KEMENTERIAN PERDAGANGAN
REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2010
a.
Mengingat
1.
2.
7.
8.
a$4;
59,
11.
12.
13
14.
15.
16.
18.
19.
20.
21
22.
23.
24.
26.
27.
28.
30
Nomor
120/PMK.0612007 tentang
34.
36.
Menetapkan
KESATU
KEDUA
KEEMPAT
KELIMA
sft#lffi
i i } I-f
'l't'.4'i{
.,li*:il;;g54{i
"i {s iAW
q*il
TANGGAL
5 Januari
2OLL
ffi,,H-T
#lffi
i"l llii$
i*$fi iI ,,/
i i
',C:,,r;;3Ytf*
t_i
E-i
""'i
I
\iirl'.i
L i ?,
\:i{"]:"=,;;fr;ffi
-t*W,:i
ti
*J i*l
uA'ffir%rr
ANSYAH PARMAN
KATA FTNGANTAR
di
lndonesia
tercermin dalam penyelenggaraan pemerintah dan pelayanan publik yang didasarkan alas azaz
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Penyelenggaraan dekonsentrasi dibiayai
atas beban pengeluaran pembangunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembiayaan pemerintah dalam kerangka negara
kesatuan, yang mencakup pembagian keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Selain itu,
mekanisme penyelenggaraan kegiatan dekonsentrasi juga diatur dalam PP No. 7 tahun 2008,
sehingga pelaksanaan kegiatan dekonsentrasi dapat dilaksanakan secara optimal.
dalam negeri, dan menjaga ketersediaan bahan pokok dan penguatan jaringan distribusi
nasional.
Oleh karena itu, langkah terencana dan berkesinambungan perlu diambil oleh Pemerintah
(dalam hal ini Kementerian Perdagangan) dengan Pemerintah Daerah. Dengan berubahnya
proses pengambilan keputusan pada manajemen nasional dari sistem sentralisasi menjadi
desentralisasi, maka pemerintah lokal mendapatkan delegasi otonom dalam melakukan
pelayanan kepada masyarakat dan bersama-sama menentukan arah pembangunan ekonomi
wilayahnya. Mengingat pentingnya peran Pemerintah Daerah, luasnya geografis serta alasan
i"{i
\$
ir,'iii+K
DIANSYAH PARMAN
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
I.1
I.2
I.3
II.1.1
II.1.2
II.1.3
II.2
II.2.1
II.4
II.4.1
II.4.2
II.4.3
II.5
II.5.1
II.5.2
Tingkat Pusat............................................................................................. 64
III.2
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
BAB I
I.1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dana Dekonsentrasi adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil
Pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka
pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang akan dialokasikan untuk
instansi vertikal pusat di daerah.
Dekonsentrasi Bidang Perdagangan digunakan untuk menunjang pembangunan
dan pengembangan bidang perdagangan dalam rangka mendorong percepatan
pembangunan dan pertumbuhan perekonomian daerah
Alokasi Dekonsentrasi Bidang Perdagangan untuk masing-masing daerah
Kabupaten/Kota ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan dan wajib dimasukan
dalam APBD.
I.2
Ruang Lingkup
Petunjuk Teknis ini memuat tatacara pelaksanaan kegiatan mulai dari
BAB II
II.1
tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011, bahwa tema pembangunan nasional
Tahun 2011, yaitu: Percepatan Pertumbuhan Ekonomi yang Berkeadilan, Didukung
oleh Pemantapan Tatakelola dan Sinergi Pusat Daerah. Sejalan dengan hal tersebut,
kebijakan APBN 2011 diarahkan untuk mencapai 10 (sepuluh) sasaran strategis, guna
mendorong pembangunan yang inklusif dan berkeadilan selama jangka waktu 5 tahun
ke depan.
Kesepuluh sasaran strategis itu adalah; (1) ekonomi nasional tumbuh makin
tinggi; (2) pengangguran makin menurun dengan menciptakan lapangan kerja yang
lebih baik; (3) kemiskinan makin menurun; (4) pendapatan perkapita makin meningkat;
(5) stabilitas ekonomi makin terjaga; (6) pembiayaan dalam negeri makin kuat dan
meningkat; (7) ketahanan pangan dan air makin meningkat; (8) ketahanan energi
makin meningkat; (9) daya saing ekonomi nasional makin menguat dan meningkat;
dan (10) upaya pembangunan yang ramah lingkungan dengan pendekatan "ramah
lingkungan" makin kita perkuat.
Selanjutnya, strategi pembangunan yang inklusif dan berkeadilan itu, akan
bertumpu pada empat pilar strategis. Keempat pilar itu adalah: (a) meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkualitas (pro-growth); (b) menciptakan dan
memperluas lapangan kerja (pro-job); (c) meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui
program-program jaring pengaman sosial yang berpihak kepada masyarakat miskin
(pro-poor); dan (d) meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan hidup (proenvironment).
Untuk mendukung tercapainya sasaran-sasaran strategis sesuai dengan arah
kebijakan dan pilar strategis pembangunan pada RKP tahun 2011 tersebut serta
sejalan dengan arah kebijakan dan fokus prioritas pembangunan perdagangan dalam
negeri dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional periode 2010-2014
dan
Rencana
Strategis
Kementerian
Pedagangan
Tahun
2010-2014,
arah
Perdagangan
Dalam
Negeri
menyadari
sepenuhnya
bahwa
misi
2
antara Pusat dan Daerah (sejalan dengan tema RKP 2011) sekaligus
Pengembangan
Penajaman indikator dan target kegiatan, yakni kegiatan yang didanai oleh dana
dekonsentrasi disertai dengan indikator sasaran dan target yang jelas, sehingga
dapat terukur dan mudah dilakukan evaluasi.
3.
Penyesuaian fokus kegiatan beserta ruang lingkup nya, yakni kegiatan yang
diselenggarakan dengan dana dekonsentrasi bidang perdagangan dalam negeri
diarahkan untuk mendukung pencapaian prioritas nasional/bidang perdagangan
dalam negeri serta agar terdapat konsistensi dan kesinambungan antara
pelaksanaan dana dekonsentrasi dengan tujuan dari pemberian dana
dekonsentrasi. Fokus kegiatan dan ruang lingkupnya tersebut masing-masing
terdiri dari :
I.
Prasarana Logistik;
c. Fasilitasi Penyelenggaraan Pasar Murah di Daerah.
II.
III.
