Anda di halaman 1dari 11

TASAUF DAN TARIQAT

Makalah disampaikan A.Sumpeno, dalam Acara


Seminar Tasauf
diselengarakan hari Sabtu, 27 September 2013 M
di STAIN Watampone

I
Baik di kalangan para akademisi maupun masyarakat umum, Tasauf dan
Tariqat sangat populer ( terkenal ). Namun dapat dipastikan, tidak setiap muslim
mengetahui kedua-duanya dari latarbelakang hingga maksudnya.
Makalah ini, akan mencoba menjelaskannya, meskipun secara sederhana.
Karena Tasauf dan Tariqat terkait dengan peradaban atau kemajuan monotheisme Islam Ibrahim yang berhasil dibangunkan kembali (renaisance) Muhammad
Ibn Abdillah dari kekalahannya dari Polytheisme atau Musyrik Namrud di kalangan bani Quriasy, Mekah, Arab. Bagaimana itu?
II
Nabi Ibrahim dan keluarganya adalah exsodance dari Israil karena ketakutan raja Namrud karena perbedaan keyakinan. Namrud sebagai penganut
Polythiesm meyakini dan menyembah manusia saleh yang telah meninggal
seperti : Hubal sebagai Tuhan disamping Allah. Sedangkan Ibrahim penganut dan
pembela Monotheisme. Ibrahim bukan hanya dengan pemikiran melainkan juga
dengan pergerakan atau tindakan menghancurkan patung-patung yang diyakini
dan disembah Namrud sebagai Tuhan disamping Allah dengan kampak. Kampaknya disimpan di Hubal sebagai Tuhan yang paling besar. Karenanya ia dihukum dengan cara dibakar, namun selamat dari sanksi itu. Untuk tidak terjadi kedua kalinya, maka Ibrahim, keluarga dan pembantu dan pengikutnya hijrah ke
Mekah.
Di Mekah, Ibrahim succes mengajak masyarakat menganut monotheisme dengan tempat ibadahnya Kabah tanah liat dan batu bukan manusia saleh
yang telah meninggal dunia. Nabi Ibrahim disuruh Allah salat, zakat, puasa, haji,
dan qurban. Anaknya: Ismail melalui mimpi diminta Allah dijadikan qurban.
Namun kemudian dirubah-Nya dengan seekor kambing. Penganut monotheisme
Islam Ibrahim dalam perjalanan selanjutnya dikalahkan penganut Polytheisme
Namrud.
Jika menurut Polythiesme ada Tuhan disamping Allah, maka menurut
Monotheisme tidak ada Tuhan melainkan hanyalah Allah. Jika menurut Monotheisme Ibrahim, qurban dengan binatang hanya untuk Allah, maka menurut
Polythiesme dipersembahkan melalui Tuhan di samping Allah seperti Hubal,

Lata, Uza, dan Manata yang disimpan mereka di sekitar Kabah. 22 Mereka
meyakini darah dan daging qurban itu akan sampai kepada Allah. Qurban
mereka bukan dengan binatang melainkan manusia21.Selian itu, sistem perbudakan dengan memperjualbelikan manusia miskin; Pernikahan Polygamy di
atas empat orang wanita; Pembunuhan wanita hidup-hidup karena dianggap lebih
rendah derajatnya dari pada anak lelaki; Riba (rente) yang memeras orang miskin
adalah legal.
Ketika Polytheisme Quraisy berjaya, penerus monotheisme Ibrahim
tinggal beberapa orang saja. Di antara mereka adalah keturunan Ismail, putra
Ibrahim, yakni : Muhammad Ibn Abdillah. Pada tahun 595 M20 , ia berusia 25
tahun. Ia menyaksikan polytheisme mayoritas dengan budayanya seperti tersebut
di atas, sedangkan monotheism Islam Ibrahim dianut minoritas bani Quraisy
Mekah. Padahal sebelumnya mayoritas.
Sebagai generasi penerus Ibrahim, Muhammad berdoa di gua Hira
meminta petunjuk kepada Allah bagaimana cara merubah keyakinan Polytheisme
Quraisy diganti monotheisme Islam Ibrahim sebagaimana pada jaman kejayaannya. Ketika 40 tahun. 31 dari usia Muhammad, ia mendapatkan wahyu dari
Allah untuk melakukan perubahan.
Dalam fackta sejarah, Muhammad Ibn Abdillah success dalam tempo 23
tahun menghidupkan kembali kejayaan Ibrahim di Mekah. Ia menjadi Presiden Madinah. Kemudian berhasil merebut Mekah. Berkat bantuan sahabat
dekatnya : Ali Ibn Abi Talib keponanakan dan sekaligus menantunya, Umar, Abu
Bakr mertua dan Ustman Ibn Affan menantu dua kali dari puteri Rasulullah,

