Kelompok 8
Sakti Pamungkas
150510130105
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Agroekosistem padi sawah irigasi sampai saat ini merupakan kontributor
terbesar bagi produksi padi di Indonesia. Selama kurun waktu lima dasawarsa, antara
tahun 1950 2000 luas irigasi Indonesia hanya meningkat 5 persen dari 3,5 juta ha
pada tahun 1950 menjadi 5,2 juta ha pada tahun 2000, sedangkan pada kurun waktu
yang sama irigasi di dunia meningkat lebih dari tiga kali lipat yaitu dari 80 juta ha
pada tahun 1950 menjadi 270 juta ha pada tahun 2000. Rendahnya perluasan sawah
irigasi di Indonesia antara lain disebabkan oleh derasnya konversi lahan sawah
beririgasi sejak lebih dari dua dasawarsa terakhir, khususnya di pulau Jawa antara
tahun 1978 1998 misalnya konversi lahan sawah irigasi adalah sebesar satu juta ha
(Irawan, 2004).
Padahal kenyataannya sawah irigasi masih tetap merupakan sumber daya lahan
yang terpenting dalam mendukung produksi padi. Pangsa areal panen sawah masih
memberikan kontribusi sebesar sekitar 90 persen, sedangkan pangsa produksi
berkisar 95 persen. Bila terjadi penurunan luas sawah irigasi yang tidak terkendali
maka akan mengakibatkan turunnya kapasitas lahan sawah untuk produksi padi.
Lebih dari itu jika proses degradasi kualitas jaringan irigasi terus berlanjut maka
eksistensi lahan tersebut sebagai sawah sulit dipertahankan.
Data empiris menunjukkan bahwa untuk mencapai pertumbuhan produksi padi
sawah 4,78 persen (Tahun 2003 2007), dibutuhkan pertumbuhan luas lahan sawah
sebesar 2,47 persen. Hal ini menunjukkan penambahan luas lahan sawah masih
sangat dibutuhkan dalam peningkatan produksi padi (Munif, A 2009)
Rehabilitasi irigasi dianggap yang paling berhasil menunjang peningkatan
produksi tanaman pangan khususnya padi walaupun ada kecendrungan terjadinya
diperoleh
hasil
pertanian
yang
memadai
dan
secara
ekonomi
menguntungkan.
Pertanian Berkelanjutan adalah keberhasilan dalam mengelola sumberdaya
untuk kepentingan pertanian dalam memenuhi kebutuhan manusia, sekaligus
mempertahankan dan meningkatkan kualitas lingkungan serta konservasi sumberdaya
alam. Pertanian berwawasan lingkungan selalu memperhatikan nasabah tanah, air,
manusia, hewan/ternak, makanan, pendapatan dan kesehatan.
penggabungan
dalam
sistim
pertanian
terpadu
dengan
tingkat
Konsep sistem pertanian berkelanjutan merupakan salah satu konsep yang dapat
dilakukan dalam menghadapi perubahan globalisasi. Adanya sistem pertanian
berkelanjutan ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas pertanaman
sehingga akan mampu meningkatkan pendapatan para petani.
Untuk memahami konsep sistem pertanian berkelanjutan maka dapat
dilakukan
analisis
terhadap
suatu
daerah
dengan
memperhatikan
kondisi
agroekosistem yang ada. Sebagai contoh yaitu Desa Cilayung, Kecamatan Jatinangor
Kabupaten Sumedang. Hasil analisis dapat kita olah untuk pengembangan suatu
rancangan sistem pertanian terpadu. Dengan adanya suatu rancangan sistem pertanian
terpadu yang sesuai dengan kondisi suatu daerah maka diharapkan akan mampu
meningkatkan pendapatan para petani.
DAFTAR PUSTAKA
Irawan, B. 2004a. Konversi lahan sawah di Jawa dan dampaknya terhadap
produksi padi. Dalam F. Kasryno, E. Pasandaran, dan A.M. Fagi (Ed.).
Ekonomi Padi dan Beras. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian,
Jakarta.
Munif, Abdul. 2009. Strategi dan Pencapaian Swasembada Pangan
Indonesia. Dipresentasi pada acara Seminar on Agricultural Sciences
(SAS) 2009 di Tokyo University of Agriculture (Setayaga Campus), tanggal
22 Februari 2009