2 (dua)
fokus
kegiatan, yaitu:
a. Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, melalui Sosialisasi
Ketentuan TKDN (Tingkat Kandungan Dalam Negeri) dalam Perpres
No 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa;
b. Pengembangan UMKM di Daerah, berupa Fasilitasi Akomodasi dan
Transportasi terkait Partisipasi Pameran di Pusat (TEI Expo 2011 dan
Pameran Flora Mall).
Penjelasan detail tata laksana dari masing-masing fokus kegiatan Pengembangan
Perdagangan Dalam Negeri Daerah diuraikan sebagai berikut :
II.1.1 Peningkatan Kualitas Logistik Daerah Dalam Mendukung Sistem Logistik
Nasional
Sebagai negara kepulauan, Indonesia membutuhkan Sistem Logistik Nasional
yang terintegrasi efektif dan efisien guna meningkatkan daya saing usaha, dan
menjamin ketersediaan komoditas strategis dan bahan kebutuhan pokok
masyarakat secara merata dan terjangkau. Peran pokok sistem logistik adalah
menjamin kelancaran arus barang secara efektif dan effisien yang tercermin
dalam biaya logistik yang kompetitif, dan pelayanan yang memuaskan. Sasaran
yang ingin dituju adalah meletakkan dasar yang kokoh bagi terwujudnya Sistem
Logistik Nasional yang efektif dan efisien dalam rangka mencapai visi Locally
Integrated dan mewujudkankan landasan yang memadai untuk berintegrasi
dengan jejaring logistik ASEAN.
Secara lebih spesifik sasaran yang ingin dituju yakni :
1. menjamin ketersediaan komoditas strategis di seluruh wilayah Indonesia
dengan harga yang terjangkau sehingga mendorong pencapaian masyarakat
adil dan makmur, dan memperkokoh keutuhan NKRI;
2. menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang dan meningkatkan
pelayanan sehingga meningkatkan daya saing produk unggulan ekspor di
pasar global.
perkembangan
harga
barang
kebutuhan
pokok
masyarakat.
- Menyusun kebijakan pengadaan dan penyaluran barang kebutuhan
pokok masyarakat di Indonesia.
- Menghindari terjadinya gejolak harga yang mencolok
- Menghindari
terjadinya
disparitas
harga
yang
tinggi
antar
daerah/wilayah di Indonesia.
Adapun beberapa sasaran dari kegiatan pemantauan harga kebutuhan
pokok masyarakat antara lain sebagai berikut :
- Tersedianya
bahan
penyusunan
analisa
kebijakan
pasar
perdagangan
sebagai
dalam
masukan
negeri
dalam
dalam
dalam
menindaklanjuti
perkembangan
harga
beberapa
laporan
mingguan,
bulanan
dan
tahunan
tentang
berikut :
Lokasi Pencatatan
Lokasi
pencatatan
harga
adalah
pasar
tradisional
yang
nama-nama
pasar
lokasi
pemantauan
adalah
Perdagangan
Nomor
522/MPP/Kep/11/1998.
Untuk
Dinas
Perindag
yang
tujuannya
adalah
agar
si
d.
Obyek survey
Obyek survey adalah bahan pokok dan jenisnya sebagaimana
Lampiran Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.:
522/MPP/ Kep/11/1998, dalam tabel 1
ditambah
barang
perubahan
jenis
beras
medium
sesuai
dengan
Pengumpulan data
Pengumpulan data harga kebutuhan pokok masyarakat diperoleh
melalui survei lapangan pada beberapa pasar tradisional propinsi
setempat. Sedangkan untuk menentukan sampel area obyek
pengamatan pada pasar tradisional propinsi setempat, didasarkan
pada
Lampiran
Keputusan
Menteri
Perindustrian
dan
didasarkan
Keputusan
Menteri
atas
format
Perindustrian
laporan
dan
sesuai
Lampiran
Perdagangan
No.
Penyampaian Laporan
Hasil pemantauan perkembangan harga harian dari Kantor Dinas
Perindustrian dan Perdagangan berupa laporan, disampaikan ke
Subdit Informasi Pasar Direktorat Bahan Pokok dan Barang
Strategis
atau
dengan
II.1.1.2 Pemetaan Sarana Distribusi Perdagangan dan Pelaku Usaha Jasa Logistik di
Daerah
Fokus kegiatan ini meliputi Indetifikasi sentra produksi terkait dengan alur
distribusi bahan kebutuhan pokok (seperti beras, gula, minyak goreng dan
tepung terigu) serta pendataan sarana perdagangan (Pasar dan Gudang)
disamping juga dilakukan pengolahan data, rapat koordinasi pembahasan,
yang kemudian disusun dalam buku pemetaan informasi rantai pasokan
komoditi strategis dan sarana perdagangan.
Tahapan dan Waktu Pelaksanaan Pemetaan Informasi Rantai Pasokan
Komoditi Strategis dan Sarana Distribusi Perdagangan
1.
2. Pemantauan
dan
pengumpulan
data
harga,
informasi
sarana
Pengolahan
dan
analisa
data
harga
dan
informasi
sarana
2. Tujuan :
-
terutama
bagi
masyarakat
berpenghasilan
rendah
3. Sasaran
Tersedianya barang-barang kebutuhan pokok dengan harga yang
terjangkau
bagi
masyarakat
berpenghasilan
rendah
(keluarga
10
b.
Negeri
terkait
penetapan
waktu/penjadwalan,dan
tempat
5. Lingkup Kegiatan
a.
b.
11
dan
Sinkronisasi
Kebijakan
Peningkatan
Iklim
Usaha
Perdagangan di Daerah
Mencermati perkembangan dewasa ini dan masa mendatang, dimana
persaingan usaha semakin ketat dan tajam, meningkatnya tuntutan perlindungan
konsumen, dan semakin berperannya Pemerintah Daerah dalam pembinaan,
pengendalian dan pengawasan kegiatan perdagangan di daerah, maka perlu
segera diambil langkah-langkah kebijakan penyelarasan, penyesuaian dan
penyempurnaan serta penataan, terutama terkait dengan usaha perdagangan
khususnya penataan lembaga usaha perdagangan yang ada guna menjamin
pengembangan dan pemberdayaan pelaku usaha nasional, penciptaan peluang
dari iklim usaha yang kondusif, terjaminnya penerapan pengembangan
kreatifitas dan inovasi serta terlaksananya teknologi yang diperlukan.
