Anda di halaman 1dari 60

Kesiapan Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

(UMKM) di Kota Semarang dalam Pasar Terbuka


Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

Skripsi
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan
Pendidikan Strata 1
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik
Universitas Diponegoro

Penyusun:
Nama

: Khoirul Lilabror

NIM

: 14020212130110

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2016

Daftar Isi

Judul ..................................................................................................................................... i
Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Daftar Gambar ................................................................................................................... iii
Daftar Tabel ....................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 1
1.1

Latar Belakang..................................................................................................... 1

1.2

Perumusan Masalah............................................................................................ 7

1.3

Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8

1.4

Manfaat Penelitian.............................................................................................. 9

1.5

Kerangka Teori / Konsep ................................................................................... 10

1.5.1

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) ......................................... 10

1.5.2

Sistem Manajemen UMKM dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia . 12

1.5.3

Pemasaran ................................................................................................. 17

1.5.4

Pendanaan UMKM ................................................................................... 21

1.5.5

Kualitas Produk ......................................................................................... 22

1.5.6

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)...................................................... 25

1.5.7

Pasar .......................................................................................................... 28

1.5.8

Penelitian Terdahulu ................................................................................. 36

1.6

Kerangka Pemikiran .......................................................................................... 40

1.7

Definisi konsep .................................................................................................. 41

1.8

Definisi Operasional .......................................................................................... 42

1.9

Metodologi Penelitian....................................................................................... 49

1.9.1

Tipe Penelitian .......................................................................................... 49

1.9.2

Ruang lingkup Penelitian .......................................................................... 50

1.10

Jenis dan Sumber Data...................................................................................... 51

1.10.1

Jenis Data .................................................................................................. 51

1.10.2

Sumber Data.............................................................................................. 51

1.11

Teknik Pengumpulan Data ................................................................................ 52

1.12

Teknik Analisis Data .......................................................................................... 52


ii

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 54

Daftar Gambar
Gambar 1. 1 Model Persaingan Pasar Menurut Porter ....................................... 31
Gambar 1. 2 Skema Kerangka pemikiran ............................................................. 40

Daftar Tabel
Tabel 1. 1 Time series data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah .................................. 5
Tabel 1. 2 Data UMKM Binaan Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah kota Semarang
triwulan 1-4 tahun 2015.................................................................................... 6
Tabel 1. 3 Indikator pengelolaan sumber daya manusia .................................................. 43
Tabel 1. 4 indikator stratregi pemasaran ......................................................................... 45
Tabel 1. 5 indikator pendanaan ........................................................................................ 47
Tabel 1. 6 indikator kualitas produk ................................................................................. 48

iii

BAB I
1.1 Latar Belakang
Pemberlakuan MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) tahun 2015 menyebabkan lalu
lintas perdagangan bebas di kawasan Asia Tenggara menjadi tanpa kendala. MEA
merupakan wujud kesepakatan dari negara-negara ASEAN untuk membentuk
suatu kawasan bebas perdagangan dalam rangka meningkatkan daya saing
ekonomi kawasan dengan menjadikan ASEAN sebagai basis produksi dunia serta
menciptakan pasar regional bagi kurang lebih 500 juta penduduknya. Perdagangan
bebas dapat diartikan tidak ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%) maupun
hambatan nontarif bagi negara-negara anggota ASEAN. (Wangke, 2015)
Menurut Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE)
Hendri Saparini, kesiapan Indonesia dalam menghadapi MEA 2015 baru
mencapai 82 persen. Hal itu ditengarai dari empat (4) isu penting yang perlu
segera diantisipasi pemerintah dalam menghadapi MEA 2015, yaitu: 1) Indonesia
berpotensi sekedar pemasok energi dan bahan baku bagi industri di kawasan
ASEAN, sehingga manfaat yang diperoleh dari kekayaan sumber daya alam
minimal, tetapi defisit neraca perdagangan barang Indonesia yang saat ini paling
besar di antara negara-negara ASEAN semakin bertambah, 2) melebarkan defisit
perdagangan jasa seiring peningkatan perdagangan barang, 3) membebaskan
aliran tenaga kerja sehingga Indonesia harus mengantisipasi dengan menyiapkan
strategi karena potensi membanjirnya Tenaga Kerja Asing (TKA), dan 4)
masuknya investasi ke Indonesia dari dalam dan luar ASEAN. Menghadapi

perdagangan bebas ASEAN, langkah pertama yang harus dilakukan pemerintah


adalah meningkatkan daya saing produk Indonesia mengingat jumlah penduduk
Indoonesia yang sangat besar berpotensi menjadi pasar bagi produk sejenis dari
negara tetangga. Peningkatan daya saing ini mencakup baik produk unggulan
maupun yang bukan unggulan. Di samping itu, parlemen Indonesia dapat
membantu tugas pemerintah dimaksud dengan mempersiapkan berbagai regulasi
yang bertujuan melindungi pasar Indonesia dari serbuan barang produk negaranegara ASEAN. (Wangke, 2015)
Sebagai salah satu sektor yang menjadi andalan Indonesia dalam
perkembangan ekonominya menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015, peran
UMKM dalam perekonomian Indonesia memang sudah tidak diragukan lagi
karena terbukti mampu bertahan dan menjadi roda penggerak ekonomi, terutama
pasca krisis ekonomi. Namun, UMKM di Indonesia harus memiliki kompetensi
agar mampu bersaing, mulai dari faktor internal dari UMKM tersebut seperti
produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi,
permodalan, serta iklim usaha pengelolaan manajemen dan juga faktor eksternal
dari pemerintah sebagai lembaga pendukung kemajuan UMKM di Indonesia.
(Saragih, 2014). Pada umumnya permasalahan yang dihadapi UMKM adalah
modal kerja yang masih terbatas, sumber daya manusia yang masih rendah, dan
minimnya penguasaan ilmu pengetahuan serta teknologi. (Tambunan, 2011)
Kendala lain yang dihadapi UMKM antara lain adalah mengenai
perencanaan serta keterkaitan dengan prospek usaha yang kurang jelas, hal ini
dapat dilihat dari banyaknya UMKM yang mempunyai visi dan misi yang belum

mantap.

Umumnya

UMKM

bersifat income

gathering yaitu

menaikkan

pendapatan, dengan ciri-ciri sebagai berikut: merupakan usaha milik keluarga,


menggunakan teknologi yang masih relatif sederhana, kurang memiliki akses
permodalan (bankable), dan tidak ada pemisahan modal usaha dengan kebutuhan
pribadi. (Susilo, 2008)
Pemberdayaan UMKM di tengah arus globalisasi dan tingginya persaingan
membuat UMKM harus mampu menghadapi tantangan global, seperti
meningkatkan inovasi produk dan jasa, pengembangan sumber daya manusia dan
teknologi, serta perluasan area pemasaran. Hal ini perlu dilakukan untuk
menambah nilai jual UMKM itu sendiri, utamanya agar dapat bersaing dengan
produk-produk asing yang kian membanjiri sentra industri dan manufaktur di
Indonesia, mengingat UMKM adalah sektor ekonomi yang mampu menyerap
tenaga kerja terbesar di Indonesia. (Bestari, 2014)
Data dari UKM Center Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa
UMKM di Indonesia yang kuat hanyalah 1016% dari 53 juta, itupun di sektor
informal. Ketidakseriusan pihak pemerintah secara komprehensif dalam
menangani pelaku UMKM dapat dirasakan, apalagi seandainya dibukanya pintu
masuk produk UMKM asing ataupun operasional lembaga UMKM asing secara
besar-besaran di Indonesia yang mana dapat menimbulkan efek psikologis bagi
pelaku UMKM itu sendiri. (Tedjasuksmana, 2015)
Undang-Undang sebenarnya telah memberi amanat terhadap pemerintah
untuk mengembangkan UMKM. Dalam UU No.20 Tahun 2008 tentang UMKM
disebutkan peran pemerintah antara lain: Pemerintah Daerah melaksanakan

pengawasan dan pengendalian kesempatan berusaha, melaksanakan kegiatan


promosi dagang, memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang produksi dan
pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, dan desain dan teknologi,
menyusun Peraturan Pemerintah mengenai tata cara pengembangan, prioritas,
intensitas, dan jangka waktu pengembangan usaha, menyediakan pembiayaan bagi
Usaha Mikro dan Kecil. Dalam hal ini Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, dan
dunia usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan
mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk
Usaha Mikro dan Kecil, memberikan insentif dalam bentuk kemudahan
persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana prasarana, dan bentuk insentif
lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan kepada
dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan meningkatkan
sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil.
Selain itu pemerintah juga melaksanakan berbagai program yang bertujuan
untuk memberdayakan UMKM. Program tersebut antara lain adalah program
Gerakan Kewirausahaan Nasional (GKN) dan pemberian Kredit Usaha Rakyat
(KUR), yang antara lain bertujuan untuk meningkatkan semangat dan jiwa
kewirausahaan bagi masyarakat, khususnya generasi muda, untuk menjadi
wirausaha yang mandiri handal dan tangguh, serta memiliki daya saing,
mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha koperasi dan UMKM yang
dilakukan oleh para pelaku wirausaha, serta mengekspose dan memberikan
inspirasi atas keberhasilan wirausaha dari dalam dan luar negeri dan diharapkan
dapat mendorong tumbuh dan berkembangnya wirausaha baru.

