Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KEGIATAN F5

Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan Tidak Menular

SCREENING, PENGOBATAN DAN PENYULUHAN HIPERTENSI MELALUI


POSYANDU LANSIA DI DESA BAJO

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Program Internship

USAHA KESEHATAN MASYARAKAT


DOKTER INTERNSHIP INDONESIA

Disusun oleh :
dr. Adha Nurjanah

Pusat Kesehatan Masyarakat Kapuan


Kabupaten Blora Jawa Tengah
Periode November 2015 Maret 2015

LATAR
BELAKANG

BPS (2004) menyatakan salah satu outcome atau dampak dari


pembangunan nasional yang telah dilaksanakan di Indonesia selama
ini terutama di bidang kesehatan dan kesejahteraan adalah
meningkatnya angka rata-rata usia harapan hidup penduduk.
Peningkatan angka rata-rata tersebut mencerminkan makin bertambah
panjangnya masa hidup penduduk secara keseluruhan yang membawa
konsekuensi makin bertambahnya jumlah lansia.
Berbagai pihak menyadari bahwa jumlah lansia (lanjut usia) di
Indonesia yang semakin bertambah akan membawa pengaruh besar
dalam pengelolaan masalah kesehatannya. Golongan lansia ini akan
memberikan

masalah

kesehatan

khusus

yang

membutuhkan

pelayanan kesehatan tersendiri mulai dari gangguan mobilitas alat


gerak sampai pada gangguan jantung.
WHO (World Health Organization) menyatakan bahwa di dunia
penyakit kardiovaskuler merupakan sebab kematian terbesar pada
populasi usia 65 tahun ke atas dengan jumlah kematian lebih banyak
di negara berkembang. Diperkirakan penyakit kardiovaskuler
merupakan 50% sebab kematian di negara industri maju dan
kematian di negara berkembang.
Penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dijumpai pada
lansia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, serta penyakit
jantung pulmonik. Hipertensi sering ditemukan pada lansia dan
biasanya tekanan sistolenya yang meningkat. Menurut batasan
hipertensi yang dipakai sekarang ini, diperkiran 23% wanita dan 14%
pria berusia lebih dari 65 tahun menderita hipertensi. Sementara
menurut para ahli, angka kematian akibat penyakit jantung pada
lansia dengan hipertensi adalah tiga kali lebih sering dibandingkan
lansia tanpa hipertensi pada usia yang sama.
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 1520%. Hipertensi lebih banyak menyerang pada usia setengah baya

pada golongan umur 55-64 tahun. Hipertensi di Asia diperkirakan


sudah mencapai 8-18% pada tahun 1997, hipertensi dijumpai pada
4.400 per 10.000 penduduk (Depkes RI 2003).
Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami kenaikan dari
tahun 19881993. Prevalensi hipertensi pada laki-laki dari 134
(13,6%) naik menjadi 165 (16,5%), hipertensi pada perempuan dari
174 (16,0%) naik menjadi 176 (17,6%) (Arjatmo T dan Hendra U
2001).
Pola konsumsi dan perilaku hidup dapat memicu dan
meningkatkan risiko hipertensi pada manula. Konsumsi makanan
manis, asin, berlemak, jeroan, makanan yang diawetkan, minuman
beralkohol dan minuman berkafein secara berlebihan serta kurang
konsumsi serat dari sayur atau buah mempercepat terjadinya
hipertensi. Gaya hidup yang diduga berhubungan dengan kejadian
hipertensi antara lain aktivitas fisik, kebiasaan merokok, dan stres.
Seseorang yang kurang aktif melakukan aktivitas fisik pada umumnya
cenderung mengalami kegemukan sehingga akan menaikkan tekanan
darah. Selain itu faktor lain yang menunjang terjadi hipertensi adalah
stres dan merokok.
Hipertensi pada lansia pernah diabaikan karena dianggap bukan
masalah, tetapi sekarang telah diakui bahwa hipertensi pada lansia
memegang peranan besar sebagai faktor risiko baik untuk jantung
maupun otak yang berakibat pada munculnya stroke dan penyakit
jantung koroner. Oleh karena itu untuk menurunkan angka morbiditas
dan angka mortalitas karena penyakit kardiovaskuler adalah dengan
memperbaiki keadaan hipertensi.
Hal ini yang mendasari dilakukannya penyuluhan, screening
serta pengobatan hipertensi pada lansia melalui program posyandu
lansia di wilayah kerja puskesmas Kedung Tuban.

