ANGKATAN LXXIV
UNIVERSITAS INDONESIA
ANGKATAN LXXIV
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur hanya kepada Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulisdapat menyelesaikan Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT. Ristra Indolab yang dilaksanakan mulai tanggal
16 Januari sampai dengan 10 Februari 2012.
Laporan ini merupakan hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Profesi Apoteker
di Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia. Setelah mengikuti kegiatan
PKPA ini, diharapkan apoteker yang lulus nantinya dapat mengaplikasikan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki kepada masyarakat pada saat
memasuki dunia kerja.
Kegiatan PKPA dapat terlaksana dengan baik berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima
kasih kepada:
1. Ibu Iin Indriani, S.Si, Apt. selaku pembimbing penulis dalam Praktek Kerja
Profesi Apoteker di PT. Ristra Indolab.
2. Ibu Prof. Dr. Yahdiana Harahap, M.S, Apt. selaku Ketua Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
3. Bapak Dr. Harmita, Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Departemen
Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
4. Bapak Drs. Hayun, M.Si. selaku pembimbing Praktek Kerja Profesi Apoteker
dari Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
5. Karyawan dan staf PT. Ristra Indolab yang telah membantu dalam
pelaksanaan dan penyusunan laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker ini.
6. Bapak dan Ibu staf pengajar beserta segenap karyawan Departemen Farmasi
FMIPA Universitas Indonesia.
7. Keluarga tercinta atas segenap perhatian, doa, dukungan, dan motivasi yang
selalu diberikan kepada penulis.
8. Teman-teman PKPA di PT. Ristra Indolab atas kerja sama yang baik selama
PKPA.
iv
Laporan praktek..., Wulan Yuliastuti, FMIPA UI, 2012
v
Laporan praktek..., Wulan Yuliastuti, FMIPA UI, 2012
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
vii
viii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1.2 Tujuan ..................................................................................
1
2
3
3
3
4
5
7
7
7
8
8
8
8
10
11
12
14
17
18
18
18
19
20
21
22
23
23
24
vi
Universitas Indonesia
3.6
BAB 4. PEMBAHASAN
4.1 Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Persediaan (Production Planning and Inventory Control/
PPIC) dan Logistik Umum (General Logistic/ Genlog) .........
4.2 Departemen Pembayaran (Purchasing) .................................
4.3 Departemen Penelitian dan Pengembangan (Research and
Development/ R&D) .............................................................
4.4 Departemen Produksi dan Teknik (Production and
Engineering) .........................................................................
4.5 Departemen Pengendalian Mutu (Quality Control/ QC) ........
4.6 Departemen Distribusi Logistik (Distribution Logistic/ DL) .
4.7 Departemen General Affair/ GA ...........................................
4.7.1 Pengolahan Limbah ...................................................
4.7.2 Pengolahan Air .........................................................
4.8 Peranan Aoteker dalam Industri Kosmetik ............................
25
25
25
26
28
29
29
32
33
34
36
37
38
39
39
40
41
42
44
46
47
49
50
52
52
52
53
54
Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
viii
57
58
58
59
59
60
60
61
62
63
64
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Kosmetik merupakan komoditi penting dalam keseharian manusia yang
fungsinya tidak dapat dipandang sebelah mata. Produk kosmetik digunakan oleh
semua kalangan dan dari segala usia, mulai dari bayi hingga orang dewasa, baik
pria maupun wanita. Sejarah juga mencatat bahwa kosmetik telah digunakan sejak
zaman Mesir kuno. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan, teknologi,
dan arus informasi, teknologi kosmetik juga mengalami perkembangan.
Selayaknya obat, kosmetik yang banyak beredar saat ini telah melewati berbagai
tahapan yang tidak kalah ketatnya dengan tahapan produksi obat. Bila dalam
proses produksi obat dikenal Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB), maka
dalam dunia kosmetik dikenal istilah Cara Pembuatan Kosmetik yang Baik
(CPKB).
Apoteker sebagai bagian dari tenaga kesehatan memiliki peranan dalam
menjamin peredaran kosmetik yang aman dan bermutu, serta berkualitas bagi
masyarakat.
Apoteker
juga
dituntut
agar
senantiasa
terbuka
terhadap
Universitas Indonesia
2
1.2
Tujuan
Tujuan Praktek Kerja Profesi Apoteker di PT. Ristra Indolab ini adalah:
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN UMUM
KOSMETIK DAN CARA PEMBUATAN KOSMETIK YANG BAIK
2.1
Kosmetik
Universitas Indonesia
4
dengan ilmu kedokteran dan ilmu pengetahuan lainnya, misalnya dermatologi,
famakologi, kesehatan gigi, optalmologi, diet, dan sebagainya. Di sini mulai
diletakkan konsep kosmetologi yang kemudian dikembangkan di Prancis, Jerman,
Belanda, dan Italia.
2.1.3 Kategori Kosmetik (BPOM RI, 2010)
Bedasarkan fungsinya kosmetik digolongkan dalam tiga belas kategori,
yaitu:
a. Sediaan bayi
Sabun mandi bayi, sampo bayi, bedak bayi, baby oil, baby lotion, baby cream,
baby cologne dan sediaan untuk bayi lainnya.
b. Sediaan mandi
Sabun mandi, sabun mandi cair, sabun mandi antiseptik, busa mandi, bath oil,
bath salt, bath powder dan sediaan untuk mandi lainnya.
c. Sediaan untuk kebersihan badan
Deodorant-anti perspirant, feminine higiene, bedak badan antiseptik,
perawatan kaki dan sediaan kebersihan badan lainnya.
d. Sediaan cukur
Sediaan pracukur, sediaan cukur dan sediaan pasca cukur.
e. Sediaan wangi-wangian
Eau de toilette, eau de parfum, eau de cologne, pewangi badan, parfum dan
sediaan wangi-wangian lainnya.
f. Sediaan rambut
Sampo, sampo ketombe, hair conditoner, hair creambath, hair tonic,hair
styling, hair dressing, permanent wave, neutralizer, hair starightener,
depilatori, hair and body wash dan sediaan rambut lainnya.
g. Sediaan pewarna rambut
Pewarna rambut, hair lightener, activator dan tata rias rambut fantasi.
h. Sediaan rias mata
Pensil alis, bayangan mata, eye liner, mascara, eye foundation, eye
moisturizer, eye cream, eye make-up remover dan sediaan rias mata lainnya.
Universitas Indonesia
5
i. Sediaan rias wajah
Make-up base, vanishing cream, foundation, face powder, liquid powder,
compact powder, blush on, lip gloss, lip liner, lip color, lip shine, lip care, tata
rias panggung, tata rias pengantin, make-up kit dan sediaan rias wajah lainnya.
j. Sediaan perawatan kulit
Pembersih kulit muka, penyegar kulit muka, astringent, penyegar kulit,
masker, peeling, lulur, mangir, bedak dingin, nutritive cream, night cream,
cold cream, day cream, moisturizer, wrinkle smoothing remover, anti aging
cream, skin bleach, skin lightener, massage cream, massage oil, massage gel,
anti jerawat, perawatan kulit, badan, tangan dan sediaan perawatan kulit
lainnya.
k. Sediaan mandi surya
Sediaan tabir surya dan sediaan mandi surya.
l. Sediaan kuku
Base voat, top coat, nail dryer, nail extender/ nail elongator, nail
strengthener, nail hardener, nail color, nail polish remover, cuticle remover,
softener dan sediaan kuku lainnya.
m. Sediaan higiene mulut
Dentifrices, mouth washes, mouth freshener, dan sediaan higiene mulut
lainnya.
2.1.4 Informasi dalam Penandaan Kosmetik (BPOM RI, 2010)
Informasi yang diperlukan dalam penandaan kosmetik adalah:
a. Nama kosmetik, berupa nama dagang dan tidak menggunakan nama yang
dapat menyesatkan konsumen.
b. Kegunaan,
dikecualikan
untuk
kosmetika
yang
sudah
jelas
cara
penggunaannya.
c. Komposisi lengkap dan jelas, menggunakan nama bahan sesuai dengan nama
International Nomenclature Cosmetic Ingredients (INCI), bahan alam berasal
dari tumbuhan atau ekstrak tumbuhan ditulis dalam nama genus dan
spesiesnya, bahan yang berasal dari hewan dicantumkan nama hewan asal
dalam bahasa Indonesia di belakang nama bahan tersebut.
Universitas Indonesia
6
d. Bahan dengan kadar kurang dari 1% boleh ditulis tidak berurutan, bahan
pewarna dapat ditulis tidak berurutan setelah bahan lain dengan menggunakan
nomor Indeks Perwarna (Color Index/ CI) serta bahan parfum dan aromatis
ditulis perfume, flavor, atau fragrance.
e. Nama dan negara produsen, negara tempat perusahaan yang memproduksi
kosmetik. Bila ada, dicantumkan pula:
1. Nama pemberi lisensi untuk kosmetika lisensi.
2. Nama industri yang melakukan pengemasan primer untuk kosmetika yang
dikemas dalam kemasan primer oleh industri yang terpisah dari indutri
pembuat.
f. Nama dan alamat lengkap produsen/ importir/ distributor yang bertanggung
jawab terhadap peredaran kosmetik di wilayah Indonesia.
g. Nomor bets.
h. Ukuran, isi, atau berat bersih mengikuti satuan metrik atau metrik dan sistem
imperial.
i. Tanggal pembuatan dan/ atau tanggal kadaluwarsa dengan penulisan:
1. Terdiri dari tanggal, bulan, dan tahun atau bulan dan tahun dengan format
DDMMYY atau MMYY.
2. Sebelum penulisan tanggal bulan dan tahun diawali kata tanggal
pembuatan (manufacturing date) atau singkatan MFG atau tanggal
kadaluwarsa (expired date) atau singkatan EXP atau digunakan
sebelum (best before).
Bagi kosmetika yang stabilitasnya kurang dari tiga puluh bulan harus
mencantumkan tanggal kadaluwarsa.
j. Peringatan/ perhatian/ keterangan lain yang dipersyaratkan:
1. Peringatan/ perhatian/ keterangan lain khususnya yang tercantum pada
peraturan tentang bahan kosmetika dalam kolom penandaan/ peringatan.
2. Peringatan pada sediaan aerosol sebagai berikut: Perhatian! jangan sampai
kena mata dan jangan dihirup. Awas! Isi bertekanan tinggi, dapat meledak
pada suhu di atas 500oC, jangan ditusuk, jangan disimpan di tempat panas,
di dekat api, atau dibuang di tempat pembakaran sampah.
3. Tanda peringatan PERHATIAN, AWAS, atau tanda peringatan lain.
Universitas Indonesia
7
4. Penandaan kosmetika harus tercantum pada wadah dan/ atau pembungkus.
Apabila penandaan secara lengkap hanya tercantum pada pembungkus atau
dalam hal keterbatasan ukuran dan bentuk wadah, maka penandaan pada
wadah harus memuat informasi sekurang-kurangnya nama kosmetik, nomor
bets, dan netto/ ukuran/ isi/ berat bersih. Informasi lainnya dapat dicantumkan
pada pembungkus atau pada etiket gantung, brosur, dan shrink wrap yang
disertakan pada kosmetika.
2.2
8
produk kosmetik Indonesia dalam era pasar bebas. Tujuan khusus CPKB yaitu
agar dipahaminya penerapan CPKB oleh para pelaku usaha industri kosmetik
sehingga bermanfaat bagi perkembangan industri kosmetik dan diterapkannya
CPKB secara konsisten oleh industri kosmetik.
2.2.3 Sistem Manajemen Mutu
Sistem jaminan mutu harus dibangun, dimantapkan, dan diterapkan,
sehingga kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat tercapai.
Hendaknya dapat dijabarkan struktur organisasi, tugas, dan fungsi, tanggung
jawab, prosedur-prosedur, intruksi-intruksi, proses, dan sumber daya untuk
menerapkan manajemen mutu.
Sistem mutu harus dibentuk dan disesuaikan dengan kegiatan perusahaan.
Sifat dasar produk-produknya, dan hendaknya diperhatikan elemen-elemen
penting yang ditetapkan dalam pedoman ini. Pelaksanaan sistem mutu harus
menjamin bahwa apabila diperlukan, dilakukan pengambilan contoh bahan awal,
produk antara dan produk jadi, serta dilakukan pengujian terhadapnya untuk
menentukan diluluskan atau ditolak, yang didasarkan atas hasil uji dan kenyataankenyataan yang dijumpai yang berkaitan dengan mutu.
2.2.4 Aspek-aspek CPKB
2.2.4.1 Ketentuan Umum
Ketentuan umum berisi penjelasan mengenai pengertian: audit internal,
bahan awal, bahan baku, bahan pengemas, bahan pengawet, bets, dokumentasi,
kalibrasi, karantina, nomor bets, pelulusan (released), pembuatan, pengendalian
dalam proses, pengendalian mutu (quality control), pengemasan, pengolahan,
penolakan (rejected), produk (kosmetik), produksi, produk antara, produk jadi,
produk kembalian (returned), produk ruahan, sanitasi, spesifikasi bahan, dan
tanggal pembuatan.
2.2.4.2 Personalia
Personalia harus memiliki pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan
kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah
Universitas Indonesia
9
yang cukup. Mereka harus berada dalam keadaan sehat serta mampu menangani
tugas yang dibebankan kepadanya.
a. Organisasi, Kualifikasi, dan Tanggung Jawab
Dalam struktur organisasi perusahaan, bagian produksi, dan pengendalian
mutu hendaklah dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan
tanggung jawab satu sama lain. Kepala bagian produksi harus memperoleh
pelatihan yang memadai dan berpengalaman dalam pembuatan kosmetik. Ia harus
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam manajemen produksi yang
meliputi semua pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi, area
produksi, dan pencatatan.
Kepala bagian pengendalian mutu harus memperoleh pelatihan yang
memadai dan berpengalaman dalam bidang pengendalian mutu. Ia harus diberi
kewenangan penuh dan tanggung jawab dalam semua tugas pengendalian mutu
meliputi penyusunan, verifikasi, dan penerapan semua prosedur pengendalian
mutu. Ia mempunyai kewenangan menetapkan persetujuan atas bahan awal,
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang telah memenuhi spesifikasi,
atau menolaknya apabila tidak memenuhi spesifikasi, atau yang dibuat tidak
sesuai dengan prosedur yang telah di tetapkan. Hendaknya dijabarkan
kewenangan dan tanggung jawab personil-personil lain yang ditunjuk untuk
menjalankan pedoman CPKB dengan baik. Hendaklah tersedia personil yang
terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk melaksanakan supervise langsung di
setiap bagian produksi dan unit pemeriksaan mutu.
b. Pelatihan
Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan harus
dilatih dalam pelaksanaan pembuatan sesuai dengan prinsip-prinsip CPKB.
