PENDAHULUAN
Kehamilan
lewat
waktu
post
date
adalah
kehamilan
yang
umur kehamilannya lebih dari 42 minggu kehamilan yang melewati 294 hari atau
lebih dari 42 minggu lengkap disebut sebagai post term atau kehamilan lewat
waktu. Angka kejadian kehamilan lewat waktu kira-kira 10% bervariasi antara
3,5%-14%. Perbedaan yang lebar disebabkan perbedaan dalam menentukan usia
kehamilan. Kini dengan pelayanan USG maka usia kehamilan dapat ditentukan
lebih tepat terutama bila dilakukan pemeriksaan pada usia kehamilan 6-11 minggu
sehingga penyimpangan hanya 1 minggu.
Kekhawatiran
dalam
menghadapi
kehamilan
lewat
waktu
ialah
BAB II
LAPORAN KASUS
I.
IDENTITAS
Nama
Umur
Alamat
: Ny. A
: 24 tahun ( 6 Agustus 1991)
: Peterongan kobong No 44 RT 3 RW 2, Tlogomulyo
Agama
Paritas
Pendidikan
Semarang
: Islam
: G1P0A0
: SMP
Suku bangsa
: Jawa
Pekerjaan
Masuk RS
: 13 Mei 2016
No CM
:-
Nama Suami
: Tn. A
Umur
Alamat
II.
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMA
Suku bangsa
: Jawa
Pekerjaan
: Supir
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien di Ruang VK
RS Tugurejo tanggal 14 Mei 2016 pukul 10.00 WIB.
Keluhan utama : Usia kehamilan 41 minggu belum ada tanda tanda
persalinan
RPS :
Pada tanggal 13 mei 2016 pukul 07.30 pasien G1P0A0 umur kehamilan 41
minggu datang ke praktek bidan untuk periksa kehamilan karena pasien merasa
hamil melebihi taksiran persalinan yaitu 5 mei 2016. Ketika diperiksa oleh
bidan pasien belum ada tanda tanda persalinan. Kemudian bidan merujuk
pasien ke RSUD Tugurejo pada tanggal 13 mei 2016 pukul 09.00.
Tanggal 13 mei 2016 pukul 11.00 pasien datang ke RSUD Tugurejo
kiriman bidan G1P0A0 hamil 41 minggu belum ada tanda tanda persalinan.
Kemudian di lakukan pemeriksaan oleh petugas dilanjutkan melapor ke dokter
Sp.OG, kemudian dilakukan USG. Pada pukul 14.00 oleh dokter dilakukan
induksi persalinan.
Pada tanggal 14 mei 2016 pasien mengatakan setelah dilakukan induksi
mulai merasakan kenceng-kenceng dan juga keluar cairan lender, pasien juga
masih merasakan gerakan janin dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan
jaga ternyata pembukaannya baru 1 cm. Pasien juga mengeluhkan pegel
pegel di bagian punggung badan.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Riwayat Alergi
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
Riwayat Keganasan
: disangkal
Riwayat Keputihan
: disangkal
: disangkal
Riwayat Asma
: disangkal
: disangkal
: disangkal
Riwayat Hipertensi
: disangkal
: 12 tahun
Nyeri Haid
Lama haid
: 7 hari
Siklus
: 30 hari
Riwayat pernikahan :
Pasien menikah usia 23 tahun, merupakan pernikahan pasien yang
pertama, pasien baru menikah 1 tahun.
Riwayat Obstetri
G1P0A0
HPHT
: 29 Juli 2015
HPL
: 5 mei 2016
Usia kehamilan
: 41 minggu
Kontrol
Obat obatan
Pesan khusus bidan / dokter
sebanyak 3 kali.