Berikut ini adalah tabel mengenai data UMKM dari Dinas Koperasi dan
UMKM Jawa Tengah dari tahun 2008 hingga tahun 2015:
Tabel 1. 1 Time series data UMKM Binaan Provinsi Jawa Tengah
Perkembangan
2013-2014

No

DESKRIPSI
DATA

Satuan

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

Jumlah

JUMLAH
UMKM
Produksi/Non
Pertanian
Pertanian
Perdagangan
Jasa

Unit

64.294

65.876

67.616

70.222

80.583

90.339

99.681

9.342

Unit

20.343

20.682

21.205

23.374

26.171

30.103

34.309

Unit
Unit
Unit

8.305
28.007
7.639

9.385
28.172
7.639

9.775
28.247
8.389

10.097
28.362
8.389

13.242
32.055
9.115

15.819
33.958
10.459

Orang

264.762

278.000

285.335

293.877

345.622

Asset

Rp. Milyar

3.976

2334

4.448

5.266

Omzet

Rp. Milyar

9.527

10.194

10.463

14.476

PENYERAPAN
TENAGA
KERJA

Perkembangan
2014-2015

TW I
2015

TW II
2015

TW
IV
2015
108.937

JUML
AH

105.140

TW
III
2015
107.353

10,34

101.568

9.256

9,29

4.206

13,97

35.085

36.495

37.135

38.084

3.775

11,00

17.738
32.829
11.805

1.919
1.817
1.346

12,13
5,51
12,87

18.033
36.280
12.170

18.620
37.080
12.945

18.955
37.783
13.480

19.010
38.243
13.600

1.772
2.414
1.795

7,17
6,74
15,20

480.508

608.893

128.385 26,72

617.184

635.375

685.147

740.740 131.847

21,65

6.816

9.634

4.313

4.313

44,77

15.132

17.881

18.608

19.046

5.100

36,57

18.972

20.345

24.345

4.243

20,85

6.384

17.002

24.405

29.113

29.113

18,41

Sumber : Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah


Dari tabel diatas dapat dilihat, bahwa terjadi peningkatan jumlah UMKM
pada setiap tahunnya, dimana pada tahun 2008 baru ada 64.294 UMKM yang ada
di Provinsi Jawa Tengah setiap tahun terus bertambah hingga pada akhir tahun
2015. UMKM yang ada di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 mencapai
108.937 UMKM dan mampu menyerap sebanyak 740.740 tenaga kerja. Terjadi
peningkatan jumlah UMKM sebanyak 9.256 UMKM baru atau sebesar 9,29%
dimana pada tahun 2014 sebanyak 99.681 unit menjadi 108.937 unit, serta
peningkatan penyerapan tenaga sebanyak 21,65% atau 131.847 orang , dimana
pada tahun 2014 sebanyak 608.893 orang menjadi 740.740 orang tenaga kerja.
Sementara itu ada juga data dari UMKM binaan Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pemerintah Daerah Kota Semarang
triwulan 1 4 tahun 2015:

Tabel 1. 2 Data UMKM Binaan Dinas Koperasi dan UMKM Pemerintah


Kota Semarang triwulan 1-4 tahun 2015
Jenis
Makanan
Kerajinan
Minuman
Fashion
Batik
Koleksi
Jasa
Jumlah

Jumlah
UMKM
70
20
10
9
3
1
4
117

Omset Rata-rata

Prosentase

Rp.
98.609.429
Rp. 129.610.000
Rp.
48.942.900
Rp.
20.000.000
Rp.
22.666.667
Rp. 150.000.000
Rp.
57.950.000
Rp. 527.778.995

58,829 %
17,094 %
8,547 %
7,692 %
2,564 %
0,855 %
3.419 %
100 %

Sumber: Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang


Dari data diatas dapat dilihat bahwa sektor kuliner merupakan sektor yang
paling banyak, dengan prosentase 58,829% dari total UMKM binaan Dinas
Koperasi dan UMKM Kota Semarang. Berdasarkan rataan omset dari data diatas
dapat dilihat pula bahwa seluruh UMKM diatas masih merupakan usaha mikro
dengan pasar yang masih bersaing di wilayah lokal Kota Semarang. Ini menjadi
perhatian yang cukup besar bagi Pemerintah Kota Semarang dalam upayanya
mengembangkan UMKM agar setidaknya mampu bersaing ke wilayah yang lebih
luas lagi, setidaknya merambah ke pasar nasional agar para pelaku UMKM ini
bisa siap bersaing menghadapi pasar terbuka MEA 2015.
Selain dukungan dari pemerintah dalam upaya mengembangkan UMKM
yang ada di Indonesia faktor internal dari dalam UMKM tersebut juga sangat
berpengaruh dalam perkembangan UMKM agar mereka bisa dan mampu bersaing
di pasaran, terlebih di pasar terbuka MEA 2015 nantinya. Faktor internal yang
mempengaruhi perkembangan UMKM itu sendiri antara lain ialah proses
manajemen UMKM dalam pengelolaan sumber daya manusia, kualitas produk
dan bahan baku, serta strategi dalam pemasaran produk UMKM itu sendiri.

Bagaimana UMKM tersebut dalam pengelolaannya masih menjadi sebuah


pekerjaan rumah bagi para pelaku UMKM. Sebagian besar UMKM yang ada di
Kota Semarang saat ini masih merupakan perusahaan rumahan atau home industri
dan banyak pula yang masih menggunakan cara cara tradisional dalam
pengelolaannya, misalnya saja dalam pengelolaan keuangan dari UMKM, masih
banyak UMKM, khususnya usaha kecil yang belum menggunakan sistem
pembukuan dalam pengelolaan keuangannya, begitu juga dengan pengelolaan
sumber daya manusia, bahan baku, produksi, hingga manajemen strategi dalam
pemasaran produk mereka. (Dinas Koperasi dan UMKM Kota Semarang, 2015)
Pada umumnya UMKM di Indonesia masih dihadapkan pada berbagai
permasalahan yeng menghambat kegiatan usahnya. Berbagai hambatan tersebut
meliputi kesulitan pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM
berkualitas, strategi pemasaran produk. masalah kualitas produk, keterbatasan
teknologi, dan infrastruktur pendukung. (Sriyana, 2010)
Berdasarkan latar belakang inilah maka peneliti mengambil judul :
Kesiapan Pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota
Semarang dalam Pasar Terbuka Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015

1.2 Perumusan Masalah

Masalah merupakan kesenjangan antara sesuatu yang diharapkan dengan


kenyataan yang terjadi. Pada setiap penelitian diperlukan pokok masalah yang
menjadi pedoman untuk diteliti sehingga hasilnya dapat digunakan untuk menarik
kesimpulan dan dapat digunakan sebagai solusi untuk mengatasi masalah yang

terjadi. Berangkat dari pemaparan latar belakang diatas, dapat diketahui bahwa
UMKM merupakan salahsatu andalan Indonesia untuk menghadapi persaingan
pasar bebas ASEAN agar Indonesia tidak hanya menjadi pasar dari negara-negara
ASEAN, namun menjadi pemain penting, penyedia, dan pencipta pasar di MEA
2015.
Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikemukakan rumusan masalah
dalam penelitian ini:
1.

Bagaimana kesiapan sumber daya manusia UMKM

untuk

menghadapi pasar terbuka MEA 2015?


2.

Bagaimana

kesiapan

kualitas

produk

dari

UMKM

untuk

menghadapi pasar terbuka MEA 2015?


3.

Bagaimana kesiapan UMKM dalam strategi pemasaran produk

untuk menghadapi pasar terbuka MEA 2015?


4.

Bagaimana

kesiapan

UMKM

dari

segi

pendanaan

untuk

menghadapi pasar terbuka MEA 2015?


5.

Bagaimana kesiapan manajerial UMKM dari segi sumber daya

manusia, produk, strategi pemasaran, dan pendanaan dalam menghadapi


pasar terbuka MEA 2015 ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1.

Untuk mengetahui kesiapan sumber daya manusia UMKM dalam

menghadapi pasar terbuka MEA 2015.

2.

Untuk mengetahui kesiapan produk UMKM dalam menghadapi

pasar terbuka MEA 2015.


3.

Untuk mengetahui kesiapan strategi pemasaran UMKM dalam

menghadapi pasar terbuka MEA 2015.


4.

Untuk mengetahui kesiapan pendanaan UMKM dalam menghadapi

pasar terbuka MEA 2015.


5.

Untuk mengetahui kesiapan manajerial UMKM dari segi sumber

daya manusia, produk, strategi pemasaran, dan pendanaan dalam


menghadapi pasar terbuka MEA 2015.

1.4 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.

Manfaat Akademis

Dengan melakukan penelitian ini, diaharapkan dapat memberi wawasan,


pengetahuan, dan ketrampilan bagi peneliti yang telah diperoleh di bangku kuliah,
yang berhubungan dengan UMKM khususnya kaitannya dengan hubungan faktorfaktor yang mempengaruhi kesiapan UMKM menghadapi persaingan pasar
terbuka MEA 2015 sehingga mampu menerapkan teori di bangku kuliah dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan.
2.

Manfaat Praktis dan Sosial

Hasil penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi bahan masukan bagi
para pelaku UMKM khususnya dalam upaya perkembangan UMKM di masa yang

akan datang agar mempunyai daya saing yang kuat dalam menghadapi persaingan
pasar terbuka MEA.

1.5 Kerangka Teori / Konsep


1.5.1

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)

Sesuai dengan Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) :
a.

Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro


sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
b.

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.
c.

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang ini.

10

Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UMKM


berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk industri rumah tangga memiliki
jumlah tenaga kerja 1 sampai 4 orang, usaha kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5
sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah memiliki tenaga kerja 20
sampai dengan 99 orang.

1.5.1.1 Kriteria UMKM


Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) kriteria UMKM adalah:
Tabel 1.3 Kriteria UMKM menurut UU no. 20 Tahun 2008
URAIAN

ASSET

OMZET

USAHA MIKRO

MAX 50.000.000

MAX 300.000.000

USAHA KECIL

>Rp. 50.000.000

>Rp. 300.000.000

Rp. 500.000.000

Rp. 2.500.000.000

USAHA

>Rp. 500.000.000

>Rp. 2.500.000.000

MENENGAH

Rp. 10.000.000.000

Rp. 50.000.000.000

Sumber: UU no. 20 Tahun 2008


1.5.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM
Menurut Indiarti dan Langenberg (2004)

kebanyakan UMKM di Indonesia

beroperasi melalui jalur tradisional dalam hal produksi dan pemasarannya.


Sehingga dalam penelitian ini lebih melihat kepada faktor-faktor yang lebih
tradisional seperti modal psikologis entrepreneur, manajemen sumber daya
manusia, inovasi, karakteristik dari entrepreneur, dan karakteristik UMKM.
Dimana penejelasan terhadap setiap variabel akan di jelaskan dibawah ini :
11

Modal Psikologis
Modal psikologis dikonseptualisasikan oleh Hmieleski dan Car (2008)
sebagai bagian pembangun atau fondasi yang terdiri dari elemen-elemen: selfefficacy (Bandura, 1997), optimism (Carver & Sheier, 2003), hope (Snyder,
Sympson, & Ybasco, 1997), dan resiliency (Masten, 2001).
Manajemen Sumber Daya Manusia
Schermerhorn (2001) mendefinisikan manajemen sumber daya manusia
sebagai proses merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan tenaga kerja
yang berbakat dan energik untuk mendukung misi, tujuan dan strategi organisasi.
Menurut Havenga (2009) ada empat bagian pokok dalam manajemen sumber daya
manusia yaitu seleksi dan rekrutmen, komunikasi dan motivasi, pelatihan dan
pengembangan, serta kesejahteraan dan kompensasi. (Samir, 2011)
Inovasi
Thompson

(1965)

mendefinisikan

innovasi

sebagai

pembangkit,

penerimaan dan penerapan ide baru, proses, produk atau jasa. Sementara itu
menurut Jensen dan Webster (2004) aspek inovasi mencakup empat bagian:
produk, proses, organisasi, dan pemasaran. (Samir, 2011)

1.5.2

Sistem Manajemen UMKM dalam pengelolaan Sumber Daya


Manusia

1.5.2.1 Manajemen
Manajemen adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, definisi
Mary Parker Follet ini berarti bahwa seorang manajer bertugas mengatur dan
12

mengarahkan orang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Ricky W. Griffin


mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara
efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan
perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara
benar, terorganisir, dan sesuai dengan jadwal. Manajemen belum memiliki
definisi yang mapan dan diterima secara universal, namun banyak penulis
menyetujui bahwa manajemen mencangkup berbagai tingkat keterampilan sesuai
dengan bidang dari organisasi. (Rachma, 2013)
Handoko (2009), dalam bukunya menjelaskan bahwa, manajemen
dibutuhkan oleh organisasi karena tanpa manajemen semua usaha yang dijalankan
akan sia-sia dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama
diperlukannya manajemen :
1.

Untuk mencapai tujuan organisasi.

2.

Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling

bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuantujuan, sasaran-sasaran, dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari
pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi.
3.

Untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dalam organisasi, agar apa

yang dikerjakan tidak memakan banyak waktu/tenaga/sumberdaya.

13

1.5.2.2 Fungsi-fungsi Manajemen


Manajemen dapat berarti pencapaian tujuan melalui pelaksanaan fungsifungsi

tertentu.

perencanaan

(Planning),

pengorganisasian

(Organizing),

pengkoordinasian / pengarahan (actuating), dan pengawasan (Controlling) adalah


fungsi-fungsi utama dalam manajemen. (R. Girfin, 2004)
a.

Perencanaan (Planning)

Rencana-rencana dibutuhkan untuk memberikan kepada organisasi tentang


tujuan-tujuannya dan menetapkan prosedur terbaik untuk pencapaian tujuantujuan itu. Disamping itu, rencana juga memungkinkan:
1.

Organisasi bisa memperoleh dan meningkatkan sumber daya -

sumber daya yang dibutuhkan guna mencapai tujuan


2.

Para anggota organisasi melaksanakan kegiatan-kegiatan yang

konsisten dengan berbagai tujuan dan prosedur yang sudah ditetapkan dalam
perencanaan.
3.

Kemajuan dapat terus dimonitor dan diukur, sehingga tindakan

korektif dapat diambil bila tingkat kemajuan tidak memuaskan/tidak sesuai


dengan rencana.
Semua fungsi yang lainnya sangat tergantung pada fungsi ini, dimana
fungsi lain tidak akan berhasil tanpa perencanaan dan pembuatan keputusan yang
tepat, cermat, dan berkelanjutan. Tetapi sebaliknya perencanaan yang baik
tergantung pada pelaksanaan efektif fungsi-fungsi lain.

14

b.

Pengorganisasian (Organizing)

Setelah organisasi menetapkan tujuan-tujuan dan menyusun rencanarencana-rencana atau program-program untuk mencapainya, maka mereka perlu
merancang dan mengembangkan suatu organisasi yang akan dapat melaksanakan
berbagai program tersebut secara sukses.
Pengorganisasian adalah:
1)

Penentuan sumberdaya dan kegiatan yang dibutuhkan untuk

mencapai tujuan organisasi.


2)

Perancangan dan pengembangan suatu organisasi atau kelompok

kerja yang akan dapat membawa hal-hal tersebut ke arah tujuan.


3)

Penugasan tanggung jawab tertentu, dan

4)

Pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu-

individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya.


Fungsi ini menciptakan struktur formal dimana pekerja ditetapkan, dibagi,
dan dikoordinasikan
c.

Pengarahan (Actuating)

Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk, langkah berikutnya adalah


menugaskan karyawan/anggota organisasi untuk bergerak menuju tujuan yang
telah ditentukan oleh organisasi. Fungsi pengarahan secara sederhana adalah,
untuk membuat atau mendapatkan para anggota/karyawan melakukan apa yang
diinginkan, dan harus mereka lakukan. Fungsi ini melibatkan kualitas, gaya, dan
kekuasaan pemimpin seperti komunikasi, motivasi, dan disiplin.

15

Bila fungsi perencanaan dan pengorganisasian lebih banyak menyangkut


aspek-aspek abstrak manajemen, fungsi pengarahan langsung menyangkut orangorang dalam organisasi.
d.

Pengawasan (Controlling)

Semua fungsi terdahulu tidak akan efektif tanpa fungsi pengawasan


(controlling). Pengawasan adalah penemuan dan penerapan cara dan peralatan
untuk menjamin bahwa rencana telah dilaksanakan sesuai dengan yang telah
ditetapkan. Hal ini dapat positif ataupun negatif. Pengawasan positif mencoba
untuk mengambil apakah tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien dan
efektif. Pengawasan negatif mencoba untuk menjamin bahwa kegiatan yang tidak
diinginkan atau dibutuhkan tidak terjadi atau terjadi kembali.
Fungsi pengawasan pada dasarnya mencangkup empat unsur, yaitu:
1)

Penetapan standard pelaksanaan.

2)

Penentuan ukuran-ukuran pelaksanaan.

3)

Pengukuran pelaksanaan nyata dan membandingkannya dengan

standard yang telah ditetapkan.


4)

Pengambilan tindakan koreksi yang diperlukan bila pelaksanaan

menyimpang dari standar.

1.5.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia


Manajemen sumber daya manusia mencakup atas semua proses perencanaan,
pemimpinan, pengorganisasian, pengendalian aktivitas yang masih berhubungan
dengan

analisa

sebuah

pekerjaan,

pengadaan

pengembangan,

promosi,

16

kompensasi, evaluasi atas pekerjaan dan pemutusan hubungan kerja dalam


mencapai tujuan yang ingin dicapai, dimana kegiatan dalam bidang sumber daya
manusia dapat dilihat dari dua sisi yaitu sudut pandang pekerja dan sudut pandang
pekerjaan. Dari sudut pandang pekerjaan mencakup suatu analisa dan evaluasi
terhadap pekerjaan, dan dari sudut pandang pekerja terdiri atas segala aktivitas
pengadaan tenaga kerja, penilaian terhadap prestasi kerja, pelatihan serta adanya
pengembangan pekerja, promosi, pemutusan hubungan kerja dan kompensasi.
(Panggabean, 2004)
Dari paparan diatas, manajemen sumber daya manusia dapat diterapkan
pada organisasi bisnis dalam semua bidang, yang terpenting adalah bagaimana
pengelolaan sistem manajemen dalam organisasi bisnis tersebut bisa berjalan
dengan baik agar tercapainya tujuan organisasi, termasuk juga dalam
penerapannya pada UMKM.

1.5.3

Pemasaran
Menurut Kotler dan Keller (2007), pemasaran merupakan suatu fungsi

organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan


menyerahkan nilai kepada pelanggan serta mengelola hubungan pelanggan
dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya. Intinya
adalah di dalam pemasaran ditemukan tiga poin penting yaitu : 1) Fungsi-fungsi
organisasi, 2) kegiatan mencipta, mengkomunikasikan, menyerahkan nilai serta 3)
mengelola hubungan dengan pelanggan. Dari peristiwa tersebut muncul istilah
manajemen pemasaran yang menurut Kotler & Keller (2007) merupakan seni dan

17

ilmu memilih pasar sasaran dan mendapatkan, menjaga serta menumbuhkan


pelanggan dengan menciptakan, menyerahkan, mengkomunikasikan nilai
pelanggan yang unggul. Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan tujuan
pemasaran yakni mengetahui dan memahami pelanggan agar produk/jasa yang
dihasilkan sesuai dengan keinginan pelanggan dapat diwujudkan.

1.5.3.1 Strategi Pemasaran


Strategi pemasaran adalah pola pikir pemasaran yang akan digunakan oleh unit
bisnis untuk mencapai tujuan pemasarannya. Strategi tersebut berisi strategi
spesifik untuk pasar sasaran, penetapan posisi, bauran pemasaran, dan besarnya
pengeluaran pemasaran. (Kotler, 2004)
Pada umumnya perusahaan yang berhasil adalah perusahaan yang
melaksanakan konsep pemasaran yang berorientasi kepada konsumen, karena
perusahaan inilah yang mampu menguasai pasar dalam jangka panjang. Di dalam
pandangan konsep pemasaran, tujuan perusahaan dicapai melalui kepuasan
konsumen. Kepuasan konsumen diperoleh setelah kebutuhan dan keinginan
konsumen dipenuhi melalui kegiatan pemasaran yang terpadu. Dengan demikian
ada 4 (empat) unsur pokok dalam konsep pemasaran, yaitu 1) orientasi pada
kebutuhan dan keinginan konsumen, 2) kepuasan konsumen, 3) kegiatan
pemasaran yang terpadu, 4) tujuan perusahaan.
Menurut Jurini (2003), setiap perusahaan menjalankan strategi pemasaran
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Ada 3 (tiga) tahap yang ditempuh
perusahaan untuk menetapkan strategi pemasaran, yaitu (1) memilih konsumen

18

yang dituju, (2) mengidentifikasi keinginan konsumen, dan (3) menentukan


bauran pemasaran. Strategi pemasaran yang berhasil umumnya ditentukan dari
satu atau beberapa marketing mix (bauran pemasaran).
Ada beberapa pengertian tentang strategi pemasaran, yaitu :
- Rencana yang terpadu di bidang pemasaran yang memberikan panduan
tentang kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran
suatu perusahaan.

- Dasar tindakan yang mengarahkan kegiatan pemasaran suatu perusahaan


dalam kondisi persaingan dan lingkungan yang selalu berubah, agar dapat
mencapai tujuan yang diharapkan.

- Alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan perusahaan


dengan mengembangkan keunggulan bersaing melalui pasar sasaran dan program
pemasaran untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan kata lain, strategi pemasaran merupakan rencana yang terpadu
sebagai dasar tindakan yang mengarahkan kegiatan pemasaran kepada pasar
sasaran dengan mengembangkan program pemasaran untuk mencapai tujuan
pemasaran. Untuk berhasilnya strategi pemasaran yang dijalankan, dibutuhkan 2
(dua) hal yang sangat penting dan saling berkaitan, yaitu : (1) target pasar yang
dituju, (2) bauran pemasaran yang dijalankan untuk mencapai target pasar
tersebut.
Penentuan strategi pemasaran harus didasarkan atas analisa lingkungan
eksternal dan internal perusahaan. Masing-masing faktor lingkungan dapat

19

menimbulkan adanya kesempatan atau ancaman bagi pemasaran produk suatu


perusahaan, yaitu : keadaan pasar, persaingan, teknologi, ekonomi, sosial budaya,
hukum dan peraturan. Sedangkan faktor-faktor internal perusahaan menunjukkan
adanya keunggulan atau kelemahan perusahaan, meliputi keuangan, produksi,
personalia, dan khususnya bidang pemasaran yang terdiri atas produk, harga,
promosi, lokasi, orang, proses dan bukti fisik. Analisa tersebut merupakan
penilaian apakah strategi pemasaran yang telah ditetapkan dan dijalankan sesuai
dengan keadaan saat ini. Hasil penilaian tersebut digunakan sebagai dasar untuk
menentukan apakah strategi yang sedang dijalankan perlu diubah, dan untuk
menyusun atau menentukan strategi yang akan dijalankan pada masa yang akan
datang. Strategi pemasaran tidak terlepas dari strategi perusahaan secara
keseluruhan. Strategi perusahaan adalah suatu rencana induk yang merinci pokokpokok arah usaha perusahaan dalam mencapai tujuan dan uraian mengenai cara
penggunaan sumber daya untuk memanfaatkan kesempatan dan mengatasi
ancaman masa kini maupun masa datang. Perumusan strategi perusahaan
mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
- Titik tolak peyusunannya melihat perusahaan secara keseluruhan.
- Mempertimbangkan fleksibilitas dalam menghadapi perubahan.
- Dilakukan secara realistis dan relevan dengan lingkungan yang dihadapi.
Adapun dimensi lingkungan mempunyai pengaruh strategis pada strategi
perusahaan dalam menjalankan kegiatan pemasaran, meliputi lingkungan
demografis, teknologi, sosial budaya, persaingan pasar, hukum dan peraturan dan
ekonomis.

20

1.5.4

Pendanaan UMKM

Manajemen pendanaan pada hakikatnya menyangkut keseimbangan finansial di


dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva yang
dibutuhkan beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut
dengan sebaik-baiknya.

Pemilihan susunan

kualitatif dari aktiva akan

menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedang pemilihan susunan kualitatif


dari pasiva akan menetukan struktur finansial (struktur pendanaan) dan struktur
modal perusahaan (Bambang 1995).

1.5.4.1 Sumber pendanaan UMKM


Sumber-sumber pendanaan/pembiayaan terhadap UMKM dapat diperoleh melalui
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, Usaha Besar nasional dan asing.
Selain itu masih ada beberapa sistem pembiayaan (multifinance) yang dapat
dimanfaatkan UMKM, antara lain: modal ventura, anjak piutang (factoring),
penyewaan (leasing), pegadaian, dana BUMN dan sebagainya. Pemilihannya
tergantung UMKM

sendiri, berdasarkan kesesuaian, kemampuan pemenuhan

persyaratan dan prosedur yang ditetapkan masing-masing lembaga pembiayaan


tersebut. Bank sebagai lembaga pemberi kredit sangat berperan membantu
pengusaha-pengusaha daerah guna meningkatkan kegiatan perekonomian di
daerah sehingga memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat. Bank
Indonesia pada tanggal 2 April 2007 melalui peraturan Bank Indonesia
memperlonggar sejumlah persyaratan kredit perbankan bagi UMKM yaitu dengan
dihilangkan dua syarat dan hanya tinggal satu persyaratan yaitu kemampuan
21

membayar. Berarti kredit perbankan UMKM mendasarkan pada kelayakan usaha.


Agar kemudahan ini menjadi optimal bagi UMKM diperlukan juga penjaminan
kredit. (Wisnu, 2012)

1.5.5

Kualitas Produk

Kualitas produk merupakan aspek penting dalam peningkatan kualitas UMKM.


Produk juga merupakan salah satu variabel yang menentukan dalam kegiatan
suatu usaha, karena tanpa produk, suatu perusahaan tidak dapat melakukan
kegiatan untuk mencapai hasil yang diharapkan. Banyaknya pesaing dalam dunia
bisnis memerlukan suatu produk yang berbeda satu sama lainnya dan atupun
sama. Produk suatu perusahaan haruslah memiliki suatu keunggulan dibandingkan
produk yang dihasilkan perusahaan lain, dalam hal ini perusahaan pesaing.
Pengertian produk (product) menurut Kotler & Armstrong, (2001) adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepasar untuk mendapatkan perhatian,
dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari produsen
atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai

usaha

untuk

mencapai

tujuan

organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai


dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu
produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh
produsen melalui hasil produksinya. Kualitas produk dipandang penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.

22

1.5.5.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas produk


Terlepas dari komponen yang dapat dijadikan obyek pengukuran kualitas, secara
umum faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat diklasifikasikan sebagai
berikut (Yamit,2005):
a) Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan
b) Peralatan dan perlengkapan
c) Bahan baku atau material
d) Pekerjaan ataupun staf organisasi
Secara khusus faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas diuraikan
sebagai berikut:
a) Pasar atau tingkat persaingan
Persaingan sering merupakan penentu dalam menetapkan tingkat kualitas
output suatu perusahaan, makin tinggi tingkat persaingan akan memberikan
pengaruh pada perusahaan untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Dalam
era bebas yang akan datang konsumen dapat berharap untuk mendapatkan produk
yang berkualitas dengan harga yang lebih murah
b) Tujuan Organisasi (Organization obyectives)
Apakah perubahaan bertujuan untuk menghasilkan output tinggi, barang
yang berharga rendah (low price product) atau menghasilkan barang yang
berharga mahal, eksklusif (exclusive expensive product)

23

c) Testing Produk (product testing)


Testing yang kurang memadahi terhadap produk yang dihasilkan dapat
berakibat kegagalan dalam mengungkapkan kekurangan yang terdapat pada
produk.
d) Desain Produk (product design)
Cara mendesain produk pada awalnya dapat menentukan kualitas produk
itu sendiri.
e) Proses Produksi (production process)
Prosedur untuk memproduksi produk dapat juga menentukan kualitas
produk yang dihasilkan.
f)

Kualitas Input (quality of inputs)

Jika bahan yang digunakan tidak memenuhi standar, tenaga kerja tidak
terlatih, atau perlengkapan yang digunakan tidak tepat, akan berakibat pada
produk yang dihasilkan.
g) Perawatan perlengkapan (equipment maintenance)
Apabila perlengkapan tidak dirawat secara tepat atau suku cadang tidak
tersedia maka kualitas produk akan kurang dari semestinya.
h) Standar Kualitas (quality standart)
Jika perhatian terhadap kualitas dalam organisasi tidak nampak, tidak ada
testing maupun inspeksi, maka output yang berkualitas tinggi sulit dicapai.

24

i)

Umpan balik konsumen (customer feedback)

Jika perusahaan kurang sensitif terhadap keluhan-keluhan konsumen,


kualitas tidak akan meningkat. Produk, bukan hanya ditentukan dari output
produk yang dihasilkan. Faktor-faktor pada lingkungan sekitar seperti kondisi
peralatan-peralatan kerja dan konsistensi perusahaan untuk selalu berinovasi
sesuai dengan selera pasar juga memiliki peranan penting dalam menentukan
berkualitasnya suatu produk. (Yamit,2005)

1.5.6

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan satu pasar tunggal di kawasan


Asia Tenggara, bertujuan untuk meningkatkan investasi asing di kawasan Asia
Tenggara, termasuk Indonesia yang juga akan membuka arus perdagangan barang
dan jasa dengan mudah ke negara-negara di Asia Tenggara. Dalam kesepakatan
tersebut terdapat lima hal yang tidak boleh dibatasi peredarannya di seluruh
negara ASEAN termasuk Indonesia, yaitu arus barang, arus jasa, arus modal, arus
investasi dan arus tenaga kerja terlatih. Dalam situasi dimaksud yang menjadi
taruhan adalah daya saing, baik dari sisi produk maupun SDM, karena apabila
tidak disiapkan maka ada kemungkinan negeri ini akan menjadi pasar dari produk
asing dan masyarakat kita hanya sebagai penonton, karena tidak mampu bersaing
dengan tenaga asing yang lebih ahli. (DisperindagRI, 2015)

25

1.5.6.1 Tujuan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)


Dikutip dari www.kemenperin.go.id setiap negara di Asean yang memiliki
kepentingan dan tujuan yang sama, perlu menciptakan sebuah wadah atau badan
dimana mereka saling berusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Dan hal ini
lah yang menjadi sebab adanya tujuan dari sebuah organisasi. Tujuan dicerminkan
oleh sasaran yang harus dilakukan baik dalam jangka pendek, maupun jangka
panjang. Adapun tujuan dari MEA adalah:
1. Untuk meningkatkan stabilitas perekonomian di kawasan ASEAN,
membentuk kawasan ekonomi antar negara ASEAN yang kuat. Bahwa saat ini di
Amerika dan Eropa masih mengalami krisis ekonomi. Dan dengan terbentuknya
Masyarakat Ekonomi ASEAN diharapkan akan bisa mengatasi masalah-masalah
dalam bidang perekonomian antar negara ASEAN, sehingga kasus krisis ekonomi
seperti di Indonesia pada tahun 1998 dulu tidak terulang kembali.
2. Terciptanya kawasan pasar bebas ASEAN. Hal ini merupakan tantangan
tersendiri bagi pelaku usaha di negara ASEAN. Persaingan produk dan jasa antar
negara ASEAN akan diuji di sini. Bagi pelaku usaha dan jasa hendaknya mulai
sekarang meningkatkan kualitas produk, agar produknya dicintai konsumen.
Dengan membuat produk yang berkualitas serta harga terjangkau pasti akan bisa
bersaing dengan produk dari negara ASEAN lainnya.

1.5.6.2 Dampak Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)


Gambaran karakteristik utama MEA adalah pasar tunggal dan basis produksi;
kawasan ekonomi yang berdaya saing tinggi; kawasan dengan pembangunan

26

ekonomi yang adil; dan kawasan yang terintegrasi ke dalam ekonomi global.
Dampak terciptanya MEA adalah terciptanya pasar bebas di bidang permodalan,
barang dan jasa, serta tenaga kerja. Konsekuensi atas kesepakatan MEA yakni
dampak aliran bebas barang bagi negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa,
dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil, dan dampak arus
bebas modal. (BPPK, 2015)

Dari karakter dan dampak MEA tersebut di atas sebenarnya ada peluang
dari momentum MEA yang bisa diraih Indonesia. Dengan adanya MEA
diharapkan perekonomian Indonesia menjadi lebih baik, salah satunya pemasaran
barang dan jasa dari Indonesia dapat memperluas jangkauan ke negara ASEAN
lainnya. Pangsa pasar yang ada di Indonesia adalah 250 juta orang, pada MEA
pangsa pasar ASEAN sejumlah 625 juta orang bisa disasar oleh Indonesia. Jadi,
Indonesia memiliki kesempatan lebih luas untuk memasuki pasar yang lebih luas.
Ekspor dan impor juga dapat dilakukan dengan biaya yang lebih murah. Tenaga
kerja dari negara-negara lain di ASEAN bisa bebas bekerja di Indonesia,
sebaliknya tenaga kerja Indonesia (TKI) juga bisa bebas bekerja di negara-negara
lain di ASEAN.

Dikutip dari www.asean.org Dampak Positif lainnya yaitu investor


Indonesia dapat memperluas ruang investasinya tanpa ada batasan ruang antar
negara anggota ASEAN. Begitu pula kita dapat menarik investasi dari para
pemodal-pemodal ASEAN. Para pengusaha akan semakin kreatif karena

27

persaingan yang ketat dan para professional akan semakin meningkatakan tingkat
skill, kompetansi dan profesionalitas yang dimilikinya.

Selain peluang yang terlihat di depan mata, ada pula hambatan


menghadapi MEA yang harus kita perhatikan. Hambatan tersebut di antaranya :
Pertama, mutu pendidikan tenaga kerja masih rendah, di mana hingga Febuari
2014 jumlah pekerja berpendidikan SMP atau dibawahnya tercatat sebanyak 76,4
juta orang atau sekitar 64 persen dari total 118 juta pekerja di Indonesia. Kedua,
ketersediaan dan kualitas infrastuktur masih kurang sehingga mempengaruhi
kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index (GCI)
2014, kualitas infrastruktur kita masih tertinggal dibandingkan negara Singapura,
Malaysia, Brunei Darussalam dan Thailand. Ketiga, sektor industri yang rapuh
karena ketergantungan impor bahan baku dan setengah jadi. Keempat,
keterbatasan pasokan energi. Kelima, lemahnya Indonesia menghadapi serbuan
impor, dan sekarang produk impor Tiongkok sudah membanjiri Indonesia.
Apabila hambatan-hambatan tadi tidak diatasi maka dikhawatirkan MEA justru
akan menjadi ancaman bagi Indonesia. (Saragih, 2014)

1.5.7

Pasar

Kotler dan Amstrong (1997) mendefinisikan pasar adalah seperangkat pembeli


aktual dan potensial dari sebuah produk atau jasa. Ukuran dari pasar sendiri
tergantung pada jumlah orang yang menunjukan kebutuhan, memiliki kemampuan
dalam pertukaran. Banyak pemasar memandang penjual sebagai industri dan

28

pembeli sebagai pasar, dimana penjual mengirimkan produk dan jasa yang mereka
produksi dan mengkomunikasikan atau menyampaikannya kepada pasar; sebagai
gantinya, mereka akan menerima uang dan informasi dari pasar (Kotler, 1999)
Menurut Handri Maaruf (2005) kata pasar memiliki tiga pengertian,yaitu :
1. Pasar dalam arti tempat, yaitu tempat bertemunya para penjual atau
produsen dengan pembeli atau konsumen.
2. Pasar dalam arti interaksi permintaan dan penawaran , yaitu pasar
sebagai tempat terjadinya transaksi jual beli.
3. Pasar dalam arti sekelompok anggota masyarakat yang memiliki
kebutuhan dan daya beli . Pengertian ini merujuk pada dua hal, yaitu
kebutuhan dan daya beli. Jadi pasar adalah orang-orang yang
menginginkan sesuatu barang atau jasa dan memiliki kemampuan untuk
membeli.

1.5.7.1 Jenis-jenis Pasar

Menurut Simamora (2001), ada beberap bentuk pasar yang umum yaitu sebagai
berikut:

a.Persaingan pasar sempurna


Pasar yang terdiri dari banyak penjual dan banyak pembeli dengan produk
yang seragam atau serupa (uniform), tidak ada penjual ataupun pembeli yang
dapat mempengaruhi harga.

29

b.Persaingan monopolistik

Pasar terdiri dari banyak penjual dan banyak pembeli dengan harga yang
beragam mulai dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Keragaman
harga ini disebabkan oleh adanya kesempatan untuk mendiferensiasi produknya.
Dalam pasar yang seperti ini, sebuah perusahaan mempunyai kesempatan untuk
menetapkan harga berbeda dengan harga produk lain asalkan menawarkan benefit
(manfaat) yang berbeda.

c.Pasar oligopolistik

Pasar yang terdiri dari sedikit penjual yang satu sama lain sangat sensitif
terhadap strategi harga dan pemasaran perusahaan lain.

d.Pasar Monopoli

Pasar yang terdiri atau dikuasai hanya oleh satu penjual.

1.5.7.2 Persaingan Pasar

Persaingan (kompetisi) dalam suatu komunitas dapat dikelompokkan


menjadi dua jika dilihat dari asalnya yakni persaingan yang berasal dari dalam
populasi jenis itu sediri yang disebut intraspesifik dan persaingan yang berasal
dari luar populasi tersebut yang disebut ekstraspesifik. Proses persaingan
merupakan bagian dari ko-evolusi spesies, karena strategi spesies dalam
persaingan merupakan arah seleksi spesies yang menentukan keberhasilan spesies

30

tersebut dalam mempertahankan suatu tingkat kerapatan populasi tertentu dalam


lingkungan hidupnya. Sehingga pengertian mengenai persaingan seperti yang
diungkapkan oleh Kotler dan Porter menyatakan bahwa persaingan dalam konteks
pemasaran adalah keadaan dimana perusahaan pada pasar produk atau jasa
tertentu akan memperlihatkan keunggulannya masing-masing, dengan atau tanpa
terikat peraturan tertentu dalam rangka meraih pelanggannya (Kotler, 2002).

Sedangkan menurut Porter, persaingan akan terjadi pada beberapa


kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk atau jasa sejenis, dapat pada
produk atau jasa substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir.

Porter menggambarkan model persaingan seperti gambar di bawah ini:

Gambar 1. 1 Model Persaingan Pasar Menurut Porter


Sumber: Strategi Pemasaran, Fandy. (2002)
Gambar di atas menggambarkan bagaimana persaingan bisa terjadi di
dalam pelaksanaan pemsaran yang mana persaingan ini akan memicu setiap

31

perusahaan yang akan memproduksi barang agar menjadi lebih giat dalam
melakukan

kegiatan

ekonomi.

Porter

menggunakan

konsep-konsep

pengembangan, organisasi industri ekonomi untuk menurunkan lima kekuatan


yang menentukan intensitas kompetitif dan karena itu daya tarik dari pasar. Porter
menyatakan bahwa kelima kekuatan bersaing tersebut dapat mengembangkan
strategi persaingan dengan mempengaruhi atau mengubah kekuatan tersebut agar
dapat memberikan situasi yang menguntungkan bagi perusahaan.

1.5.7.3 Posisi-Posisi Dalam Persaingan Pasar


Persaingan memiliki posisi yang bisa ditempati oleh para perusahaan yang
bermain di dalamnya. Posisi ini tidak serta merta secara gampang bisa didapatkan
oleh pelaku pasar tersebut, pemasar harus berjuang secara keras agar bisa
mendapatkan posisi sebagai seorang pemimpin pasar (market leader) dimana
perusahaan tersebut menghasilkan produk (barang ataupun jasa). Perusahaan juga
tidak selamanya akan selalu berada di satu posisi yang tetap dalam pasar tersebut,
karena telah menjadi suatu keharusan jika posisi tersebut akan mengalamai
perubahan

yang

menyebabkan

perusahaan

akan

terus

bekerja

keras

mempertahankan posisi pasarnya.

Menurut Saladin (2006), posisi pasar dalam persaingan terbagi menjadi 4


(empat) yaitu:

32

a. Pemimpin Pasar (Market Leader)

Pemimpin pasar (Market Leader) adalah pemasar yang paling banyak


memiliki konsumen di pasar. Pemimpin pasar ini akan mudah mendapatkan
kepercayaan konsumennya jika akan membuat atau meluncurkan produk baru di
pasaran. Kebanyakan industri memiliki satu perusahaan yang dikenal sebagai
pemimpin pasar. Perusahaan ini memiliki pangsa pasar terbesar dalam pasar
produk yang relevan. Keunggulan perusahaan ini dari perusahaan lainnya pada
umumnya mencakup perubahan harga, pengenalan produk baru, pencakupan
saluran distribusi dan intensitaas promosi. Perusahaan pemimpin pasar ini bisa
saja tidak dikagumi, tetapi yang jelas kalangan perusahaan lain mengakui
dominasinya. Perusahaan ini menjadi titik pusat orientasi para pesaing, ia
merupakan perusahaan yang ditantang, dtiru atau dijauhi.

b. Pesaing Pasar atau Penantang Pasar (Competitors Market)

Posisi ini merupakan penantang pasar yang menjadi lawan utama dari
pemimpin pasar. Penantang ini serta merta akan selalu mencoba melakukan hal
lebih atas apa yang telah dilakukan oleh pemimpin pasar. Penantang pasar tidak
ingin kalah tanding meski pun penantang ini kalah dalam hal jumlah konsumen.
Perusahaan runner-up ini bisa memilih salah satu dari dua penampilan. Mereka
dapat menyerang market leader dan pesaing-pesaing lainnya dalam suatu usaha
yang gencar merebut pangsa pasar, perusahaan inilah yang dinamakan penantang
pasar atau market challenger. Atau mereka dapat memilih bersikap nrimo, tidak
menggoncangkan pasar dan disebut market follower.

33

c. Pengikut Pasar (Market Follower)

Tidak selamanya yang ingin menantang pemimpin pasar adalah pesaing


utama. Tapi juga pengikut pasar juga ikut serta dalam persaingan antara pemimpn
(leader) dengan pesaing (competittor) pasar. Namun yang perlu dilihat adalah
pengikut pasar tidak ikut serta secara terang-terangan dalam persaingan melainkan
secara kecil karena jika secara terang-terangan sudah pasti perusahaan tersebut
akan mengalami kekalahan. Perusahaan pengikut selalu merupakan sasaran utama
dari serangan yang dilancarkan oleh perusahaan penantang. Karena itu,
perusahaan hendaknya selalu menekan rendah biaya produksinya dan mengangkat
kualitaas produk dan pelayanannya. Begitu juga, dia harus cepat memasuki pasar
baru, begitu peluang terbuka. Memang harus ada strategi untuk pertumbuhan
perusahaan dan berusaha agar upayanya tidak mengundang pembalasan
perusahaan lain.

d. Relung Pasar atau Ceruk Pasar (Niche Market)

Setiap industri atau perusahaan yang melakukan produksi barang atau jasa
selain memiliki pesaing dan pengikut, tapi juga memiliki pasar yang tidak
diperhitungkan di dalam persaingan. Mereka sering diibaratkan sebagai pemasar
yang tidak memiliki konsumen. Pengisi relung pasar biasanya membidik pasar
yang tidak mampu membeli produk yang dihasilkan oleh pemimpin atau pun
pesaing pasar. Maka relung pasar bisanya akan mendapatkan pasar secara sedikit
demi sedikit dan tidak memungkinkan nanti pasar mereka bisa berasal dari
konsumen pemimpin pasar. Biasanya perusahaan-perusahaan semacam ini

34

menyandang berbagai nama seperti penggarap relung pasar (market nichers),


spesialis pasar, perusahaan ambang pintu (threshold firms) atau perusahaan
tumpuan (foothold firms). Perusahaan-perusahaan jenis ini mencoba masuk ke
satu atau lebih celah-celah pasar yang aman dan menguntungan.

Satu relung atau celah pasar yang ideal akan memiliki beberapa ciri
sebagai berikut :

Memiliki luas cukup besar dan daya beli yang cukup agar bisa
menguntungkan.

Memiliki potensi untuk berkembang.

Diabaikan oleh perusahaan besar.

Perusahaan memiliki keterampilan dan sumber daya untuk


memenuhi kebutuhan relung pasar tersebut secara efektif.

Perusahaan mampu membela diri dari serangan pesaing besar


dengan membina Goodwill atas produknya.

1.5.7.4 Strategi dalam menghadapi Persaingan

Kotler (1999), mendefenisikan tentang strategi pemasaran sebagai berikut:


Strategi pemasaran merupakan strategi atau taktik yang digunakan suatu
perusahaan untuk melemparkan produk barunya ke pasar, agar produk bisa
bertahan lebih lama di pasar. Sepanjang umur produk, perusahaan setiap kali
harus menyesuaikan kembali strategi pemasarannya untuk mengikuti situasi pasar

35

yang selalu berubah. Banyak faktor yang bisa menyebabkan perusahaan harus
mengadakan perubahan besar-besaran dalam strategi pemasarannya.

Menurut Joewono (2005) mengemukakan ada 6 (enam) strategi yang bisa


ditempuh perusahaan untuk memenangkan persaingan:

1.5.8

Membangun persepsi yang baik sesuai dengan Brand Positioning

Meningkatkan kualitas produk

Melakukan pendekatan dengan konsumen

Melakukan distribusi secara terintegrasi

Harga kompetitif

Penelitian Terdahulu
a.

Potret UMKM Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi

ASEAN 2015
Penelitian ini ditulis oleh Tedjasuksmana (2015). Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui bagaimana keadaan atau potret UMKM yang ada di Indonesia
menjelang dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 mendatang,
apakah para pelaku UMKM ini sudah siap untuk menghadapi persaingan yang ada
sebagai tantangan yang akan muncul karena diberlakukannya MEA 2015. Peneliti
juga menganalisis seberapa besar bantuan atau campur tangan pemerintah dalam
mempersiapkan UMKM agar siap bersaing, serta sudah seberapa jauh bantuan
dari pemerintah diberikan dalam rangka membantu pengembangan UMKM yang
ada di Indonesia.

36

Metode penelitian yang digunakan adalah penedekatan deskriptif analisis


dengan pendekatan k6ualitatif, penelitian dilakukan dengan cara memberikan
gambaran mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada
situasi yang diselidiki peneliti, dalam penelitian ini peneliti berfokus pada
keadaan UMKM yang ada di Indonesia berdasarkan fakta dari berbagai sumber,
diantaranya Kementrian Koperasi dan UMKM, Badan Pusat Statistika, dan
lembaga-lembaga lainnya.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa mayoritas UMKM di
Indonesia masih mengalami kendala pada pengembangan dan strategi pemasaran
serta permodalan. Perlunya dukungan dari pemerintah dan lembaga keuangan
lainnya dalam membantu masalah permodalan yang dialami oleh UMKM, serta
bimbingan dari pemerintah atau lembaga bisnis seperti perusahaan besar dalam
menjadi mitra UMKM agar memberi pengarahan manajemen atau pembimbingan
pengembangan UMKM.

b.

Tantangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Dalam

Menghadapi Asean Economic Comunity (AEC) 2015


Penelitian ini ditulis oleh Indarti (2014). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
melihat peluang, tantangan, dan kekuatan dari UMKM untuk bisa bersaing dengan
para pelaku usaha lain di tingkat ASEAN. Peneliti menggunakan metode
deskriptif analitik, yang akan menggambarkan serta menganalisis bagaimana para
pelaku UMKM Indonesia melakukan persiapan dalam menghadapi AEC 2015.
Jenis Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

37

diperoleh dari literatur, buku, jurnal, laporan resmi dan informasi dari Internet.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi kepustakaan (library
research) dengan mencari dan mengumpulkan datadata sekunder yang
bersumber dari buku, surat kabar, data online, dan referensi lainnya yang tingkat
validitas terhadap permasalahan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan.
Teknik analisa dalam penelitian ini menggunakan data kualitatif dengan
menggunakan metode content analysis, yaitu dengan menjelaskan dan
menganalisis dari sumber-sumber yang ada, dengan catatan data-data tersebut
saling berhubungan satu sama lain dengan permasalahan yang diteliti.
Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa UMKM menjadi pilar yang
penting dalam kesiapan Indonesia menghadapi Asean Economic Comunity (AEC).
Peluang UMKM dalam pasar terbuka Asean juga sangat besar, namun perlu
diperhatikan kualitas sumber daya, infrastruktur, serta kualitas produk dari
UMKM agar UMKM mampu bersaing dengan produk asing yang masuk ke
Indonesia.

c.

Kesiapan UMKM di Indonesia untuk Meningkatkan Daya

Saing dan Kualitas Diri dalam Menghadapi Asean Economic Community


(AEC) 2015
Penelitian ini ditulis oleh Prahasty (2014). Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
melihat komunitas (AEC) tersebut merupakan tantangan, hambatan atau malah
menjadi peluang untuk sektor industri mikro, kecil, dan menengah UMKM yang
ada di Indonesia ini, hal tersebut di libatkan karena melihat selama ini peranan

38

Usaha

Mikro,

Kecil,

dan

Menengah

banyak

membantu

mengurangi

pengangguran, menambah pendapatan domestik negara sehingga UMKM menjadi


sector industri yang sebagian besar banyak membantu memajukan perekonomian
negara. Selain itu penulisan ini juga ditujukan bagi para pelaku usaha agar tidak
minder menghadapi dan bersaing dengan negara ASEAN yang lain dan pasar
internasional. Diharapkan para pelaku usaha kecil dan menengah yang ada di
Indonesia mempersiapkan diri meningkatkan kualitas dari usaha yang sudah
dibangun sehingga para wirausahawan dapat mencermati melihat dan mendalami
cara berbisnis negara-negara lain dalam meningkatkan kualitas diri mereka
melalui cara mereka memasarkan produk, menata manajemen perusahaan yang
baik dan lain sebagainya.
Metode penelitian yang digunakan adalah penedekatan deskriptif analisis
dengan pendekatan kualitatif, penelitian dilakukan dengan cara memberikan
gambaran mengenai data atau kejadian berdasarkan fakta-fakta yang tampak pada
situasi yang diselidiki peneliti, dalam penelitian ini peneliti berfokus pada
keadaan UMKM yang ada di Indonesia berdasarkan data dan fakta dari berbagai
sumber, diantaranya Kementrian Koperasi dan UMKM, Badan Pusat Statistika,
dan Lembaga-lembaga lainnya.
Dalam jurnal ini penulis menyimpulkan, jika UMKM sebagai salah satu
sektor yang berpeluang besar untuk membantu perkembangan perekonomian
Indonesia. Melalui inovasi, peningkatan kualitas produk dan peningkatan kualitas
SDM serta dukungan nyata dari pemertintah dalam programnya membantu
pengembangan UMKM, diyakini UMKM akan mampu bersaing dalam pasar

39

terbuka Masyarakat Ekonomi Asean, dan menjadi sektor andalan perekonomian


Indonesia.

1.6 Kerangka Pemikiran


Menurut Sriyana (2010) dalam jurnalnya tentang Strategi Pengembangan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Pada umumnya UMKM di
Indonesia masih dihadapkan pada berbagai permasalahan yeng menghambat
kegiatan usahnya. Berbagai hambatan tersebut meliputi kesulitan pemasaran,
keterbatasan finansial, keterbatasan SDM berkualitas, strategi pemasaran produk.
masalah kualitas produk, keterbatasan teknologi, dan infrastruktur pendukung.
Berdasarkan teori diatas, berikut merupakan kerangka pemikiran mengenai
Kesiapan pelaku UMKM di Kota Semarang menghadapi pasar persaingan
Terbuka MEA 2015 yang akan digunakan dalam penelitian, tergambar pada
skema di bawah ini:
Gambar 1. 2 Skema Kerangka pemikiran
Sumber daya
manusia
Kualitas
produk

KESIAPAN UMKM
MENGHADAPI PASAR
TERBUKA MEA

Strategi
Pemasaran
Pendanaan

Sumber : Analisis Kerangka Teori 2015

40

Pada bagan diatas dapat dilihat bahwa manajemen sumberdaya manusia,


kualitas produk, strategi pemasaran serta pendanaan UMKM menjadi indikator
kesiapan UMKM untuk menghadapi pasar terbuka MEA Apabila faktor
manajerial tersebut terkelola dengan baik maka bisa dikatakan UMKM tersebut
siap untuk menghadapi pasar terbuka MEA 2015.

1.7 Definisi konsep

Definisi konseptual adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk


menggambarkan secara abstrak mengenai suatu kejadian, keadaan atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.
Definisi konseptual dalam penelitian ini adalah:
1. Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) merupakan satu pasar tunggal di
kawasan Asia Tenggara, bertujuan untuk meningkatkan investasi asing di
kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia yang juga akan membuka arus
perdagangan barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara di Asia Tenggara.
Dalam kesepakatan tersebut terdapat lima hal yang tidak boleh dibatasi
peredarannya di seluruh negara ASEAN termasuk Indonesia, yaitu arus barang,
arus jasa, arus modal, arus investasi dan arus tenaga kerja terlatih. Dalam situasi
dimaksud yang menjadi taruhan adalah daya saing, baik dari sisi produk maupun
SDM, karena apabila tidak disiapkan maka ada kemungkinan negeri ini akan
menjadi pasar dari produk asing dan masyarakat kita hanya sebagai penonton,

41

karena tidak mampu bersaing dengan tenaga asing yang lebih ahli.
(DisperindagRI, 2015)
2. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan batasan definisi UKM
berdasarkan kuantitas tenaga kerja, yaitu untuk Usaha Mikro memiliki jumlah
tenaga kerja 1 sampai 4 orang, Usaha Kecil memiliki jumlah tenaga kerja 5
sampai dengan 19 orang, sedangkan Usaha Menengah memiliki tenaga kerja 20
sampai dengan 99 orang (Susanti, 2009). Sesuai dengan Undang-Undang nomor
20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kriteria
Usaha Mikro adalah badan usaha/industri dengan asset dibawah Rp. 50.000.000
dan omzet dibawah Rp. 300.000.000. Usaha Kecil adalah badan usaha/industri
dengan asset Rp. 50.000.000 hingga Rp. 500.000.000 dan omzet Rp. 300.000.000
hingga Rp. 2.500.000.000. Usaha Menengah adalah badan usaha/industri dengan
asset Rp. 500.000.000 hingga 10.000.000 dan omzet Rp.2.500.000.000 hingga
50.000.000.000. (Undang-Ungang no. 20, 2008)

1.8 Definisi Operasional

Definisi operasional menurut Sugiyono (2003) adalah pengolahan konsep-konsep


yang berupa abstraksi dengan kata-kata, menggambarkan prilaku atau gejala yang
dapat diamati dan diuji kebenarannya oleh orang lain. Merujuk dari teori Sriyana
(2010), yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan
UMKM antara lain ialah pemasaran, keterbatasan finansial, keterbatasan SDM

42

berkualitas, strategi pemasaran produk. masalah kualitas produk, keterbatasan


teknologi, dan infrastruktur pendukung.
Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah:
1.

Sistem Manajemen UMKM dalam Pengelolaan Sumber Daya Manusia

Panggabean (2004) menyatakan bahwa manajemen sumber daya manusia


mencakup atas semua proses perencanaan, pimpinan, pengorganisasian,
pengendalian aktivitas yang masih berhubungan dengan analisa sebuah pekerjaan,
pengadaan pengembangan, promosi, kompensasi, evaluasi atas pekerjaan dan
pemutusan hubungan kerja dalam mencapai tujuan yang ingin dicapai, dimana
kegiatan dalam bidang sumber daya manusia dapat dilihat dari dua sisi yaitu sudut
pandang pekerja dan sudut pandang pekerjaan. Dari sudut pandang pekerjaan
mencakup suatu analisa dan evaluasi terhadap pekerjaan, dan dari sudut pandang
pekerja terdiri atas segala aktivitas pengadaan tenaga kerja, penilaian terhadap
prestasi kerja, pelatihan serta adanya pengembangan pekerja, promosi, pemutusan
hubungan kerja dan kompensasi.
Tabel 1. 3 Indikator pengelolaan sumber daya manusia
No. Sudut pandang
1.

Indikator

Penjelasan

Sudut Pandang Pengadaan

Meneliti bagaimana proses rekruitmen

Pekerja

yang dilakukan oleh UMKM, apakah

tenaga kerja

diterapkan kualifikasi tertentu dalam


proses perekrutan untuk setiap jabatan
atau tidak.
Penilaian

Meneliti apakah ada sistem penilaian

43

prestasi kerja

prestasi kerja yang diterapkan di


UMKM atau tidak

Pelatihan

dan Meneliti

apakah

para
pelatihan

pekerja

pengembangan

mendapatkan

dan

pekerja

pengembangan untuk menambah skill


mereka atau tidak

Promosi jabatan

Meneliti

seperti

apakah

sistem

promosi jabatan yang diterapkan pada


UMKM apakah ada promosi jabatan
atau tidak.
Pemutusan

Meneliti bagaimana proses pemutusan

hubungan kerja

hubungan kerja yang di terapkan di


UMKM apakah sudah diatur atau
belum.

Kompensasi

Apakah

ada

kompensasi

tertentu

untuk para pekerja apabila mereka


berprestasi.
2.

Sudut pandang Analisa

Apakah para pelaku UMKM sudah

pekerjaan

melakukan analisa pekerjaan pada

pekerjaan

setiap pekerjaan yang ada atau belum.


Evaluasi

Apakah UMKM rutin melakukan

pekerjaan

evaluasi pekerjaan atau tidak.

44

2. Strategi Pemasaran
Setiap perusahaan menjalankan strategi pemasaran untuk mencapai tujuan
yang diharapkan. Ada 3 (tiga) tahap yang ditempuh perusahaan untuk menetapkan
strategi pemasaran, yaitu (1) memilih konsumen yang dituju, (2) mengidentifikasi
keinginan konsumen, dan (3) menentukan bauran pemasaran. Strategi pemasaran
yang berhasil umumnya ditentukan dari satu atau beberapa marketing mix (bauran
pemasaran). (Jurini, 2003)
Tabel 1. 4 indikator stratregi pemasaran
No.
1.

Indikator

Penjelasan

Memilih konsumen yang Meneliti apakah UMKM sudah menentukan


dituju.

konsumen dan pangsa pasar yang dituju atau


belum.

2.

Mengidentifikasi

Meneliti apakah UMKM melakukan survei

keinginan konsumen.

atau riset untuk mengetahui seperti apa


keinginan konsumen atau tidak.

3.

Menentukan
pemasaran.

bauran Dalam memasarkan produknya tentu saja


diperlukan strategi pemasaran salah satunya
dengan menentukan bauran pemasaran, apakah
UMKM sudah menentukan bauran pemasaran
apa

yang

digunakan

dalam

strategi

pemasarannya atau belum.

45

3. Pendanaan
Manajemen pendanaan pada hakekatnya menyangkut keseimbangan
finansial di dalam perusahaan yaitu keseimbangan antara aktiva dengan pasiva
yang dibutuhkan beserta mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut
dengan sebaik-baiknya. Pemilihan susunan

kualitatif dari aktiva akan

menentukan struktur kekayaan perusahaan, sedang pemilihan susunan kualitatif


dari pasiva akan menetukan struktur finansial (struktur pendanaan) dan struktur
modal perusahaan (Bambang, 1995).
Sumber-sumber pembiayaan/pendanaan terhadap UMKM dapat diperoleh
melalui Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, BUMN, usaha besar nasional dan
asing. Selain itu masih ada beberapa sistem pembiayaan (multifinance) yang
dapat dimanfaatkan UMKM, antara lain: modal ventura, anjak piutang
(factoring), penyewaan (leasing), pegadaian, dana BUMN dan sebagainya.
Pemilihannya tergantung UMKM

sendiri, berdasarkan kesesuaian, kemampuan

pemenuhan persyaratan dan prosedur yang ditetapkan masing-masing lembaga


pembiayaan
membantu

tersebut. Bank sebagai lembaga pemberi kredit sangat berperan


pengusaha-pengusaha

daerah

guna

meningkatkan

kegiatan

perekonomian di daerah, guna memperlancar kegiatan perekonomian masyarakat.


Bank Indonesia pada tanggal 2 April 2007 melalui peraturan Bank Indonesia
memperlonggar sejumlah persyaratan kredit perbankan bagi UKM yaitu dengan
dihilangkan dua syarat dan hanya tinggal satu persyaratan yaitu kemampuan
membayar. Berarti kredit perbankan UMKM mendasarkan pada kelayakan usaha.

46

Agar kemudahan ini menjadi optimal bagi UMKM diperlukan juga penjaminan
kredit. (Wisnu, 2012)
Tabel 1. 5 indikator pendanaan
No.
1.

Indikator
Susunan

Penjelasan

pendanaan

modal UMKM

dan Meneliti apakah UMKM sudah menyusun


laporan keungangan khususnya susunan
pendanaan dan susunan modal atau belum.

2.

Perolehan
pembiayaan

sumber Meneliti dari manakah sumber pembiayaan


atau

UMKM

modal atau modal dari UMKM, apakah modal


sendiri atau ada pihak asing.

4. Kualitas Produk
Pengertian produk (product) menurut Kotler & Armstrong, (2001) adalah
segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk mendapatkan
perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan
atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari
produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai
tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen,
sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain
itu produk dapat pula didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan
oleh produsen melalui hasil produksinya. Kualitas produk dipandang penting oleh
konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian.

47

Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dapat diklasifikasikan sebagai


berikut :
a) Fasilitas operasi seperti kondisi fisik bangunan
b) Peralatan dan perlengkapan
c) Bahan baku atau material
d) Pekerjaan ataupun staf organisasi
(Yamit, 2005).
Tabel 1. 6 indikator kualitas produk
No.
1.

Faktor

Indikator

Fasilitas operasi

Kondisi fisik bangunan

Penjelasan
Meneliti

bagaimana

kondisi

fisik

bangunan UMKM yang digunakan


untuk proses produksi, apakah kondisi
bangunan layak atau tidak.
Peralatan

Meneliti bagaimana kualitas peralatan


yang digunakan dalam proses produksi,
apakah layak atau tidak.

Perlengkapan

Meneliti bagaimana perlengkapan yang


digunakan

dalam

proses

produksi,

apakah memadai atau tidak.


2.

Bahan baku

Sumber bahan baku

Meneliti dari mana bahan baku yang


digunakan oleh UMKM berasal, apakah

48

dari produk lokal atau asing.


Kualitas bahan baku

Meneliti bagaimana kualitas bahan


baku yang digunakan, apakah baik atau
tidak.

3.

Pekerjaan

Proses pengerjaan

Apakah dalam proses pengerjaannya


menggunakan mesin atau tenaga kerja
manusia.

Staff organisasi

Meneliti bagaimana kualitas pekerja,


apakah baik atau tidak.

1.9 Metodologi Penelitian


1.9.1

Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksploratif, Penelitian
eksploratori, atau disebut juga penelitian eksploratif, merupakan salah satu
pendekatan penelitian yang bertujuan menemukan informasi mengenai sesuatu
topik/masalah yang belum dipahami sepenuhnya oleh seorang peneliti. Kotler
menyatakan

bahwa

penelitian

eksploratori/eksploratif

adalah

salah

satu

pendekatan penelitian yang digunakan untuk meneliti sesuatu (yang menarik


perhatian) yang belum diketahui, belum dipahami, atau belum dikenali dengan
baik. Penelitian eksploratori tidak memerlukan hipotesis atau teori tertentu.
Peneliti hanya menyiapkan beberapa pertanyaan sebagai penuntun untuk

49

memperoleh data primer berupa keterangan, informasi, sebagai data awal yang
diperlukan. (Sugiyono, 2005)

1.9.2

Ruang lingkup Penelitian

Kota Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia sekaligus kota
metropolitan terbesar kelima di Indonesia sesudah Jakarta, Surabaya, Bandung,
dan Medan. Sebagai salah satu kota paling berkembang di Pulau Jawa, Kota
Semarang mempunyai jumlah penduduk yang hampir mencapai 2 juta jiwa dan
siang hari bisa mencapai 2,5 juta jiwa, bahkan, area metropolitan Kedungsapur
(Kendal, Demak, Ungaran Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, dan Purwodadi
Kabupaten Grobogan) dengan penduduk sekitar 6 juta jiwa, merupakan wilayah
metropolis terpadat keempat, setelah Jabodetabek (Jakarta), Gerbangkertosusilo
(Surabaya), dan Bandung Raya. Dalam beberapa tahun terakhir, perkembangan
Semarang ditandai pula dengan munculnya beberapa gedung pencakar langit di
beberapa sudut kota. Sayangnya, pesatnya jumlah penduduk membuat kemacetan
lalu lintas di dalam Kota Semarang semakin macet. Kota Semarang dipimpin oleh
Wali Kota Hendrar Prihadi, S.E, M.M. Kota ini terletak sekitar 558 km sebelah
timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya. Semarang berbatasan dengan
laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang di selatan,
dan Kabupaten Kendal di barat. Luas Kota 373.67 km2. (Wikipedia.org; 2015)

50

1.10 Jenis dan Sumber Data

Dalam sebuah penelitian, data memegang peranan penting yaitu sebagai alat
pembuktian hipotesis serta pencapaian tujuan penelitian. Penelitian harus
mengetahui jenis data apa saja yang diperlukan dan bagaimana mengidentifikasi,
mengumpulkan, serta mengolah data.

1.10.1 Jenis Data


Jenis data yang digunakan pada penelitian menurut sifatnya dapat adalah:
1. Data Kualitatif
Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka. Pada penelltian ini
data yang bersifat kualitatif adalah hasil dialog dengan responden, hasil Observasi
ke UMKM, serta gambar, foto, atau tayangan mengenai objek penelitian yang
dapat dijadikan informasi penelitian.
2. Data Kuantitatif
Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka. Penelitian ini juga
menggunakan data kuantitatif yaitu: kuisioner,

1.10.2 Sumber Data


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.

Data Primer

Data primer adalah data yang didapat dari sumber pertama baik dari
individu atau perseorangan, seperti wawancara atau pengisian kuisioner yang
biasa dilakukan oleh penelliti.

51

2.

Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh dari penelitian


secara tidak langsung atau melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data studi pustaka
melalui buku penunjang materi penelitian, jurnal, majalah dan literatur-literatur
yang didapat dari perpustakaan. Studi pusataka dilakukan dengan pemanfaatan
dokumen tertulis, termasuk sumber-sumber tertulis dari hasil wawancara terbuka
pada kuisioner, buku harian seseorang dan catatan program. Atau berisi tentang
dokumen

dari

kutipan-kutipan

yang

dianalisis,

kutipan-kutipan,

atau

seluruhkalimat dari hasil rekaman, surat menyurat, laporan resmi, dan survey
yang menggunakan pertanyaan terbuka.

1.11 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui kuisioner.


Kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberikan seperangkat pertanyaan untuk dijawab oleh responden (Sugiyono,
2005). Kuisioner akan diberikan secara langsung kepada responden.

1.12 Teknik Analisis Data

Teknik analisis deskriptif, metode penelitian adalah salah satu teknis dan cara
mencari, memperoleh, mengumpulkan dan mancatat data baik berupa data primer
maupun data sekunder yang digunakan untuk menyusun suatu karya ilmiah.
Metode penelitian yang digunakan adalah penedekatan deskriptif analisis dengan

52

pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk


menggambarkan atau menganalisis suatu penelitian tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas, (Sugiyono. 2005)
Analisis deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang terkumpul
sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
umum atau generalisasi. Selain itu statistik deskriptif juga berfungsi menyajikan
informasi sedemikian rupa, sehingga data yang dihasilkan dari penelitian dapat
dimanfaatkan oleh orang lain yang membutuhkan. J.Moleong. (2006)

53

DAFTAR PUSTAKA
Bambang Riyanto. (1995). Dasar-dasar pembelanjaan perusahaan, Edisi keempat,
Yogyakarta, Yayasan Penerbit Gajah Mada.

Bandura, A. (1997). Self-Efficacy: The Exercise of Control. New York: W. H.


Freeman.
Bestari, R. D. (2014). Peran Pemerintah Dalam Mengembangkan Usaha Kecil
Dan Menengah Industri Marmer Guna Meningkatkan Pendapatan Daerah
Kabupaten Tulungagung.
Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Semarang,
data UMKM Binaan Pemerintah Kota Semarang. (2015)
Dinas Perindustrian dan Perdagangan RI (DisperindagRI). (2015). Menuju Asean
Economic Comunity.
Fandy Tjiptono. (2002). Strategi Pemasaran. Yogyakarta: Andi
Griffin, 2004. Manajemen, alih bahasa Gina Gania, Erlangga, Jakarta
Indiarti, Nurul., dan Langenberg, Maria (2004), Factors Affecting Business
Success among SMEs: Empirical Evidences from Indonesia
Jensen, P.H., and Webster, E. (2004), Patterns of Trademarking Activity in
Australia, Melbourne Institute Working Paper
Joewono, Handito Hadi, (2005), 7 n 1 Business Competition Strategy, Arrbey
Indonesia Jakarta.

54

Jurini, K.P.W.

(2003).

Menetapkan Segmentasi

Pasar.

Bagian

Proyek

Pengembangan Kurikulum Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan,


Depdiknas.
Kompasiana.

(2015).

MEA

datang

UMKM

menantang.

Dalam

www.kompasiana.com. Diakses pada 26 September 2015 Pukul 16.20 WIB.


Kotler,

Philip.

(1997).

Manajemen

Pemasaran

Analisis

Perencanaan

Implementasi dan Kontrol Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhallindo.


Kotler, Philip. (1999) Manajemen pemasaran di Indonesia. Edisi 1. Jakarta :
Salemba Empat
Kotler, Philip dan Gary Armstrong. (2001). Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium Jilid 2. Jakarta:
PT. Prenhallindo.
Kotler, Philip. (2004). Manajemen Pemasaran. Edisi Millenium. Jakarta:
PT.Prenhallindo
Kotler, Philip. (2005). Manajemen Pemasaran. Jakarta: Gramedia.
Kotler dan Keller. (2007). Manajemen Pemasaran. Jilid 1. Jakarta: Indeks
Kurnia, indra dan Wisnu Mawardi. (2012). Analisis Pengaruh BOPO, EAR,
LAR dan Firm Size Terhadap Kinerja Keuangan (Studi kasus pada bank
umum konvensional yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 20082011), Diponegoro Joernal of Management,
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT Remaja
Rosdakarya, 2005)

55

Maruf, Hendri. 2005. Pemasaran Ritel. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Panggabean, S., Mutiara. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor:Ghalia
Indonesia
Rachma. (2013), Pengertian Manajemen dan Kepemimpinan, Universitas
Gunadarma. Bekasi
Saladin, Djaslim. (2006). Manajemen Pemasaran. Edisi Keempat. Bandung : Linda
Karya

Samir, Alfin. Dan Larso, Dwi. (2011) Identifikasi Faktorfaktor yang


Mempengaruhi kinerja UMKM Cattering di kota Bandung. Sekolah Bisnis
dan Manajemen Institut Teknologi Bandung. Bandung
Simamora, Bilson. (2001). Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan
Profitabel. Edisi Pertama. Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama.
Susilo, S.Y., Krisnadewara, P.D., dan Soeroso, A., (2008), Masalah dan Kinerja
Industri kecil Pascagempa: Kasus di Kabupaten Klaten (Jateng) dan
Kabupaten Bantul (DIY), Jurnal Akuntansi Bisnis dan Manajemen
Sriyana, J. (2010). Simposium Nasional 2010: Menuju Purworejo Dinamis dan
Kreatif
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Jakarta:
Alfabeta.

56

Tambunan, Tulus. (2011). Industrialisasi di Negara Berkembang, Kasus


Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tedjasuksmana, B. (2015). Potret Umkm Indonesia Menghadapi Masyarakat
Ekonomi Asean 2015
Thompson, V. A. (1965). Bureaucracy and Innovation. Administrative Science
Quarterly. 10
Undang-undang No. 20 Tahun 2008, tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Wangke, H. (2015). Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi Asean 2015,
VI.
www.asean.org. Diakses pada 20 September 2014 16.54 WIB.
www.kemenperin.go.id. Diakses pada 20 September 2015 17.15 WIB.
www.kompasiana.com. Diakses pada 26 September 2015 16.20 WIB.
Yamit, Zulian. (2005). Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Ed. 1, Cet. 4.
Yogyakarta: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII Yogyakarta.

57

Anda mungkin juga menyukai