PERMASALAHA
N

Pada tahun 1997 sebanyak 15 juta penduduk Indonesia


mengalami hipertensi tetapi hanya 4% yang melakukan kontrol rutin.
Hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT, 2001) di kalangan
penduduk umur 25 tahun ke atas menunjukkkan bahwa 27% laki-laki
dan 29% wanita menderita hipertensi; 0,3% mengalami penyakit
jantung iskemik dan stroke. Terdapat 50% penderita tidak menyadari
sebagai penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak
merubah dan menghindari faktor risiko.
Berdasarkan data Depkes (2009), prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 31.7%. Cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga
kesehatan hanya mencapai 24.0%, atau dengan kata lain sebanyak
76.0% kejadian hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis.
Prevalensi hipertensi di Jawa dan Sumatera memiliki prevalensi yang
lebih tinggi dari prevalensi nasional. Hasil SKRT 1995, 2001 dan
2004 menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit
nomor satu penyebab kematian di Indonesia dan sekitar 2035% dari
kematian tersebut disebabkan oleh hipertensi.

PERENCANAAN
DAN PEMILIHAN
INTERVENSI

Pemantauan dan pengobatan lansia selain dilakukan di


puskesmas, juga dilakukan di posyandu. Tetapi dari data laporan tiap
bulan yang sudah dilakukan di Posyandu, angka kejadian hipertensi
hanya sedikit mengalami penurunan dan kesadaran lansia akan
kesehatan terutama hipertensi jarang diperhatikan, mereka lebih
mementingkan pekerjaan berladangnya ketimbang menyempatkan
waktu untuk datang memantau kesehatanya di posyandu. Sedangkan
kita ketahui faktor risiko hipertensi sebagian besar disebabkan oleh
pola makan dan pola hidup yang salah dan jarang menjadi perhatian
oleh pasienya akhirnya komplikasi yang ditimbulkan seperti stroke,
penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal kronik sulit dikendalikan.
Salah satu cara yang dilakukan dalam upaya pengendalian
hipertensi pada lansia adalah dengan melakukan penyuluhan,
screening dan pengobatan hipertensi dalam kegiatan posyandu lansia

yang dilakukan secara rutin sebulan sekali. Dengan melakukan


kegiatan seperti ini diharapkan kesadaran dan perhatian masyarakat
untuk memantau kesehatanya dapat meningkat, sehingga angka
kesakitan dan kematian dapat menurun dan terkendali.
Intervensi terhadap kasus hipertensi pada lansia dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut:
1. Penyuluhan tentang pengertian, faktor risiko, penyebab,
patofisiologi,

komplikasi,

pencegahan

dan

pengobatan

hipertensi
2. Pematauan tekanan darah pasien
3. Pengobatan hipertensi dan gejala yang menyertai serta
pemberian edukasi

PELAKASANAAN

Penyelenggaraan Posyandu lansia diadakan di desa Bajo,


Kedungtuban, pada tanggal 18 Desember 2015.
Sistem pelayanan 3 meja, dengan kegiatan sebagai berikut :

Meja I : Pendaftaran lansia, pengukuran dan penimbangan


berat badan dan atau tinggi badan

Meja II : Melakukan pencatatan berat badan, tinggi badan,


indeks massa tubuh (IMT). Pelayanan kesehatan seperti
pemeriksaan tekanan darah, pengobatan sederhana dan
rujukan kasus juga dilakukan di meja II ini.

Meja III : Melakukan kegiatan penyuluhan atau konseling


Pada penyuluhan tidak diberi leaflet, karena kemungkinan
lansia malas membaca ataupun tidak bisa membaca tinggi,
jadi dianggap kurang efektif. Sehingga strategi yang lain
adalah menyampaikan informasi secara visual disertai
penjelasan lisan terkait dengan pengertian, faktor risiko,
penyebab,

patofisiologi,

komplikasi,

pencegahan

dan

pengobatan hipertensi. Diharapkan para lansia akan selalu


menerapkan pola makan dan pola hidup yang tepat dan bisa
mengendalikan tekanan darah tinggi lebih baik lagi.

MONITORING
DAN EVALUASI

Pemantauan tekanan darah harus tetap dilakukan untuk melihat


perkembangan kondisi kesehatan lansia. Oleh karena itu diharapkan
anggota keluarga dapat membawa lansia setiap bulan ke posyandu
untuk dapat memantau perkembangannya serta mengetahui kondisi
kesehatan lansia secara menyeluruh.

Komentar / Umpan Balik :

Peserta,

Kapuan, Maret 2016


Dokter Pendamping,

dr. Adha Nurjanah

dr. Budy Cahayany Halimatun N

DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai