Anda di halaman 1dari 6

Nama : Novita Erawati Farnika

Kelas : S1 AK 09 B
NIM

: 098694095

RESUME KEBIJAKAN FISKAL

A. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)


Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) adalah daftar yang
memuat rincian penerimaan negara dan pengeluaran/belanja negara selama
satu tahun. APBN ditetapkan dengan undang-undang. Tahun anggaran APBN
meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal
31 Desember (disebut tahun fiskal).
Komponen-komponen APBN yaitu:
1. Penerimaan Negara dan Hibah, yang meliputi penerimaan pajak,
penerimaan bukan pajak, dan hibah.
2. Pengeluaran/Belanja

Negara,

yang

digunakan

untuk

keperluan

penyelenggaraan tugas pemerintahan pusat dan pelaksanaan perimbangan


keuangan antara pemerintah pusat dan daerah.
3. Pembiayaan Defisit (Pembiayaan Anggaran), yaitu setiap penerimaan yang
perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun
anggaran berikutnya.
APBN memiliki tujuan-tujuan yaitu:
1. Meningkatkan produksi nasional dan pertumbuhan ekonomi
2. Meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi pengangangguran
3. Menstabilkan harga barang- barang.

Fungsi APBN antara lain:


1. Fungsi alokasi
Anggaran pendapatan negara merupakan sumber anggaran biaya yang
harus dikeluarkan oleh negara. Dengan masuknya sumber pendapatan ke
kas negara, maka negara atau pemerintah dapat menggunakan pendapatan
ini untuk pembiayaan program pembangunan dan mengalokasikan dana
tersebut sesuai dengan sasaran-sasaran yang dituju.
2. Fungsi distribusi
Sumber pendapatan negara yang berasal dari rakyat harus digunakan untuk
kepentingan umum, namun dapat juga disalurkan kembali kepada
masyarakat, misalnya subsidi pupuk, subsidi BBM dan listrik.
3. Fungsi stabilisasi
Anggaran pendapatan negara dilaksanakan untuk mengatur perekenomian
dan pemerintahan dengan baik. Pelaksanaan anggaran sebaiknya
dilaksanakan sesuai dengan disiplin anggaran. Apabila semua yang
tercantum dalam anggaran itu tidak dilaksanakan maka penyusunan APBN
tidak ada artinya.
Jenis- jenis anggaran negara adalah:
1. Anggaran defisit: bila jumlah penerimaan negara lebih kecil daripada
jumlah belanja/pengeluaran negara
2. Anggaran surplus: bila jumlah penerimaan negara lebih besar daripada
jumlah belanja/pengeluaran negara
3. Anggaran berimbang: bila jumlah penerimaan negara sama dengan jumlah
belanja/pengeluaran negara

B. Kebijakan Fiskal
Pengertian Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah yang dilakukan
dengan cara mempengaruhi sisi penerimaan maupun sisi pengeluaran pada
APBN. Segala macam kebijakan yang berkaitan dengan APBN
digolongkan sebagai kebijakan fiskal, misalnya kebijakan bidang
perpajakan, kebijakan hutang luar negeri, dan kebijakan peningkatan
pengeluaran pemerintah. Pemerintah seringkali menghadapi masalah
defisit anggaran sehingga memerlukan satu set kebijakan fiskal untuk
mengatasinya. Ada beberapa sumber pembiayaan defisit anggaran,
diantaranya yaitu:
a.
b.
c.
d.

Pajak
Mencetak uang baru
Pinjaman masyarakat dalam negeri
Pinjaman masyarakat luar negeri
Ada dua macam jenis pajak, yaitu pajak tetap atau lump-sum tax dan

pajak proporsional. Pajak tetap merupakan pajak yang jumlah dan


besarnya tidak tergantung pada tingkat pendapatan, berapapun pendapatan,
besarnya pajak sama. Dalam kenyataannya sebagian besar pajak, baik
pajak langsung maupun pajak tidak langsung berhubungan erat dengan
pendapatan. Pajak pendapatan, pajak perseroan, dan pajak kekayaan
merupakan jenis pajak langsung yang sangat berkaitan dengan pendapatan.
Begitu pula dengan pajak penjualan, bea masuk, dan cukai merupakan
contoh pajak tidak langsung yang besarnya juga tergantung pada tingkat
pendapatan dari transaksinya. Dengan kata lain, semakin besar
pendapatan, maka semakin besar pendapatan, maka semakin besar pajak
yang harus ditanggung begitu pula sebaliknya. Dalam bentuk persamaan
dapat dituliskan hubungan antara pajak dan pendapatan, yaitu:
T = T0 + t Y
Karena pajak berkaitan dengan pendapatan, maka penerimaan
pemerintah dari pajak sangat tergantung pada tingkat pendapatan
masyarakat. Pajak dalam alur perputaran ekonomi digolongkan sebagai

variabel

kebocoran

(leakages)

