Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Kehamilan

lewat

waktu

post

date

adalah

kehamilan

yang

umur kehamilannya lebih dari 42 minggu kehamilan yang melewati 294 hari atau
lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat
waktu. Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10% bervariasi antara
3,5%-14%. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia
kehamilan. Kini dengan pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan
lebih tepat terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu
sehingga penyimpangan hanya 1 minggu.
Kekhawatiran

dalam

menghadapi

kehamilan

lewat

waktu

ialah

meningkatnya resiko kematian dan kematian perinatal. Resiko kematian perinatal


kehamilan lewat waktu ialah meningkatnya resiko kematian dan kesakitan
perinatal. Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu dapat menjadi 3 kali
lipat di banding kehamilan aterm.

BAB II
LAPORAN KASUS

I.

IDENTITAS
Nama
Umur
Alamat

: Ny. A
: 24 tahun ( 6 Agustus 1991)
: Peterongan kobong No 44 RT 3 RW 2, Tlogomulyo

Agama
Paritas
Pendidikan

Semarang
: Islam
: G1P0A0
: SMP

Suku bangsa

: Jawa

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Masuk RS

: 13 Mei 2016

No CM

:-

Nama Suami

: Tn. A

Umur

: 28 tahun (28 Maret 1988)

Alamat

: Peterongan kobong No 44 RT 3 RW 2, Tlogomulyo


Semarang

II.

Agama

: Islam

Pendidikan

: SMA

Suku bangsa

: Jawa

Pekerjaan

: Supir

ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Ruang VK
RS Tugurejo tanggal 14 Mei 2016 pukul 10.00 WIB.
Keluhan utama : Usia kehamilan 41 minggu belum ada tanda tanda
persalinan
RPS :

Pada tanggal 13 mei 2016 pukul 07.30 pasien G1P0A0 umur kehamilan 41
minggu datang ke praktek bidan untuk periksa kehamilan karena pasien merasa
hamil melebihi taksiran persalinan yaitu 5 mei 2016. Ketika diperiksa oleh
bidan pasien belum ada tanda tanda persalinan. Kemudian bidan merujuk
pasien ke RSUD Tugurejo pada tanggal 13 mei 2016 pukul 09.00.
Tanggal 13 mei 2016 pukul 11.00 pasien datang ke RSUD Tugurejo
kiriman bidan G1P0A0 hamil 41 minggu belum ada tanda tanda persalinan.
Kemudian di lakukan pemeriksaan oleh petugas dilanjutkan melapor ke dokter
Sp.OG, kemudian dilakukan USG. Pada pukul 14.00 oleh dokter dilakukan
induksi persalinan.
Pada tanggal 14 mei 2016 pasien mengatakan setelah dilakukan induksi
mulai merasakan kenceng-kenceng dan juga keluar cairan lender, pasien juga
masih merasakan gerakan janin dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan
jaga ternyata pembukaannya baru 1 cm. Pasien juga mengeluhkan pegel
pegel di bagian punggung badan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Diabetes Melitus

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Keganasan

: disangkal

Riwayat Keputihan

: disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Alergi

: disangkal

Riwayat Asma

: disangkal

Riwayat Diabetes Melitus

: disangkal

Riwayat Penyakit Jantung

: disangkal

Riwayat Hipertensi

: disangkal

Riwayat Sosial Ekonomi :


Pasien seorang ibu rumah tangga, suami bekerja sebagai sopir, dengan
biaya ditanggung sendiri.
Riwayat Pribadi :
Riwayat Haid
:
Menarche

: 12 tahun

Nyeri Haid

: hari pertama saat haid merasakan nyeri

Lama haid

: 7 hari

Siklus

: 30 hari

Riwayat pernikahan :
Pasien menikah usia 23 tahun, merupakan pernikahan pasien yang
pertama, pasien baru menikah 1 tahun.
Riwayat Obstetri
G1P0A0

HPHT

: 29 Juli 2015

HPL

: 5 mei 2016

Usia kehamilan

: 41 minggu

Kontrol

: Pasien melakukan pemeriksaan ANC di


bidan sebanyak 7 kali. Pada trimester 2
pasien melakukan ANC sebanyak 2 kali,
pada trimester II pasien melakukan 1 kali,
pada trimester III pasien melakukan ANC