Perhatian khusus harus diberikan untuk melatih personil yang bekerja dengan
material yang berbahaya. Pelatihan CPKB harus dilakukan secara berkelanjutan
dan catatan hasil pelatihan harus dipelihara dan keefektifannya harus dievaluasi
secara periodik.
Universitas Indonesia
10
2.2.4.3 Bangunan dan Fasilitas
Bangunan dan fasilitas harus dipilih pada lokasi yang sesuai, dirancang,
dibangun, dan dipelihara sesuai kaidah.
a. Upaya yang efektif harus dilakukan untuk mencegah kontaminasi dari
lingkungan sekitar dan hama.
b. Produk kosmetik dan produk perbekalan kesehatan rumah tangga yang
mengandung bahan yang tidak berbahaya dapat menggunakan sarana dan
peralatan yang sama secara bergiliran asalkan dilakukan usaha pembersihan
dan perawatan untuk menjamin agar tidak terjadi kontaminasi silang dan
risiko campur baur.
c. Garis pembatas, tirai plastik, penyekat yang fleksibel berupa tali atau pita
dapat digunakan untuk mencegah terjadinya campur baur.
d. Hendaknya disediakan ruang ganti pakaian dan fasilitasnya. Toilet harus
terpisah dari area produksi guna mencegah terjadinya kontaminasi.
e. Apabila memungkinkan hendaklah disediakan area tertentu, antara lain area
penerimaan material, pengambilan contoh material, penyiapan barang datang
dan karantina, gudang bahan awal, penimbangan dan penyerahan, pengolahan,
penyimpanan produk ruahan, pengemasan, karantina sebelum produk
dinyatakan lulus, gudang produk jadi, tempat bongkar muat, laboratorium, dan
tempat pencucian peralatan.
f. Permukaan dinding dan langit-langit hendaknya halus dan rata serta mudah
dirawat dan dibersihkan. Lantai di area pengolahan harus mempunyai
permukaan yang mudah dibersihkan dan disanitasi.
g. Saluran pembuangan air (drainage) harus mempunyai ukuran memadai dan
dilengkapi dengan kontrol serta dapat mengalir dengan baik. Saluran terbuka
harus dihindari tetapi apabila diperlukan harus mudah dibersihkan dan
disanitasi.
h. Lubang untuk pemasukan dan pengeluaran udara dan pipa-pipa salurannya
hendaknya dipasang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah timbulnya
pencemaran terhadap produk.
i. Bangunan hendaknya mendapat penerangan yang efektif dan mempunyai
ventilasi yang sesuai untuk kegiatan dalam bangunan.
Universitas Indonesia
11
j. Pipa, fitting lampu, lubang ventilasi, dan perlengkapan lain di area produksi
harus dipasang sedemikian rupa untuk mencegah terjadinya ceruk yang sukar
dibersihkan dan sebaiknya dipasang diluar area pengolahan.
k. Laboratorium hendaknya terpisah secara fisik dari area produksi.
l. Area gudang hendaknya mempunyai luas yang memadai dengan penerangan
yang sesuai, diatur, dan diberi perlengkapan sedemikian rupa sehingga
memungkinkan penyimpanan bahan dan produk dalam keadaan kering, bersih,
dan rapi.
1. Area gudang hendaknya harus memungkinkan pemisahan antara
kelompok material dan produk yang dikarantina. Area khusus dan terpisah
hendaklah tersedia untuk penyimpanan bahan yang mudah terbakar dan
bahan yang mudah meledak, zat yang sangat beracun, bahan yang ditolak
atau ditarik serta produk kembalian.
2. Apabila diperlukan hendaknya disediakan gudang khusus dimana suhu dan
kelembabannya dapat dikendalikan serta terjamin keamanannya.
3. Penyimpanan bahan pengemas/ barang cetakan hendaklah ditata
sedemikian rupa sehingga masing-masing tabet yang berbeda, demikian
pula bahan cetakan lain tersimpan terpisah untuk mencegah terjadinya
campur baur.
2.2.4.4 Peralatan
Peralatan harus didesain dan ditempatkan sesuai dengan produk yang
dibuat.
a. Rancang bangun
1. Permukaan peralatan yang bersentuhan dengan bahan yang diolah tidak
boleh bereaksi atau menyerap bahan.
2. Peralatan tidak boleh menimbulkan akibat yang merugikan terhadap
produk misalnnya melalui tetesan oli, kebocoran katup, atau melalui
modifikasi atau adaptasi yang salah/ tidak tetap.
3. Peralatan harus mudah dibersihkan
4. Peralatan yang digunakan untuk mengolah bahan yang mudah terbakar
harus kedap terhadap ledakan.
Universitas Indonesia
12
b. Pemasangan dan Penempatan
1. Peralatan/ mesin harus ditempatkan sedemikian rupa sehingga tidak
menyebabkan kemacetan aliran proses produksi dan harus diberi
penandaan yang jelas untuk menjamin tidak terjadi campur baur
antarproduk.
2. Saluran air, uap, udara bertekanan, atau hampa udara. Harus dipasang
sedemikian rupa sehingga mudah dicapai selama kegiatan berlangsung.
Saluran ini hendaknya diberi label atau tanda yang jelas sehingga mudah
dikenali.
3. Sistem-sistem penunjang seperti sistem pemanasan, ventilasi, pengaturan
suhu udara, air (air minum, air suling), uap, udara bertekanan, dan gas
harus berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuannya dan dapat
diidentifikasi.
c. Pemeliharaan
1. Peralatan untuk menimbang, mengukur, menguji, dan mencatat harus
dipelihara dan dikalibrasi secara berkala. Semua catatan pemeliharaan dan
kalibrasi harus disimpan.
2. Petunjuk cara pembersihan peralatan hendaknya ditulis secara rinci dan
jelas diletakkan pada tempat yang mudah dilihat dengan jelas.
2.2.4.5 Sanitasi dan Higiene
Sanitasi dan higiene hendaknya dilaksanakan untuk mencegah terjadinya
kontaminasi terhadap produk yang diolah. Pelaksanaan sanitasi dan higiene
hendaknya mencakup personalia, bangunan, mesin-mesin dan peralatan, serta
bahan awal.
a. Personalia
1. Personalia harus dalam keadaan sehat untuk melaksanakan tugas yang
dibebankan kepadanya.
2. Semua personil harus melaksanakan higiene perorangan.
3. Setiap personil yang pada suatu ketika mengidap penyakit atau menderita
luka terbuka atau yang dapat merugikan kualitas tidak diperkenankan
Universitas Indonesia
13
menangani bahan baku, bahan penngemas, bahan dalam proses, dan
produk jadi.
4. Setiap personil diperintahkan untuk melaporkan setiap kegiatan (sarana,
peralatan, atau personil) yang menurut penilaian mereka dapat merugikan
produk kepada penyelia.
5. Hindari bersentuhan langsung dengan bahan atau produk yang diproses
untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Personil harus menggunakan
pakaian kerja, tutup kepala serta menggunakan alat pelindung sesuai
dengan tugasnya.
6. Merokok, makan, minum, mengunyah atau menyimpan makanan,
minuman, rokok, atau barang lain yang mungkin dapat mengkontaminasi,
hanya boleh di daerah tertentu dan dilarang di daaerah produksi,
laboratorium, gudang atau area lain yang mungkin dapat merugikan mutu
produk.
7. Semua personil yang diizinkan masuk ke area produksi harus
melaksanakan higiene perorangan termasuk memakai pakaian kerja yang
memadai.
b. Bangunan
1. Hendaklah tersedia westafel dan toilet dengan ventilasi yang baik yang
terpisah dari daerah produksi.
2. Hendaklah tersedia loker di lokasi yang tepat untuk tempat ganti pakaian
dan menyimpan makanan serta barang-barang lain milik karyawan.
3. Sampah di ruang produksi secara teratur ditampung ditempat sampah
untuk selanjutnya dikumpulkan di tempat penampungan sampah di luar
area produksi.
4. Bahan sanitasi, rodentisida, insektisida, dan fumigasit idak boleh
mengkontaminasi peralatan, bahan baku/ pengemas, bahan yang masih
dalam proses dan produk jadi.
c. Peralatan dan perlengkapan
1. Peralatan/ perlengkapan harus dijaga dalam keadaan bersih.
Universitas Indonesia
14
2. Pembersihan dengan cara basah atau vakum lebih dianjurkan. Udara
bertekanan dan sikat hendaknya digunakan dengan hati-hati dan sedapat
mungkin dihindari karena menambah risiko pencemaran produk.
3. Prosedur tetap pembersih dan sanitasi mesin-mesin hendaknya diikuti
dengan konsisten.
2.2.4.6 Produksi
a. Air
1. Air harus mendapat perhatian khusus karena merupakan bahan penting.
Peralatan untuk memproduksi air dan sistem pemasokannya harus dapat
memasok air yang berkualitas. Sistem pemasokan air hendaknya disanitasi
sesuai prosedur tetap.
2. Air yang digunakan untuk produksi sekurang-kurangnya berkualitas air
minum. Mutu air yang meliputi parameter kimiawi dan mikrobiologi harus
dipantau secara berkala, sesuai prosedur tertulis dan setiap ada kelainan
harus segera ditindaklanjuti segera dengan tindakan koreksi.
3. Pemilihan metoda pengolahan air seperti deionasi, destilasi, dan filtrasi
tergantung pada persyaratan produksi. Sistem penyimpanan maupun
pendistribusian harus dipelihara dengan baik.
4. Perpipaan hendaklah dibangun sedemikian rupa sehingga terhindar dari
stagnasi dan resiko terjadinya pencemaran.
b. Verifikasi material (bahan)
1. Semua pasokan bahan awal (bahan baku dan bahan pengemas) hendaknya
diperiksa dan diverifikasi mengenai pemenuhannya terhadap spesifikasi
yang telah ditetapkan dan dapat ditelusuri sampai dengan produk jadi.
2. Contoh
15
c. Pencatatan bahan
1. Semua bahan hendaklah memiliki catatan yang lengkap mengenai nama
bahan yang tertera pada label dan pada bukti penerimaan, tanggal
penerimaan, nama pemasok, nomor bets, dan jumlah.
2. Setiap penerimaan dan penyerahan bahan awal hendaklah dicatat dan
diperiksa secara teliti kebenaran identitasnya.
d. Material ditolak (reject)
Pasokan bahan yang memenuhi spesifikasi hendaknya ditandai, dipisah dan
untuk segera diproses lebih lanjut sesuai prosedur tetap.
e. Sistem pemberian nomor bets
1. Setiap produk antara produk ruahan dan produk akhir hendaklah diberi
nomor identitas produksi (nomor bets) yang dapat memungkinkan
penelusuran kembali riwayat produk.
2. Sistem pemberian nomor bets hendaknya spesifik dan tidak berulang
untuk produk yang sama untuk menghindaari kebingungan/ kekecewaan.
3. Bila memungkinkan, nomor bets hendaknya dicetak pada etiket wadah dan
bungkus luar.
4. Catatan pemberian nomor bets hendaknya dipelihara.
f. Penimbangan dan pengukuran
1. Penimbangan hendaknya dilakukan di tempat tertentu menggunakan
peralatan yang telah dikaliberasi.
2. Semua pelaksanaan penimbangan dan pengukuran harus dicatat dan
dilakukan pemeriksaan ulang oleh petugas yang berbeda.
g. Prosedur dan pengolahan
1. Semua bahan awal harus lulus uji sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditetapkan.
2. Semua prosedur pembuatan harus dilaksanakan sesuai prosedur tetap
tertulis.
3. Semua pengendalian selama proses yang diwajibkan harus dilaksanakan
dan dicatat.
Universitas Indonesia
16
4. Produk ruahan harus diberi penandaan sampai dinyatakan lulus oleh
bagian pengendalian mutu.
5. Perhatian khusus hendaknya diberikan kepada kemungkinan terjadinya
kontaminasi silang pada semua tahap proses produksi.
6. Hendaknya dilakukan pengendalian yang seksama terhadap kegiatan
pengolahan yang memerlukan kondisi tertentu, misalnya pengaturan suhu,
tekanan, waktu dan kelembaban.
7. Hasil akhir proses produksi harus dicatat.
h. Produk kering
Penanganan bahan dan produk kering memerlukan perhatian khusus dan bila
perlu dilengkapi dengan sistem pengendali debu, atau sistem hampa udara
sentral atau cara lain yang sesuai.
i. Produk basah
1. Cairan, krim, dan lotion harus diproduksi sedemikian rupa untuk
mencegah dari kontaminasi mikroba dan kontaminasi lainnya.
2. Penggunaan sistem produksi dan transfer secara tertutup sangat
dianjurkan.
3. Bila digunakan sistem perpipaan untuk transfer bahan dan produk ruahan
harus dapat dijamin bahwa sistem yang digunakan mudah dibersihkan.
j. Pelabelan dan pengemasan
1. Lini pengemasan hendaklah diperiksa sebelum dioperasikan. Peralatan
harus bersih dan berfungsi baik. Semua bahan dan produk jadi dari
kegiatan pengemasan sebelumnya harus dipindahkan.
2. Selama proses pelabelan dan pengemasan berlangsung, harus diambil
contoh secara acak dan diperiksa.
3. Setiap lini pelabelan dan pengemasan harus ditandai secara jelas untuk
mencegah campur baur.
4. Sisa label dan bahan pengemas harus dikembalikan ke gudang dan dicatat.
Bahan pengemas yang ditolak harus dicatat dan diproses lebih lanjut
sesuai dengan Prosedur Tetap.
Universitas Indonesia
17
18
dimusnahkan sesuai Prosedur Tetap. Pencatatan return product hendaknya
dipelihara.
2.2.4.8 Dokumentasi
Sistem dokumentasi hendaknya meliputi riwayat setiap bets, mulai dari
bahan awal sampai produk jadi. Sistem ini hendaknya merekam aktivitas yang
dilakukan, meliputi pemeliharaan peralatan, penyimpanan, pengendalian mutu,
distribusi, dan hal-hal spesifik lain yang terkait dengan CPKB.
