Anda di halaman 1dari 94

PETUNJUK TEKNIS

DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN


TAHUN 2011

KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010

MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA


KEPUTUSAN
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 13A{ -DAc /r@ /L /2oal


TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG


PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2011
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang

a.

bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 12 Peraturan Menteri


Perdagangan Nomor 37|M-DAGlPERl9l2O10 tentang Pelimpahan
Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Perdagangan kepada
Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam rangka Penyelenggaraan
Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2011, sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Perdagangan Republik lndonesia Nomor
55/M-DAG/PER/1212010 tentang Perubahan atas Lampiran Peraturan
Menteri Perdagangan Nomor 37lM-DAG lPERl9l2010 tentang
Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Perdagangan
kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam rangka

Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2011, perlu


menetapkan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Bidang
Perdagangan Tahun Anggaran 2011;

Mengingat

1.

2.

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a, perlu menetapkan Keputusan Menteri Perdagangan;

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1981 tentang Metrologi Legal


(lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 11, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 3193);

Tahun 1999 tentang Perlindungan


Konsumen (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 1999 Nomor
42,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 3821);
Undang-Undang Nomor

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara


(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor a286);

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2OO4 tentang Perbendah araan


Negara (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4355);

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan


Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 44A0;

Keputusan Menteri Perdagangan R.l.


Nomor : 13/tdJAG /tt*ir*/t/zo1.r.
6.

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana


Kerja dan Anggaran Kementerian Negara/Lembaga (Lembaran Negara
Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 75, Tambahan Lembaran
Negara Republik lndonesia Nomor 4a0Q;

7.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndoensia Nomor 4437)
sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undangundang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
lndonesia Nomor 4844);

8.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan


Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 126,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor

a$4;

Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2006 tentang Sistem Resi Gudang

(lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2006 Nomor

59,

Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4630)


10

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara


(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2008 Nomor 166,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor4916);

11.

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja


Pemerintah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor
T4,Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4405);

12.

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar


Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun
2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 4503);

13

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana


Perimbangan (Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 137,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4575);

14.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan


Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor
4578):

15.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan


Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik
lndonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara
Republik lndonesia Nomor 4855);

16.

Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tatacara


Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2006 Nomor 96,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4663);

Keputusan Menteri Perdagangan R.l.


Nomor : 13A[-DAG /rg/t/2aLt
17.

Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang pembagian


Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah provinsi, dan
Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik lndonesia
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
lndonesia Nomor 4737);

18.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi


Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2007
Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor
47a1);

19.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun


2008 Nomor 20 Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia
Nomor 4816);

20.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara


Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Gubernur Sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi;

21

22.

23.
24.

Keputusan Presiden Nomor 42 Tahun 2002 tentang pedoman


Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Lembaran
Negara Republik lndonesia Tahun 2002 Nomor Tg, Tambahan
Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4212), sebagaimana
telah diubah dengan Keputusan Presiden Nomor 72 Tahun 2004
(Lembaran Negara Republik lndonesia Tahun 2004 Nomor 92,
Tambahan Lembaran Negara Republik lndonesia Nomor 4418);
Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang pembentukan
Kabinet lndonesia Bersatu ll;
Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;
Peraturan Presiden Nomor 24Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas,

dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas,


dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara;
25.

Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010 tentang Rencana Kerja


Pemerintah Tahun 2011

26.

Peraturan Presiden Nomor

27.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 134/PMK.06/2005 Tentang


Pedoman Pembayaran Dalam Pelaksanaan Anggaran pendapatan

54 Tahun 2O1O tentang pedoman


Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;
Dan Belanja Negara;

28.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 16/M-DAG/PER/3/2006


tentang Penataan dan Pembinaan Pergudangan;

30

Peraturan Menteri Keuangan

Nomor

120/PMK.0612007 tentang

Penatausahaan Barang Milik Negara;


32.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.0612007 tentang Tata

Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan


Pemindahtanganan Barang Milik Negara;
33

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07l2O0B tentang


Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

34.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor O3/M-DAG lPERtllZOlO


tentang Rencana Strategis Kementerian Perdagangan Tahun 20102014:

Keputusan Menteri Perdagangan R.l.


Nomor : $/M_DAG /rw/I/2o]-]35.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 31/M-DAGlPERlTt2OlO


tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perdagangan;

36.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 37IM-DAG lPERl9l2010


tentang Pelimpahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang
Perdagangan kepada Gubernur sebagai Wakil Pemerintah dalam
rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun Anggaran 2011
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Perdagangan
Republik lndonesia Nomor 55/M-DAG/PER/1212010 tentang
Perubahan atas Lampiran Peraturan Menteri Perdagangan Nomor
37lM-DAG/PER/9/2010 tentang Pelimpahan Sebagian Urusan
Pemerintahan di Bidang Perdagangan kepada Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah dalam rangka Penyelenggaraan Dekonsentrasi Tahun
Anggaran 2011:
MEMUTUSKAN:

Menetapkan

KEPUTUSAN MENTERI PERDAGANGAN TENTANG PETUNJUK TEKNIS


PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN
TAHUN ANGGARAN 2011.

KESATU

Memberlakukan Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Bidang


Perdagangan Tahun Anggaran 2011 yang selanjutnya disebut Petunjuk
Teknis sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari
Keputusan Menteri ini.

KEDUA

Petunjuk reknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU bertujuan

untuk mengembangkan perdagangan dalam negeri; meningkatkan

perlindungan konsumen; meningkatkan fasilitasi pasar lelang dan Sistem


Resi Gudang (SRG); mengembangkan fasilitasi perdagangan luar negeri dan
mengembangkan ekspor di daerah.
KETIGA

Petunjuk Teknis sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU menjadi


pedoman bagi Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan kegiatan yang
dibiayai melalui Dana Dekonsentrasi Bidang Perdagangan Tahun Anggaran
2011.

KEEMPAT

Kegiatan yang dibiayai melalui Dana Dekonsentrasi Bidang Perdagangan


Tahun 2011 dilaksanakan sesuai dengan Petunjuk Teknis sebagaimana
tercantum dalam Lampiran yang tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri
ini.

KELIMA

Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.


Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 5 Januari 2O7!
"eT',";;;T;:we

sft#lffi
i i } I-f
'l't'.4'i{

.,li*:il;;g54{i
"i {s iAW

q*il

NTERI PERDAGANGAN R I.,


is Jenderal,

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA


NOMOR : 134{ pAG/r{IB-/!/zoL]-

TANGGAL

5 Januari

2OLL

PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI


BIDANG PERDAGANGAN TAHUN ANGGARAN 2011

ffi,,H-T

#lffi
i"l llii$
i*$fi iI ,,/
i i

',C:,,r;;3Ytf*
t_i
E-i

""'i

I
\iirl'.i
L i ?,
\:i{"]:"=,;;fr;ffi
-t*W,:i
ti

*J i*l

NTERI PERDAGANGAN R.I.,


is Jenderal

uA'ffir%rr
ANSYAH PARMAN

KATA FTNGANTAR

Penerapan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan daerah

di

lndonesia

tercermin dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan publik yang didasarkan alas azaz
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan dekonsentrasi dibiayai

atas beban pengeluaran pembangunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara
kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Selain itu,

mekanisme penyelenggaraan kegiatan dekonsentrasi juga diatur dalam PP No. 7 tahun 2008,
sehingga pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dapat dilaksanakan secara optimal.

Pembangunan perdagangan periode 2010-2014 difokuskan untuk mencapai tiga misi


utama, yaitu: meningkatkan kinerja ekspor nonmigas secara berkualitas, menguatkan pasar

dalam negeri, dan menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi
nasional.

Oleh karena itu, langkah terencana dan berkesinambungan perlu diambil oleh Pemerintah

(dalam hal ini Kementerian Perdagangan) dengan Pemerintah Daerah. Dengan berubahnya

proses pengambilan keputusan pada manajemen nasional dari sistem sentralisasi menjadi
desentralisasi, maka pemerintah lokal mendapatkan delegasi otonom dalam melakukan
pelayanan kepada masyarakat dan bersama-sama menentukan arah pembangunan ekonomi
wilayahnya. Mengingat pentingnya peran Pemerintah Daerah, luasnya geografis serta alasan

ekonomis, maka Pemerintah Pusat membutuhkan Pemerintah Daerah sebagai perpanjangan


tangan dalam melakukan berbagai kegiatan maupun kebijakannya di daerah.

Petunjuk Teknis Penggunaan Dana Dekonsentrasi Bidang Perdagangan adalah untuk


menyamakan persepsi dan pemahaman serta memberikan pedoman yang jelas bagi pengelola
dan penanggung jawab kegiatan.

Jakarta, Januari 2011


a.n Menteri Perdagangan Rl
aris Jenderal,

i"{i

\$

ir,'iii+K
DIANSYAH PARMAN

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
I.1

Latar Belakang ............................................................................................ 1

I.2

Maksud dan Tujuan..................................................................................... 1

I.3

Ruang Lingkup ............................................................................................ 1

BAB II PROGRAM DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN............ 2


II.1

Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Daerah ............................... 2

II.1.1

Peningkatan Kualitas Logistik Daerah Dalam Mendukung Sistem


Logistik Nasional .......................................................................................................... 4

II.1.2

Harmonisasi dan Sinkronisasi Kebijakan Peningkatan Iklim Usaha


Perdagangan di Daerah .............................................................................................12

II.1.3

Pengembangan Pasar Domestik di Daerah............................................................17

II.2

Peningkatan Perlindungan Konsumen Daerah ...................................... 22

II.2.1

Peningkatan Efektifitas Pengawasan, Kemetrologian dan Pemberdayaan


Perlindungan Konsumen............................................................................................22

II.3 Peningkatan Fasilitasi Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang


Daerah.................................................................................................................. 42
II.3.1

II.4

Pengembangan Kegiatan Pasar lelang Daerah.....................................................42

Pengembangan Fasilitasi Perdagangan Luar Negeri Daerah................ 48

II.4.1

Optimalisasi Kesepakatan Perdagangan ................................................................48

II.4.2

Fasilitasi Perijinan dan Non Perijinan ......................................................................48

II.4.3

Koordinasi dan Pengawasan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri...................51

II.5

Pengembangan Ekspor Daerah ............................................................... 59

II.5.1

Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor di Daerah ..................................59

II.5.2

Peningkatan Kualitas Keberagaman Produk Ekspor Daerah ..............................62

BAB III ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN................................................... 64


III.1

Tingkat Pusat............................................................................................. 64

III.2

Tingkat Daerah .......................................................................................... 64

BAB IV MONITORING DAN EVALUASI ................................................................. 68


BAB V PELAPORAN.............................................................................................. 69
BAB VI PENUTUP ................................................................................................... 73
LAMPIRAN LAMPIRAN ....................................................................................... 74

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1

Tabel Laporan Monitoring Harga Bahan Pokok ............................................ 74

Lampiran 2

Jenis Beras Medium Yang Digunakan Sebagai Obyek Pengamatan


Disetiap Ibukota Propinsi............................................................................. 75

Lampiran 3

Tabel Laporan Monitoring Harga Bahan Strategis........................................ 76

Lampiran 4

Tabel Laporan Penerbitan TDP Oleh KPP Kab/Kota .................................... 77

Lampiran 5

Tabel Laporan Penerbitan TDP Oleh KPP Provinsi ...................................... 79

Lampiran 6

Tabel Laporan Pembaharuan TDP Oleh KPP Kab/Kota............................... 80

Lampiran 7

Tabel Laporan Pembaharuan TDP Oleh KPP Provinsi ................................. 81

Lampiran 8

Tabel Laporan Penghapusan TDP Oleh KPP Kab/Kota ............................... 82

Lampiran 9

Tabel Laporan Penghapusan TDP Oleh KPP Provinsi ................................. 83

Lampiran 10 Tabel Laporan Penerbitan SIUP................................................................... 84

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

BAB I
I.1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil
Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang akan dialokasikan untuk
instansi vertikal pusat di daerah.
Dekonsentrasi Bidang Perdagangan digunakan untuk menunjang pembangunan
dan pengembangan bidang perdagangan dalam rangka mendorong percepatan
pembangunan dan pertumbuhan perekonomian daerah
Alokasi Dekonsentrasi Bidang Perdagangan untuk masing-masing daerah
Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dan wajib dimasukan
dalam APBD.
I.2

Maksud dan Tujuan


Maksud dari penyusunan teknis ini adalah sebagai pedoman bagi daerah dalam

penyelenggaraan pelimpahan sebagian urusan Pemerintahan Pusat dalam Bidang


Perdagangan yang bersifat non-fisik, melalui pengalokasian dana dekonsentrasi untuk
daerah-daerah yang telah disetujui oleh Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia.
Tujuan dari penyusunan petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan arahan
teknis penggunaan dana dekonsentrasi dalam Penyelenggaraan dan Pelaksanaan
Dana Dekonsentrasi Bidang Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik
Indonesia berdasarkan pada mekanisme yang telah ditentukan
I.3

Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis ini memuat tatacara pelaksanaan kegiatan mulai dari

penyelenggaraan kegiatan, pelaksana kegiatan di daerah, monitoring/evaluasi baik


yang dilakukan oleh daerah atau Pemerintahan Pusat, dan pelaporan kegiatan yang
telah dilaksanakan daerah kepada Pemerintahan Pusat dalam hal ini Kementerian
Perdagangan Republik Indonesia.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

BAB II
II.1

PROGRAM DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN


Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri Daerah
Amanat

yang tertuang di dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2010

tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011, bahwa tema pembangunan nasional
Tahun 2011, yaitu: Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan, Didukung
oleh Pemantapan Tatakelola dan Sinergi Pusat Daerah. Sejalan dengan hal tersebut,
kebijakan APBN 2011 diarahkan untuk mencapai 10 (sepuluh) sasaran strategis, guna
mendorong pembangunan yang inklusif dan berkeadilan selama jangka waktu 5 tahun
ke depan.
Kesepuluh sasaran strategis itu adalah; (1) ekonomi nasional tumbuh makin
tinggi; (2) pengangguran makin menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang
lebih baik; (3) kemiskinan makin menurun; (4) pendapatan perkapita makin meningkat;
(5) stabilitas ekonomi makin terjaga; (6) pembiayaan dalam negeri makin kuat dan
meningkat; (7) ketahanan pangan dan air makin meningkat; (8) ketahanan energi
makin meningkat; (9) daya saing ekonomi nasional makin menguat dan meningkat;
dan (10) upaya pembangunan yang ramah lingkungan dengan pendekatan "ramah
lingkungan" makin kita perkuat.
Selanjutnya, strategi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan itu, akan
bertumpu pada empat pilar strategis. Keempat pilar itu adalah: (a) meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas (pro-growth); (b) menciptakan dan
memperluas lapangan kerja (pro-job); (c) meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
program-program jaring pengaman sosial yang berpihak kepada masyarakat miskin
(pro-poor); dan (d) meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup (proenvironment).
Untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran strategis sesuai dengan arah
kebijakan dan pilar strategis pembangunan pada RKP tahun 2011 tersebut serta
sejalan dengan arah kebijakan dan fokus prioritas pembangunan perdagangan dalam
negeri dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode 2010-2014
dan

Rencana

Strategis

Kementerian

Pedagangan

Tahun

2010-2014,

arah

pengembangan perdagangan dalam negeri di dalam Rencana Strategis Direktorat


Jenderal Perdagangan Dalam Negeri periode 2010-2014 difokuskan untuk mencapai
empat misi utama, yaitu: (1) perbaikan iklim usaha perdagangan dalam negeri; (2)
peningkatan kinerja sektor perdagangan besar dan eceran serta penggunaan produk
dalam negeri; (3) stabilisasi dan penurunan disparitas harga bahan pokok; dan (4)
penciptaan jaringan distribusi perdagangan yang efisien. Namun demikian, Direktorat
Jenderal

Perdagangan

Dalam

Negeri

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

menyadari

sepenuhnya

bahwa

misi
2

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

pembangunan perdagangan dalam negeri periode 2010-2014, tidak mungkin dapat


tercapai tanpa dukungan dan partisipasi aktif dari seluruh pemangku kepentingan dan
instansi terkait termasuk peran Pemerintah Daerah, dalam hal ini dinas yang
membidangi urusan perdagangan.
Salah satu langkah konkret dalam upaya pencapaian misi strategis tersebut,
Kementerian Perdagangan, dalam hal ini, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri, berupaya memperbaiki konsepsi pelaksanaan kegiatan Dekonsentrasi bidang
perdagangan dalam negeri sebagai salah satu mekanisme untuk membiayai
pelaksanaan pengembangan perdagangan dalam negeri di daerah. Revitalisasi ini
ditujukan untuk mendorong sinergi pelaksanaan pengembangan perdagangan dalam
negeri

antara Pusat dan Daerah (sejalan dengan tema RKP 2011) sekaligus

meningkatkan konsistensi antara Prioritas Nasional/Bidang Perdagangan Dalam


Negeri dengan kegiatan yang perlu mendapat dukungan daerah.
Secara umum, kerangka revitalisasi dana dekonsentrasi bidang perdagangan
dalam negeri meliputi :
1.

Penyesuaian nomenklatur kegiatan dana dekonsentrasi bidang perdagangan


dalam negeri , dimana nomenklatur kegiatannya menjadi

Pengembangan

Perdagangan Dalam Negeri Daerah


2.

Penajaman indikator dan target kegiatan, yakni kegiatan yang didanai oleh dana
dekonsentrasi disertai dengan indikator sasaran dan target yang jelas, sehingga
dapat terukur dan mudah dilakukan evaluasi.

3.

Penyesuaian fokus kegiatan beserta ruang lingkup nya, yakni kegiatan yang
diselenggarakan dengan dana dekonsentrasi bidang perdagangan dalam negeri
diarahkan untuk mendukung pencapaian prioritas nasional/bidang perdagangan
dalam negeri serta agar terdapat konsistensi dan kesinambungan antara
pelaksanaan dana dekonsentrasi dengan tujuan dari pemberian dana
dekonsentrasi. Fokus kegiatan dan ruang lingkupnya tersebut masing-masing
terdiri dari :
I.

Penguatan Sistem Logistik Domestik di Daerah, dengan 3 (tiga) fokus


kegiatan, yaitu :
a. Monitoring Stok dan Harga dan Penyusunan Prognosa Bahan Pokok ;
b. Peta Informasi

Rantai Pasok Komoditi Strategis dan Sarana

Prasarana Logistik;
c. Fasilitasi Penyelenggaraan Pasar Murah di Daerah.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

II.

Peningkatan Iklim Usaha di Daerah, dengan 2 (dua) fokus kegiatan,


yaitu
a. Peningkatan Pelayanan dan Penyampaian Informasi Perusahaan;
b. Pemberdayaan UKM Potensial Waralaba Daerah.

III.

Pengembangan Pasar Domestik Daerah, dengan

2 (dua)

fokus

kegiatan, yaitu:
a. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, melalui Sosialisasi
Ketentuan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dalam Perpres
No 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa;
b. Pengembangan UMKM di Daerah, berupa Fasilitasi Akomodasi dan
Transportasi terkait Partisipasi Pameran di Pusat (TEI Expo 2011 dan
Pameran Flora Mall).
Penjelasan detail tata laksana dari masing-masing fokus kegiatan Pengembangan
Perdagangan Dalam Negeri Daerah diuraikan sebagai berikut :
II.1.1 Peningkatan Kualitas Logistik Daerah Dalam Mendukung Sistem Logistik
Nasional
Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan Sistem Logistik Nasional
yang terintegrasi efektif dan efisien guna meningkatkan daya saing usaha, dan
menjamin ketersediaan komoditas strategis dan bahan kebutuhan pokok
masyarakat secara merata dan terjangkau. Peran pokok sistem logistik adalah
menjamin kelancaran arus barang secara efektif dan effisien yang tercermin
dalam biaya logistik yang kompetitif, dan pelayanan yang memuaskan. Sasaran
yang ingin dituju adalah meletakkan dasar yang kokoh bagi terwujudnya Sistem
Logistik Nasional yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai visi Locally
Integrated dan mewujudkankan landasan yang memadai untuk berintegrasi
dengan jejaring logistik ASEAN.
Secara lebih spesifik sasaran yang ingin dituju yakni :
1. menjamin ketersediaan komoditas strategis di seluruh wilayah Indonesia
dengan harga yang terjangkau sehingga mendorong pencapaian masyarakat
adil dan makmur, dan memperkokoh keutuhan NKRI;
2. menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan meningkatkan
pelayanan sehingga meningkatkan daya saing produk unggulan ekspor di
pasar global.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

3. mempersiapkan diri untuk mencapai target integrasi logistik ASEAN pada


tahun 2013, integrasi pasar ASEAN pada tahun 2015, dan integrasi pasar
global pada tahun 2020.
Untuk itu, Kegiatan Penguatan Sistem Logistik Domestik difokuskan kepada
beberapa detail kegiatan, yakni :
II.1.1.1 Monitoring Harga Bahan Pokok dan Barang Strategis
Pelaksanaan kegiatan Pemantauan Harga Barang Kebutuhan Pokok
Masyarakat bertujuan antara lain :
- Memantau

perkembangan

harga

barang

kebutuhan

pokok

masyarakat.
- Menyusun kebijakan pengadaan dan penyaluran barang kebutuhan
pokok masyarakat di Indonesia.
- Menghindari terjadinya gejolak harga yang mencolok
- Menghindari

terjadinya

disparitas

harga

yang

tinggi

antar

daerah/wilayah di Indonesia.
Adapun beberapa sasaran dari kegiatan pemantauan harga kebutuhan
pokok masyarakat antara lain sebagai berikut :

Tersedianya informasi harga bahan pokok sebagai berikut : beras,


gula pasir, minyak goreng, tepung terigu, daging sapi, daging dan telur
ayam, cabe, bawang merah, bawang putih, susu, garam beryodium,
kedelai, kacang hijau, kacang tanah, mie instant, ikan asin teri, ketela
pohon dan jagung pipilan kering yang akurat, up to date, berlanjutan,
mudah dan sederhana.

