Hubungan Gigi Berjejal Anterior RA RB DGN Gingivitis
Hubungan Gigi Berjejal Anterior RA RB DGN Gingivitis
PENDAHULUAN
umur. Gingivitis adalah peradangan pada gingiva anak yang dihubungkan dengan
adanya penumpukan bakteri plak. Plak gigi adalah massa yang melekat, yang berisi
bakteri beserta produk-produknya yang terbentuk pada setiap permukaan gigi dan
restorasi, dimana hampir tiga perempat bagian dari plak terdiri dari bakteri. Plak yang
tidak dibersihkan akan mengalami demineralisasi menjadi suatu deposit yang keras
dan melekat pada permukaan gigi, yang kemudian menyebabkan iritasi mekanis dan
inflamasi pada gingiva.
Gigi berjejal merupakan keadaan dimana letak gigi berdesak-desakan dalam
rongga mulut karna rahang yang kecil sehingga tidak cukup menampung gigi, atau
sebaliknya ukuran gigi yang terlalu besar sehingga posisi gigi menjadi berdesakan
atau berjejal. Kondisi dimana gigi berdesakan merupakan salah satu faktor pemicu
terjadinya gingivitis pada anak-anak. Sisa makanan yang tersangkut pada gigi yang
berjejal mengakibatkan sulitnya saliva membersihkan sisa makan tersebut. Apabila
penyikatan gigi tidak dilakukan dengan baik dan benar maka sisa makanan tersebut
mengakibatkan terjadinya penmpikan plak yang berlebihan yang bila dibiarkan terlalu
lama akan menyebabkan terjadinya gingivitis.
Gigi berjejal anterior rahang atas dan rahang bawah merupakan salah satu
faktor resiko terjadinya gingivitis. Hal ini dapatv disebabkan oleh karena pada saat
pembersihan gigi atau menyikat gigi, sikaty gigi sulit mejangkau sisa makanan yang
menempel pada daerah interdental gigi yang berjejal hal ini mengakibatkan sisa
makanan tersebut tidak keluar dan masuk ke dalam gingiva sehingga menyebabkan
gingivitis.
Untuk menghindari resiko terjadinya gingivitis, maka dapat dilakukan
beberapa cara seperti menyikat gigi secara baik dan teratur, melakukan skeling untuk
menghilangkan kalkulus, dan dapat juga dilakukan perawatan ortodontik dengan
menggunakan alat cekat ataupun lepasan.
Untuk
usia sekolah
Tujuan Khusus
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan gigi berjejal ?
2. Mengetahui apa penyebab terjadinya gigi berjejal anterior rahang atas dan
rahang bawah ?
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan gingivitis ?
4. Mengetahui apakah ada hubungan antara gigi berjejal dengan gingivitis ?
5. Mengetahui bagaimana pencegahan terjadinya gingivitis akibat gigi berjejal ?
I.4. Hipotesa
Ada hubungan antara gigi berjejal anterior rahang atas dan rahang bawah
terhadap derajat gingivitis pada anak SMP 12 MAKASSAR.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Oklusi dikatakan normal jika susunan gigi dalam lengkung gigi teratur baik
serta terdapat hubungan yang harmonis antara gigi atas dan gigi bawah, hubungan
seimbang antara gigi, tulang rahang terhadap tulang tenkorak dan otot sekitarnya
yang dapat memberikan keseimbangan fungsional sehingga memberikan estetika
yang baik. Cirri-ciri maloklusi adalah : gigi berjejal (crowded), gingsul (caninus
ektopik), gigi tonggos (distooklusi), gigi cakil (mesio oklusi), gigitan menyilang
(crossbite), gigi jarang (diastema).4
Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan oklusi gigi-geligi adalah
hubungan antara ukuran gigi gigi-geligi dengan ukuran rahang tempat terletaknya
gigi-gigi tersebut. Foster dkk (1969) menemukan bahwa ukuran rata-rata dari gigigeligi susu adalah sedikit lebih kecil dari pada ukuran rata-rata lengkung gigi, pada
populasi anak-anak berusia 21/2 tahun di inggris. Sedangkan foster dan Hamilton
(1969) menemukan hanya 1% gigi-geligi susu yang tidak mempuyai celah pada
7
lengkung gigi di populasi yang sama. Ada berbagai macam teori mengenai etiologi
berjejalnya lengkung gigi. Juga sudah disebutkan bahwa ada kecenderungan evolusi
ke arah mengecilnya ukuran rahang tanpa disertai dengan mengecilnya dimensi gigi.5
Teori lain menyebutkan bahwa populasi modern sekarang ini merupakan
gabungan orang-orang dari berbagai latar belakang etnis, dan pencampuran dari
orang-orang yang memiliki karakteristik fisik yang berbeda akan menyebabkan
terjadinya ketidak harmonisan skeletal dan dental. Disproporsi ukuran antara rahang
dan gigi-geligi merupakan ciri dari beberapa susunan gigi-geligi, namun masalah
utama yang mengenai perkembangan oklusak ini akan muncul bila gigi-geligi terlalu
besar untuk ukuran rahangnya, gigi-geligi yang terlalu kecil untuk rahang jarang
menimbulkan masalah ortodonsi.5
Efek gigi-geligi yang berlebihan
1. Penumpukan dan pergeseran dari gigi-geligi
2. Impaksi gigi
3. Penutupan ruang sesudah pencabutan
II.1.2. Penyebab Gigi Berjejal (Crowding)
Keberjejalan merupakan sebuah ketidaksesuaian kuantitas antara panjang klinis
dari lengkung gigi dan jumlah lebar mesiodistal dari gigi geligi. Gigi berjejal terjadi
ketika ada ketidakharmonisan hubungan gigi dengan ukuran rahang atau ketika gigi
lebih besar daripada ruang yang tersedia. Crowding dapat disebabkan oleh kesalahan
erupsi gigi dan terlalu cepat atau lambatnya kehilangan gigi primari. Gigi berjejal
sebaiknya di koreksi, karena dapat : 6
1. Mencegah pembersihan yang tepat pada permukaan gigi
2. Menyebabkan kerusakan gigi
3. Memberi kesempatan terjadinya penyakit gusi yang dapat mencegah gigi
berfungsi secara tepat
4. Mencegah gigi berfungsi dengan baik
5. Membuat senyum kurang atraktif dan menarik
Gigi berjejal merupakan masalah umum dalam ortodonsi. Hal ini pada
dasarnya terdengar seperti, gigi terlalu ramai bersama-sama dan menjadi berliku-liku.
Peck dan Peck melaporkan sebuah hubungan yang jelas antara bentuk gigi insisivus
rahang bawah dan ketidakteraturannya, Smith menemukan sedikit korelasi antara
bentuk gigi insisivus rahang bawah dan derajat gigi. Ada beberapa perbedaan
mengkonsumsi
obat-obatan
pada
saat
hamil,
menderita
trauma/penyakit tertentu dan kurang gizi. Faktor kongenital ini harus menjadi
perhatian bagi para calon orang tua.
3. Gangguan keseimbangan kelenjar endokrin
10
4. Penyakit
Misalnya penyakit thalasemia.anak talasemia mengalami hambatan tumbuh
kembang fisik (berat dan tinggi badan kurang) serta hambatan pertumbuhan
tulang penyangga gigi. Rahang bawah pendek sehingga muka bagian atas
tampak maju. Pertumbuhan vertikal juga terganggu sehingga tampak
divergen, muka lebih cembung. Wajah tidak proporsional, pipi lebih tinggi,
jarak kedua mata lebih lebar.
B. Penyebab langsung
1. Gigi susu yang tanggal sebelum waktunya
Pergeseran gigi di sebelahnya menyebabkan penyempitan ruang pada
lengkung gigi. Akibatnya, gigi permanen tidak memperoleh ruang cukup dan
akan tumbuh dengan susunan gigi berjejal.
11
12
yang
berjejal
selain
mengganggu
fungsi
13
Akibat tanggalnya gigi sulung yang terlalu cepat yang dapat berakibat
crowded. Hal tersebut dapat berakibat sebagai berikut:
a. Efek terhadap fungsi dan kesehatan rongga mulut
Tanggalnya gigi-gigi sulung yang terlampau cepat bisa mempengaruhi
fungsi mastikasi, karena dengan hilangnya gigi geligi lengkung rahang maka
tekanan kunyah akan berkurang. Tanggalnya gigi anterior pada gigi sulung yang
terlalu cepat juga bias mempengaruhi fungsi bicara yaitu penyebutan huruf-huruf
tertentu menjadi terganggu, tanggalnya gigi anterior juga mempengaruhi fungsi
estetik karena akan mempengaruhi penampilan anak. Pengaruh tanggalnya gigi
sulung terhadap kesehatan rongga mulut yaitu, menghilangkan daerah
14
penimbunan makanan dan sepsis oral, selain itu tanggalnya gigi sulung terutama
gigi molar bisa mempengaruhi insiden karies bagi gigi-gigi yang tersisa.9
b. Efek psikologis terhadapanak dan orangtua
Tanggalnya gigi sulung terutama gigi anterior akan mengubah
penampilan anak, sehingga akan menimbulkan efek psikologis yang tidak
diinginkan yaitu anak-anak menjadi kurang percaya diri dan merasamalu karena
giginya ompong. Tanggalnya gigi sulung yang terlampau cepat dianggap oleh
orang tua sebagai kegagalan, terutama bila sudah dilakukan upaya untuk
mempertahankan gigi geligi tersebut.9
15
di luar mulut (peralatan orthodonti ekstra oral). Kasus semacam ini termasuk sulit
oleh karenanya hanya dilakukan oleh seorang dokter gigi spesialis orthodonti. Dan
perawatan ini hanya dilakukan pada waktu tertentu saja yakni saat terjadi
pertumbuhan cepat. Pertumbuhan cepat pada anak terjadi pada usia anak kurang lebih
8 tahun. Bila usia pertumbuhan cepat telah terlewati, maka perbaikan rahang tidak
dapat lagi dilakukan, kecuali dengan pembedahan rahang saat dewasa, atau dengan
perbaikan gigi-giginya saja.10
Penanganan gigi untuk kasus dental adalah dengan alat orthodonti (alat untuk
meratakan gigi). Alat orthodonti ada dua macam, yakni alat orthodonti lepasan dan
alat orthodonti cekat. Alat lepasan dipakai terbatas untuk kasus yang mudah
sedangkan alat orthodonti cekat dapat dipakai untuk kasus mudah dan sulit. Dokter
gigi bukan spesialis, dapat mengerjakan perawatan dengan alat orthodonti lepasan.10
Pemakaian alat orthodonti umumnya dipakai pada saat gigi tetap sudah
tumbuh semua (sekitar usia 15 tahun) dan batas maksimal usia tidak terbatas selama
keadaan gigi serta tulang penyangganya dalam keadaan sehat.10
Lamanya perawatan gigi berjejal tergantung dari beratnya kasus. Untuk kasus
yang sedang umumnya berkisar antara 1-2 tahun, dengan kontrol rutin ke dokter gigi
setidaknya sebulan sekali untuk mengencangkan kawat.10
16
II.2. Gingiva
II.2.1. Antomi Gingiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi processus
alveolar dan mengelilingi leher gigi. Gingival meluas mulai dari daerah batas
servikal gigi, sampai ke daerah batas mucobuccal fold. Gingival merupakan
bagian dari apparatus pendukung gigi dan jaringan periodonsium, yang berfungsi
melindungi jaringan dibawahnya terhadap pengaruh lingkungan rongga mulut. 11
Adapun fungsi dari gingiva yakni untuk kepentingan estetik juga
mempertaliankan gigi pada soketnya serta berfungsi sebagai pertahanan pertama
terhadap bakteri yang menyerang jaringan periodontal, Penilaian jaringan lunak
pada pasien gigi dewasa meliputi penilaian berdasarkan pengetahuan mengenai
ukuran normal, bentuk. warna, dan permukaan dari struktur jaringan lunak rongga
mulut. Standarnisasi pemeriksaan dan penilaian jaringan lunak rongga mulut
umumnya diawali dengan pemeriksaan jaringan keras gigi dan oklusi harus
disimpan dengan cermat dalam rekam medik. 12
Gingiva memiliki tekstur permukaan seperti kulit jeruk yang lembut dan
tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling adalah gambaran gingiva
sehat, dimana berkurang atau menghilangnya stippling umumnya dihubungkan
dengan adanya penyakit gingiva. 12
17
18
12,13
3. Gingiva Attached
Attached gingiva merupakan suatu lanjutan dari marginal gingiva.