Hendaknya ada sistem untuk mencegah digunakannya dokumen yang
sudah tidak berlaku. Bila terjadi atau ditemukan suatu kekeliruan dalam dokumen
hendaknya dilakukan pembetulan sedemikian rupa sehingga naskah aslinya harus
tetap terdokumentasi. Bila dokumen merupakan instruksi, hendaknya ditulis
langkah demi langkah dalam bentuk kalimat perintah. Dokumen hendaklah diberi
tanggal dan disahkan. Salinan dokumen hendaklah diberikan kepada pihak-pihak
yang terkait dan pendistribusiannya dicatat. Semua dokumen hendaknya direvisi
dan diperbaharui secara berkala, dokumen yang sudah tidak berlaku segera ditarik
kembali dari pihak-pihak terkait untuk diamankan.
2.2.4.9 Audit Internal
Audit internal terdiri dari penilaian dan pengujian seluruh atau sebagian
dari aspek produksi dan pengendalian mutu dengan tujuan untuk meningkatkan
sistem mutu. Audit internal dapat dilakukan oleh pihak luar atau auditor
profesional, atau tim internal yang dirancang oleh manajemen untuk keperluan ini.
Pelaksanaan audit internal dapat diperluas sampai ke tingkat pemasok dan
kontraktor, bila perlu. Laporan harus dibuat pada saat selesainya tiap kegiatan
audit internal dan didokumentasikan dengan baik.
2.2.4.10 Penyimpanan
Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan
penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun produk,
seperti bahan awal, produk antara, ruahan, dan produk jadi, produk yang
Universitas Indonesia
19
dikarantina, dan produk yang lulus uji, ditolak, dikembalikan atau ditarik dari
peredaran.
Area penyimpanan hendaknya dirancang atau disesuaikan untuk menjamin
kondisi penyimpanan yang baik. Area penyimpanan harus bersih, kering dan
dirawat dengan baik. Bila diperlukan area dengan kondisi khusus (suhu dan
kelembaban) hendaknya disediakan, diperiksa dan dipantau fungsinya. Tempat
penerimaan dan pengiriman barang hendaknya dapat melindungi material dan
produk dari pengaruh cuaca. Area penerimaan hendaknya dirancang dan diberi
peralatan untuk memungkinkan barang yang datang dapat dibersihkan apabila
diperlukan sebelum disimpan. Area penyimpanan untuk produk karantina
hendaknya diberi batas secara jelas. Bahan berbahaya hendaknya disimpan secara
aman.
Pada saat penerimaan barang, dokumen hendaknya diperiksa dan
dilakukan verifikasi fisik dengan bantuan keterangan pada label yang meliputi tipe
barang dan jumlahnya. Barang kiriman harus diperiksa dengan teliti terhadap
kemungkinan terjadinya kerusakan dan/ atau cacat. Catatan-catatan harus
dipelihara meliputi semua catatan penerimaan dan catatan pengeluaran produk.
Pengawasan hendaknya meliputi pengamatan prinsip rotasi barang (FlFO). Semua
label dan wadah produk tidak boleh diubah, dirusak atau diganti.
2.2.4.11 Kontrak Produksi dan Pengujian
Pelaksanaan kontrak produksi dan pengujian hendaknya secara jelas
dijabarkan, disepakati, dan diawasi, agar tidak terjadi kesalahpahaman atau salah
dalam penafsiran di kemudian hari, yang dapat berakibat tidak memuaskannya
mutu produk atau pekerjaan. Untuk mencapai mutu produk yang memenuhi
standard yang disepakati, hendaknya semua aspek pekerjaan yang dikontrakkan
ditetapkan secara rinci pada dokumen kontrak, hendaknya ada perjanjian tertulis
antara pihak yang memberi kontrak dan pihak penerima kontrak yang
menguraikan secara jelas tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak.
Universitas Indonesia
20
2.2.4.12 Penanganan Keluhan dan Penarikan Produk
a. Penanganan keluhan hendaknya ditentukan personil yang bertanggung jawab
untuk menangani keluhan dan menentukan upaya pengatasannya.
b. Penarikan produk hendaknya dibuat sistem penarikan kembali dari peredaran
terhadap produk yang diketahui atau diduga bermasalah.
Universitas Indonesia
BAB 3
TINJAUAN KHUSUS
PT. RISTRA INDOLAB
3.1
kosmetik dan kesehatan kulit berdasarkan konsep medis. Didirikan pada bulan
Februari 1983 dengan nama PT. Dwi Citra Utama yang membuat sembilan
produk kosmetik perawatan dengan konsep Cosmedics (Cosmetics Medics). Pada
tahun 1991 PT. Dwi Citra Utama berganti nama menjadi PT. Ristra Indolab
dengan konsep "The Science of Beauty" atau konsep produk berbasis science yang
secara kontinu dan konsisten mampu meningkatkan kualitas kecantikan para
pemakainya. Produk PT. Ristra Indolab dikembangkan oleh para tenaga ahli ilmu
kosmetik dibawah pengendalian dr. Retno I. S. Tranggono, JOK, serta Chairman
perusahaan dr. Suharto Tranggono, DSKP, JOJ. Nama Ristra berasal dari
kependekan R (Retno), I (Iswari), S (Suharto), Tra (Tranggono).
Berdasarkan filosofi "The Science of Beauty" dengan konsep ilmiah agar
kulit senantiasa tampil sehat, cantik, dan aman dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu
faktor lingkungan alam, faktor manusia, dan faktor kosmetik. Karena alam
lingkungan orang Asia atau orang Indonesia pada khususnya adalah iklim tropis
dengan intensitas matahari yang tinggi, karakteristik kulit yang berwarna coklat
dimana kebanyakan pandangan masyarakat terhadap kulit yang cantik adalah kulit
yang putih, maka dibutuhkan kosmetik yang sesuai atau cocok dengan alam
lingkungan tropis dan karakteristik kulit Asia yang coklat tersebut. Oleh karena
itu, semua produk Ristra dibuat berdasarkan konsep tersebut sehingga bersifat
lebih sesuai dengan karakteristik kulit Asia atau Indonesia.
Untuk memenuhi kebutuhan produk kosmetik yang aman dan sesuai
standar yang telah ditetapkan maka seluruh produk harus melalui penelitian dan
pengembangan yang intensif dari uji mikrobiologi, uji dermatologi, dan uji
keamanan. Seluruh produk Ristra terdiri dari hair treatment, make-up treatment,
sampai skin care treatment. PT. Ristra Indolab memiliki 117 ragam produk
21
Universitas Indonesia
22
kosmetik di bawah merek Ristra, Platinum by Ristra, Trustee by Ristra, dan
Dermocare.
Selain produk kosmetik, Ristra Group juga memberikan service dengan
mendirikan House of Ristra yang merupakan pusat pelayanan bagi perawatan
kecantikan dan kesehatan kulit yang meliputi hair treatment, make-up treatment,
sampai skin care treatment di bawah pengendalian dan konsultasi medis para
dokter berkualitas serta berpengalaman di bidangnya yang dibekali juga dengan
pengetahuan akan cosmetodermatologist standar Ristra. Sejak tahun 1987,
kesuksesan dicapai House of Ristra dalam menjalankan fungsinya. Berdasarkan
dari masukan dan eksistensi bagi pusat pelayanan, sekarang telah terdapat dua
belas House of Ristra; empat berada di Jakarta (di jalan Radio Dalam, di Menteng,
di Kelapa Gading, dan di Bintaro), sedangkan delapan lainnya berada di luar kota,
yaitu Bandung, Purwokerto, Bogor, Pangkal Pinang, Yogyakarta, Samarinda,
Solo, dan Bengkulu. Selain itu, hingga kini sudah terdapat tujuh Ristra Care
Center (RCC) yang tersebar di Cikarang, Bekasi, Samarinda, Yogyakarta,
Jayapura, Denpasar, dan Bukit Tinggi.
Pada bulan Februari 2004 PT. Ristra Indolab telah mendapatkan sertifikat
ISO 9001:2000 yang merupakan salah satu pengakuan internasional terhadap
persyaratan sistem manajemen mutu dari kinerja perusahaan. Saat ini Ristra telah
menjadi salah satu perusahaan kosmetik modern yang diakui dan mampu
menghasilkan produk-produk kosmetik yang aman dan berkualitas. Selain itu,
dapat memasarkan dengan baik produk-produknya sehingga tersebar di seluruh
nusantara bahkan sampai ke negara-negara Asia lainnya.
3.2
dalam menyediakan produk kosmetik dan kesehatan kulit yang aman, berkualitas
tinggi, dan memuaskan pelanggan.
Untuk dapat mewujudkan visinya, maka PT. Ristra Indolab menetapkan
misi sebagai berikut, yaitu memberikan pelayanan yang berkualitas kepada
seluruh pelanggan yang berintikan pembeli akhir; meningkatkan kompetensi dan
integritas SDM sebagai asset utama perusahaan; menjaga keunggulan di bidang
Universitas Indonesia
23
teknologi kesehatan dan kecantikan kulit sehingga mampu menyediakan produk
yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan; meningkatkan kerja sama dalam
organisasi yang solid dan didukung leadership yang tinggi; perbaikan dan
pembelajaran yang berkesinambungan di segala aspek untuk dilaksanakan secara
tepat dan cepat.
3.3
President Director PT. Ristra Indolab yang membawahi Plant and Manufacturing
Manager, Act Finance and Accounting Manager, General Manager Sales and
Marketing, serta Research and Development Technology Manager.
Plant
and
Manufacturing
Manager
memimpin
Production
and
24
coordinator, dan administrasi; PPIC and General Logistic Manager yang
membawahi supervisor PPIC, supervisor ware house pack material, supervisor
ware house raw material, dan administrasi; Quality Control and Quality
Assassement Manager membawahi supervisor incoming, supervisor process,
supervisor outgoing, dan administrasi; Purchasing Manager merangkap Supply
Chain Manager membawahi supervisor raw material, supervisor packaging
material, dan administrasi; General Affair Supervisor; Sales and Marketing; Toll
Manufacturing Manager; dan Management Representative.
Research and Development Technology Manager membawahi cream/
emulsion formulation supervisor, liquid/ soap/ aromatherapy formulation
supervisor, powder/ lipstick/ suspension formulation supervisor, registrasi, dan
administrasi.
3.5
Ketenagakerjaan
PT. Ristra Indolab memiliki tenaga kerja yang berjumlah 135 orang. Jam
kerja pada PT. Ristra Indolab setiap hari Senin sampai dengan Jumat, masuk jam
08.30 WIB sampai dengan jam 16.30 WIB.
Sejumlah fasilitas dan tunjangan diberikan untuk kesejahteraan karyawan.
Fasilitas yang tersedia antara lain mushola, ruang istirahat karyawan, taman,
loker, sarana olahraga, kantin, dan kamar mandi. Sedangkan, tunjangan yang
diberikan meliputi asuransi tenaga kerja, asuransi kesehatan, dan tunjangan hari
raya (THR).
Perusahaan juga memperhatikan kebutuhan para karyawannya, yaitu
tersedia upah lembur, mess, pakaian kerja, tunjangan kesehatan, serta adanya cuti
kerja karyawan, yaitu cuti kerja, cuti hamil, cuti nikah, dan cuti bila ada anggota
keluarga dalam satu rumah yang meninggal dunia. Karyawan di departemen
produksi diwajibkan mengenakan sepatu karet, sarung tangan, penutup kepala,
dan masker. Untuk karyawan pada laboratorium pengendalian mutu (Quality
Control) diharuskan mengenakan jas laboratorium.
Universitas Indonesia
25
3.6
Kegiatan Departemen
3.6.1 Departemen
Perencanaan
Produksi
dan
Pengendalian
Persediaan
Universitas Indonesia
26
Peran PPIC dalam pengendalian persediaan produk jadi, bahan baku, dan
bahan pengemas adalah dengan mengawasi jumlah barang-barang tersebut dalam
gudang Genlog dan DL. Stok produk jadi, bahan baku, dan bahan pengemas
minimal harus ada 25% dari kebutuhan rata-rata. PPIC melakukan perencanaan
pembelian bahan baku dan bahan pengemas dengan membuat MRP. Hal-hal yang
harus dipertimbangkan dalam ketika membuat MRP adalah jumlah stok bahan
baku dan bahan pengemas, Purchasing Order yang tertunda (pending PO), serta
jumlah bahan baku dan bahan pengemas yang masih ada dalam area karantina.
MRP kemudian dibuat dalam bentuk Form Penerimaan Barang (FPB) yang berisi
barang-barang apa saja yang dibutuhkan untuk produksi dan ingin dibeli, baik
bahan baku, maupun bahan pengemas. Selanjutnya, FPB diserahkan kepada
departemen Purchasing untuk dilakukan proses pembeliannya kepada pemasok
(supplier).
3.6.1.2 General Logistic (Genlog)
Bagian Genlog bertanggung jawab terhadap penerimaan barang dari
pemasok (supplier), penyimpanan barang, dan pendistribusian barang kepada
departemen Produksi untuk kepentingan produksi suatu produk. Barang yang
dimaksud berupa bahan baku (raw material) dan bahan pengemas (packaging
material). Penanganan bahan baku dan bahan pengemas dilakukan oleh orang
yang berbeda di gudang Genlog, masing-masing memiliki pengawas (supervisor)
dan sistem pendokumentasian yang berbeda. Namun, secara umum proses
penerimaan dan penyimpanan barang, serta pendistribusian untuk produksi sama.
Alur penerimaan barang di gudang Genlog berawal dari penerimaan
Material In Transit (MIT) dari Purchasing. MIT berisi daftar barang-barang yang
yang akan dikirimkan oleh supplier. Barang yang datang ke gudang Genlog dari
supplier diperiksa kesesuaiannya antara surat jalan dengan MIT. Jika tidak sesuai,
Genlog menghubungi Purchasing untuk konfirmasi apakah benar barang tersebut
dipesan. Jika benar barang tersebut dipesan, maka barang diterima dan disimpan
dalam area karantina dan diberi label kuning karantina. Namun, jika barang
tersebut tidak dipesan oleh Purchasing, barang tersebut dikembalikan ke supplier.
Universitas Indonesia
27
Jika barang yang datang sesuai dengan MIT, barang tersebut diterima dan
disimpan dalam area karantina dan diberi label kuning karantina. Barang yang
disimpan di dalam area karantina dibuatkan slip penerimaan bahan baku/
pengemas untuk diberikan pada departemen Quality Control (QC). Kemudian,
QC mengambil sampel barang di gudang Genlog untuk diperiksa. Barang yang
sudah diperiksa akan mendapatkan status diterima (release) atau ditolak (rejected)
dari QC. Barang yang diterima kemudian diberi label hijau diterima dan
disimpan dalam area penyimpanan. Barang yang ditolak diberi label merah
ditolak dan disimpan dalam area terpisah untuk selanjutnya dikembalikan
kepada supplier atau dimusnahkan.
Dalam gudang Genlog, area penyimpanan bahan baku dan bahan
pengemas dibuat terpisah. Area penyimpanan bahan baku dibagi menjadi empat
bagian, yaitu tiga bagian area yang dibagi berdasarkan suhu ruangan dan satu
bagian yang merupakan gudang penyimpanan alkohol. Pembagian berdasarkan
suhu tersebut adalah ruangan dengan room temperature (suhu 28oC), controlled
temperature (suhu 15-20oC), dan freezer temperature (0-10oC). Gudang
penyimpanan alkohol dibuat terpisah dari bangunan pabrik. Dalam area
penyimpanan bahan pengemas, terdapat rak-rak untuk penyimpanan wadah
(kemasan primer) dan kemas (kemasan sekunder), serta lemari dengan sekat-sekat
berisi label dan stiker. Suhu dan kelembaban ruangan di setiap area penyimpanan
di gudang Genlog dipantau dan dicatat secara berkala.
Pendistribusian barang ke bagian produksi diawali dengan penerimaan Job
Order (JO) dari PPIC satu hari sebelum hari produksi. JO berisi keterangan
produk yang akan diproduksi beserta jenis dan jumlah bahan baku serta bahan
pengemas yang digunakan. Genlog menyiapkan bahan baku sesuai JO dan
meletakkannya di ruang antara. Departemen Produksi selanjutnya mengambil
bahan baku dari ruang antara untuk ditimbang sesuai kebutuhan produksi. Bahan
baku yang berlebih dikembalikan oleh Produksi ke ruang antara yang kemudian
akan disimpan kembali di gudang oleh Genlog. Ruang antara merupakan ruang
yang menghubungkan gudang Genlog dengan ruang produksi.
Berbeda dengan bahan baku yang disiapkan berdasarkan JO, bahan
pengemas disiapkan berdasarkan permintaan dari bagian Packing Produksi.
Universitas Indonesia
28
Wadah dibersihkan dahulu oleh Genlog sebelum diserahkan kepada Packing.
Kelebihan bahan pengemas dari bagian Packing dikembalikan ke gudang Genlog
untuk disimpan kembali. Genlog terkadang juga menerima daftar Walk In Process
(WIP) dari Packing. Daftar WIP merupakan daftar produk yang sudah selesai
diproduksi, namun belum dilakukan pengemasan. Daftar WIP muncul karena
tidak adanya atau kekosongan stok bahan pengemas produk tersebut di gudang
Genlog.
Setiap barang yang masuk dan keluar di gudang Genlog dicatat dalam
kartu stok manual dan di-input datanya ke dalam komputer untuk pencatatan stok
elektronik oleh bagian administrasi Genlog. Pemeriksaan dan penghitungan
jumlah barang di gudang Genlog (stock opname) dilakukan satu kali dalam
setahun. Saat stock opname alur barang masuk dan keluar gudang dihentikan
untuk sementara.
3.6.2
Universitas Indonesia
29
3.6.3 Departemen Penelitian dan Pengembangan (Research and Development/
R&D)
Departemen R&D dipimpin oleh Manajer R&D (Research and
Development Technology Manager). Dalam departemen R&D terdapat tiga
bagian, yaitu: formulasi, dermatologi, dan registrasi.
3.6.3.1 Formulasi
Bagian Formulasi bertanggung jawab melakukan formulasi untuk
mengembangkan baik new product (produk baru), maupun existing product
(produk yang sudah dipasarkan). Dulu bagian Formulasi dibagi menjadi tiga
subbagian, dengan masing-masing satu formulator yang khusus menangani
subbagian tersebut, yaitu formulasi krim dan emulsi, formulasi cairan, sabun, dan
aroma terapi, serta formulasi powder, lipstik, dan suspensi. Namun, sekarang
tidak ada kekhususan seperti itu lagi. Setiap formulator dapat menangani ketiga
subbagian tersebut.
Alur pengembangan suatu new product berawal dari adanya permintaan
dari bagian Marketing kepada Manajer R&D. Kemudian, permintaan tersebut
diteruskan kepada para formulator untuk dibuatkan formulanya. Para formulator
merancang konsep formula, menentukan spesifikasi dan standar yang diinginkan,
melakukan percobaan pembuatan (trial), serta melakukan beberapa pengujian
sesuai spesifikasi yang ditentukan terhadap rancangan formula tersebut.
Pengujian-pengujian yang dilakukan antara lain pemeriksaan organoleptis
(warna dan bau), viskositas, pH, ukuran partikel, homogenitas, berat jenis, tes
sentrifugal, titik leleh, tes kejatuhan, dan tes hapusan. Pemilihan bahan aktif yang
efektif dan stabil menjadi pertimbangan penting dalam merancang formula.
Pengembangan rancangan dan trial formula dilakukan beberapa kali sampai
didapatkan beberapa formula yang baik dan kira-kira sesuai dengan perrmintaan
dari Marketing.
Produk-produk dari formula tersebut kemudian diberikan kepada
Marketing untuk dinilai apakah sudah sesuai dan dapat memenuhi permintaan.
Jika belum memenuhi permintaan, dilakukan lagi pengembangan formula dan
trial. Jika sudah, produk dari formula yang terpilih tersebut kemudian diuji
Universitas Indonesia
30
stabilitas dan dermatologi. Tidak semua produk harus melalui uji dermatologi,
uraian mengenai uji ini akan dibahas lebih lanjut pada bagian tersendiri.
Uji stabilitas bertujuan untuk mengetahui kestabilan suatu produk, serta
untuk memperkirakan masa kedaluwarsanya. Pada uji ini produk dimasukkan
dalam kemasan yang sama dengan kemasan yang nantinya digunakan untuk
ketika produk dipasarkan, sehingga kesesuaian antara produk dan kemasan dapat
terlihat. Uji stabilitas yang dilakukan meliputi:
a. Uji stabilitas dipercepat (accelerated test)
Uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan oven test dan sun test. Pada oven
test, produk disimpan dalam oven dengan suhu 45oC selama tiga bulan.
Produk yang stabil dengan penyimpanan dalam oven test selama tiga bulan,
dapat diperkirakan memiliki masa kedaluwarsa tiga tahun. Sedangkan, pada
sun test, produk disimpan di bawah paparan sinar matahari langsung.
b. Cycle Test
Cycle test atau disebut juga freeze-thaw test dilakukan dengan meletakkan
produk pada suhu ekstrim panas dan dingin secara bergantian selama beberapa
siklus. Produk diletakkan di dalam oven selama 24 jam, kemudian diletakkan
di ruangan hingga mencapai suhu ruang. Selanjutnya, produk tersebut
diletakkan di dalam freezer selama 24 jam. Hal tersebut diulang sebanyak
minimal tiga kali atau tiga siklus.
c. Uji stabilitas pada keadaan sebenarnya
Uji ini dilakukan dengan menyimpan produk pada suhu ruang seperti
penyimpanan yang dilakukan pada produk di pasar. Uji dilakukan selama tiga
tahun (masa kedaluwarsa yang diperkirakan) ditambah satu tahun. Produk
dievaluasi secara berkala. Uji stabilitas pada keadaan sebenarnya belum
dilakukan pada tahap uji stabilitas ini.
d. Uji mikrobiologi
Uji mikrobiologi dilakukan dengan mencampurkan produk dalam media dan
menyimpannya pada kondisi yang sesuai untuk pertumbuhan bakteri dan
jamur. Kemudian, setelah proses inkubasi, diamati apakah terdapat
pertumbuhan bakteri atau jamur pada campuran produk dan media. Media
yang digunakan untuk bakteri adalah CASO natrium agar, inkubasi selama
Universitas Indonesia
31
dua hari pada suhu 37oC. Sedangkan, untuk jamur digunakan media
laboquraud 4% dextrose agar, inkubasi selama 5 hari pada suhu 25oC. Uji ini
hanya dilakukan pada produk-produk tertentu saja.
Hal-hal yang dievaluasi dalam uji stabilitas produk, antara lain warna, bau,
viskositas, dan pH. Setelah produk melewati uji stabilitas dan uji dermatologi,
kemudian dilakukan manufacturing trial.
Manufacturing Trial (MT) merupakan pembuatan produk dari formula
yang terpilih tadi dalam skala produksi. MT dilakukan sebanyak tiga batch.
Produk hasil pembuatan dalam skala laboratorium terkadang tidak sama dengan
skala produksi. Sehingga, belum tentu pada MT pertama akan didapatkan hasil
yang sesuai. Hal tersebut menyebabkan perlu adanya penyesuaian terhadap
formula atau terhadap metode pembuatan. Penyesuaian dilakukan sampai
didapatkan hasil yang sesuai dengan spesifikasi yang diinginkan. MT diulangi
lagi, sampai didapatkan hasil MT yang sesuai sebanyak tiga batch berturut-turut.
Formula yang telah berhasil melewati tahap MT, kemudian dibakukan menjadi
Master Batch Formula, yang dijadikan acuan untuk proses produksi produk
selanjutnya.
Uji stabilitas pada keadaan yang sebenarnya dilakukan setelah produk
dibuat dalam skala produksi. Hal ini bertujuan untuk memastikan stabilitas produk
selama masa kedaluwarsa. Uji stabilitas ini dilakukan oleh R&D dan Quality
Control (QC) pada tiga batch pertama dari suatu produk. Setelah produk tersebut
dipastikan stabil selama masa kedaluwarsanya, uji stabilitas pada keadaan yang
sebenarnya untuk produk sejenis menjadi tanggung jawab QC.
Alur pengembangan existing product hampir sama dengan new product.
Perbedaannya adalah pada awal pengembangan, jika new product berasal dari
permintaan Marketing, maka pengembangan existing product merupakan
pencegahan atau pencarian solusi atas beberapa masalah, antara lain masalah
diskontinuitas bahan baku, perubahan jenis kemasan, dan perubahan besar ukuran
batch. Ketika dilakukan perubahan besar ukuran batch, contoh dari 25 kg ke 100
kg, terkadang perlu dilakukan penyesuaian formula, sehingga perlu dilakukan MT
lagi untuk mendapatkan Master Batch Formula untuk ukuran batch yang baru
tersebut. Perbedaan lain antara pengembangan existing product dan new product
Universitas Indonesia
32
adalah pada uji stabilitas dipercepatnya. Uji untuk new product dilakukan selama
tiga bulan, sedangkan untuk existing product dapat dilakukan hanya selama satu
bulan.
Pada existing product terkadang ditemui masalah ketidaksesuaian hasil
dengan spesifikasi yang telah ditentukan. Hal ini disebut sebagai non
conformance report finding. Bagian formulasi berperan dalam menyelesaikan
masalah tersebut dengan melakukan recovery melalui proses adjustment,
penambahan suatu bahan tertentu atau penyesuaian metode supaya produk yang
dihasilkan dapat memenuhi spesifikasi.
3.6.3.2 Dermatologi
Dermatologi merupakan bagian dari departemen R&D yang bertanggung
jawab dalam melakukan uji dermatologi dari produk-produk yang dikembangkan
bagian formulasi. Uji dermatologi yang dilakukan ada tiga, yaitu uji aplikasi,
safety test, dan uji efikasi.
Uji aplikasi dilakukan pada semua produk untuk mengetahui kenyamanan
penggunaan produk. Pada uji aplikasi digunakan kuisioner untuk mengumpulkan
pendapat para sukarelawan mengenai penggunaan produk. Contoh pertanyaan
untuk produk krim, apakah produk terasa lengket dan berminyak saat digunakan,
atau apakah produk terasa melembabkan saat digunakan. Contoh pertanyaan
untuk produk dekoratif, apakah warna lipstik dapat bertahan lama atau apakah
bedak mudah terhapus.
Safety test atau uji keamanan hanya dilakukan pada produk-produk
tertentu saja. Produk yang mengandung bahan yang diketahui berpotensi
mengiritasi kulit diuji keamanannya. Safety test dilakukan dengan menggunakan
patch test. Produk yang diuji diaplikasikan bersama dengan standar positif,
standar negatif, dan blanko sebagai pembanding, untuk menilai tingkat iritasi yang
mungkin terjadi.
Uji efikasi tidak dilakukan pada semua produk. Data hasil uji efikasi ini
dapat digunakan untuk membuktikan klaim yang diberikan pada suatu produk.
Para sukarelawan diperiksa kondisi awalnya sebelum dilakukan pengaplikasian
produk. Kemudian, para sukarelawan diminta mengaplikasikan produk. Setelah
Universitas Indonesia
33
jangka waktu tertentu, para sukarelawan diperiksa kembali kondisinya. Kondisi
yang dimaksud di sini adalah kondisi tubuh tempat diaplikasikannya produk,
sebagai contoh warna kulit untuk uji efikasi produk pencerah warna kulit
(lightening). Beberapa alat yang digunakan untuk uji efikasi, antara lain:
a. Cutometer untuk mengukur elastisitas kulit.
b. Skinvisiometer untuk mengetahui tekstur permukaan kulit dan kedalaman
kerutan.
c. Tewameter untuk mengukur transdermal water loss.
d. Mexameter untuk mengukur konten melanin dan eritema.
e. Corneometer untuk mengetahui kadar air.
f. Sebumeter untuk mengetahui kadar minyak.
3.6.3.3 Registrasi
Bagian Registrasi bertanggung jawab untuk melakukan pendaftaran
produk baru ke BPOM. Setelah Harmonisasi ASEAN dalam bidang kosmetik,
peraturan mengenai registrasi dihapuskan. Sebagai gantinya, pendaftaran produk
kosmetik dilakukan melalui proses notifikasi.
Notifikasi merupakan suatu proses pemberitahuan kepada pihak otoritas
negara dengan tata cara yang ditentukan, yang harus dilakukan oleh perusahaan
sebelum mengedarkan kosmetiknya di wilayah Indonesia. Permohonan notifikasi
diajukan oleh pemohon kepada Kepala BPOM. Wajib notifikasi ini berlaku mulai
tanggal 1 Januari 2011. Untuk produk kosmetik yang telah memiliki izin edar, izin
tersebut masih tetap berlaku dalam jangka waktu paling lama tiga tahun sejak
dikeluarkannya Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1176/Menkes/Per/VIII/2010
Tahun 2010 tentang Notifikasi Kosmetika.
