bahwa intervensi yang dilakukan oleh manajer perusahaan masih dalam kerangka standar
akuntansi, dimana masih menggunakan metode dan prosedur akuntansi yang diterima dan
diakui secara umum.
Scott (2006) membagi cara pemahaman atas manajemen laba menjadi dua.
Pertama, melihatnya sebagai perilaku oportunistik manajer untuk memaksimumkan
utilitasnya dalam menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan political costs
(Oportunistic Earnings Management). Kedua, dengan memandang manajemen laba dari
perspektif efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana manajemen
laba memberi manajer fleksibilitas untuk melindungi diri dan perusahaan dalam
mengantisipasi kejadian-kejadian tak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat
dalam kontrak.
Manajemen laba adalah campur tangan dalam proses pelaporan keuangan
eksternal dengan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri. Manajemen laba merupakan
salah satu faktor yang dapat mengurangi kredibilitas laporan keuangan, manajemen laba
menambah bias dalam laporan keuangan dan dapat mengganggu pemakai laporan
keuangan yang mempercayai angka laba hasil rekayasa tersebut sebagai angka laba tanpa
rekayasa (Setiawati dan Naim, 2000).
Dalam positif accounting theory terdapat tiga hipotesis yang melatarbelakangi
manajemen laba (Watt dan Zimmerman, 1986), yaitu:
a.
Pada perusahaan yang mempunyai rasio debt to equity besar maka manajer perusahaan
tersebut akan cenderung menggunakan metode akuntansi yang akan meningkatkan
pendapatan maupun laba. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak
eksternal.
c.
b. Contracting Motivations
Data akuntansi digunakan untuk mengawasi dan mengatur hubungan kontraktual antara
perusahaan dengan semua stakeholders perusahaannya, baik stock investor, debt investor,
ataupun insider investor. Healy dan Wahlen (1998) membagi contracting motivations
menjadi dua, yaitu lending contracts dan management compensation contracts. Lending
contracts dibuat untuk meyakinkan bahwa manajer tidak melakukan tindakan yang
menguntungkan pemegang saham perusahaan tetapi merugikan kreditor, sedangkan
management
compensation
contracts
digunakan
untuk
mensejajarkan
atau
a. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat terjadi reorganisasi, termasuk pengangkatan CEO baru. Pada
saat itu, perusahaan akan melaporkan kerugian dalam jumlah besar sehingga diharapkan
pada periode yang akan datang CEO tersebut dapat menunjukkan adanya peningkatan
laba.
b. Income Minimization
Pola ini terjadi pada saat perusahaan mengalami/memperoleh laba yang tinggi.
Manajemen akan menunda sebagian laba tersebut dan melaporkannya pada periode
mendatang, jika pada periode mendatang, laba diperkirakan akan turun drastis.
c. Income maximization
Pola ini terjadi ketika laba perusahaan menurun/rendah. Manajemen akan berusaha
meningkatkan laba supaya mendapat bonus yang lebih besar. Pola ini juga dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
d. Income Smoothing
Pola ini dilakukan oleh perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga
dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih
menyukai laba yang relatif stabil.
EM memiliki dua sisi
Baik: pengiriman informasi pihak dlm perusahaan
Buruk: opportunistik
ekspektasi laba
Accrual discretionary manajemen sebagai cara yang dapat dipercaya
mengungkapkan informasi dalam manajemen tentang harapan pendapatan
Manajer melaporkan pendapatan yang lebih daripada yang dapat
dipertahankan
Mengelola laba yang dilaporkan ke manajemen dengan jumlah yang
berharap akan bertahan
dan non-recurring
Hanna menemukan bukti bahwa pasar menggunakan frekuensi biaya tersebut
sebagai proxy untuk penyalahgunaan mereka - ERC frekuensi yang lebih
rendah ketika lebih besar
Contoh: Nortel (Teori dalam Praktek 11.1)
yang
sama-tahun
sebelumnya
Kesimpulan
Pengungkapan ditingkatkan atas pos persistensi rendah & melaporkan efek dari
penghapusan pencatatan (writeoffs)