2222 Muhammad Ibrahim, Mercant Capital and Islam, Cet. Ke-1, Texas:
Austin University of Texas,1990. H.34. Atau Lihat Pula Muhammad
Naquib Hasan, al-Dn al-Khlis, Juz.I, Cet ke 1: Kairo Muasasah alSaudiyah bi Misr, t.th. h.79
2121 Abdullah, ayah Muhammad, pernah dijadikan qurban Ayahnya
sebagai Nazar kepada Hubal. Namun 100 ekor dengan unta.Lihat Ibn
sir, al-Kmil F al-Trkh, Jilid I Cet. I, Dr dir,( Beirut:, 1979)., h. 544
20
20
Menurut Syrir Glasse dalam Ensiklopedi Islam ( Jakarta:
1996: 275-280 ), Muhammad dilahirkan 570 M. Jika menginjak pada
usianya yang ke 25 maka tahun itu adalah 595 M

3131 Tim Penyusun, Ensiklopedi Hukum Islam, Vol .IV. Cet. Ke-1, PT.
Intermasa, ( Jakarata : 1997 )., h. 1205

maka patung-patung Tuhan-pun seperti :Hubal, Lata, Uza dan Manata dihancurkannya.
Muhammad pernah menyuruh Ali Ibn Abi Talib menjadi imam salat.
Penunjukkan dipandang Syiah pengikut Ali sebagai isyarakat kepemimpinannya akan dilanjutkan olehnya. Ali adalah paling dulu masuk Islam dari
sahabat Rasulullah yang lainnya. Namun demikian, ketika Muhammad Ibn
Abdillah pada tahun 634 M meninggal dunia, Abu Bakar berhasil menjadi kepala
negara menggantikannya. Kemuidian diganti secara berurutan oleh Umar dan
Ustman.
Syiah sebagai pendukung Ali merasa kecewa dan marah. Kemudian
menuding Abu Bakar, Umar, dan Ustman adalah pencuri hak Ali untuk menjadi
pemimpin Islam.Namun Abu Bakar, Umar dan Ustman mendapat dukungan dari
kalangan masyarakat banyak(Ahli Sunnah Wa al-Jamaah). Intrik politik di
kalangan umat Islam membawa kepada kematian Umar dan Ustman dibunuh
secara mengenaskan. Ketika Ustman mati dibunuh dan kemudian Ali
menggantikannya.
Menurut al-Quran, orang yang membunuh harus dibunuh lagi (qisas).
Yang berwenang untuk menegakkannya adalah penguasa. Dalam hal ini; Ali.
Namun dia tidak melakukan hukum Qisas itu kepada para pembunuh Ustman.
Maka gubernur Syam, (Muawiyah keponakan Ustman), marah dan menuding
Ali sebagai pihak yang berada dibalik pembunuhan pamannya. Konplik antara
keduanya membawa perang sesama muslim di Shiffin.
Ketika pasukan Ali akan memenangkan perang, maka pihak Muawiyah
mengangkat al-Quran sebagai permintaan damai. Maka dilakukanlah perdamaian
.Hasil-nya , mengangkat Muawiyah menjadi khalifah atau presiden. Dalam
tradisi Arab, pemenang perang akan mendapatkan pampasan perang baik harta
maupun wanita. Tentara pendukung Ali kecewa mau menang menjadi tidak karena
ada perdamaian. Maka mereka keluar dari Ali dan menentangnya. Keluar dan
menantang dalam bahasa Arab disebut Kharaja Ala. Kemudian mereka disebut
Khawarij. Menurut Kahawarij, Ali dan Muawiyah telah melakukan perang
antara sesama saudara seiman yang dilarang Allah. Bersamaan dengan itu, telah
melakukan Tahkim atau perdamaian berdasar atas tradisi Jahiliah. Jadi, mereka
telah melakukan perbuatan maksiat atau mementang Allah. Orang mumin yang
telah bermaksiat atau menentang perintah Allah dianggap kafir. Selain harus
diperangi, orang kafir kelak akan dimasukkan Allah ke Neraka.
Pandangan Khawrrij ini ditanggapi atau direspon pengikut Muawiyah.
Menurut mereka, mengenai orang Islam yang terlibat dalam perang di Shiffin:
Apakah mereka akan masuk surga atau Neraka, diserahkan sepenuhnya kepada
Allah. Jadi Allah-lah yang akan menentukan nasib mereka, bukan manusuia.

Menyerahkan kepada Allah dalam bahasa Arab: disebut Arjaa Ila Allah. Penganut paham ini kemudian disebut Murjiah.
Perbedaan paham ini membawa mereka terlibat dalam konflik politik
.Sebagian dari kalangan muslim berpendapat: Dari pada ribut-ribut soal
keyakin-an dan persaingan politik, maka lebih baik beribadah saja kepada
Allah. Kelompok ini kemudian disebut dengan Sufi atau ahli Tasauf. Mereka
dalam beribadah kepada Allah mempunnyai cara atau tariqat. Tariqat mereka
dibangun berdasar atas al-Quran dan al-Hadis. Dengan bertolak dari al-Quran
dan al-Hadis, mereka meyakini Alam dan Manusia diciptakan Allah.
Ketika janin (bayi) mencapai usia tiga bulan dalam rahim ibu, Allah
meniupkan dari ruh-Nya sehingga ia bernafas atau hidup. Manusia hidup karena
ruh Allah. Jadi, pada diri manusia ada sisi ketuhnan (Lahut) dan kemanusiaan
(Nasut)-nya. Setiap manusia akan mati dan kembali ke hadirat Allah Yang Maha
Suci. Ruh manusia dapat menjadi kotor kerena perbuatan maksiat terhadap
Allah. Jika kotor maka sulit akan kembali dan bersatu dengan ruh Allah yang
suci. Oleh karenya membersihkan jiwa atau ruh dari dosa-dosa, maka manusia
harus membersihkan-nya. Membersihkan jiwa dalam bahasa Arab disebut
Sawwafa-Yusawwifu-Tasaufan. Jadi, proses mensucikan jiwa itu disebut Tassauf.
Adapun cara membersihkan jiwa dalam rangka kembali kepada kesucian,
mengenal dan kembali bersatu dengan ruh Allah, maka harus ditempuh tahapantahapan( maqamat-maqamat atau station-station). Station-Station itu adalah
Baiat (Syahadat),Taubat, Marifat (Mahabbat dan Dzikrullah); Fana, Baqa, dan
Ittijhad ( Wahdat al-Wujud).
Bauiat( berjanji ) kepada dan dihadapan guru akan dengan
mengucapka duankalimat syahadat. Kemudian disusul dengan pengamalan salat,
zakat, puasa dan haji sebagaimana yang diperintahkan Allah dan dicontohkan
Rasul-Nya. Setelah itu maka dilakukan Taubat( meminta ampun kepada Allah
dengan mengucapkan Istigfar sebanyak-banyaknya) yang sebelumnya dilakukan
mandi taubat.
Untuk mendapatkan taubat ( ampunan) dari Allah, maka seseorang harus
mengenal-Nya. Mengenal atau mengetahui dalam bahasa Arab disebut dengan
marifat. Dalam bahasa Arab dikenal istilah wazan (pardigma) yakni : Lazim
( tidak menghendaki objeck )dan Mutaadzi yang menghendakinya. Misalnya
Dzahab tu ila Jamiati Sabahan (Aku telah pergi ke Universitas pagi-pagi).
Halnya akan berbeda dari Darabtu Kalban Sabahan ( Aku telah memukul ajing
di pagi hari). Anjing adalah objeck sedangkan aku adalah subjecknya. Ketika
dekiatkan dengan mengenal Allah. Jadi Mengenal Allah adalah marifatullah.
Akar kata Marifat Allah, dibangun dari dua, yakni: Wazan Faala (
)
dan Faala (
). Jadi, menurut yang pertama, manusia pasip, karena Allah