Attached gingiva berbatas tegas, elastis dan merekat erat pada periosteum
dari tulang alveolar. Aspek facial dari attached gingiva meluas ke mukosa
alveolar dibatasi oleh mucogingival junction. 12,13
Karena mucogingival junction tetap tidak bergerak hingga dewasa,
perubahan lebar attached gingiva disebabkan oleh perubahan posisi dari
coronal end. Lebar dari attached gingiva meningkat sesuai umur dan pada
gigi yang supraerupsi. Dari aspek lingual mandibula, akhir dari attached
gingiva dihubungkan oleh mukosa lingual alveolar diteruskan hingga
mukosa membrane mulut. 12
4. Interdental Gingiva
Interdental gingiva menempati embrasure gingival yang berupa
ruang kosong di bawah daerah kontak gigi. lnterdental gingiva meluas
dalam arah fasiolingual dan cenderung menyempit kearah mesiodistal,
yang bentuknya menyesuaikan terhadap kontur proksimal gigi. Interdental
19
gingiva terdiri atas papilla facialis dan papilla lingualis. Permukaan fasial
dan lingual berbentuk tapered menuju daerah kontak interproksimal,
sedangkan permukaan mesial dan distal berbentuk konkaf dan mengkilap. 9
http://www.googleimage.dentistry.org)
21
marginal gingiva lebih tebal dan memiliki protuberantia atau tonjolan. Bentuk
interdental gingiva ditentukan oleh kontur permukaan proksimal gigi, lokasi, bentuk
daerah kontak, dan luas embrasure gingiva. Pada gigi yang versi lingual, gingiva
horizontal dan lebih tipis. 12
3. Konsistensi
Konsistensi gingiva padat, keras, kenyal dan melekat erat pada tulang
alveolar. Kepadatan attached gingiva didukung oleh susunan lamina propria secara
alami dan hubungannya dengan mucoperiosteum tulang alveolar, sedangkan
kepadatan marginal gingiva di dukung oleh serat-serat gingiva.12
4. Tekstur Permukaan
Gingiva memiliki tekstur permukaan seperti kulit jeruk yang lembut dan
tampak tidak beraturan, yang disebut stippling. Stippling adalah gambaran gingiva
sehat, dimana berkurang atau menghilangnya stippling umumnya dihubungkan
dengan adanya penyakit gingiva. Stippling tampak terlihat pada anak usia 3 dan
10 tahun, sedangkan gambaran ini tidak terlihat pada bayi. Pada awal masa erupsi
gigi permanen, stippling menunjukkan gambaran yang bergerombol dan lebih
lebar 1/8 inci, meluas dari daerah marginal gingiva sampai ke daerah attached
gingival. 12
5. Keratinisasi
22
23
II.3. Gingivitis
Derajat kebersihan gigi dan kondisi jaringan gingiva pada anak-anak sangat
berhubungan. Horowiotz dkk menemukan peningkatan yang signifikan terhadap
terjadinya gingivitis pada anak sekolah setelah dilakukan program inisiasi plak
harian. Kebersihan mulut dan gigi yang adekuat dihubungkan dengan frekuensi
menyikat gigi dengan plak bakteri yang terlepas dari gigi pada saat menyikat gigi.14
Penyakit priodontal merupakan penyakit yang sering dijumpai di dalam mulut
selain karies. Di Amerika Serikat, 60%-70% gigi yang hilang sesudah usia 40 tahun
disebabkan oleh penyakit periodontal. Di Kanada, 45% penduduk yang berusia 35-44
tahun mengalami kehilangan gigi karena penyakit periodontal. Sedangkan di
Indonesia berdasarkan laporan departemen kesehatan, disebutkan bahwa prevalensi
karies dan penyakit periodontal masih tinggi yaitu 74,41%.15
24
25
keadaan berlanjut, makrofag dan sel-sel limfoid juga terinfiltrasi dalam beberapa
hari.16
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah lagi.
Perubahan mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasa terlihat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada tahap
ini sel mast juga ditemukan. Imunoglobulin, terutama IgG ditemukan di daerah
epithelium dan jaringan Ikat. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah
berdarah. Dengan bertambah parahnya kerusakan kolagen dan pembengkakan
inflmasi, tepi gingiva dapat dengan mudah dilepas dari permukaan gigi, memperbesar
kemungkinan ternetuknya poket gingiva atau poket Palsu ('false pocket'). Bila oedem
inflamasi dan pembengkakan gingiva cukup besar, maka poket gingiva biasanya juga
cukup dalam. Pada tahap ini sudah terjadi degenerasi sel-sel epitelium jungtion dan
beberapa berproliferasi dari lapisan basal ke jaringan ikat di bawahnya, namun pada
tahapan ini belum terlihat adanya mugrasi sel-sel epithelial dalam jumlah besar ke
permukaan akar.13
Bila inflamasi sudah menyebar disepanjang serabut transeptal, maka akan
terlihat adanya resorbsi puncak tulang alveolar. Resorbsi ini bersifat reversibel
terutama dalam hubungannya dengan pemulihan inflamasi. Salah satu tanda penting
dri penyakit ini adalah tidak ditemukannya bakteri pada epithelium maupun pada
jaringan ikat. Karena jaringan fibrosa rusak pada adrah inflamsi aktif, pada beberapa
daerah agak jauh terlihat adanya proliferasi jaringan fibrosa dan pembentukan
26
II.4. Hubungan antara Gigi Berjejal Anterior Rahang Atas dan Rahang Bawah
terhadap terjadinya Gingivitis.
Maloklusi dapat mengakibatkan beberapa gangguan atau hambatan dalam diri
penderitanya. Dilihat dari segi fungsi, gigi crowded amat sulit dibersikan dengan
menyikat gigi, kondisi ini dapat menyebabkan gigi berlubang (caries) dan penyakit
gusi (gingivitis) bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi (periodontitis) sehingga
gigi menjadi goyang dan terpaksa harus dicabut. Dari segi rasa sakit fisik, maloklusi
yang para pada tulang penunjang dan jaringan gusi, menimbulkan kesulitan dalam
menggerakkan
rahang
(gangguan
otot
dan
nyeri),
gangguan
sendi
27
temporomandibular, dan dapa menimbulkan sakit kepala kronis atau sakit pada wajah
dan leher.4
Gingivitis merupakan suatu kondisi inflamasi yang melibatkan gingiva. Adapun
karateristik klinis dari gingivitis dapat dilihat dari :11
1. Warna gingiva, terjadi perubahan dari warna pink (merah muda) ke warna
merah, merah tua, merah kebiruan pada gingval tepit an meluas sampai
gingival cekat.
2. Kontur gingiva, terjadi perubahan bentuk gingiva dari bentuk normal seperti
kerah baju (lancip) menjadi membulat dan datar.
3. Tekstur gingiva, terjadi pengurangan stippling (gambaran seperti kulit jeruk).
4. Konsistensi, terjadi perubahan kekenyalan gingiva dari kenyal, lunak
(odematus) menjadi fibrotik.
5. Ukuran gingiva, dari yang normal sampai membesar dan menyebabkan
terjadinya proliferasi jaringan (didukung dengan hasil radiograf).
6. Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka terdapat
proses inflamasi.
7. Rasa sakit, terjadi bila ada pembengkakan.
28
29
BAB III
METODE PENELITIAN
30
31
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Kaca mulut
Sonde
Probe periodontal
Gelas plastic
Eskavator
Alat tulis menulis
Bahan yang digunakan yaitu:
a. Alcohol
b. Tissue
c. Lembaran status gigi anak
III. 9. Data
Jenis data
: Data Primer
Penyajian Data
Pengolahaan Data
32
3. Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang menutupi processus alveolar
dan mengelilingi leher gigi.
4. Gingivitis merupakan peradangan pada mukosa atau jaringan gingiva yang di
tandai dengan berubahnya warna gingiva menjadi merah terang, mengalami
pembengkakan dan pada kasus yang tertentu dapat berakibat perdarahan pada
jaringan gingiva.
III. 11. Jalannya Penelitian
Sosialisasi kepada pihak sekolah yang bersangkutan yaitu kepala sekolah dan
guru-guru tentang maksud dan tuuan mengadakan penelitian disekolah
tersebut.
Mengambil nama-nama seluruh murid-murid kelas 1 dan 2 pada SMP 21
Makassar.
Memanggil satu persatu murid, kemudian mencatat nama lengkap, umur,
jenis kelamin, peerjaan orang tua, dan mengisi tabel yang berisi status gigi
anak dengan melakukan pemeriksaan gigi yang mengalami gigi berjejal dan
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN
42
70,0
34
14 - 16
18
30,0
Laki-Laki
24
40,0
Perempuan
36
60,0
Tidak Bekerja
8,3
PNS
41
68,3
Swasta
3,3
Wiraswasta
12
20,0
Jenis kelamin
Pekerjaan
umumnya
wiraswasta 12 orang (20,0%), tidak bekerja 5 orang (8,3%) dan paling sedikit
bekerja dibidang swasta 2 orang (3,3%).
Tabel 2. Distribusi Variabel Penelitian
Variabel Penelitian
Ya
30
50,0
Tidak
30
50,0
Crowded
35
15
25,0
Inflamasi ringan
19
31,7
Inflamasi sedang
11
18,3
Inflamasi parah
15
25,0
Inflamasi ringan
24
40,0
Inflamasi sedang
22
36,7
Inflamasi parah
14
23,3
Ringan
12
20,0
Sedang
14
23,3
Berat
34
56,7
Gingivitis RA dan RB
36
Ringan
Sedang
Jumlah
Berat
11 - 13
10
16,7
13,3
24
40,0
42
70,0
14 - 16
3,3
10,0
10
16,7
18
30,0
Total
12
20,0
1
4
23,3
34
56,7
60
100,0
0,346
37
p=0,346 (p.0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara
umur dengan status gingivitis.
2. Hubungan jenis kelamin dengan gingivitis
Tabel 4. Hubungan Jenis Kelamin dengan Gingivitis
Status Gingivitis
Jenis
kelamin
Ringan
Sedang
Jumlah
Berat
Laki-Laki
8,3
8,3
14
23,3
24
40,0
Perempua
n
11,7
15,0
20
33,3
36
60,0
Total
12
20,0
1
4
23,3
34
56,7
60
100,0
0,932
Tabel 4 menunjukkan
umumnya
sebanyak 14 orang (23,3%) sedangkan yang ringan maupun sedang masingmasing 5 orang (8,5%). Sedangkan pasien perempuan lebih banyak yang
memiliki gingivitis berat sebanyak 20 orang (33,3%), sedang sebanyak 9
orang (15,0%) dan gingivitis ringan sebanyak 7 orang (11,7%). Dari hasil
analisis data dengan uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,932 (p>0,05) yang
berarti bahwa tidak ada hubungan bermakna antara jenis kelamin dengan
gingivitis.
38
Jumlah
Ringan
Sedang
Tidak Bekerja
0,0
0,0
8,3
8,3
PNS
13,3
15,0
24
40,0
41
68,3
Swasta
0,0
1,7
1,7
3,3
Wiraswasta
6,7
6,7
6,7
12
20,0
12 20,0 14 23,3
34
56,7
60
100,0
Total
Berat
0,265
gingivitis. Tampak bahwa pasien yang memiliki orang tua tidak bekerja
semuanya mempunyai gingivitis berat 5 orang (8,3%). Pasien yang
mempunyai orang tua PNS umumnya mempunyai gingivitis berat 24 orang
(40,0%), dan gingivitis ringan 8 orang (13,3%). Pasien dengan orang tua
bekerja sebagai wiraswasta mempunyai gingivitis ringan, sedang dan berat
yang sama masing-masing 4 orang (6,7%). Hasil analisis data dengan uji Chisquare diperoleh nilai p = 0,265 (p>0,05) yang berarti tidak ada hubungan
bermakna antara pekerjaan orang tua dengan status gingivitis.
4. Hubungan crowded dengan gingivitis
Tabel 6. Hubungan Crowed dengan Gingivitis
39
Status Gingivitis
Crowded
Ringan
Sedang
Jumlah
Berat
Tidak
11
18,3
13,3
11
18,3
30
50,0
Ya
1,7
10,0
23
38,3
30
50,0
Total
12
20,0
1
4
23,3
34
56,7
60
100,0
0,002
dengan uji Chi-square diperoleh nilai p = 0,002 (p<0,05) yang berarti ada
hubungan bermakna antara crowded dengan gingivitis.
BAB V
PEMBAHASAN
Gigi berjejal dapat diakibatkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor langsung
dan tidak langsung. Prolong retensi, premature loss, ukuran gigi yang besar
40
sedangkan rahang kecil, dan supernumerary teeth (jumlah gigi berlebihan) dapat
menjadi faktor penyebab terjadinya keberjejalan gigi atau biasa disebut crowding
teeth.18
Beberapa studi telah menunjukkan bahwa kelainan oklusi, gigi berjejal
menjawab banyak masalah penyakit periodontal, dan gigi berjejal menjadi masalah
utama dalam pencegahan penyakit periodontal. Beberapa penelitian yang objeknya
adalah study maloklusi dan hubungan dengan penyakit periodontal lebih dipengaruhi
oleh status kebersihan mulut individu.19
Kesulitan dalam pemeliharaan kesehatan mulut dapat mengakibatkan
akumulasi dari plak gigi, yang mana menjadi
anjuran orang tua untuk menjaga kebersihan gigi. Responden umumnya perempuan
sebanyak 36 orang (60,0%). Perhatian terhadap kesehatan gigi biasanya lebih besar
pada anak perempuan dibandingkan laki-laki.