Obat obatan
Pesan khusus bidan / dokter

sebanyak 3 kali.
: Tablet Fe,Vitamin C, Kalsium
: Istirahat cukup, Obat diminum

Riwayat KB

: Belum KB

Riwayat lain lain

Stres

: (-)

Merokok

: (-)

Alkohol

: (-)

Obat obatan

: (-)

Memelihara hewan

: (-)

Suami merokok

: (-)

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 14 Mei 2016 pukul 10.30 WIB di Ruang
VK RS Tugurejo Kota Semarang.
Keadaan Umum

: Tampak lemas

Kesadaran

: Compos Mentis

GCS

: 15

Vital sign

Tensi

: 115/70 mmHg

Nadi

: 84 x/ menit, regular, isi dan tegangan cukup.

RR

: 21 x/menit

Suhu

: 36,5 o C

Status Gizi

BB

: 63 kg

TB

: 160 cm

IMT

: 24,6

Penambahan BB selama kehamilan : 13 kg

STATUS INTERNUS

Kepala

: Mesocephal

Mata

: Conjungtiva anemis -/- sklera ikterik -/-,

reflek cahaya +/+, edema palpebra -/-, pupil isokor


3mm/ 3mm, bulat central reguler

Hidung

: Dalam batas normal

Telinga

: Dalam batas normal

Leher

: Dalam batas normal

Thorax

Cor

: Bunyi jantung 1 dan 2 normal

Pulmo

: Suara dasar paru vesikuler, ronkhi (-)

Abdomen

Inspeksi

: Tampak cembung, tampak linea

nigra, striae gravidarum

Auskultasi

: Bising usus (+)

Perkusi

:-

Palpasi

: Dalam batas normal

Ekstremitas
Pemeriksaan
Akral dingin
Udem
Varises
CPR

Superior
-/-/-/< 2

Inferior
-/-/-/< 2

STATUS OBSTETRI
a. Pemeriksaaan luar :
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur, striae gravidarum (-), linea nigra (+), bekas
SC (-)
Genitalia eksterna : lendir (+), air ketuban (-), lendir darah (-)
Palpasi :
TFU

: 32 cm

TBJ

: (tinggi fundus uteri 11) x 155 gram


: (32 11) x 155 = 3255 gram

Pemeriksaan Leopold
I.

Teraba bulat, besar, ballotement (-). Kesan bokong

II.

Teraba tahanan besar memanjang sebelah kiri (kesan punggung),


teraba tahanan kecil kecil sebelah kanan (kesan ekstermitas).
DJJ 144 x/menit

III.

Teraba bagian janin bulat, keras (kesan kepala)

IV.

Kesan sejajar, sebagian kepala masuk pintu atas panggul

His : (+)
b. Pemeriksaan dalam :
VT : tidak dilakukan
STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan status ginekologi tidak dilakukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. Urin rutin
3. USG
RESUME
Pada tanggal 13 mei 2016 pukul 07.30 pasien G1P0A0 umur kehamilan 41
minggu datang ke praktek bidan untuk periksa kehamilan karena pasien merasa
hamil melebihi taksiran persalinan yaitu 5 mei 2016. Ketika diperiksa oleh
bidan pasien belum ada tanda tanda persalinan. Kemudian bidan merujuk
pasien ke RSUD Tugurejo pada tanggal 13 mei 2016 pukul 09.00.
Tanggal 13 mei 2016 pukul 11.00 pasien datang ke RSUD Tugurejo
kiriman bidan G1P0A0 hamil 41 minggu belum ada tanda tanda persalinan.
Kemudian di lakukan pemeriksaan oleh petugas dilanjutkan melapor ke dokter
Sp.OG, kemudian dilakukan USG. Pada pukul 14.00 oleh dokter dilakukan
induksi persalinan.
Pada tanggal 14 mei 2016 pasien mengatakan setelah dilakukan induksi
mulai merasakan kenceng-kenceng dan juga keluar cairan lender, pasien juga
masih merasakan gerakan janin dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan

jaga namun ternyata pembukaannya baru 1 cm. Pasien juga mengeluhkan pegel
pegel di bagian punggung badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas. Tanda
vital tensi 115/70 mm, nadi 84 x/ menit, RR 21 x/menit, suhu 36,50C, BB 63
kg, penambahan BB selama kehamilan 13 kg. Status internus dalam batas
normal.
Status Obstetri : inspeksi Perut membuncit, membujur linea nigra (+),
genitalia eksterna lendir (+), palpasi : pada Leopold I teraba bulat, besar,
ballotement (-). Kesan bokong, Leopold II teraba tahanan besar memanjang
sebelah kiri (kesan punggung), teraba tahanan kecil kecil sebelah kanan
(kesan ekstermitas). Leopold III teraba bagian janin bulat, keras (kesan kepala).
Leopold IV Kesan sejajar, sebagian kepala masuk pintu atas panggul. His (+).

DAFTAR MASALAH
No.
1.

Masalah Aktif
Pasien sudah dilakukan induksi sejak tanggal 13 Mei 14 Mei 2016 namun
belum partus

I.

II.

DIAGNOSIS
Ny A. 24 tahun G1P0A0, Hamil 41 minggu belum inpartu
Janin 1 hidup intrauterin
Letak kepala sebagian sudah masuk PAP, punggung kiri
Inpartu kala I fase laten
INISIAL PLAN
a. Ip Diagnosis :
G1P0A0 usia 24 tahun, Hamil 41 minggu belum inpartu
Janin 1 hidup intrauterin
Presentasi kepala sebagian sudah masuk PAP, punggung kiri
Inpartu kala I fase laten
b. Ip Terapi :
- Infus RL 20 tpm (terpasang)
- Induksi
c. Monitoring
:
- Pengawasan KU, TTV, DJJ, PPV

d. Edukasi :
a. Memberitahu ibu tentang kehamilan dengan post date belum
inpartu dan tindakan yang akan dilakukan
b. Menjelaskan pengobatan dan komplikasi penyakit
VI.

PROGNOSIS
a.
Quo ad vitam
b.
Quo ad sanam
c.
Quo ad fungsionam

: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. KEHAMILAN
Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono,

2007). Menurut Sylviati (2008) lama kehamilan berlangsung sampai


persalinan aterm adalah 259- 293 hari dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Bayi kurang bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu (<
259 hari).
2. Bayi cukup bulan jika dilahirkan dengan masa gestasi 37- 42 minggu.
3. Bayi lebih bulan jika bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu
(> 294 hari). Menurut Sarwono (2007) ditinjau dari tuanya kehamilan.
kehamilan terbagi atas 3 trimester yaitu :
- Kehamilan trimester I antara 0-12 minggu
- .Kehamilan trimester II antara 12-28 minggu
- Kehamilan trimester III antara 28-40 minggu
Masa atau usia kehamilan sering disebut dengan masa gestasi dapat
dikategorikan ke dalam tiga kelompok yaitu masa preterm, masa aterm,
dan masa postterm. Masa kehamilan preterm adalah suatu masa yang
menunjukan usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Bayi yang lahir pada
masa preterm disebut dengan bayi prematur (Manuaba, 1998).
Masa kehamilan aterm adalah masa kehamilan anatara 37 sampai
42 minggu. Bayi dilahirkan pada masa aterm disebut dengan bayi lahir
cukup bulan dan bayi ini dapat mengalami BBLR dan dapat juga lahir
normal. Masa kehamilan Postterm atau sering disebut dengan masa
kehamilan lebih bulan atau lebih dari 42 minggu. Bayi yang dilahirkan
pada masa posterm lebih matur dibandingkan dengan bayi yang dilahirkan
pada masa aterm.
B. KEHAMILAN POST DATE
1. Definisi
Kehamilan lewat waktu adalah kehamilan yang melewati 294 hari
atau 42 minggu lengkap. Diagnosa usia kehamilan lebih dari 42
minggu di dapatkan dari perhitungan usia kehamilan, seperti rumus
Naegele atau dengan tinggi fundus uteri serial. Kehamilan lewat waktu
atau post date adalah kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu
(294 hari) atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut

Naegele dengan siklus rata rata 28 hari. Kehamilan lewat waktu


adalah kehamilan yang melebihi 42 minggu belum terjadi persalinan.
2. Etiologi
Seperti halnya teori bagaimana terjadinya persalinan, sampai saat
ini sebab terjadinya kehamilan post term belum jelas. Beberpa teori
yang diajukan pada umumnya menyatakan bahwa terjadinya
kehamilan post term sebagai akibat gangguan terhadap timbulnya
persalinan. Beberapa teori diajukan antara lain sebagai berikut:
a. Pengaruh Progesteron Penurunan hormon progesteron dalam
kehamilan

dipeercaya

merupakan

kejadian

perubahan

endoktrin yang penting dalam memacu proses biomolekuler


pada persalinan dan meningkatkan sensitivitas uterus terhadap
oksitosin. Sehingga menduga bahwa terjadinya kehamilan
karena berlangsungnya pengaruh progesteron.
b. Teori Oksitosin Pemakaian oksitosin untuk induksi persalinan
pada kehamilan post term member kesan bahwa oksitosin
secara fisiologis memegang peran penting dalam menimbulkan
persalinan dan pelepasan dari neurohipofisis ibu hamil yang
kurang pada usia kehamilan lanjut.
c. Teori Kortisol/ ACTH janin Kortisol janin akan mempengaruhi
plasenta

sehingga

produksi progesteron

berkurang

dan

memperbesar sekresi estrogen selanjutnya berpengaruh pada


meningkatnya produksi prostaglandin. Kadar kortisol rendah
merupakan tidak timbulnya HIS.
d. Saraf Uterus Tekanan pada ganglion servikalis dari fleksus
Frankenhauser akan membangkitkan kontraksi uterus. Pada
keadaan dimana tidak terjadi tekanan pada fleksus ini seperti
pada kelainan letak, tali pusat pendek, dan bagian bawah
maasih tinggi diduga sebagai penyebab kehamilan posterm.
e. Heriditer Morgen (1999) seperti dikutip dalam Cuningham,
menyatakan

bahwa

bilamana

seorang

ibu

mengalami

kehamilan post term saat melahirkan anak perempuan, maka

besar kemungkinan anak permpuannya akan mengalami


kehamilan pos term.
f. Kurangnya air ketuban
g. Insufisiensi plasenta

3. Patofisiologi

4. Manifestasi Klinis
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin
yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit
atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi
menjadi :
1. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.

2. Stadium II, seperti stadium I disertai pewarnaan mekonium


(kehijauan) di kulit.
3. Stadium III, seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan
pada kuku, kulit dan tali pusat
5. Pemeriksaan penunjang
a. USG untuk menilai usia kehamilan, oligihidraminon, derajat
maturitas plasenta.
b. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin
c. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi
(tes tanpa tekanantes tanpa tekanandinilai apakah reaktif atau tidak
dengan tes tekanan oksitosin
d. Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik > 20 %
6. Penatalaksanaan
a. Setelah usia kehamilan lebih dari 40-42 minggu yang penting
adalah monitoring janin sebaik-baiknya.
b. Apabila tidak ada tanda-tanda insufisiensi plasenta, persalinan
spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat
c. Kehamilan lewat waktu memerlukan pertolongan,

induksi

persalinan atau persalinan anjuran. Persalinan induksi tidak banyak


menimbulkan penyulit bayi, asalkan dilakukan di rumah sakit
dengan fasilitas yang cukup. Dalam pertolongan persalinan lewat
waktu, pengawasan saat persalinan induksi sangat penting karena
setiap saat dapat terancam gawat janin, yang memerlukan
pertolongan segera.
Persalinan anjuran/induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode :
1. Persalinan anjuran dengan infuse pituitrin (sintosinon) 5 unit dalam
500 cc glukosa 5 %, banyak dipergunakan
Teknik induksi dengan infuse glukosa lebih sederhana, dan
mulai dengan 8 tts/mnt, dengan maksimal 40 tts/mnt.
Kenaikan tetesan setiap 15 menit sebanyak 4-8 tts sampai

kontraksi optimal tercapai.