yang mengenalkan diri-Nya kepada manusia melalui mackluk ciptaannya seperti


matahari, bulan, pemuida ganteng dan pemudi cantik yang yang mengagumkan.
Dalam kaitan ini, muncul istilah Adabani Rabbi Pahasunu Tadibi ( Allah
mendidik Aku sehingga Akhlak-ku menjadi Baik). Jadi Allah aktif dan manusia
pasif. Allah dengan aktip memperlihatkan kekuasaan-Nya melalui
matahari,
rembulan,wanita cantik dan lelaki ganteng. Sementara dia pasif.
Ketika melihat itu semua, maka ahli Tasauf spontan berkata: Oh betapa
Allah maha kuasa menciptakan matahari, rembulan dan wanita cantik itu !
Sedangkan aku tak berdaya untuk menciptakannya. Aku tak ada apa-apanya di
hadapan Allah ( La haula Wala Quwwata Illa Billahi Aliyil Adzimi ). Dan ketika
melihat wanita, ya Allah betapa Engkau maha Kuasa untuk mencipatakan wanita
cantik. Sungguh Engkau cantik dan suka kecantikan ( Anta Jamilun Yuhibbul
Jamal )! Ampunilah Aku dari perbuatan dosa melihat wanita cantik karena
Rasulullah melarang melihat wanita kalau secara disengaja, tapi jika tidak
disengaja malah sedakah. Saran penulis, jika pembaca secara kebetulan
melihat wanita tatap saja terus sampai bosan supaya tidak berdosa (hahahhah-hah-hah ini madu daeng! ). Karena kapan kita meliriknya kembali, maka
lirikan itulah membawa kita melanggar sabda Rasulullah. Alias kita berdosa ( ihih,ih, maka jauhilah karena ini racun daeng !). Sedangkan memnurut yang
kedua ( wazan faala), maka kita yang harus berusaha untuk mengal Allah.
Dalam rangka mengenal Allah maka
harus mencintainya (mahabbah).
Mahabbatullah dilakukan dengan senantiasa mengingat dan menyebut-nyebut
nama-Nya (dzikrullah) sebanyak-banyaknya. Hati (Qalb) dan Nafs dalam
berbagai keadaan tidak boleh lepas dari ingat dan menyebut-nyebut nama-Nya
sambil duduk, baring, berdiri, dan menjelang bahkan sedang tidur sekalipun
layaknya seseorang yang sedang jatuh cinta kepada kekasihnya. [ Oh my love, oh
my love your very beautiful, you are very champing, you are very sexy sampai
mimpi dan mengigau (Hanyalah engkau satu-satunya yang lain tidak ada (exis)
aku rela mengorbankan jiwa raga hanya untuk mu sayang, aku tak akan selingkuh,
tidak akan menyekutukan mu dengan yang lain = musyrik = ). Padahal yang
dipeluk adalah bantal kotor, tapi rasanya nikmat karena penuh cinta dan rindu ].
Kata orang : Tai ayam-pun boleh jadi serasa coklat jika sedang dilanda cinta.
Begitulah kira-kira hubungan Sufi dengan Allah.
Dengan dzikrullah itu, maka hati manusia akan meyakini dan bersikap
bahwasanya segala isi dunia termasuk dirinya adalah tidak exis (hampa) atau
fana yang exis hanyalah Allah. Pada hakekatnya hanyalah Allah-lah yang tetap
exis (Baqa). Ruh manusia dengan dzikirullah harus senantiasa selalui ingat akan
posisi diri dan alam materi yang mengitarinya adalah fana (hampa,rusak, tak

exis) sedangkan Allah Baqa (exis). Bisa tidak pembaca berkeyakinan seperti ini?
Jika bias, anda sudah mulai dapat mengenail Allah.
Jika manusia telah melakukan baiat. syahadat, salat zakat, dan haji
dengan benar dan ber- taubat, mahabbat, marifat, fana dan baqa maka masih ada
station selanjutnya, yakni : Seorang Ahli Tasauf berusaha menyatukan ruh nya
dengan ruh Allah. Ruh manusia yang suci menurut ahli tasauf dapat kembali damn
bersatu dengan Allah. Dialah orang yang success atau telah bertaqwa.
Jika ruh seorang sufi telah bersatu dengan ruh Allah, maka apa yang
dilakukan dan diucapkannya adalah sama dengan ucapan dan perbuatan Allah itu
sendiri. Oleh karenanya, maka al-Halaj mengatakan : Aku ini adalah Allah ( Ana
al-Haq). Maka dia dibunuhlah ahli Syariat karena dianggap menyimpang dari
aqidah Islam (Tauhidullah). Al-Halaj mengaku dirinya Allah, maka jika demikian
akan ada dua Allah, yakni : Allah yang asli dan al-Halaj sebagai duplicate-Nya.
Menurut konsep para Sufi, perjalanan hidup menuju Allah harus memakai cara dan jalan. Jalan cara atau tariqat laksana kapal laut sedangkan laut
sendiri laksna jalan (syariat) sedangkan Allah adalah hakekat yang akan dituju
sebagai harapannya. Mereka mengungkapkannya:
Karena itu, maka seorang sufi bila dia beribadah tidak berdasar atas
syariat Allah maka tidak benar. Misalnya, karena hakekat salat hanya untuk
ingat kepada Allah, maka tak perlu salat yang penting ingat kepada Allah. Kata
sufi madzhab ini ( tak perlu memakai jalan atau syariat) :Tak ada gunanya, jika
salat sementara hati merasa diawasi calon mertua bukan diawasi Allah. Engkau
telah selingkuh dengan calon mertua, sedangkan Allah yang engkau selingkuhi
mengetahui isi hati dan perbuatan mu. Munafiq kau!.
Dalam tasauf dan bertariqat, seseorang harus memiliki guru. Tanpa guru
dianggap keliru. Ia laksana anak yang dilahirkan tanpa ayah (product zina). Guru dalam Islam secara berurutan adalah: Allah,Jibril, Muhammad Rasulullah, para
sahabat dan tabiin dan tabiit tabiin dan ulama yang saleh. Seorang penulis
karya Tasauf dan Tariqat, tentu saja harus mempunyai guru dan mempelajarinya
terlebih dahulu barulah dia ceramah dan menuliskannya. Tanpa guru dan belajar
Tasauf dan Tariqat maka dianggap tidak akan dapat dipertanggungjawabkan
secara ilmiah. Jadi, standarisasi benar aslah-nya suatu tulisan ilmiah dalam ajaran
Islam bukan ilham dari Allah, karena Allah sudah menyuruh malaikat Jibril untuk
mengajari Muhammad Rasul-Nya, dan Muhammad mengajari sahabatnya dan
seterus dan seterusnya hingga sampai kepada kita.
III
Setiap Tasauf mempunyai cara (Tariqat) untuk menyatukan ruh atau
jiwanya dengan ruh Allah.Tariqat atau cara di sini adalah Muhammad Rasulullah

dalam hal ini mengambil cara dari malaikat Jibril dan malaikat Jibril. Malaikat
Jbril dari Allah. Jadi guru sebagai tariqat (medium atau wasilah) untuk bersatu
dengan Allah dalam Islam adalah Jibril, Muhammad. Para Sabat. para ulama
dari kalangan tabiin dan pengikut para pengikut (Tabiit Tabiin) sampai kepada
orang yang mempelajari dan mengamalkan Islam. Ulama yang dimaksud adalah
ulama akhli Tasauf. Siapa mereka? Menurut sejarah dan diakui resmi oleh
ulama kaum muslimin termasuk oleh Nahdlatul Ulama, terdapat 40 aliran Tariqat
yang dianggap tidak menyimpang dari Syariat Islam (al-Quran dan al-Hadis).
Antara lain:Satariah, Khalwatiah, Qadiriah, Naqsabandiyah, Tijaniah, dan Tariqat
Qadiriyah Naqsabandiyah TQN. Syekhnya : Abah Anom di Tasikmalaya.
Sebagai ahli Tasauf dan dengan TQN-nya Abah Anom telah menjadi
ulama yang laris dimintai doanya. Penulis pernah duduk disampingnya meyaksikan orang-orang meminta didoakan kepada Allah. Ketika ada orang tua
mengadukan masalah kepadanya tentang anak gadisnya yang kabur padahal mau
dikawinkan, maka Abah Anom-pun langsung mendoakannya. Akan tetapi, ketika
ada orang yang mengeluh karena sakit gigi, maka dia menjawab: Abah juga
punya dokter kalau sakit gigi. Ke dokter gigi saja lah. Namun demikian, karena
Abah ini ahli doa, ya Abah doakan juga ya.
Minta doa kepada orang yang masih hidup dibenarkan Rasulullah. Dia
sendiri pernah meminta kepada sahabatnya untuk didoakannya. Tetapi Rasulullah melarang umatnya untuk meminta didoakan kepada orang yang telah
meninggal dunia karena akan terjadi seperti kasus ulama zaman Namrud di
Israil meninta ke ulama yang telah meninggal dunia di kuburannya,yakni: Hubal.
Hubal yang sakti akhirnya diyakini sebagai Tuhan disamping Allah. Dan patungnya dibuat. Setiap orang menyembah patungnya dalam rangka menyembah Allah.
Abah Anom berbeda dari para sarjana yang pernah menjadi mahasiswa
mahasiswi. Mahasiswa/i terkominasi pergaulan bebas. Di usia muda (22) tahun
Abah Anom dinikahkan ayahnya. Tak sempat bergaul bebas. Dan kerjanya
ibadah, salat dan dzikir.
Pengalaman, ketika baru pulang dari pesantren, doa penulis biasa
success. Masyarakat- pun banyak yang meminta didoakan. Akan Tatepi, setelah
menjadi mahasiswa dan bahkan sarjana, fenomenanya menjadi lain. Dalam kaitan
ini menurut ahli Tasauf: Jika ingin menjadi sufi, jangan bersentuhan dengan
wanita kecuali dengan sah, dan jangan pula menjadi PNS karena akan terlibat
rezeki yang subhat. Para doctor dan Professor Ahli Ilmu Agama Islam, hanya
siap dimitai makalah untuk ceramah, tapi tidak siap menerima permohonan
untuk didoakan kepada Allah guna mendapatkan jodoh, keturunan dan rezeki.
Demikian realitasnya, tampak agak sulit dibantgah.Malah yang laris dukun.
Alumni IAIN jika dikaji secara ilmiah dikalahkan dukun dalam hal seperti ini,

tak terkeculai penulis sendiri. Kalau begitu, mari kita bebaskan diri masingmasing dari pergaulan bebas! Pelajarilah terlebih dahulu ilmu Tasauf dan Tariqat
kepada guruntya, sebelum menulis dan menceramahkannya.

Daftar Pustaka
Abdu al-Halm al-Mahmud, al-Tafkir al-Falsafi F al-Islmi, Cet. Ke-1, Dr alKutub al-Lubnni ( Bairut : 1982 M ), h. 17-23
A.Sanusi (Prof. DR.), dalam arqat Qdiriyyah Wa Naqsabandiyyah ( Sejarah,
Asal-Usul dan Perkembangannya ), (ed ). Prof. DR. Harun Nasution, Cet.
Ke-2 IAILM ( Tasikmalaya :1991 )
Ab al-Tsan Syihbuddn Sayyid Mahmd Afand al-Uls al-Bagdd, Rh alMan F Tafsr al-Quran al-Adlm Wa al-Sambu al-Matsn, Jilid III,
Cet. Ke-1, Dr al-Kutub al-Ilmiah, ( Bairut : 2001 M )
Ab al-Waf al-Ghanami al-Taftzni ( selanjutnya disingkat dengan alTaftzni ), Madkhal Il al-Taauf al-Islm, Dr al-Tsaqafah li al-Nasyr wa
al-Tauzi ( Kairo: 1983 M )
Abu Bakar Atjeh, Islam dan Permasalahan Roh : Penyelidikan Mistik dan Tasauf
( Jakarta : Bulan Bintang ) 1967
Ab Bqkr al-Jbir al/Jajiri, Minhj al-Muslim, Cet. Baru, Dr al-Fikr,
(Bairut:"2003 M)
Ab Shomad al-Falembani, Siyar al-Salikin, Juz. I ( Indonesia : al-Kutub alArabiyah ), tt.h
Ahmad mn, Fajru al-Isam, Jilid II, Syirkah abaah al-Fanniah al-Muttahidah
( T.Tp : T.Thn).
al-Qdl al-Qudlt Abd al-Jabbr Ibn Ahmad, Syarhu U al-Khamsah, Cet. ke3, Maktabah Wahbah ( Kairo : 1996 M ), h. 301
Amad Mahmd ubh, F Ilmi al-Kalm Dirsatan Falsafiatan al-Mutazilah, alAsyariah, al-Syah, Cet. Ke 1, ( Mesir : 1996 ), h. 208-209
Ahmad Bahajat,Anbiaullah,Cet.ke-27, Dr al-Syurq (Kairo: 2001 )
Departemen Agama, al-Quran dan Terjmahnya, kerjasama dengan Khdim alHaramain al-Syarfain, Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir alQuran, ( Jakarta: 1971)

Fahru al-Rzi, Itiqadt Furuq al-Muslimn wa al-Musyrikn, Cet. Panitia Printing


dan Publishing, ( T.Tpt : 1938 M )
Gerald. O. Collins, SJ dan Edward. G.Farrugia SJ., Kamus Teologi, Cet. Ke-6,
Kanisius ( Yogyakarta : 1998 M )
Harun Nasution Prof. DR ( ed ) Tharqat Qatiriyyah Wa Naqsabandiyyah ,
IAILM ,( Tasikmalaya: 1991)
______, Filsafat dan Mistisisme Dalam Islam, ( Jakarta :!Bulan Bkntang ), 1992
Hawash Abdullah, Perubahan Ilmu Tasauf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara,
( Surabaya : al-Ikhles ), 1990
Ibn al-Qayyim al-Zaujiah , al-Rukh Li Ibn al-Qayim al-Jauziah ( Ruh Menurut
Ibn Qayyim al-Jauziah ) Terjemahan Jamaluddin Kafi , Cet. II ( Surabaya:
al-Ikhlas ), 198
Ibn Mandzr, Lisn al-Arab, Juz. VI. Cet. Terbaru., Dr al-Marif (.T.Tp. :T.Th.)
Ibn Saad dalam abaqt al-Kubr., I., Dr al-Kutub al-Ilmiah. ( Bairut, 1997:
43-44 )
Ibn tsir, al-Kmil F al-Trkh, I, Cet. Ke- 3, Muhammad Ali Baidlaw, Dr alKutub al-Ilmiah. ( Bairut : 1998 M )
Ibn Katsr, al-Bidyah wa al-Nihyah, Juz. VII., Cet.Ke-3, Dr al-Kutub alIlmiah ( Bairut : 1987 )
A.J. Arberi, Pasang Surut Aliran Tasauf ( Bandung : Mizan ), 1985
Holy Bible pada Chapter 27 Matthew ayat 46 disebutkan: About the nineth hour
Yesus cried with a loud voice, saying : Eli , Eli L m sabachthani? That
is to say my God, my God, why has thou calleth for E-li . ( Holy Bible,
American Bible Society, Cet. Ke-1, (New York: 1611 M )
Imm al-Hfidz Ibn al-Fidi Ismal Ibn Katsr al-Qursyi al-Damsyiqy, alBidyah wa al-Nihyah, Juz. I Cet. Ke-1, Dar al-Kutub al-Ilmiah ( Bairut :
2001 M )
Imm al-Hfid Ibn al-Fidi Ismal Ibn Katsr al-Qursyi al-Damsyiqy, Qaa alAnbiy.
Imam Ibn Ishk, Ahmad Ibn Ibrhm al-Syalbi, Qaa al-Anbiy al-Musamm bi
al-Arisi, Cet.Ke-1., Maktabah al-Syabiah ( Bairut : T.Th )
Juhaya S. Praja, ( Prof. Dr. ) Model Tasauf Menurut Syariat, ( Suryalaya :
Lathifah Press ), 1995

Karen Armstrong,History Of God,Cet,Ke-20, Ballantine Books,(New York: 1994)


al-Qdl Abdu al-Jabbr, Syarkhu U al-Khamsah, Cet. Ke-3, Maktabah
Wahbah( Kairo: 1996 M)
Muhammad Husian Haekal, Haytu Muhammad, Mabaah al-Sunnah alMuhammadiyah, Cet. Ke-13 ( Kairo : 1969 M )
Muhammad Waf DR., Trh al-Anbiy Wa al-Rusul Wa Irtib al-Zamn wa
al-Aqidi, Cet. Ke-1., Dr al-Fadllah ( Mesir : T.Th. )
Muhammad Waf DR, Trkh al-Anbiy wa al-Rusul wa Iribat al-Zamn wa
al-Itiqd, Cet. ke-1, Dr al-Fadllah ( Kairo: T.Thn )
Ms Ibn Sulaimn al-Dausy DR.,Ulwullah Ala Khalqihi,Cet. Ke-1., Alim alKubub ( Bairut : 1986 M )
Muslikh Abd. Rahmn, al-Futht al-Rabbniyah F al-arqat al-Qdiriyyah Wa
al-Naqsabandiyyah, Cet. Ke 1, Toha Putera ( Semarang : 1994 )
Muhammad Ibrhm, Mercant Capital and Islam, Cet. Ke-1, Austin University Of
Texas ( Texas : 1990 M )
Muhammad adq Hasan, al-Dn al-Khlis, Juz. I. Cet. Ke-1, Muasasah alSaudiah Bi Misr ( Kairo : T.Th. )
Nurul Ain, ( Prof. DR ) Hasil Wawancara dengan K.H.A.Shibu al-Waf Tju
al-rifn pada 12-8-1990 di Suryalaya
Shibu al-Waf Taju al-Arifn K.H.A. Mifthus Sudr,( Terjemahan Prof. KH.
Abu Bakar Atjeh, Kunci Pembuka Dada), Cet. Ke- 1, Serba Bakti , 1970)
Sri Mulyati ( DR ), Seminar Proposal Disertasi Tentang arqat Qdiriyyah Wa
Naqsabandiyyah, di PPS. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta ( Ciputat : 2002 M )
Sulaimn Mudlhar, Qiah al-Aqid Baina al-Sam wa al-Ardli, Cet. Panitia
Penerangan Arabi, ( T.Tp. : 1962 )
Syaekh Ahli al-Sunnah wa al-Jamah al-Imm Ab al-Hasan Al Ibn Isml alAsyaar ( w. 320 H ), Maqltu al-Islmiyyn wa Ikhtilfi al-Mualln,.Juz.
I. Cet. Ke-1, Maktabah al-Nahdlah al-Miriah : 1950 )
Toshihiko Izutsu,God and Man in The Quran, Islamic Book Truth, Cet.Ke
1( Kuala Lumpur : 2001
W. Montgomery Watt, Muhammad Prophet and Statesman, Cet. Ke-2., Oxford
Univerity Press ( Oxford: 1961 )

10

Washington Irving, Mahomet And His Successors, Cet. Ke-1, Thomas D. Crowell
and Co ( New York : 1849 )
Yusuf al-Nabhani, Jamiu Karomat Auliya, Juz. I ( Mesir : Musthfa al-Babi alHalabi : Tanpa Tahun )

11

Anda mungkin juga menyukai