, setiap lobus dialiri duktus
laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi sinus laktiferus (ampula)

sebelum muncul untuk memperforasi puting dengan 15-20 mulut (opening).


Lobus lobus dikelilingi jaringan adiposa dan dipisahkan oleh ligament
suspensorium cooper (berkas jaringan ikat fibrosa). Ligamen suspensorium ini
14

merentang dari fasia dalam pada otot pektoralis sampai fasia superfisial tepat

dibawah kulit.
Lobus mayor bersubdivisi menjadi 20 sampai 40 lobus, setiap lobulus
kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang berakhir di alveoli
sekretori. Sel sel alveolar, dibawah pengaruh hormonal saat kehamilan dan
setelah kelahiran merupakan unit glandular yang mensintesis dan mensekresi

susu.
Puting. Dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter sekitar 3 cm
yang disebut dengan areola.16 Diatas permukaan areola terdapat beberapa
kelenjar sebasea ( Montgomerys tubercles) yang berguna sebaga penghasil
lubrikasi puting ketika menyususi.17

Suplai darah dan aliran cairan limfatik payudara16


Suplai arteri ke payudara berasal terutama berasal dari cabang arteri subclavia,
yaitu: a.thoracica interna yang memperdarahi bagian medial, a.thoracica lateral
yang memperadarahi bagian lateral. Kontribusi tambahan berasal dari arteri
thoracoacromial dan arteri interkostal 2 5. Darah dialirkan dari payudara
melalui vena dalam dan superfisial yang menuju vena subclavia dan vena

brachiocephalica.
Aliran limfatik dari bagian sentral kelenjar mammae, kulit, puting, dan areola
adalah melalui sisi lateral menuju aksila. Dengan demikian limfe dari payudara
mengalir melalui nodus limfe aksilar. Hal ini secara klinis memiliki hubungan
signifikan dengan metastasis kanker payudara.

2.4.2

Persarafan. Kelenjar mamae dipersarafi oleh nervus interkostal T2 6.

Fisiologi Payudara
Mengenai fisiologi payudara karena kelenjar payudara merupakan satu bagian
integral dari sistem reproduksi maka perubahan fisiologis kelenjar tersebut rapat
hubungannya dengan reproduksi dalam keseluruhan yang dikendalikan oleh sistem
neuro-endokrinologi yang sama. Kita membedakan 3 macam perubahan fisiologis
kelenjar payudara, yakni:18

Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara yang berhubungan rapat dengan

umur
Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid

15

Perubahan kelenjar payudara waktu hamil dan laktasi

Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara


Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke
mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi-bayi dari kedua seks
menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai bersekresi sedikit
mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira-kira satu minggu kemudian,
kelenjar payudara kembali dalam keadaan infatil, tidak aktif.18
Dengan permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih
mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu cakram. Pertumbuhan kelenjar
akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup. Hal ini
terjadi di bawah pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Terutama yang tumbuh
ialah jaringan lemak dan jaringan ikat di antara 15-20 lobus payudara, saluran-saluran
lobus tidak banyak tumbuh. Biasanya payudara sudah sempurna terbentuk setelah
haid mulai.18
Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid
Pada waktu haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa wanita
timbul rasa nyeri (mastodenia). Perubahan ini kiranya ada hubungan dengan
perubahan vaskular dan limfogen. Berhubung dengan itu janganlah mengambil
keputusan terhadap kelainan payudara pada waktu haid, karena mungkin kita akan
memutuskan biopsi yang sebenarnya tidak perlu dikerjakan. Apalagi dalam keadaan
ragu-ragu, lebih baik keputusan ditangguhkan sampai pemeriksaan sesudah haid
selesai.18
Perubahan payudara pada waktu hamil dan laktasi
Beberapa minggu sesudah konsepsi timbul perubahan-perubahan pada kelenjar
payudara. Payudara jadi penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung pigmen dan
puting sedikit membesar. Pada awal trimester kedua mulai timbul sistem alveolar;
baik duktus-duktus maupun asinus-asinus menjadi hipertrofi di bawah pengaruh
estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi
cairan, yakni kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen
progesteron, kolostrum tidak tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan terakhir dapat
dikeluarkan beberapa tetes. Sesudah persalinan kolostrum keluar dalam jumlah yang
besar, dan lambat laun diganti dengan air susu, jikalau bayi disusui dengan teratur.
Biasanya sesudah 24 jam mulai dikeluarkan air susu biasa dan sesudah 3-5 hari
16

produksinya teratur. 18
Banyak wanita jaman sekarang tidak mau menyusui bayinya, karena menurut
mereka, menyusui membuat kelenjar payudara lembek dan menggantung. Ini tidak
benar, kelenjar payudara kalau sudah berfungsi, menyusui bayi atau tidak, akan
mengalami perubahan lambat laun. Akan tetapi satu hal harus diingat, menurut
pengalaman Hagenson, pada wanita yang menyusui bayinya kurang mendapat kanker
atau cystic disease of breast daripada mereka yang tidak menyusui. 18

2.5 Kanker Payudara


2.5.1

Definisi
Kanker payudara adalah keganasan yang berasal dari sel kelenjar, saluran
kelenjar, dan jaringan penunjang payudara, tidak termasuk kulit payudara. Sel kanker
dikarakteristikkan dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuan selsel ini untuk invasi jaringan normal secara lokal atau menyebar melalui tubuh, yang
melalui prosesnya disebut metastasis.19

2.5.2

Epidemiologi
Menurut WHO, diperkirakan sekitar 519.000 wanita meninggal di tahun 2004
karena kanker payudara. Sedangkan data dari American Cancer Society, sekitar 1,3
juta wanita terdiagnosis kanker payudara, dan tiap tahunnya di seluruh dunia kurang
lebih 465.000 wanita meninggal karena penyakit ini.20
Estimasi International Agencies for Research on Cancer (IARC) tahun 2005,
kasus baru di Indonesia sekitar 26 per 100.000 perempuan setiap tahun, sebagian
besar ditemukan sudah dalam stadium lanjut (>50%).22

2.5.3

Etiologi dan Faktor Resiko


Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan
penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan
tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang
berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan terjadinya kanker
payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Perlu diingat, apabila seorang
perempuan mempunyai faktor resiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan
menderita

kanker

payudara,

tetapi

faktor

tersebut

akan

meningkatkan

kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak perempuan yang


mempunyai satu atau beberapa faktor resiko tetapi tidak pernah menderita kanker
payudara sampai akhir hidupnya.20
17

Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal (estrogen


dominan) dan genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena
beberapa faktor resiko dibawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan:20
Faktor yang berhubungan dengan diet:
Faktor resiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor resiko yang memperberat
terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker.
Beberapa faktor yang memperberat seperti:
d

Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menopause

Diet ala barat yang tinggi lemak (western style)

Minuman beralkohol

Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti:

Peningkatan konsumsi serat

Peningkatan konsumsi buah dan sayur

Hormon dan faktor reproduksi20,23

Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda (kurang dari 12
tahun). Ketika seorang wanita mengalami menstruasi lebih awal, rentang
waktu antara perkembangan payudara dengan kehamilan cukup bulan pertama
kali biasanya lebih lama dari pada wanita yang menstruasi kemudian. Selama
waktu ini, jaringan payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap

pengaruh hormon.
Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua (lebih dari 50 tahun)
Nullipara/belum pernah melahirkan
Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua/ lebih dari 30 tahun Ketika
sel payudara dibentuk ketika remaja, sel-sel tersebut immatur dan sangat aktif
hingga mengalami kehamilan cukup bulan pertama kali. Sel-sel payudara
immatur tersebut sangat berespon terhadap hormon esterogen. Kehamilan
cukup bulan pertama membuat sel-sel payudara menjadi matur dan tumbuh
lebih teratur. Inilah alasan utama mengapa kehamilan membantu memproteksi
kanker payudara. Hamil juga mereduksi jumlah total siklus menstruasi yang

mungkin alasan lain mengapa hamil lebih dini menawarkan efek protektif.
Pemakaian kontrasepsi oral (pil KB) dalam waktu lama (7 tahun).Masih
terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral dalam
perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa
18

kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada


wanita pramenopause, tetapi tidak ada wanita dalam pasca menopause. Studi
cohort yang dilakukan Gabrick, melaporkan bahwa ternyata penggunaan
kontrasepsi oral berhubungan dengan peningkatan risiko kanker yang

signifikan (RR=3.3).
Tidak menyusuiMenyusui dapat menurunkan resiko kanker payudara,
khususnya jika wanita menyusui lebih lama dari 1 tahun. Ini kurang
menguntungkan untuk wanita yang menyusui kurang dari satu tahun. Ada
beberapa alasan mengapa menyusui menjaga kesehatan payudara:
o Memproduksi susu yang akan membatasi kemampuan sel-sel
payudara untuk berproliferasi tidak terkendali
o Kebanyakan wanita memiliki siklus menstruasi yang lebih sedikit
ketika menyusui yang berefek menurunkan level esterogen
o Kebanyakan wanita berusaha untuk makan makanan yang bernutrisi
dan mengikuti gaya hidup yang lebih sehat (membatasi rokok dan

minum alkohol) ketika menyusui


Radiasi pengion pada saat pertumbuhan payudara. Pada masa pertumbuhan,
perubahan organ payudara sangat cepat dan rentan terhadap radiasi pengion.
Riwayat keluarga. Pada kanker payudara, telah diketahui beberapa gen yang dikenali
mempunyai kecenderungan untuk terjadinya kanker payudara, yaitu gen BRCA1,
BRCA2 dan juga pemeriksaan histopatologi faktor proliferasi p53 germline
mutation. Pada masyarakat umum yang tidak dapat memeriksakan gen dan faktor
proliferasinya, maka riwayat kanker pada keluarga merupakan salah satu faktor resiko
terjadinya penyakit.
o Tiga atau lebih keluarga (saudara ibu klien atau bibi) dari sisi keluarga
yang sama terkena kanker payudara atau ovarium
o Dua atau lebih keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara
atau ovarium usia di bawah 40 tahun
o Adanya keluarga dari sisi yang sama terkena kanker payudara dan

ovarium
o Adanya riwayat kanker payudara bilateral pada keluarga
o Adanya riwayat kanker payudara pada pria dalam keluarga
Riwayat adanya penyakit tumor jinak. Tumor jinak payudara diklasifikasikan
menjadi proliferatif dan non-proliferatif. Tumor non-proliferatif tidak
berhubungan

dengan

peningkatan

resiko

kanker

payudara,

dimana

proliferative disease tanpa atipia memberikan hasil peningkatan kecil resiko


(RR 1.5-2.0). Proliferative disease dengan atypical hyperplasia menunjukkan
19

peningkatan resiko (RR 4.0-5.0). Dengan mengetahui faktor resiko yang ada,
akan memudahkan kita untuk mengidentifikasi apakah wanita tersebut
tergolong resiko tinggi atau tidak, mengintervensi serta memodifikasi faktor
resiko yang ada.

2.5.4

Manifestasi Klinis
Massa Tumor
Sebagian terbesar bermanifestasi sebagai massa mamma yang tidak nyeri,
seringkali ditemukan secara tak sengaja. Lokasi massa kebanyakan di kuadaran lateral
atas, umumnya lesi soliter, konsistensi agak keras, batas tidak tegas, permukaan tidak
licin, mobilitas kurang (pada stadium lanjut dapat terfiksasi ke dinding toraks). Massa
cenderung membesar bertahap, dalam beberapa bulan bertambah besar secara jelas.24
Perubahan Kulit24
(1) Tanda lesung: ketika tumor mengenai glandula mamae, ligamen itu memendek
hingga kulit setempat menjadi cekung disebut tanda lesung.
(2) Perubahan kulit jeruk (peau dorange): ketika vasa limfatik subkutis tersumbat sel
kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit, folikel rambut
tenggelam ke bawah tampak sebagai tanda kulit jeruk.
(3) Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis masingmasing membentuk nodul metastasis, di sekitar lesi primer dapat muncul banyak
nodul tersebar, secara klinis disebut tanda satelit.
(4) Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan berwarna
merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi itu dapat
menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut tanda kembang
kol
(5) Perubahan inflamatorik: secara klinis disebut karsinoma mamae inflamatorik .
Tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah bengkak, mirip
peradangan dapat disebut tanda peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada
kanker payudara waktu hamil atau laktasi.
Perubahan Papilla Mammae24
(1) Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi jaringan
subpapilar.
(2) Sekresi papilar (umumnya sanguineus): sering karena karsinoma papilar dalam
20

duktus besar atau tumor mengenai duktus besar.


(3) Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker eksematoid
(penyakit Paget). Klinis tampak areola, papilla mamae tererosi, berkrusta, sekret,
deskuamasi, sangat mirip eksim.
Perubahan kelenjar limfe regional24
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau multipel. Pada
awalnya mobile, kemudian dapat berkoalesensi atau adhesi dengan jaringan
sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit, kelenjar limfe klavikular juga dapat
menyusul membesar. Yang perlu diperhatikan adalah ada sebagian sangat kecil pasien
kanker mamae hanya tampil dengan limfadenopati aksilar tapi tak teraba massa
mamae, kami menyebutnya karsinoma mamae tipe tersembunyi.
2.5.5

Klasifikasi
Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia)
didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara
(survival rate) per stadium sebagai berikut:21
1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh
mammografi atau USG)
2. Stadium 1 : 5-years survival rate 85%
3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70%
4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50%
5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%
Sistem Staging TNM
Tabel 1. Klasifikasi TNM Kanker payudara berdasarkan AJCC Cancer Staging
th
Manual, 6 edition25

21

Stadium:

Stage 0

invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.


Stage I : adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah bening

normal).
Stage IIA : tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan

: tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa

di kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang
dan telah menyebar ke kelenjar getah beningketiak/aksiler, ATAU tumor yang
lebih besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar

getah bening ketiak.


Stage IIB : tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar
dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan dengan
ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5cm tapi belum menyebar ke kelenjar

getah bening ketiak.


Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar
getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau
kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, ATAU tumor
22

dengan ukuran berapa pun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening ketiak, terjadi perlekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan

di kelenjar getah bening di dekat tulang dada.


Stage IIIB : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada
dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara

inflamatorik (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIB.


Stage IIIC : ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin telah menyebar
ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar
getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin
telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar getah bening di

2.5.6

dekat tulang dada.


Stage IV : kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.

Pencegahan21
Kanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering menimbulkan
gejala yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara, 5-15% pasien
telah terjadi metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran secara regional.
Karena pengobatan terkadang tidak memberikan hasil yang baik atau terlambat dalam
memberikan terapinya, maka pencegahan merupakan langkah yang diperlukan.
Pencegahan yang aman dan efektif lebih dipilih daripada menjalani terapi dengan
menggunakan radiasi dari agen sitotoksik yang meskipun efektif menimbulkan
berbagai efek samping.
Program Pengendalian Kanker Payudara
Pencegahan Primer: 21
Promosi dan edukasi pola hidup sehat
Menghindari faktor resiko (riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak
menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi
lemak, kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal >5
tahun)

Pencegahan Sekunder: 21
Sadari
23

Pemeriksaan Klinis Payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk menemukan


ukuran benjolan kurang dari 1 cm
USG, untuk mengetahui batas-bats tumor dan jenis tumor
Mammografi, menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan adanya
keganasan
Pencegahan Tersier21
Diagnosis dan Terapi
Diagnosis kanker payudara membutuhkan kombinasi antara kajian klinis dan
investigasi diagnostik. Sekali diagnosis ditegakkan harus dapat ditentukan
stadiumnya agar dapat mengevaluasi besaran penyakit dan melakukan terapi
yang tepat. Tujuan dari pengobatan adalah menyembuhkan, memperpanjang
harapan hidup, dan meningkatkan kualitas hidup. Prioritas pengobatan harus
ditujukan pada kanker dengan stadium awal dan yang lebih berpotensial untuk
sembuh. Standar pengobatan kanker meliputi: operasi, radiasi, kemoterapi, dan
hormonal yang disesuaikan dengan indikasi patologi. Pengobatan harus
terpadu meliputi psikososial, rehabilitasi dan terkoordinasi dengan pelayanan
paliatif untuk memastikan peningkatan kualitas hidup pasien kanker.
Pelayanan Paliatif
Hampir di seluruh dunia pasien kanker terdiagnosis dalam stadium lanjut dan

pengobatan harus terpadu termasuk pendekatan psikososial, rehabilitasi, dan


terkoordinasi dengan pelayanan paliatif untuk memastikan peningkatan
kualitas hidup pasien kanker. Untuk kasus seperti ini pengobatan yang realistis
adalah mengurangi nyeri dengan pelayanan paliatif. Diyakini, pelayanan
paliatif yang baik dapat meningkatkan kualitas hidup pasien kanker payudara.

2.5.7

Pengobatan26
Pada stadium I, II, IIIa (stadium operabel), sifat pengobatan adalah kuratif.
Pengobatannya yaitu operasi(primer) dan terapi yang bersifat adjuvan.
1

Stadium I pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal


mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

Stadium II pengobatannya adalah radikal mastektomi atau modified radikal


mastektomi dengan atau tanpa radiasi dan kemoterapi.

Stadium IIIa adalah dengan simple mastektomi dengan radiasi dan


kemoterapi.

Stadium IIIb dan IV, sifat pengobatannya adalah paliasi, yaitu terutama untuk
24

mengurangi penderitaan penderita dan memperbaiki kualitas hidup. Dengan


pengobatan radiasi, kemoterapi dan hormonal.
5

Stadium IV pengobatan yang primer adalah yang bersifat sistemik yaitu


kemoterapi dan hormonal.

2.5.8

Deteksi Dini
Upaya deteksi dini kanker adalah usaha untuk menemukan adanya kanker yang
masih dapat disembuhkan, yaitu kanker yang belum lama tumbuh, masih kecil, masih
lokal, belum menimbulkan kerusakan berarti, pada golongan masyarakat tertentu dan
waktu tertentu. 27
Upaya ini sangat penting, sebab apabila kanker payudara dapat dideteksi pada
stadium dini dan diterapi secara tepat maka tingkat kesembuhan yang cukup tinggi
(80-90%).21
Penapisan pada negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan
dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mamografi, karena sumber
daya di Negara-negara itu cukup memadai untuk melakukan program tesebut,
sedangkan di negara berkembang seperti Indonesia, penapisan secara massal dengan
USG dan mammografi belum memungkinkan untuk dilakukan. Oleh karena itu
pemeriksaan klinis payudara oleh tenaga kesehatan terlatih yang diikuti dengan
promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik kepada masyarakat (bahwa kanker
payudara apabila ditemukan pada stadium awal dan dilakukan operasi akan
meningkatkan kemungkinan untuk sembuh dan waktu untuk bertahan hidup lebih
lama) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan
yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker
payudara.21
Selain penapisan, penemuan dini merupakan strategi lain yang penting untuk
menemukan kanker stadium dini. Penemuan dini dimulai dengan peningkatan
kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan di payudara
mereka sendiri, dengan cara memasyarakatkan program Sadari bagi semua perempuan
dimulai sejak usia subur, sejak 85% kelainan di payudara justru pertama kali dikenali
oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan missal.21
Sadari sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke-7 sampai ke-10,
25

terhitung hari pertama haid). Pemeriksaan dilakukan setiap bulan sejak umur 20
tahun. Sensitivitas pemeriksaan ini adalah 20-30%. Sensitivitas juga dipengaruhi oleh
cara melakukan Sadari dan variasi berdasarkan ukuran, lokasi, bentuk, komposisi dari
massa yang terpalpasi, akan tetapi lebih tergantung kepada ukuran dan tipe tumor.
Menurut rekomendasi American Cancer Society penapisan pada kanker payudara
yang dilakukan oleh petugas kesehatan dapat dilakukan dengan berbagai cara: 27

Pemeriksaan Klinis Payudara oleh Tenaga Medis Terlatih (Clinical Breast


Examination)
1. Pada perempuan sejak pertama mengalami haid dianjurkan melaksanakan
Sadari, sedangkan umur 20-30 tahun dianjurkan CBE dilakukan setiap tiga
tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat Sadari
dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan apakah ada
kemungkinan keganasan.
2. Pada perempuan berusia di atas 40 tahun, dilakukan CBE setiap tahun.

Pemeriksaan Ultrasonography (USG)


1 Apabila pada pemeriksaan CBE terdapat benjolan dibutuhkan pemeriksaan
2

lanjutan dengan USG maupun mammografi.


USG dilakukan terutama untuk membuktikan adanya massa kistik dan
solid/ padat yang mengarah pada keganasan, dan pada perempuan di bawah

usia 40 tahun.
Pemeriksaan Penapisan Mammografi
1. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan berkala, setiap satu tahun sekali
pada perempuan di atas 40 tahun.
2. Dilakukan pada perempuan yang bergejala maupun pada perempuan yang
tidak bergejala (opportunistic screening dan organized screening).

2.6 Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)


2.6.1

Definisi Sadari
Pemeriksaan payudara sendiri atau sering disebut dengan Sadari adalah suatu cara
yang efektif untuk mendeteksi sedini mungkin timbulnya benjolan pada payudara,
sebenarnya dapat diketahui secara cepat dengan pemeriksaan sendiri. Sebaiknya
pemeriksaan dilakukan secara berkala yaitu satu bulan sekali. Ini dimaksudkan agar
yang bersangkutan dapat mengantisipasi secara cepat jika ditemukan benjolan pada
payudara. Jika Sadari dilakukan secara rutin, seorang wanita akan dapat menemukan
26

benjolan pada stadium dini. Sebaiknya Sadari dilakukan pada waktu yang sama setiap
bulan. Bagi wanita yang mengalami menstruasi, waktu yang tepat untuk melakukan
Sadari adalah hari ke-7 setelah sesudah hari 1 menstruasi.28
Sadari adalah pemeriksaan yang mudah dilakukan oleh setiap wanita untuk
mencari benjolan atau kelainan lainnya. Pemeriksaan payudara sendiri sangat penting
untuk mengetahui benjolan yang memungkinkan adanya kanker payudara karena
penemuan secara dini adalah kunci untuk menyelamatkan hidup.29
2.6.2

Tujuan Sadari
Adapun tujuan pemeriksaan payudara sendiri dilakukan adalah untuk mengetahui
adanya kelainan pada payudara sejak dini, sehingga diharapkan kelainan-kelainan
tersebut tidak ditemukan pada stadium lanjut yang pada akhirnya akan membutuhkan
pengobatan rumit dengan biaya mahal. Selain itu adanya perubahan yang diakibatkan
gangguan pada payudara dapat mempengaruhi gambaran diri penderita.28
Pentingnya pemeriksaan payudara sendiri tiap bulan terbukti dari kenyataan
bahwa kanker payudara ditemukan sendiri secara kebetulan atau waktu memeriksa
diri sendiri. Wanita-wanita yang sudah berpengalaman dalam memeriksa diri sendiri
dapat meraba benjolan-benjolan kecil dengan garis tengah yang kurang dari satu
sentimeter. Dengan demikian bila benjolan ini ternyata ganas dapat diobati dalam
stadium dini. Dan kemungkinan sembuh juga lebih besar.28
Pemeriksaan payudara sendiri adalah suatu prosedur untuk mengetahui kelainankelainan pada payudara dengan melakukan inspeksi secara berkala, misalnya sebelum
melakukan pemeriksaan payudara terlebih dahulu harus mencuci tangan agar tidak
terjadi infeksi pada payudara, serta penggantian bra merupakan salah satu dari
penanggulangan untuk pencegahan infeksi pada payudara. Tujuan dilakukannya
SADARI adalah untuk mendeteksi adanya kelainan-kelainan pada payudara baik
struktur, bentuk ataupun tekstur.30

2.6.3

Manfaat Sadari
Manfaat periksa payudara sendiri adalah untuk mendeteksi sedini mungkin
adanya kelainan pada payudara karena kanker payudara pada hakikatnya dapat
diketahui secara dini oleh para wanita usia subur. Setiap wanita mempunyai bentuk
dan ukuran payudara yang berbeda, bila wanita memeriksa payudara sendri secara
teratur, setiap bulan setelah haid, wanita dapat merasakan bagaimana payudara wanita
27

yang normal. Bila ada perubahan tentu wanita dapat mengetahuinya dengan
mudah.28,31
2.6.4

Cara Pemeriksaan Payudara Sendiri


Pemeriksaan payudara sendiri hendaknya dilakukan setiap bulan jika wanita itu
sudah berumur diatas 40 tahun. Bila ada hal-hal yang luar biasa dan mencurigakan
hendaknya memeriksakan ke dokter. Pemeriksaan payudara sendiri dilakukan dalam
tiga tahap, yaitu:30
1. Melihat payudara
a. Pemeriksaan ini dilakukan di depan cermin
b. Bukalah seluruh pakaian dari pinggang ke atas dan berdirilah di depan
cermin yang besar
c. Lakukan kedua tangan disamping tubuh
d. Perhatikan payudara :
-

Apakah bentuk dan ukuran payudara kanan dan kiri simetris?


Apakah payudara membesar atau mengeras?
Apakah arah putting tidak lurus ke depan atau berubah arah?
Apakah putting tertarik ke dalam?
Apakah putting atau kulit ada yang lecet?
Apakah ada perubahan warna kulit?
Apakah kulit menebal dengan pori-pori melebar (seperti kulit jeruk)?
Apakah permukaan kulit tidak mulus, ada kerutan atau cekungan?

e. Ulangi semua pengamatan diatas dengan posisi kedua tangan lurus keatas.
f. Setelah itu, ulangi lagi pengamatan tersebut dengan posisi kedua tangan di
pinggang, dada di busungkan, dan siku tertaarik ke belakang.
2. Memijat payudara
a. Dengan kedua tangan, pijat payudara dengan lembut dari tepi hingga ke
putting.
b. Perhatikan apakah ada cairan atau darah yang keluar dari putting susu
(seharusnya, tidak ada cairan yang keluar kecuali pada wanita yang sedang
menyusui).
3. Meraba payudara
a. Pemeriksaan dilakukan dalam posisi berbaring
b. Akukan perabaab payudara satu persatu
28

c. Untuk memeriksa payudara kanan, letakkan bantal atau handuk yang


dilipat dibawah bahu kanan. Lengan kanan direntangkan disamping kepala
atau diletakkan dibawah kepala.
d. Raba payudara dengan menggunakan tiga atau empat jari tangan kiri yang
saling dirapatkan.
e. Rabaan dilakukan dengan gerakkan memutar dari tepi payudara hingga
keputing susu
f. Geser posisi jari, kemudian lakukan lagi gerakkan memutar dari tepi
payudara hingga keputing susu
g. Lakukan seterusnya hingga seluruh bagian payudar diperiksa
h. Lakukan hal yang sama pada payudara yang satunya lagi
i. Sebaiknya perabaan dilakukan dalam tiga macam tekanan: tekanana ringan
untuk meraba adanya benjolan dipermukaan kulit, tekanan sedang untuk
memeriksa adanya benjolan ditengah jaringan payudara, dan tekanan kuat
untuk meraba benjolan di dasar payudara yang melekat pada tulang iga
j. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan menggunakan lotion atau minyak
sebagai pelicin agar pemeriksaan lebih sensitif
k. Setelah itu, dilakukan semua langkah perabaan dalam posisi berdiri.
Sebaiknya dilakukan saat sedang mandi (dengan menggunakan sabun)
Di Saudi Arabia, penelitian mengenai Knowledge, Attitude and Practice of
Breast Self Examination and Breast Cancer Among Female Medical Students in Taif,
Saudi Arabia pada tahun 2014 didapatkan 20.8% responden tidak tahu cara yang
benar melakukan Sadari, sedangkan sebanyak 45.7% responden tidak merasa
memiliki masalah dengan payudaranya sehingga tidak melakukan Sadari.32
Sedangkan di Jawa Barat, penelitian mengenai hubungan tingkat pengetahuan
dengan perilaku pada mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Padjajaran,
sebagian besar mahasiswi (56.25%) melakukan pemeriksaan Sadari dengan sesuai dan
hamper setengah (43.75%) dari responden melakukan Sadari secara tidak sesuai.33

29

30

Gambar 2. Cara

Melakukan
Sadari21

2.6.5

Waktu Dilakukan Sadari


Pemeriksaan payudara sendiri sebaiknya dilakukan sebulan sekali. Sebaiknya
periksa payudara ibu 710 hari setelah hari pertama menstruasi (saat payudara
kemungkinan tidak mengeras dan nyeri). Jika wanita tidak mendapat menstruasi lagi,
wanita harus memilih hari/tanggal yang sama tiap bulan (misalnya hari/tanggal 1 tiap
bulan) untuk memeriksa payudara.21,28
Pemeriksaan payudara dapat dilakukan sendiri saat mandi atau sebelum tidur.
Dengan memeriksa saat ibu mandi tangan dapat bergerak dengan mudah di kulit yang
basah.21
Jika menemukan adanya benjolan atau perubahan pada payudara yang membuat
diri Anda resah, segera konsultasikan ke dokter. Jika dokter menginformasikan bahwa
hasil pemeriksaannya menunjukkan tidak adanya kelainan tapi Anda masih tetap
resah, Anda bisa meminta kunjungan lanjutan. Anda juga bisa meminta pendapat
kedua dari seorang dokter spesialis. Para wanita yang telah berusia 20 dianjurkan
untuk mulai melakukan Sadari bulanan dan CBE tahunan, dan harus melakukan
pemeriksaan mamografi setahun sekali bila mereka telah memasuki usia 40 tahun.28
Selain Sadari, deteksi dini untuk kanker payudara yang perlu dilakukan adalah
pemeriksaan klinis payudara minimal 3 tahun sekali untuk perempuan berusia 20-39
tahun dan setiap tahun untuk yang berusia diatas 39 tahun. Lakukan mamogram
secara rutin ketika usia sudah mencapai 40 tahun.28
Pada penelitian di Nigeria pada Maret 2016 yang berjudul An Assessment of the
Knowledge and Practice of Self Breast Examination (BSE) amongst University
Students, didapatkan 33.5% responden melakukan Sadari terakhir kali kurang dari
31

sebulan yang lalu. Sebanyak 29% responden melakukan Sadari terakhir kali 2 6
bulan yang lalu. Hal ini menunjukkan bahwa para mahasiswi menyadari pentingnya
Sadari dan dengan rutin melakukan Sadari setiap bulannya.34
Penelitian di India pada tahun 2015 mengenai Knowledge, Attitude, and
Practice of Breast SelfExamination in Female Nursing Student, didapatkan
sebanyak 63.3% responden melakukan Sadari secara rutin setiap bulan dan 24.2%
dalam waktu 5 hari setelah menstruasi, meskipun tingkat perilaku dilakukannya
Sadari masih rendah.14
Di Saudi Arabia, penelitian mengenai Knowledge, Attitude and Practice of
Breast Self Examination and Breast Cancer Among Female Medical Students in Taif,
Saudi Arabia pada tahun 2014 mengemukakan bahwa sebanyak 39% responden
justru tidak memiliki waktu yang rutin (irregular) atau tidak pernah melakukan
Sadari.32
2.7 Faktor-Kaktor yang Mempengaruhi Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Wanita Usia
20-50 Tahun Mengenai Sadari
2.7.1

Usia
Menurut Harlock, usia menggambarkan kematangan fisik, psikis dan sosial yang
mempengaruhi proses belajar mengajar. Ini berarti bahwa usia merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi penangkapan informasi yang pada akhirnya berpengaruh
pada peningkatan pengetahuan seseorang, termasuk pengetahuan tentang deteksi dini
kanker payudara.35
Usia adalah individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai beberapa tahun.
Semakin cukup usia, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir
dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan
lebih dipercaya dari orang yang belum cukup kedewasaannya.35
Penelitian juga mengemukakan bahwa memang daya ingat seseorang itu salah
satunya dipengaruhi oleh usia. Dari uraian ini maka dapat disimpulkan bahwa
bertambahnya usia seseorang dapat berpengaruh pada pertambahan pengetahuan yang
diperolehnya, akan tetapi pada usia-usia tertentu atau menjelang usia lanjut
kemampuan penerimaan atau mengingat suatu pengetahuan akan berkurang.35
Berdasarkan hasil penelitian usia ibu yang kurang dari 40 tahun ditemukan 21
responden (25.6%) ada riwayat keturunan terjadinya kanker payudara, tetapi ada 7
responden (8.5%) tidak ada ditemukan riwayat kanker payudara. Responden dengan
usia > 40 tahun ditemukan 25 (30.5%) ada riwayat keturunan, tetapi ada juga
32

ditemukan tidak ada riwayat keturunan terjadinya kanker payudara sebanyak 29


responden (35.4%). Menurut Tjipto ada kecenderungan meningkatnya resiko terkena
kanker sejalan dengan bertambahnya usia. Sebagaimana dari hasil penelitian ada 7
responden (8.5%) dengan usia kurang dari 40 tahun sudah terkena kanker payudara
dan tidak ada riwayat keturunan. Resiko terkena kanker payudara memang tidak sama
pada setiap wanita yang artinya bahwa resiko ibu berumur 30-40an tentu lebih rendah
dari pada wanita yang berusia 50-60an. Pada umumnya usia perempuan yang

lebih sering terkena kanker payudara adalah di atas 40 tahun, yang disebut
dengan cancer age group.3
Secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara umur ibu dengan
kejadian kanker payudara. Dari hasil uji chi-square diperoleh nilai p=0.025
(p<0.05) dengan 2= 5.058, artinya ada hubungan yang signifikan antara usia
dengan riwayat keturunan terjadinya kanker payudara.3
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang menyatakan bahwa seiring
dengan bertambahnya usia, maka risiko terjadinya kanker payudara juga akan
meningkat. Risiko terjadinya kanker payudara pada wanita berumur kurang
dari 30 tahun cenderung lebih rendah dari pada usia 40 tahun ke atas.3
Pada usia >40 tahun disebut masa pra-menopause. Pada masa ini hormon
progesteron tidak dapat dihasilkan dengan jumlah yang cukup sehingga produksi
hormon estrogen tidak dapat ditangkal. Hal inilah yang memicu untuk terjadinya
kanker payudara.3
Jika dihubungkan usia dengan pengetahuan wanita usia subur tentang pentingnya
Sadari, maka semakin bertambahnya usia, maka akan semakin banyak pengalaman
yang dimiliki oleh wanita usia subur, semakin banyak informasi yang diperoleh
wanita usia subur dan semakin memahami apa kegunaan dilakukannya Sadari untuk
kesehatan dalam upaya pencegahan dini atas terjadinya kanker payudara.35
Pada penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku wanita
usia subur dalam melakukan deteksi dini kanker payudara metode Sadari di wilayah
kerja Puskesmas Nusukan Surakarta, didapatkan umur responden yang paling banyak
yaitu pada kelompok usia 36-40 tahun sebanyak 31 (36%) responden, sedangkan
paling sedikit terdapat pada kelompok usia 46-49 sebanyak 9 (7%) responden.4
Demikian pula dari hasil penelitian distribusi pengetahuan wanita usia 20-50
tahun tentan Sadari berdasarkan umur, menunjukkan bahwa dari 67 responden,
sebagian besar respondennya berusia 20-30 tahun yaitu sebanyak 30 responden
(100%) dari jumlah tersebut tidak ada yang berpengetahuan rendah diikuti responden
33

yang berpengetahuan sedang sebanyak 9 responden (30%) dan responden yang


berpengetahuan tinggi sebanyak 21 responden (70%).35
Disebutkan pula dalam penelitian di Nigeria, bahwa sebanyak 195 responden
(88.2%) tidak mengetahui usia yang ideal untuk memulai Sadari dan hanya 11.8%
yang mengetahuinya.36
Penelitian yang meneliti wanita berumur 15 39 tahun menemukan bahwa 50%
dari respondennya pernah melakukan Sadari. Hal ini bisa terjadi karena wanita pada
usia tersebut mulai merasa adanya kewaspadaan terhadap diri mereka. Berbeda
dengan kelompok usia 39 tahun ke atas di mana kelompok usia tersebut belum
tumbuh kewaspadaan terhadap diri mereka sendiri.37
2.7.2

Tingkat Pendidikan
Dalam penelitian mengenai persepsi wanita berisiko kanker payudara tentang
pemeriksaan Sadari di kota Semarang tahun 2010, berdasarkan tingkat pendidikan
responden, diketahui bahwa proporsi terbesar responden yang pernah melakukan
Sadari adalah responden yang berpendidikan sarjana, dimana tampak bahwa proporsi
responden yang pernah melakukan Sadari makin tinggi seiring dengan makin
tingginya pendidikan yang diperoleh responden. Responden yang mayoritas pernah
melakukan Sadari berturut-turut adalah kelompok dengan tingkat pendidikan diploma
(81,8%) dan sarjana (80%).7
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Surakarta yang mendapatkan
distribusi frekuensi pendidikan responden paling banyak berpendidikan SMA yakni
sebanyak 67 (45%) responden. Paling sedikit responden berpendidikan Perguruan
Tinggi yakni sebanyak 14 (10%) responden.4
Data penelitian di Lampung juga diperoleh karakteristik responden berdasarkan
pendidikan, didapatkan sebanyak 18 responden (13,30%) berpendidikan akhir sampai
perguruan tinggi (PT), sebanyak 78 responden (57,80%) berpendidikan akhir sampai
SMA, sebanyak 24 responden (17,80%) berpendidikan akhir sampai SMP, sebanyak
14 responden (10,40%) berpendidikan akhir sampai SD dan sebanyak 1 responden
(0,70%) tidak bersekolah.38

2.7.3

Dukungan Keluarga
Dalam Jurnal Ilmiah Kesehatan periode Januari 2013 mengenai faktor-faktor
yang berhubungan dengan perilaku Sadari, Analisis hubungan antara dukungan orang
tua dengan perilaku Sadari menunjukkan (76,3%) responden yang mendapatkan
34

dukungan orang tua yang baik memiliki perilaku Sadari yang negatif, demikian pula
sebanyak (93,5%) responden yang tidak mendapatkan dukungan orang tua yang baik
memiliki perilaku Sadari yang negatif. Berdasarkan hasil uji statistik dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua
dengan perilaku Sadari pada siswa SMAN 62 Jakarta tahun 2012. Selain itu diperoleh
nilai OR sebesar 4,50 artinya siswa yang mendapatkan dukungan orang tua yang baik
memiliki peluang sebesar 4,50 kali untuk melakukan Sadari dibanding siswa yang
tidak mendapatkan dukungan orang tua yang baik.11
Hal ini juga sependapat dengan teori Green yang mengatakan bahwa perubahan
perilaku terhadap tindakan kesehatan tergantung dari ada dukungan, adapun salah satu
dukungan yang dapat diperoleh dari orang tua/keluarga, dengan demikian ini akan
menjadi penguat bagi remaja yang memutuskan melakukan tindakan deteksi dini.36
Dalam penelitian di Puskesmas Nusukan Surakarta, didapatkan Distribusi
frekuensi responden, sebagian besar keluarga responden yang tidak mendukung yaitu
sebanyak 76 (51,7%) responden. Keluarga responden yang mendukung yaitu
sebanyak 72 (48,3%) responden. Dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden
belum mendapatkan dukungan secara baik dari keluarga masing-masing.4
2.7.4

Paritas
Menurut Tim Penanggulangan Kanker RS. Dharmais, studi analitik fakor risiko
pada kanker payudara menunjukkan adanya peningkatan sampai 50% pada wanita
yang tidak memiliki anak (nullipara). Wanita yang tidak pernah hamil memiliki risiko
terkena kanker payudara 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita yang pernah hamil. Dari
hasil penelitian diperoleh mayoritas responden yang terkena kanker payudara adalah
nullipara tetapi tidak dapat diketahui apakah responden karena tidak melahirkan atau
karena lama menikah. Hal inilah merupakan salah satu kelemahan penggunaan data
sekunder dalam penelitian.39
Secara statistik ada perbedaan yang bermakna antara paritas dengan riwayat
keturunan terjadinya kanker payudara (p<0.05). Hal ini berhubungan dengan hormon.
Artinya bahwa ibu yang tidak pernah hamil dan menyusui tidak mengalami
diferensiasi jaringan pada payudara. Ibu/wanita yang hamil menghasilkan hormon
progesteron yang lebih banyak dibandingkan wanita yang tidak hamil. Hormon inilah
yang dapat menekan produksi hormon esterogen yang merupakan pemicu terjadinya
kanker payudara.39
Dalam penelitian yang berjudul Practicing Breast Self-Examination Among
Women Attending Primary Health Care in Kuwait tahun 2012, didapatkan tidak ada
35

perbedaan yang signifikan antara wanita dengan jumlah paritas 1, 1-2, lebih sama
dengan 3 dengan perilaku Sadari.40
2.7.5

Pekerjaan
Dalam penelitian di Surakarta, distribusi frekuensi pekerjaan responden yang
paling banyak sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT) yakni sebanyak 73 (49%) responden.
Paling sedikit responden mempunyai pekerjaan sebagai Pegawai Negeri Sipil yaitu
sebanyak 3 (2%) responden. Selainsebagai ibu rumah tangga danPNS, wanita usia
subur di WilayahKerja Puskesmas Nusukan jugaada yang bekerja sebagaiwiraswasta
dan swasta serta masihada yang bersekolah atau pelajar.4
Berbeda dengan studi di Lampung tahun 2013, berdasarkan distribusi frekuensi
tentang pekerjaan, didapatkan proporsi responden yang paling sering melakukan
Sadari adalah responden yang bekerja sebagai karyawan yaitu sebanyak 58,3%
dibandingkan dengan kelompok yang tidak bekerja yaitu sebanyak 55%.38

2.7.6

Status Pernikahan
Dalam penelitian mengenai persepsi wanita berisiko kanker payuradara tentang
Sadari di Kota Semarang, responden yang pernah melakukan Sadari adalah responden
yang sudah/ pernah menikah. Sebanyak 49,0% dari wanita yang belum menikah
pernah melakukan Sadari dan sebanyak 52,8% wanita yang sudah/pernah menikah
pernah melakukan Sadari.7
Sejalan dengan penelitian di Turkey, responden yang pernah melakukan Sadari
adalah responden yang sudah menikah. Sebanyak 70,7% dari wanita yang sudah
menikah pernah melakukan Sadari dan sebanyak 26,3% wanita yang belum menikah
pernah melakukan Sadari.41

2.7.7

Riwayat Kanker Payudara di Keluarga


Berdasarkan hasil penelitian dari 82 responden dengan kanker payudara di RSUP
HAM Medan Tahun 2009 berdasarkan riwayat keturunan, ditemukan 41 responden
(54.7%) dan tidak memiliki riwayat keturunan sebanyak 34 responden (45.3%). Dari
data tersebut diatas bahwa proporsi kasus kanker payudara lebih tinggi pada
responden yang ada riwayat keturunan. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian
yang menyatakan bahwa ibu yang menderita kanker payudara mempunyai risiko
terjadinya kanker payudara lebih tinggi dibandingkan dengan ibu tanpa riwayat
keluarga dengan kanker payudara. Hal ini terjadi karena kelainan gen pada ibu yang
diwariskan atau diturunkan pada anaknya perempuan.39
Faktor genetik memiliki andil yang besar. Seseorang yang keluarganya pernah
menderita penyakit kanker, ada kemungkinan penyakit tersebut juga dialami oleh
36

keturunannya. Wanita dengan riwayat keluarga yang menderita kanker payudara pada
ibu, saudara perempuan ibu, saudara perem- puan, adik/kakak, resikonya 2 hingga 3
kali lebih tinggi. Apabila dilakukan pemeriksaan genetik terhadap darah dan hasil nya
positif, maka dapat meningkatkan peluang terkena kanker payudara pada
keturunannya, 2 hingga 3 kali lebih tinggi dibandingkan yang tidak mempunyai
riwayat keturunan. 39
Penyakit biasanya menurun mengikuti garis ibu. Seseorang yang memiliki
anggota keluarga terkena kanker payudara, maka memiliki risiko yang sama. Untuk
mengetahui lebih dini walaupun ada riwayat keturunan maka dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan Sadari setiap bulan dan mammografi, khususnya pada usia
40 tahun keatas sesuai dengan anjuran. 39
Pada penelitian di Nigeria, didapatkan responden dengan riwayat kanker
payudara di keluarga sebanyak 73 responden, dan yang tidak ada riwayat kanker
payudara sebanyak 171 responden. Dalam kesimpulan dari penelitian tersebut bahwa
variabel seperti usia, tingkat pendidikan, riwayat kanker payudara di keluarga tidak
signifikan dalam perilaku Sadari. Tidak jauh berbeda, dalam studi yang dilakukan
oleh Jiro-jwong, ditemukan bahwa sosiodemogafi tidak mempengaruhi perilaku Sadari. 36
2.7.8

Sumber Informasi mengenai Sadari


Dalam penelitan di Malaysia tahun 2011 yang berjudul Practice and Barriers
Toward Breast Self-Examination Among Young Malaysian Women, didapatkan
sumber informasi tentang pemeriksaan payudara sendiri, mayoritas disebutkan radio
dan televisi sebagai yang sumber informasi utama (38.2%), diikuti oleh anggota
keluarga (21.1%), teman (14.7 %) dan kemudian koran (12.4 %).5
Penelitian lain yang serupa melaporkan bahwa sumber-sumber informasi yang
paling penting tentang Sadari ditulis dalam buku, pendidikan akademik dan
profesional kesehatan lainnya. Misalnya, lebih banyak artikel di koran, serta seminar
dan lokakarya di komunitas lokal tentang kanker payudara dapat meningkatkan
pengetahuan.5
Dalam studi mengenai pengaruh pendidikan kesehatan melalui metode ceramah
dan demonstrasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang kanker payudara dan
keterampilan praktik Sadari diperoleh bahwa dari 55 responden, 27 (49.1%)
diantaranya sudah pernah mendengar informasi tentang Sadari dan 28 (50.9%)
responden diantaranya belum pernah mendengar informasi. Dari 27 (49,1%)
responden yang terpapar informasi tentang Sadari, 20% mengaku memperoleh
informasi dari televisi, 9.1% memperoleh informasi dari radio, 5.5% memperoleh
37

informasi dari teman dan guru, 3.6% memperoleh informasi dari tenaga kesehatan dan
lain-lain, 1,8% memperoleh informasi dari koran.42
Hal tersebut cukup berbeda dengan penelitian di Semarang, Jawa Tengah yang
mengatakan sumber informasi mengenai Sadari terutama diperoleh responden dari
puskesmas atau dokter. Hal ini mungkin terjadi karena tidak adanya sinkronisasi
antara penyuluhan mengenai kanker payudara dan Sadari, sehingga proses
penyuluhan tidak berjalan sinergis antara penyuluhan tentang kanker payudara dan
penyuluhan tentang Sadari. Penelitian lain mendapatkan bahwa 84% responden sudah
mengenal Sadari, dimana informasi tersebut kebanyakan berasal dari dokter spesialis
kandungan dan kebidanan. Sedangkan penelitian di Vietnam menunjukkan bahwa
13% dari mereka belum pernah mendengar tentang Sadari.7
Penelitian tersebut juga didukung Dari wawancara yang dilakukan kepada
responden dan kader posyandu pada penelitian ini, kurangnya pengetahuan wanita
usia subur mengenai SADARI disebabkan karena belum adanya informasi ataupun
penyuluhan yang diberikan kepada wanita usia subur di Kelurahan Kampung Baru
Kecamatan Labuhan Ratu.38
2.7.9

Persepsi
Pada penelitian di Semarang mengenai persepsi wanita berisiko kanker payudara
tentang pemeriksaan payudara sendiri, persepsi wanita sebagian besar adalah persepsi
negatif.7
Hal ini terlihat sebanyak 74,8% responden merasa perilaku Sadari tidak
mempunyai keuntungan dan 70,1% responden merasakan hambatan untuk melakukan
Sadari.7
Hasil perhitungan ini tentu bertolak belakang dengan kenyataan bahwa responden
adalah wanita yang mempunyai faktor risiko kanker payudara. Seharusnya mereka
yang mempunyai faktor risiko kanker payudara akan merasa rentan untuk terkena
kanker payudara. Perbedaan ini bisa terjadi karena adanya proses kognitif dalam
menafsirkan stimulus yang diterima masing-masing responden mengenai kanker
payudara dan Sadari. Hal ini juga bisa terjadi oleh karena akses informasi serta tingkat
pengetahuan responden yang rendah mengenai kanker payudara dan Sadari. Seluruh
apa yang ada dalam individu, seperti pengalaman, perasaan, pemikiran, dan
sebagainya, ikut mempengaruhi proses persepsi individu terhadap objek yang sama.43
Hambatan-hambatan dalam perilaku Sadari antara lain adalah rendahnya
kewaspadaan wanita terhadap kanker payudara dan sedikitnya akses informasi yang
mereka dapatkan.44
38

Variabel persepsi keuntungan tentang Sadari mempunyai p value 0,022 dengan


OR 95% CI : 1,779 (1,109 2,854), sedangkan variabel persepsi hambatan
mempunyai p value 0,015 dengan OR 95% CI : 2,144 (1,191 3,860). Oleh karena
itu, diperoleh hasil bahwa ada hubungan yang bermakna secara signifikan antara
persepsi keuntungan tentang Sadari dan persepsi hambatan untuk melakukan Sadari
dengan perilaku Sadari. Diperoleh nilai OR 1,779 untuk variabel keuntungan yang
berarti persepsi keuntungan yang positif mempunyai peluang 1,779 kali untuk
menghasilkan perilaku Sadari yang positif dibandingkan dengan persepsi keuntungan
yang negatif. Nilai OR 2,114 untuk variabel hambatan berarti persepsi hambatan yang
positif mempunyai peluang 2,114 kali untuk menghasilkan perilaku Sadari yang
positif dibandingkan dengan persepsi hambatan yang negatif.7
Bila dibandingkan dengan teori Health Belief Model (HBM), maka hal tersebut
bisa dijelaskan bahwa perilaku tindakan preventif seseorang memang dipengaruhi
oleh beberapa faktor, antara lain faktor keuntungan dan hambatan dalam melakukan
Sadari. Bila variabel keuntungan melakukan Sadari lebih besar daripada
hambatannya, maka wanita tersebut akan melakukan Sadari sebagai tindakan
pencegahan kanker payudara stadium lanjut. Hal ini sesuai dengan penelitian pada
wanita Korea-Amerika yang menemukan bahwa persepsi hambatan merupakan salah
satu variabel yang berhubungan secara signifikan.45

39

2.8 Ke
ra
ng
ka

Teori

2.9 Kerangka Konsep

40

41

Anda mungkin juga menyukai