Bila dengan 30 tts kontraksi maksimal telah tercapai, maka
tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan.

Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan


selang waktu 24-48 jam.
2. Amniotomi
Memecah ketuban merupakan salah satu metode untuk
mempercepat persalinan. Setelah ketuban pecah, ditunggu
sekitar 4-6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan

berlangsung.
Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat
diikuti induksi persalinan dengan infuse glukosa yang

mengandung 5 IU oksitosin.
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama
dirnagsang oleh prostaglandin sebagai induksi persalinan
dapat dalam bentuk infuse intravena (Nalator) dan

pervaginam (prostaglandin vagina suppositoria)


Prostaglandin sangat efektif untuk pematangan serviks

selama induksi persalinan.


Pantau denyut nadi, tekanan darah, kontraksi ibu hamil, dan

periksa DJJ.
Kaji ulang indikasi
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg
ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat

diulangi 6 jam kemudian (jika his tidak timbul)


Hentikan pemberian prostaglandin dan mualilah infuse
oksitosin, jika : Ketuban pecah, pematangan serviks telah
tercapai, proses persalinan telah berlangsung, pemakaian
prostaglandin telah 24 jam.

4. Pemberian misoprostol
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya
pad kasus-kasus tertentu misalnya:
- Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan
atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup.

- Kematian janin dalam rahim lebih dari 4 minggu belum


inpartu dan terdapat tanda-tanda gangguan pembekuan

darah.
Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior
vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6

jam.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25 mcg,

naikkan dosis sampai 50 mcg tiap 6 jam


Jangan lebih dari 50 mcg setiap kali pakai dan jangan lebih

dari 4 dosis/200 mcg.


Misoprostol mempunyai resiko meningkatkan kejadian
rupture uteri. Oleh karena itu, hanya dikerjakan di

pelayanan kesehatan yang lengkap (ada fasilitas operasi)


Jangan berikan oksitosin dalam 8 jam sesudah pemberian

misoprostol.
5. Kateter Foley
Kateter foley merupakan alternative lain disamping
pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan

induksi persalinan
Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat perdarhan,
ketuban pecah, pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi

vaginal.
Kaji ulang indikasi
Pasang speculum DTT di vagina
Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan
menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah

melewati ostium uteri internum


Gembungkan balon kateter dan letakkan di vagina
Diamkan kateter dalam vagina sampai timbul kontraksi

uterus atau sampai 12 jam.


Kempiskan balon kateter sebelum mengeluarkan kateter,

kemudian lanjutkan dengan infuse oksitosin.


d. Lakukan pemeriksaan dalam untuk memeriksa kematangan servik,
kalau sudah matang boleh dilakukan induksi persalinan dengan
atau tanpa amniotomi

e. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim,
terjadi hipertensi, preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama
karena infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu,
maka ibu dirawat di rumah sakit.
f. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda
gawat janin, atau pada primigravida tua, kematian janin dalam
kandungan, pereklamsi, hipertensi menahun, anak berharga
(infertilitas dan kesalahan letak janin.
g. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama
akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar,
dan kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap
sedative dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa,
perawatan neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan
dokter anak
C. INDUKSI PERSALINAN
1. Definisi
Induksi Persalinan adalah dimulainya kontraksi persalinan sebelum
awitan spontannya untuk tujuan mempercepat kelahiran. Induksi
dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi
persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane. Augmentasi
merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap
tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin.
Induksi dapat diindikasikan untuk berbagai alasan medis dan
kebidanan, termasuk hipertensi aibat kehamilan, diabetes melitus dan
masalah medis maternal lain, kehamilan pascapartum, bahaya janin
yang dicurigai (misalnya : pertumbuhan janin terhambat), faktor-faktor
logistik, jarak dari rumah sakit, dan kematian janin). Dalam kondisikondisi tersebut, kelahiran anak tidak terlalu berisiko untuk bayi baru