Perbedaan yang penting antara notifikasi dan registrasi adalah tanggung
jawab terhadap produk. Pada notifikasi, pelaku usaha bertanggung jawab penuh
terhadap keamanan, mutu, dan klaim manfaat kosmetik yang dinotifikasi.
Pengawasan pada notifikasi dilakukan setelah produk beredar (post market
surveillance). Sedangkan, pada registrasi, BPOM juga bertanggung jawab
terhadap keamanan, mutu, dan klaim manfaat produk karena BPOM melakukan
evaluasi atas produk (uji pre market) sebelum produk beredar.
Universitas Indonesia
34
Sebelum melakukan notifikasi, pemohon notifikasi harus memiliki
Dokumen Informasi Produk (DIP) untuk setiap produk kosmetik yang akan
dinotifikasi. DIP tersebut harus disimpan oleh pemohon, dan harus ditunjukkan
jika sewaktu-waktu diperiksa atau diaudit oleh BPOM. DIP terdiri dari dokumen
administrasi dan ringkasan produk, data mutu dan keamanan bahan kosmetik, data
mutu kosmetik, serta data keamanan dan kemanfaatan kosmetik.
Proses notifikasi kosmeik dilakukan dengan mengakses situs web
http://notifkos.pom.go.id. Kemudian, dilakukan pengisian sejumlah template
yang berkaitan dengan produk yang dinotifikasi. Setelah notifikasi kosmetik
diproses, akan diterbitkan surat perintah pembayaran (SPB) secara online.
Pendaftar harus memproses pembayaran sesuai SPB dan meyerahkan bukti bayar
beserta SPB ke BPOM untuk mendapatkan ID produk.
Persetujuan notifikasi kosmetik akan diterbitkan secara online dan
diberitahukan melalui email pendaftar dalam jangka waktu empat belas hari kerja
sejak pengajuan permohonan notifikasi diterima oleh Kepala BPOM. Setelah
permohonan disetujui, maka dalam jangka waktu enam bulan produk kosmetik
yang telah dinotifikasi wajib diproduksi dan diedarkan. Jika tidak, notifikasi
menjadi batal.
3.6.4 Departemen Produksi dan Teknik (Production and Engineering)
PT. Ristra Indolab telah menghasilkan 117 produk kosmetik yang terdiri
dari kategori kosmetik dekoratif (face make up dan lip make up), skin care, body
care, anti acne, anti aging, protector, dan maternity di bawah naungan beberapa
merek kosmetik, yaitu Trustee, Ristra, dan Platinum. PT. Ristra Indolab tidak
hanya memproduksi kosmetik untuk merek-mereknya sendiri namun juga
menerima kontrak produksi (makloon) untuk beberapa perusahaan farmasi dan
kosmetik Indonesia dan juga memproduksi produk kosmetik untuk kebutuhan
House of Ristra.
Departemen Produksi dan Teknik dipimpin oleh seorang Production and
Engineering Manager yang membawahi staf administrasi produksi, machinery
maintenance coordinator, dan 4 orang supervisor lini, yaitu supervisor cream,
supervisor
35
Masing-masing supervisor lini bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan
pengendalian proses pengolahan produk sesuai dengan standar mutu yang
ditetapkan dan sesuai dengan jadwal produksi serta bertanggung jawab terhadap
pengendalian dan penggunaan kapasitas peralatan dan mesin pengolahan secara
efektif dan efesien. Dalam melaksanakan tugasnya seorang supervisor lini dibantu
oleh operator mesin yang terdiri dari operator penimbangan, pengolahan, dan
pengisian (filling) produk, serta dibantu oleh beberapa orang helper.
Kegiatan produksi dilakukan di area tertentu sesuai dengan jenis kegiatan
dan produk atau sediaan yang dihasilkan. Berdasarkan jenis kegiatan yang
dilakukan, area produksi terdiri dari ruang penimbangan, ruang pengolahan, dan
ruang pengisian. Masing-masing ruangan tersebut terpisah untuk sediaan krim,
lotion, powder, dan lipstik. Ruangan lain yang berada di area produksi adalah
ruang pengemasan dan pemberian label, ruang ink jet, WIP (Work In Place), dan
ruang penyimpanan produk jadi yang telah lulus Quality Control (QC). Produk
setengah jadi yang siap dikemas akan diserahkan dari ruang pengisian ke ruang
pengemasan melalui passbox. Selain itu, terdapat juga ruang penimbangan khusus
bulk dan air, ruang pengolahan aquademin dan aquadest, ruang pencucian
peralatan, ruang oven dan penyimpanan peralatan bersih, dan ruang penyimpanan
alat kebersihan. Sedangkan, fasilitas kamar ganti, loker karyawan, rak sepatu, dan
toilet berada terpisah dengan area produksi.
Semua mesin dan peralatan yang digunakan untuk membuat produk
ditempatkan di ruang produksi masing-masing sediaan dan di instalasi untuk
memudahkan perawatan, pengaturan, pembersihan dan pemakaiannya. Instruksi
kerja untuk pembersihan mesin ditempel pada dinding dekat dengan mesin dan
line clearance dilaksanakan sebelum kegiatan prosesing atau filling dilakukan dan
diperiksa oleh staf QC. Mesin yang sudah bersih akan diberi label status bersih.
Peralatan produksi dan alat pengukur, termasuk peralatan mekanik, elektronik,
otomatis, dan peralatan pengatur lainnya di periksa dan dikaliberasi secara berkala
baik secara internal maupun eksternal.
Untuk mencegah terjadinya kontaminasi dari personil terhadap produk
selama proses produksi, PT. Ristra Indolab menetapkan standar perlengkapan
produksi untuk karyawan, yaitu setiap karyawan yang masuk kedalam ruang
Universitas Indonesia
36
produksi wajib menggunakan seragam kerja khusus produksi, penutup kepala
yang menutupi bagian rambut dan telinga, masker, jas lab, sepatu khusus
produksi, dan sarung tangan. Khusus untuk petugas powder dilengkapi dengan
masker debu, kaca mata, dan alat sumbat telinga. Selain itu, setiap karyawan
dilarang makan, minum, merokok, dan membuang ludah di dalam ruang produksi.
Karyawan juga dilarang menggunakan cincin, giwang, atau perhiasan lain di area
produksi.
Ruang lingkup kegiatan produksi meliputi semua aspek yang berhubungan
dengan proses produksi mulai dari diterima Job Order (JO) atau SPK (Surat
Perintah Kerja) sampai dengan pengemasan. Proses produksi dilakukan sesuai
dengan JO, master batch, dan instruksi kerja sedangkan tahapan umum yang
dilakukan antara lain administrasi produksi menerima dan mengecek JO serta
Material Requistion (MR) dari PPIC. Setelah mendapat persetujuan dari manajer
produksi, JO dan MR akan diserahkan ke supervisior lini untuk meminta bahan
baku ke gudang logistik. Bahan baku yang telah disediakan oleh petugas gudang
kemudian ditimbang oleh supervisior lini dibantu oleh seorang operator dan
helper. Semua bahan baku yang telah ditimbang siap digunakan untuk proses
pengolahan guna menghasilkan produk ruahan. Produk ruahan selanjutnya akan
dimasukkan kedalam wadah menjadi produk jadi setelah sebelumnya dianalisa
oleh staf QC sesuai spesifikasi yang telah ditetapkan dan dinyatakan diterima.
Produk setengah jadi tersebut selanjutnya diserahkan ke bagian pengemasan untuk
dilakukan pengkodean (nomor batch dan nomor notifikasi), pemberian label, dan
pengemasan akhir (packing). Staf administrasi produksi melakukan entry data
produk jadi ke komputer kegiatan produksi lalu dilakukan serah terima produk
jadi ke gudang finish good. Produk jadi diambil satu dari jumlah bacth untuk
dijadikan contoh pertinggal.
3.6.5 Departemen Pengendalian Mutu (Quality Control/ QC)
Quality Control and Quality Assassement Manager membawahi
supervisor incoming, supervisor process, supervisor outgoing, dan administrasi.
Supevisor incoming bertanggung jawab dalam melakukan pengendalian mutu
dengan menguji bahan baku, bahan kemasan, dan uji mikrobiologi; supervisor
Universitas Indonesia
37
process bertanggung jawab dalam verifikasi proses pembuatan produk dari mulai
penimbangan sampai pengemasan produk; dan supervisor outgoing bertanggung
jawab dalam mengevaluasi return product, verifikasi retain sample, verifikasi
complaint product, dan uji stabilitas produk. Masing-masing supervisor memiliki
staf yang melakukan pengujian.
Departemen QC memiliki fasilitas laboratorium kimia, laboratorium
mikrobiologi, ruang retain sample, dan stabilitas, serta dilengkapi dengan tempat
pencucian alat dan tempat penyimpanan reagen.
Departemen QC bertugas dalam mengontrol segala aktivitas yang
berhubungan dengan mutu, mulai dari bahan baku yang datang dari supplier
hingga produk jadi yang siap diantarkan ke distributor serta melakukan
pengendalian produk yang telah beredar melalui retain sample. Pemeriksaan yang
dilakukan meliputi pemeriksaan fisika, kimia, dan mikrobiologi. Selain itu, bagian
QC bertugas untuk mengontrol pemeriksaan kebersihan alat dan ruangan, suhu
dan kelembaban ruangan, serta kebersihan gudang bahan baku, gudang produk
jadi, ruang produksi, dan pengemasan. Aktivitas yang dilakukan oleh QC adalah:
3.6.5.1 Pengendalian Mutu Incoming
Pengendalian mutu incoming merupakan pemeriksaan sebelum proses
produksi meliputi pemeriksaan bahan baku dan kemasan yang datang dari
supplier. Bagian gudang yang telah menerima bahan baku dari supplier diperiksa
dengan mencocokan nomor purchase order dari supplier dengan MIT (Material
in Transit) dari Purchasing. Bahan baku yang pertama kali datang disimpan ke
ruang karantina dengan diberikan label karantina berwarna kuning, kemudian
staf gudang memberitahu QC bahwa bahan baku siap diperiksa. QC mengambil
sampling bahan baku dan melakukan pengujian yang sesuai dengan menggunakan
metode standar internasional.
Setiap bahan baku yang dating harus disertai dengan CoA (Certification of
Analysis) dan MSDS (Material Safety Data Sheet). PT. Rristra Indolab sendiri
memiliki spesifikasi dari setiap bahan baku yang dibuat sesuai kebutuhan. Setiap
bahan baku yang datang dilakukan pengujian untuk mengetahui bahan baku
tersebut telah memenuhi spesifikasi atau tidak. Pemeriksaan yang umum
Universitas Indonesia
38
dilakukan antara lain pH, titik leleh, warna, serta bau. Jika memenuhi spesifikasi
maka bahan baku tersebut diterima dan diberi label diterima berwarna hijau dan
dipindahkan ke gudang penyimpanan. Untuk barang yang tidak lulus uji, diberi
label merah dengan tulisan ditolak dan akan dikembalikan ke supplier. Untuk
bahan baku tidak ada toleransi, jika bahan baku tidak sesuai maka akan ditolak
walaupun kebutuhan mendesak. Retain sample dari bahan baku disimpan dan
diuji kembali pada waktu tertentu.
Proses pemeriksaan wadah dan kemasan perlakuannya sama dengan bahan
baku, namun pemeriksaan spesifikasinya yaitu dengan membandingkan sampel
dengan pembanding dari segi penulisan, warna, bentuk, ukuran, penampilan,
material, mutu cetakan, kebersihan, serta kesesuaian dengan tutup atau bagian
lain.
3.6.5.2 Pengendalian Mutu Process
Proses QC merupakan pemeriksaan pada proses produksi berlangsung.
Bagian proses melakukan verifikasi pada saat penimbangan, proses produksi,
pengisian (filling), dan pengemasan. Pada bagian produksi yang terbagi atas 3 lini
yaitu krim, powder/ lipstik, dan lotion, terdapat perwakilan QC yang bertugas
pada masing-masing lini. QC melakukan verifikasi penimbangan yang dilakukan
oleh bagian produksi, hal ini dilakukan untuk memastikan bahan-bahan yang
ditimbang sesuai dengan instruksi kerja dari bagian R&D. Pada proses produksi,
QC melakukan verifikasi prose-proses yang terlibat, antara lain kecepatan
pengadukan dan temperatur yang digunakan, apakah telah sesuai dengan instruksi
kerja yang telah ditetapkan. Produk ruahan yang telah jadi diinapkan selama satu
hari, kemudian diverifikasi oleh QC meliputi bentuk, warna, bau, homogenitas
ukuran partikel, viskositas, pH, dan sebagainya sesuai spesifikasi yang telah
ditetapkan. Produk ruahan yang dinyatakan diterima, selanjutnya diisi (filling)
kedalam wadah yang telah disiapkan, QC bertugas memastikan bahwa setiap
pengisian memenuhi keseragaman bobot. Setelah pengisian selesai selanjutnya
pengemasan ke dalam wadah sekunder atau pemberian etiket pada wadah primer
atau kemasan (wadah sekunder), QC memverifikasi pengemasan, meliputi
kesesuaian pemasangan etiket atau stiker.
Universitas Indonesia
39
3.6.5.3 Pengendalian Mutu Outgoing
Pada pengendalian mutu outgoing melakukan verifikasi pengiriman
produk jadi di gudang untuk menjamin bahan produk yang diminta atau dijanjikan
dengan distributor yang sesuai. QC melakukan uji stabilitas retain sample selama
36 bulan (3 tahun). Setiap batch yang telah lulus uji oleh QC diambil satu contoh
disimpan untuk diverifikasi. Pengujian retain sample adalah uji organoleptik yang
dilakukan setiap 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 1 tahun, 2 tahun dan 3 tahun. QC juga
menganalisa produk yang telah dikembalikan (return product) oleh distributor.
Return product yang diperoleh dari distributor disimpan di ruangan
terpisah dengan produk lain kemudian dilakukan identifikasi kembali. Return
product dibagi menjadi tiga kategori yaitu baik, layak pakai, dan musnah. Untuk
kategori baik terbagi lagi menjadi dua kategori yaitu produk yang masih dalam
kondisi yang baik dan produk dalam kondisi yang baik tetapi kemasannya rusak
maka diganti terlebih dahulu sebelum bisa diedarkan kembali. Kategori layak
pakai seperti produk yang wanginya sudah hilang dan waktu expired date-nya
sempit (kurang lebih satu tahun) maka dapat digunakan untuk promosi, sedangkan
untuk kategori musnah adalah untuk produk yang sudah rusak dan sudah melewati
expired date, maka produk dimusnahkan.