Sebagian besar orang tua responden bekerja sebagai PNS yaitu 41 orang
(68,3%). Hal ini menunjukkan bahwa umumnya keluarga responden mampu untuk
menyediakan alat dan bahan untuk
mulut
42
responden, dimana nilai p = 0,265 (p>0,05). Dalam penelitian ini pekerjaan orang tua
sedikit berpengaruh dalam hal edukasi kesehatan mulut untuk anak, dan kemampuan
untuk menyediakan alat dan bahan dalam proses kebersihan gigi dan mulut anak.
V.5. Hubungan antara Crowded dengan Gingivitis
Pada tabel 6 menunjukkan hasil uji chi-square ada hubungan yang bermakna
antara crowded (gigi berjejal) dengan status gingivitis (p<0,05). Hal ini disebabkan
karena adanya gigi berjejal (crowded) menyebabkan upaya menjaga kebersihan gigi
dan mulut lebih sulit, karena dalam proses menyikat gigi kemungkinan celah antara
gigi tidak dapat dibersihkan dengan baik yang pada akhirnya menyebabkan retensi
sisi makanan, dan plak yang jika tidak dibersihkan dengan baik akan menyebabkan
peradangan pada gingiva, atau biasa disebut gingivitis.
BAB VI
PENUTUP
VI.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di atas, maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa:
43
gingivitis. Laki-laki
maupun
rahang atas dan rahang bawah ini masih membutuhkan penelitian yang lebih lanjut
dengan jumlah sampel yang lebih banyak agar hasilnya dapat tergeneralisasikan
dengan baik.
Dalam menentukan faktor-faktor predisposisi terjadinya gingivitis perlu juga
dihubungkan dengan status kebersihan mulut seseorang yang dapat diukur dengn oral
hygiene indeks, tidak hanya umur, pekerjaan orang tua, dan jenis kelamin. Hal ini
untuk mendapatkan hasil analisis yang lebih akurat.
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Available
from:
http://rumahkusorgaku.wordpress.com/2008/0414/mengapa-gigi-tidakteratur/.
Available
from:
http://www.us.elsevierhealth.com/media/us/samplechapters/9780443102110/9
780443102110.pdf
46
12. Newman MG, Takei RI. Caranzas clinical periodontology. 9 th ed. W.B.
Saunders Company : USA ; 2002. p. 16-9, 22-30, 269-81, 303-10.
13. Cilmiaty Risya. Kelainan jaringan penyangga gigi. . [internet]. [2011 March
13]. Available from : URL : http://cilmiaty.blogspot.com/2009/04/kelainanjaringan-penyangga-gigi-by.html.
14. McDonald. Dentistry for the child and adolescent. 8th edition. Mosby.
15. Machmud Edy. Desain preparasi gigitiruan cekat mempengaruhi kesehatan
jaringan periodontal. Jurnal Dentofasial ; April 2008. Volume 07 No.01. p. 13.
16. Nurul Dewi. Gingiva yang mudah berdarah serta pengelolaannya. Jurnal
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia ; Maret 2003. Volume 10 No.01. p. 51.
17. Yayan A. Penyakit gigi dan mulut. FK UNRI. [internet]. [2011 Feb 26].
Available from : URL : http://yayanakhyar.wordpress.com
18. Apin. [internet]. 2008. Gigi berjejalan. Accessed on 20 Juni 2011. Available
from: http://papinbukanipin.wordpress.com/2011/0203/crowding.
19. Schroeder Souza. Evaluation of periodontal index of gingival and plaque with
dental crowding in development of gingivits in children and adolescents.
Odontology Department Campus Universitrio ; 2004. p. 20. Available
from: http://redalyc.uaemex.mx/redalyc/pdf/1530/153013561003.pdf.
20. V Chandrasekhara Reddy, BR Ashok Kumar, Anil Ankola. Relationship
Between Gingivitis and Anterior Teeth Irregularities Among 18 to 26 Years
47
48