Tersedianya informasi harga barang strategis sebagai berikut : semen,


pupuk (non subsidi) , seng, besi, kayu papan, emas (logam mulia) dan
batu bata.

- Tersedianya

bahan

penyusunan

analisa

kebijakan

pasar

perdagangan

sebagai
dalam

masukan
negeri

dalam
dalam

mengendalikan harga maupun inflasi.


- Tersedianya data harga kebutuhan pokok di seluruh wilayah
Indonesia.
- Tersedianya bahan evaluasi untuk melanjutkan langkah-langkah yang
konkrit

dalam

menindaklanjuti

perkembangan

harga

beberapa

komoditi yang fluktuatif terutama dalam menghadapi Hari-Hari Besar


Keagamaan dan Nasional (Puasa, Lebaran, Natal dan Tahun Baru).
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Sedangkan output/hasil yang diharapkan melalui kegiatan ini antara lain:


- Bahan Laporan Harian Menteri Perdagangan kepada Bapak Presiden
RI, Bapak Wakil Presiden, Menko Ekonomi dan Menteri terkait lainnya,
bahan

laporan

mingguan,

bulanan

dan

tahunan

tentang

perkembangan harga kebutuhan pokok masyarakat.


- Buku Informasi Harga Barang Kebutuhan Pokok Masyarakat.
- Bahan Penyiaran dan Publikasi pada RRI, Radio Swasta dan Media
Cetak.
Teknis Pengumpulan Data / Pencatatan Harga Barang Kebutuhan
Pokok :
Kegiatan pengumpulan data harga kebutuhan pokok diharapkan
dilakukan dengan metode dan teknik yang baik, sehingga data harga
yang diperoleh valid, akurat dan tepat waktu. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka pengumpulan data harus baik dan mencakup seluruh
unit, sesuai dengan keadaan sebenarnya dan dengan metode serta
cara yang ditetapkan.
Metode dan teknik yang digunakan untuk memperoleh data harga
kebutuhan pokok adalah sebagaimana Surat Keputusan Menteri
Perindustrian dan Perdagangan Nomor : 522/MPP/Kep/11/1998
tanggal 11 Nopember 1998,

tentang Pembakuan Format Laporan

Harga Harian Bahan Pokok Pangan dan Mekanisme Penyampaian


Laporan Harga Harian Bahan Pokok Pangan dari Kantor Dinas
Perindag, yaitu sebagai
a.

berikut :

Lokasi Pencatatan
Lokasi

pencatatan

harga

adalah

pasar

tradisional

yang

tetap/menetap, tidak berpindah-pindah, pasar cukup representatif


untuk dikunjungi oleh konsumen golongan menengah ke bawah.
Adapun

nama-nama

pasar

lokasi

pemantauan

adalah

sebagaimana lampiran Surat Keputusan Menteri Perindustrian


dan

Perdagangan

Nomor

522/MPP/Kep/11/1998.

Untuk

keakuratan dan validitas data pengambilan sampling agar


dilakukan lebih dari satu lokasi pasar/toko/depo pantauan dan
nama obyek pantauan dicantumkan/diinformasikan dalam laporan
harian. Khusus barang strategis hasil pemantauan harga
diinformasikan satu kali dalam seminggu mengingat sifat barang
yang tidak terlalu fluktuatif.
b.

Petugas Pencatat harga

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Petugas Pencatat harga (dari dinas) harus dikenal oleh para


pedagang yang dimintai informasi harga barang kebutuhan pokok
masyarakat atau paling tidak si pedagang diberitahu bahwa dia
adalah petugas tetap/pengganti untuk mencatat harga setiap hari
dari

Dinas

Perindag

yang

tujuannya

adalah

agar

si

penjual/pedagang dapat memberikan harga yang tepat/pas dari


komoditi tersebut. Harga yang dicatat adalah adalah harga final
(transaksi jual-beli) dan bukan harga penawaran yang masih bisa
naik/turun.
c.

Waktu pengambilan/pencatatan harga.


Waktu pengambilan/pencatatan harga harus tetap misalnya yaitu
diantara jam 08.00 s/d jam 10.00 waktu setempat. Waktu ini
sangatlah berpengaruh terhadap harga jual, karena harga diwaktu
siang tentu sudah tidak sama dengan harga diwaktu pagi (waktu
pagi pembeli ramai sedangkan siang pembeli sudah mulai
berkurang).

d.

Obyek survey
Obyek survey adalah bahan pokok dan jenisnya sebagaimana
Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.:
522/MPP/ Kep/11/1998, dalam tabel 1

ditambah

barang

kebutuhan pokok lainnya.


Khusus untuk beras, karena jenis beras medium di daerah
berbeda, dapat menggunakan tabel 2 Lampiran Keputusan
Menperindag sebagai petunjuk.
Apabila jenis beras medium mengalami perubahan sampel,
sehingga tidak sesuai dengan tabel 2 tersebut di atas, dapat
mengikuti

perubahan

jenis

beras

medium

sesuai

dengan

ketentuan yang berlaku.


e.

Pengumpulan data
Pengumpulan data harga kebutuhan pokok masyarakat diperoleh
melalui survei lapangan pada beberapa pasar tradisional propinsi
setempat. Sedangkan untuk menentukan sampel area obyek
pengamatan pada pasar tradisional propinsi setempat, didasarkan
pada

Lampiran

Keputusan

Menteri

Perindustrian

dan

Perdagangan Nomor 522/MPP/Kep/11/1998 pada tabel 3. Namun


apabila lokasi pasar tradisional itu mengalami perubahan, maka

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

dapat disesuaikan atas dasar pedoman survei yang ditentukan


oleh Kantor Perwakilan Badan Pusat Statistik Propinsi setempat.
Hasil survei menurut sampel area yang telah ditentukan pada
Lampiran Keputusan Menteri tersebut, selanjutnya dibuat laporan
harga rata-rata harian dari hasil obyek pengamatan berdasarkan
beberapa pasar tradisional yang telah ditentukan.
Penghitungan harga rata-rata mengikuti cara yang digunakan oleh
Kantor Perwakilan Badan Pusat Statistik Propinsi setempat.
Sedangkan tata cara penyampaian laporan harga harian dari
daerah

didasarkan

Keputusan

Menteri

atas

format

Perindustrian

laporan
dan

sesuai

Lampiran

Perdagangan

No.

522/MPP/Kep /11/1998, harga yang tertera pada tabel 1 tersebut


merupakan harga rata-rata dari hasil pengamatan beberapa pasar
tradisional setempat.
f.

Penyampaian Laporan
Hasil pemantauan perkembangan harga harian dari Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan berupa laporan, disampaikan ke
Subdit Informasi Pasar Direktorat Bahan Pokok dan Barang
Strategis

Ditjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian

Perdagangan R.I. melalui :


-

Alamat E-Mail Direktorat Bahan Pokok dan Barang Strategis:


bapokstra.kemendag@gmail.com

atau

dengan

tembusan(cc) ke: bapokstra.kemendag@yahoo.com


-

Faksimili Direktorat Bahan Pokok dan Barang Strategis di


021-3857219 / 021-3858214 dan Telepon di: 021-3858210

Melalui website http//:ditjen-pdn.depdag.go.id dengan user


nomor dan pasword masing-masing daerah yang telah
diberikan oleh Sekretariat Direktorat Jenderal Perdagangan
Dalam Negeri Kementerian Perdagangan.

Agar laporan kepada Presiden Republik Indonesia dan Wakil


Presiden Republik Indonesia dapat disampaikan lebih awal,
pengiriman ke alamat tersebut dilaksanakan setiap hari kerja
selambat-lambatnya pukul 11.00 waktu setempat.
Apabila dalam survei lapangan terjadi kenaikan atau penurunan
harga bila dibandingkan terhadap hari sebelumnya melebihi atau
menurun 10%, harus disertai penjelasan penyebab terjadinya
kenaikan/penurunannya.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

II.1.1.2 Pemetaan Sarana Distribusi Perdagangan dan Pelaku Usaha Jasa Logistik di
Daerah
Fokus kegiatan ini meliputi Indetifikasi sentra produksi terkait dengan alur
distribusi bahan kebutuhan pokok (seperti beras, gula, minyak goreng dan
tepung terigu) serta pendataan sarana perdagangan (Pasar dan Gudang)
disamping juga dilakukan pengolahan data, rapat koordinasi pembahasan,
yang kemudian disusun dalam buku pemetaan informasi rantai pasokan
komoditi strategis dan sarana perdagangan.
Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Pemetaan Informasi Rantai Pasokan
Komoditi Strategis dan Sarana Distribusi Perdagangan
1.

Persiapan dan Koordinasi Lintas Sektor melalui tahapan dan waktu


pelaksanaan antara lain :
-

Pembentukan Tim interdep/lembaga

Rapat-rapat persiapan internal dan interdep

Penetapan rencana aksi

2. Pemantauan

dan

pengumpulan

data

harga,

informasi

sarana

perdagangan serta rantai pasokan bahan pokok dan komiditi strategis


melalui tahapan dan waktu pelaksanaan antara lain :
-

Survey ke pasar dan sentra produksi di Kab/kota, ;

Monitoring dan pendataan pasokan jalur distribusi

Monitoring dan pendataan sarana dan prasarana distribusi

Monitoring dan pendataan pelaku usaha jasa logistik.

Koordinasi antar instansi terkait dan konsultasi ke pusat.

Pengolahan

dan

analisa

data

harga

dan

informasi

sarana

perdagangan serta rantai pasokan bahan pokok dan komoditi


strategis;
3. Pengembangan sistem informasi harga, informasi sarana perdagangan
serta rantai pasokan bahan pokok dan komoditi strategis, melalui
tahapan pelaksanaan antara lain :
-

Penggandaan dan pengiriman buku dan laporan ke pusat

Publikasi Informasi Stok dan harga melalui media cetak

Penyiaran melalui radio.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

II.1.1.3 Survey dan Pemantauan Teknis Kegiatan Revitalisasi Pasar Tradisional


Anggaran Tugas Pembantuan dan DAK di Kab/Kota.
1. Latar Belakang fasilitasi Penyelenggaraan Pasar Murah di Daerah :
-

Ancaman inflasi akibat berbagai kebijakan push-cost inflasi seperti


kenaikan Tarif Dasar Listrik dan bahan bakar gas serta berbagai
bencana alam yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi di berbagai
wilayah Indonesia, mendorong harga-harga kebutuhan pokok ikut
mengalami kenaikan yang cukup signifikan;

Kenaikan harga bahan pokok yang tidak berbanding linear dengan


daya beli masyarakat, akan semakin membebani masyarakat
berpenghasilan rendah (keluarga pra sejahtera) dan mempersempit
peluang pasar bagi produk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
dan Koperasi;

2. Tujuan :
-

Menyediakan barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang


terjangkau

terutama

bagi

masyarakat

berpenghasilan

rendah

(keluarga pra sejahtera) pada saat-saat menjelang Hari Besar


Keagamaan Nasional (HBKN);
-

Merupakan sarana untuk memperkenalkan produk Usaha Mikro Kecil


MenengAh UMKM) dan Koperasi setempat;

Meningkatkan dan menggugah rasa kebanggaan masyarakat dalam


menggunakan produk dalam negeri;

Meningkatkan hubungan kemitraan antara usaha besar dengan


UMKM dan koperasi.

3. Sasaran
Tersedianya barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang
terjangkau

bagi

masyarakat

berpenghasilan

rendah

(keluarga

prasejahtera) pada saat menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (Hari


Raya Idul Fitri 1432 H, Hari Natal dan Tahun Baru 2011).
4. Mekanisme
a.

Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Cq Direktorat Bahan


Pokok dan Barang Strategis melakukan:

Koordinasi dengan Asosiasi Pelaku Usaha yang berada di tingkat


pusat agar menghimbau perwakilan mereka yang berada di
daerah untuk dapat berpartisipasi dalam penyelenggaraan Pasar
Murah dimaksud;

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

10

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Mengkompilasi data rencana penyelenggaraan pasar murah di


daerah.

Informasi tersebut sangat diperlukan terkait dengan

rencana waktu dan lokasi penyelenggaraan Pasar Murah untuk


diteruskan kepada Asosiasi Niaga dan penentuan tentative
jadwal kunjungan pimpinan ke daerah;

Melakukan penjajagan dalam rangka koordinasi persiapan


penyelenggaraan pasar murah.

b.

Dinas yang membidangi perdagangan melakukan :

Koordinasi dengan Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam

Koordinasi dengan lembaga/instansi dan para pelaku usaha di

Menetapkan panitia pelaksana penyelenggaraan pasar murah

Menyiapkan fasilitas pendukung penyelenggaraan pasar murah,

Negeri

terkait

penetapan

waktu/penjadwalan,dan

tempat

penyelenggaraan pasar murah;


daerah masing-masing untuk turut berpartisipasi/ikutserta dalam
kegiatan pasar murah.
Ketua Panitia, Bendahara, Anggota Pelaksana, Anggota Penjaga
Stand, Anggota Keamanan, Anggota Kebersihan.
yaitu: tenda, meja, kursi, tempat display barang/stand (luas
fasilitas stand yang disediakan tergantung banyaknya peserta /
pelaku usaha yang akan berpartisipasi dalam pasar murah), dan
fasilitas lain yang diperlukan guna menunjang keberhasilan
penyelenggaraan pasar murah (sound system, publikasi dan
dokumentasi);

Komunikasi dan mengundang lembaga/instansi terkait serta para


pelaku usaha (produsen, distributor, asosiasi niaga termasuk
UMKM) yang akan ikut berpartisipasi dalam pasar murah serta
menginpformasikan teknis pelaksanaannya;

Evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pasar murah kepada


Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri cq. Direktur Bahan
Pokok dan Barang Strategis.

5. Lingkup Kegiatan
a.

Pelaksanaan pasar murah minimal dilakukan sebanyak 2 (dua ) kali


kegiatan dalam tahun 2011.

b.

Lokasi pelaksanaan Pasar murah dilaksanakan pada wilayah


pemukiman padat penduduk, bantaran sungai atau pinggir rel kereta

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

11

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

api, dan daerah pesisir pantai yang merupakan kantong-kantong


kemiskinan / keluarga pra sejahtera;
c.

Barang-barang yang dijual pada pasar murah tersebut merupakan


barang-barang kebutuhan pokok masyarakat khususnya barangbarang yang harganya cenderung berflutuasi cenderung naik pada
saat menjelang HBKN seperti gula pasir,
goreng, margarine, daging, ayam,

tepung terigu, minyak

telor dan lainnya (diutamakan

barang-barang produksi UMKM dan Koperasi).


II.1.2 Harmonisasi

dan

Sinkronisasi

Kebijakan

Peningkatan

Iklim

Usaha

Perdagangan di Daerah
Mencermati perkembangan dewasa ini dan masa mendatang, dimana
persaingan usaha semakin ketat dan tajam, meningkatnya tuntutan perlindungan
konsumen, dan semakin berperannya Pemerintah Daerah dalam pembinaan,
pengendalian dan pengawasan kegiatan perdagangan di daerah, maka perlu
segera diambil langkah-langkah kebijakan penyelarasan, penyesuaian dan
penyempurnaan serta penataan, terutama terkait dengan usaha perdagangan
khususnya penataan lembaga usaha perdagangan yang ada guna menjamin
pengembangan dan pemberdayaan pelaku usaha nasional, penciptaan peluang
dari iklim usaha yang kondusif, terjaminnya penerapan pengembangan
kreatifitas dan inovasi serta terlaksananya teknologi yang diperlukan.
Untuk itu, Kegiatan Peningkatan iklim usaha perdagangan di daerah difokuskan
kepada beberapa detail kegiatan, yakni :
II.1.2.1 Sinkronisasi dan Sosialisasi Kebijakan Wajib Daftar Perusahaan/TDP, SIUP
serta Waralaba
A. Peningkatan Pelayanan dan Penyampaian Informasi Perusahaan
Jumlah pelaku usaha jasa perdagangan dari tahun ke tahun cenderung
meningkat.

Eksistensi

mereka

semakin

diperlukan

dalam

upaya

menumbuh kembangkan kegiatan usaha perdagangan yang efektif dan


efisien. Oleh karena itu diperlukan suatu langkah kebijakan penataan dan
pengaturan kegiatan usaha dan lembaga perdagangan agar tercapai
pelaku usaha nasional yang profesional di bidangnya.
Selain

itu

sosialisasi

teknis

terkait

penerbitan

SIUP/TDP

perlu

ditingkatkan, agar pelaku usaha dapat memahami peraturan khususnya


dibidang SIUP dan TDP. Informasi tentang pelaku usaha dan profilnya
sangat dibutuhkan dalam kerangka pembinaan dan pengembangan
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

12

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

usaha dan kelembagaan perdagangan guna peningkatan iklim usaha di


sektor perdagangan.
1.

Tujuan
a. Dalam rangka penyebaran/diseminasi informasi perusahaan
adalah agar dunia usaha dapat merasakan secara langsung
manfaat pendaftaran perusahaan sebagai ajang promosi,
pengembangan kegiatan usaha, dan dalam rangka mencari
mitra usaha dengan yang lain.
b. Pemerintah dapat memanfaatkan diseminasi informasi ini
sebagai dasar penetapan kebijakan di bidang perekonomian,
untuk

menentukan

arah

kebijakan

pembangunan

secara

nasional.
c. SIUP sebagai pembinaan dan merupakan legalitas usaha yang
menjadi dasar bagi para pelaku usaha untuk melakukan
kegiatan usahanya.
2. Output
a. Terciptanya sistem informasi perusahaan secara nasional,
sehingga memudahkan bagi dunia usaha untuk mengakses
informasi guna menarik investasi khususnya ke daerah.
b. Pelayanan kepada dunia usaha dalam pemberian TDP dan
SIUP menjadi efisien, efektifdan dapat mengurangi biaya
ekonomi tinggi.
c. Terciptanya kepastian usaha dan memperoleh kemudahankemudahan untuk mengakses fasilitas-fasilitas yang tersedia
dalam pengembangan kegiatan usahanya.
3. Pelaksanaan Kegiatan
a.

Wajib Daftar Perusahaan


Penyelenggaraan pendaftaran perusahaan dilaksanakan oleh
Kantor Pendaftaran Perusahaan (KPP), yaitu :
i.

Direktorat Bina Usaha Perdagangan selaku KPP Pusat,


yang

bertanggung

jawab

terhadap

penyelenggaraan

pendaftaran perusahaan secara nasional.


ii.

Dinas Propinsi yang membidangi perdagangan selaku


KPP Propinsi, yang bertanggung jawab dan sebagai
koordinator dalam penyelenggaraan dan pelaksanaan
pendaftaran perusahaan sesuai wilayah kerjanya.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

13

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

iii.

Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi perdagangan


atau pejabat yang bertugas dan bertanggungjawab dalam
pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP)
setempat.

Dalam

hal

pelaksanaan

pendaftaran

perusahaan dilakukan oleh PTSP, harus berkoordinasi dan


wajib

dilaporkan

kepada

Dinas

yang

tugas

dan

tanggungjawabnya dibidang perdagangan selaku KPP


Kabupaten/Kota

yang

bertanggung

jawab

dalam

pelaksanaan pendaftaran perusahaan di Kabupaten/Kota.


Dalam rangka mengetahui perkembangan penyelenggaraan
WDP, diperlukan sarana pemantauan berupa laporan yang
disusun

oleh

KPP

Kab/Kota.

Laporan

tersebut

untuk

menggambarkan penyelenggaraan pendaftaran perusahaan di


masing-masing wilayah.
b.

Data fisik pendaftaran perusahaan :


-

Fotokopi/tembusan formulir pendaftaran perusahaan bagi


daerah yang belum memasang aplikasi WDP;

Back-up data WDP yang berisi file input data pendaftaran


perusahan dan statistik TDP (INFO.MDB DAN STS.MDB);

4. Hasil Laporan Pelaksanaan, berisi tentang :


a.

Laporan TDP
Untuk penyampaian laporan telah diatur jenis dan bentuk format
laporan pada lampiran yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1)

Laporan Penerbitan TDP


Penyampaian Laporan Penerbitan TDP dibagi 2 (dua)
berdasarkan asal penyampaiannya, yaitu :
a) Laporan yang wajib dibuat dan dilaporkan oleh KPP
Kabupaten/Kota diatur pada Lampiran 1;
b) Laporan yang wajib dibuat dan dilaporkan oleh KPP
Provinsi diatur pada Lampiran 2.

2)

Laporan Pembaharuan TDP


Penyampaian Laporan Pembaharuan TDP dibagi 2 (dua)
berdasarkan asal penyampaiannya, yaitu :
a) Laporan yang wajib dibuat dan dilaporkan oleh KPP
Kabupaten/Kota diatur pada Lampiran 3;

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

14

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

b) Laporan yang wajib dibuat dan dilaporkan oleh KPP


Provinsi diatur pada Lampiran 4.
3)

Laporan Penghapusan TDP


Penyampaian Laporan Penghapusan TDP dibagi 2 (dua)
berdasarkan asal penyampaiannya, yaitu :
a) Laporan yang wajib dibuat dan dilaporkan oleh KPP
Kabupaten/Kota diatur pada Lampiran 5;
b) Laporan yang wajib dibuat dan dilaporkan oleh KPP
Provinsi diatur pada Lampiran 6.

b.