Untuk itu, Kegiatan Peningkatan iklim usaha perdagangan di daerah difokuskan
kepada beberapa detail kegiatan, yakni :
II.1.2.1 Sinkronisasi dan Sosialisasi Kebijakan Wajib Daftar Perusahaan/TDP, SIUP
serta Waralaba
A. Peningkatan Pelayanan dan Penyampaian Informasi Perusahaan
Jumlah pelaku usaha jasa perdagangan dari tahun ke tahun cenderung
meningkat.
Eksistensi
mereka
semakin
diperlukan
dalam
upaya
itu
sosialisasi
teknis
terkait
penerbitan
SIUP/TDP
perlu
12
Tujuan
a. Dalam rangka penyebaran/diseminasi informasi perusahaan
adalah agar dunia usaha dapat merasakan secara langsung
manfaat pendaftaran perusahaan sebagai ajang promosi,
pengembangan kegiatan usaha, dan dalam rangka mencari
mitra usaha dengan yang lain.
b. Pemerintah dapat memanfaatkan diseminasi informasi ini
sebagai dasar penetapan kebijakan di bidang perekonomian,
untuk
menentukan
arah
kebijakan
pembangunan
secara
nasional.
c. SIUP sebagai pembinaan dan merupakan legalitas usaha yang
menjadi dasar bagi para pelaku usaha untuk melakukan
kegiatan usahanya.
2. Output
a. Terciptanya sistem informasi perusahaan secara nasional,
sehingga memudahkan bagi dunia usaha untuk mengakses
informasi guna menarik investasi khususnya ke daerah.
b. Pelayanan kepada dunia usaha dalam pemberian TDP dan
SIUP menjadi efisien, efektifdan dapat mengurangi biaya
ekonomi tinggi.
c. Terciptanya kepastian usaha dan memperoleh kemudahankemudahan untuk mengakses fasilitas-fasilitas yang tersedia
dalam pengembangan kegiatan usahanya.
3. Pelaksanaan Kegiatan
a.
bertanggung
jawab
terhadap
penyelenggaraan
13
iii.
Dalam
hal
pelaksanaan
pendaftaran
dilaporkan
kepada
Dinas
yang
tugas
dan
yang
bertanggung
jawab
dalam
oleh
KPP
Kab/Kota.
Laporan
tersebut
untuk
Laporan TDP
Untuk penyampaian laporan telah diatur jenis dan bentuk format
laporan pada lampiran yang akan dijelaskan sebagai berikut :
1)
2)
14
b.
Laporan SIUP
Untuk jenis dan bentuk format laporan mengenai SIUP, seperti
penerbitan, pembaharuan dan penghapusan dapat dilihat pada
Lampiran 2 tentang Jenis dan Bentuk Format Laporan SIUP.
15
penyerapan
tenaga
kerja,
peluang
kesempatan
usaha
dan
usahausaha
tradisional
yang
memiliki
ciri
khas,
UKM
di
daerah,
Kementerian
Perdagangan
perlu
b.
Uraian Kegiatan
Menyelenggarakan konsultasi, seminar, dan pelatihan bagi UKM
Daerah bekerjasama dengan Pemerintah Daerah.
c.
Batasan Kegiatan
Terciptanya tertib usaha dalam penyelenggaraan waralaba yang
dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian daerah.
Terciptanya
UKM
waralaba/potensial
diwaralabakan
di
daerah.
16
Jenderal
Perdagangan
Dalam
negeri
perlu
intensitas
17
Artinya,
menggunakan
ada
kewajiban
produksi
dalam
bagi
negeri
pemerintah
sebagaimana
daerah
untuk
diamanatkan
18
peningkatan
penggunaan
produk
dalam
negeri
akan
dapat
memacu
investasi
di
dalam
negeri,
termasuk
19
Penyusunan laporan.
1. Metode Pelaksanaan
Kegiatan Partisipasi pada Pameran Produk Dalam Negeri meliputi :
a.
b.
c.
d.
Pembentukan Tim.
b.
Sewa stand
Pelaksanaan kegiatan
-
Pelaksanaan Pameran
20
3. Bentuk Kegiatan
a.
b.
b.
5. Pembiayaan
Sumber pembiayaan pelaksanaan kegiatan dibebankan pada dana
dekonsentrasi Direktorat Jenderal Perdagangan Dalam Negeri.
6. Laporan kegiatan
a.
b.
21
II.2
pengamanan
bagi
produsen
maupun
konsumen
domestik
melalui
konsumen dan pelaku usaha. Untuk itu, diperlukan koordinasi dan perencanaan yang
sinergis antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota,
dalam
mewujudkan
peningkatan
perlindungan
konsumen
Efektifitas
Pengawasan,
Kemetrologian
dan
Pemberdayaan
(1)
Peraturan
Menteri
Perdagangan
(Permendag)
No.
20/M22
b.
c.
d.
e.
distribusi.
Kegiatan pengawasan diprioritaskan terhadap 10 (sepuluh) jenis produk
23
A.
Teknis Pelaksanaan
Teknis Pelaksanaan Pengawasan terhadap barang dan jasa yang
beredar dipasar dilakukan secara berkala dan secara khusus.
Pengawasan secara berkala dan khusus dilakukan oleh Petugas
Pengawas Barang dan Jasa (PPBJ) dan/atau Penyidik Pegawai Negeri
Sipil Perlindungan Konsumen (PPNS-PK).
PPBJ dan PPNS-PK dalam melaksanakan pengawasan dilakukan
secara terbuka dan diwajibkan:
- Mengenakan tanda pengenal pegawai;
- Membawa surat tugas pengawasan dari Kepala Unit Kerja;
- Mempersiapkan berita acara hasil pengawasan; dan
- Menyusun hasil pengamatan kasat mata dalam tabel dan/atau
tabulasi hasil uji laboratorium untuk barang yang memerlukan uji
laboratorium.
Penjelasan mengenai teknis pelaksanaan pengawasan terhadap
barang dan jasa, adalah sebagai berikut :
1.
b.
Dipakai,
dipergunakan,
dan/atau
dimanfaatkan
oleh
masyarakat banyak;
c.
d.
Sering
terjadi
pemenuhan
pengelabuan
ketentuan
atau
standar,
penyesatan
label,
klausula
dalam
baku,
24
2.
b.
c.
d.
e.
f.
B.
Mainan anak
25
b.
Mesin/Printer multifungsi
Pembelian sampel
Pengkodean
Pengiriman
sampel
ke
laboratorium
yang
telah
terakreditasi
-
Pelaporan
2) Pengawasan
dilaksanakan
produk
sesuai
telematika
dengan
dan
elektronika
ketentuan
Permendag
Jual
dalam
Bahasa
Indonesia
Bagi
Produk
Mewajibkan
pelaku
usaha
(produsen,
importir)
Informasi
minimal
yang
dimuat
dalam
buku
petunjuk/manual.
c.
26
d.
Penerapan kodefikasi
Pelaksanaan Pengawasan
Jasa),
PPNS-PK
(Penyidik
Pegawai
Negeri
Sipil
hasil
pelaksanaan
kegiatan
pengawasan
yang
Tepung Terigu;
27
b.
Pengawasan
dilakukan
terhadap
Tepung
terigu
Pegawai
Negeri
Sipil
Perlindungan
2)
Pengawasan
dilakukan
terhadap
Ban
Mobil
28
3)
(Penyidik
Pegawai
Negeri
Sipil
4)
29
Setiap
hasil
pelaksanaan
kegiatan
pengawasan
Pengawasan
dilakukan
terhadap
Selang
Karet
30
3.
Jasa Perparkiran;
Jasa Pengiklanan;
pelaksanaan
pengawasan
berkala
yang
Selain
itu
dalam
kegiatan
pelaksanaan
Persyaratan legalitas;
Standar pelayanan;
Cara menjual.
Pegawai
Negeri
Sipil-Perlindungan
dilaporkan
melalui
pengawasan
berkala.
Kegiatan
31
Selain
itu
dalam
kegiatan
pelaksanaan
Cara Pengiklanan
Cara menjual
Pegawai
Negeri
Sipil-Perlindungan
dilaporkan
pengawasan
dilakukan
melalui
terhadap
Jasa
pengawasan
Pasar
berkala.
Selain
itu
dalam
kegiatan
pelaksanaan
Persyaratan legalitas
Cara pengiklanan;
Cara menjual;
Pegawai
Negeri
Sipil-Perlindungan
32
dilaporkan
Selain
itu
dalam
kegiatan
pelaksanaan
Persyaratan legalitas;
Cara pengiklanan;
Cara menjual.
menggunakan
dilaporkan
kepada
dana
Direktur
dekonsentrasi,
Pengawasan
wajib
Barang
dilakukan melalui
33
Persyaratan legalitas;
Suku cadang;
b) Pengawasan
Genggam
Jasa
Layanan
Purna
Jual
Telepon
dilaporkan
Output Kegiatan
Hasil
keluaran
(output)
yang
ingin
dicapai
dari
kegiatan
Sipil
Perlindungan
Konsumen
(PPNS-PK)
Kementerian
Perdagangan R.I.
34
yang
dilaksanakan
dalam
rangka
peningkatan
pelayanan
terjadinya
kecurangan
dalam
setiap
transaksi
35
A. Teknis Pelaksanaan
Kegiatan pengawasan dalam rangka Hari Raya Idul Fitri terdiri dari
kegiatan :
1. Pengawasan terhadap UTTP di pasar tradisional dan/atau modern
di
masing-masing
provinsi,
untuk
menemukan
adanya
pemerintah
daerah
provinsi
yang
memperoleh
Dana
36
kepada
Direktorat
Metrologi,
sedangkan
untuk
pelaksanaan kegiatan Pra-Penilaian UPTD ditetapkan oleh masingmasing UPTD Metrologi Legal Provinsi dan dikonsultasikan kepada
Direktorat Metrologi. Diharapkan dapat dilaksanakan paling lambat bulan
Agustus 2011 dengan mempertimbangkan bahwa pelaksanaan penilaian
harus sudah selesai pada bulan Oktober 2011.
C. Pelaksana Kegiatan
Pelaksana penyelenggaraan kegiatan Pengawasan dalam rangka
menyambut Hari Raya Idul Fitri adalah:
1. Pengawasan terhadap UTTP di pasar tradisional dan/atau
modern dilakukan oleh tim pelaksana yang terdiri dari pegawai
dari Unit Kerja di Dinas Perdagangan yang memiliki tupoksi
metrologi legal.
2. Pengawasan terhadap UTTP di SPBU dilakukan oleh pegawai
yang berada di lingkungan Unit Kerja Provinsi yang membidangi
metrologi legal dan pegawai di lingkungan Unit Pelaksana
Teknis Daerah (UPTD) Metrologi Legal Provinsi.
37
peranan
penting
dalam
penyelenggaraan
perlindungan
konsumen, yang saat ini perlindungan konsumen bukan saja hanya sebagai
isu nasional akan tetapi juga telah menjadi isu internasional. Keseriusan
Pemerintah dalam upaya mendukung penyelenggaraan perlindungan
konsumen ditandai dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 8 Tahun
1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK). Dalam UUPK Pasal 49 Ayat
(1) dinyatakan bahwa, Pemerintah membentuk badan penyelesaian
sengketa konsumen di Daerah Tingkat II untuk menyelesaikan sengketa
konsumen di luar pengadilan. Khusus untuk Provinsi DKI Jakarta, BPSK
dibentuk di Daerah Tingkat I / Provinsi.
Pembentukan BPSK di Provinsi DKI Jakarta atau Kabupaten/Kota
didasarkan
atas
usulan
dari
Gubernur
Provinsi
DKI
Jakarta
atau
Pemberdayaan
Konsumen,
Kementerian
Perdagangan
diterbitkannya
Undang-Undang
Otonomi
Daerah
dan
oleh
38
BPSK
serta
memberikan
konsultasi
dalam
upaya
mengusulkan
pembentukan
BPSK
kepada
pembentukan
BPSK
bertujuan
agar
daerah
39
fasilitasi/sosialisasi
pembentukan
BPSK,
hasil
yang
atas
usulan
Bupati/Walikota
melalui
Menteri
penyelesaian
sengketa
Melaksanakan
penanganan
dan
tentang
terjadinya
pelanggaran
terhadap
perlindungan konsumen.
2. Anggota BPSK
Setelah BPSK terbentuk:
40
3. Sekretariat BPSK
Sebelum
melaksanakan
tugasnya,
kepala
dan
anggota
C. Lokasi kegiatan
Fasilitasi/Sosialisasi Pembentukan BPSK Tahun Anggaran 2011
ditujukan/dilakukan pada 20 Provinsi, yaitu: Jawa Tengah, D.I.
Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau,
Jambi, Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Bali, Papua, Bengkulu, Banten,
Bangka Belitung, Gorontalo, dan Sulawesi Barat.
Penyelenggaraan kegiatan fasilitasi/sosialisasi pembentukan BPSK
yang akan dilaksanakan di Dinas Provinsi berpedoman pada suatu
aturan untuk kesamaan pemahaman dan tindakan dalam pelaksanaan
kegiatan.
D. Teknis Pelaksanaan
Adapun mekanisme dalam pelaksanaan kegiatan adalah sebagai
berikut:
1. Penetapan/pemanggilan peserta (diharapkan Kepala Dinasnya)
dari Kabupaten/Kota yang belum mempunyai/terbentuk BPSK di
daerahnya.
Peserta
meyakinkan
Kepala
diharapkan
daerah
dapat
melaporkan
(Bupati/Walikota)
untuk
dan
dapat
BPSK
di
daerah
(Kabupaten/Kota)
dalam
41
II.3
Dinas
Provinsi/Kabupaten/Kota
menetapkan
lokasi
dan
tanggal
Publikasi dilakukan selama dua minggu dan berakhir tiga hari sebelum
pelaksanaan Pasar Lelang melalui media, antara lain:
a. Koran
b. Televisi daerah/nasional, dimana kuantitas, durasi dan jam penyiaran
disesuaikan dengan RKAKL Dinas yang bersangkutan;
c. Radio daerah (FM), dimana kuantitas, durasi dan jam penyiaran
disesuaikan dengan RKAKL Dinas yang bersangkutan;
d. Website pemerintah provinsi/dinas dan Bappebti;
e. Telepon bagi peserta lelang penjual/pembeli potensial;
f. Surat Undangan bagi peserta penjual/pembeli potensial
3.
42
4.
5.
6.
7.
saat
yang
bersamaan,
petugas
back
office
harus
43
9.
10. Petugas back office akan memasukkan data paket lelang yang terjual
dalam kategori order telah ditransaksikan. Kemudian petugas back
office akan mencetak perjanjian jual beli terhadap transaksi tersebut
sebanyak 3 kali;
11. Penjual dan pembeli menandatangani perjanjian jual beli tersebut,
setelah itu Ketua Lelang akan ikut menandatangani sebagai tanda
bahwa yang bersangkutan telah mengetahui transaksi telah terjadi;
Perjanjian jual beli tersebut berisi :
a.
b.
c.
d.
mengirimkan
data
transaksi
dan
laporan
kegiatan
44
kepada
Bappebti
melalui
surat
dan/atau
b.
c.
d.
Periode pengiriman
Metode pengawasan dilakukan dengan cara melakukan kunjungan
45
8. Jika diperlukan, apabila proses mediasi tidak tercapai maka pihak yang
bersengketa akan menyelesaikan perselisihannya di Komite Arbitrase.
II.3.1.2 Pengembangan Pranata Pendukung Pasar Lelang
Dalam mendukung dan menciptakan sumber daya manusia (pranata) yang
handal dalam menanggani pasar lelang, maka perlu diadakan sosialisasi dan edukasi
dalam rangka sharing knowledge melalui kegiatan seperti sosialisasi, workshop dan
konsinyering. Pedoman dalam penyelenggaraan hal tersebut diatur pada petunjuk
teknis dibawah ini :
A. Pelaksanaan Sosialisasi
1.
2.
Jenis Kegiatan
a.
Sosialisasi
b.
Workshop
c.
Seminar
Metode Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan melalui sistem ceramah dan diskusi interaktif
antara pembicara/narasumber dan peserta, yang diakhiri dengan
perumusan kesimpulan hasil pelaksanaan kegiatan.
3.
Lingkup Materi
a.
Penyebaran
dan
desiminasi
terhadap
substansi
kebijakan,
c.
4.
Nara Sumber
Pembicara dalam acara seminar/workshop/seminar berasal dari instansi
pemerintahan, praktisi, akademisi, pelaku usaha, kalangan ahli profesi,
asosiasi, kelompok masyarakat, dll.
5.
Peserta
Sasaran peserta antara lain pemangku pusat kebijakan publik di pusat
dan daerah, praktisi, akademisi, stakeholder, Pelaku Usaha/Pasar,
Profesional dan Masyarakat.
46
B. Pelaksanaan Konsinyering
1.
Metode Pelaksanaan
Pertemuan terfokus untuk membahas substansi Pasar Lelang Forward
Komoditi Agro, khususnya penyempurnaan Peraturan Tata Tertib dan
pembentukan kelembagaan Pasar Lelang, yang diakhiri dengan
perumusan materi/kesimpulan sebagai rekomendasi pengembangan
Pasar Lelang Forward Komoditi Agro ke depan.
2.
Lingkup Materi
Konsep Peraturan Tata Tertib dan pembentukan kelembagaan Pasar
Lelang Forward Komoditi Agro.
3.
Prosedur Pelaksanaan
a.
b.
c.
4.
Peserta
Sasaran peserta antara lain Tim Promotor, pemangku pusat kebijakan
publik di pusat dan daerah, akademisi, dan Pelaku Usaha
47
II.4
Luar Negeri Daerah harus dilakukan dengan sebaik-baiknya agar mencapai sasaran
yang diharapkan, yaitu :
1. Meningkatnya akses pasar ekspor dan fasilitasi ekspor;
2. Meningkatnya daya saing ekspor melalui peningkatan kualitas produk ekspor
Indonesia di pasar global.
3. Membaiknya Iklim Usaha Perdagangan Dalam Negeri dan Perdagangan Luar
Negeri
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka pada tahun anggaran 2011 ini
ruang lingkup kegiatan Pengembangan Fasilitasi Perdagangan Luar Negeri Daerah,
dapat dijelaskan dalam pedoman petunjuk teknis berikut ini, yaitu :
II.4.1 Optimalisasi Kesepakatan Perdagangan
Optimalisasi Kesepakatan Perdagangan memiliki kegiatan kegiatan yang
terdiri dari :
1. Pengawasan barang impor, ruang lingkup kegiatan :
-
untuk
keperluan
kegiatan
usaha
dengan
48
untuk
dipergunakan
sendiri
dan/atau
untuk
API-Umum (API-U)
Penerbitan API-U diberikan kewenangan kepada Kepala
Dinas Provinsi.
2)
API-Produsen (API-P)
Penerbitan API-P diberdasarkan jenis usaha produsen
pemilik API, yaitu :
-
usaha,
dengan
berdasarkan
Pemerintah
perjanjian
Republik
kontrak
Indonesia
49
c. Kepemilikan API
-
f.
50
diterbitkan.
D untuk API-P yang diterbitkan oleh Direktur Jenderal,
01
00001 =
Tujuan
Meningkatkan pemahaman para pelaku usaha, aparat yang
menangani perdagangan dan instansi teknis terkait di daerah
tentang kebijakan umum di bidang perdagangan luar negeri.
2)
Pembicara/Narasumber
yang dilibatkan dalam sosialisasi ini adalah para pejabat dari pusat
dan daerah yang terdiri dari :
51
a)
Pejabat
dari
Direktorat
Ekspor
Produk
Pertanian
dan
Industri
dan
Pejabat
dari
Direktorat
Ekspor
Produk
d)
3)
e)
f)
g)
Materi
Materi sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri yang
diberikan adalah:
a)
b)
c)
d)
e)
4)
Peserta
Peserta sosialisasi kebijakan perdagangan luar negeri terdiri dari
kalangan
dunia
usaha,
aparat
Dinas
Perindustrian
dan
Jadwal
Kegiatan
sosialisasi
kebijakan
perdagangan
luar
negeri
Pelaporan
Laporan hasil pelaksanaan sosialisasi kebijakan perdagangan luar
negeri diatur pada BAB V.
7)
52
Pertambangan, Badan
b)
c)
3) Peserta :
Peserta dari bimbingan teknis perdagangan luar negeri terdiri dari
pejabat eselon III atau IV dari Dinas Perindag Propinsi dan dan
Kabupaten/Kota se - Indonesia.
4) Pelaksanaan :
Bimbingan teknis kebijakan perdagangan luar negeri ekspor dan
impor diselenggarakan sebanyak dua kali dalam setahun (di
Mataram untuk wilayah barat dan Palembang untuk wilayah timur).
5) Hasil yang ingin dicapai :
Pengetahuan aparat Dinas Perindag bidang perdagangan luar
negeri mengenai prosedur ekspor dan impor secara teknis
meningkat.
6) Pelaporan :
Laporan
hasil
pelaksanaan
Bimbingan
Teknis
Kebijakan
53
c. Pemantauan
dan
evaluasi
terhadap
pelaksanaan
kebijakan
Tujuan :
Tujuan pengembangan perdagangan daerah lintas batas adalah
untuk mengetahui seberapa besar nilai dan volume impor barangbarang tersebut dilaksanakan di daerah perbatasan, karena
perdagangan daerah lintas batasnya umumnya dilaksanakan untuk
memenuhi
kebutuhan
masyarakat
yang
berada
di
daerah
perbatasan.
2)
3) Pelaporan :
Laporan hasil pelaksanaan evaluasi/pemantauan perdagangan
lintas batas diatur pada BAB V.:
d. Peningkatan sumber daya manusia aparatur :
1) Tujuan :
- Untuk meningkatkan kemampuan para aparatur sehingga
dapat menunjang pelaksanaan tugas di bidang substansi
perdagangan luar negeri yang semakin berkembang dan
kompleks.
- Diharapkan aparatur dapat mengikuti perkembangan dunia di
bidang
perdagangan
dan
informasi
dalam
rangka
Luar
Negeri
pada
lembaga
pelatihan
yang
54
2.
2006
tentang
Tim
Nasional
Peningkatan
Ekspor
dan
Kelompok
kerja
Koordinasi
Implementasi
dan
b) Susunan
kelompok
kerja
Evaluasi,
Penetapan
dan
55
Ketua
: Menteri Keuangan;
Menetapkan
kriteria
operasional
pemberian
dan
Menetapkan
fasilitas
sektor/perusahaan
yang
yang
diberikan
diusulkan
oleh
bagi
Badan
Menetapkan
pencabutan
fasilitas
perdagangan
dan
investasi.
Selanjutnya untuk mendukung Tim Nasional PEPI diharapkan daerah
juga membentuk PEPI-Daerah (PEPIDA) yang berfungsi sebagai Tim
yang bekerja secara lintas sektor/dinas yang menangani hambatanhambatan terkait dengan Peningkatan Ekspor dan Peningkatan
Investasi di daerah.
Ruang lingkup PEPIDA di sektor perdagangan antara lain :
-
Efisiensi Logistik
56
Tujuan :
- Untuk mengetahui
keputusan.
- Mengetahui permasalahan/hambatan yang dialami oleh para
eksportir/importir dalam pelaksanaan ketentuan ekspor impor
dimaksud.
57
2)
3)
Pelaporan :
Laporan
hasil
pelaksanaan
evaluasi/identifikasi
pelaksanaan
Forum
Koordinasi
dan
Implementasi
kebijakan
Forum
Koordinasi
dan
Implementasi
Kebijakan
dilaksanakan di Semarang.
3) Pelaksanaan :
Kegiatan
Forum
Koordinasi
dan
Implementasi
kebijakan
58
b)
hasil
penyusunan
program
dan
rencana
dilakukan
oleh
Pihak
Dinas
Perindag
daerah
dalam
rangka
59
60
c. Mengisi hasil kontak dagang harian yang disiapkan oleh panitia c.q
Sekretariat Ditjen PEN.
e. Mengisi kuestioner yang disediakan panitia dalam rangka evaluasi
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
f.
yang
sukses
dalam
mengikuti
kegiatan
TEI
akan
II.5.1.3 Partisipasi 2 (Dua) UKM Daerah Pada 2 (Dua) Pameran Dalam Negeri
Lainnya
a. UkM yang mengikuti kegiatan pameran dalam negeri orientasi ekspor
merupakan UKM yang potensial di daerah tersebut.
b. UKM yang mengikuti kegiatan pameran dalam negeri orientasi ekspor
merupakan UKM terbaik dan kalau mungkin produk yang
dihasilkannya merupakan produk yang mempunyai keunggulan
komparatif di daerah tersebut.
c. Mengisi hasil kontak dagang harian yang disiapkan oleh kantor
pembina.
d. Mengisi kuestioner yang disediakan pembina dalam rangka evaluasi
program dan kegiatan yang telah dilaksanakan
e. Menyampaikan laporan hasil transaksi setelah pelaksanaan pameran
berlangsung kepada pembina.
f.
61
Pengembangan
Produk
dan
Ekonomi
Kreatif
untuk
ditindaklanjuti
II.5.2.2 Penyelenggaraan dan Partisipasi Daerah Pada Diklat Teknis Pengembangan
Produk Ekspor
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan para eksportir/dunia usaha dan
aparat di daerah khususnya di Jawa Barat, Banten dan Bangka Belitung,
maka pihak pemerintah pusat c.q Ditjen Pengembangan Ekspor Nasional,
Kemendag memberikan kesempatan kepada pihak daerah c.q Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
untuk
menyelenggarakan
kegiatan
daerah.