Pada proses produksi, QC memeriksa produk ruahan dan produk jadi,
apabila terjadi ketidaksesuaian produk, QC melakukan pengambilan sampling
ulang kemudian apabila hasilnya tetap tidak sesuai dilakukan recovery dengan
cara adjustment yaitu dengan merubah metode ataupun menambahkan bahan yang
diperlukan agar produk sesuai dengan spesifikasi yang diharapkan. Pengolahan
ulang dilakukan dengan peranan QC, R&D, dan Produksi, kemudian QC
mengevaluasi
kembali
untuk
menjamin
agar
pengolahan
ulang
tidak
Manager.
Departemen
ini
bertanggung
jawab
terhadap
40
Produk jadi yang telah selesai di-packing diserahkan oleh departemen
Produksi kepada DL untuk disimpan. Produk jadi disimpan pada gudang dengan
suhu 27-30oC dan kelembaban 65-85%. Suhu dan kelembaban ini dipantau dan
dicatat secara berkala. Area penyimpanan produk jadi di dalam gudang dibagi
menjadi beberapa bagian, antara lain rak penyimpanan produk Ristra Classic,
produk Trustee, produk Platinum, dan produk House of Ristra.
Di dalam gudang DL juga terdapat area produk jadi untuk promosi dan
area produk return. Area produk jadi untuk promosi berisi produk-produk yang
akan digunakan oleh Marketing untuk kepentingan promosi. Sedangkan, area
produk return berisi produk-produk yang dikembalikan oleh distributor karena
alasan-alasan tertentu. Produk return yang dikirimkan oleh distributor diterima
dan disimpan oleh DL, kemudian diteruskan kepada Quality Control (QC) untuk
diperiksa.
Pengiriman produk jadi kepada distributor oleh DL diawali dengan adanya
Sales Order (SO) dari Marketing. SO tersebut diterima oleh DL sebagai
Purchasing Order (PO). Kemudian, DL memproses produk-produk yang diminta
dalam PO. Produk-produk tersebut diperiksa ketersediaannya dalam gudang,
dicatat nomor-nomor batch-nya, dan disiapkan untuk pengiriman. Selanjutnya,
DL membuat Shipment Note (SN) atau surat jalan yang berisi daftar produkproduk yang akan dikirimkan. Setelah Plant and Manufacturing Manager
menyetujui SN, produk-produk tersebut dikirimkan kepada distributor. Sebelum
produk-produk tersebut dikirimkan dilakukan pemeriksaan oleh QC. Dalam
pengeluaran barang untuk dikirimkan, DL menggunakan kontrol First In First
Out (FIFO).
Pencatatan dilakukan pada setiap produk yang masuk dan keluar gudang
DL. Pemeriksaan dan penghitungan jumlah produk di gudang (stock opname)
dilakukan satu kali dalam satu bulan.
3.6.7
Manager. GA memiliki tugas dan tanggung jawab dalam hal-hal yang bersifat
umum seperti perawatan dan kebersihan gedung, baik di ruang kantor, gudang,
Universitas Indonesia
41
maupun ruang produksi. Selain itu juga bertanggung jawab dalam pengolahan
limbah, perawatan kendaraan, perawatan AC, kebersihan taman, resepsionis, dan
keamanan. GA membawahi cleaning service, drivers, keamanan (satpam dan
hansip), maintanance gedung/ kendaraan/ listrik/ AC, serta perizinan dan
penanganan limbah.
Cleaning service bertugas secara rutin membersihkan seluruh lingkungan
pabrik dan pelaksanaanya mengikuti instruksi kerja sebagai pedoman, agar
kebersihan lingkungan PT. Ristra Indolab tetap terjaga, khususnya diruang proses
produksi. Untuk menjaga kelancaran kerja karyawan, telah disediakan antar
jemput karyawan dan juga jasa penghubung antara kantor pusat dan pabrik,
tersedia pengemudi untuk menunjang hal tersebut. Satpam dan hansip
ditempatkan dibeberapa posisi untuk menjaga keamanan pabrik, baik untuk yang
datang maupun yang keluar dari area pabrik. Setiap tamu yang datang wajib lapor
dan mengisi buku daftar tamu. Untuk perawatan AC dilakukan cuci filter setiap
bulan dan penyemprotan setiap 6 bulan sekali.
3.6.7.1 Pengolahan Limbah
Limbah yang dihasilkan PT Ristra Indolab terdiri dari:
a. Limbah padat
Merupakan limbah dari sisa-sisa produksi kosmetik, bahan baku, bahan
pengemas, ataupun bahan penunjang lainnya yang berbentuk padat, seperti sisa
kertas, kardus, dan plastik. Penanganan limbah padat seperti serbuk sisa produksi
powder dan produk kosmetik yang rusak (tidak memenuhi syarat dan
kadaluwarsa) dilakukan dengan cara dikumpulkan di dalam wadah tertutup atau
tong untuk selanjutnya dikirim ke Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
(BPLHD) untuk dimusnahkan. Untuk limbah padat seperti kertas, kardus, plastic,
atau botol yang masih memiliki nilai jual, akan dijual kepada pihak terkait.
b. Limbah cair
Limbah cair berasal dari proses pencucian alat-alat dan mesin-mesin
produksi. Limbah cair tersebut akan diolah dengan metode penyaringan sederhana
yang terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama yaitu seluruh limbah cair yang
keluar dari ruang pencucian alat dan mesin produksi akan ditampung dalam bak
Universitas Indonesia
42
penampungan pertama yang selanjutnya akan disedot ke dalam bak penampungan
kedua berkapasitas 6 m3 yang dilengkapi dengan agigator untuk meratakan masa
limbah. Pada tahap kedua, masa limbah dalam bak agigator akan dicampur
dengan larutan NaOH dan PAC (Poly Aluminium Chloride) sehingga masa limbah
memiliki pH 6-7 dan kelihatan bening. Selanjutnya, masa limbah didiamkan
sampai terlihat pemisahan antara air dengan slat. Pada tahap ketiga, air limbah
akan dialirkan ke bagian bak penampungan untuk difiltrasi dengan batu apung,
arang, plit, karung, busa yang disusun sedemikian rupa di bak filtrasi. Tahap
keempat, air limbah hasil filtrasi selanjutnya akan dialirkan ke bak aerasi untuk
menghilangkan bau yang masih tersisa dan pada tahap akhir air limbah akan
dialirkan ke bak penampungan akhir yang sudah ditanami granggang atau ikan
untuk mengetahui limbah cair hasil pengolahan tersebut layak untuk dialirkan
(dibuang). Limbah cair yang sudah diolah dari bak penampung akhir akan
dialirkan ke sungai/ selokan.
PT. Ristra Indolab bekerja sama dengan Laboratorium Uji Akademik
Kimia Analisis untuk melakukan pengujian mutu air limbah yang dilakukan setiap
2-3 bulan sekali.
3.6.7.2 Pengolahan Air
Pengolahan air dilakukan secara sederhana dengan sumber air yang
berasal langsung dari tanah tempat PT. Ristra Indolab. Air yang diolah akan
digunakan untuk air minum dan air untuk produksi. Proses pengolahan air adalah
sebagai berikut, air tanah yang disedot akan ditampung dalam tangki
penampungan utama kemudian air dari tangki penampungan akan dialirkan ke
media carbon filter yang selanjutnya akan dialirkan ke tangki penampungan
kedua. Air dari penampungan kedua akan dialirkan ke tangki softener yang berisi
media resin untuk mengurangi rasa asin/ kesadahan. Air hasil pengolahan tersebut
akan dianalisa oleh QC meliputi kejernihan, bau, rasa, pH, kadar klor dan sulfa,
serta nilai konduktivitas. Hanya air yang memenuhi spesifikasi yang telah
ditentukan yang selanjutnya dapat ditampung pada penampungan air untuk
produksi, yaitu aquademin (air bebas mineral). Sebelum digunakan untuk proses
Universitas Indonesia
43
produksi, aquademin yang telah dimasak harus uji oleh QC meliputi uji pH dan
konduktivitas.
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1
Material
Requirement
Plan
(MRP).
Jadwal
produksi
kemudian
Universitas Indonesia
45
berulang untuk menghindari kebingungan atau kekacauan pada produk yang
sama. Nomor batch ini nantinya akan dicetak pada wadah (kemasan primer) dan
kemas (kemasan sekunder) produk jadi. Catatan pemberian nomor batch disimpan
untuk memudahkan penelusuran kembali riwayat produk jika terjadi masalah di
kemudian hari.
Gudang Genlog yang berisi bahan baku dan bahan pengemas sudah cukup
sesuai dengan persyaratan dalam CPKB. Gudang Genlog memiliki luas yang
memadai dengan penerangan yang sesuai dan terdapat pembagian area di gudang.
Pembagian area gudang, antara lain area karantina, area barang yang diterima oleh
QC atau area penyimpanan, dan area barang yang ditolak oleh QC.
Area penyimpanan bahan baku dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan
suhu, yaitu room temperature (suhu 28oC), controlled temperature (suhu 1520oC), dan freezer temperature (0-10oC). Bahan baku disimpan oleh Genlog pada
kondisi yang sesuai dengan yang dipersyaratkan untuk bahan baku tersebut.
Alkohol yang merupakan bahan yang mudah terbakar disimpan pada gudang
penyimpanan alkohol yang dibuat terpisah dari bangunan pabrik. Bahan pengemas
disimpan dalam area penyimpanan terpisah dari bahan baku. Pada area tersebut
terdapat rak-rak untuk penyimpanan wadah dan kemas, serta terdapat lemari
dengan sekat-sekat berisi label dan stiker. Suhu dan kelembaban ruangan di setiap
area penyimpanan di gudang Genlog dipantau dan dicatat secara berkala. Gudang
Genlog dan ruang produksi terhubung melalui ruang antara. Hal tersebut
memudahkan pendistribusian bahan baku dan bahan pengemas untuk keperluan
produksi.
Barang-barang dalam gudang Genlog selalu diberi label status, yaitu label
kuning karantina untuk bahan yang belum atau sedang diperiksa oleh QC, label
hijau diterima untuk barang yang diterima oleh QC, dan label merah ditolak
untuk barang yang ditolak oleh QC. Pada label-label tersebut juga tercantum
tanggal penerimaan atau penolakan barang, serta nomor batch untuk bahan baku.
Pada gudang Genlog juga terdapat daftar bahan baku yang membutuhkan
penanganan khusus dan tindakan yang harus dilakukan jika terpapar bahan
tersebut. Pendokumentasian jumlah stok di gudang Genlog dilakukan melalui
pencatatan jumlah setiap barang yang masuk dan keluar dari gudang dalam kartu
Universitas Indonesia
46
stok manual dan peng-input-an ke dalam komputer untuk pencatatan stok
elektronik.
Pembersihan area gudang Genlog menjadi tanggung jawab departemen
General Affair (GA). Pencegahan masuknya debu dan serangga dilakukan dengan
pemasangan kawat kasa di langit-langit seluruh area gudang Genlog. Pencegahan
pertumbuhan dan pembasmian rayap dilakukan secara berkala oleh GA dengan
menggunakan jasa pembasmi rayap dari luar.
4.2
barang baik yang berkaitan dengan produksi seperti bahan baku dan bahan
pengemas, maupun yang tidak seperti kertas, alat tulis kantor, dll. Purchasing
merupakan penghubung antara pabrik dengan pemasok (supplier). Dalam
pemilihan supplier, hal-hal yang harus dipertimbangkan, antara lain kualitas
barang, harga barang, ketepatan waktu pengiriman, dan toleransi masa
pembayaran. Untuk pembuktian kualitas barang, supplier akan mengirimkan
sampel yang dapat digunakan untuk pemeriksaan kualitasnya oleh Quality Control
(QC).
Setelah proses pengiriman Purchasing Order (PO) ke supplier,
Purchasing membuat daftar Material In Transit (MIT) untuk diserahkan pada
bagian General Logistic (Genlog), supaya ketika barang-barang tersebut datang,
dapat diterima oleh Genlog. Terkadang barang yang datang ke Genlog tidak
sesuai atau tidak ada dalam MIT yang diberikan Purchasing. Ketidaksesuaian
tersebut dapat terjadi karena suatu barang dibutuhkan segera dan dipesan
mendadak, sehingga tidak sempat dicantumkan dalam MIT.
Purchasing juga bertugas untuk menghubungi supplier terkait barang baik
bahan baku, maupun bahan pengemas yang ditolak oleh QC. Barang yang ditolak
tersebut akan dikembalikan ke supplier. Barang tersebut dapat diganti dengan
yang baru atau ditutup PO-nya (close PO) tergantung pada kesepakatan dengan
supplier.
Universitas Indonesia
47
4.3
Departemen
Penelitian
dan
Pengembangan
(Research
and
Development/ R&D)
Departemen R&D, meskipun berada di lokasi pabrik PT Ristra Indolab,
merupakan departemen yang terpisah dari struktur pabrik. Departemen ini
langsung dibawahi oleh Presiden Direktur Ristra Group. Dalam departemen R&D
terdapat tiga bagian, yaitu: formulasi, dermatologi, dan registrasi.
Bagian formulasi bertanggung jawab dalam pengembangan new product
dan existing product. Pengembangan new product yang dilakukan oleh bagian
formulasi bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar terhadap suatu produk
kosmetik. Sedangkan, pengembangan existing product bertujuan untuk menjaga
kontinuitas produk yang sudah ada di pasar. Bahan baku dari sebuah produk
kosmetik suatu saat bisa menghilang, dapat disebabkan antara lain oleh pemasok
(supplier) yang tidak memproduksi lagi bahan tersebut, sehingga bahan yang
digunakan sebagai substitusi perlu diuji supaya produk yang dihasilkan memiliki
kualitas yang sama dengan produk yang sudah ada di pasar, sehingga kontinuitas
produk tersebut terjaga.
Pengembangan new product biasanya diawali oleh permintaan dari
Marketing, namun bisa juga merupakan ide dari R&D. Sedangkan, pengembangan
existing product dilakukan sebagai pencegahan atau pencarian solusi atas
beberapa masalah, antara lain masalah diskontinuitas bahan baku, perubahan jenis
kemasan, dan perubahan besar ukuran batch. Dalam pengembangan suatu produk
dilakukan perancangan konsep formula. Konsep tersebut kemudian dicoba dibuat
(trial) dan diuji sampai didapatkan formula yang menghasilkan produk yang dapat
memenuhi spesifikasi yang diinginkan.
Produk hasil trial yang sudah sesuai diuji stabilitas dan dermatologi. Uji
stabilitas bertujuan untuk mengetahui kestabilan suatu produk, serta untuk
memperkirakan masa kedaluwarsanya. Uji stabilitas terdiri dari uji stabilitas
dipercepat (accelerated test), Cycle Test, dan uji mikrobiologi. R&D juga
melakukan uji stabilitas pada keadaan sebenarnya pada tiga batch pertama suatu
produk.
Uji stabilitas dipercepat dilakukan dengan oven test yang bertujuan untuk
menentukan masa kedaluwarsa produk dan sun test yang bertujuan menguji
Universitas Indonesia
48
stabilitas produk terhadap sinar matahari dan oksidasi. Produk yang stabil dengan
penyimpanan dalam oven test selama tiga bulan, dapat diperkirakan memiliki
masa kedaluwarsa tiga tahun. Cycle Test bertujuan untuk mengetahui stabilitas
produk pada kondisi penyimpanan yang ekstrim. Uji mikrobiologi bertujuan untuk
melihat apakah suatu produk terkontaminasi bakteri dan jamur atau tidak. Uji ini
hanya dilakukan pada produk-produk tertentu saja. Produk yang diuji
mikrobiologi adalah produk yang bahan bakunya berpotensi sebagai media
pertumbuhan mikroba, seperti bahan baku yang berasal dari alam. Produk yang
pembuatannya dilakukan secara steril seperti anti aging series Platinum juga
diuji mikrobiologi.
Uji dermatologi dilakukan oleh bagian Dermatologi departemen R&D. Uji
dermatologi yang dilakukan ada tiga, yaitu uji aplikasi, safety test, dan uji efikasi.
Uji aplikasi dilakukan pada semua produk untuk mengetahui kenyamanan
penggunaan produk. Safety test dilakukan pada produk-produk tertentu saja, untuk
mengetahui apakah suatu produk menyebabkan reaksi iritasi saat digunakan. Uji
efikasi juga tidak dilakukan pada semua produk. Data hasil uji efikasi ini dapat
digunakan untuk membuktikan klaim yang diberikan pada suatu produk. Uji
efikasi dilakukan dengan menggunakan beberapa alat, antara lain Cutometer,
Skinvisiometer, Tewameter, Mexameter, Corneometer, dan Sebumeter untuk
mengetahui kadar minyak. Idealnya uji dermatologi dilakukan setelah uji stabilitas
selesai dilakukan. Namun, untuk menghemat waktu, seringkali uji dermatologi
dilakukan berbarengan atau paralel dengan uji stabilitas.
Setelah produk melewati uji stabilitas dan uji dermatologi, kemudian
dilakukan manufacturing trial (MT) atau trial skala produksi. MT dilakukan
sampai didapatkan hasil yang sesuai dengan hasil trial skala laboratorium
sebanyak tiga batch berturut-turut. Penyesuaian komposisi formula terkadang
diperlukan dalam MT. Formula yang telah berhasil melewati tahap MT, kemudian
dibakukan menjadi Master Batch Formula.
Dalam R&D juga terdapat bagian Registrasi yang bertanggung jawab
untuk melakukan pendaftaran produk baru ke BPOM. Setelah Harmonisasi
ASEAN dalam bidang kosmetik, peraturan mengenai registrasi diganti dengan
notifikasi. Dibandingkan proses registrasi, proses notifikasi lebih cepat dan lebih
Universitas Indonesia
49
mudah dilakukan karena memakai system pendaftaran online. Namun, pada
notifikasi pelaku usaha memiliki tanggung jawab yang besar terhadap keamanan,
mutu, dan klaim manfaat kosmetik yang dinotifikasi. Pengawasan pada notifikasi
dilakukan setelah produk beredar (post market surveillance). Terkait hal tersebut
pelaku usaha atau pemohon notifikasi harus memiliki Dokumen Informasi Produk
(DIP) untuk setiap produk kosmetik yang dinotifikasi. DIP tersebut harus
disimpan dan harus ditunjukkan jika sewaktu-waktu diperiksa atau diaudit oleh
BPOM.
4.4
bagian produksi, karena hal ini yang paling menentukan hasil produk yang
bermutu, aman, dan berkualitas tinggi sehingga menyarakat dapat terlindungi dari
hal-hal yang merugikan akibat penggunaan kosmetik yang tidak memenuhi
persyaratan standar mutu dan keamanan. Untuk mencapai kualitas produk yang
diinginkan, maka semua faktor yang berperan atas mutu produk yaitu bangunan,
peralatan, personil, dan prosedur harus terkualifikasi dan tervalidasi.
Secara umum rancang bangun dan tata ruang produksi PT. Ristra Indolab
cukup memadai untuk menjamin berlangsungnya kegiatan produksi yang
diinginkan dan meminimalkan risiko kontaminasi dan kesalahan-kesalahan dari
semua aspek-aspek selama pengolahan, pengisian, dan pengemasan. Hal ini
terlihat dengan adanya arus personil dan material yang terpisah, ruang
penimbangan, pengolahan, dan pengisian yang berbeda dan terpisah untuk
masing-masing sediaan, serta luas ruang kerja yang cukup memadai untuk
penempatan peralatan dan personil.
Seluruh lantai di ruang produksi telah dilapisi epoksi. Namun, terdapat
beberapa permukaan lantai yang tidak rata atau terkelupas. Selain itu, ditemukan
pula beberapa kerusakan pada langit-langit dalam ruang produksi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan perbaikan pada beberapa infrastruktur agar tidak mengganggu
berlangsungnya kegiatan produksi. Upaya pembersihan peralatan dan ruangan
produksi dilakukan sesuai dengan instruksi kerja yang telah disetujui.
Universitas Indonesia
50
Dalam
CPKB
disebutkan
bahwa
personalia
harus
mempunyai
keterampilan dan kemampuan yang sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan
tersedia dalam jumlah yang cukup. Dalam pembagian tugas dipimpin oleh orang
yang berbeda dan tidak ada keterkaitan tanggung jawab satu sama lain. Personil
harus dalam keadaan sehat serta mampu menangani tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Kepala Departemen QC memperoleh pelatihan yang memadai dan
berpengalaman dalam bidang pengendalian mutu, diberikan wewenangan dan
tanggung jawab dalam semua tugas pengendalian mutu meliputi penyusunan,
verifikasi, dan penerapan semua prosedur pengendalian mutu. Kepala Departemen
QC mempunyai wewenang dalam menetapkan persetujuan atas bahan awal,
produk antara, produk ruahan, dan produk jadi yang telah memenuhi spesifikasi,
atau menolaknya apabila tidak memenuhi spesifikasi atau yang dibuat tidak sesuai
dengan prosedur yang telah di tetapkan.
Departemen QC memiliki fasilitas laboratorium kimia, laboratorium
mikrobiologi, ruang retain sample dan stabilitas, serta dilengkapi dengan tempat
pencucian alat dan tempat penyimpanan reagen. Setiap laboraturium ditempatkan
secara terpisah untuk menghindari terjadinya kontaminasi.
Peralatan yang digunakan untuk menimbang mengukur, menguji, dan
mencatat harus dipelihara dan dikaliberasi secara berkala. Semua pencatatan
Universitas Indonesia
51
dalam pemeliharaan dan kaliberasi harus disimpan agar mudah diketahui apabila
ada kerusakan alat dan juga merupakan suatu upaya pemeliharaan. Petunjuk cara
penggunaan dan pembersihan alat ditulis secara rinci dan jelas, serta diletakkan
pada tempat yang mudah dilihat. Hal ini dilakukan agar pemakai alat mengetahui
cara penggunaan dan pemeliharaan alat yang baik untuk menghindari terjadinya
kerusakan.
QC merupakan bagian terpenting dalam suatu produk, karena dapat
memberi jaminan konsistensi mutu produk kosmetik yang dihasilkan. Sistem
pengendalian mutu PT. Ristra Indolab bertujuan untuk menjamin bahwa produk
yang dibuat dari bahan yang benar, mutu dan jumlah yang sesuai, serta kondisi
pembuatan yang tepat sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, sehingga diperoleh
produk kosmetik yang aman, nyaman, dan menarik sesuai yang diharapkan.
Proses pengendalian mutu PT. Ristra Indolab dilakukan dengan membagi
tiga pengujian yang diatur oleh masing-masing supervisor yaitu pengujian pada
proses incoming yaitu dengan pengambilan contoh dengan memeriksa dan
menguji bahan baku dan bahan pengemas yang datang melalui gudang logistik
agar senantiasa memenuhi standar yang ditetapkan; pada proses produksi dengan
dilakukannya verifikasi pada saat pemeriksaan alat, penimbangan, proses
pencampuran, filling, sampai dengan pengemasan produk yang sesuai spesifikasi
yang ditetapkan; dan pengendilan mutu outgoing dilakukan dengan pemantauan
retain sample setiap batch produk, pemantauan mutu produk di peredaran,
menganalisa return product dari distributor dan pengujian stabilitas produk.
Pengambilan contoh dilakukan oleh tenaga yang terlatih dan yang telah
diberi kewenangan untuk tugas tersebut, hal ini dilakukan untuk menjamin contoh
yang diambil senantiasa sesuai dengan identitas dan kualitas batch yang diterima.
Retain sample yang dilakukan QC yaitu sebagai pembanding jika terjadi
komplain produk dari konsumen ataupun distributor. Jika kondisi retain sample
masih baik, mungkin kerusakan yang terjadi pada return product disebabkan oleh
cara penyimpanan produk yang tidak sesuai baik saat dipasarkan maupun saat
disimpan konsumen.
Universitas Indonesia
52
4.6
53
pelaksanaanya, masing-masing jenis limbah tersebut dipisahkan pengolahannya.
Masing-masing jenis limbah tersebut mendapat penanganan yang berbeda oleh
petugas pengolahan limbah dan semua jenis limbah tersebut diperiksa mutunya
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah daerah setempat.
Penanganan limbah cair dilakukan beberapa tahap pengolahan di dalam
kolam pengolahan limbah. Kolam tersebut terdiri dari kolam equalisasi, kolam
koagulasi, kolam aerasi, dan kolam kontrol. Untuk menjamin kualitas dan
keamanan air limbah hasil pengolahan, pada kolam kontrol digunakan indikator
berupa ikan-ikan dan tumbuhan air sebagai indikator biologi.
Limbah padat diolah dengan cara mengumpulkan limbah tersebut kedalam
drum (wadah khusus) kemudian dikirim ke PPLI (Pusat Pengolahan Limbah
Industri) untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Limbah gas yang
dihasilkan oleh pabrik diperiksa kadar SO2, CO, dan NO2. Sedangkan, limbah
debu diukur kadar debunya di area dekat dust collector (pengumpul debu). Selain
itu, kegiatan produksi dapat pula menghasilkan polusi suara berupa kebisingan
yang diukur kadarnya di area proses produksi, mesin genset, dan area pabrik.
Pemeriksaan mutu limbah cair, debu, dan gas diperiksa setiap 2 bulan
sekali dan pelaporannya dilakukan setiap 6 bulan sekali kepada Dinas Tata Ruang
Badan Lingkungan Hidup. Berdasarkan pengamatan beberapa dokumen hasil uji
mutu limbah tersebut menunjukkan bahwa limbah yang dihasilkan PT. Ristra
Indolab memenuhi persyaratan baku mutu air limbah, debu, dan gas sehingga
aman untuk lingkungan.
4.7.2 Pengolahan Air
Air merupakan salah satu bahan awal yang penting dalam proses produksi
suatu kosmetik untuk menghasilkan suatu produk yang berkualitas. Persyaratan
minimal air untuk produksi kosmetik adalah setara dengan kualitas air minum
yang didasarkan pada baku nasional masing-masing negara. PT. Ristra Indolab
memproduksi sendiri air (aquademin dan aquadest) yang digunakan untuk
kebutuhan proses produksi kosmetik, mengingat sebagian besar produknya
mengandung komponen air seperti produk krim, lotion, sabun, dan lain-lain. Oleh
karena itu, pengolahan air bersih untuk kebutuhan produksi harus diperhatikan
Universitas Indonesia
54
dengan baik agar tidak terkontaminasi oleh bakteri dan komponen lain yang dapat
merusak kualitas air maupun produk jadi yang dihasilkan. Aquademin dan
aquadest yang akan digunakan untuk proses produksi harus melewati uji kualitas
oleh QC seperti halnya bahan baku yang lain. Sistemnya harus dirawat dengan
baik untuk menghindari kontaminasi dan diperlukan pengujian secara berkala.
Pengujian terhadap mutu air dilakukan dengan mengambil sampel air hasil filtrasi
karbon aktif dan resin penukar ion (aquadem mentah) sebelum dimasukkan
kedalam tangki penampungan aquadem dan aquadem matang serta aquadest
sebelum digunakan untuk proses produksi. Parameter pengujian mutu air yang
rutin dilakukan meliputi pengukuran pH, konduktivitas, serta kadar klor dan sulfa.
Pengujian lengkap parameter air sumur tetap dilakukan secara berkala setiap
6 bulan sekali oleh General Affair.
4.8
produk
kosmetik.
Dalam
bidang
formulasi,
apoteker
beroeran
dalam
pengembangan suatu produk kosmetik, baik produk baru maupun produk yang
telah beredar. Dalam bidang registrasi, apoteker melakukan proses notifikasi
untuk mendaftarkan dan mendapatkan nomor izin edar suatu produk kosmetik.
Namun, berdasarkan pengamatan yang dilakukan, dengan kompetensi yang
dimilikinya, apoteker dirasa juga mampu berperan dalam bidang pengendalian
mutu suatu produk kosmetik.
