Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh


Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi
tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Nanda, 2015). Tanda-tanda dari
kurang nutrisi pada klien leukemia adalah penurunan berat badan secara terus menerus,
klien terlihat lebih kurus, dan dapat pula terjadi penurunan albumin. Klien leukemia
dapat mengalami kekurangan nutrisi dikarenakan oleh 3 faktor, antara lain karena : (1)
faktor pertumbuhan tumor, (2) faktor yang berhubungan dengan klien (usia anak, status
sosial ekonomi rendah, asupan gizi yang buruk, peningkatan sekresi hormon
pertumbuhan dan sitokin yang dilepaskan oleh tubuh dalam menanggapi pertumbuhan
tumor, yang paling penting adalah faktor nekrosis tumor, interleukin 1 dan 6), dan (3)
faktor yang berhubungan dengan pengobatan (jenis/dosis kemoterapi, lokasi/dosis
radioterapi dan pembedahan) (Alczar dkk., 2013).
Leukemia adalah penyakit kanker jaringan yang menghasilkan imatur atau
abnormal dalam jumlah berlebihan dan menyusup ke dalam berbagai organ tubuh.
Penyusupan sel-sel leukemik ke dalam semua organ-organ vital menimbulkan
hepatomegali dan splenomegali. Akibat dari tertekannya pembuluh darah dan pembuluh
getah bening abdomen karena adanya hepatomegali dan splenomegali, maka pasien
dengan leukemia akan mengalami edema lokal pada abdomen. Selain itu hepatomegali
dan splenomegali akan menyebabkan lambung tertekan dan berdampak adanya distensi
abdomen. Efek yang ditimbulkan dari distensi abdomen itu sendiri adalah munculnya
mual muntah pada pasien leukemia. Efek yang lebih lanjut adalah anoreksia dimana
tidak akan ada nutrisi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan akan metabolisme. Pada
pasien dengan leukemia dapat dilihat adanya penurunan BB akibat berkurangnya nafsu
makan dan peningkatan kalori oleh sel-sel neoplastik (Price, 1999).
Berdasarkan masalah tersebut, maka seorang perawat dapat melakukan intervensi
berupa :
1. Mengkaji status nutrisi klien untuk membantu dalam deteksi dini gangguan
nutrisi dan kualifikasi klien untuk dukungan nutrisi
Menurut jurnal Assessment of Malnutrition in Children with Cancer during
Oncological Treatment, pada klien kanker perlu diperhatikan tentang terjadinya
masalah malnutrisi. Hal ini berhubungan dengan kemoterapi yang dijalani oleh

klien. Pada kondisi tersebut, perlu dilakukan pengkajian yang tepat untuk
menentukan status nutrisi klien. Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menentukan
status nutrisi klien adalah antropometri dan parameter biokimia yaitu berat badan
(BB), tinggi badan (TB), Middle Arm Circumference (MAC)/Lingkar Lengan Atas
(LILA), triceps skinfold thickness (TSFT)/ketebalan lipatan kulit trisep, dan serum
albumin.
Menurut Tejza dkk (2015), pengukuran berat badan dan tinggi badan
mengabaikan kekurangan energi protein pada anak-anak dengan penyakit kanker.

Dalam penelitiannya, analisis korelasi metode yang berbeda menunjukkan kegunaan


pengukuran

antropometri

tambahan,

seperti

Middle

Arm

Circumference

(MAC)/Lingkar Lengan Atas (LILA), triceps skinfold thickness (TSFT)/ketebalan


lipatan kulit trisep. Pengukuran antropometri tambahan tersebut dinilai lebih efisien
dalam deteksi dini gizi buruk daripada menggunakan indeks berat badan dan tinggi
badan. Sedangkan, pengukuran serum protein (albumin) dinilai kurang sensitif
dibandingkan estimasi otot protein oleh pengukuran antropometri dalam deteksi
malnutrisi protein.
Estimasi gabungan dari pengukuran status nutrisi dalam melihat penurunan
berat badan, pengukuran massa tubuh gemuk dan kurus, dan tingkat albumin
membantu dalam deteksi dini gangguan nutrisi dan kualifikasi klien untuk dukungan
nutrisi (Tejza dkk., 2015).

2. Memberikan antioksidan untuk memenuhi kebutuhan gizi


Menurut jurnal Intake Antioxidant in Paediatric Oncology Patients, sebagian
besar anak-anak yang menjalani pengobatan untuk leukemia, limfoma dan tumor padat
menunjukkan intake antioksidan yang tidak memadai. Diet tunggal (tanpa tube feeding
atau suplemen) merupakan cara pemberian makan yang disorot memiliki antioksidan
paling rendah. Ini adalah tren yang konsisten terlihat, baik saat baru didiagnosis dan
bulan ke 3 pengobatan. Vitamin A dan zinc yang disorot sebagai zat yang paling kurang
dalam pemberian diet tunggal. Di sisi lain vitamin C secara konsisten mencapai intake
baik dibandingkan dengan asupan yang disarankan. Ini ditemukan secara khusus pada
anak-anak dengan yang mendapatkan diet ditambah suplemen vitamin dan/atau mineral
(Slegtenhorst dkk., 2014).
Berdasarkan penelitian ini, suplemen vitamin-mineral dapat direkomendasikan
untuk anak-anak yang tidak menerima bentuk lain dari suplemen makanan untuk
memastikan bahwa mereka mencapai asupan vitamin A dan E; selenium dan zinc. Hal ini
juga penting untuk mengenali peran penting bahwa orang tua/wali dalam memastikan
bahwa anak-anak dan orang muda dengan kanker memenuhi kebutuhan gizi mereka
(Slegtenhorst dkk., 2014).
3. Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk melakukan modifikasi makanan menarik
yang sesuai dengan selera anak-anak
Menurut jurnal Childhood Medicine Journal (2010) yang berjudul The Effect of
Modification Diet, Nutrition, and the Prevention of Children with Leukemian (Geneva L,
George M, Lavrencia AY), guideline tentang nutrisi yang tepat untuk klien anak dengan
kanker menyarankan tentang adanya modifikasi penyajian makanan sesuai dengan
kesukaan anak. Modifikasi yang dimaksudkan antara lain:
1. Membiasakan anak menyukai makan di waktu tepat
2. Menambah variasi makanan yang fresh seperti buah dan sayur yang mudah
dicerna
3. Tidak sering menyajikan makanan dengan tampilan yang sama
4. Makanan tidak berbau menyengat yang membuat menurunkan selera makan
5. Makanan tampak menarik dan berwarna sesuai kesukaan anak-anak

Anda mungkin juga menyukai