lahir atau janin daripada jika kehamilan dilanjutkan Induksi persalinan


adalah upaya memulai persalinan dengan cara-cara buatan sebelum
atau sesudah kehamilan cukup bulan dengan jalan merangsang
timbulnya his. Secara umum induksi persalinan adalah berbagai
macam tindakan terhadap ibu hamil yang belum inpartu, baik secara
operatif maupun medisinal, untuk

merangsang timbulnya atau

mempertahankan kontraksi rahim sehingga terjadi persalinan. Atau


dapat juga diartikan sebagai inisiasi persalinan secara buatan setelah
janin viable.
2. Etiologi
Induksi persalinan dilakukan disebabkan Kehamilannya sudah
memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan
(kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai
kematian dalam rahim. Makin menurunya sirkulasi darah menuju
sirkulasi plasenta dapat mengakibatkan:
a. Pertumbuhan janin makin melambat
b. Terjadi perubahan metabolisme janin
c. Air ketuban berkurang dan makin kental
d. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga
kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang lebih
sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput posterior,
distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan lewat waktu
perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga hasil akhir
menuju well born baby dan well health mother dapat tercapai Induksi
juga dilakukan dengan alasan kesehatan ibu, misalnya si ibu terkena
infeksi serius, atau menderita diabetes. Wanita diabetik yang hamil
memiliki resiko mengalami komplikasi. Tingkat komplikasi secara

langsung berhubungan dengan kontrol glukosa wanita sebelum dan


selama masa kehamilan dan dipengaruhi oleh komplikasi diabetik
sebelumnya. Meliputi:
a. Aborsi spontan(berhubungan dengan kontrol glikemia yang
buruk pada saat konsepsi dan pada minggu-minggu awal
kehamilan).
b. Hipertensi akibat

kehamilan,

mengkibatkan

terjadinya

preeklamsi dan eklamsi. Preeklamsia merupakan suatu kondisi


spesifikkehamilan dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke20 pada wanita yang memiliki tekanan darah normal.
Preeklamsia merupakan suatu penyakit vasospastik, yang
ditandai dengan hemokosentrasi, hipertensi, dan proteinuria.
3. Faktor yang mempengaruhi induksi persalinan
Keberhasilan induksi persalinan per vagina ditentukan oleh
berapa faktor:
a. Kedudukan Bagian Terendah
Semakin rendah kedudukan bagian terendah janin kemungkinan
keberhasilan induksi akan semakin besar, oleh karna dapat
menekan pleksus frankenhauser.

b. Penempatan (Presentasi)
Pada letak kepala lebih berhasil dibandingkan dengan kedudukan
bokong, kepala lebih membantu pembukaan dibandingkan dengan
bokong.
c. Kondisi Serviks
Serviks yang kaku, menjurus kebelakang sulit berhasil dengan
induksi persalinan Serviks lunak, lurus atau kedepan lebih berhasil
dalam induksi.
d. Paritas
Dibandingkan dengan primidravida, induksi pada multipara akan
lebih berhasil karena sudah terdapat pembukaan.
e. Umur Penderita Dan Umur Anak Terkecil

Ibu dengan umur yang relatif tua (diatas 30-35tahun) dan umur
anak terakhir yang lebih dari 5 tahun kurang berhasil
f. Kekuatan serviks menghalangi pembukaan
sehingga lebih banyak dikerjakan tindakan oprasi.
g. Umur Kehamilan
Pada kehamilan yang semakin aterm induksi persalinan per vagina
akan semakin berhasil.
4. Metode induksi
Induksi Labour
1. Oksitosin
Mekanisme aksi : Oksitosin menimbulkan kontraksi ritmik rahim
dan efeknya meningkat dengan meningkatnya umur kehamilan.
Dosis kecil akan meningkatkan kekuatan kontraksi,dosis besar atau
dosis berulang akan menimbulkan kontaksi tetanik.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap oksitosin. Pada persalinan
spontan atau pada kasus yang membahayakan janin atau ibu seperti
placenta praevia atau vasa praevia,prolaps, hambatan kelahiran
mekanik, distres janin/kontraksi hipertonik uterus, predisposisi
uterus

