Reklamasi Pantai Utara Jakarta dan Problematika Aspek
Hidrologi Proyek reklamasi di Teluk Jakarta jika dipandang dari sudut pandang lingkungan dan fumgsional jika mengacu dari negara yang telah melakukan reklamasi hal yang sama seperti Korea Selatan dan Jepang justru menyesal. Beberapa ahli berpendapat jika dipertimbangkan lagi memang secara teknis proyek ini tidak layak. Setelah Korea Selatan melakukan reklamasi tiga kali itu akhirnya melakukan penundaan. Demikian juga Jepang mulai merestorasi atau mengembalikan kondisi seperti semula setelah melakukan reklamasi. Beberapa pakar di Jepang saat pertemuan di Kongres Kelautan Asia Timur di Vietnam menyesal melakukan reklamasi, jadi di Indonesia sebaiknya juga dihentikan atau ditinjau ulang pada skalanya. Jika proyek reklamasi ini tetap diteruskan, lanjutnya, dapat berdampak pada terganggunya ekosistem pantai yang berdampak pada makhluk hidup didalamnya. Reklamasi Teluk Jakarta juga dinilai kurang bermanfaat bagi lingkungan, terutama Jakarta sebagai kota terdekat dan lokasi dilakukannya reklamasi. Hal ini mempertegas informasi bahwa ada yang menyebut reklamasi bisa mengurangi banjir dan memperbaiki kualitas air. Hal ini juga diperkuat dengan laporan kesimpulan Danish Hydraulic Institute (DHI) pada 2011 yang menjadi konsultan Kementerian Luar Negeri dalam mengkaji dampak lingkungan dari terbentuknya 17 pulau reklamasi tersebut. Dokumen ini dengan jelas, reklamasi membuat terjadi perlambatan kecepatan arus air tanah,
material
lama
tertinggal,
sendimentasi
logam
berat,
sehingga yang ada ini makin memperparah pencemaran. Selain itu
juga dapat diasumsikan, akibat lanjutan dari reklamasi dapat
menyebabkan
punahnya
biota
dan
ekosistem
pada
wilayah
tersebut. Hal ini tentu akan merugikan masyarakat yang berprofesi
sebagai nelayan, yang juga menjadi korban dari segi sosial proyek reklamasi. Peninggian muka air laut terjadi karena adanya penambahan volume dan perbandingan beda ketinggain jika diukur dari 0 meter diatas permukaan laut. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainnya mengalami ROB, dan dapat mengalami intrusi air laut dari zona lemah yang dapat mengakumulasikan air tanah dengan air laut sehingga dalam fungsinya, baik berdampak pada tanaman dan manusia terjadi kesenjangan dan degradasi sumberdaya alam (air, dan tanah). Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi banjir. Perubahan itu antara lain berupa tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut sepanjang pantai dan merusak kawasan kaya air. Penanggulangan dari dampak kegiatan reklamasi tersebut adalah dengan melakukan pengkajian ulang mengenai keberlanjutan proyek tersebut serta dengan kondisi yang sudah berjalan, dapat memperbesar porsi dan sorotan mengenai aspek lingkungan permukaan dan bawah permukaan dengan dikaji oleh beberapa lembaga pemerintah seperti ESDM, Kementerian Lingkungan Hidup, Pekerjaan Umum, Badan Geologi, Universitas dan pakar ahli reklamasi, oseanografi, lingkungan, geologi lingkungan, geokimia, hidrogeologi, geomorfologi dan biologi.