Pertimbangan tersebut
diambil
dalam
upaya
memberikan nilai lebih kepada sumber daya manusia (eksportir dan dunia
usaha, aparatur, pelajar dan mahasiswa) yang berdomisili di daerah tersebut.
Kementerian Perdagangan Republik Indonesia
62
karena
lebih
banyak
SDM
daerah
tersebut
yang
63
BAB III
Pembina
Sebagai Pembina adalah Menteri Perdagangan R.I yang fungsinya adalah
memberikan bimbingan dan arah kebijakan umum agar sasaran dan tujuan
kegiatan dana dekosentrasi dapat tercapai.
B.
C.
penanggung
jawab
teknis
adalah
Sekretaris
Jenderal
teknis
pelaksanaan
kegiatan
dana
dekosentrasi
bidang
2.
3.
4.
64
5.
6.
7.
8.
Membentuk unit akutansi dan barang milik negara pada satuan kerja
yang bersangkutan.
9.
2.
3.
Memeriksa
ketersedian
pagu
anggaran
dalam
DIPA
untuk
5.
b.
c.
65
d.
6.
7.
8.
9.
Bendaharawan Penerima
Bertanggung
jawab
atas
pengelolaan
keuangan
kegiatan
dana
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
D.
Bendaharawan Pengeluaran
Bertanggung
jawab
atas
pengelolaan
keuangan
kegiatan
dana
66
2.
Mengajukan
SPP-UP/TUP/GUP/GUP
gaji/honorarium/perjalanan
dinas
beserta
Nihil
dan
dokumen
LS
pendukung
lainnya;
3.
4.
Menguji
ketersedian
dana
dalam
DIPA
satuan
kerja
yang
bersangkutan;
5.
Membayar
UP
dengan
menandatangani
kuitansi
yang
mengunakan
UP/TUP/GUP/GUP
Nihil
dan
LS
7.
8.
9.
barang
milik
negara
pada
satuan
kerja
yang
2.
67
BAB IV
68
BAB V
PELAPORAN
69
Direktur
Jenderal
Perdagangan
Dalam
Negeri,
Direktur
Jenderal
laporan
roren@kemendag.go.id
pdn@kemendag.go.id,
dapat
dan
dikirim
melalui
disertakan
yang
(tembusan/cc)
ses-daglu@kemendag.go.id,
ditujukan
kepada
kepada
sekretariat-
prokel.djpen@gmail.com,
ses.bappebti@kemendag.go.id, ses-itjen@kemendag.go.id.
70
: SPM/SP2D.
c. Melalui aplikasi SAK tersebut, pelaporan harus disampaikan secara priodik yaitu
Bulanan, Triwulan, Semesteran dan Tahunan setelah dilakukan rekonsiliasi
dengan KPPN setempat terlebih dahulu.
d. Melalui aplikasi SIMAK BMN, pelaporan harus disampaikan secara Semesteran
dan Tahunan setelah laporan tersebut direkonsiliasikan dengan petugas SAK
tingkat Satker.
e. Laporan SAK dan SIMAK BMN tersebut disampaikan dalam bentuk Softcopy /
Arsip Data Komputer (ADK) dan Hardcopy (fotocopy dokumen).
f.
pemberi
Dekonsentrasi
Bidang
Perdagangan
Kementerian
pelimpahan
Dekonsentrasi
Bidang
Perdagangan
Kementerian
berasal dari
Penyampaian laporan yang terkait SAK dan SIMAK BMN dibuat dan
diserahkan dari Dinas tersebut kepada Ditjen Perdagangan Dalam Negeri
untuk pelaksanaan Subbidang Pengembangan Perdagangan Dalam Negeri
71
Untuk itu setiap Satker (Dinas Provinsi yang menangani perdagangan) yang
menerima 1 (satu) atau lebih Subbidang dari Dekonsentrasi Bidang
Perdagangan, maka Satker tersebut wajib melaporkan SAK dan SIMAK
BMN kepada unit kerja Eselon I Kementerian Perdagangan yang
memberikan Dekonsentrasi Bidang Perdagangan.
Format laporan dan pedoman penyusunan laporan tentang SAK dan SIMAK
BMN diatur oleh Peraturan Menteri Keuangan No.59/PMK.06/2005 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
72
BAB VI
PENUTUP
Dengan telah selesai disusunnya buku Petunjuk Teknis Dana Dekosentrasi Bidang
Perdagangan Kementerian Perdagangan, maka diharapkan buku pedoman ini akan menjadi
acuan didalam melaksanakan kegiatan dana dekosentrasi yang ada di Dinas yang
membidangi perdagangan di 33 Provinsi.
Buku Petunjuk Teknis Dana Dekonsetrasi ini materinya ditulis dengan sangat
sederhana, dengan harapan para pengguna dana dekosentrasi yang ada di Dinas Provinsi
yang membidangi perdagangan dapat mengikuti pedoman dengan baik, sehingga sasaran
dan tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik sebagaimana yang diharapkan.
73
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 1
Tanggal Pengamatan :
No.
Satuan
Harga Rp
Kemarin
Hari ini
Perubahan
Rp.
Ket
1.
74
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
KOTA
Banda Aceh
Medan
Pekanbaru
Padang
Jambi
Palembang
Bengkulu
Bandar Lampung
Jakarta
Bandung
Semarang
Yogyakarta
Surabaya
Pontianak
Samarinda
Banjarmasin
Palangkaraya
Manado
Palu
Kendari
Ujung Pandang
Denpasar
Mataram
Kupang
Ambon
Jayapura
Manokwari
Pangkal Pinang
Tanjung Pinang
Banten
Mamuju
Gorontalo
Sofifi
Catatan :
Jenis beras mengacu pada jenis beras yang paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat
setempat dan dapat diubah sesuai dengan perubahan keadaan setempat apabila jenis
beras sudah tidak relevan dengan kondisi terkini dan agar menginformasikan perubahan
tersebut beserta alasannya
75
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Tanggal Pengamatan
1.
SEM EN
a . T ig a R o d a (5 0 K g )
b . H o lc im (5 0 K g )
c . P a d a n g (5 0 K g )
d . T o n a s a (5 0 K g )
a.
b.
c.
d.
T ig a R o d a (4 0 K g )
H o lc im (4 0 K g )
P a d a n g (4 0 K g )
T o n a s a (4 0 K g )
2.
P u p u k N o n S u b s id i
a. K C L
b. NPK
c. S P 36
d . U re a
e. Z A
3.
SENG
a . G e lo m b a n g (1 8 0 c m /1 m )
* Teb al 02
* Teb al 03
b . P la t (9 0 c m /1 m /le m b a r)
* Teb al 02
* Teb al 03
4.
5.
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Z ak
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Lem b ar
Lem b ar
Lem b ar
Lem b ar
BESI
B an ci
a. 6 m m
b. 8 mm
c. 10 m m
d . 12 m m
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
F u ll
a. 6 m m
b. 8 mm
c. 10 m m
d . 12 m m
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
K A YU P A P A N
a . M e ra n ti
* K aso 4 x 6
* K aso 5 x 7
* B a lo k 5 x 1 0
* B a lo k 8 x 1 2
* B a lo k 6 x 1 2
b . K am p er
* K aso 4 x 6
* K aso 5 x 7
* B a lo k 5 x 1 0
* B a lo k 8 x 1 2
* B a lo k 6 x 1 2
c . M e rb a u
6.
E M A S (L o g a m M u lia )
a . 2 4 K a ra t
b . 2 3 K a ra t
c . 2 2 K a ra t
7.
BATU BATA
a . B a ta M e ra h
b . B a ta k o
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
B a ta n g
Kg.
Kg.
Kg.
B u ah
B u ah
*) Mohon disebutkan nama obyek pantauan (toko atau depo bangunan) diharapkan lebih dari satu lokasi pantauan.
76
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 4
KPP Kabupaten/Kota :
NO
URUT
1
GOL
POKOK
2
PT
3
BENTUK USAHA
KOP CV FA PO
4
5
6
7
BPL
8
JUMLAH
KET.
9
(3+4+5+6+ 7+8)
10
01
02
dst
s.d.
99
JUMLAH
.,.. 200
Kepala Dinas
Kabupaten/Kota
Selaku
Kepala KPP Kabupaten/Kota.
NIP.
Penjelasan Lampiran 1:
Laporan diisi berdasarkan bentuk usaha Perseroan Terbatas(PT), Koperasi (Kop),
Persekutuan Komanditer (CV), Firma (Fa), Perorangan (PO), Bentuk Perusahaan Lain
(BPL) dan Golongan Pokok yang terdiri dari kode 01 s/d 99 sesuai dengan KBLI
2005.
Penerbitan TDP pada setiap bulan diisi jumlah TDP yang diterbitkan selama 1 (satu)
bulan laporan yang belum dikurangi jumlah penghapusan TDP pada bulan yang
sama.
Kode Golongan Pokok yang dimuat dalam laporan ini hanya Golongan Pokok tertentu
yang ada pendaftarannya, sedangkan Golongan Pokok yang kosong tidak perlu
dituangkan dalam tabel laporan ini.
77
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Contoh:
NO.
URUT
1
2
3
GOL.
POKOK
01
05
12
dst
Golongan Pokok :
PT
KOP
CV
Fa
PO
BPL
JUMLAH
10
3
1
1
2
-
5
3
2
1
-
15
11
9
6
3
1
37
23
13
78
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 5
KPP Provinsi
NO
URUT
KPP
Kab/Kota
PT
BENTUK USAHA
KOP CV
FA PO
4
JUMLAH
KET
9
(3+4+5+6+7+8)
10
BPL
JUMLAH
.,.. 20 ..
Kepala Dinas
Provinsi .
Selaku
Kepala KPP Provinsi
______________________
NIP.
Penjelasan Lampiran 2
adalah
contoh
laporan yang
wajib
dilaporkan
oleh
KPP
Kabupaten/Kota
- Lampiran 2 adalah contoh laporan yang wajib dilaporkan oleh KPP Provinsi.
79
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 6
KPP Kabupaten/Kota :
P1 /P2 /P3
1
NO
URUT
GOL
POKOK
3
PT
BENTUK USAHA
KOP CV FA PO
9
(3+4+5+6+7+8)
JUMLAH
10
KET.
BPL
01
02
05
dst
s.d.
99
JUMLAH
.,..20 ..
Kepala Dinas .
Kabupaten/Kota.........
Selaku
Kepala KPP Kabupaten/Kota .
______________________
NIP.
Penjelasan Lampiran 3 :
Golongan pokok yang terdiri dari kode 01 s.d. 09 sesuai dengan KBLI (Kalisifikasi Baku
Lapangan Usaha Indonesia) Tahun 2005
80
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 7
KPP Provinsi :
P1 /P2 /P3
NO
URUT
KPP
Kab/Kota
PT
BENTUK USAHA
KOP
CV FA
PO
4
JUMLAH
BPL
8
KET
9
(3+4+5+6+7+8)
10
JUMLAH
.,..20 ..
Kepala Dinas .
Provinsi
Selaku
Kepala KPP Provinsi
___________________
NIP.
Catatan :
sudutkanan
atas
agar
ditulis
P1/P2/P3,
dan
seterusnya
dan
yang
dimuatdalamlaporaniniadalah
yang
telahmenyampaikanlaporan
81
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 8
KPP Kabupaten/Kota :
NO
GOL
BENTUK USAHA
URUT
POKOK
PT
KOP
CV
FA
PO
BPL
JUMLAH
KET
.
9
(3+4+5+6+7+8)
10
01
02
dst
s.d.
99
JUMLAH
.,..20 ..
Kepala Dinas ..
Kabupaten/Kota .
Selaku
Kepala KPP
Kabupaten/Kota..........
_____________________
NIP.
Penjelasan Lampiran 3 :
Golongan pokok yang terdiri dari kode 01 s.d. 09 sesuai dengan KBLI Tahun 2005
82
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 9
NO
URUT
1
KPP
Kabupaten/Kota PT
2
3
KOP
4
BENTUK USAHA
CV
FA PO
5
6
7
BPL
8
JUMLAH
KET
9
(3+4+5+6+7+8)
10
JUMLAH
ata
Catatan
.,..200
Kepala Dinas ..
Provinsi
Selaku
Kepala KPP Provinsi ....
____________________
NIP.
83
[DRAFT PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA DEKONSENTRASI BIDANG PERDAGANGAN T.A 2011]
Lampiran 10
No
Kota /
Kab
Penambahan
PM PB Jumlah PK
Pengurangan
PM PB PK
84
Ket