sehingga

bila

pemerintah

ingin

meningkatkan penerimaan pemerintah dari pajak, maka konsekuensinya


adalah makin tingginya kebocoran. Dengan kata lain, pajak dapat
mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat karena mengurangi
pendapatan siap konsumsi (disposible income) yang nilainya:
Yd = Y Tx + Tr
Dengan demikian, semakin besar defisit anggaran pemerintah dan bila
pemerintah membiayainya dengan meningkatkan pajak, maka daya beli
masyarakat akan terus menurun.
Pemerintah dapat juga membiayai defisit anggaran dengan meminjam
dana dari bank sentral. Bank sentral akan membiayai pinjaman tersebut
dengan mencetak uang baru. Pembiayaan pinjaman pemerintah yang
dibiayai dengan mencetak uang baru akan mengakibatkan jumlah uang
beredar meningkat. Sesuai dengan teori kuantitas, penambahan jumlah
uang beredar akan dapat mengakibatkan inflasi. Dengan demikian,
semakin besar defisit anggaran pemerintah yang dibiayai dengan mencetak
uang baru, maka semakin besar pula resiko terjadinya inflasi.
Pemerintah dapat menghimpun dan meminjam dana masyarakat
dalam negeri untuk membiayai

defisit anggarannya.

Mekanisme

penghimpunan dana itu adalah melalui penerbitan surat hutang atau


obligasi pemerintah yang dijuak (float) kepada masyarakat di pasar uang.
Pemerintah akan membayar obligasi itu pada saat jatuh tempo beserta
bunga dari obligasi tersebut. Untuk menarik masyarakat mau membeli
surat hutang itu, maka biasanya pemerintah menawarkan tingkat bunga
yang lebih besar daripada tingkat bunga yang berlaku di bank umum.
Pinjaman kepada masyarakat dalam negeri biasanya dalam bentuk mata
uang dalam negeri.
Sumber pembiayaan defisit anggaran yang terakhir adalah pinjaman
pada masyarakat luar negeri. Seperti halnya pinjaman pada masyarakat
dalam negeri, pinjaman pada masyarakat luar negeri dilakukan dengan
cara menjual surat berharga atau obligasi di pasar uang internasional. Dana
yang diperoleh dari jenis sumber pembiayaan ini biasanya dalam bentuk
mata uang asing dan devisa. Sumber pembiayaan ini cocok untuk
membiayai defisit neraca pembayaran internasional.

Pengaruh Kebijakan Fiskal Terhadap Perekonomian


Kebijakan fiskal adalah kebijakan ekonomi

makro

yang

implementasinya melalui penyusunan anggaran pemerintah (APBN di


Indonesia).
Secara garis besar terdiri 3 pos utama pada sisi pengeluaran
anggaran, yaitu:
1.
Belanja barang dan jasa (G)
2.
Gaji pegawai (W)
3.
Transfer payment/subsisi (Tr)
Sedangkan pada sisi pendapatan terdiri 4 pos yang penting, yaitu:
1.
Penerimaan pajak (Tx)
2.
Kredit likuiditas bank sentral (U)
3.
Pinjaman/obligasi dalam negeri (B)
4.
Pinjaman/hutang luar negeri (F)
Masing-masing pos mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
perekonomian.
Pengeluaran total anggaran (APBN di Indonesia) selalu sama
dengan penerimaan totalnya. Dalam pengertian akuntansi ini anggaran
selalu seimbang (anggaran berimbang). Dalam pengertian ekonomi
anggaran bisa defisit, surplus atau berimbang.
Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit, surplus dan
anggaran berimbang, yaitu:
1.
Penerimaan pajak (Tx) dapat menutup seluruh pengeluaran (G + W
+ Tr), apabila G + W + Tr > Tx maka anggaran defisit dan bila G + W
+ Tr < Tx maka anggaran surplus selanjutnya G + W + Tr = Tx maka
2.

anggaran berimbang.
Defisit anggaran apabila G + W + Tr > Tx + B, surplus
anggaran apabila G + W + R < T + B dan berimbang bila G + W + R

3.

= T + B.
Anggaran defisit bilamana U > 0, anggaran surplus bila U < 0
dan berimbang bila U = 0. pada pengertian ini menunjukkan ada
tidaknya pencetakan uang baru untuk membiayai anggaran.

Fungsi Pajak sebagai Alat Penstabil Otomatis


Pemerintah Indonesia selama kurun waktu masa orde baru telah
menerapkan prinsip anggaran berimbang. Pembiayaan pengeluaran
pemerintah terutama bersumber dari penerimaan pajak. Pajak dapat
5

sebagai bult in stabilizer yang merupakan alat penstabil yang bekerja


secara otomatis dalam mengurangi perubahan pendapatan nasional.
Dampak langsung apabila pemerintah menaikkan pajak, cenderung akan
menurunkan PDB sehingga pajak bersifat deflasioner. Tetapi dampak tak
langsung dari penerimaan pajak tersebut apabila seluruhnya digunakan
untuk pembiayaan program (pengeluaran pemerintah), pengaruh netto dari
kebijakan peningkatan pajak akan berantai sehingga hasil akhir
pengaruhnya terhadap PDB belum tentu deflasioner, tergantung dari
kebijakan pemerintah dalam alokasi penerimaan pajak tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Suparmono. 2004. Pengantar Ekonomika Makro. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
www.belajarekonomi.blogspot.com
www.fiskal.depkeu.go.id
www.ahim.staff.gunadarma.ac.id

Anda mungkin juga menyukai