Laporan SIUP
Untuk jenis dan bentuk format laporan mengenai SIUP, seperti
penerbitan, pembaharuan dan penghapusan dapat dilihat pada
Lampiran 2 tentang Jenis dan Bentuk Format Laporan SIUP.

Selain itu dalam penyampaian dan kerangka laporan diatur oleh


BAB V tentang Pelaporan
B. Pemberdayaan UKM Potensi Waralaba Daerah
1. Latar Belakang
Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20/2008
tentang UMKM bahwa pemerintah wajib melakukan pembinaan
usaha mikro, kecil, dan menengah. Seiring dengan gambaran diatas,
dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007
tentang Waralaba dan Peraturan Menteri Perdagangan No. 31/MDAG/PER/8/2008 tentang Penyelenggaraan Waralaba memberikan
amanat kepada Kementerian Perdagangan

cq. Direktorat Bina

Usaha Perdagangan, Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam negeri


untuk pendaftaran waralaba.
Analisa kritis yang diterbitkan oleh PBB dan Kadin Indonesia pada
tahun 2009 menyebutkan bahwa pengembangan usaha dengan
menggunakan sistem waralaba dapat mendorong berkembangnya
spesialisasi dan modernisasi usaha tradisional, serta menumbuhkan
kreatifitas dalam mengembangkan inovasi berusaha yang pada
gilirannya akan membuka akses pasar yang lebih luas bagi produk
dalam negeri. Pemerintah akan terus mendorong tumbuh dan
berkembangnya usaha waralaba di Indonesia khususnya waralaba
nasional, karena telah terbukti dapat membawa dampak positif bagi
perekonomian Indonesia yaitu dalam memberikan kontribusi dari segi
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

15

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

penyerapan

tenaga

kerja,

peluang

kesempatan

usaha

dan

mempercepat proses alih teknologi.


Sehubungan dengan hal tersebut diatas, dalam rangka mendorong
pertumbuhan dan pengembangan usaha dengan sistem waralaba
khususnya

usahausaha

tradisional

yang

memiliki

ciri

khas,

kreatifitas, potensi dan daya saing tinggi khususnya yang dilakukan


oleh

UKM

di

daerah,

Kementerian

Perdagangan

perlu

mensosialisasikan sistem usaha dan kebijakan Waralaba kepada


pelaku usaha.
2. Ruang Lingkup
a.

Alasan Kegiatan Dilaksanakan :


-

Disorientasi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah dalam


menjalankan kegiatan usaha.

Keterbatasan pelaku usaha dalam melakukan jejaring usaha.

Minimnya wawasan pelaku usaha terhadap perkembangan


terbaru

b.

Uraian Kegiatan
Menyelenggarakan konsultasi, seminar, dan pelatihan bagi UKM
Daerah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah.

c.

Batasan Kegiatan
Terciptanya tertib usaha dalam penyelenggaraan waralaba yang
dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah.

3. Maksud dan Tujuan


a. Maksud Kegiatan
Memberikan pemahaman tentang keuntungan sistem serta
kebijakan waralaba kepada pelaku usaha di daerah.
b. Tujuan Kegiatan
-

Tercapainya pemahaman yang sama antara Pemerintah


Pusat dengan Aparat/Pejabat Daerah mengenai sistem dan
kebijakan waralaba;

Terciptanya tertib usaha dan iklim usaha yang sehat dalam


penyelenggaraan waralaba;

Terciptanya

UKM

waralaba/potensial

diwaralabakan

di

daerah.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

16

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

4. Metode Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan dengan sistem ceramah dan diskusi
interaktif dengan narasumber dari Pejabat Pusat, Pejabat Daerah,
Konsultan Profesional dan Praktisi Waralaba.
5. Pelaporan
Penanggung Jawab kegiatan di daerah pada akhir tahun melaporkan
hasil pelaksanaan kegiatan Peningkatan Iklim Usaha Daerah melalui
Dana Dekonsentrasi kepada Direktur Jenderal Perdagangan Dalam
Negeri dengan tembusan kepada Direktur Bina Usaha Perdagangan
dengan alamat : Gedung II lantai 5, Jalan M.I. Ridwan Rais No. 5
Jakarta 10110
II.1.3 Pengembangan Pasar Domestik di Daerah
Globalisasi perdagangan dunia melalui Free Trade Agreement (FTA) memicu
persaingan di pasar dalam dan luar negeri. Agar industri dalam negeri dapat
bertahan dan terus tumbuh lebih baik maka kerjasama perdagangan melalui
FTA yang diberlakukan pemerintah harus diimbangi penguatan posisi produk
dalam negeri di pasar domestik. Berangkat dari sebuah kekhawatiran akan
dampak negatif dari FTA terutama dengan China (Asean-China FTA) terhadap
sektor industri nasional. Indonesia menggagas terbentuknya Program P3DN
(Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri). Jadi, program tersebut
dibentuk dalam rangka mengantisipasi dampak perdagangan bebas, baik pada
tataran regional maupun global. Tujuan dibentuknya P3DN adalah menjadikan
pasar domestik sebagai guaranteed market bagi produk-produk dalam negeri.
Banyaknya perjanjian perdagangan bebas yang ditandatangani pemerintah
harus diantisipasi dengan memperkuat basis industri di dalam negeri. Saat ini,
dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Di satu sisi, kita kebanjiran barang
impor, dan di sisi lain, tengah mengalami fase deindustrialisasi.
II.1.3.1 Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri Daerah
A. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, melalui Sosialisasi
Ketentuan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) :
Direktorat

Jenderal

Perdagangan

Dalam

negeri

perlu

intensitas

sosialisasi tentang kampanye produk dalam negeri karena belum banyak


masyarakat yang memahami dengan jelas khususnya soal TKDN.
Kampanye dan sosialisasi TKDN sekaligus nilai tambahnya. P3DN
merupakan stimulus awal, nantinya produk dalam negeri harus mampu
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

17

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

bersaing dengan produk asing. Pemerintah menjadi captive market


sekaligus motor penggerak yang dapat menghasilkan keuntungan bisnis
melalui program tersebut
Kontribusi konsumsi pemerintah terhadap PDB pengeluaran terus
meningkat dari 8,4% pada 2008 menjadi 8,9% pada 2009. Pertumbuhan
konsumsi pemerintah juga naik pada 2009 menjadi 12,9% dan
diproyeksikan pada 2010 tumbuh hanya 9,3%. Kontribusi belanja barang
dan modal pemerintah terhadap Belanja Pemerintah Pusat (BPP) naik
dari 18,6% pada 2008 menjadi 23% pada 2009. Sementara total belanja
barang dan belanja modal pemerintah pada APBN 2009 naik 23,4% dari
Rp128,7 triliun (2008) menjadi Rpl58,8 triliun pada 2009 edangkan pada
APBN 2010 diproyeksikan pertumbuhan belanja barang dan modal naik
19,2% menjadi Rpl89,2 triliun.
Potensi P3DN BUMD, juga besar mengingat perputaran ekonomi BUMD
memberikan pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi nasional.
Belanja modal dan operasional 63 BUMD strategis 2009 mencapai
Rp450,78 triliun atau hampir sama dengan 42% dari total APBN 2009
sebesar Rpl.000,8 triliun
P3DN saat ini masih terhambat oleh adanya pola pikir dalam masyarakat
Indonesia yang masih import minded, dimana barang impor dianggap
lebih berkualitas dibanding produk lokal. Tugas P3DN Kementerian
Perdagangan adalah mendorong instansi pemerintah daerah untuk
menggunakan produk dalam negeri di kantornya. Tidak beda dengan
masyarakat umum, instansi pemerintah daerah juga menghitung untungrugi, dan jika produk impor lebih murah, merekaakan memilih produk
impor untuk pengadaan barang di instansinya. Namun, pemerintah tidak
bisa serta merta menghitung untung-rugi dalam pengadaan barang dan
jasa, karena alokasi anggaran di Pemerintah Daerah/ BUMD diambil dari
APBN.

Artinya,

menggunakan

ada

kewajiban

produksi

dalam

bagi
negeri

pemerintah
sebagaimana

daerah

untuk

diamanatkan

Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 mengenai pedoman


pelaksanaan pengadaan barang dan jasa pemerintah.
Untuk menjadikan pasar domestik sebagai guaranteed market, kuncinya
adalah P3DN di instansi pemerintah

daerah dan BUMD. Pemerintah

Daerah diharapkan menjadi captive market sekaligus motor penggerak


yang dapat menghasilkan keuntungan bisnis melalui program tersebut.
Potensi P3DN BUMD juga besar mengingat perputaran ekonomi BUMN
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

18

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

memberikan pengaruh besar pada pertumbuhan ekonomi nasional.


Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54/2010 tentang Pengadaan
Barang Jasa Pemerintah berdampak positif bagi produk lokal. Untuk itu,
Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam negeri akan terus mendorong
pemerintah daerah untuk lebih serius mengkampanyekan produk lokal
melalui sosialisasi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga ke
daerah-daerah. Sosialisasi tentang kampanye produk dalam negeri perlu
lebih gencar dilakukan, karena belum banyak aparatur pemerintah
daerah yang memahami dengan jelas khususnya soal TKDN. Di dalam
tingkat komponen dalam negeri (TKDN)

itulah esensi dari kampanye

produk dalam negeri berada.


Konsep Perpres 54/2010 mengenai TKDN adalah mengutamakan
produksi dalam negeri, tetapi bukan berarti melarang produk luar negeri
untuk dibeli. Hal ini dikembalikan sesuai kebutuhan dari Pemerintah
Daerah/ BUMD masing-masing.
Gerakan

peningkatan

penggunaan

produk

dalam

negeri

akan

mendorong sisi penawaran yang bisa meningkatkan produksi. Untuk


masa yang akan datang, peningkatan pemanfaatan produk dalam negeri
ini tidak hanya menjadi simbol, tetapi menjadi kesadaran masyarakat.
P3DN paling efektif dilakukan melalui penyerapan anggaran belanja
pemerintah daerah dan BUMD. Itu pasar yang sudah terjamin bagi
produk dalam negeri lembaga pemerintahan dan BUMN akan mematuhi
Perpres tersebut. Pepres itu menetapkan keleluasaan dengan toleransi
harga paling mahal sebesar 15 persen. Perpres tersebut mengatur
tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) hingga 40 persen. Dengan
P3DN,

dapat

memacu

investasi

di

dalam

negeri,

termasuk

pengembangan diversifikasi produk lokal. Jadi, ada jaminan. Dampaknya


besar bagi industri dalam negeri. Menggerakkan investasi lokal dan
pekerjaan di sektor riil.
Pelaksanaan kegiatan fasilitasi/sosialisasi tingkat kandungan dalam
negeri (TKDN), yang akan dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang
membidangi urusan perdagangan, yaitu:
-

Melaksanakan sosialisasi Sosialisasi Ketentuan TKDN (Tingkat


Komponen

Dalam Negeri) dalam Peraturan Presiden (Perpres)

Nomor 54/2010 tentang Pengadaan Barang Jasa Pemerintah


-

Mengundang Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi


urusan perdagangan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

19

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Penyusunan laporan.

B. Pengembangan UMKM Daerah, berupa Fasilitasi Akomodasi dan


Transportasi terkait Partisipasi Pameran di Pusat (Pameran Pangan
Nusa TEI Expo 2011 serta Pameran Flora Mall)
Pelaksanaan Fasilitasi Akomodasi dan Transportasi terkait Partisipasi
Pameran di Pusat (Pameran Pangan Nusa TEI Expo 2011 serta
Pameran Flora Mall) yang akan dikoordinasikan oleh Dinas Provinsi yang
membidangi urusan perdagangan, memiliki beberapa tujuan yakni :
-

Masyarakat luas, dengan banyaknya pilihan terhadap produk


unggulan di pasaran, sehingga akan memperkaya pemenuhan
kebutuhan selera masyarakat.

Pelaku UMKM, sebagai media pemasaran hasil karyanya kepada


masyarakat luas serta membuka pengembangan usaha melalui
penyediaan fasilitas akses pembiayaan.

Pemerintah, pencapaian strategi nasional 100% cinta Indonesia


dalam membangun kecintaan terhadap produk unggulan dalam
negeri.

1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Partisipasi pada Pameran Produk Dalam Negeri meliputi :
a.

Fasilitasi desain stand

b.

Fasilitasi Akomodasi dan Transportasi

c.

Fasilitasi sewa stand pameran

d.

Faslitasi pengangkutan barang pameran

2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan


a.

Koordinasi dan Persiapan Pelaksanaan


-

Pembentukan Tim.

Rapat-rapat koordinasi dengan pihak terkait

Mendata peserta (pelaku usaha UMKM lokal/daerah) yang


akan berpartisipasi dalam pameran PPDN)

b.

Desain stand yang akan digunakan

Sewa stand

Pelaksanaan kegiatan
-

Pengangkutan barang pameran

Pelaksanaan Pameran

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

20

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

3. Bentuk Kegiatan
a.

Visualisasi program pembangunan bidang perdagangan, industri


dan jasa

b.

Visualisasi produk unggulan daerah dan atau yang mencakup


produk kreatif

4. Rencana lokasi dan waktu pelaksanaan


a.

Rencana lokasi di daerah dan pusat

b.

Waktu pelaksanaan akan diberitahukan lebih lanjut oleh


Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.

5. Pembiayaan
Sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan dibebankan pada dana
dekonsentrasi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.
6. Laporan kegiatan
a.

Penyusunan laporan hasil pelaksanan kegiatan

b.

Penyampaian laporan kegiatan ke pusat


Penanggung Jawab kegiatan di daerah pada akhir tahun
melaporkan hasil pelaksanaan kegiatan Pengembangan Pasar
Domestik di daerah melalui Dana Dekonsentrasi kepada Direktur
Jenderal Perdagangan Dalam Negeri dengan tembusan kepada
Direktur Dagang Kecil Menengah dan Produk Dalam Negeri
dengan alamat : Gedung II lantai 8, Jalan M.I. Ridwan Rais No.
5 Jakarta 10110.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

21

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

II.2

Peningkatan Perlindungan Konsumen Daerah


Perkembangan globalisasi yang semakin terbuka di Indonesia mengakibatkan

beragamnya produk dan jasa yang ditawarkan kepada konsumen, sehingga


permasalahan pengawasan barang beredar dan jasa menjadi semakin kompleks.
Sebagai integrasinya pasar dalam negeri ke dalam pasar global, maka perlu optimasi
tindakan

pengamanan

bagi

produsen

maupun

konsumen

domestik

melalui

pengawasan yang intensif.


Instrumen perlindungan konsumen adalah prasyarat untuk mewujudkan
perekonomian

yang sehat melalui keseimbangan perlindungan kepentingan

konsumen dan pelaku usaha. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan perencanaan yang
sinergis antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota,

dalam

mewujudkan

peningkatan

perlindungan

konsumen

Peningkatan Efektifitas Pengawasan, Kemetrologian dan Pemberdayaan Perlindungan


Konsumen.
Kementerian Perdagangan melalui Eselon I (satu), yaitu Direktorat Jenderal
Standarisasi dan Perlindungan Konsumen, telah mengalokasikan dana alokasi
Dekonsentrasi Tahun 2011 Bidang Perdagangan melalui sub kegiatan seperti
peningkatan tertib ukur, peningkatan barang beredar dan jasa, serta sosialisasi
perlindungan konsumen. Sub kegiatan tersebut masuk kedalam suatu kegiatan
Peningkaran

Efektifitas

Pengawasan,

Kemetrologian

dan

Pemberdayaan

Perlindungan Konsumen yang akan dijelaskan dalam penyelenggaraan tata laksana,


sebagai berikut :
II.2.1 Peningkatan Efektifitas Pengawasan, Kemetrologian dan Pemberdayaan
Perlindungan Konsumen
Tata cara atau petunjuk teknis dalam penyelenggara kegiatan Peningkatan
Efektifitas Pengawasan, Kemetrologian dan Pemberdayaan Perlindungan Konsumen
dapat dijelaskan berdasarkan pada petunjuk teknis masing-masing kegiatan tersebut
berikut, yaitu :
1.2.1.1 Peningkatan Pengawasan Barang Beredar dan Jasa di Daerah
Pengawasan barang beredar dan jasa dilakukan untuk memastikan
kesesuaian barang dan/atau jasa dalam memenuhi standar mutu produksi
barang dan/atau jasa, pencantuman label, klasula baku, cara menjual,
pengiklanan, pelayanan purna jual dan kebenaran peruntukkan distribusinya.
Tujuan utamanya adalah untuk melindungi konsumen. Berdasarkan Pasal 2
ayat

(1)

Peraturan

Menteri

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Perdagangan

(Permendag)

No.

20/M22

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

DAG/PER/5/2009 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pengawasan Barang


dan/atau Jasa, ruang lingkup pengawasan adalah :
1. Barang dan/atau jasa yang beredar dipasar;
2. Barang yang dilarang beredar dipasar;
3. Barang yang diatur tata niaganya;
4. Perdagangan barang-barang dalam pengawasan; dan
5. Distribusi
Pengawasan terhadap ketentuan (1) dan (2) sebagaimana disebutkan
diatas dilakukan oleh pemerintah, masyarakat dan/atau LPKSM. Sementara
terhadap ketentuan (3), (4) dan (5) kewenangan pengawasan ada pada
pemerintah. Pengawasan oleh Pemerintah (Menteri) terutama dilakukan
terhadap:
a.

barang dan/atau jasa yang beredar di pasar dalam memenuhi:


1) standar;
2) label;
3) klausula baku;
4) pelayanan purna jual;
5) cara menjual; dan/atau
6) pengiklanan.

b.

barang yang dilarang beredar di pasar;

c.

barang yang diatur tata niaganya;

d.

perdagangan barang-barang dalam pengawasan; dan

e.

distribusi.
Kegiatan pengawasan diprioritaskan terhadap 10 (sepuluh) jenis produk

yang sudah diwajibkan penerapan Standar Nasional Indonesia-nya (ber-SNI


Wajib). Kesepuluh produk ini adalah 5 produk sebagaimana tercantum dalam
Permendag No. 56/M-DAG/PER/12/2008 tentang Ketentuan Impor Produk
Tertentu, yakni: elektronik, makanan dan minuman, alas kaki, pakaian jadi,
dan mainan anak-anak.

Lima produk lainnya adalah: air minum dalam

kemasan (AMDK), sepatu keamanan, helm pengendara sepeda motor, ban


mobil penumpang, dan regulator tabung gas.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

23

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

A.

Teknis Pelaksanaan
Teknis Pelaksanaan Pengawasan terhadap barang dan jasa yang
beredar dipasar dilakukan secara berkala dan secara khusus.
Pengawasan secara berkala dan khusus dilakukan oleh Petugas
Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) dan/atau Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK).
PPBJ dan PPNS-PK dalam melaksanakan pengawasan dilakukan
secara terbuka dan diwajibkan:
- Mengenakan tanda pengenal pegawai;
- Membawa surat tugas pengawasan dari Kepala Unit Kerja;
- Mempersiapkan berita acara hasil pengawasan; dan
- Menyusun hasil pengamatan kasat mata dalam tabel dan/atau
tabulasi hasil uji laboratorium untuk barang yang memerlukan uji
laboratorium.
Penjelasan mengenai teknis pelaksanaan pengawasan terhadap
barang dan jasa, adalah sebagai berikut :
1.

Pengawasan secara berkala


Pengawasan secara berkala dilakukan terhadap barang dan/atau
jasa dengan kriteria sebagai berikut:
a.

Aspek keselamatan, keamanan, kesehatan konsumen, dan


lingkungan hidup;

b.

Dipakai,

dipergunakan,

dan/atau

dimanfaatkan

oleh

masyarakat banyak;
c.

Produk yang SNI-nya telah diberlakukan secara wajib, SNI


yang diterapkan oleh pelaku usaha, atau persayaratan teknis
lain yang diberlakukan wajib oleh instansi terknis yang
berwenang; dan/atau

d.

Sering

terjadi

pemenuhan

pengelabuan

ketentuan

atau

standar,

penyesatan

label,

klausula

dalam
baku,

pengiklanan, pelayanan purna jual, cara menjual melalui


pemaksaan, baik fisik maupun psikis serta kandungan/kadar
tertentu yang merugikan konsumen.
Tata cara pengawasan secara berkala sebagaimana tertuang
dalam Pasal 23-30 Permendag No. 20/M-DAG/PER/5/2009.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

24

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

2.

Pengawasan secara khusus


Pengawasan khusus oleh PPBJ dan PPNS-PK dilakukan melalui
pentahapan sebagai berikut:
a.

melakukan pengambilan sampel ulang di satu wilayah di 3


(tiga) lokasi untuk jenis barang yang sama berdasarkan hasil
pengawasan berkala, apabila tidak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;

b.

melakukan pengambilan sampel di satu wilayah di 3 (tiga)


lokasi untuk jenis barang berdasarkan pengaduan oleh
konsumen/masyarakat atau LPKSM;

c.

melakukan uji laboratorium dan pengecekan ulang terhadap


barang dan/atau jasa hasil pengawasan berkala sebagaimana
dimaksud pada huruf a bersama pelaku usaha, baik dalam
pemenuhan standar, pencantuman label, klausula baku,
pelayanan purna jual, cara menjual dan/atau pengiklanan;

d.

hasil uji dan/atau pengecekan ulang sebagaimana dimaksud


pada huruf c disampaikan kepada Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan untuk dilakukan evaluasi;

e.

apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf d


menyatakan tidak melanggar atau tidak terjadi tindak pidana di
bidang perlindungan konsumen, maka Kepala Unit Kerja yang
bersangkutan dapat mempublikasikan kepada masyarakat; dan

f.

apabila hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada huruf e


menyatakan melanggar atau terjadi tindak pidana, maka
Kepala Unit Kerja meminta PPNS-PK untuk segera melakukan
penyidikan sesuai prosedur yang berlaku.

B.

Materi Pelaksanaan Kegiatan


Pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi pengawasan terhadap barang
beredar dan jasa dalam tahun 2011 dilakukan terhadap produk
Pertambangan dan Aneka Industri, Pengawasan Produk Pertanian,
Kimia dan Kehutanan dan Pengawasan Produk Jasa.
1.

Pengawasan produk Pertambangan dan Aneka Industri


a.

Ruang Lingkup Pengawasan


Komoditi Pertambangan dan Aneka Industri yang mendapat
prioritas pengawasan pada TA. 2011 dan ber-SNI Wajib:
-

Mainan anak

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

25

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

b.

Mesin/Printer multifungsi

Mini Circuit Breaker (MCB)

Regulator Tabung Gas LPG

Tata Cara Pengawasan


1) Pengawasan Komoditi yang ber-SNI Wajib, pelaksanaan
pengawasan dilakukan dengan cara pembelian sampel
dan/atau

pengujian di laboratorium untuk komoditi yang

telah memiliki SNI Wajib. Pengawasan melalui:


-

Pembelian sampel

Pengamatan kasat mata

Pengkodean

Pengiriman

sampel

ke

laboratorium

yang

telah

terakreditasi
-

Tabulasi dan Analisa hasil uji lab

Pelaporan

Evaluasi dan tindak lanjut

2) Pengawasan
dilaksanakan

produk
sesuai

telematika
dengan

dan

elektronika

ketentuan

Permendag

No.19/M-DAG/PER/5/2009 tentang Pedoman Pendaftaran


Petunjuk Penggunaan (manual) dan Kartu Jaminan/Garansi
Purna

Jual

dalam

Bahasa

Indonesia

Bagi

Produk

Telematika dan Elektronika, serta peraturan perundangan


terkait lainnya.
-

Mewajibkan

pelaku

usaha

(produsen,

importir)

melengkapi produk yang di perdagangkan dengan buku


petunjuk (manual) dan kartu jaminan/garansi dalam
bahasa Indonesia.
-

Informasi

minimal

yang

dimuat

dalam

buku

petunjuk/manual.
c.

Persiapan Pelaksanaan Pengawasan


-

PPBJ menyiapkan rencana kerja untuk pelaksanaan


pengawasan yang memuat: klasifikasi, Jumlah merek,
wilayah pasar, waktu pelaksanaan, jumlah petugas dan
biaya pelaksanaan

PBBJ menyiapkan konsep rencana kerja kepada KUK


(Kepala Uniat Kerja) un tuk memohon persetujuan

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

26

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Setelah menyetujui usulan rencana kerja, KUK memberikan

surat perintah tugas kepada PBBJ untuk melaksanakan


pengawasan

d.

Pembuatan surat perintah tugas pengawasan

Pembuatan Berita Acara Pengecekan Ulang

Penerapan kodefikasi

Pembuatan blanko tabulasi kasat mata kelengkapan label

Pembuatan surat pengantar ke balai/Labratorium penguji

pembuatan tabulasi hasil uji

Penyusunan kerangka laporan hasil pengawasan

Pelaksanaan Pengawasan

Cara Pengawasan Berkala, Pengawasan berkala Produk ILMEA


adalah pengawasan yang dilakukan dalam waktu tertentu dan
dilaksanakan secara terprogram, dengan tahapan sebagai berikut:
1) PPBJ membawa Surat Perintah Tugas Pengawasan dan
menggunakan Tanda Pengenal (bila dibutuhkan) pada saat
melaksanakan tugas pengawasan.
2) Pembelian sample produk di pasar (pasar tradisional, toko,
pasar swalayan, kios dan lain-lain) dengan ketentuan:
-

Mainan anak sebanyak 4 (empat) unit;

Mesin/printer multifungsi sebanyak 1 (satu) unit;

Mini Circuit Breaker sebanyak 35 (tigapuluh lima) unit;

Regulator Tabung Gas LPG sebanyak 4 (empat) unit.

3) Pengawasan dilakukan oleh PPBJ (Petugas Pengawas Barang


dan

Jasa),

PPNS-PK

(Penyidik

Pegawai

Negeri

Sipil

Perlindungan Konsumen) dan atau pegawai yang mendapat


surat perintah tugas dari atasan yang berwenang di bidang
perdagangan.
4) Setiap

hasil

pelaksanaan

kegiatan

pengawasan

yang

menggunakan dana dekonsentrasi, wajib dilaporkan kepada


Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa.
2.

Pengawasan Produk IKAH (Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan)


a.

Ruang Lingkup Pengawasan


Produk IKAH yang mendapat prioritas pengawasan pada
TA.2011 adalah sebagai berikut :
-

Tepung Terigu;

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

27

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

b.

Ban Mobil Penumpang;

Produk Melamin Perlengkapan Makan dan Minum;

Helm Pengendara Kendaraan Bermotor Roda Dua;

Selang Karet Kompor Gas Roda Dua

Tata Cara Pengawasan


1)

Pengawasan Tepung Terigu


-

Pengawasan

dilakukan

terhadap

Tepung

terigu

sebagai bahan makanan yang berasal dari produksi


dalam negeri maupun dari luar negeri/impor yang
beredar di pasar.
-

Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan cara


pembelian sampel dan/atau pengujian produk. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 4 x 1 kg untuk setiap
merek, antara lain ; 3 x 1 kg untuk pengujian dan 1 kg
untuk arsip. Bagi kemasan besar (25 kg) cukup
diambil 1 kemasan

Pengawasan tepung terigu dilakukan oleh PPBJ


(Petugas Pengawas Barang dan Jasa), PPNS-PK
(Penyidik

Pegawai

Negeri

Sipil

Perlindungan

Konsumen) dan atau pegawai yang mendapat surat


perintah tugas dari atasan yang berwenang di bidang
perdagangan.
-

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang


menggunakan dana dekonsentrasi, wajib dilaporkan
kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan
Jasa.

2)

Pengawasan Ban Mobil Penumpang


-

Pengawasan

dilakukan

terhadap

Ban

Mobil

Penumpang yang berasal dari produksi dalam negeri


maupun dari luar negeri/impor yang beredar di pasar.
-

Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan cara


pembelian sampel dan/atau pengujian produk. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 4 buah untuk setiap
merek, jenis dan ukuran. 3 buah untuk pengujian dan
1 buah untuk arsip.

Pengawasan ban mobil penumpang dilakukan oleh


PPBJ (Petugas Pengawas Barang dan Jasa), PPNS-

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

28

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

PK (Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan


Konsumen) dan atau pegawai yang mendapat surat
perintah tugas dari atasan yang berwenang di bidang
perdagangan.
-

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang


menggunakan dana dekonsentrasi, wajib dilaporkan
kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan
Jasa.

3)

Pengawasan Garam Konsumsi Beryodium


-

Pengawasan dilakukan terhadap Garam Konsumsi


Beryodium yang berasal dari produksi negeri maupun
dari luar negeri/impor yang beredar di pasar.

Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan cara


pembelian sampel dan/atau pengujian produk. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 4 x 250 gram (250 gr,
500 gr,1000 gr) untuk setiap merek dan jenis, dengan
perincian masing-masing 3 x 250 gram untuk
pengujian dan 250 gram untuk arsip.

Pengawasan garam konsumsi beryodium dilakukan


oleh PPBJ (Petugas Pengawas Barang dan Jasa),
PPNS-PK

(Penyidik

Pegawai

Negeri

Sipil

Perlindungan Konsumen) dan atau pegawai yang


mendapat surat perintah tugas dari atasan yang
berwenang di bidang perdagangan.
-

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang


menggunakan dana dekonsentrasi, wajib dilaporkan
kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan
Jasa.

4)

Pengawasan Produk Melamin Perlengkapan Makan dan


Minum
-

Pengawasan dilakukan terhadap Produk Melamin


Perlengkapan Makan dan Minum yang berasal dari
produksi negeri maupun dari luar negeri/impor yang
beredar di pasar.

Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan cara


pembelian sampel dan/atau pengujian produk. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 12 (dua belas) buah

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

29

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

untuk setiap merek dan jenis, dengan perincian


masing-masing 10 (sepuluh) buah untuk pengujian
dan 2 (dua) buah untuk arsip.
-

Pengawasan produk melamin perlengkapan makan


dan minum dilakukan oleh PPBJ (Petugas Pengawas
Barang dan Jasa), PPNS-PK (Penyidik Pegawai
Negeri Sipil Perlindungan Konsumen) dan atau
pegawai yang mendapat surat perintah tugas dari
atasan yang berwenang di bidang perdagangan.

Setiap

hasil

pelaksanaan

kegiatan

pengawasan

berkala yang menggunakan dana dekonsentrasi, wajib


dilaporkan kepada Direktur Pengawasan Barang
Beredar dan Jasa.
5)

Pengawasan Selang Karet Kompor Gas


-

Pengawasan

dilakukan

terhadap

Selang

Karet

Kompor Gas yang berasal dari produksi negeri


maupun dari luar negeri/impor yang beredar di pasar.
-

Pelaksanaan pengawasan dilakukan dengan cara


pembelian sampel dan/atau pengujian produk. Jumlah
sampel yang diambil sebanyak 6 (enam) buah untuk
setiap merek dan jenis, dengan perincian masingmasing 5 (lima) buah untuk pengujian dan 1 (satu)
buah untuk arsip.

Pengawasan selang karet kompor gas dilakukan oleh


PPBJ (Petugas Pengawas Barang dan Jasa), PPNSPK (Penyidik Pegawai Negeri Sipil Perlindungan
Konsumen) dan atau pegawai yang mendapat surat
perintah tugas dari atasan yang berwenang di bidang
perdagangan.

Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang


menggunakan dana dekonsentrasi, wajib dilaporkan
kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan
Jasa.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

30

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

3.

Pengawasan Produk Jasa


a. Ruang Lingkup Pengawasan
Prioritas pengawasan Produk JASA pada TA. 2011 meliputi :
-

Jasa Perparkiran;

Jasa Pengiklanan;

Jasa Pasar Modern;

Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga;

Jasa Layanan Purna Jual Telepon Genggam.

b. Tata Cara Pengawasan


a) Jasa Perparkiran
a) Pelaksanaan pengawasan terhadap Jasa Perparkiran
dilakukan melalui pengawasan berkala.
b) Dalam

pelaksanaan

pengawasan

berkala

yang

dilakukan secara periodik petugas pengawas wajib


mempersiapkan kuisioner yang harus diisi oleh pelaku
usaha.

Selain

itu

dalam

kegiatan

pelaksanaan

pengawasan dilakukan pemeriksaan terhadap :


-

Persyaratan legalitas;

Standar pelayanan;

Pencantuman klausula baku;

Cara menjual.

c) Pengawasan jasa perparkiran dapat dilakukan oleh


PPBJ (Petugas Pengawas Barang dan Jasa), PPNS-PK
(Penyidik

Pegawai

Negeri

Sipil-Perlindungan

Konsumen) dan atau pegawai yang mendapat surat


perintah tugas dari atasan yang berwenang dibidang
perdagangan.
d) Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang
menggunakan dana dekonsentrasi, wajib

dilaporkan

kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan


Jasa.
b) Jasa Pengiklanan
a) Pelaksanaaan pengawasan terhadap Jasa Pengiklanan
dilakukan

melalui

pengawasan

berkala.

Kegiatan

pengawasan dilakukan terhadap pelaku usaha sebagai


prinsipal pengiklanan yang diproduksi didalam dan luar
negeri. Dalam pelaksanaan pengawasan berkala yang
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

31

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

dilakukan secara periodik petugas pengawas wajib


mempersiapkan kuisioner yang harus diisi oleh pelaku
usaha.

Selain

itu

dalam

kegiatan

pelaksanaan

pengawasan dilakukan pemeriksaan terhadap :


-

Pencantuman klausula baku

Cara Pengiklanan

Cara menjual

b) Pengawasan Jasa Pengiklanan dapat dilakukan oleh


PPBJ (Petugas Pengawas Barang dan Jasa), PPNS-PK
(Penyidik

Pegawai

Negeri

Sipil-Perlindungan

Konsumen) dan atau pegawai yang mendapat surat


perintah tugas dari atasan yang berwenang dibidang
perdagangan.
c) Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang
menggunakan dana dekonsentrasi, wajib

dilaporkan

kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa


c) Jasa Pasar Modern
a) Pelaksanaaan
Modern

pengawasan

dilakukan

melalui

terhadap

Jasa

pengawasan

Pasar
berkala.

Kegiatan pengawasan dilakukan terhadap pelaku usaha


sebagai prinsipal pasar modern didalam dan luar
negeri. Dalam pelaksanaan pengawasan berkala yang
dilakukan secara periodik petugas pengawas wajib
mempersiapkan kuisioner yang harus diisi oleh pelaku
usaha.

Selain

itu

dalam

kegiatan

pelaksanaan

pengawasan dilakukan pemeriksaan terhadap :


-

Persyaratan legalitas

Pencantuman klausula baku

Cara pengiklanan;

Cara menjual;

b) Pengawasan Jasa Pasar Modern dapat dilakukan oleh


PPBJ (Petugas Pengawas Barang dan Jasa), PPNS-PK
(Penyidik

Pegawai

Negeri

Sipil-Perlindungan

Konsumen) dan atau pegawai yang mendapat surat


perintah tugas dari atasan yang berwenang dibidang
perdagangan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

32

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

c) Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang


menggunakan dana dekonsentrasi, wajib

dilaporkan

kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan


Jasa.
d) Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga
a) Pelaksanaaan pengawasan terhadap Cara Menjual Alat
listrik Rumah Tangga dilakukan melalui pengawasan
berkala. Kegiatan pengawasan dilakukan terhadap
pelaku usaha sebagai prinsipal produk Alat Listrik
Rumah Tangga yang diproduksi didalam dan luar
negeri. Dalam pelaksanaan pengawasan berkala yang
dilakukan secara periodik petugas pengawas wajib
mempersiapkan kuisioner yang harus diisi oleh pelaku
usaha.

Selain

itu

dalam

kegiatan

pelaksanaan

pengawasan dilakukan pemeriksaan terhadap :


-

Persyaratan legalitas;

Pencantuman klausula baku;

Produk alat listrik rumah tangga;

Layanan purna jual;

Cara pengiklanan;

Cara menjual.

b) Pengawasan Cara Menjual Alat Listrik Rumah Tangga


dapat dilakukan oleh PPBJ (Petugas Pengawas Barang
dan Jasa), PPNS-PK (Penyidik Pegawai Negeri SipilPerlindungan Konsumen) dan atau pegawai yang
mendapat surat perintah tugas dari atasan yang
berwenang dibidang perdagangan.
c) Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan berkala
yang

menggunakan

dilaporkan

kepada

dana
Direktur

dekonsentrasi,
Pengawasan

wajib
Barang

Beredar dan Jasa.


e) Jasa Layanan Purna Jual Telepon Genggam
a) Pelaksanaaan pengawasan terhadap Jasa Layanan
Purna Jual Telepon Genggam

dilakukan melalui

pengawasan berkala. Kegiatan pengawasan dilakukan


terhadap pelaku usaha jasa layanan purna jual telepon
genggam. Dalam pelaksanaan pengawasan berkala
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

33

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

yang dilakukan secara periodik petugas pengawas


wajib mempersiapkan kuisioner yang harus diisi oleh
pelaku usaha. Selain itu dalam kegiatan pelaksanaan
pengawasan dilakukan pemeriksaan terhadap :
-

Persyaratan legalitas;

Produk telepon genggam;

Suku cadang;

Layanan purna jual;

Pencantuman klausula baku;

Standar operasional prosedur.

b) Pengawasan
Genggam

Jasa

Layanan

Purna

Jual

Telepon

dapat dilakukan oleh PPBJ (Petugas

Pengawas Barang dan Jasa), PPNS-PK (Penyidik


Pegawai Negeri Sipil-Perlindungan Konsumen) dan
atau pegawai yang mendapat surat perintah tugas dari
atasan yang berwenang dibidang perdagangan.
c) Setiap hasil pelaksanaan kegiatan pengawasan yang
menggunakan dana dekonsentrasi, wajib

dilaporkan

kepada Direktur Pengawasan Barang Beredar dan


Jasa.
C.

Output Kegiatan
Hasil

keluaran

(output)

yang

ingin

dicapai

dari

kegiatan

pengawasan barang beredar dan jasa adalah berkurangnya peredaran


barang dan jasa yang tidak sesuai dengan standar (SNI Wajib), serta
menumbuhkan perilaku usaha yang bertanggungjawab dalam rangka
perlindungan konsumen nasional dan pengamanan pasar domestik.
Diharapkan dari kegiatan pengawasan barang beredar dan jasa
menggunakan dana dekonsentrasi tahun 2010 yang dilakukan oleh
aparat pemerintah daerah, akan menghasilkan output berupa data
tabulasi hasil pengamatan kasat mata dan/atau uji laboratorium
terhadap 10 (sepuluh) produk prioritas pengawasan. Data ini akan
dimanfaatkan sebagai database hasil pengawasan yang nantinya
digunakan untuk tindak lanjut pengawasan oleh Penyidik Pegawai
Negeri

Sipil

Perlindungan

Konsumen

(PPNS-PK)

Kementerian

Perdagangan R.I.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

34

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Oleh karena itu setiap hasil pengawasan yang dilakukan wajib


dilaporkan kepada Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan
Konsumen c.q Direktur Pengawasan Barang Beredar dan Jasa. Ini
berarti harus ada 33 buah laporan hasil pengawasan yang berasal dari
33 provinsi.
1.2.1.2 Peningkatan Tertib Ukur di Daerah
Pelaksanaan kegiatan peningkatan tertib ukur di daerah dilakukan
melalui kegiatan pengawasan dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri
dan pengawasan SPBU guna memberikan perlindungan terhadap pelaku
usaha dalam bidang perdagangan serta kegiatan Pra-Penilaian UPTD yaitu
kegiatan

yang

dilaksanakan

dalam

rangka

peningkatan

pelayanan

kemetrologian tingkat Provinsi. Kedua kegiatan tersebut di atas yang


dilaksanakan melalui Dana Dekonsentrasi tahun 2011 ini dimaksudkan untuk
menciptakan tertib ukur dan iklim usaha yang kondusif, serta sebagai upaya
Pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap seluruh pelaku usaha
yang terlibat dalam setiap transaksi perdagangan.
Kegiatan pengawasan dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri
dimaksudkan untuk:
a. Mencegah

terjadinya

kecurangan

dalam

setiap

transaksi

perdagangan, terutama pada saat hari raya Idul Fitri dimana


transaksi perdagangan meningkat cukup signifikan.
b. Memberikan perlindungan kepada konsumen dan produsen dalam
setiap transaksi perdagangan, sehingga meminimalisir kerugian
yang diakibatkan oleh kecurangan dalam penggunaan UTTP
dalam setiap transaksi perdagangan
Kegiatan Pra-Penilaian Unit pelayanan Teknis Daerah (UPTD) Metrologi
Legal dilaksanakan dengan maksud untuk:
a. Mempersiapkan UPTD yang memenuhi persyaratan dalam
pelayanan kegiatan metrology legal, baik berupa tera dan/atau
tera ulang UTTP yang dipergunakan dalam perdagangan.
b. Mewujudkan pelayanan prima terhadap seluruh konsumen dan
produsen yang menggunakan UTTP dalam setiap transaksi
perdagangan.
c. Meningkatkan kemampuan SDM metrologi legal tingkat Provinsi
dalam pelaksanaan kegiatan kemetrologian.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

35

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

A. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan pengawasan dalam rangka Hari Raya Idul Fitri terdiri dari
kegiatan :
1. Pengawasan terhadap UTTP di pasar tradisional dan/atau modern
di

masing-masing

provinsi,

untuk

menemukan

adanya

penggunaan UTTP yang bertanda batal, tidak bertanda tera sah


yang berlaku, tanda tera rusak, atau tidak memiliki tanda tera; dan
2. Pengawasan terhadap UTTP di SPBU di sepanjang jalur Mudik
(diprioritaskan pada jalur trans-Sumatera, Jawa, dan Bali).
Untuk pelaksanaan pengawasan terhadap UTTP di pasar tradisional
dan/atau modern sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan oleh
seluruh

pemerintah

daerah

provinsi

yang

memperoleh

Dana

Dekonsentrasi bidang peningkatan tertib ukur. Sedangkan pengawasan


terhadap UTTP di SPBU merupakan kegiatan yang juga harus
dilaksanakan oleh pemerintah daerah provinsi di pulau Sumatera, Jawa,
dan Bali selain kegiatan pengawasan di pasar tradisional dan/atau
modern. Untuk pemerintah daerah provinsi lainnya dapat juga melakukan
hal yang sama jika dimungkinkan.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan menyambut Hari Raya
Idul Fitri, Unit kerja yang memiliki tupoksi metrologi legal berkoordinasi
dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal Provinsi.
Khusus untuk pengawasan terhadap SPBU harus membawa peralatan uji
dan standar yang sesuai dengan kebutuhan dan pedoman yang berlaku.
Untuk pelaksanaan pengawasan sebagaimana dimaksud, Dinas
Provinsi harus berkoordinasi dengan Direktorat Metrologi khususnya
Balai Standardisasi Metrologi Legal Regional sesuai dengan wilayah
kerjanya.
Pegawai yang melaksanakan kegiatan pengawasan diharuskan:
1. mengenakan tanda pengenal pegawai;
2. mengenakan pakaian seragam dinas;
3. membawa surat tugas dari Kepala Unit Pelaksana Teknis
Daerah;
4. membawa cerapan untuk mencatat hasil pengawasan;
5. membawa peralatan yang diperlukan;
6. mempersiapkan berita acara hasil pelaksanaan kegiatan; dan
7. menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

36

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Kegiatan Pra-Penilaian Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD)


merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk membantu UPTD
metrologi legal dalam rangka penerapan penilaian terhadap kemampuan
pelayanan tera dan tera ulang UTTP.
Pelaksana penyelenggaraan kegiatan Pra-Penilaian UPTD adalah
pegawai yang berada di lingkungan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Metrologi Legal Provinsi.
Kegiatan Pra-Penilaian UPTD adalah kegiatan bimbingan teknis
dalam bentuk konsultasi ke Direktorat Metrologi dan/atau Balai
Standardisasi Metrologi Legal Regional sesuai wilayah kerjanya atau
mengundang narasumber dari Direktorat Metrologi dan/atau Balai
Standardisasi Metrologi Legal Regional sesuai wilayah kerjanya dalam
rangka mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dan kesiapan
UPTD Metrologi Legal dalam rangka penilaian.
B. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksana kegiatan pengawasan dalam rangka menyambut
Hari Raya Idul Fitri dilakukan sebelum Hari Raya Idul Fitri dan
dikonsultasikan

kepada

Direktorat

Metrologi,

sedangkan

untuk

pelaksanaan kegiatan Pra-Penilaian UPTD ditetapkan oleh masingmasing UPTD Metrologi Legal Provinsi dan dikonsultasikan kepada
Direktorat Metrologi. Diharapkan dapat dilaksanakan paling lambat bulan
Agustus 2011 dengan mempertimbangkan bahwa pelaksanaan penilaian
harus sudah selesai pada bulan Oktober 2011.
C. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana penyelenggaraan kegiatan Pengawasan dalam rangka
menyambut Hari Raya Idul Fitri adalah:
1. Pengawasan terhadap UTTP di pasar tradisional dan/atau
modern dilakukan oleh tim pelaksana yang terdiri dari pegawai
dari Unit Kerja di Dinas Perdagangan yang memiliki tupoksi
metrologi legal.
2. Pengawasan terhadap UTTP di SPBU dilakukan oleh pegawai
yang berada di lingkungan Unit Kerja Provinsi yang membidangi
metrologi legal dan pegawai di lingkungan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal Provinsi.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

37

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Pelaksana penyelenggaraan kegiatan Pra-Penilaian UPTD adalah


pegawai yang berada di lingkungan Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) Metrologi Legal Provinsi.
1.2.1.3 Sosialisasi Pembentukan BPSK Dalam Rangka Perlindungan Konsumen
Daerah
Di bidang perlindungan konsumen, Dana Dekonsentrasi diarahkan
untuk kegiatan fasilitasi/sosialisasi pembentukan Badan Penyelesaian
Sengketa Konsumen (BPSK) yang merupakan badan penanganan dan
penyelesaian sengketa konsumen di luar pengadilan serta diharapkan dapat
memainkan

peranan

penting

dalam

penyelenggaraan

perlindungan

konsumen, yang saat ini perlindungan konsumen bukan saja hanya sebagai
isu nasional akan tetapi juga telah menjadi isu internasional. Keseriusan
Pemerintah dalam upaya mendukung penyelenggaraan perlindungan
konsumen ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Dalam UUPK Pasal 49 Ayat
(1) dinyatakan bahwa, Pemerintah membentuk badan penyelesaian
sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk menyelesaikan sengketa
konsumen di luar pengadilan. Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, BPSK
dibentuk di Daerah Tingkat I / Provinsi.
Pembentukan BPSK di Provinsi DKI Jakarta atau Kabupaten/Kota
didasarkan

atas

usulan

dari

Gubernur

Provinsi

DKI

Jakarta

atau

Bupati/Walikota, untuk itu maka pembentukan BPSK memerlukan dukungan


baik dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah demi eksisnya
BPSK.
Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen cq.
Direktorat

Pemberdayaan

Konsumen,

Kementerian

Perdagangan

memfasilitasi pembentukan BPSK.


Setelah

diterbitkannya

Undang-Undang

Otonomi

Daerah

dan

Perimbangan Keuangan Daerah, maka segala pembiayaan yang berkaitan


dengan pembentukan dan operasional BPSK dibebankan pada Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD).
Dengan demikian dalam pengusulan pembentukan BPSK yang
diusulkan kepada Menteri Perdagangan Cq. Direktur Jenderal Standardisasi
dan Perlindungan Konsumen didasari atas usulan yang diajukan

oleh

Gubernur DKI Jakarta untuk Provinsi DKI Jakarta atau Bupati/Walikota


dengan menyatakan kesanggupan Pemerintah Daerah untuk menyediakan
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

38

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

sarana dan prasarana BPSK serta membiayai dana operasional dan


honorarium BPSK yang dibebankan dari APBD.
Pemerintah Pusat pada saat ini memfasilitasi operasional kegiatan
BPSK melalui pelatihan pengembangan SDM kepada para anggota dan
sekretariat

BPSK

serta

memberikan

konsultasi

dalam

upaya

penyelenggaraan perlindungan konsumen. Selain itu, Pemerintah Pusat


menyiapkan dana dekonsentrasi untuk fasilitasi/sosialisasi pembentukan
BPSK yang akan diberikan kepada daerah.
Dana dekonsentrasi tersebut kiranya dapat dimanfaatkan oleh daerah
untuk kegiatan fasilitasi/sosialisasi pembentukan BPSK di daerahnya, agar
daerah di Kabupaten/Kota yang belum terbentuk BPSK segera mengusulkan
pembentukan BPSK.
Perlu kami sampaikan pula bahwa daerah yang mengusulkan kegiatan yang
terkait dengan perdagangan dalam negeri, akan dipertimbangkan apakah
daerah tersebut telah terbentuk BPSK atau belum.
A. Tujuan dan Sasaran Pelaksanaan
Tujuan dalam pelaksanaan pembentukan BPSK, adalah sebagai
berikut:
1. Memberikan fasilitasi/sosialisasi kepada dinas Kabupaten/Kota
yang membidangi urusan perdagangan di daerah yang belum
terbentuk BPSK.
2. Bupati/Walikota

mengusulkan

pembentukan

BPSK

kepada

Presiden melalui menteri Perdagangan.


3. Terbentuknya BPSK di Kabupaten/Kota.
Sasaran Pelaksanaan kegiatan fasilitasi/sosialisasi pembentukan
BPSK, yang akan dilaksanakan oleh Dinas Provinsi yang membidangi
urusan perdagangan, yaitu:
1. Melaksanakan sosialisasi pembentukan BPSK.
2. Mengundang Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang membidangi
urusan perdagangan.
3. Penyusunan laporan.
B. Output/ hasil yang diharapkan
Sosialisasi

pembentukan

BPSK

bertujuan

agar

daerah

(Kabupaten/Kota) yang belum terbentuk BPSK, segera mengusulkan


pembentukan BPSK di daerahnya masing-masing. Dengan adanya
BPSK di Kabupaten/Kota, masyarakat konsumen yang dirugikan oleh
pelaku usaha dapat mengajukan tuntutan ganti rugi ke BPSK dengan
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

39

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

prinsip murah, cepat dan sederhana, sehingga hak-hak konsumen


dapat terlindungi. Disisi lain pelaku usaha dapat lebih berhati-hati dalam
memproduksi/memperdagangkan barang dan/atau jasa sesuai standar
mutu, yang pada akhirnya dapat meningkatkan daya saing.
Dalam

fasilitasi/sosialisasi

pembentukan

BPSK,

hasil

yang

diharapkan adalah daerah (Kabupaten/Kota) yang belum mempunyai


BPSK segera mengusulkan pembentukan BPSK.
1. Pembentukan BPSK
BPSK dibentuk di daerah (Kabupaten/Kota) dengan Keputusan
Presiden

atas

usulan

Bupati/Walikota

melalui

Menteri

penyelesaian

sengketa

Perdagangan. Tugas BPSK antara lain:

Melaksanakan

penanganan

dan

konsumen melalui cara konsiliasi, mediasi atau arbitrase.

Memberikan konsultasi perlindungan konsumen.

Menerima pengaduan baik tertulis maupun tidak tertulis dari


konsumen

tentang

terjadinya

pelanggaran

terhadap

perlindungan konsumen.

Menjatuhkan sanksi administratif kepada pelaku usaha yang


melanggar ketentuan UUPK.

2. Anggota BPSK
Setelah BPSK terbentuk:

Bupati/Walikota membentuk Tim Pemilihan Calon Anggota


BPSK.

Tim menyampaikan hasil pemilihan calon anggota BPSK


kepada Bupati/Walikota.

Atas usulan nama-nama calon anggota BPSK dari Tim,


Bupati/Walikota mengusulkan calon anggota tersebut kepada
Menteri Perdagangan.

Menteri Perdagangan mengangkat anggota BPSK, yang terdiri


dari 3 (tiga) unsur yaitu pemerintah, konsumen dan pelaku
usaha.

Anggota setiap unsur tersebut berjumlah paling sedikit 3 (tiga)


orang dan paling banyak 5 (lima) orang.

Sebelum melaksanakan tugas, anggota BPSK dilantik dan


diambil sumpahnya oleh Bupati/Walikota.

Masa kerja anggota BPSK selama 5 (lima) tahun, dan dapat


diangkat kembali selama masih memenuhi persyaratan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

40

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

3. Sekretariat BPSK

BPSK dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh sekretariat.

Ketua BPSK mengusulkan kepala dan anggota sekretariat


kepada Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen.

Dirjen Standardisasi dan Perlindungan Konsumen mengangkat


kepala dan anggota sekretariat BPSK.

Sebelum

melaksanakan

tugasnya,

kepala

dan

anggota

sekretariat dilantik dan diambil sumpahnya oleh Ketua BPSK.

Masa kerja ketua dan anggota sekretariat selama 6 (enam)


tahun, dan dapat diangkat kembali selama masih memenuhi
persyaratan.

C. Lokasi kegiatan
Fasilitasi/Sosialisasi Pembentukan BPSK Tahun Anggaran 2011
ditujukan/dilakukan pada 20 Provinsi, yaitu: Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali, Papua, Bengkulu, Banten,
Bangka Belitung, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
Penyelenggaraan kegiatan fasilitasi/sosialisasi pembentukan BPSK
yang akan dilaksanakan di Dinas Provinsi berpedoman pada suatu
aturan untuk kesamaan pemahaman dan tindakan dalam pelaksanaan
kegiatan.
D. Teknis Pelaksanaan
Adapun mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan/pemanggilan peserta (diharapkan Kepala Dinasnya)
dari Kabupaten/Kota yang belum mempunyai/terbentuk BPSK di
daerahnya.

Peserta

meyakinkan

Kepala

diharapkan
daerah

dapat

melaporkan

(Bupati/Walikota)

untuk

dan
dapat

mengusulkan pembentukan BPSK.


2. Mencari/menetapkan narasumber yang berkompeten.
Narasumber diharapkan dapat memberikan materinya yang terkait
dengan BPSK, sehingga para peserta mengerti/paham akan
pentingnya

BPSK

di

daerah

(Kabupaten/Kota)

dalam

penyelesaian sengketa konsumen.


3. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan dengan menyesuaikan dana
yang tersedia.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

41

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

II.3

Peningkatan Fasilitasi Pasar Lelang dan Sistem Resi Gudang Daerah

II.3.1 Pengembangan Kegiatan Pasar lelang Daerah


II.3.1.1 Penyelenggaraan Pasar Lelang
Tujuan utama Pasar Lelang Forward Komoditi Agro adalah untuk memberikan
alternatif mekanisme pemasaran dalam bentuk pasar yang terorganisir (organized
market) yang mempertemukan antara penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi
menggunakan sistem lelang.
Pengembangan Pasar Lelang Forward Komoditi Agro diharapkan dapat
menciptakan sistem perdagangan yang lebih baik melalui transparansi mekanisme
pembentukan harga dan peningkatan efisiensi pemasaran (tata niaga). Secara
nasional hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing di pasar
internasional, mencukupi kebutuhan antar daerah, menciptakan insentif bagi
peningkatan produksi dan mutu dan meningkatkan pendapatan semua pihak yang
terlibat, khususnya petani/produsen (peningkatan posisi tawar petani).
Pedoman yang menjadi perhatian dalam penyelenggaraan pasar lelang daerah,
adalah sebagai berikut :
A. Pelaksanaan Pasar Lelang
1.

Dinas

Provinsi/Kabupaten/Kota

menetapkan

lokasi

dan

tanggal

pelaksanaan Pasar Lelang. Lokasi yang dipilih dapat menggunakan


gedung lelang milik sendiri atau menggunakan gedung lain. Gedung
yang digunakan harus dapat menampung jumlah peserta dan panitia
penyelenggara Pasar Lelang. Sedangkan tanggal yang dipilih harus
pada hari kerja;
2.

Publikasi dilakukan selama dua minggu dan berakhir tiga hari sebelum
pelaksanaan Pasar Lelang melalui media, antara lain:
a. Koran
b. Televisi daerah/nasional, dimana kuantitas, durasi dan jam penyiaran
disesuaikan dengan RKAKL Dinas yang bersangkutan;
c. Radio daerah (FM), dimana kuantitas, durasi dan jam penyiaran
disesuaikan dengan RKAKL Dinas yang bersangkutan;
d. Website pemerintah provinsi/dinas dan Bappebti;
e. Telepon bagi peserta lelang penjual/pembeli potensial;
f. Surat Undangan bagi peserta penjual/pembeli potensial

3.

Peserta Pasar Lelang melakukan registrasi ke Panitia Pasar Lelang


dengan menyerahkan contoh komoditas.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

42

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

4.

Panitia melakukan pengecekan terhadap contoh komoditas, terdiri atas


jenis, kualitas, ukuran, kemasan, dan asal komoditas.

5.

Kepada Peserta diberikan formulir order jual/order beli untuk diisi


dengan baik dan lengkap, selanjutnya akan diberikan nomor urut lelang
dalam bentuk tanda pengenal yang diberikan kepada peserta dan
nomor urut lelang dalam bentuk label yang ditempel pada contoh
komoditas;

6.

Formulir order jual/order beli yang telah diisi dengan lengkap


selanjutnya diinput oleh petugas Back Office dengan menggunakan
Program Sistem Informasi Pasar Lelang. Data yang diinput terdiri atas:
a. Biodata Peserta Lelang (Nama, alamat, nama perusahaan, nomor
telepon, dan nomor handphone);
b. Keterangan Order Jual/Order Beli (Jenis, mutu, ukuran, asal,
keterangan, volume, satuan volume, harga, satuan harga, periode
penyerahan, volume per 1x serah, tempat penyerahan, awal
penyerahan, dan akhir penyerahan).

7.

Pada pelaksanaan hari lelang, peserta mengisi dan menandatangani


daftar hadir saat memasuki lokasi lelang. Sebelum sesi lelang dimulai,
terlebih dahulu dilakukan opening ceremony yang dilakukan oleh
perwakilan dari Dinas yang bersangkutan.
Saat sesi lelang dimulai pemandu lelang akan membacakan paket
lelang sesuai dengan urutan yang telah ditentukan sambil memegang
contoh komoditas yang bersangkutan.
Pada

saat

yang

bersamaan,

petugas

back

office

harus

menampilkan tampilan Sistem Informasi Pasar Lelang dari paket lelang


yang bersangkutan melalui proyektor agar dapat dilihat oleh pemandu
lelang dan peserta lelang lainnya.
8.

Penjual dan pembeli dipandu juru lelang melakukan tawar menawar


hingga terjadi transaksi (kesepakatan harga) antara penjual dan
pembeli. Setiap terdapat penawaran maka petugas back office akan
memasukkan harga penawaran ke dalam Sistem Informasi Pasar
Lelang.
Jika tidak terjadi transaksi maka data paket lelang tersebut oleh
petugas back office akan dimasukkan ke dalam kategori komoditas
belum terjual.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

43

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

9.

Paket lelang yang telah ditransaksikan tersebut selanjutnya ditawarkan


kembali oleh pemandu lelang kepada peserta lain dalam tiga kali
hitungan.
Jika terdapat peserta yang melakukan penawaran maka paket akan
dilelang kembali.

10. Petugas back office akan memasukkan data paket lelang yang terjual
dalam kategori order telah ditransaksikan. Kemudian petugas back
office akan mencetak perjanjian jual beli terhadap transaksi tersebut
sebanyak 3 kali;
11. Penjual dan pembeli menandatangani perjanjian jual beli tersebut,
setelah itu Ketua Lelang akan ikut menandatangani sebagai tanda
bahwa yang bersangkutan telah mengetahui transaksi telah terjadi;
Perjanjian jual beli tersebut berisi :
a.

Biodata penjual dan pembeli;

b.

Spesifikasi komoditas yang ditransaksikan;

c.

Kewajiban penjual untuk melaporkan realisasi transaksi kepada


penyelenggara Pasar Lelang, dan;

d.

Larangan untuk memperjual-belikan perjanjian tersebut.


Masing-masing pihak, baik penjual dan pembeli akan memegang

perjanjian jual beli tersebut;


12. Pihak dinas akan menerima seluruh tembusan perjanjian jual beli dan
data-data terkait transaksi Pasar Lelang;
13. Dinas

mengirimkan

data

transaksi

dan

laporan

kegiatan

penyelenggaraan Pasar Lelang kepada Bappebti dalam bentuk hard


copy melalui surat dan dalam bentuk database dari back office yang
dikirim melalui email backoffice_pl@kemendag.go.id
B. Pengawasan Pasar Lelang
1. Memastikan bahwa data yang dikirim oleh peserta Pasar Lelang adalah
benar dan sesuai dengan data yang Pasar Lelang butuhkan/ form order
jual dan form order beli (pra lelang).
2. Memastikan seluruh order jual dan order beli peserta telah ditampilkan
dan ditawarkan di Pasar Lelang (proses lelang).
3. Memastikan seluruh data transaksi tersebut dimasukan dalam Sistem
Informasi Pasar Lelang (proses lelang).
4. Mendokumentasikan transaksi yang terjadi (proses lelang).

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

44

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

5. Mengawasi adanya gagal serah atau gagal bayar transaksi Pasar


Lelang (pasca lelang).
6. Mendokumentasikan proses gagal serah atau gagal bayar dan
penyelesaian gagal serah atau gagal bayar transaksi Pasar Lelang
(pasca lelang).
7. Mengawasi seluruh transaksi yang telah terjadi di Pasar Lelang secara
keseluruhan dan mengirimkan laporan hasil pengawasan secara
keseluruhan dan adanya gagal serah atau gagal bayar transaksi Pasar
Lelang

kepada

Bappebti

melalui

surat

dan/atau

email

backoffice_pl@kemendag.go.id (pasca lelang).


C. Penyelesaian Perselisihan
1. Setelah melakukan transaksi jual beli secara lelang, baik penjual dan
pembeli melakukan penandatangan kontrak jual beli. Kontrak ini
ditandatangani sesaat setelah tercapai transaksi. Setelah penjual dan
pembeli menandatangani kontrak, ketua lelang kemudian melakukan
penandatangan kontrak sebagai tanda bahwa yang bersangkutan
mengetahui adanya transaksi;
2. Pihak dinas menerima tembusan kontrak tersebut.
3. Dinas melakukan pengawasan berdasarkan tembusan kontrak yang
ada. Pengawasan dilakukan pada bagian :
a.

Jatuh tempo pembayaran dan penyerahan barang

b.

Jenis dan mutu komoditas

c.

Lokasi serah terima

d.

Periode pengiriman
Metode pengawasan dilakukan dengan cara melakukan kunjungan

langsung ke penjual/pembeli, melalui telepon, atau menerima laporan


dari penjual/pembeli. Hasil pengawasan ini akan menentukan apakah
terdapat temuan perselisihan antara penjual-pembeli;
4. Apabila tidak terdapat temuan perselisihan maka transaksi tersebut
telah direalisasikan.
5. Pihak dinas membuat laporan realisasi transaksi dan dikirimkan kepada
Bappebti melalui surat dan/atau email backoffice_pl@kemendag.go.id;
6. Apabila terdapat temuan perselisihan maka Dinas melakukan upaya
mediasi antara pihak yang berselisih;
7. Apabila mediasi telah tercapai maka Dinas membuat laporan kepada
Bappebti melalui surat dan/atau email backoffice_pl@kemendag.go.id;
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

45

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

8. Jika diperlukan, apabila proses mediasi tidak tercapai maka pihak yang
bersengketa akan menyelesaikan perselisihannya di Komite Arbitrase.
II.3.1.2 Pengembangan Pranata Pendukung Pasar Lelang
Dalam mendukung dan menciptakan sumber daya manusia (pranata) yang
handal dalam menanggani pasar lelang, maka perlu diadakan sosialisasi dan edukasi
dalam rangka sharing knowledge melalui kegiatan seperti sosialisasi, workshop dan
konsinyering. Pedoman dalam penyelenggaraan hal tersebut diatur pada petunjuk
teknis dibawah ini :
A. Pelaksanaan Sosialisasi
1.

2.

Jenis Kegiatan
a.

Sosialisasi

b.

Workshop

c.

Seminar

Metode Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan melalui sistem ceramah dan diskusi interaktif
antara pembicara/narasumber dan peserta, yang diakhiri dengan
perumusan kesimpulan hasil pelaksanaan kegiatan.

3.

Lingkup Materi
a.

Penyebaran

dan

desiminasi

terhadap

substansi

kebijakan,

program, kegiatan, pembangunan dan pengembangan Pasar


Lelang Forward Komoditi Agro;
b.

Melakukan jalinan jejaring publik dalam rangka koordinasi;

c.

Evaluasi dan solusi teknis dalam rangka rekomendasi implementasi


Pasar Lelang Forward Komoditi Agro;

4.

Nara Sumber
Pembicara dalam acara seminar/workshop/seminar berasal dari instansi
pemerintahan, praktisi, akademisi, pelaku usaha, kalangan ahli profesi,
asosiasi, kelompok masyarakat, dll.

5.

Peserta
Sasaran peserta antara lain pemangku pusat kebijakan publik di pusat
dan daerah, praktisi, akademisi, stakeholder, Pelaku Usaha/Pasar,
Profesional dan Masyarakat.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

46

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

B. Pelaksanaan Konsinyering
1.

Metode Pelaksanaan
Pertemuan terfokus untuk membahas substansi Pasar Lelang Forward
Komoditi Agro, khususnya penyempurnaan Peraturan Tata Tertib dan
pembentukan kelembagaan Pasar Lelang, yang diakhiri dengan
perumusan materi/kesimpulan sebagai rekomendasi pengembangan
Pasar Lelang Forward Komoditi Agro ke depan.

2.

Lingkup Materi
Konsep Peraturan Tata Tertib dan pembentukan kelembagaan Pasar
Lelang Forward Komoditi Agro.

3.

Prosedur Pelaksanaan
a.

Tim Promotor mengajukan konsep Peraturan Tata Tertib dan


pembentukan kelembagaan Pasar Lelang Forward Komoditi Agro.

b.

Pelaksanaan pembahasan konsep Peraturan Tata Tertib dan


pembentukan kelembagaan Pasar Lelang Forward Komoditi Agro
antara Tim Promotor, Dinas, dan Bappebti.

c.

Perumusan rekomendasi penyempurnaan Peraturan Tata Tertib


dan pembentukan kelembagaan Pasar Lelang Forward Komoditi
Agro.

4.

Peserta
Sasaran peserta antara lain Tim Promotor, pemangku pusat kebijakan
publik di pusat dan daerah, akademisi, dan Pelaku Usaha

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

47

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

II.4

Pengembangan Fasilitasi Perdagangan Luar Negeri Daerah


Pelaksanaan dan pengelolaan kegiatan Pengembangan Fasilitasi Perdagangan

Luar Negeri Daerah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar mencapai sasaran
yang diharapkan, yaitu :
1. Meningkatnya akses pasar ekspor dan fasilitasi ekspor;
2. Meningkatnya daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor
Indonesia di pasar global.
3. Membaiknya Iklim Usaha Perdagangan Dalam Negeri dan Perdagangan Luar
Negeri
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka pada tahun anggaran 2011 ini
ruang lingkup kegiatan Pengembangan Fasilitasi Perdagangan Luar Negeri Daerah,
dapat dijelaskan dalam pedoman petunjuk teknis berikut ini, yaitu :
II.4.1 Optimalisasi Kesepakatan Perdagangan
Optimalisasi Kesepakatan Perdagangan memiliki kegiatan kegiatan yang
terdiri dari :
1. Pengawasan barang impor, ruang lingkup kegiatan :
-

Identifikasi, analisa dan evaluasi importasi produk tertentu.

2. Pemanfaatan peluang ekspor daerah dalam kerangka kesepakatan


perdagangan (FTA), ruang lingkup kegiatan :
-

Sosialisasi/pertemuan teknis hasil kesepakatan perdagangan

II.4.2 Fasilitasi Perijinan dan Non Perijinan


Fasilitasi Perijinan dan Non-Perijinan merupakan salah satu fokus dalam
Kegiatan Pengembangan Fasilitasi Perdagangan Luar Negeri Daerah Tahun
2011, dimana memiliki fokus yang terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut
ini :
1. Layanan Penerbitan dan Pengelolaan Surat Keterangan Asal (SKA), ruang
lingkup kegiatan ini adalah :
-

Melakukkan pelaporan penggunaan dan pemanfaatan SKA.

2. Layanan Penerbitan Angka Pengenal Impor, ruang lingkup kegiatan :


-

Operasionalisasi API On-Line


a. Angka Pengenal Importir (API) terdiri atas :
1)

API Umum (API-U)


API-U diberikan kepada importir yang melakukan impor
barang

untuk

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

keperluan

kegiatan

usaha

dengan

48

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

memperdagangkan atau memindahtangankan barang kepada


pihak lain.
2)

API Produsen (API-P).


API-P diberikan kepada importir yang melakukan impor
barang

untuk

dipergunakan

sendiri

dan/atau

untuk

mendukung proses produksi dan tidak diperbolehkan untuk


memperdagangkan atau memindahtangankan kepada pihak
lain.
b. Penerbitan API
Menteri telah mendelegasikan sebagaian kewenangan dalam
penerbitan API berdasarkan pada jenis API, yaitu :
1)

API-Umum (API-U)
Penerbitan API-U diberikan kewenangan kepada Kepala
Dinas Provinsi.

2)

API-Produsen (API-P)
Penerbitan API-P diberdasarkan jenis usaha produsen
pemilik API, yaitu :
-

API-P sebagaimana badan usaha atau kontraktor di


bidang energi, minyak dan gas bumi, mineral serta
pengelolaan sumber daya alam lainnya yang melakukan
kegiatan
kerjasama

usaha,
dengan

berdasarkan
Pemerintah

perjanjian
Republik

kontrak
Indonesia

kepada Direktur Jenderal.


-

API-P bagi perusahaan penanaman modal asing dan


perusahaan penanaman modal dalam negeri kepada
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

API-P selain untuk badan usaha atau kontraktor


sebagaiamana dimaksud pada huruf b dan perusahaan
penanaman modal sebagaimana dimaksud pada huruf c
kepada Kepala Dinas Provinsi.

Penerbitan API-P oleh Kepala Dinas Provinsi hanya


untuk importir pemilik izin usaha di bidang industri atau
izin usaha lain yang sejenis yang diterbitkan oleh
instansi/dinas teknis yang berwenang.

Penerbitan API sebagaimana ditandatangani untuk dan atas


nama Menteri.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

49

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

c. Kepemilikan API
-

Setiap importir hanya dapat memiliki 1 (satu) jenis API.

API berlaku untuk setiap kegiatan impor di seluruh wilayah


Indonesia.

API berlaku untuk kantor pusat dan seluruh kantor cabangnya


yang memiliki kegiatan usaha sejenis.

d. Masa berlaku API


-

API berlaku selama importir masih menjalankan kegiatan


usahanya.

Importir prmilik API wajib melakukan pendaftaran ulang di


instansi penerbit setiap 5 (lima) tahun sejak tanggal
penerbitan.

Pendaftaran ulang sebagaimana paling lama 30 (tiga puluh)


hari kerja setelah 5 (lima) tahun.

e. Mekanisme penerbitan API-U dan API-P oleh Dinas Provinsi

f.

Tata Cara Penomoran API


-

Setiap API-U dan API-P yang diterbitkan diberi nomor yang


terdiri dari 9 (sembilan) digit diikuti hurf D, huruf B, atau huruf
P.

9 (sembilan) digit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri


dari:

2 (dua) digit pertama untuk nomor kode propinsi yang


ditetapkan sebagaimana tercantum dalam lampiran XIV
Peraturan Menteri.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

50

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

2 (dua) digit berikutnya untuk nomor kode kabupaten/kota

sesuai dengan nomor kode yang ditetapkan di propinsi


yang bersangkutan.
5 (lima) digit terakhir untuk nomor urut API yang

diterbitkan.
D untuk API-P yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal,

huruf B untuk API-P yang diterbitkan oleh Kepala BKPM,


atau huruf P untuk API-U atau API-P yang diterbitkan
oleh Kepala Dinas Provinsi.
Contoh penomoran Kode Provinsi, Kabupaten/Kota :
Nomor : 280100001-D/B/P (Contoh untuk wilayah Propinsi
Banten)
Catatan :
28

Kode wilayah Provinsi Banten

01

Kode Kotamadya Banten (nomor kode kabupaten/kota


yang ada di provinsi yang bersangkutan).

00001 =

Nomor urut API wilayah provinsi Banten

Dirjen Perdagangan Luar Negeri

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

Kepala Dinas Perindag Provinsi

Penomoran di atas tidak boleh menggunakan titik, koma dan garis


miring.
II.4.3 Koordinasi dan Pengawasan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri
Koordinasi dan Pengawasan Kebijakan Perdagangan Luar Negeri, kegiatan
terdiri dari:
1.

Sosialisasi, evaluasi dan harmonisasi kebijakan perdagangan luar negeri,


ruang lingkup kegiatan :
a. Penyuluhan terpadu kebijakan luar negeri
1)

Tujuan
Meningkatkan pemahaman para pelaku usaha, aparat yang
menangani perdagangan dan instansi teknis terkait di daerah
tentang kebijakan umum di bidang perdagangan luar negeri.

2)

Pembicara/Narasumber
yang dilibatkan dalam sosialisasi ini adalah para pejabat dari pusat
dan daerah yang terdiri dari :

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

51

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

a)

Pejabat

dari

Direktorat

Ekspor

Produk

Pertanian

dan

Industri

dan

Kehutanan, Ditjen Perdagangan Luar Negeri.


b)

Pejabat

dari

Direktorat

Ekspor

Produk

Pertambangan, Ditjen Perdagangan Luar Negeri.


c)

Pejabat dari Direktorat Impor, Ditjen Perdagangan Luar


Negeri.

d)

Pejabat dari Direktorat Pengawasan Perdagangan, Ditjen


Perdagangan Luar Negeri.

3)

e)

Pejabat dari Kantor Wilayah Bea dan Cukai tingkat propinsi.

f)

Pejabat dari Dinas Perhubungan tingkat propinsi.

g)

Pejabat dari Perbankan tingkat propinsi.

Materi
Materi sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri yang
diberikan adalah:
a)

Kebijakan Umum di bidang Ekspor dan Impor.

b)

Isu-isu dan penangan hambatan perdagangan

c)

Tatalaksana Kepabeanan bidang Ekspor dan Impor.

d)

Kebijakan bidang perhubungan dalam menunjang kelancaran


arus barang.

e)
4)

Peran Perbangkan dalam Pembiayaan Ekspor.

Peserta
Peserta sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri terdiri dari
kalangan

dunia

usaha,

aparat

Dinas

Perindustrian

dan

Perdagangan Provinsi, Kabupaten/Kota yang menangani bidang


perdagangan luar negeri, asosiasi dan instansi teknis terkait di
daerah.
5)

Jadwal
Kegiatan

sosialisasi

kebijakan

perdagangan

luar

negeri

dilaksanakan di 33 propinsi yang dijadwalkan mulai bulan Pebruari


s/d Oktober 2011
6)

Pelaporan
Laporan hasil pelaksanaan sosialisasi kebijakan perdagangan luar
negeri diatur pada BAB V.

7)

Hasil yang ingin dicapai


Pengetahuan aparat kalangan dunia usaha, instansi teknis terkait,
dan aparat Dinas Perindag bidang Perdagangan Luar Negeri
secara teknis meningkat.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

52

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

b. Bimbingan teknis kebijakan perdagangan luar negeri


1) Tujuan :
Memberikan bekal pengetahuan secara teknis mengenai ekspor,
impor dan mutu barang kepada aparatur yang menangani
perdagangan di daerah agar dapat memberikan pelayanan yang
baik kepada para pelaku bisnis.
2) Pembicara/Narasumber :
Pembicara berasal dari pejabat eselon II dan III di lingkungan
Ditjen Perdagangan Luar Negeri, sedangkan narasumber berasal
dari Ditjen Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, Energi Sumber
Daya Manusia (ESDM) Kementerian

Pertambangan, Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).


Materi :
Materi yang disampaikan meliputi :
a)

Kebijakan teknis ekspor dan impor

b)

Kebijakan teknis fasilitasi ekspor dan impor

c)

Isu-isu dan penanganan hambatan perdagangan.

3) Peserta :
Peserta dari bimbingan teknis perdagangan luar negeri terdiri dari
pejabat eselon III atau IV dari Dinas Perindag Propinsi dan dan
Kabupaten/Kota se - Indonesia.
4) Pelaksanaan :
Bimbingan teknis kebijakan perdagangan luar negeri ekspor dan
impor diselenggarakan sebanyak dua kali dalam setahun (di
Mataram untuk wilayah barat dan Palembang untuk wilayah timur).
5) Hasil yang ingin dicapai :
Pengetahuan aparat Dinas Perindag bidang perdagangan luar
negeri mengenai prosedur ekspor dan impor secara teknis
meningkat.
6) Pelaporan :
Laporan

hasil

pelaksanaan

Bimbingan

Teknis

Kebijakan

Perdagangan Luar Negeri Ekspor dan Impor diatur pada BAB V.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

53

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

c. Pemantauan

dan

evaluasi

terhadap

pelaksanaan

kebijakan

perdagangan luar negeri pada daerah lintas batas :


1)

Tujuan :
Tujuan pengembangan perdagangan daerah lintas batas adalah
untuk mengetahui seberapa besar nilai dan volume impor barangbarang tersebut dilaksanakan di daerah perbatasan, karena
perdagangan daerah lintas batasnya umumnya dilaksanakan untuk
memenuhi

kebutuhan

masyarakat

yang

berada

di

daerah

perbatasan.
2)

Hasil yang ingin dicapai :


Tersedianya data yang dapat menggambarkan nilai dan volume
perdagangan impor dilakukan di daerah lintas batas.

3) Pelaporan :
Laporan hasil pelaksanaan evaluasi/pemantauan perdagangan
lintas batas diatur pada BAB V.:
d. Peningkatan sumber daya manusia aparatur :
1) Tujuan :
- Untuk meningkatkan kemampuan para aparatur sehingga
dapat menunjang pelaksanaan tugas di bidang substansi
perdagangan luar negeri yang semakin berkembang dan
kompleks.
- Diharapkan aparatur dapat mengikuti perkembangan dunia di
bidang

perdagangan

dan

informasi

dalam

rangka

mengantisipasi diberlakukannya perdagangan bebas.


2) Pelaksanaan :
Mengikutsertakan pejabat/staf untuk mengikuti pelatihan bidang
Perdagangan

Luar

Negeri

pada

lembaga

pelatihan

yang

professional, baik melalui diklat yang diselenggarakan oleh


pemerintah maupun swasta.
3) Hasil yang ingin dicapai :
Meningkatnya kemampuan sumber daya manusia dalam berbagai
bidang perdagangan luar negeri sesuai kebutuhan.
4) Pelaporan :
Laporan hasil pendidikan dan pelatihan teknis diatur pada BAB V.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

54

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

2.

Koordinasi PEPIDA, ruang lingkup kegiatan :


a. Operasional PEPIDA
Sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 3
Tahun

2006

tentang

Tim

Nasional

Peningkatan

Ekspor

dan

Peningkatan Investasi (Timnas PEPI) disebutkan bahwa :


1) Guna mendukung peningkatan ekspor dan peningkatan investasi
dalam rangka pemulihan ekonomi nasional, dipandang perlu
mengambil langkah-langkah yang mendukung peningkatan ekspor
dan peningkatan investasi;
2) Sehubungan dengan telah terbentuknya Kabinet Indonesia Bersatu
dan untuk meningkatkan arus ekspor dan investasi di seluruh
wilayah Indonesia dengan tetap memperhatikan penyelenggaraan
Otonomi Daerah, dipandang perlu membentuk Tim Nasional
Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi.
Dengan diterbitkannya Keppres tersebut di atas maka untuk
pelaksanaannya Menko Bidang Perekonomian selaku Ketua Harian
Tim Nasional PEPI mengeluarkan beberapa keputusan terakhir
dengan Keputusan Menko Bidang Perekonomian Nomor KEP25/M.EKON/04/2008 Tentang Perubahan atas Keputusan Menteri
Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Harian Tim
Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi Nomor
KEP-31/M.EKON/06/2007 Tentang Kelompok Kerja pada Tim
Nasional Peningkatan Ekspor dan Peningkatan Investasi yang
menetapkan :
a) Membentuk Kelompok Kerja pada Timnas PEPI sebagai
berikut :
-

Kelompok kerja Pengkajian, Penyiapan Rumusan, dan


Pemantauan Kebijakan Ekspor dan Investasi;

Kelompok

kerja

Koordinasi

Implementasi

dan

Penyelesaian Masalah Peningkatan Ekspor dan Investasi;


-

Kelompok kerja Promosi Penggunaan Produksi Dalam


Negeri dan Promosi Terpadu Pariwisata, Perdagangan
dan Investasi;

Kelompok kerja Evaluasi, Penetapan dan Pencabutan


Perdagangan dan Investasi.

b) Susunan

kelompok

kerja

Evaluasi,

Penetapan

dan

Pencabutan Perdagangan dan Investasi sebagai berikut :


Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

55

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Ketua

: Menteri Keuangan;

Wakil Ketua I : Menteri Perindustrian;


Wakil Ketua II : Menteri Perdagangan.
c) Kelompok Kerja

Evaluasi, Penetapan dan Pencabutan

Perdagangan dan Investasi mempunyai tugas sebagai berikut


:
-

Menetapkan

kriteria

operasional

pemberian

dan

pencabutan fasilitas perdagangan dan investasi;


-

Menetapkan

fasilitas

sektor/perusahaan

yang

yang

diberikan

diusulkan

oleh

bagi
Badan

Penanaman Modal dan /atau lembaga lainnya;


-

Melakukan evaluasi secara berkala (periodik) terhadap


efektivitas pemberian fasilitas perdagangan dan investasi
yang telah ditetapkan;

Menetapkan

pencabutan

fasilitas

perdagangan

dan

investasi.
Selanjutnya untuk mendukung Tim Nasional PEPI diharapkan daerah
juga membentuk PEPI-Daerah (PEPIDA) yang berfungsi sebagai Tim
yang bekerja secara lintas sektor/dinas yang menangani hambatanhambatan terkait dengan Peningkatan Ekspor dan Peningkatan
Investasi di daerah.
Ruang lingkup PEPIDA di sektor perdagangan antara lain :
-

Fokus Ekspor dan Investasi Daerah

Efisiensi Pelayanan Publik dan Pemberian Fasilitas

Efisiensi Logistik

Pengawasan pelaksanaan kebijakan di daerah.

Pelaporan kegiatan tersebut diatur pada BAB V.


b. Identifikasi dan evaluasi komoditi tiap daerah sehingga didapatkan
komoditi unggulan dan potensial untuk ditingkatkan ekspornya
1) Tujuan :
Untuk mengetahui perkembangan dan potensi daerah serta
komoditi apa yang paling dominan/potensial dikembangkan pada
daerah tersebut dalam kaitannya untuk meningkatkan devisa
negara dan sekaligus untuk diarahkan dalam rangka memacu
peningkatan daya saing global yaitu : pengembangan ekspor,
pengembangan industri, keunggulan kompetitif, penguatan institusi
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

56

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

pasar, pengembangan pariwisata dan peningkatan kemampuan


ilmu pengetahuan dan teknologi.
2) Hasil yang ingin dicapai :
Peta komoditi utama dan komoditi potensial.
3) Pelaporan :
Laporan hasil penyusunan komoditi potensial daerah diatur oleh
BAB V.
c. Penyediaan data/informasi perdagangan luar negeri yang diperlukan
dunia usaha di daerah.
1) Tujuan :
Untuk memberikan pelayanan informasi kepada masyarakat/dunia
usaha data yang lengkap tentang eksportir/importir di masingmasing propinsi berupa :
a. Nama perusahaan yang aktif melakukan ekspor/impor sesuai
dengan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) Propinsi;
b. Alamat lengkap, nomor telepon dan fax;
c. Komoditi spesifik yang digeluti;
d. Kontak person.
2) Hasil yang ingin dicapai :
Buku direktori eksportir/importir propinsi.
3) Pelaporan :
Laporan hasil penyusunan direktori eksportir diatur oleh BAB V.
d. Penyusunan laporan kinerja ekspor impor propinsi :
1)

Tujuan :
- Untuk mengetahui

atau memperoleh gambaran tentang

keadaan struktur dan permasalahan

yang dihadapi oleh

komoditi ekspor dan impor daerah di pasar domistik, serta


prospek ekspornya dalam rangka perolehan devisa.
- Tersusunnya hasil evaluasi ekspor impor sebagai bahan
masukan

bagi pimpinan dalam pengambilan kebijakan/

keputusan.
- Mengetahui permasalahan/hambatan yang dialami oleh para
eksportir/importir dalam pelaksanaan ketentuan ekspor impor
dimaksud.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

57

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

2)

Hasil yang ingin dicapai :


Melakukan evaluasi dan analisa terhadap kinerja/perkembangan
ekspor impor. Hasil evaluasi ini selanjutnya akan disajikan secara
berkala/periodik kepada pejabat terkait di lingkungan Kementerian
Perdagangan.

3)

Pelaporan :
Laporan

hasil

pelaksanaan

evaluasi/identifikasi

pelaksanaan

kegiatan ekspor komoditi diatur pada BAB V.


3.

Koordinasi perencanaan dan kebijakan perdagangan luar negeri tingkat


propinsi, ruang lingkup kegiatan :
a)

Koordinasi implementasi kebijakan perdagangan luar negeri :


1) Tujuan :
Pelaksanaan kegiatan Forum Koordinasi dan Implementasi
kebijakan perdagangan luar negeri dimaksudkan untuk mengkaji
isu dan permasalahan yang ada di daerah dalam rangka
perumusan dan mekanisme kerja sama pusat dan daearah yang
menyangkut kebijakan bidang perdagangan luar negeri.
Kegiatan

Forum

Koordinasi

dan

Implementasi

kebijakan

Perdagangan Luar Negeri bertujuan untuk memberi masukan


kepada pusat tentang isu-isu dan masalah yang ada dimasingmasing daerah dalam rangka perumusan Kebijakan Perdagangan
Luar Negeri.
2) Tempat pelaksanaan Kegiatan :
Kegiatan

Forum

Koordinasi

Perdagangan Luar Negeri

dan

Implementasi

Kebijakan

tahun 2011 direncanakan akan

dilaksanakan di Semarang.
3) Pelaksanaan :
Kegiatan

Forum

Koordinasi

dan

Implementasi

kebijakan

perdagangan luar negeri dilaksanakan melalui sistem ceramah


dan diskusi interaktif dengan narasumber dari Direktorat Jenderal
Perdagangan Luar Negeri
4) Pelaporan :
Laporan hasil pelaksanaan Forum Koordinasi dan Implementasi
kebijakan perdagangan luar negeri diatur oleh BAB V.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

58

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

b)

Koordinasi penyusunan rencana program/ kegiatan dan anggaran.


1) Tujuan :
Agar tersusun rencana program kerja bidang perdagangan luar
negeri pada setiap Dinas Perindag tingkat Propinsi untuk jangka
waktu 1 tahun kedepan secara terukur dengan memperhatikan
sasaran dan arah kebijakan yang ingin dicapai pemerintah di
bidang perdagangan serta perkembangan yang terjadi di
lingkungan perdagangan luar negeri.
2) Pelaksanaan :
- Melakukan pertemuan/rapat-rapat koordinasi di daerah (Dinas
Perindag tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota).
- Melaksanakan perumusan rancangan rencana kerja, teknis
dan program pengembangan perdagangan luar negeri.
3) Hasil yang ingin dicapai :
Tersusunnya rencana program kerja bidang perdagangan luar
negeri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi.
4) Pelaporan :
Laporan

hasil

penyusunan

program

dan

rencana

kerja/teknis/program diatur pada BAB V.


II.5

Pengembangan Ekspor Daerah

II.5.1 Peningkatan Diversifikasi Pasar Tujuan Ekspor di Daerah


II.5.1.1 Partisipasi UKM Pada Diklat Ekspor di Jakarta
Kegiatan pengiriman UKM daerah untuk mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan (diklat) di Jakarta, merupakan UKM terbaik di daerah tersebut.
Produk-produk yang di produksi merupakan produk dengan kualitas ekspor
dan merupakan produk yang mempunyai keunggulan kompetitif sehinnga
dapat memperkenalkan daerahnya ke manca negara. Adapun hal-hal yang
perlu

dilakukan

oleh

Pihak

Dinas

Perindag

daerah

dalam

rangka

mendapatkan pengusaha yang mempunyai produk terbaik dengan reputasi


yang baik antara lain :
a. Melakukan kunjungan lapangan dalam rangka melihat lebih dekat
terhadap proses produksi terhadap suatu barang yang akan dipilih
untuk mengikuti seleksi produk, penggunaan tenaga kerja dalam
proses produksi, melakukan pengambilan gambar sebagai bahan
dokumentasi.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

59

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

b. Mengadakan pertemuan dengan para pengusaha yang produknya


terpilih untuk dilakukan seleksi oleh pihak Dinas Perindag Propinsi
sekaligus produk di display untuk mendapatkan ketransparanan
pemilihan.
c. Produk yang terpilih akan diwakili oleh pemilik/wakil dari pemilik
perusahaan untuk mengikuti diklat ekspor di BBPPEI.
d. Pemilik/wakil perusahaan yang mengikuti diklat adalah pengusaha
yang berhak untuk mengikuti kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) di
Jakarta.
e. Pemilik/wakil perusahaan yang berhalangan hadir setelah diputuskan
terpilih untuk mengikuti diklat ekspor di Jakarta boleh digantikan oleh
perusahaan lain pemenang berikutnya.
f.

Apabila sampai dengan waktu pelaksanaan diklat peserta yang telah


ditunjuk oleh pihak Dinas Perindag setempat tidak datang maka
peserta tidak dapat digantikan oleh pengusaha yang lainnya.

g. Peserta/wakil perusahaan yang akan mengikuti diklat berusia 30 s.d


50 tahun dan dalam keadaan sehat walafiat dibuktikan dengan surat
keterangan sehat dari dokter setempat.
h. Membawa surat tugas yang dikeluarkan dan ditanda tangai oleh pihak
Dinas Perindag setempat.
i.

Membuat laporan hasil seleksi peserta diklat

II.5.1.2 Partisipasi UKM Pada Kegiatan TEI di Jakarta


Kegiatan partisipasi UKM pada kegiatan Trade Expo Indonesia (TEI) di
Jakarta merupakan bagian dari rangkakain kegiatan yang diberikan kepada
UKM yang sebelumnya telah mengikuti kegiatan diklat ekspor di BBPPEI di
Jakarta. Kegiatan ini dilakukan dalam rangka memberikan kesempatan
kepada para UKM dalam uapaya melakukan tes pasar terhadap produk
daerah yang diproduksi oleh UKM. Adapun tahapan kegiatan yang sebaiknya
dilakukan untuk pelaksanaan kegiatan dimaksud adalah sebagai berikut :
a. UKM yang mengikuti TEI merupakan UKM yang akan mengikuti
kegiatan diklat ekspor pada BBPPEI Jakarta.
b. UKM yang mengikuti TEI merupakan UKM yang sedang mengikuti
diklat ekspor dan tidak dapat digantikan oleh UKM lainnya dari daerah
yang sama ketika UKM yang mengikuti diklat tersebut mengalami
sesuatu hal yang menyebabkan UKM tersebut batal mengikuti TEI.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

60

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

c. Mengisi hasil kontak dagang harian yang disiapkan oleh panitia c.q
Sekretariat Ditjen PEN.
e. Mengisi kuestioner yang disediakan panitia dalam rangka evaluasi
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
f.

Menyampaikan laporan hasil transaksi setelah pelaksanaan TEI


berlangsung kepada panitia c.q Sekretariat Ditjen PEN.

g. Peserta yang tidak berkenan untuk mengisi laporan kontak dagang,


kuestioner dan laporan hasil dari kegiatan TEI kepada panitia akan
diinfoka kepada pihak pengirim UKM C.q Dinas Perindag TK I.
h. UKM

yang

sukses

dalam

mengikuti

kegiatan

TEI

akan

dipertimbangkan untuk difasilitasi untuk mengikuti kegiatan pameran


luar negeri.
i.

Pelaksanaan kegiatan disertai pendamping dari Dinas Perindag untuk


4 (empat) orang pegawai.

II.5.1.3 Partisipasi 2 (Dua) UKM Daerah Pada 2 (Dua) Pameran Dalam Negeri
Lainnya
a. UkM yang mengikuti kegiatan pameran dalam negeri orientasi ekspor
merupakan UKM yang potensial di daerah tersebut.
b. UKM yang mengikuti kegiatan pameran dalam negeri orientasi ekspor
merupakan UKM terbaik dan kalau mungkin produk yang
dihasilkannya merupakan produk yang mempunyai keunggulan
komparatif di daerah tersebut.
c. Mengisi hasil kontak dagang harian yang disiapkan oleh kantor
pembina.
d. Mengisi kuestioner yang disediakan pembina dalam rangka evaluasi
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
e. Menyampaikan laporan hasil transaksi setelah pelaksanaan pameran
berlangsung kepada pembina.
f.

Peserta yang tidak berkenan untuk mengisi laporan kontak dagang,


kuestioner dan laporan hasil dari kegiatan pameran kepada pembina
akan menjadi catatan tersendiri bagi Dinas Perindag setempat.

g. Pelaksanaan kegiatan disertai pendamping dari Dians Perindag untuk


2 (dua) orang pegawai.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

61

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

II.5.2 Peningkatan Kualitas Keberagaman Produk Ekspor Daerah


II.5.2.1 Identifikasi Potensi Ekspor
Dalam upaya menyediakan data terkait dengan sumber daya perusahaan
yang terdapat di suatu daerah di Indonesia maka akan dilakukan kegiatan
Identifikasi Potensi Ekspor (IPE) pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan
pada daerah tingkat I. Adapun beberpa tahapan kegiatan yang akan
dilakukan sebagai berikut :
1. Pembentukan tim kegiatan Identifikasi Potensi Ekspor (IPE)
2. Membuat kuestioner untuk kebutuhan IPE
3. Melakukan pembagian tugas untuk melakukan perjalanan dalam rangka
kegiatan IPE
4. Pengumpulan data hasil kegiatan IPE
5. Entry data hasil kegiatan IPE
6. Editing data hasil IPE yang akan dijadikan sebagai bahan informasi IPE
7. Melakukan penjilidan buku hasil kegiatan IPE dengan spesifikasi yang
telah ditetapkan oleh pihak Ditjen PEN
8. Melakukan pembuatan CD produk hasil IPE
9. Pengiriman hasil IPE kepada Ditjen PEN c. Sekretariat Ditjen PEN dan
Direktorat

Pengembangan

Produk

dan

Ekonomi

Kreatif

untuk

ditindaklanjuti
II.5.2.2 Penyelenggaraan dan Partisipasi Daerah Pada Diklat Teknis Pengembangan
Produk Ekspor
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan para eksportir/dunia usaha dan
aparat di daerah khususnya di Jawa Barat, Banten dan Bangka Belitung,
maka pihak pemerintah pusat c.q Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional,
Kemendag memberikan kesempatan kepada pihak daerah c.q Dinas
Perindustrian

dan

Perdagangan

untuk

menyelenggarakan

kegiatan

pendidikan dan pelatihan (diklat) yaang berlokasi di daerah.


Kesepakatan antara pemerintah pusat c.q Ditjen PEN dengan pihak daerah
c.q Dinas Perindustrian dan Perdagangan untuk menyelenggarakan kegiatan
diklat di daerah dengan dasar pemikiran bahwa dengan penyelenggaraan
diklat di daerah diharapkan akan dapat memberikan manfaat lebih banyak
kepada pihak

daerah.

Pertimbangan tersebut

diambil

dalam

upaya

memberikan nilai lebih kepada sumber daya manusia (eksportir dan dunia
usaha, aparatur, pelajar dan mahasiswa) yang berdomisili di daerah tersebut.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

62

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Penyelenggaraan diklat di daerah dilihat dari sisi anggaran akan lebih


menguntungkan

karena

lebih

banyak

SDM

daerah

tersebut

yang

memanfaatkannya (sebagai peserta diklat). Disamping itu, bagi daerah yang


memandang aparat daerah perlu untuk meningkatkan kopetensi pada bidang
/teknis tertentu maka daerah akan mengalokasikan anggaran untuk
mengirimkan aparat untuk mengikuti diklat dimaksud sseperti Aceh, Jambi,
bangka belitung dab Gorontalo.
Adapun tahapan penyelenggaraan diklat di daerah dengan tenaga pengajar
dari Jakarta sebagai berikut :
a. Kedua belah piha yaitu Dinas Perindag dan Balai Besar Pendidikan dan
Pelatihan Ekspor Indonesia (BBPPEI) sepakat menentukan tanggal dan
bulan serta tempat penyelenggaraan kegiatan.
b. Dinas Perindag memberitahukan penyelenggaraan diklat kepada
Kepala Dinas Perindag setempat untuk mendapatkan persetujuan
pimpinan.
c. Setelah mendapat persetujuan pimpinan kemudian panitia dapat
menghubungi pihak Hotel untuk tempat penyelenggaraan kegiatan
diklat.
d. Dinas Perindag mengundang peserta yang teridiri dari dunia usaha,
aparatur, akademisi, pelajar dan mahasiswa.
e. Penyelenggaraan diklat
f.

Laporan pelaksanaan diklat

g. Evaluasi hasil pelaksanaan diklat.


Sedangkan partisipasi daerah pada penyelenggaraan diklat teknis tertentu
pada BBPPEI melalui tahapan sebagai berikut :
1. Dinas Perindag menghubungi pihak BBPPEI dalam rangka mencari
informasi penyelenggaraan diklat, kurikulum dan waktu penyelnggaraan
diklat.
2.

Menginformasikan kepada pimpinan bahwa akan mengirimkan peserta


untuk mengikuti diklat teknis tertentu di BBPPEI Jakarta

3. Mengirimkan informasi kepada pihak BBPPEI bahwa pihak Dinas akan


mengirimkan pesertanya untuk mengikuti diklat teknis tertentu
4. Pelaksanaan diklat
5. Laporan pelaksanaan diklat
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

63

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

BAB III

ORGANISASI PELAKSANA KEGIATAN

Kegiatan Dana Dekosentrasi bidang perdagangan dilaksanakan di dinas provinsi yang


membidangi kegiatan perdagangan, untuk itu diperlukan susunan organisasi pelaksana
kegiatan sebagai berikut:
III.1 Tingkat Pusat
A.

Pembina
Sebagai Pembina adalah Menteri Perdagangan R.I yang fungsinya adalah
memberikan bimbingan dan arah kebijakan umum agar sasaran dan tujuan
kegiatan dana dekosentrasi dapat tercapai.

B.

Penanggung Jawab Program


Sebagai penanggung jawab program adalah semua Direktur Jenderal
(pimpinan Unit Kerja) yang memiliki program untuk dana dekonsentrasi
untuk melakukan pembinaan, pembimbingan dan pengarah melalui
pedoman pengelolaan dana dekonsentrasi masing-masing program atau
kegiatan bidang perdagangan.

C.

Penanggung Jawab Teknis


Sebagai

penanggung

jawab

teknis

adalah

Sekretaris

Jenderal

Kementerian Perdagangan, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri,


Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Direktur Standarisasi dan
Perlindungan Konsumen, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor
Nasional, dan Kepala Badan Pengawasan Perdagangan Berjangka
Komoditi yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memberikan
petunjuk

teknis

pelaksanaan

kegiatan

dana

dekosentrasi

bidang

perdagangan agar tujuan dan sasaran dana dekosentrasi dapat tercapai.


III.2 Tingkat Daerah
A.

Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)


Adalah pejabat yang ditunjuk oleh Menteri selaku pengguna anggaran
untuk melaksanakan tugas, kewewenangan dan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya. Adapun tugas kuasa pengguna anggaran adalah
sebagai berikut:
1.

Melakukan perencanaan penggunaan dan pengendalian anggaran


pada satuan kerja yang bersangkutan.

2.

Menentukan kebijakan dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran.

3.

Mencermati DIPA satuan kerja yang bersangkutan.

4.

Meneliti tersedianya dana yang bersangkutan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

64

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

5.

Mengajukan uang persedian dan atau tambahan uang persedian


untuk membiayai kegiatan operasional kantor sehari-hari;

6.

Memerintahkan pembayaran atas beban anggaran pendapatan dan


belanja negera (APBN).

7.

Menetapkan pejabat pembuat komitmen, panitia/pejabat pengadaan


barang/jasa, panitia pemeriksa dan penerima barang/jasa, petugas
akuntansi keuangan dan barang milik Negara, bendahara pengeluaran
pembantu (BPP), pembuat daftar gaji untuk pusat, pemegang uang
muka (PUM) dilingkungan satker yang bersangkutan sesuai dengan
kebutuhan.

8.

Membentuk unit akutansi dan barang milik negara pada satuan kerja
yang bersangkutan.

9.

Melakukan pengendalian atas pelaksanaan pengelolaan DIPA;

10. Menyampaikan laporan keuangan dan ekening pemerintah pada


satuan kerja yang bersangkutan.
B.

Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar (SPM)


Adalah pejabat yang mempunyai tugas dalam bidang keuangan yaitu
untuk mengeluarkan perintah pembayaran (SPM) misalnya Kabag TU atau
Kasubbag Keuangan. Adapun tugasnya :
1.

Mencernati DIPA satuan kerja yang bersangkutan;

2.

Memeriksa secara rinci dokumen pendukung surat permintaan


pembayaran (SPP);

3.

Memeriksa

ketersedian

pagu

anggaran

dalam

DIPA

untuk

memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu


anggaran;
4.

Membuat kendali anggaran /catatan tentang pagu dan realisasi


penyerapan anggaran sesuai dengan DIPA dan petunjuk Operasional
Kegiatan (POK);

5.

Memeriksa kebenaran atas hak tagih yang menyangkut antara lain :


a.

Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran yang mencakup


nama orang, perusahaan, alamat, nomor rekening dan nama
bank.

b.

Nilai tagihan yang harus dibayar mendasarkan kesesuaian dan


atau kelayakannya dengan prestasi kerja yang dicapai sesuai
dengan spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak;

c.

Jadual waktu pembayaran;

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

65

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

d.

Pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan yang sesuai dengan


indikator kelauaran yang tercantum dalam DIPA berkenanan dan
atau spesifikasi teknis yang sudah ditetapkan dalam kontrak;

6.

Melakukan pencermatan pembebanan pajak atas tagihan yang


diajukan ke kantor pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN);

7.

Menerbitkan, menandatangani dan menyampaikan SPM kepada


KPPN;

8.

Melakukan rekonsiliasi realisasi SPM dan Surat Perintah Pencairan


Dana (SP2D) dengan KPPN;

9.

Menggandakan dan mendistribusikan SPM sesuai dengan kebutuhan;

10. Menyelenggarakan tata kearsipan atas bukti-bukti asli pengeluaran.


C.

Bendaharawan Penerima
Bertanggung

jawab

atas

pengelolaan

keuangan

kegiatan

dana

pembantuan, menerima, menyimpan, mencatat dan menyelenggarakan


administrasi keuangan sesuai peraturan yang berlaku. Adapun tugasnya :
1.

Menatausahakan penerimaan negara bukan pajak (PNBP);

2.

Menerima dan menyetorkan PNBP sesuai dengan ketentuan yang


berlaku;

3.

Menatausahakan bukti-bukti sektor PNBP ke kas negara;

4.

Memproses pengajuan restitusi PNBP sesuai dengan ketentuan yang


berlaku;

5.

Menyiapkan bahan-bahan data penerima PNBP sebagai dasar


penyusunan/penggunaan anggaran PNBP.

6.

Melakukan rekonsiliasi atas penerimaan PNBP dengan instansi terkiat


sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

7.

Meneliti rekening koran atas penerimaaan penyetoran PNBP;

8.

Membuat laporan bulanan, triwulan dan tahunan sesuai dengan


ketentuan yang berlaku;

9.
D.

Melaporkan rekening pemerintah yang dikelolannya.

Bendaharawan Pengeluaran
Bertanggung

jawab

atas

pengelolaan

keuangan

kegiatan

dana

pembantuan, mencairkan, membayar atas persetujuan KPA, tim penilai &


bendaharawan penerima serta menyelenggarakan administrasi keuangan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Adapun tugasnya :
1.

Mencermati DIPA satuan Kerja yang bersangkutan;

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

66

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

2.

Mengajukan

SPP-UP/TUP/GUP/GUP

gaji/honorarium/perjalanan

dinas

beserta

Nihil

dan

dokumen

LS

pendukung

lainnya;
3.

menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam


kuitansi dan dokumen pendukung;

4.

Menguji

ketersedian

dana

dalam

DIPA

satuan

kerja

yang

bersangkutan;
5.

Membayar

UP

dengan

menandatangani

kuitansi

yang

mencantumkansetuju dan lunas dibayar tanggal...... sebagai alat


kontrol kuintansi dimaksud dapat diketahui oleh pejabat struktural
yang

mengunakan

UP/TUP/GUP/GUP

Nihil

dan

LS

gaji/honorarium/perjalanan dinas untuk membiayai kegiatan pada


tugas pokok dan fungsi struktural yang bersangkutan;
6.

Menolak perintah bayar apabila persyaratan pembayaran tidak


terpenuhi karena bendahara bertanggung jawab secara pribadi atas
pembayaran yang dilaksanakannnya

7.

Melalukan pembukuan seluruh transaksi keuangan pada buku kas


umum (BKU), buku pembantu dan buku-buku tambahan lainnnya;

8.

Memungut pajak dan penyetoran ke rekening kas negara;

9.

Membuat lapaoran pertanggung jawabaan (LPJ) , atas uang yang


dikelolanya sebagai pertanggung jawaban pengelolaan keuangan
berupa laporan realisasi bulan, triwulan dan tahunan kepada KPA;

10. Menyelenggarakan tata kearsipan atas bukti pengeluaran;


11. Melaporkan rekening pemerintah yang dikelolanya;
12. Melalakukan rekonsiliasi data SPM dan SP2D dengan pejabat yang
berwenang.
E.

Pelaksana Pengelola Barang Milik Negara


Tugas pelaksana pengelola barang milik negara meliputi :
Menatausahakan

barang

milik

negara

pada

satuan

kerja

yang

bersangkutan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;


1.

Menyimpan dan mendistribusikan barang-barang persediaan;

2.

Menyusun laporan secara periodik barang milik negara pada satuan


kerja yang bersangkutan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

67

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

BAB IV

MONITORING DAN EVALUASI

Keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi bidang


perdagangan tahun anggaran 2011 yang dilaksanakan di Dinas yang membidangi
perdagangan di 33 provinsi, maka kegiatan dana dekosentrasi tersebut perlu dilakukan
monitoring dan evaluasi.
Tujuan dari monitoring dan evaluasi adalah untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi bidang perdagangan serta sasaran apa yang
telah dicapai. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara langsung dengan
melakukan kunjungan ke lapangan dan sekaligus memberikan saran dan masukan yang
tepat apabila terdapat penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan dana dekonsentrasi.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

68

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

BAB V

PELAPORAN

Satuan kerja yang mendapat alokasi anggaran Dana Dekosentrasi Bidang


Perdagangan tahun anggaran 2011, diwajibkan untuk membuat laporan pelaksanaan
kegiatan dekonsentrasi sesuai mekanisme yang diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 7
tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dan Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan Nomor. PER-24/PB/2006 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga.
Pertanggungjawaban dan pelaporan dana dekosentrasi mencakup aspek manajerial
dan aspek akutanbilitas, aspek manajerial terdiri dari perkembangan realisasi penyerapan
dana, pencapaian target keluaran, kendala yang dihadapi, dan sasaran tindak lanjut.
Sedangkan aspek akuntabilitas terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, catatan atas
laporan keuangan , dan laporan barang.
Semua barang yang dibeli atau diperoleh dari pelaksanaan kegiatan dana
dekosentrasi merupakan barang milik negara. Untuk itu satuan kerja yang mendapatkan
dana dekosentrasi harus melakukan penatausahaan barang milik negara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan.
Jenis laporan yang harus dibuat dan disampaikan meliputi :
1. Laporan Triwulan
Laporan Triwulan dibuat oleh masing-masing KPA Dana Dekonsentrasi, berisi
laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan yang meliputi, target dan realisasi baik
keuangan maupun kegiatan fisik. Laporan ini harus dirinci sesuai dengan program
dan mata anggaran kegiatan dan disampaikan paling lambat 14 hari kalendar
setelah triwulan yang bersangkutan berakhir.
2. Laporan Akhir
Laporan akhir dibuat oleh masing-masing KPA Dana Dekonsentrasi, adapun materi
laporan berisi pencapaian target dan realisasi pelaksanaan kegiatan baik keuangan
maupun fisik, permasalahan, laporan tersebut memuat indikator kinerja, laporan ini di
sampaikan setiap akhir tahun yaitu paling lambat tanggal 1 Februari tahun
berikutnya.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

69

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Sedangkan kerangka/susunan laporan triwulan dan laporan akhir tahunadalah


sebagai berikut:
Cover
Daftar Isi
Kata Pengantar
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C. Dasar Pelaksanaan
Bab II Pelaksanaan Kegiatan
A. Realisasi Fisik Kegiatan
B. Realisasi Keuangan
Bab III Masalah dan Saran Pemecahan
Bab IV Penutup
Lampiran-Lampiran
Masing-masing laporan tersebut diatas ditujukan ke:
Menteri Perdagangan R.I c.q. Sekretaris Jenderal Kementerian Perdagangan dengan
tembusan

Direktur

Jenderal

Perdagangan

Dalam

Negeri,

Direktur

Jenderal

Perdagangan Luar Negeri, Direktur Jenderal Standardisasi dan Perlindungan


Konsumen, Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional, Kepala Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, sesuai bidang kegiatan dekonsentrasinya,
serta Inspektur Jenderal,
dengan alamat:
KEMENTERIAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA
Jalan M.I. Ridwan Rais Nomor 5
Jakarta 10110
Untuk mengakomodir terlambatnya penyampaian laporan Dana Dekonsentrasi,
penyampaian

laporan

roren@kemendag.go.id
pdn@kemendag.go.id,

dapat
dan

dikirim

melalui

disertakan

email

yang

(tembusan/cc)

ses-daglu@kemendag.go.id,

ditujukan

kepada

kepada

sekretariat-

prokel.djpen@gmail.com,

ses.bappebti@kemendag.go.id, ses-itjen@kemendag.go.id.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

70

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

3. Laporan SAK dan SIMAK BMN


a. Laporan Keuangan dan Laporan Barang Milik Negara pada dasarnya harus
disampaikan kepada Menteri Keuangan secara berjenjang dari Satuan Kerja
(SATKER) kepada Eselon I dan diteruskan kepada Menteri Perdagangan.
b. Dalam menyampaikan laporan tersebut harus melalui program aplikasi SAI
(Sistem Akuntansi Instansi) yang terdiri dari SAK (Sistem Akuntansi Keuangan)
dan SIMAK BMN (Sistem Informasi Manajemen Akuntansi dan Keuangan
Barang Milik Negara), yang dokumen sumbernya terdiri dari:
Laporan SAK

: SPM/SP2D.

Laporan SIMAK BMN

: SPM/SPiN2D, Kwitansi dan Faktur,


Kontrak/SPK, dan Berita Acara Serah
Terima Barang.

c. Melalui aplikasi SAK tersebut, pelaporan harus disampaikan secara priodik yaitu
Bulanan, Triwulan, Semesteran dan Tahunan setelah dilakukan rekonsiliasi
dengan KPPN setempat terlebih dahulu.
d. Melalui aplikasi SIMAK BMN, pelaporan harus disampaikan secara Semesteran
dan Tahunan setelah laporan tersebut direkonsiliasikan dengan petugas SAK
tingkat Satker.
e. Laporan SAK dan SIMAK BMN tersebut disampaikan dalam bentuk Softcopy /
Arsip Data Komputer (ADK) dan Hardcopy (fotocopy dokumen).
f.

Pelaporan SAK dan SIMAK BMN untuk pengelolaan Dekonsentrasi Bidang


Perdagangan disampaikan dari Satker Penerima Dekonsentrasi (Dinas Provinsi
yang menangani bidang perdagangan) kepada unit kerja Eselon I masingmasing

pemberi

Dekonsentrasi

Bidang

Perdagangan

Kementerian

Perdagangan. Ilustrasi dari hal tersebut dapat digambarkan melalui contoh


sebagai berikut:
-

Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat menerima 2


(dua)

pelimpahan

Dekonsentrasi

Bidang

Perdagangan

Kementerian

Perdagangan yang akan diselenggarakan di daerah, yaitu

berasal dari

Ditjen Perdagangan Dalam Negeri dengan Subbidang Pengembangan


Perdagangan Dalam Negeri Daerah, dan Ditjen Standardisasi dan
Perlindungan Konsumen dengan Subbidang Perlindungan Konsumen
Daerah.
-

Penyampaian laporan yang terkait SAK dan SIMAK BMN dibuat dan
diserahkan dari Dinas tersebut kepada Ditjen Perdagangan Dalam Negeri
untuk pelaksanaan Subbidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

71

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Daerah, dan kepada Ditjen Standardisasi Perlindungan Konsumen untuk


pelaksanaan Subbidang Perlindungan Konsumen Daerah.
-

Untuk itu setiap Satker (Dinas Provinsi yang menangani perdagangan) yang
menerima 1 (satu) atau lebih Subbidang dari Dekonsentrasi Bidang
Perdagangan, maka Satker tersebut wajib melaporkan SAK dan SIMAK
BMN kepada unit kerja Eselon I Kementerian Perdagangan yang
memberikan Dekonsentrasi Bidang Perdagangan.

Format laporan dan pedoman penyusunan laporan tentang SAK dan SIMAK
BMN diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan No.59/PMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

72

[PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

BAB VI

PENUTUP

Dengan telah selesai disusunnya buku Petunjuk Teknis Dana Dekosentrasi Bidang
Perdagangan Kementerian Perdagangan, maka diharapkan buku pedoman ini akan menjadi
acuan didalam melaksanakan kegiatan dana dekosentrasi yang ada di Dinas yang
membidangi perdagangan di 33 Provinsi.
Buku Petunjuk Teknis Dana Dekonsetrasi ini materinya ditulis dengan sangat
sederhana, dengan harapan para pengguna dana dekosentrasi yang ada di Dinas Provinsi
yang membidangi perdagangan dapat mengikuti pedoman dengan baik, sehingga sasaran
dan tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik sebagaimana yang diharapkan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

73

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 1

Tabel Laporan Monitoring Harga Bahan Pokok

DAFTAR ISIAN HARGA RATA-RATA BEBERAPA BAHAN POKOK


DI KOTA .....................................................

Tanggal Pengamatan :
No.

Nama Bahan Pokok dan Jenisnya

Nama Pasar Pantauan*) :

Satuan

Harga Rp
Kemarin

Hari ini

Perubahan
Rp.

Ket

1.

BERAS (pilih dari list beras lampiran


kg
atau setara kualitas medium)**
2.
GULA PASIR :
kg
3.
MINYAK GORENG :
- Bimoli Botol
Liter
- Tanpa Merk
Kg
4.
TEPUNG TERIGU
- Segi Tiga Biru (kw Medium)
kg
- Cakra Kembar
kg
- Kunci
kg
5.
DAGING :
- Daging Sapi Murni
kg
Has
kg
Rendang
kg
Semur
- Daging Ayam Broiler
kg
- Daging Ayam Kampung
kg
6.
TELUR :
- Telur Ayam Broiler
kg
- Telur Ayam Kampung
kg
7.
CABE MERAH
- Kriting
Kg
- Biasa
Kg
8.
CABE RAWIT
- Hijau
- Merah
9.
BAWANG MERAH
Kg
BAWANG PUTIH
Kg
10.
SUSU
Kental manis
- merk Bendera
397 gr/kl
- merk Indomilk
390 gr/kl
Susu Bubuk
- merk Bendera
400 gr/kl
- merk Indomilk
400 gr/kl
11.
GARAM BERYODIUM
- Bata (250g)
Buah
- Halus
Kg
12.
KACANG KEDELAI
- Eks Impor
kg
- Lokal
kg
13.
KACANG HIJAU
Kg
14.
KACANG TANAH (belum dikupas)
Kg
15.
MIE INSTANT
- Indomie rasa kari ayam
bungkus
16.
IKAN ASIN TERI
Kg
17.
KETELA POHON
Kg
18.
JAGUNG PIPILAN KERING (bukan untuk
pakan unggas)
*) Mohon disebutkan nama-nama pasar yang menjadi obyek pantauan (lebih dari satu pasar)
**) Khusus untuk beras digunakan jenis-jenis beras yang tercantum pada tabel 2 yang secara berkala dapat berubah
sesuai dgn jenis beras yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Badan Pusat Statistik setempat

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

74

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 2 Jenis Beras Medium Yang Digunakan Sebagai Obyek Pengamatan


Disetiap Ibukota Propinsi

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33

KOTA
Banda Aceh
Medan
Pekanbaru
Padang
Jambi
Palembang
Bengkulu
Bandar Lampung
Jakarta
Bandung
Semarang
Yogyakarta
Surabaya
Pontianak
Samarinda
Banjarmasin
Palangkaraya
Manado
Palu
Kendari
Ujung Pandang
Denpasar
Mataram
Kupang
Ambon
Jayapura
Manokwari
Pangkal Pinang
Tanjung Pinang
Banten
Mamuju
Gorontalo
Sofifi

JENIS BERAS MEDIUM


Blang Bintang
IR Jongkong 64
Dolog Thailand
IR 42 Selok
IR-42
Iliran
Dolog
IR-64 Slip
IR-IIi
IR-64/II
Cisadane II
IR I
Bengawan
Vietnam
Bengawan
Krg Dukuh
Siam Unus
PL Biasa
Cimandi
Dolog
RRI
C-4
Dolog
Dolog
Dolog
MM Biasa (Dolog)
Dolog
Dolog
Dolog
IR II
Kepala
IR 64
Dolog

Catatan :
Jenis beras mengacu pada jenis beras yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat
setempat dan dapat diubah sesuai dengan perubahan keadaan setempat apabila jenis
beras sudah tidak relevan dengan kondisi terkini dan agar menginformasikan perubahan
tersebut beserta alasannya

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

75

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 3 Tabel Laporan Monitoring Harga Bahan Strategis


DAFTAR ISIAN HARGA RATA-RATA BEBERAPA BARANG STRATEGIS
DI KOTA .....................................................

Tanggal Pengamatan
1.

SEM EN
a . T ig a R o d a (5 0 K g )
b . H o lc im (5 0 K g )
c . P a d a n g (5 0 K g )
d . T o n a s a (5 0 K g )
a.
b.
c.
d.

T ig a R o d a (4 0 K g )
H o lc im (4 0 K g )
P a d a n g (4 0 K g )
T o n a s a (4 0 K g )

2.

P u p u k N o n S u b s id i
a. K C L
b. NPK
c. S P 36
d . U re a
e. Z A

3.

SENG
a . G e lo m b a n g (1 8 0 c m /1 m )
* Teb al 02
* Teb al 03
b . P la t (9 0 c m /1 m /le m b a r)
* Teb al 02
* Teb al 03

4.

5.

Nama Lokasi Pantauan*) :

Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak

Kg
Kg
Kg
Kg
Kg

Lem b ar
Lem b ar
Lem b ar
Lem b ar

BESI
B an ci
a. 6 m m
b. 8 mm
c. 10 m m
d . 12 m m

B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g

F u ll
a. 6 m m
b. 8 mm
c. 10 m m
d . 12 m m

B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g

K A YU P A P A N
a . M e ra n ti
* K aso 4 x 6
* K aso 5 x 7
* B a lo k 5 x 1 0
* B a lo k 8 x 1 2
* B a lo k 6 x 1 2
b . K am p er
* K aso 4 x 6
* K aso 5 x 7
* B a lo k 5 x 1 0
* B a lo k 8 x 1 2
* B a lo k 6 x 1 2
c . M e rb a u

6.

E M A S (L o g a m M u lia )
a . 2 4 K a ra t
b . 2 3 K a ra t
c . 2 2 K a ra t

7.

BATU BATA
a . B a ta M e ra h
b . B a ta k o

B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g

Kg.
Kg.
Kg.

B u ah
B u ah

*) Mohon disebutkan nama obyek pantauan (toko atau depo bangunan) diharapkan lebih dari satu lokasi pantauan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

76

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 4

Tabel Laporan Penerbitan TDP Oleh KPP Kab/Kota


LAPORAN PENERBITAN TDP
Bulan/Tahun :

KPP Kabupaten/Kota :
NO
URUT
1

GOL
POKOK
2

PT
3

BENTUK USAHA
KOP CV FA PO
4
5
6
7

BPL
8

JUMLAH

KET.

9
(3+4+5+6+ 7+8)

10

01
02
dst
s.d.
99
JUMLAH
.,.. 200
Kepala Dinas
Kabupaten/Kota
Selaku
Kepala KPP Kabupaten/Kota.

NIP.
Penjelasan Lampiran 1:
Laporan diisi berdasarkan bentuk usaha Perseroan Terbatas(PT), Koperasi (Kop),
Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan (PO), Bentuk Perusahaan Lain
(BPL) dan Golongan Pokok yang terdiri dari kode 01 s/d 99 sesuai dengan KBLI
2005.
Penerbitan TDP pada setiap bulan diisi jumlah TDP yang diterbitkan selama 1 (satu)
bulan laporan yang belum dikurangi jumlah penghapusan TDP pada bulan yang
sama.
Kode Golongan Pokok yang dimuat dalam laporan ini hanya Golongan Pokok tertentu
yang ada pendaftarannya, sedangkan Golongan Pokok yang kosong tidak perlu
dituangkan dalam tabel laporan ini.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

77

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Contoh:
NO.
URUT
1
2
3

GOL.
POKOK
01
05
12
dst

Golongan Pokok :

PT

KOP

CV

Fa

PO

BPL

JUMLAH

10
3
1

1
2
-

5
3
2

1
-

15
11
9

6
3
1

37
23
13

02, 10, 11 tidak ada perusahaan yang mendaftar,


maka dalam laporan tidak perlu dituangkan
kodenya.

Mengingat laporan bulanan ini mencakup Golongan Pokok sebagai uraian


sektor/lapangan usaha yang sangat banyak (01 s/d 99), maka untuk mempermudah
penyusunan laporan di Dinas yang membawahi kegiatan Pendaftaran Perusahaan
Kabupaten/Kota disarankan untuk dibuat secara harian sehingga pada akhir bulan
laporan sudah dapat disajikan dan dikirim ke KementerianPerdagangan.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

78

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 5

Tabel Laporan Penerbitan TDP Oleh KPP Provinsi


LAPORAN PENERBITAN TDP
Bulan/Tahun :

KPP Provinsi
NO
URUT

KPP
Kab/Kota

PT

BENTUK USAHA
KOP CV
FA PO
4

JUMLAH

KET

9
(3+4+5+6+7+8)

10

BPL

JUMLAH
.,.. 20 ..
Kepala Dinas
Provinsi .
Selaku
Kepala KPP Provinsi
______________________
NIP.

Penjelasan Lampiran 2

Laporan diisi berdasarkan bentuk usaha Perseroan Terbatas(PT), Koperasi (Kop),


Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan (PO), Bentuk Perusahaan Lain
(BPL).
Penerbitan TDP pada setiap bulan diisi jumlah TDP yang diterbitkan selama 1 (satu)
bulan laporan yang belum dikurangi jumlah penghapusan TDP pada bulan yang
sama.
Kabupaten/Kota yang dimuat dalam laporan ini adalah Kabupaten/Kota yang telah
menyampaikan laporan bulanannya. Bagi Kabupaten/Kota yang belum menyampaikan
laporan bulanannya agar dicantumkan pada catatan kaki.
Catatan :
- Lampiran 1

adalah

contoh

laporan yang

wajib

dilaporkan

oleh

KPP

Kabupaten/Kota
- Lampiran 2 adalah contoh laporan yang wajib dilaporkan oleh KPP Provinsi.

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

79

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 6

Tabel Laporan Pembaharuan TDP Oleh KPP Kab/Kota


LAPORAN PEMBAHARUAN TDP
Bulan/Tahun :

KPP Kabupaten/Kota :
P1 /P2 /P3
1

NO
URUT

GOL
POKOK

3
PT

BENTUK USAHA
KOP CV FA PO

9
(3+4+5+6+7+8)
JUMLAH

10
KET.

BPL

01
02
05
dst
s.d.
99

JUMLAH
.,..20 ..
Kepala Dinas .
Kabupaten/Kota.........
Selaku
Kepala KPP Kabupaten/Kota .
______________________
NIP.
Penjelasan Lampiran 3 :
Golongan pokok yang terdiri dari kode 01 s.d. 09 sesuai dengan KBLI (Kalisifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia) Tahun 2005

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

80

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 7

Tabel Laporan Pembaharuan TDP Oleh KPP Provinsi


LAPORAN PEMBAHARUAN TDP
Bulan/Tahun:

KPP Provinsi :
P1 /P2 /P3
NO
URUT

KPP
Kab/Kota

PT

BENTUK USAHA
KOP
CV FA
PO
4

JUMLAH

BPL
8

KET

9
(3+4+5+6+7+8)

10

JUMLAH
.,..20 ..
Kepala Dinas .
Provinsi
Selaku
Kepala KPP Provinsi

___________________
NIP.

Catatan :

1. PenjelasansesuaiLampiran 1 dan 2 kecualipenjelasan No. 2


2. Pada

sudutkanan

atas

agar

ditulis

P1/P2/P3,

dan

seterusnya

dan

lingkarisesuaipembaharuan TDP yang dilaporkan. Masing-masing Pembaharuan


(1,2,3) laporannya dipisahkan, tidak digabung.
3. Laporandiisiberdasarkanbentukusaha Perseroan Terbatas (PT), Koperasi (Kop),
Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan (P0). Bentuk Perusahaan Lain
(BPL).
4. Penerbitan TDP padasetiapbulandiisijumlahTDP yang diterbitkanselama 1 (satu)
bulanlaporan yang belumdikurangijumlahpenghapusan TDP padabulan yang sama.
5. Kabupaten/Kota/Kotamadya

yang

dimuatdalamlaporaniniadalah

yang

telahmenyampaikanlaporan

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

81

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 8

Tabel Laporan Penghapusan TDP Oleh KPP Kab/Kota


LAPORAN PENGHAPUSAN TDP
Bulan/Tahun :

KPP Kabupaten/Kota :
NO

GOL

BENTUK USAHA

URUT

POKOK

PT

KOP

CV

FA

PO

BPL

JUMLAH

KET
.

9
(3+4+5+6+7+8)

10

01
02
dst
s.d.
99
JUMLAH
.,..20 ..
Kepala Dinas ..
Kabupaten/Kota .
Selaku
Kepala KPP
Kabupaten/Kota..........
_____________________
NIP.

Penjelasan Lampiran 3 :
Golongan pokok yang terdiri dari kode 01 s.d. 09 sesuai dengan KBLI Tahun 2005

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

82

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 9

Tabel Laporan Penghapusan TDP Oleh KPP Provinsi


LAPORAN PENGHAPUSAN TDP
Bulan/Tahun :
KPP Provinsi :

NO
URUT
1

KPP
Kabupaten/Kota PT
2
3

KOP
4

BENTUK USAHA
CV
FA PO
5
6
7

BPL
8

JUMLAH

KET

9
(3+4+5+6+7+8)

10

JUMLAH
ata

Catatan

.,..200
Kepala Dinas ..
Provinsi
Selaku
Kepala KPP Provinsi ....
____________________
NIP.

1. PenjelasansesuaiLampiran 1 dan b kecualiPenjelasan No. 2


2. Penghapusan TDP pada setiapbulandiisiJumlah TDP yang dihapusselama 1 (satu)
Bulanlaporan
3. PembaharuanTDP denganbentuksebagaimanaLampiran 5 dan 3b, sebagaiberikut :

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

83

[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]

Lampiran 10

Tabel Laporan Penerbitan SIUP

Rekapitulasi penerbitan SIUP dalam bulan berjalan. Pelaksanaan penerbitan SIUP


dilaksanakan oleh:

1) Dinas Kab/Kota yang membidangi perdagangan yang ditunjuk oleh Bupati/Walikota


sesuai wilayah pembinaan masing-masing.

2) Dalam hal penyampaian laporan penerbitan SIUP, disampaikan kepada Dirjen


Perdagangan Dalam Negeri dengan tembusan Gubernur.
Adapun format laporan adalah sebagai berikut :

No

Kota /
Kab

S/D Bulan Yang Lalu


PK

Penambahan

PM PB Jumlah PK

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia

Jumlah s/d Bulan


Laporan
PM PB PK PM PB Jumlah

Pengurangan

PM PB PK

84

Ket

Kementerian Perdagangan Republik Indonesia


Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110
(Telp) 021 - 23528441
(Fax) 021 - 23528451
www.kemendag.go.id

Anda mungkin juga menyukai