Anda di halaman 1dari 3

Reksadana adalah suatu wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat

pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.
Reksadana memiliki manfaat yaitu:
1. Diversifikasi portofolio. melakukan penyebaran investasi dengan memperkecil risiko.
2. Manajer investasi. dikelola oleh manajer professional yang berpengalaman.
3. Mudah pencairan. Setiap penjualan oleh investor wajib dibeli kembali .
4. Investasi kecil. Bisa serendah Rp100.000.
5. Keleluasaan investasi. Leluasa memilih jenis investasi dan pindah ke jenis lainnya sesuai
dengan tujuan investasi anda.
6. Keringanan Biaya. Pengelola reksadan menghimpun dana skala besar, sehingga dapat
mengalokasikannya secara ekonomis.
Empat jenis reksadana yaitu:
1. Reksadana pasar uang, menempatkan 100% dananya di pasar uang (deposito, SBI, obligasi,
jatuh tempo lebih kecil dari satu tahun).
2. Reksadana pendapatan tetap, menempatkan minimum 80% dananya di obligasi.
3. Reksadana saham, menempatkan minimum 80% dalam saham.
4. Reksadana campuran, menempatkan dananya, dalam instrumen pasar uang atau obligasi, atau
saham dengan komposisi yang fleksibel.
5. Reksadana indeks, reksadana yang isinya adalah sebagian besar dari indeks tertentu (tidak
semua, yang penting merefleksikan indeks tersebut) dan dikelola secara pasif, artinya tidak
melakukan jual beli di bursa, kecuali ada subscription baru atau redemption.
Selain jenis yang sudah disebutkan sebelumnya, reksadana juga bisa dalam bentuk rupiah dan
valas, dalam rupiah adalah bentuk yang paling lazim, sementara itu juga tersedia dalam bentuk
mata uang asing (valas). Fiturnya yaitu penempatan dalam valas, investasi di instrumen valas
misalnya obligasi valas, risiko dan keuntungan dipengaruhi return instrument dan fluktuasi nilai
tukar, dan bagus untuk hedging.
Berbicara mengenai reksadana sangat berkaitan dengan prospektus. Prospektus adalah dokumen
yang sebaiknya dibaca sebelum memulai investasi di reksadana. Prospektus berisi tentang
legalitas, pengelola-manajer investasi, dan bank kustodian, strategi investasi, dan cara beli dan
jual. Selain itu, salah satu hal penting adalah prospektus juga berisi risiko dari suatu reksadana.
Rodoni (2006) dalam Lina Meytasari (2013) menyebutkan bahwa terdapat lima hal yang bisa
menimbulkan risiko yaitu:
1. Konsultasi investasi Reksadana biasanya pada individu tertentu dan memilih salah satu
diantara bentuk investasi yang ada, open-end atau close-end, atau kontrak investasi kolektif
(KIK). Pilihan tersebut mungkin cocok untuk kondisi ekonomi tertentu, akan tetapi untuk
kondisi ekonomi yang berubah, bisa jadi hasil yang diharapkan tidak sesuai yang diharapkan.
2. Setiap Reksadana memiliki prospektus ketika Reksadana tersebut diluncurkan (masa
penawaran) atau initial public offering (IPO). Bisa saja, prospektus tidak mencerminkan
keadaan perusahaan yang sesungguhnya.
3. Perusahaan Reksadana diharuskan menetapkan nilai asset mereka pada tingkat harga pasar
(current market price) yang dihitung setiap hari.
4. Aset dalam perusahaan Reksadana sebagian besar adalah sekuritas yang memiliki hak dan
klaim hukum terhadap yang menerbitkannya dan tidak mempunyai wujud fisik.
5. Ada kemungkinan, pemodal tertentu yang menguasai sebagian aset dapat mempengaruhi
manajemen Reksadana biasanya ada orang dalam atau yang memiliki hubungan langsung
dengan Reksadana melakukan transaksi di Reksadana tersebut.

Perlu diketahui juga terdapat beberapa risiko investasi reksadana yang harus dikenal oleh
investor yaitu:
1.
Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit Penyertaan
Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam
portofolio Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian
awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh
banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja
emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak
penyebab fundamental lainnya.
2.
Risiko Likuiditas
Potensi risiko likuiditas ini bisa saja terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana
pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikkan dana dalam jumlah
yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami
rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini dapat
terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana
untuk melakukan penjualan kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa
tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya
penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi
portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai
pengelola Reksadana tersebut.
3.
Risiko Pasar
Risiko Pasar adalah situasi ketika harga instrumen investasi mengalami penurunan yang
disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah
lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau
instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar
yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada
pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila
ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan tren pasar dari
instrumen portofolio Reksadana itu sendiri.
4.
Risiko Default
Risiko Default terjadi jika pihak Manajer Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten
yang mengalami kesulitan keuangan padahal sebelumnya kinerja keuangan perusahaan
tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar
kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang
menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.
Melakukan investasi dengan reksadana dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pertama melalui
manajer investasi, kedua bisa melalui unit link asuransi dan yang ketiga bisa melalu bank sebagai
agen penjual. Investasi reksadana bisa juga dilakukan secara online. Cara investasi secara online
ini merupakan cara yang paling mudah dan murah dilakukan dengan beli da jual melaui internet
banking bank agen penjual.
Setelah mengetahui bagaimana melakukan investasi dengan reksadana, mengukur reksadana juga
perlu untuk diketahui. Mengukur reksadana salah satunya bisa menggunakan Nilai Aktiva Bersih
(NAB). Nilai Aktiva Bersih adalah nilai pasar wajar dari suatu efek dan kekayaan lain dari
reksadana dikurangi seluruh kewajibannya. NAB menunjukkan pergerakan nilai ivestasi di
reksadana yang memiliki sejumlah fungsi penting untuk reksadana. NAB (Nilai Aktiva Bersih)
merupakan salah satu tolak ukur dalam memantau hasil dari suatu Reksa Dana.NAB per

saham/unit penyertaan adalah harga wajar dari portofolio suatu Reksadana setelah dikurangi
biaya operasional kemudian dibagi jumlah saham/unit penyertaan yang telah beredar (dimiliki
investor) pada saat tersebut (Wikipedia).
Memilih reksadana harus melihat dari berbagai jenis factor bukan dari segi return-nya saja.
Memilih reksadana hanya berdasarkan pada return sangat berbahaya karena mengabaikan risiko
reksadana itu sendiri. Jadi memilih reksadana harus berdasarkan multidimensi.

DAFTAR PUSTAKA
Lina Meytasari. 2013. Evaluasi Kinerja Reksadana Saham di Indonesia dengan Metode EROV,
SORTINO, dan SHARPE. Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Reksadana

Anda mungkin juga menyukai