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di
Saran
55
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
56
Universitas Indonesia
LAMPIRAN
57
General Manager
Sales and Marketing
Production and
Engineering
Manager
QC/QA Manager
Purchasing and
Supply Chain
Manager
General Affair
Supervisor
58
Supervisor PPIC
Supervisor Gudang
Bahan Baku
Supervisor Gudang
Bahan Pengemas
Staf PPIC
Staff
Gudang
Bahan
Baku
Staff
Gudang
Wadah
Staff
Gudang
Kemas
Staff
Gudang
Labelling
Staff
Gudang
Karantina
Staf Gudang
Sortir dan
BRM
Purchasing Manager
Staf Purchasing
Staf Purchasing
59
Manajer R&D
Science Research
Manager
Supervisor Formulasi
Cairan, Sabun, dan
Aromaterapi
Staf Laboratorium
Supervisor Formulasi
Powder, Lipstik, dan
Suspensi
Staf Laboratorium
Staf Laboratorium
Supervisor Lini
Cream
Supervisor Lini
Lotion
Supervisor Lini
Powder/ Lipstick
Operator
Operator
Operator
Helper
Helper
Helper
Supervisor Packing
Operator
Helper
Machinery Maintenace
Coordinator
60
QC/QA Manager
Staf Adm. QC
Spv. Incoming
Spv. Process
Spv. Outgoing
Helper
Staf Verifikasi
Proses Cream
dan Filling
Staf Verifikasi
Proses Lotion
dan Filling
Staf Verifikasi
Retain Sample
Staf Uji
Mikrobiologi
Staf Verifikasi
Proses Powder
dan Filling
Staf Complaint
Customer
Product
Staf Verifikasi
Packing dan
analisa Finish
Product
Staf Stability
PlantDepartemen
Manager General Affair/ GA
Lampiran 7. Struktur Organisasi
Spv. General Affair
Staf Administrasi
Koordinator Satpam
Operator Office
Maintenance
Kendaraan
Gardening
Office Girl
Resepsionis
Gedung
Cleaning Service
61
Persiapan Alat
Pre-Heating
Bau
Warna
pH
Viskositas
Homogenitas
Pemeriksaan
QC
Ditolak
Diterima
Pengisian (Filling)
Batch Coding
Pengemasan (Packing)
Produk Jadi
(Finished Good)
62
Mulai
Persiapan Alat
Pre-Heating
Pencampuran
Turun bulk
Timbang bulk
Sampling QC
Bau
Warna
pH
Viskositas
Pemeriksaan
QC
Ditolak
Diterima
Pengisian (Filling)
Batch Coding
Pengemasan (Packing)
Produk Jadi
(Finished Good)
63
Mulai
Ruangan
Proses Powder
Mixer besar
Grinding
Pencampuran
Turun bulk
Memperkecil Ukuran Partikel
Timbang bulk
Sampling QC
Bentuk
Bau
Warna
Homogenitas
Ukuran Partikel
Pemeriksaan QC
Ditolak
Diterima
Pengisian (Filling)
Batch Coding
Pengemasan (Packing)
Produk Jadi
(Finished Good)
64
Barang Diterima Di
Gudang Bahan Baku
Verifikasi Incoming
Material
Verifikasi
Penimbangan
Persiapan Produksi
Verifikasi Persiapan
Proses
Verifikasi Produk
Ruahan
Proses Produksi
Verifikasi Kestabilan
Produk
Verifikasi
Pengemasan
Pengemasan
Verifikasi Retain
Sample
Distributor
Verifikasi Produk
Return
Customer
Penanganan
Complaint Product
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN PENGGUNAAN
ULTRASOUND DAN MAGNETIC RESONANCE
UNTUK UJI EFIKASI SEDIAAN ANTISELULIT
ANGKATAN LXXIV
UNIVERSITAS INDONESIA
PENERAPAN PENGGUNAAN
ULTRASOUND DAN MAGNETIC RESONANCE
UNTUK UJI EFIKASI SEDIAAN ANTISELULIT
ANGKATAN LXXIV
DAFTAR ISI
ii
iii
iv
iv
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................
1.2 Tujuan ..................................................................................
1
1
2
3
4
5
5
6
iii
Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1.
Gambar 3.1.
Gambar 3.2.
Gambar 3.3.
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
Tabel 3.3.
iv
Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Setelah harmonisasi ASEAN dalam bidang regulasi kosmetik, peraturan
Tujuan
Tujuan penyusunan tugas khusus Praktek Kerja Profesi Apteker ini adalah
Universitas Indonesia
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Kulit
Kulit merupakan organ penting yang menutupi seluruh permukaan luar
tubuh, membentuk lapisan protektif untuk menghindari patogen dan cedera yang
berasal dari lingkungan. Kulit adalah organ terbesar, tebalnya kira-kira 2 mm dan
beratnya sekitar 6 pon. Kulit melindungi tubuh dari temperatur udara, cahaya,
cedera, dan infeksi. Kulit juga membantu untuk menjaga temperatur tubuh;
sebagai indera peraba; menyimpan air, lemak, dan vitamin D; dan berperan
sebagai sistem imun terhadap penyakit (Tranggono & Latifah, 2007).
Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu: epidermis, dermis, dan subkutan.
Universitas Indonesia
2.1.1 Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit paling luar. Epidermis memiliki
ketebalan berbeda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 mm,
misalnya pada telapak kaki dan telapak tangan, dan paling tipis berukuran 0,1 mm
terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi, dan perut. Sel epidermis ini disebut
keratinosit (Tranggono & Latifah, 2007). Epidermis terbagi menjadi lima lapisan,
yaitu:
a. Stratum corneum (lapisan tanduk)
Lapisan ini merupakan lapisan paling atas dan terdiri dari beberapa lapis
sel pipih, mati, tidak memiliki inti, tidak mengalami metabolisme, tidak berwarna,
dan sedikit mengandung air. Lapisan ini sebagian besar terdiri atas keratin
(protein yang tidak larut dalam air) dan sangat resisten terhadap bahan kimia.
Secara alami, sel-sel yang mati di permukaan kulit akan melepaskan diri untuk
beregenerasi. Permukaan lapisan ini dilapisi oleh lapisan pelindung yang lembab,
tipis, dan bersifat asam disebut mantel asam kulit (Tranggono & Latifah, 2007).
Umumnya, pH fisiologis mantel asam kulit berkisar antara 4,5-6,5. Mantel
asam kulit memiliki fungsi yang cukup penting bagi perlindungan kulit sehingga
disebut the first line barrier of the skin (perlindungan kulit yang pertama).
Mantel asam kulit memiliki tiga fungsi pokok, yaitu (Tranggono & Latifah, 2007):
1. Sebagai penyangga (buffer) untuk menetralisir bahan kimia yang terlalu asam
atau terlalu alkalis yang masuk ke kulit.
2. Dengan sifat asamnya, dapat membunuh atau menekan pertumbuhan
mikroorganisme yang berbahaya bagi kulit.
3. Dengan sifat lembabnya, dapat mencegah kekeringan kulit.
b. Stratum lucidum (lapisan jermih)
Lapisan ini disebut juga lapisan barrier dan terletak tepat di bawah
stratum corneum. Lapisan ini merupakan lapisan tipis, jernih, mengandung
eleidin, dan tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki (Tranggono &
Latifah, 2007).
terdiri atas jaringan kolagen, serat elastin, dan fibroblas. Lapisan dalam adalah
lapisan retikular, mempunyai lebih sedikit jaringan fibroblas dan lebih banyak
kolagen (Tranggono & Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).
2.1.3 Subkutan (Hipodermis)
Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak. Sel lemak
merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak ke pinggir karena sitoplasma
lemak yang bertambah. Lapisan sel lemak disebut panikulus adiposus berfungsi
sebagai cadangan makanan. Pada lapisan ini terdapat ujung-ujung saraf tepi,
pembuluh darah, dan saluran getah bening. Tebal jaringan lemak tidak sama
bergantung pada lokasi (Wasitaatmadja, 1997).
2.2
Selulit
Selulit adalah perubahan topografi kulit yang sangat umum dimana kulit
tampak seperti kulit jeruk. Nama ilmiah yag digunakan untuk selulit adalah
oedemato-fibrosclerotic
panniculopathy.
Tahapan
timbulnya
selulit
pada
umumnya digambarkan dalam tiga tahap. Pada tahap pertama tidak terlihat gejala
klinis, tetapi pemeriksaan mikroskopis sel pada daerah tersebut akan mendeteksi
perubahan anatomi (Smith, 1996; Hexsel, DalForno, & Cignachi, 2006).
Pada tahap kedua terjadi gangguan pada metabolisme lemak dengan
adanya peningkatan pada jumlah dan ukuran sel-sel lemak. Selanjutnya, integritas
pembuluh darah terganggu, gangguan pada dermis dan epidermis semakin terlihat.
Vaskularisasi dermis yang buruk terjadi, epidermis menipis, dan permukaan kulit
menjadi kasar serta keabu-abuan atau pucat disebabkan oleh mikrosirkulasi yang
buruk serta heterogenitas permukaan yang terjadi (Smith, 1996; Hexsel,
DalForno, & Cignachi, 2006).
Pada tahap ketiga pemecahan pembuluh darah mikro dapat terlihat,
disertai dengan akumulasi cairan, peningkatan sintesa lemak, dan penurunan laju
metabolisme lemak. Sel-sel lemak bergabung dan dikelilingi kolagen menjadi
suatu kolagen yang abnormal yang disebut nodul (Smith, 1996; Hexsel,
DalForno, & Cignachi, 2006).
Nodul memiliki diameter beberapa centimeter dan tampak agak jelas pada
permukaan serta mungkin sedikit terasa sakit. Nodul lemak yang diselubungi
kolagen ini mengalihkan jalur jaringan kapiler dan menggambarkan suatu daerah
dengan aliran darah yang kurang. Daerah lemak subkutan agak kurang teratur,
dilihat dari retensi cairannya, keberadaan nodul lemak, serta dari efek gravitasi.
Akibatnya kulit yang tampak seperti kulit jeruk menjadi terlihat jelas, permukaan
yang heterogen menjadi nyata. Epidermis dan dermis menjadi lebih tipis dan
kurang elastis serta tidak teratur. Abnormalitas ini dapat dengan cepat terdeteksi
secara visual (Smith, 1996; Hexsel, DalForno, & Cignachi, 2006).
Selulit terlihat lebih jelas pada daerah-daerah tertentu seperti paha dan
pinggul. Selulit lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria, disebabkan
oleh struktur jaringan subkutan wanita. Lapisan lemak subkutan pada wanita
terorganisir menjadi kantung-kantung vertikal dengan lemak yang banyak dapat
tertampung di dalamnya (Hexsel, DalForno, & Cignachi, 2006).
2.3
Antiselulit
Ada beragam terapi untuk mengatasi selulit dengan mekanisme kerja yang
dari
ekstrak
herbal
tersebut
dilaporkan
dapat
meningkatkan
dimanfaatkan
sebagai
antiselulit
karena
efeknya
dapat
BAB 3
ULTRASOUND DAN MAGNETIC RESONANCE
Alat Uji
Universitas Indonesia
B
A
merupakan lapisan
superfisial tebal dari dinding abdominal anterior yang berisi jaringan adiposa.
Selain itu, dengan ketebalan potongan 0,5 mm, tampilan struktur 3-D dari jaringan
fibrous dapat dianalisis dalam lemak dengan volume 20 mm x 20mm x 20 mm
(Querleux, 2006).
10
Hasil Pengujian
Tabel 3.1 menunjukkan nilai dari ketebalan kulit pada bagian paha dan
pinggul yang diukur dengan US Imaging. Wanita dengan selulit memiliki kulit
yang lebih tebal daripada wanita tanpa selulit (Querleux, 2006).
Tabel 3.1. Nilai rata-rata ketebalan kulit wanita dengan selulit dan wanita tanpa
selulit yang diukur dengan US Imaging
Ketebalan kulit pinggul
(mm)
(mm)
1,70 0,31
1,67 0,25
1,59 0,20
1,51 0,19
Tabel 3.2 menunjukkan nilai dari ketebalan lapisan adiposa pada bagian
paha dan pinggul yang diukur dengan MR Imaging. Wanita dengan selulit
memiliki lapisan adiposa yang lebih tebal daripada wanita tanpa selulit (Querleux,
2006).
11
Tabel 3.2. Nilai rata-rata ketebalan lapisan adiposa wanita dengan selulit dan
wanita tanpa selulit yang diukur dengan MR Imaging
Ketebalan lapisan
Ketebalan lapisan
53,1 10,1
34,0 5,4
20,0 6,4
8,3 2,4
12
Tabel 3.3. Nilai rata-rata derajat ketidakteraturan jaringan adiposa pada dermis
wanita dengan selulit dan wanita tanpa selulit yang diukur dengan MR Imaging
Indeks ketidakteraturan
Indeks ketidakteraturan
pinggul (mm)
paha (mm)
3,36 0,81
3,50 0,89
1,20 0,84
1,47 1,02
BAB 4
PEMBAHASAN
13
Universitas Indonesia
14
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Ultrasound dan Magnetic Resonance dapat digunakan untuk mengukur
Saran
Spesifikasi alat Ultrasound dan Magnetic Resonance masih belum
dipahami. Oleh karena itu, studi literatur lebih banyak lagi sebaiknya dilakukan
untuk meningkatkan pemahaman. Selain itu, studi literatur mengenai uji efikasi
antiselulit lain juga sebaiknya dilakukan untuk memperkaya wawasan.
15
Universitas Indonesia
DAFTAR ACUAN
Hexsel, D., DalForno, T.O., & Cignachi, S. (2006). Definition, Clinical Aspects,
Associated Conditions, and Differential Diagnosis. [dalam: Goldman,
M.P., Bacci, P.A., Leibaschoff, G., Hexcel, D., & Angelini, F. (2006).
Cellulite Pathophysiology and Treatment. New York: Taylor & Francis
Group]
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2010). Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 1176/MENKES/PERNIII/2010 tentang
Notifikasi Kosmetika. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Querleux, B. (2006). Cellulite Characterization by High-Frequency Ultrasound
and High-Resolution Magnetic Resonance Imaging. [dalam: Goldman,
M.P., Bacci, P.A., Leibaschoff, G., Hexcel, D., & Angelini, F. (2006).
Cellulite Pathophysiology and Treatment. New York: Taylor & Francis
Group]
Rawlings, A.V. (2006). Review Article Cellulite and its treatment. International
Journal of Cosmetic Science, 28, 175-190.
Singh, S., Garg(a), G., Garg(b), V., Gangwar, S., & Sharma P.K. (2010).
Sunscreen: An Introductory Review. Journal of Pharmacy Research, 3, 8,
1857-1864.
Smith, W.P. (1996). Method of ameliorating cellulite by disupting the barrier
function of the stratum corneum. United States Patent, 5, 587, 396.
Tranggono, R.I.S & Latifah, F. (2007). Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wasitaatmadja, S.M. (1997). Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press.
16
Universitas Indonesia