Anda di halaman 1dari 15

Berbagai Pengobatan Vitiligo: Masalah yang Berhubungan dan Solusinya

Dhvani M.Lakhani, Ashwini S. Deshpande


Departemen

Farmasi,

Sekolah

Farmasi

dan

Manajemen

Teknologi,

Svkm*snmims, Kampus Shirpur, Bank Babulde Sungai Tapi, Dist-Dhule,


Maharashtra, India.
ABSTRAK
Pembahasan ini meliputi pembelajaran vitiligo, tipenya yang berbeda dan
pengobatan yang tersedia di pasaran. Vitiligo adalah penyakit kulit ditandai
dengan munculnya patch putih pada kulit dengan bentuk lesi atau pada seluruh
tubuh. Patch putih ini muncul akibat destruksi dari sel melanosit yang
menghasilkan warna kulit. Obat yang berbeda seperti methoxsalen, trioxsalen dan
psoralen tersedia untuk pengobatan vitiligo dalam bentuk kapsul oral atau bentuk
krim atau lotion topikal.psoralen dengan terapi cahaya juga diberikan, yang lebih
dikenal dengan terapi PUVA. Pengobatan vitiligo selalu mendapatkan hambatan
karena sedikitnya perbaikan yang dialami pasien. Kebanyakan pengobatan tidak
dilanjutkan pasien karena efek pengobatan yang sangat lambat. Ketidakefisiensian
ini mengakibatkan pasien frustasi. Inilah alasan pasien tidak melanjutkan atau
putus asa dengan pengobatan. Beberapa pasien juga menghadapi permasalahan
dengan gejala tambahan atau efek samping seperti gatal, rasa terbakar, gangguan
gastric dll. Review ini mendiskusikan semua isu yang disebutkan di atas dengan
masalah yang berkaitan dengan pengobatan dan kemungkinan solusinya.
PENDAHULUAN

Melanosit mensintesis melanin dari asam amino tyrosine dengan bantuan


enzim yang disebut melanosom. Untuk menghasilkan warna kulit, melanin
merupakan pigmen yang penting. Vitiligo adalah penyakit kulit dengan hilangnya
seluruh atau sebagian

melanosit dari patch kulit mengakibatkan bintik putih

irregular yang ditunjukkan pada gambar 1 (a) dan (b). Vitiligo umumnya
menyerang 1% populasi dunia. Penyakit ini tidak berhubungan dengan perbedaan
ras, jenis kelamin atau regional dari populasi. Beberapa penelitian menyatakan
insidensi vitiligodi India, Mesir dan Jepang lebih tinggi, dengan rentang 1,25%
hingga 6% dari populasi. Onset vitiligo biasanya terjadi lebih sering pada masa
kanaka tau dewasa muda (usia 20-30) dan pada 30% pasien memiliki riwayat
keluarga positif (Gerard dan Bryan, 2006). Ada tiga tipe mayor vitiligo: segmental
(SV), Non-segmental (NSV), dan Mixed Vitiligo(MV). Vitiligo segmental
berawal dan menetap pada satu sisi tubuh. Ini sangat jarang berhubungan dengan
penyakit autoimun. Vitiligo nonsegmental meliputi seluruh tipe kecuali
Segmental. Ini merupakan penyakit autoimun dan lebih sering muncul bersamaan
pada kedua sisi tubuh. Mixed Vitiligo merupakan campuran kedua tipe dalam
kasus yang jarang terjadi, ketika Segmental berubah menjadi Nonsegmental.
Lesi klinis bersifat asimtomatis dan ukurannya bervariasi dari beberapa cm
hingga sangat besar. Vitiligo sering berkaitan dengan patch putih pada tangan dan
pergelangan tangan, kaki, lengan, wajah, bibir, axilla dan perioral, periorbital dan
kulit anogenital. Vitiligo dapat menyerang membrane mukosa tubuh seperti
jaringan dalam mulut dan hidung, juga dapat menyerang mata (U.S. Department
of Health and Human Services, 2010). Vitiligo anak berbeda dengan dewasa.

Insidensi lebih tinggi pada perempuan. Pengobatan adekuat vitiligo anak


merupakan hal yang penting karena dapat mempengaruhi psikososial dan efek
jangka panjang pada harga diri anak dan orangtuanya (Kanwar dan Kumaran,
2012). Dalam vitiligogeneralisata, patch putih tidak menyebar. Namun pada
beberapa kasus, patch putih akan menyebar ke area lain tubuh. Pada beberapa
orang, patch menyebar secara lamban sedang pada orang lain secara cepat. Dalam
kasus stress fisik atau kimia lebih tinggi, patch putih menyebar secara cepat.
Dikarenak stress fisik atau emosional, patch putih akan menyebar sangat cepat.
Pada pemeriksaan histologi, vitiligo biasanya tidak memiliki penampakan yang
berbeda dengan kulit normal. Namun dikarakterisasi dengan hilangnya melanosit,
seperti yang digambarkan oleh miskroskop electron, ini juga dapat didiagnosis
dengan imunohistokimia untuk melanosit yang berkaitan dengan protein.
Pathogenesis dari vitiligo merupakan multifaktorial. Ketiga faktor utama di
antaranya: genetik, imunologi, dan lingkungan. Secara klinis, faktor lingkungan
memiliki peranan penting dalam perkembangan vitiligo.
Trauma, eksim, agen kimia, dan kerapuhan keratinosit merupakan
penyebab utama Vitiligo. Jadi faktor ini harus diperhatikan dalam pengobatan
(Jimi dkk, 2011). Teori pathogenesis vitiligo meliputi autoimun, faktor
neurohumoral toksik terhadap melanosit dan pelepasan pada ujung saraf terdekat,
destruksi sendiri melanosit oleh zat toksik oleh sintesis melanin. Lesi kulit lebih
sering terlokalisasi pada area seboroik pada vitiligo yang diinduksi stress. Lesi
lebih terlokalisasi pada lokali luka atau tekanan pada kasus vitiligo traumatis. Lesi

depigmentasi lebih mudah muncul pada area dermatitis pre-muncul spesifik, yang
disebut dengan dermatitis yang berhubungan dengan Vitiligo (Vinay et al, 2007).
DIAGNOSIS VITILIGO
Diagnosis banding vitiligo sangat sulit. Untuk mendiagnosis vitiligo secara
tepat, seseorang harus mampu membedakan kondisi berbeda kulit seperti
depigmentasi komplit, hipopigmentasi dan warna kulit normal. Diagnosis vitiligo
sangat sulit pada pasien yang memiliki kompleksi cahaya pada warna kulit.
Lampu Wood sangat berguna unutk mendiagnosis vitiligo pada pasien yang
memilki kulit tipe I dan II. Nada murni dan audiometer bicara, ruang pengobatan
suara, Cochlear Emission Analyzer Madsen, Immitance meter, Evoked Response
Audiometer Nickolet Compact four, cahaya lampu Wood merupakan peralatan
yang dapat digunakan untuk mendiagnosis vitiligo (Talia, 2009).
PENGOBATAN VITILIGO
Etiologi vitiligo masih belum diketahui. Namun ini melibatkan beberapa
teori seperti autoimun, sitotoksisitas, pemicu, neural, radikal bebas dan genetik.
Penyakit ini dapat diobati dengan formulasi obat oral atau topikal saja pada kasus
yang ringan namun pada kasus berat, terapi cahaya vitiligo juga diberikan dengan
konsumsi medikasi untuk meningkatkan pigmentasi kulit. Pengobatan leukoderma
atau vitiligo tidak hanya membutuhkan deposisi pigmen pada area depigmentasi,
namun juga membutuhkan redistribusi pigmen dari batas hiperpigmentasi,
sehingga hasilnya menjadi distribusi merata warna kutaneus normal. Ini juga
bergantung pada tipe sel. Kemungkinan pembetukan melanosit dalam epidermis

inter-folikular menurun dengan adanya sel stem keratinosit pada lokasi yang sama
(Rafael, 2009).
Pengobatan vitiligo dengan obat herbal
Dari daftar herbal Cina untuk pengobatan vitiligo, rebusan bubuk
xiaobailing changyee dan tiga bubuk kuning sangat efektif. Obat lain antara lain
xanthumstramanum, sophoraflavescens, atractylodes japonica, arisaemaamurense.
Herbal

lain

yaitu

pleuroptereesmultiflorees,

carthamustinctorius,
salvia

miltiorrhiza,

eclipta

prostrate,

sesamumindicum,

spatholobussuberectus, rehmaniaglutinosa. Mengoleskan obat ini pada kulit dapat


meningkatkan warna kulit dan menyembuhkan vitiligo. Herbal india meliputi
cassia

accidentalis,

eclipta

prostrate,

curcuma

longa,

picrorrhizakurroa,

psoraleacorylifolia, tribulusterrestris. Biasanya digunakan fotosensitisasi dan


purifikasi

darah.

Agen

fotosensitisasi

meliputi

psoraleacorylifolia,

semicarpusanacardium, dan ficushispida. Mereka diberikan secara lokal juga


sistemik dengan eksposur matahari. Purifikasi darah antara lain curcuma longa,
eclipta alba, tinosporacardifolia, hemiclascusindicus, acasia catechu dan
acaranthusaspara. Mekanisme pasti dari herbal tidak jelas, namun meliputi
beberapa

mekanisme

seperti reaksi

fototoksisitas, proliferasi

melanosit,

mencetuskan aktivitas anti-inflamasi dan memicu reduksi (Jimi dkk, 2011).


Tabel 1: Formulasi Ayurvedic berbeda untuk herbal
Tipe Formulasi Kemungkinan Herbal yang digunakan
Ayurvedic
Lepa ( sediaan Ankollakadi, Avalgujadi,
topikal)

Bakucyadi,Balyadi,Bhallatakadi, Bhringarajadi,

Gandhakadi,Grhadhumadi,Gunjadi,Gunjaphaladi,Katukala
bvadi,Manasiladi,Maricadi, PancaNimbava, Pathyadi,
Kashaya

Patrakadi,Putikadi,Talakadi,Triphaladi, dan Vayasyadi


Bakucibeeja yoga, Bakuciprayoga,Bhadrodumbarikadi

(campuran)

yoga,Dhatryadikwata,Kakodumbarikakasayaand

Churna

Khadiradikashaya
(bubuk Bakucyadyachurna,Kakodumbarikadiyoga,Khadirasaradic

compound)
Ghrita (pasta)

hurna and Pancanimbachurna


Dantyadighrita,
Mahamarkaraghrita,Mahaneelaghrita,
Mahatiktakaghrita,Mahavajrakaghrita, Neelakaghrita,
Neelighrita,

Neelinyadighrita,Somarajighrita

and

Tiktakaghrita
Avaleha (sediaan BhallatakavalehaandVidangadileha
semisolid oral )
Thaila (sediaan Aragwadhayadyathaila, Citrakadyathaila,Jyotismatithaila,
minyak)

KustaKalanalathaila,Kustaraksasathaila,Laghumaricadyath
aila,MahaVajrakathaila,

Asava

Manasiladyathaila,Maricadyathailaand Vishathaila
Arista Kanakabindvarista and Madhwasava

(sediaan
fermentasi )
Vati/Gutika

SwayambhuvaGuggulu,ThriphaladigutikaandBrhatSwaya

(tablet)
Rasousadha

mbhuva Guggulu
Candraprabhavati, Galitakustari rasa, Khageswara rasa,

(formulasi

Kustebhakesari rasa, Medanisara rasa, Pittalarasayana,

mengandung

Talakeshwara rasa and Vijayeswara rasa

mineral

yang

diproses

dan

garam metalik)
Pengobatan Tradisional
Clay merah yang ditemukan di pinggir sungai atau tanjakan bukit dapat
digunakan dalam pengobatan vitiligo. Ini dapat diberikan dengan campuran jus
jahe. Copper dalam clay memberikan kembali pigmentasi kulit dan jahe
memfasilitasi peningkatan aliran darah ke titik tersebut yang dapat membantu
repigmentasi. Serbuk biji lobak dengan cuka dan pasta terbentuk. Pasta ini dapat
dioleskan untuk mengobati vitiligo. Campuran turmeric dan minyak mustard yang
dipersiapkan dengan memanaskan keduanya juga dapat membantu pengobatan
patc putih (Priyanka dkk, 2010).
Terapi Yoga
Kapalbhati membantu dalam pengobatan vitiligo. Karena inhalasi dan
ekshalasi kapalbhati memberikan aerasi terhadapdarah dan purifikasi sirkulasi
darah. Ini berguna pada penyakit kulit seperti vitiligo, psoriasis, dan alergi lain
(Priyanka dkk, 2010).
Pengobatan Homeopathi
Hemeopathi merupakan pengobatan alternatif berasal dari Jerman pada
abad 18 dan diadaptasi oleh berbagai Negara. Obat Ars.ach, Bacillinum, Grafit,
Mercasol, Nat mur, Nuxvom, sil, sulph, thuja dll dapat digunakan dalam
pengobatan homeopathic (Priyanka dkk, 2010).
Pengobatan Ayurvedic

Di Ayurved, vitiligo diketahui sebagai Switra dan lebih sering disebabkan


oleh Pitta Dosha selagi Pitta yang meningkat menghasilkan akumulasi toksin
(ama) dalam lapisan dalam kulit yang mengakibatkan kondisi vitiligo. Pengobatan
dasar penyakit ini meliputi menenangkan energi tubuh yang tidak seimbang,
membersikan darah dan meminum herbal yang dapat mengembalikan warna kulit.
Pencernaan yang buruk menyebabkan toksin menumpuk dalam tubuh sehingga
merupakan akar dari penyakit. Maka dari itu, mengembalikan pencernaan normal
merupakan bagian penting dari tubuh (Jiva Ayurveda). Umumnya pengobatan
Ayurvedic vitiligo memiliki empat tahap. Tahap pertama adalah terapi purifikasi
(Shodhana Karma), yang meliputi penggunaan rebusan herbal Psoralea
Corylifolia dan Eurphorbianerifolia. Tahap kedua meliputi pijatan minyak,
minyak dipilij berdasarkan kondisi dasar penyakit (roga) dan pemeriksaan pasien
(rogiPariksa). Tahap ketiga adalah paparan lesi terhadap matahari berdasarkan
toleransi pasien (Sooryapadasanthapam). Dan langkah keempat sekaligus terakhir
adalah penyampaian rebusan (kwatha) terbuat dari Ficushispida (malayu),
Pterocarpusmarsupiun

(asana),

Callllicarpamacrophylla

(priyangu),

Peusedanumgraveolens (satapuspa), Coleus vettiveroides (ambhasa), dan ekstrak


alkalin Buteamonosperma (palasaksara), bersamaan dengan preparasi alcohol
jiggery (preparasi disebut phanitha dalam Ayurveda) pada pasien. Diet harus
bebas-garam dan mengandung buttermilk selama pengobatan dengan rebusan
(Saravu dkk, 2010). Formulasi herbal ayurvedic berbeda yang tersedia disebutkan
pada tabel 1.
Pengobatan Allopathi topikal

Ini meliputi formulasi steroid dan imunomodulator berbeda. Steroid yang


dioles topikal dapat membantu menyembuhkan patch vitiligo. Kortikosteroid
poten seperti betamethason, valerat, triaminolon dan kortikosteroid sangat poten
seperti alobetasol, flutikason propionate dapat membantu repigmentasi kulit
hampir sempurna. Imunomodulator seperti takrolimus dan pimekrolimus dapat
membantu pengobatan vitiligo saat diberikan topikal. Ini juga dapat digunakan
dalam mengobati area kecil dan sulit seperti kelopak mata (Priyanka dkk, 2010;
Navneet dkk, 2012).
Terapi Bedah
Dalam terapi bedah, patch putih diobati dengan bantuan operasi berbeda.
Ini meliputi operasi dengan mekanismer berbeda. Dalam teknik Autologous Skin
Grafts, graft diimplan pada perforasi yang disiapkan pada lokasi resipien. Pasien
dengan vitiligo segmental merupakan kandidat terbaik untuk tipe grafting ini.
Dalam blister grafting, blister digunakan. Blister ini dapat dipicu dengan cara
berbeda seperti vacuum atau nitrogen cair. Pada jembatan dermoepidermal, timbul
split mekanis dan graft diamankan pada lokasi resipien. Awalnya gambaran
cobblestone dan are pengobatan yang terbatas tiap sesi merupakan keterbatasan
dari kedua mekanisme di atas. Untuk mengatasi keterbatasan ini, transplantasi sel
epidermal dapat dilakukan. Teknik ini meliputi aplikasi suspensi kaya-melanosit
pada area yang berkaitan, lalu diperbolehkan dilakukan graft. Hanya satu kali
pengobatan yang dibutuhkan, merupakan keuntungan dari teknik ini. Micro
pigmentasi (Tatto) meliputi pigmentasi mikro dermal permanen. Ini dilakukan

dengan menggunakan pigmen oksidasi besi non-alergi. Pigmen ini memberikan


warna pada kulit (Priyanka dkk, 2010; Navneet dkk, 2012).
Alternatif Pengobatan Lain
Jika tidak ada pengobatan yang dapat berhasil menyembuhkan, cover-up
alternative dapat digunakan. Kulit leukodermik dapat dengan mudah rusak akibat
terbakar matahari dan efeknya bertahan dalam jangka waktu lama. Untuk
menghindari paparan terhadap cahaya matahari dan mencegah terbakar,
sunscreens dapat digunakan. Untuk menutupi patch putih yang tidak dapat
sembuh, cover-up menggunakan kosmetik akan sangat berguna (Priyanka dkk,
2010; Navnee dkk, 2012).
Depigmentasi
Ini merupakan bentuk pengobatan drastis bagi vitiligo.

Depigmentasi

adalah menghilangkan warna kulit seluruh tubuh sehingga seluruh tubuh tampak
dalam warna putih. Untuk hal ini, dapat digunakan agen melanotoksik permanen
seperti krim hidrokuinon monobenzyl ester dan 4-methoxyphenol. (Navneet dkk,
2012).
Obat Lain yang dapat digunakan dalam Pengobatan
Trioksalen dapat diberikan per oral. Dengan meningkatkan pigmentasi
kulit ini meningkatkan toleransi kulit terhadap sinar UV. Obat ini terkadang
mengakibatkan reaksi kutaneus. Methoxsalen dapat diberikan per oral maupun
topikal. Bentuk dosis oral 20 mg/hari dapat diberikan 2-4 jam setelah paparan
UV. Ini juga mengakibatkan iritasi lambung. Bentuk dosis topikal losion 0,1%
hingga 1% dioleskan dan paparan terhadap sinar UV atau cahaya matahari dapat

diberikan.ini juga dapat menyebabkan reaksi fotosensitivitas kutaneus, vesicular,


akut. Kedua formulasi obat ini dapat menyebabkan luka terbakar matahari berat
(Satoskar dkk, 1969).
Foto Kemoterapi
Aplikasi dari reaksi fotokimial adalah pengobatan yang berguna untuk
vitiligo. Fotokemoterapi adalah terapi tradisional untuk vitiligo. Terapi ini
didasarkan pada observasi Atharva Veda kuno. Psoralen memiliki respon
fotokimia yang sangat bagus terhadap ultraviolet B juga ultraviolet A.
Dikarenakan alasan ini, pengobatan meliputi psoralen topikal/oral, diikuti dengan
paparan terhadap sinar ultraviolet atau sinar matahari. Pengobatan kombinasi ini
diketahui dengan nama terapi PUVA (Psoralen Ultraviolet A Therapy). Ini berasal
daro observasi dalam Atharva Veda lebih dari 3000 tahun lalu. Dalam pengobatan
ini, psoralen oral diikuti dengan paparan sinar UVA. Pengobatan ini disetujui FDA
untuk pengobatan vitilitgo dan psoriasis. Psoralen merupakan zat yang ditemukan
dalam banyak tanaman. Zat ini membuat kulit sensitif temporer terhadap UVA.
Untuk pengobatan oral PUVA, kapsul methoxsalen dikonsumsi 2 jam sebelum
waktu janji.
Ada eliminasi first-pass signifikan namun larut pada liver, yang dapat
menyebabkan variasi dalam kadar plasma setelah dosis standar. Methoxsalen
memiliki waktu paruh serum satu jam, namun kulit tetap fotosensitif selama 8-12
jam. Selama terapi ini, pasien harus bertahan dalam cabinet yang berisi 24 atau
lebih bola lampu fluorosensi UVA dengan panjang 6 feet. Untuk melindungi mata
dari paparan radiasi, pasien harus selalu menggunakan kacamata. PUVA

mencetuskan melanogenesis pada kulit normal. Peningkatan pigmentasi


merupakan hasil dari transfer augmentasi melanosom dari melanosit ke
keratinosit. PUVA memiliki efek samping seperti rasa terbakar, gatal, nausea,
tanning, dan eritema yang nyeri. Pada pengobatan topikal, psoralen gel atau krim
diaplikasikan lalu paparan terhadap sinar UV diberikan. Tipe kulit gelap memiliki
repigmentasi lebih baik. PUVA topikal merupakan tindakan untuk membatasi area
yang menjadi fotosensitif.
MEKANISME OBAT PSORALEN
Psoralen memiliki karakteristik fotosensitivitas yang baik. Ini digunakan
dalam banyak pengobatan seperti herbal, alternative, fotokemoterapi, topikal, dll.
Mekanisme aksi yang pasti dari psoralen (Methoxsalen) dengan melanosit
epidermal dan keratinosit untuk meningkatkan pigmentasi tubuh belum diketahui.
Salah satu reaksi biokimia Psoralen (methoxsalen) diketahui berhubungan dengan
DNA. Konjugasi methoxsalenafter membentuk ikatan kovalen terhadap DNA.
Konjugasi

mengakibatkan

pembentukkan

adducts

monofungsional

dan

bifungsional. Ini timbul akibat fotoaktivasi dari methoxsalen.


Di atas, reaksi methoxsalen berperan sebagai fotosensitizer dan
menyebabkan pigmentasi kulit. Melalui darah, methoxsalen per oral mencapai
kulit dan UVA dapat penetrasi dengan baik ke dalam kulit. Themelanosit yang ada
pada folikel rambut terstimulasi untuk menggeser folikel ke atas dan repopulasi
epidermis sehingga berguna dalam pengobatan vitiligo (Laurence dan John,
1941).
Masalah yang berhubungan dengan Pengobatan

Pengobatan di atas tersedia untuk vitiligo. Namun pengobatan ini tidak


cukup efektif. Pengobatan ini memiliki durasi kemungkinan 2 atau lebih dari 2
tahun dengan terapi berkelanjutan. Dengan alasan ini, pasien menjadi frustasi dan
tidak melanjutkan pengobatan. Penetrasi obat psoralen melalui kulit atau absorpsi
melalui per oral juga mempersedikit efektivitas terapi. Terlebih, ini juga memiliki
efek samping dan gejala tambahan. Efek samping dan gejala tambahan antara lain
iritasi lambung, reaksi fotosensitivitas kutaneus, sunburn, terbakar, gatal, nausea,
tanning, dan eritema yang nyeri. Kehidupan yang penuh stress dan faktor lain
seperti bahan baju, kebiasaan merokoko jga memiliki efek negative terhadap
pengobatan.
KEMUNGKINAN SOLUSI

Pada pengobatan oral, obat terlebih dahulu masuk dalam darah dan via
darah mencapai epidermis sehingga pengobatan topikal lebih cepat disbanding per
oral. Sekarang permeasi obat t\opikal ke kulit semakin sulit. Masalah ini dapat
diselesaikan dengan menambahkan enhancer permeasi ke dalam formulasi.
Penyampaian obat yang rapid dapat dicapai dengan mengurangi ukuran partikel
kulit. Untuk mencapai ukuran partikel kecil, penyampaian novel partikel obat
dapat dipersiapkan. Dalam penyampaian novel, vehikel fosfolipid seperti
ethosoms, transferosome, liposomes, organogel lecithin, emulsi lipid dll dapat
disiapkan. Karena penyampaian novel ini, penetrasi obat dapat ditingkatkan
melalui kulit. Untuk menangani gejala tambahan, agen tambahan dapat diberikan
dengan pengobatan dalam formulasi yang sama atau terpisah. Untuk nausea dapat
diberikan agen antiemetic, untuk iritasi lambung dapat diberikan antasi berbeda
seperi Proton pump inhibitors atau agen yang mengurangi kadar HCl lambung.
Terkadang selama pengobatan timbul inflamasi kulit karena iritasi terhadap sel
kulit. Untuk mengobati konfisi ini, agen anti-inflamasi dapat diberikan
bersaamaan dengan pengobatan. Dengan mengubah pola hidup, pasien
berdasarkan presentasi klinis individu yang menderita vitiligo, penyakit dapat
berkurang. Berpikir positif dan mengurangi stress juga dapat mengurangi lesi
karena stress berat dapat meningkatkan lesi. Untuk pasien yang memiliki lekasi
dalam distribusi seboroik, istirahat adekuat dan konsumsi antioksidan merupakan
hal yang penting. Pasien yang memiliki kebiasaan merokok harus mengurangi
merokok karena menghilangkan antioksidan dari tubuh. Sepatu atau jeans yan g

ketat dan stocking elasis harus dihindari pada penderita Vitiligo yang diakibatkan
gesekan atau trauma.
KESIMPULAN
Vitiligo merupakan penyakit kulit dimana destruksi melanosit dengan
berbagai mekanisme timbul. Pengobatan yang telah didiskusikan di atas tersedia
bagi penyakit ini. Beberapa masalah juga timbul dalam pengobatan sehingga
beberapa solusiny didiskusikan di bagian atas. Seperti yang telah didiskusikan di
atas, efek lambat dan durasi yang lebih lama dan juga beberapa gejala tambahan
mengakibatkan pasien frustasi dan tidak melanjutkan pengobatan. Ini merupakan
masalah besar dalam pengobatan. Untuk menghindari hal ini atau mengatasi
masalah ini, konseling pasien harus diberikan tentang pengobatan dan mereka
diajarkan untuk sabar selama pengobatan untuk mendapatkan hasil yang efektif.

Anda mungkin juga menyukai