ruptur

pada

multi

kehamilan

atau

multi

paritas,

polihidramnion, adanya keloid akibat operase cesar sebelumnya,


Pemberian oksitosin jangka panjang tidak dianjurkan pada uterus
inersia resisten, preeklamsi berat dan gangguan kardiovaskuler
berat.
Efek samping : Pada ibu Hipotensi, Hipoglikemia, Retensi urin
2. Alkaloid ergot
Mekanisme aksi : Mempunyai cara kerja agonis parsial dan/atau
aktivitas antagonis terhadap triptaminergik, dopaminergik dan
reseptor alfa adrenergik; tergantung pada tempat kerjanya. Bersifat
stimulan uterin yang aktif, menyebabkan kostriksi pembuluh darah
perifer dan karnial dan menghasilkan depresi pada pusat
vasomotor.
Kontraindikasi
komponen

lain

Hipersensitif
dalam

terhadap

sediaan,hipertensi,

ergotamine
alkaloid

dan
ergot,

dikontraindikasikan dengan inhibitor CYP3A4 (termasuk inhibitor


protease, antifungi golongan azol, dan beberapa antibiotik
makrolida) dan ibu hamil.
Efek samping : Pada jantung : tidak ada impuls, bradikardia,
fibrosis katup jantung,cyanosis, edema, perubahan ECG, gangren,
hipotensi, iskemia, tekanan prekordial dan nyeri, takikardia,
vasospamus,vertigo, gatal-gatal,mual, muntah, sakit otot, paratesia,
lemah, fibrosis pleuropulmonari, rasa dingin yang berlebihan.
3. Prostaglandin
Mekanisme aksi : Merangsang kontraksi uterus, sehingga
mengakibatkan evakuasi isi uterus.
Kontraindikasi

Hamil,

laktasi,

hipersensitif

terhadap

prostaglandin
Efek samping : Hipersensitifitas, glaucoma, sickle cell anemia,
hipotensi, stenosis,bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak
luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan,
infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan
rahim.
Terapi suportif (larutan Infus)
1. Infus NaCl
Mekanisme aksi : Menyediakan ion ekstrasel yang paling penting
dalam kadar agar mendekati fisiologis (menyeimbangkan elektolit
dalam tubuh).
Kontraindikasi : Efek samping : Pada pemberian dosis besar dapat menyebabkan
penumpukan natrium (hipernatremia), hiperkloremia, dan udem.
2. Infus Dekstrose
Mekanisme aksi : Memberikan kalori sebagai sumber energi dan
menggantikan cairan yang hilang selama dehidrasi.

Kontraindikasi : Hiperglikemia, diabetes insipidus, sindroma


malabsorpsi glukosa-galaktosa, anuria, perdarahan intrakranial
atau intraspinal.
Efek samping : Pada injeksi glukosa khususnya yang hipertonik
mungkin pH-nya rendah dan dapat menimbulkan iritasi vena dan
tromboflebitis
Monitoring
1. Sebelum partus :
Suhu tubuh setiap 2 jam
Pembukaan setiap 1 jam
Tekanan darah setiap 2 jam
Rasa nyeri yang mungkin terjadi pada kepala, perut bagian
kanan atas atau pada bagian epigastrum setiap 1 jam
Produksi urin setiap 1 jam
2. Pasca partus :
Suhu badan sehari sekali selama di RS
Tekanan darah sampai jam ke-6 pasca partus
Kadar protein dalam urin 1 bulan pasca partus
Kondisi udem tubuh setiap hari
Produksi urin sehari sekali sehari selama di RS
3. Bayi :
Denyut jantung setiap 6 jam
Respiratory rate (RR) setiap 6 jam
Suhu tubuh setiap 6 jam

DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, R., Lutan, D. (ed). (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi
Obstetri Patologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Alan H. (2003). Current Obstetric and gynecologic diagnosis and
Treatment ninth edition. New York : Mc Graw Hills Companies, Inc
3. Cunningham FG. Mc Donald PC, Gant NF. (2007). Obsteric William Edisi
21. Jakarta : EGC
4. Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Saifuddin, A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
6. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Anda mungkin juga menyukai