: Tablet Fe,Vitamin C, Kalsium
: Istirahat cukup, Obat diminum
Riwayat KB
: Belum KB
Stres
: (-)
Merokok
: (-)
Alkohol
: (-)
Obat obatan
: (-)
Memelihara hewan
: (-)
Suami merokok
: (-)
: Tampak lemas
Kesadaran
: Compos Mentis
GCS
: 15
Vital sign
Tensi
: 115/70 mmHg
Nadi
RR
: 21 x/menit
Suhu
: 36,5 o C
Status Gizi
BB
: 63 kg
TB
: 160 cm
IMT
: 24,6
STATUS INTERNUS
Kepala
: Mesocephal
Mata
Hidung
Telinga
Leher
Thorax
Cor
Pulmo
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
:-
Palpasi
Ekstremitas
Pemeriksaan
Akral dingin
Udem
Varises
CPR
Superior
-/-/-/< 2
Inferior
-/-/-/< 2
STATUS OBSTETRI
a. Pemeriksaaan luar :
Inspeksi :
Perut membuncit, membujur, striae gravidarum (-), linea nigra (+), bekas
SC (-)
Genitalia eksterna : lendir (+), air ketuban (-), lendir darah (-)
Palpasi :
TFU
: 32 cm
TBJ
Pemeriksaan Leopold
I.
II.
III.
IV.
His : (+)
b. Pemeriksaan dalam :
VT : tidak dilakukan
STATUS GINEKOLOGI
Pemeriksaan status ginekologi tidak dilakukan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. Urin rutin
3. USG
RESUME
Pada tanggal 13 mei 2016 pukul 07.30 pasien G1P0A0 umur kehamilan 41
minggu datang ke praktek bidan untuk periksa kehamilan karena pasien merasa
hamil melebihi taksiran persalinan yaitu 5 mei 2016. Ketika diperiksa oleh
bidan pasien belum ada tanda tanda persalinan. Kemudian bidan merujuk
pasien ke RSUD Tugurejo pada tanggal 13 mei 2016 pukul 09.00.
Tanggal 13 mei 2016 pukul 11.00 pasien datang ke RSUD Tugurejo
kiriman bidan G1P0A0 hamil 41 minggu belum ada tanda tanda persalinan.
Kemudian di lakukan pemeriksaan oleh petugas dilanjutkan melapor ke dokter
Sp.OG, kemudian dilakukan USG. Pada pukul 14.00 oleh dokter dilakukan
induksi persalinan.
Pada tanggal 14 mei 2016 pasien mengatakan setelah dilakukan induksi
mulai merasakan kenceng-kenceng dan juga keluar cairan lender, pasien juga
masih merasakan gerakan janin dan setelah dilakukan pemeriksaan oleh bidan
jaga namun ternyata pembukaannya baru 1 cm. Pasien juga mengeluhkan pegel
pegel di bagian punggung badan.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak lemas. Tanda
vital tensi 115/70 mm, nadi 84 x/ menit, RR 21 x/menit, suhu 36,50C, BB 63
kg, penambahan BB selama kehamilan 13 kg. Status internus dalam batas
normal.
Status Obstetri : inspeksi Perut membuncit, membujur linea nigra (+),
genitalia eksterna lendir (+), palpasi : pada Leopold I teraba bulat, besar,
ballotement (-). Kesan bokong, Leopold II teraba tahanan besar memanjang
sebelah kiri (kesan punggung), teraba tahanan kecil kecil sebelah kanan
(kesan ekstermitas). Leopold III teraba bagian janin bulat, keras (kesan kepala).
Leopold IV Kesan sejajar, sebagian kepala masuk pintu atas panggul. His (+).
DAFTAR MASALAH
No.
1.
Masalah Aktif
Pasien sudah dilakukan induksi sejak tanggal 13 Mei 14 Mei 2016 namun
belum partus
I.
II.
DIAGNOSIS
Ny A. 24 tahun G1P0A0, Hamil 41 minggu belum inpartu
Janin 1 hidup intrauterin
Letak kepala sebagian sudah masuk PAP, punggung kiri
Inpartu kala I fase laten
INISIAL PLAN
a. Ip Diagnosis :
G1P0A0 usia 24 tahun, Hamil 41 minggu belum inpartu
Janin 1 hidup intrauterin
Presentasi kepala sebagian sudah masuk PAP, punggung kiri
Inpartu kala I fase laten
b. Ip Terapi :
- Infus RL 20 tpm (terpasang)
- Induksi
c. Monitoring
:
- Pengawasan KU, TTV, DJJ, PPV
d. Edukasi :
a. Memberitahu ibu tentang kehamilan dengan post date belum
inpartu dan tindakan yang akan dilakukan
b. Menjelaskan pengobatan dan komplikasi penyakit
VI.
