Anda di halaman 1dari 3

Terdapat dua tipe mahasiswa, ia yang selalu bertemu keluarga di

rumah dan ia yang membuat lingkaran keluarganya sendiri di kampus.


Pada

tipe

jawabarat
keluarga

pertama,

merupakan

mahasiswa

khususnya

bandung.

Mereka

di

rumah

setiap

saat

yang

yang

ataupun

asli

selalu

mungkin

dari
bisa

daerah
bertemu

mahasiswa

yang

selalu menyempatkan libur akhir pekannya untuk pulang ke rumah


walau hanya sesaat.
Tipe kedua secara umum adalah para mahasiswa rantau luar jawa
barat,

atau

himpunan.

mungkin

Mereka

mereka

yang

para

terbelit

penggiat

dengan

hobi

organisasi
dan

ataupun

tanggung

jawab

mereka. Mereka yang terpisah oleh jarak dengan keluarga di rumah.


Lalu terbesit dalam pikiran saya, apasih artinya keluarga untuk
mahasiswa? Menurut Adam seorang mahasiswa FIB Unpad 2013, Keluarga
adalah segalanya dalam arti penuh. Hal tersebut pula yang menjadi
alasan

mengapa

ia

tidak

memilih

untuk

ngekost

di

jatinangor

melainkan rela untuk pulang pergi ke rumahnya di daerah Nagreg. Ia


rela untuk pergi selepas sholat subuh ketika ia harus kuliah pagi
hari. Hal itu semata-mata karena keluarga. Ia mengatakan lebih
mending bulak balik gini, bisa ketemu keluarga tiap hari, gak
ngebebanin orangtua juga untuk ngeluarin uang lebih untuk sewa
kost. Toh rumah masih bisa dijangkau juga jaraknya, dan ada temen
juga kan kalo mau istirahat sebentar di sela kuliah gitu.
Lalu, bagaimana untuk para mahasiswa tipe dua? Dwika mahasiswa
Pertanian 2014 merupakan penggiat acara kampus ini berasal dari
subang.

Walau

terhitung

dekat,

namun

ia

memilih

untuk

jarang

pulang kerumah di akhir pekan atau libur libur tertentu. Walaupun


ia menganggap keluarga memang adalah segalanya namun intensitas
pertemuan
sih.

bukan

Begitu

hampir

satu

menjadi

perhitungan.

katanya.

Walaupun

semester

dan

ia

pernah

Yang

pernah
pula

penting
tidak

lebaran

ngasih

pulang
di

kabar

kerumah

jatinangor,

keluarga pun tidak pernah mepermasalahkan itu. Nyokap gue santai


sih

orangnya,

yang

penting

gue

kasih

alasan

yang

jelas

dan

berkabar aja. Lagian kalau untuk balik tiap bulan males juga,
soalnya jauh dan belom lagi duit bensin hehe. Begitu penjelasan
dari dwika kepada saya.
Bukan hanya karena dwika jarang pulang berarti ia kehilangan sosok

keluarga, namun ternyata dwika membuat lingkarannya keluarganya


sendiri. Temen temen kampus gue ya keluarga gue. Soalnya ya mereka
sejenis semua sama gue yang jarang pulang hehe jelas dwika. Dwika
memang aktif dalam organisasi kampus dan beberapa kepanitian yang
berlangsung di kampus.
Layaknya

dwika,

dimas

galuh

yang

merupakan

mahasiswa

pertanian

angkatan 2013 asal jakarta yang jarang pulang mengatakan ya jujur


aja,

banyaknya

dilakukan

kegiatan

menjadi

beban

yang

sedang

tanggung

dilakukan

jawab

sendiri

ataupun
buat

akan

gue.

Dan

terkadang gabisa gue tinggalin begitu aja, karena kalau gue pulang
ke jakarta, pasti beban tersebut gakan gue bawa. Ya, memang tidak
dipungkiri tujuan kita pulang ialah untuk beristirahat atau simple
nya untuk senang-senang, jd pasti hampir seluruh mahasiswa yang
memilih

jarang

pulang

setuju

dengan

pernyataan

dimas.

Memang

tanggung jawab akan sebuah kegiatan dan hal kampus lah yg menahan
para mahasiswa untuk pulang kerumah.
Lalu adakah peran keluarga yang dapat digantikan oleh teman teman
mereka

di

kampus?

Selain

membiayai

hidup,

menurut

dwika,

ada

beberapa peran teman teman yang menggantikan peran keluarga yaitu


sebagai pendengar dan penasihat ketika ia sedang memiliki masalah.
Namun itupun tidak semua masalah. Ya kalau masalah yang dalem dan
berat gue tetep balik ke orangtua lagi sih imbuhnya.
Sedikit berbeda dari pernyataan dwika, dimas lebih memiliki makna
yang dalam terhadap keluarga. Menurut ia tetap tidak ada yang
menggantikan peran kelurga untuk hidup dia, atau setidaknya ia
belum
selalu

menemukan
ia

nya.

perjuangkan

Menurutnya

keluarga

dan

tersebut

orang

adalah
pun

seorang

begitu

yang

kepadanya

tanpa pamrih, dan ia belum menemukannya sampai saat ini. Menurut


nya pun, ikatan teman masihlah sebatas membutuhkan dan dibutuhkan,
lain dengan keluarga apalagi orangtua yang ikhlas dalam segala hal
untuk kebaikan kita.
Banyak

berbagai

macam

pandangan

bila

kita

berbicara

mengenai

keluarga, lebih dari mereka yang berpendapat dalam tulisan ini.


Terakhir saya ingin sedikit menyimpulkan, bahwa keluarga memang
segalanya. Namun, kita harus menyadari pula bahwa hidup kita bukan
hanya

karena

satu

faktor,

faktot

keluarga,

saja,

melainkan

tanggung jawab akan diri sendiri lah yang lebih penting dalam
kehidupan diri kita sendiri. Karena sejujurnya, hidup kita adalah
bagaimana keputusan yang kita ambil.

Anda mungkin juga menyukai