2)
3)
Pusat Pengelolaan Ekoregion menghasilkan kategori output yang secara garis besar
dapat dirangkum sebagai berikut :
1) Penyusunan rekomendasi kebijakan, inventarisasi data (dilakukan melalui
monev), konsep, dan kajian;
2) Pelayanan publik;
3) Pembinaan dan peningkatan kapasitas;
4) Layanan perkantoran.
2.4.2. Program Generik : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas
Teknis Lainnya KLH
Program ini bertujuan untuk mewujudkan penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik melalui pelaksanaan dukungan manajemen dan tugas
teknis lainnya di lingkup Kementerian Lingkungan Hidup.
Sasaran Strategis (Outcomes) Program Generik ini adalah :
1) Pengelolaan keuangan kementerian, hingga memperoleh opini wajar tanpa
pengecualian (WTP);
2) Percepatan implementasi reformasi birokrasi (RB).
Berdasarkan sasaran strategis program generik ini, fungsi Eselon 1 KLH
dikelompokkan sebagai berikut :
22
Sasaran Strategis
Pengelolaan keuangan
kementerian
Percepatan implementasi
reformasi birokrasi
Kelompok Kegiatan
Menurut Fungsi
Pemberian dukungan
manajemen dan penyediaan
sarana dan prasarana
Eselon I Pelaksana
Sekretariat Kementerian
LH
DNPI
Dalam menyusun rencana kinerja tahunan, KLH membagi kinerja teknis para
eselon 1 ke dalam klaster yang dikaitkan dengan prioritas nasional yang merupakan
kontrak kinerja Menteri dengan Presiden. Pelaksanaan tugas pokok dan fungsi para
eselon I diterjemahkan dalam berbagai rangkaian kegiatan, sehingga pengukuran
23
Penurunan tingkat
pencemaran LH
Peningkatan Upaya
Pengendalian
Kerusakan LH
Peningkatan kapasitas
pengelolaan SDA dan LH
INDIKATOR
pengawasan industri dan jasa
INDIKATOR KINERJA
pengawasan industri dan jasa
penurunan beban pencemaran air,
udara, sampah dan limbah B3
pemetaan gambut
pengawasan dan evaluasi
pemanfaatan ruang
penetapan kelas air
penyediaan data hotspot
rehabilitasi hutan dan konservasi
kehati
tersedianya kebijakan
perlindungan atmosfir
INDIKATOR
INDIKATOR
Rencana kinerja KLH pada tahun 2014 kemudian disusun dengan mengacu
pada sasaran strategis yang ingin dicapai dikaitkan dengan prioritas nasional dan
indikator-indikator kinerja pada tingkat eselon I. Gambaran rencana kinerja tersebut
disajikan pada tabel di bawah ini :
24
SASARAN
STRATEGIS
Menurunnya
tingkat pencemaran
lingkungan
PRIORITAS NASIONAL
INDIKATOR KINERJA
Penurunan beban
pencemaran lingkungan
melalui pengawasan di
680 kegiatan industri
dan jasa pada 2010 dan
terus berlanjut
Prosentase penurunan
pencemar yang dibuang ke
lingkungan oleh industri
Penurunan tingkat
polusi keseluruhan
sebesar 50% pada 2014
ESSELON I
PENANGGUNGJAWAB
1. Deputi Bidang
Pengendalian
Pencemaran
Lingkungan
2. Deputi Bidang
Pengelolaan B3 ,
Limbah B3 dan
Sampah
Penurunan jumlah
hotspot kebakaran
hutan sebesar 20%
pertahun
Peningkatan
keberdayaan
pengelolaan gambut,
peningkatan hasil
rehabilitasi 500.000 ha
per tahun, dan
penekanan laju
deforestasi
Penghentian kerusakan
lingkungan di 11 DAS
yang rawan bencana
mulai 2010 dan
seterusnya
25
SASARAN
STRATEGIS
Meningkatnya
kapasitas PSDA dan
LH
Pengelolaan
Keuangan
Kementerian
Percepatan
Implementasi
Reformasi Birokrasi
(RB)
2.6
PRIORITAS NASIONAL
Peningkatan kapasitas
aparatur pemerintah
dan masyarakat dalam
pengurangan resiko,
mitigasi dan
penanganan bencana
dan bahaya kebakaran
hutan di 33 propinsi
Pengelolaan keuangan
kementerian, hingga
memperoleh opini
Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP)
Percepatan
Implementasi Reformasi
Birokrasi (RB)
INDIKATOR KINERJA
Jumlah kasus lingkungan yang
tertangani
Jumlah kelompok masyarakat
yang berpartisipasi/berperan
aktif dalam perlindungan dan
pengelolaan lingkungan
Prosentase laboratorium
pengujian parameter kualitas
lingkungan yang dipersiapkan
untuk proses akreditasi
Prosentase peningkatan
kapasitas pejabat fungsional
pedal
Pengelolaan keuangan
kementerian, hingga
memperoleh opini Wajar
Tanpa Pengecualian (WTP)
ESSELON I
PENANGGUNGJAWAB
1.
Deputi Bidang
Penaatan Hukum
Lingkungan
2.
Deputi Bidang
Komunikasi
Lingkungan dan
Pemberdayaan
Masyarakat
3.
Deputi Bidang
Pembinaan Sarana
Teknis Lingkungan
dan Peningkatan
Kapasitas
Sekretaris Menteri
Meningkatnya
usaha
pengendalian
perusakan
lingkungan
hidup
Indikator Kinerja
Target
Program
Anggaran
(2)
Prosentase penurunan
pencemar yang dibuang ke
lingkungan oleh industri
(3)
10%
(4)
(5)
65%
Pengeloaan
SDA dan LH
Rp. 676.565.559.000
30%
45 Kota
20%
10.005.500 Ton
62.400 Ton
200 Kabupaten
3 Provinsi
27
Meningkatnya
kapasitas
pengelolaan
SDA dan LH
Pengelolaan
Keuangan
Kementerian
Percepatan
Implementasi
Reformasi
Birokrasi (RB)
13 sungai
5 Danau Prioritas
47 Kasus
2.340 komunitas
pendidikan dan
1.018 organisasi
Kemasyarakatan
yang
berpartisipasi
29%
20%
Opini WTP
LAKIP B
Dukungan
Managemen
dan
Pelaksanaan
Tugas
Tenis
Lainnya KLH
Rp. 372.772.551.000
Januari 2014
28
Bab III
Akuntabilitas Kinerja
3.1.
Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk
29
pemangku
kepentingan
mengukur
dan
menganalisa
keberhasilan
kinerja
Kelompok
Masyarakat
yang
berpartisipasi/berperan
aktif
dalam
laboratorium
pengujian
parameter
kualitas
lingkungan
30
yang
Meningkatnya
usaha
pengendalian
perusakan
lingkungan
hidup
Satuan
Target
Realisasi
(2)
Prosentase penurunan
pencemar yang dibuang
ke lingkungan oleh
industri
Prosentase industri yang
taat terhadap peraturan
perundangan di bidang
pengendalian
pencemaran lingkungan
Prosentase peningkatan
kinerja industri dari
"tidak taat" ke "taat"
Jumlah kota
metropolitan dan kota
besar dengan kualitas
udara membaik
Prosentase jumlah
penurunan timbulan
sampah
Jumlah limbah B3
terkelola dari industri
yang terinventarisir
Jumlah limbah B3 di
media yang terkelola
dari kegiatan pemulihan
lahan terkontaminasi
yang terinventarisir
Jumlah kabupaten
meningkatkan dan atau
mempertahankan
tutupan vegetasi di
wilayahnya (profil
kabupaten hijau)
Jumlah provinsi yang
menerapkan
pengelolaan gambut
berkelanjutan
Jumlah sungai prioritas
yang disepakati kelas
airnya dengan
pendekatan ekoregion
(3)
(4)
(5)
(6)
Prosentase
10
80,56
805,6
Prosentase
65
72
110,7
Prosentase
30
41
136,7
Kota
45
45
100
Prosentase
20
20
100
Ton
10.005.500
19.089.566,53
190,8
Ton
62.400
1.088.411,3
1.744,2
Kabupaten
200
316
158
Provinsi
100
Sungai
13
13
100
Danau Prioritas
100
31
Meningkatnya
kapasitas
pengelolaan
SDA dan LH
Pengelolaan
Keuangan
Kementerian
Percepatan
Implementasi
Reformasi
Birokrasi (RB)
3.3
Kasus
47
201
438,3
komunitas
pendidikan dan
organisasi
Kemasyarakatan
yang
berpartisipasi
2.340 dan
1.018
2.905 dan
1.018
124 dan
100
Prosentase
29
29
100
Prosentase
20
25
Opini
WTP
WTP
LAKIP
CC
NO.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
INDIKATOR KINERJA
1
Prosentase penurunan
pencemar yang ddibuang ke
lingkungan oleh industri
Prosentase industri yang taat
terhadap peraturan
perundangan di bidang
pengendalian pencemaran
lingkungan
Prosentase peningkatan
kinerja industry dari tidak
taat ke taat
Jumlah kota metropolitan
dan kota besar dengan
kualitas udara membaik
Prosentase jumlah
penurunan timbulan sampah
Jumlah limbah B3 terkelola
dari industry yang
terinventarisir
Jumlah Limbah B3 di media
yang terkelola dari kegiatan
pemulihan lahan
terkontaminasi yang
terinventarisir
TARGET
REALISASI
10
80,56
805,6
65
72
110,7
30
41
136,7
45
Kota
45
Kota
100
20
20
100
10.005.500
Ton
19.089.566,53
Ton
190,8
62.400
Ton
1.088.411,3
Ton
1.744,2
%
%
%
pencemar
merupakan
variabel
yang
mempengaruhi
kualitas
lingkungan baik untuk kualitas air maupun udara. Dengan kondisi media penerima
yang sama maka semakin kecil beban pencemar yang dibuang ke lingkungan, maka
kualitas lingkungan akan semakin baik.
Patut diperhatikan bahwa untuk menghasilkan kualitas lingkungan yang baik,
selain penurunan beban pencemaran maka perlu juga dilakukan upaya-upaya
lainnya agar variabel-variabel yang mempengaruhi kualitas lingkungan juga
33
mendukung, dapat menetralkan polutan yang masuk sehingga tetap memenuhi baku
mutu lingkungan.
Beban pencemar air untuk industri dihitung dari peserta penilaian mandiri
PROPER. Nilai beban pencemar air yang dibuang ke sumber air, dalam hal ini
sungai, dipengaruhi oleh efisiensi instalasi pengolah air limbah (IPAL). Semakin baik
kinerja IPAL maka beban pencemaran air yang dibuang ke sumber air akan semakin
kecil. Dengan demikian diasumsikan bahwa penurunan beban pencemar air
diperoleh dari selisih antara besaran/nilai beban pencemar air sebelum masuk ke
IPAL (inlet) serta nilai beban pencemaran air setelah diolah di IPAL (outlet).
Data penghitungan beban pencemaran air limbah industri didasarkan data
dari 598 industri peserta PROPER yang dievaluasi melalui penilaian mandiri. Pada
penilaian mandiri, perusahaan tidak diawasi secara langsung oleh pengawas, namun
diberikan kesempatan untuk menyampaikan seluruh data penaatan dalam
pengelolaan lingkungan yang dilakukan.
Target penurunan beban pencemar dari kegiatan industri adalah 10%.
Realisasi penurunan beban pencemar air limbah adalah 80,56% sehingga capaian
kinerja untuk penurunan beban pencemar air adalah 805,6% (lihat Tabel 3.3).
Sementara capaian untuk beban pencemar air bervariasi tergantung parameter,
mulai 21,72% untuk NO2 sampai 58,91% untuk partikulat.
Tabel. 3.3 Data Beban Pencemar Air Limbah Industri Tahun 2014 (ton)
Parameter
Inlet
Outlet
Reduksi
% Reduksi
Organik
1.316.354.957,00
367.402.874,34
948.927.581,43
72,09%
Anorganik
8.290.180.255,87
1.498.356.336,33
6.790.125.386,76
81,91%
Total
9.606.535.212,87
1.865.759.210,67
7.739.052.968,19
80,56%
Beban pencemar yang direduksi adalah selisih antara beban pencemar air
limbah sebelum diolah dengan air limbah setelah diolah. Parameter-parameter
34
pencemar dikelompokan dalam dua kelompok besar, yaitu organik dan anorganik.
Berdasarkan pendekatan tersebut, data kumulatif yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel 3.4 sebagai berikut:
Tabel 3.4 Reduksi Beban Pencemaran Air dari Setiap Sektor
Inlet (ton/tahun)
No
Outlet
(ton/tahun)
Reduksi (ton/tahun)
Sektor
Manufaktur,
Prasarana dan
Jasa
Pertambanga,
Energi, dan
Migas
Organik
Anorganik
Organik
Anorganik
Organik
Anorganik
15.282.165,08
5.541.883,69
1.215.500,66
1.240.001,89
14.066.664,42
4.301.881,80
10.823.595,00
4.466.074.529,00
34.605,00
1.484.992.813,00
10.788.990,00
2.981.081.716,00
Agroindustri
1.290.249.196,92 3.818.563.843,18
366.152.768,68
12.123.521,44
924.096.428,24
3.804.717.287,74
Jumlah
1.316.354.957,00
367.402.874,34
1.498.356.336,33
948.927.581,43
6.790.125.386,76
8.290.180.255,87
merupakan
variabel
yang
dapat
mendorong
perbaikan
kualitas
lingkungan. Penurunan beban pencemar hanya dapat diharapkan dapat terjadi atau
dilakukan oleh kegiatan-kegiatan yang mampu memenuhi ketentuan peraturan.
Namun demikian, perlu dipastikan bahwa ketentuan yang diberlakukan sudah
dengan mempertimbangkan seluruh faktor yang dapat mempengaruhi kualitas suatu
media lingkungan.
Penurunan beban pencemar dapat terjadi apabila sumber pencemar mampu
mereduksi kuantitas pencemar yang dihasilkan menjadi lebih rendah ketika harus
dibuang ke lingkungan, melalui suatu sistem pengolahan air limbah atau
pengendalian emisi. Untuk mengetahui besaran pencemar yang direduksi, maka
perlu dilakukan penghitungan atau pengukuran beban pencemar awal dan beban
pencemar setelah proses pengendalian.
35
b.
Industri
yang
taat
terhadap
peraturan
perundangan
di
bidang
industri
terhadap
peraturan
pengelolaan
lingkungan
hidup
merupakan aspek dasar dalam penilain PROPER. Sifat pembinaan PROPER, selain
bentuk pengawasan, memberi peluang bagi perusahaan untuk dapat memahami dan
menjalankan peraturan lingkungan yang berkaitan atau menjadi kewajibannya.
Persentase ketaatan dalam PROPER merupakan hal yang krusial karena
ditargetkan maksimal, namun rentan karena setiap tahun jumlah industri peserta
PROPER
selalu
bertambah.
Pertambahan
industri
baru
tentunya
akan
mempengaruhi keseluruhan peringkat ketaatan PROPER. Selama periode 20102014 target tahunan prosentase jumlah ketaatan industri terhadap peraturan
lingkungan adalah 65%.
Hasil penilaian PROPER 2014 menunjukkan bahwa prosentase industri yang
mampu taat terhadap peraturan mencapai 72%. Dengan demikian capaian ketaatan
industry
PROPER
pada
kegiatan
tahun
2014
mencapai
110,7%.
Hasil
36
Tahun
Target
Pencapaian
Realisasi
2013-2014
65%
72%
110,7%
Jumlah
Industri
1.914
2012-2013
65%
65%
100%
1.812
2011-2012
65%
69%
106,2%
1.311
2010-2011
65%
66%
101,54%
1.005