PROGNOSIS
a.
Quo ad vitam
b.
Quo ad sanam
c.
Quo ad fungsionam
: ad bonam
: ad bonam
: ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. KEHAMILAN
Kehamilan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uteri mulai
sejak konsepsi dan berakhir pada saat permulaan persalinan (Sarwono,
dipeercaya
merupakan
kejadian
perubahan
sehingga
produksi progesteron
berkurang
dan
bahwa
bilamana
seorang
ibu
mengalami
3. Patofisiologi
4. Manifestasi Klinis
a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan jarang ialah gerakan janin
yang jarang, yaitu secara subyektif kurang dari 7 kali per 30 menit
atau secara obyektif dengan KTG kurang dari 10 kali per 30 menit.
b. Pada bayi akan ditemukan tanda-tanda lewat waktu yang terbagi
menjadi :
1. Stadium I, kulit kehilangan vernik kaseosa dan terjadi maserasi
sehingga kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
induksi
berlangsung.
Apabila belum berlangsung kontraksi otot rahim dapat
diikuti induksi persalinan dengan infuse glukosa yang
mengandung 5 IU oksitosin.
3. Persalinan anjuran dengan menggunakan prostaglandin
Telah diketahui bahwa kontraksi otot rahim terutama
dirnagsang oleh prostaglandin sebagai induksi persalinan
dapat dalam bentuk infuse intravena (Nalator) dan
periksa DJJ.
Kaji ulang indikasi
Prostaglandin E2 (PGE2) bentuk pesarium 3 mg/gel 2-3 mg
ditempatkan pada forniks posterior vagina dan dapat
4. Pemberian misoprostol
Penggunaan misoprostol untuk pematangan serviks hanya
pad kasus-kasus tertentu misalnya:
- Pre-eklamsi berat/eklamsi dan serviks belum matang
sedangkan seksio sesarea belum dapat segera dilakukan
atau bayi terlalu premature untuk bisa hidup.
darah.
Tempatkan tablet misoprostol 25 mcg di forniks posterior
vagina dan jika his tidak timbul dapat diulangi setelah 6
jam.
Jika tidak ada reaksi setelah 2 kali pemberiaan 25 mcg,
misoprostol.
5. Kateter Foley
Kateter foley merupakan alternative lain disamping
pemberian prostaglandin untuk mematangkan serviks dan
induksi persalinan
Jangan lakukan kateter foley jika ada riwayat perdarhan,
ketuban pecah, pertumbuhan janin terlambat, atau infeksi
vaginal.
Kaji ulang indikasi
Pasang speculum DTT di vagina
Masukkan kateter Foley pelan-pelan melalui serviks dengan
menggunakan forseps DTT. Pastikan ujung kateter telah
e. Bila riwayat kehamilan yang lalu ada kematian janin dalam rahim,
terjadi hipertensi, preeklamsi, kehamilan ini adalah anak pertama
karena infertilitas atau pada kehamilan lebih dari 40-42 minggu,
maka ibu dirawat di rumah sakit.
f. Tindakan operasi seksio sesarea dapat dipertimbangkan pada
insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang,
pembukaan belum lengkap, persalinan lama dan terjadi tanda
gawat janin, atau pada primigravida tua, kematian janin dalam
kandungan, pereklamsi, hipertensi menahun, anak berharga
(infertilitas dan kesalahan letak janin.
g. Pada persalinan pervaginam harus diperhatikan bahwa partus lama
akan sangat merugikan bayi, janin postmatur kadang-kadang besar,
dan kemungkinan disproporsi sefalo-pelvik dan distosia janin perlu
dipertimbangkan. Selain itu janin postmatur lebih peka terhadap
sedative dan narkosa, jadi pakailah anestesi konduksi. Jangan lupa,
perawatan neonatus postmaturitas perlu dibawah pengawasan
dokter anak
C. INDUKSI PERSALINAN
1. Definisi
Induksi Persalinan adalah dimulainya kontraksi persalinan sebelum
awitan spontannya untuk tujuan mempercepat kelahiran. Induksi
dimaksudkan sebagai stimulasi kontraksi sebelum mulai terjadi
persalinan spontan, dengan atau tanpa rupture membrane. Augmentasi
merujuk pada stimulasi terhadap kontraksi spontan yang dianggap
tidak adekuat karena kegagalan dilatasi serviks dan penurunan janin.
Induksi dapat diindikasikan untuk berbagai alasan medis dan
kebidanan, termasuk hipertensi aibat kehamilan, diabetes melitus dan
masalah medis maternal lain, kehamilan pascapartum, bahaya janin
yang dicurigai (misalnya : pertumbuhan janin terhambat), faktor-faktor
logistik, jarak dari rumah sakit, dan kematian janin). Dalam kondisikondisi tersebut, kelahiran anak tidak terlalu berisiko untuk bayi baru
kehamilan,
mengkibatkan
terjadinya
b. Penempatan (Presentasi)
Pada letak kepala lebih berhasil dibandingkan dengan kedudukan
bokong, kepala lebih membantu pembukaan dibandingkan dengan
bokong.
c. Kondisi Serviks
Serviks yang kaku, menjurus kebelakang sulit berhasil dengan
induksi persalinan Serviks lunak, lurus atau kedepan lebih berhasil
dalam induksi.
d. Paritas
Dibandingkan dengan primidravida, induksi pada multipara akan
lebih berhasil karena sudah terdapat pembukaan.
e. Umur Penderita Dan Umur Anak Terkecil
Ibu dengan umur yang relatif tua (diatas 30-35tahun) dan umur
anak terakhir yang lebih dari 5 tahun kurang berhasil
f. Kekuatan serviks menghalangi pembukaan
sehingga lebih banyak dikerjakan tindakan oprasi.
g. Umur Kehamilan
Pada kehamilan yang semakin aterm induksi persalinan per vagina
akan semakin berhasil.
4. Metode induksi
Induksi Labour
1. Oksitosin
Mekanisme aksi : Oksitosin menimbulkan kontraksi ritmik rahim
dan efeknya meningkat dengan meningkatnya umur kehamilan.
Dosis kecil akan meningkatkan kekuatan kontraksi,dosis besar atau
dosis berulang akan menimbulkan kontaksi tetanik.
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap oksitosin. Pada persalinan
spontan atau pada kasus yang membahayakan janin atau ibu seperti
placenta praevia atau vasa praevia,prolaps, hambatan kelahiran
mekanik, distres janin/kontraksi hipertonik uterus, predisposisi
uterus
ruptur
pada
multi
kehamilan
atau
multi
paritas,
lain
Hipersensitif
dalam
terhadap
sediaan,hipertensi,
ergotamine
alkaloid
dan
ergot,
Hamil,
laktasi,
hipersensitif
terhadap
prostaglandin
Efek samping : Hipersensitifitas, glaucoma, sickle cell anemia,
hipotensi, stenosis,bagian dari ari-ari yang tertinggal karena tidak
luruh dengan sempurna, trauma rahim karena dipaksa melahirkan,
infeksi, pendarahan, gagal pernafasan, gagal jantung, perobekan
rahim.
Terapi suportif (larutan Infus)
1. Infus NaCl
Mekanisme aksi : Menyediakan ion ekstrasel yang paling penting
dalam kadar agar mendekati fisiologis (menyeimbangkan elektolit
dalam tubuh).
Kontraindikasi : Efek samping : Pada pemberian dosis besar dapat menyebabkan
penumpukan natrium (hipernatremia), hiperkloremia, dan udem.
2. Infus Dekstrose
Mekanisme aksi : Memberikan kalori sebagai sumber energi dan
menggantikan cairan yang hilang selama dehidrasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Mochtar, R., Lutan, D. (ed). (1998). Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi
Obstetri Patologi, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. Alan H. (2003). Current Obstetric and gynecologic diagnosis and
Treatment ninth edition. New York : Mc Graw Hills Companies, Inc
3. Cunningham FG. Mc Donald PC, Gant NF. (2007). Obsteric William Edisi
21. Jakarta : EGC
4. Prawirohardjo, Sarwono. (2005). Ilmu Kebidanan Edisi Ketiga. Jakarta :
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
5. Saifuddin, A. B. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
6. Wiknjosastro, H. 2002. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka