Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk
memenuhi tugas Skill Lab kelompok VI pada Blok Manajemen Pelayanan
kesehatan dengan materi Indeks PUFA/pufa.
Penulisan makalah ini semuanya tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini.
Dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan dan kesalahan.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat di harapkan demi
perbaikanperbaikan di masa mendatang demi kesempurnaan laporan ini. Semoga
laporan ini dapat berguna bagi kita semua.
Penyusun
1 | Kelompok VI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. 1
DAFTAR ISI............................................................................................. 2
BAB I...................................................................................................... 3
PENDAHULUAN...................................................................................... 3
1.1
Latar Belakang................................................................................ 3
BAB II..................................................................................................... 5
PEMBAHASAN........................................................................................ 5
2.1 Landasan Teori................................................................................5
2.1.1 Proses Karies Gigi........................................................................5
2.1.2 Akibat Karies yang Tidak Dirawat...................................................6
2.1.3 Indeks PUFA............................................................................. 12
BAB III.................................................................................................. 17
PENUTUP.............................................................................................. 17
3.1 KESIMPULAN................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 18
2 | Kelompok VI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kesehatan rongga mulut merupakan bagian fundamental kesehatan umum
dan kesejahteraan hidup. Kesehatan gigi atau sekarang sering disebut sebagai
kesehatan mulut adalah kesejahteraan rongga mulut, termasuk gigi geligi dan struktur
serta jaringan-jaringan pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, dan mulut
serta jaringan-jaringan pendukungnya berfungsi secara optimal. Keberadaan penyakit
gigi dan mulut akan dapat mempengaruhi kesehatan umum, walaupun tidak
menyebabkan kematian secara langsung.
Mengacu pada data RISKESDAS tahun 2007, prevalensi nasional masalah
kesehatan gigi dan mulut adalah 23,5%,menyikat gigi setiap hari 91,1% dan karies
aktif 43,4%. Sebanyak sembilan belas provinsi mempunyai prevalensi masalah
kesehatan gigi dan mulut di atas prevalensi nasional dan empat belas provinsi
memiliki prevalensi karies aktif di atas prevalensi nasional. Sekitar 22% anak usia 5-9
tahun dan 21% anak usia 10-14 tahun bermasalah dengan kesehatan gigi dan
mulutnya,dan masing-masing hanya sekitar 31%, hanya 27% yang mendapatkan
perawatan.
Penyakit mulut termasuk karies masih menjadi tantangan besar bagi
kesehatan masyarakat. WHO menetapkan pada tahun 2000 sebanyak 50% anak usia
5-6 tahun bebas karies dan standar rerata karies gigi (DMF-T) secara global tidak
lebih dari 3 untuk anak usia 12 tahun.2-3 Kesehatan mulut merupakan komponen
penting dari kesehatan secara umum. Peranan kesehatan mulut terhadap kesehatan
secara keseluruhan menekankan bahwa mulut merupakan pintu masuk untuk
organisme infeksius.
3 | Kelompok VI
Karies gigi adalah lubang yang terbentuk pada gigi, yang terjadi akibat suatu
proses yang secara bertahap melarutkan enamel (permukaan gigi sebelah luar yang
keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi. Karies gigi merupakan penyakit
multifaktorial yang disebabkan oleh bakteri, turunnya resistensi pejamu, diet
karbohidrat untuk pejamu dan faktor waktu untuk dapat terjadinya kavitas. Selain itu,
faktor lain yang mempengaruhi adalah kandungan fluor dalam air minum, perilaku,
dan karakteristik orangtua, serta peran pelayanan kesehatan merupakan faktor penting
terhadap kejadian karies.
Klein, Palmer dan Knutson pada tahun 1938 memperkenalkan indeks DMF
untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Untuk gigi permanendan
gigi susu hanya dibedakan dengan pemberian kode DMF-T (Decayed Missing Filled
Tooth) sedangkan def-t (decayed extrcted filled tooth) digunakan untuk gigisusu.
Indeks ini mudah digunakan, valid dan dapat dipercaya sehingga masih terusdipakai
untuk mengukur dan membandingkan prevalensi karies gigi pada berbagaipopulasi di
seluruh dunia. Data karies gigi di seluruh dunia telah dikumpulkandengan
menggunakan
indeks
DMF
selama
70
tahun
terakhir.
Indeks
ini
4 | Kelompok VI
BAB II
PEMBAHASAN
5 | Kelompok VI
alami.
Pembentukan
biofilm
dan
aktifitas
metabolik
oleh
6 | Kelompok VI
Gambar 1. Pulpitis
b. Ulkus Traumatik
Ulkus traumatik atau ulserasi adalah ulserasi akibat trauma, dapat
7 | Kelompok VI
disebabkan kontak dengan sisa mahkota gigi atau akar yang tajam akibat
proses karies gigi. Ulserasi akibat trauma sering terjadi pada daerah mukosa
pipi dan bagian perifer lidah. Secara klinis ulserasi biasanya menunjukkan
permukaan sedikit cekung dan oval bentuknya. Pada awalnya daerah
eritematous di jumpai di bagian perifer, yang perlahan-lahan warnanya
menjadi lebih muda karena proses keratinisasi. Bagian tengah ulkus biasanya
berwarna kuning-kelabu. Setelah pengaruh traumatik hilang, ulkus akan
sembuh dalam waktu 2 minggu.
c. Fistula
Fistula terjadi karena peradangan karies kronis dan pernanahan pada
daerah sekitar akar gigi (periapical abcess). Peradangan ini akan
menyebabkan kerusakan tulang dan jaringan penyangga gigi. Peradangan
yang terlalu lama menyebabkan pertahanan tubuh akan berusaha melawan,
dan mengeluarkan jaringan yang telah rusak dengan cara mengeluarkan nanah
keluar tubuh melalui permukaan yang terdekat, daerah yang terdekat adalah
menembus tulang tipis dan gusi yang menghadap ke pipi, melalui saluran
yang disebut fistula. Jika saluran ini tersumbat, maka akan terjadi
pengumpulan nanah.
8 | Kelompok VI
Gambar 3. Fistula
d. Abses
Saluran pulpa yang sempit menyebabkan drainase yang tidak
sempurna pada pulpa yang terinfeksi, sehingga menjadi tempat berkumpulnya
bakteri dan menyebar ke arah jaringan periapikal secara progresif. Pada saat
infeksi mencapai akar gigi, patofisiologi proses infeksi ini dipengaruhi oleh
jumlah dan virulensi bakteri, ketahanan host, dan anatomi jaringan yang
terlibat.
Abses merupakan rongga patologis yang berisi pus yang disebabkan
infeksi bakteri campuran. Bakteri yang berperan dalam proses pembentukan
abses yaitu Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans. Staphylococcus
aureus dalamproses ini memiliki enzim aktif yang disebut koagulase yang
fungsinya untuk mendeposisi fibrin, sedangkan Streptococcus mutans
memiliki 3 enzim utama yangberperan dalam penyebaran infeksi gigi, yaitu
streptokinase, streptodornase, danhyaluronidase.
9 | Kelompok VI
e. Nekrosis Pulpa
Nekrosis pulpa adalah kematian yang merupakan proses lanjutan
radang pulpa akut maupun kronis atau terhentinya sirkulasi darah secara tibatiba akibat trauma. Nekrosis pulpa dapat bersifat parsial atau total. Ada dua
tipe nekrosis pulpa, yaitu:
1. Tipe koagulasi, di sini terdapat jaringan yang larut, mengendap, dan
berubah menjadi bahan yang padat.
2. Tipe liquefaction, enzim proteolitik mengubah jaringan pulpa
menjadi suatu bahan yang lunak atau cair.
10 | K e l o m p o k V I
11 | K e l o m p o k V I
12 | K e l o m p o k V I
P/p: keterlibatan pulpa dicatat pada saat pembukaan ruang pulpa atau ketika struktur
mahkota gigi telah hancur oleh proses karies dan hanya akar atau fragmen akar yang
tersisa. Tidak ada probing dilakukan untuk mendiagnosis keterlibatan pulpa.
U/u: Ulserasi karena trauma mahkota gigi yang tajam dicatat pada saat tepi tajam dari
dislokasi gigi dengan keterlibatan pulpa atau fragmen akar menyebabkan ulserasi
traumatis jaringan lunak sekitarnya, misalnya, lidah atau mukosa bukal.
13 | K e l o m p o k V I
Gambar 1.3. Ulserasi pada jaringan lunak karena sisa akar gigi 75
F/f: Fistula terdapat saluran tempat keluar pus/nanah dan berhubungan pada gigi
dengan pulpa terbuka.
Aa: Abses dicatat ketika adanya nanah dan terjadi pembengkakan terkait dengan
keterlibatan pulpa gigi.
14 | K e l o m p o k V I
15 | K e l o m p o k V I
di negara berkembang atau lingkungan dengan tingkat kesehatan gigi dan mulut yang rendah
dan juga kekurangan dari indeks PUFA yaitustages dari lesi karies pada enamel tidak dinilai.
2.2 Cara Mengukur Indeks PUFA/pufa
Penilaian tingkat keparahan penyakit gigi dan mulut dengan indeks Pufa dengan cara visual.
Tidak diperlukan alat-alat khusus. Hanya kaca mulut sehingga orang yang akan menilai dapat
melihat lebih jelas. Tiap gigi diberi satu skor, P atau U atau F atau A. Huruf besar digunakan
untuk gigi permanen dan huruf kecil digunakan untuk gigi susu. Indeks PUFA setiap orang
dihitung dengan cara P + U + F + A. Untuk masing-masing indiviu, skor dapat bervariasi,
mulai 0 sampai 20 pufa untuk gigi sulung dan 0 sampai 32PUFA untuk gigi permanen. Untuk
memberikan hasil yang lebih signifi kan, penilaian dilakukan oleh 2-3 orang dan sebelumnya
telah diberikan pelatihan mengenai cara penilaian dan penjelasan mengenai kondisi gigi yang
dapat dimasukan dalam kategori P atau U atau F atau A.
16 | K e l o m p o k V I
sebagai persentase populasi dengan satu atau lebih skor PUFA/pufa. Pengalaman PUFA/pufa
untuk populasi dihitung dengan rerata sehingga mungkin berupa nilai desimal.
17 | K e l o m p o k V I
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Indeks PUFA adalah indeks yang digunakan untuk pengukuran karies yang tidak
dirawat. Menurut Palenstein, ada empat kondisi oral akibat karies gigi yang tidak dirawat
yang digunakan untuk pengukuran indeks PUFA yaitu pulpitis, ulserasi, fistula dan abses.
Indeks PUFA tersebut memiliki banyak kelebihan dan juga kekurangan. Penilaian tingkat
keparahan penyakit gigi dan mulut dengan indeks Pufa dengan cara visual.. Tiap gigi diberi
satu skor, P atau U atau F atau A. Huruf besar digunakan untuk gigi permanen dan huruf kecil
digunakan untuk gigi susu. Indeks PUFA setiap orang dihitung engan cara P + U + F + A.
Untuk masing-masing indiviu, skor dapat bervariasi, mulai 0 sampai 20 pufa untuk gigi
sulung dan 0 sampai 32PUFA untuk gigi permanen.
18 | K e l o m p o k V I
DAFTAR PUSTAKA
1. Namora, Lidya. Armasastra Bahar., Peter Andreas. 2013. Jurnal : Status Keparahan
Karies Gigi pada Murid Sekolah Dasar di Daerah Tertinggal dan di Daerah
Perkotaan. Fakultas Kedokteran gigi, Universitas Indonesia, Depok
2. Pedoman usaha kesehatan gigi sekolah (UKGS),-- Jakarta : Kementerian Kesehatan
RI. 2012
3. Pratiwi, Rini., Ririn Mutmainnah. 2014 Jurnal : Gambaran Keparahan Karies Pada
Anak
Usia
6,
dan
12
Tahun
di
Kabupaten
Pinrang,Sulawesi
19 | K e l o m p o k V I